CAMPAK
Virus campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh
selubung virus dengan RNA rantai tunggal, lurus dan tidak bersegmen. Virus campak
merupakan virus yang tergolong kedalam famili virus paramyxovirus. Dan
paramyxovirus merupakan 1 dari 2 famili virus yang merupakan virus RNA. Virus
RNA ini berbentuk khusus yaitu berbentuk seperti bola dengan didalamnya terdapat
kepala sebagai pelindung, isi yang terdapat asam nukleat dan ekor berupa lapisan
lingkaran yang dilapisi dengan protein proetein pengikat dengan reseptor inangnya.
Berikut gambaran virusnya.
Sumber: Google
Proses replikasi atau memperbanyak virus dapat melalui 2 cara yaitu mekanisme litik
dan mekanisme lisogenik. Mekanisme litik yaitu virus akan mengambil alih
metabolisme sel inang, memerintahkan sel untuk memperbanyak materi genetik dan
merakit protein-protein penyusun struktur virus berupa protein H, protein F, proteisn
M dll. menggunakan nukleotida, enzim, ribosom, tRNA, asam amino dan komponen
lain yang dimiliki oleh sel inang. Untuk protein H dan protein F yang dibuat akan
berkumpul di membran sel bagian luar dalam bentuk menyerupai duri-duri sedangkan
protein M akan berkumpul di membran sel bagian dalam. Materi genetik virus akan
merakit diri menjadi partikel virus, terbentuk ratusan hingga ribuan partikel virus dari
satu sel yang terinfeksi. Setelah partikel virus baru terbentuk, virus akan
bertransportasi menuju tepi membran sel dimana membran sel nya telah disiapkan
dengan protein yang akan menyelubungi virus tersebut. Dan virus baru akan keluar
dari sel untuk menginfeksi sel lain yang masih sehat. (Harrison, 2011)
Aksi virus yang mulai banyak menyerang di seluruh daerah tubuh melalui
pembuluh darah akan menyebabkan timbulnya mediator inflamasi (sitokin
inflamatory) salah satunya histamin. Histamin akan membuat pembuluh darah
mengalami vasodilatasi (akan menyebabkan tumor pada jaringan mukosa), lalu
sitokin proinflamtory itu juga berguna untuk membawa sel imun lebih banyak ke
daerah infeksi yaitu berupa monosit. Lalu sel Th 2 diharapkan telah dapat membuat
antibody untuk membunuh virus tersebut dan Th1 bersama monosit juga dapat
menjadi lebih kuat karna sudah ada antibody lalu dapat membunuh virus yang
menginvasi tersebut. (Abbas, 2016)
Gejala yang ditimbulkan saat tubuh mengalami infeksi yaitu demam. Demam
disebabkan karena membran sel yang terdiri dari lipid bilayer (asam arakidonat) dan
gliserol mengalami kerusakan atau pecah saat virus tersebut menginvasi. Membrane
sel yang pecah akan menghasilkan asam arakidonat yang akan berubah menjadi
fospolipid oleh enzim fospolipase dan kemudian akan dirubah menjadi prostaglandin
denga siklo oksigenase. Prostaglandin akan masuk ke pembuluh darah dan menyebar
ke seluruh tubuh. Prostaglandin tersebut dapat menyebabkan nyeri dan prostglandin
akan menembus sawar otak menuju hypothalamus kemudian thermoset suhu akan
terganggu. Jika thermoset suhu terganggu, maka terjadilah demam. Selain itu,
penderita dapat mengalami flu yang diakibatkan oleh rusaknya sel mukosa hidung
karena invasi virus campak menuju seluruh mukosa yang ada ditubuh. Saat ada benda
asing berupa virus masuk ke dalam saluran nafas, maka respon fisiologis tubuh akan
menimbulkan refleks batuk dan juga akan terjadi inflamasi yang akan menyebabkan
faring hiperemis. Karena virus menginvasi semua mukosa yang ada di tubuh, maka
kulit akan mengalami inflamasi berupa bercak merah (eritema) berupa macula dan
pappula dan pada mata akan menyebabkan konjungtiva hiperemis.
Kemudian untuk gejala koplik spot, koplik spot tidak hanya terjadi pada
mukosa buccal tapi juga di tempat-tempat lain yang memiliki jaringan mukosa
contohnya pada mata, vagina, dan gastrointestinal. Hal ini disebabkan karena virus
measles ini lebih sering menginfeksi atau membuat peradangan didaerah mukosa.
Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya
didapatkan noda putih keabuan. Lingkaran warna putih keabuan ini disebabkan oleh
lingkaran vena yang melebar di duktus kelenjar submucosal, yang dimana warna
putihnya dihasilkan dari hancurnya sel epitel kelenjar sekitarnya. Timbulnya bercak
Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan
biasanya luput saat pemeriksaan klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., dan Pillai, S., 2014, Basic Immunology : Functions and
Disorders of The Immune System, 4th edition, Elsevier, Philadelphia
Murray, P. R., Rosenthal, K. S. & Pfaller, M. A., 2009.Medical Microbiology. 7th ed.
Philadelphia: Elsevier.