Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 8

CAMPAK

Disusun oleh : Kelompok B1 (Beta 2018)


Tutor: dr. Rachmat Hidayat, M. Sc
Nama Anggota :
Abrar Rosyad Pradipta 04011281823074
Amirah Adilah 04011281823182
Annazmi Chairan Siregar 04011181823071
Dewi Ainur Rohmah 04011181823068
Faiqah Arina Apriliani 04011181823044
Febiola Ratna Dita 04011281823089
Miftahul Jannah 04011181823080
M. Bima Zulfikar 04011181823011
Nabilah Nurqonitah Syahrani 04011181823023
Nurhazhiyah Mardhita Lukman 04011281823173

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SINTESIS

Virus campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh
selubung virus dengan RNA rantai tunggal, lurus dan tidak bersegmen. Virus campak
merupakan virus yang tergolong kedalam famili virus paramyxovirus. Dan
paramyxovirus merupakan 1 dari 2 famili virus yang merupakan virus RNA. Virus
RNA ini berbentuk khusus yaitu berbentuk seperti bola dengan didalamnya terdapat
kepala sebagai pelindung, isi yang terdapat asam nukleat dan ekor berupa lapisan
lingkaran yang dilapisi dengan protein proetein pengikat dengan reseptor inangnya.
Berikut gambaran virusnya.

Sumber: Google

Virus campak mengandung RNA untai negatif. Virus campak mempunyai 6


protein structural yaitu 3 protein tergabung dengan RNA dan membentuk
nukleokapsid yaitu pospoprotein (P), protein polimerase besar (L), dan nucleoprotein
(N). 3 protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu protein fusi (F), protein
hemagglutinin (H), protein matrix (M). Protein F bertanggung jawab terhadap fusi
virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikuti dengan penetrasi (virus
memasukkan materi genetik) dan hemolysis (penguraian sel darah merah dimana
hemoglobin akan terpisah dari eritrosit). Protein H bertanggung jawab pada
hemaglutinasi (daya pengikatan antigen virus dengan eritrosit), perlekatan virus,
adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes. Protein F dan H
bersama-sama bertanggungjawab pada virus dengan membran sel dan membantu
masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan
pada proses maturasi virus. (Kondamundi, 2019)
Virus campak dapat tertular melalui saluran pernafasan. Virus tersebut
menempel di mukosa pada jaringan epitel squamous simpleks non keratin dengan
menggunakan protein H, selanjutnya akan berikatan dengan reseptornya. Lalu,
selubung virus berfusi dengan membran sel tersebut dengan menggunakan protein F.
Fusi (peleburan) terjadi pada lingkungan ekstraseluler dengan pH netral, sehingga
virus dapat melepaskan nukleokapsidnya secara langsung ke dalam sel. Untuk
menyisipkan diri dengan materi genetik host lalu memperbanyak diri, virus haruslah
mengalami proses transkripsi, translasi dan replikasi. Bila mempunyai konfigurasi
negative sense, maka pertama-tama harus diterjemahkan (transcribe) dengan
memgunakan polimerase dari virus kedalam positive sense strand yang kemudian
bertindak sebagai mRNA. Retrovirus mempunyai pola yang sama sekali berbeda.
Pertama-tama positive sense ssRNA oleh reverse transcriptase (enzim dari virus,
terdapat dalam nukleokapsid) menjadi negative sense ssDNA. Setelah terbentuk
dsDNA kemudian akan memasuki nukleus dan kemudian berintegrasi dengan genom
sel hospes dan selanjutnya sel hospes membentuk mRNA virus. Replikasi ini terjadi
dalam sitoplasma sel hospes, sedangkan pada virus lainnya seperti campak dan
influensa replikasi terjadi di inti sel sehingga sejumlah besar negative sense RNA
akan ditranskripsi membentuk partikel baru. Replikasi pada inti sel hospes juga
terjadi pada virus dsRNA seperti rotavirus yang kemudian akan memproduksi
positive sense RNA seperti diatas. Yang kemudian akan bertindak sebagai template
pada partikel subviral untuk memsintesa negative sense RNA yang baru untuk
memperbaiki kondisi double stranded. Replikasi virus DNA terjadi di inti sel hospes
kecuali poxvirus yang terjadi di sitoplasma. Retrovirus mensintesa RNA virus baru di
inti sel hospes. Polimerase RNA sel hospes ditranskrip dari DNA virus yang sudah
berintegrasi dengan genom sel hospes. Proses transkripsi messenger RNA dibuat di
dalam sitoplasma sel oleh polymerase RNA virus yang mengandung protein P dan L.
Transkripsi berjalan dari ujung 5’ ke 3’ dan dimulai dari daerah promotor dan
berakhir di daerah terminator. Setelah itu dilanjutkan dengan proses penerjemahan
kode basa nukleotidan ke asam amino. Setiap 3 basa (triplet/codon) menyediakan 1
asam amino. mRNA membawa informasi sekuen asam amino dari protein yang harus
diproduksi dalam bentuk kode genetika, contoh UUU Phenilalanine (Phe).
Kemudian rantai protein terbentuk. (Harrison, 2011)

Proses replikasi atau memperbanyak virus dapat melalui 2 cara yaitu mekanisme litik
dan mekanisme lisogenik. Mekanisme litik yaitu virus akan mengambil alih
metabolisme sel inang, memerintahkan sel untuk memperbanyak materi genetik dan
merakit protein-protein penyusun struktur virus berupa protein H, protein F, proteisn
M dll. menggunakan nukleotida, enzim, ribosom, tRNA, asam amino dan komponen
lain yang dimiliki oleh sel inang. Untuk protein H dan protein F yang dibuat akan
berkumpul di membran sel bagian luar dalam bentuk menyerupai duri-duri sedangkan
protein M akan berkumpul di membran sel bagian dalam. Materi genetik virus akan
merakit diri menjadi partikel virus, terbentuk ratusan hingga ribuan partikel virus dari
satu sel yang terinfeksi. Setelah partikel virus baru terbentuk, virus akan
bertransportasi menuju tepi membran sel dimana membran sel nya telah disiapkan
dengan protein yang akan menyelubungi virus tersebut. Dan virus baru akan keluar
dari sel untuk menginfeksi sel lain yang masih sehat. (Harrison, 2011)

Sumber: NIH Public Acces/Paramyxovirus Assembly and Budding


Saat virus yang baru menginvasi sel-sel yang masih sehat, tubuh akan
mengadakan perlawanan dengan menggunakan sistem imun. Respon tubuh yang
pertama kali keluar yaitu nonspesifik berupa makrofag. Makrofag akan memakan dan
menghancurkan sel penyerbu. Bila sel imun tak kuat atau tubuh belum pernah kenal
dengan virus tersebut(belum imunisasi) maka virus itu akan berhasil masuk ketubuh
dan menyerang oragan retikuloendotelial/ limfe terdekat. Selagi virus mereplikasi diri
sistem imun tidak diam saja, Makrofag yang berhasil lolos dari kekalahan virus
tersebut akan berubah menjadi monosit di pembuluh darah, dan dia akan pergi
menuju kelenjar limfatik seperti kelenjar getah bening. Monosit akan menampilkan
APC yang akan membuat sel T naif teraktivasi. Sel T naif yang teraktivasi akan
mengalami diferensiasi menjadi Th1 (jika hosepes belum pernah diimunisasi) dan Th 2
(jika hospes pernah diimunisasi) serta Th2 akan membentuk immunoglobulin
(antibodi). Jadi karna pasien belum menerima imunisasi atau imunisasi nya tidak
tuntas maka sistem imun akan membuat terlebih dahulu antibodinya sedangakan Th1
akan berperan sebagai sitotoksik bersama sel makrofag untuk terus meredama virus
dan meminimalisir replikasi virus. Kembali ke virus, lalu setelah itu akan terjadi
viremia primer yaitu masuknya virus kedalam aliran darah dan menyebar ke seluruh
tubuh terutama di daerah retikuloendotelial terbesar yaitu limfa/lien dan hati dan
kembali melakukan replikasi dengan masih diredam oleh sel imun yang berada di
organ tersebut. Dan pada tahapan tahapan tersebut dinamakan lah masa inkubasi virus
campak yaitu masa virus memperbanyak diri didalam tubuh inanganya dari saat
pertama kali masuk kedalam tubuh hingga masa viremia sekunder. Dan masa
inkubasi tersebut terjadi dalam kisaran 7 hari sesudah virus itu masuk kedalam tubuh.
Dan lalu akan terjadi viremia sekunder yang membawa virus dari daerah
retikulorndotelial keseluruh tubuh dan membuat terjadinya muncul gejala gejala
klinis. (Halim, 2016)

Aksi virus yang mulai banyak menyerang di seluruh daerah tubuh melalui
pembuluh darah akan menyebabkan timbulnya mediator inflamasi (sitokin
inflamatory) salah satunya histamin. Histamin akan membuat pembuluh darah
mengalami vasodilatasi (akan menyebabkan tumor pada jaringan mukosa), lalu
sitokin proinflamtory itu juga berguna untuk membawa sel imun lebih banyak ke
daerah infeksi yaitu berupa monosit. Lalu sel Th 2 diharapkan telah dapat membuat
antibody untuk membunuh virus tersebut dan Th1 bersama monosit juga dapat
menjadi lebih kuat karna sudah ada antibody lalu dapat membunuh virus yang
menginvasi tersebut. (Abbas, 2016)

Gejala yang ditimbulkan saat tubuh mengalami infeksi yaitu demam. Demam
disebabkan karena membran sel yang terdiri dari lipid bilayer (asam arakidonat) dan
gliserol mengalami kerusakan atau pecah saat virus tersebut menginvasi. Membrane
sel yang pecah akan menghasilkan asam arakidonat yang akan berubah menjadi
fospolipid oleh enzim fospolipase dan kemudian akan dirubah menjadi prostaglandin
denga siklo oksigenase. Prostaglandin akan masuk ke pembuluh darah dan menyebar
ke seluruh tubuh. Prostaglandin tersebut dapat menyebabkan nyeri dan prostglandin
akan menembus sawar otak menuju hypothalamus kemudian thermoset suhu akan
terganggu. Jika thermoset suhu terganggu, maka terjadilah demam. Selain itu,
penderita dapat mengalami flu yang diakibatkan oleh rusaknya sel mukosa hidung
karena invasi virus campak menuju seluruh mukosa yang ada ditubuh. Saat ada benda
asing berupa virus masuk ke dalam saluran nafas, maka respon fisiologis tubuh akan
menimbulkan refleks batuk dan juga akan terjadi inflamasi yang akan menyebabkan
faring hiperemis. Karena virus menginvasi semua mukosa yang ada di tubuh, maka
kulit akan mengalami inflamasi berupa bercak merah (eritema) berupa macula dan
pappula dan pada mata akan menyebabkan konjungtiva hiperemis.

Kemudian untuk gejala koplik spot, koplik spot tidak hanya terjadi pada
mukosa buccal tapi juga di tempat-tempat lain yang memiliki jaringan mukosa
contohnya pada mata, vagina, dan gastrointestinal. Hal ini disebabkan karena virus
measles ini lebih sering menginfeksi atau membuat peradangan didaerah mukosa.
Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya
didapatkan noda putih keabuan. Lingkaran warna putih keabuan ini disebabkan oleh
lingkaran vena yang melebar di duktus kelenjar submucosal, yang dimana warna
putihnya dihasilkan dari hancurnya sel epitel kelenjar sekitarnya. Timbulnya bercak
Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan
biasanya luput saat pemeriksaan klinis.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., dan Pillai, S., 2014, Basic Immunology : Functions and
Disorders of The Immune System, 4th edition, Elsevier, Philadelphia

Jawetz, dkk. 2007. Mikrobiologi Kedokteran, Ed. 23. Jakarta: EGC.

Kondamundi, N. P. & Waymack, J. R., 2019. NCBI. [Online] Available at:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448068/ (Diakses 14 August 2019).

Murray, P. R., Rosenthal, K. S. & Pfaller, M. A., 2009.Medical Microbiology. 7th ed.
Philadelphia: Elsevier.

Harrison, M. S. (2011). Paramyxovirus Assembly and Budding: Building Particles


that transmit Infections. NIH Public Access .
Halim, Rizky Gustian. 2016. Campak pada Anak. CDK-238/Vol.43 No.3. Cikarang:
RS Hosana Medica Lippo Cikarang.

Anda mungkin juga menyukai