Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terutama flora[1]. Hal ini menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang kaya dengan bahan pangan. Ditambah lagi dengan
iklim tropis yang menjadikan daerah Indonesia cocok untuk ditanami tumbuhan
apapun, tidak hanya itu geografis Indonesia yang dikelilingi oleh banyak sekali
gunung berapi aktif atau yang sering disebut sebagai the ring of fire menjadikan
tanah Indonesia sangat subur dan potensial.
Hasil pertanian di Indonesia biasanya di pasarkan ataupun dijual langsung
kepada masyarakat di pasar tradisional. Banyak juga yang langsung mengolah
hasil pertanian tersebut menjadi berbagai macam olahan dan kemudian dijual
kembali. Bahkan banyak dari hasil alam di Indonesia di ekspor keluar daerah
bahkan keluar negeri. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan bagsa
yang besar dan kaya dengan hasil alam.
Tidak hanya diolah dalam skala besar, masyarakat juga mengolah hasil
pertanian dalam skala kecil untuk kebutuhan dan keperluan sehari-hari. Seperti
halnya untuk kebutuhan rempah-rempah sebagai bumbu dapur rumah tangga
ataupun sebagai obat-obatan tradisional. Banyak dari warga Indonesia menjadikan
halaman atau pekarangan rumah sebagai tempat bercocok tanam untuk keperluan
sehari-hari, seperti salahsatunya daun salam yang sering digunakan dalam
kebutuhan dapur.
Biasanya hasil panen ini di keringkan terlebih dahulu agar lebih mudah
disimpan, dan lebih praktis untuk digunakan. Tanaman yang dikeringkan akan
lebih awet dan tahan lama untuk disimpan dalam waktu yang lama dikarenakan
kadar air yang berkurang dan mikroorganisme yang sudah tidak lagi berkembang.
Hal tersebut menyebabkan tidak adanya kesempatan bagi bakteri dan jamur yang
menyebabkan pembusukan utnuk tumbuh dan berkembang.
Kebanyakan masyarakat di indonesia menjemur hasil tanam mereka
langsung dibawah sinar matahari, daun kelor, daun salam dan lainnya adalah jenis

1
tanaman rempah yang sering dikeringakan sebelum digunakan. Daun-daunan obat
juga menjadi salah satu jenis tanaman yang sering dikeringkan sebelum
digunakan.
Penjemuran biasanya berlangsung selama satu sampai dua hari tergantung
dengan intessitas matahari, di iklim tropis seperti Indonesia cuaca dapat dengan
mudah berubah sewaktu-waktu. Ini menjadikan proses pengeringan dengan
metode pengeringan menggunakan panas matahari tidak begitu efektif. Oleh
karena itu sebagian masyarakat menggunakan oven atau alat pengering yang lebih
praktis dan efektif. Namun tidak semua kalangan masyarkat sanggup membangun
ataupun membeli oven dan alat pengering hasil pertanian atau tanaman lain
dikarenakan harganya yang masih tergolong mahal dipasaran bagi masyarakat
dengan perekonomian menengah kebawah. Oleh karena itu banyak yang
menggunakan panas matahari sebagai media pengeringan hasil pertanian mereka.
Dari permasalahan tersebut maka diadakan penelitian rancang bangun alat
pengering sederhana dengan tenaga panas lampu pijar sebagai salah satu solusi
untuk masyarakat yang ingin memiliki alat pengering yang lebih efisien dan tidak
bergantung kepada alam yang tidak menentu dan tentunya juga terjangkau bagi
masyarakat dengan perekonomian menengah kebawah. Lampu pijar memiliki
panas yang konstan dan konsisten segingga apabila ditempatkan pada ruangan
tertutup akan memaparkan panas yang konstan dan efisien sehingga dapat
mengeringkan hasil pertanian dalam kapasitas konsumsi rumah tangga.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah proses rancang bangun alat pengering daun sederhana
dengan tenaga panas lampu pijar?

2
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka batasasan masalahnya adalah :
1. Proses pembuatan alat pengering daun sederhana dengan tenaga panas
lampu pijar
2. Alat ini digunakan untuk mengeringkan daun dengan maksimal kapasitas
± 1 kg.
3. Lampu pijar yang digunakan adalah lampu pijar bertenaga 15 watt
berwarna kuning.
4. Tenaga panas sebagai pengering hanya dihasilkan oleh lampu pijar
5. Desain dari alat ini hanya menggunakan Aplikasi Android yakni Prisma3D
v.13

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui proses rancang
bangun alat pengering daun sederhana dengan tenaga panas lampu pijar.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian pada tugas akhir ini antara lain adalah :
1. Manfaat bagi mahasiswa : dapat menerapkan ilmu yang diterima serta
meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi keahlian mahasiswa.
2. Manfaat bagi masyarakat : dapat menjadi alternafit pengeringan yang efisien
dengan harga biaya yang sangat terjangkau. Dengan alatbpengering ini
masyarakat yang ingin mengeringkan dedaunan hasil pertanian untuk
kebutuhan rempah atau pengobatan tidak perlu lagi menjemur dibawah terik
matahari dan mengandalkan alam yang tidak menentu.
3. Manfaat bagi pendidikan : dapat memberikan konstributif dan masukan
positif terhadap pengembangan aplikasi ilmu dan teknologi serta
pemberdayaan teknologi.

3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Devinisi Pengeringan


Pengeringan adalah salah satu caara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian besar air dari bahan dengan menggunakan energi panas.
Pengeluaran air dari bahan dilakukan sampai kadar air keseimbangan dengan
lingkugan tertentu dimana jamur, enzim, mikroorgnisme, dan serangga yang dapat
dapat merusak menjadi tidak aktif[1].
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kandungan air pada bahan
sampai batas tertentu sehingga aman disimpan sampai pemanfaatan yang lebih
lanjut. Dengan pengeringan, bahan menjadi lebih tahan lama disimpan, volume
bahan lebih kecil, mempermudah dan menghemat ruang dan pengangkutan,
mempermudah transportasi dan biaya produksi menjadi murah[1].
Prinsip pengeringan adalah proses penghantaran panas dan massa yang
terjadi serempak. Dalam pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan
kelembapan antra udara dengan bahan yang dikeringkan[2].
Terdapat tiga periode dalam proses prngeringan, yaitu periode awal (initial
periode), dimana panas sensible akan digunkan untuk menaikan temperature
bahan, laju penguapan air meningkat seiring dengan waktu, periode laju konstan
(constant rate period), dimana terjadi proses penguapan air bebas dari permukaan
bahan, laju penurunan kadar air bahan konstan. Dan periode laju menurun (falling
rate periode), dimana tahap ini laju pengeringan menurun. Pergerakan air dari
bagian dalam bahan menuju permukaan menjadi faktor penentu keceapatan
penurunan kadar air[1].
Penghantaran panas pada pengeringan dapat dilakukan secara koduksi,
konveksi, radiasi, dan gelombang micro[2].

4
2.2 Jenis jenis pengeringan
2.2.1 Pengeringan Alami
Pengeringan alami dapat dilakukan dengan penjemuran langsung dan
penjemuran dengan modifikasi. Penjemuran alami secara langsung biasanya
mengunakan sarana pengeringan paling sederhana sperti lantai jemur, jalan
beraspal atau tikar. Kelebihan penjemuran ini adalah biayanya yang murah dan
energy yang berlimpah, sementara kekurangannya adalah ketergantungan pada
cuaca, memerlukan tempat yang luas untuk penjemuran, suhu tidak dapat
dikontrol, mudah terkontaminasi , membutuhkan waktu lama, dan perlu
pembalikan[2].
Kelemahan ini dapat diatasi dengan memodifikasi penjemuran dengan
kaca atau plastik, dengan udara konveksi alami secara tidak langsung, dan
pengeringan hybrid. Pengeringan dengan solar kolektor dan kombinasi, panas
matahari dikumpulkan dengan kolektor dan kemudian dihembuskan udara
kebahan yang dikeringkan. Pengering udara yang dikombinasikan dengan
pemansan buatan dinnamakan hybrid. Berikut ini adalah beberapa metode
pengeringan secara alami : [2].
A. Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya
dilakukan ditempat yang udaranya kerring dan suhunya lebih dari 100º
farenheit. Pengeringan dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari.
Untuk kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan panaskan bahan
dengan oven dengan suhu 175º Farenheit selama 10-15 menit untuk
menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya .
B. Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan menggunakan sinar
matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara menggantungkan
bahan di tempat udara kering atau di daun jendela. Bahan yang biasa
dikeringkan dengan metode ini adalah kacang-kacangan[3].

5
2.2.2 Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan dilakukan dengan mengunakan pemanasan dari
hasil pembakaran. Media udara dihembuskan melalui pemanas atau kontak
langsung keproduk yang dikeringkan. Pemanasan udara dapat dilakukan secara
langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) . pada dasarnya, pengeringan
buatan dibedakan menjadi dua macam yaitu system batch (batch system) dan
system kontinyu (continouos system)[2]
Pada system batch, bahan dikeringkan dalam suatu wadah dan kontak
antara bahan dan udara lama atau berulang kali. Pada system kontinyu, bahan
mengalir secara kontinyu dan kontak dengan udara pengering hanya sekali saat
bahan berada pada kolom/zona pengeringan saja[2].
A. Menggunakan Alat Dehidrator
Pengeringan dengan alat Dehidrator biasanya digunakan untuk
bahan yang membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses
pengeringannya[3].
B. Menggunakan Oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven
dapat diguanakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan
adalah sekitar 5-12 jam tergantung dengan bahan yang
dikeringkan. Agar mejadi kering sempura temperature Oven harus
diatas 140º Farenheit[3].

2.3 Metode Pengeringan


Metode pengeringan merupakan metode pengawetan yang paling tua dari
semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang nengalami proses
pengeringan ditemukan di Jericho dan berumur sekitar 4000 tahun. metode ini
juga merupakan metode yang sederhana, aman, dan mudah. Dan dibndingkan
dengan dengan metode lain, meode ini memiliki daya tahan yang lama dan tidak
memerlukan perlakuan khusus saat penyimpanan[3].
Pengeringan merupakan proses menngurangi kadar air bahan sampai batas
dimana perkembangan mikroorganisme dan enzim yang dapat menyebabkan

6
pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu
bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan
demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih
lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan tetapi, misalnya pada ikan asin
dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar
spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan[3].

2.3.1 Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeringan.


faktor yang mempengaruhi pengeringan dibagi menjadi dua yaitu :[3]
A. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering :
a. Suhu : semakin tinggi suhu udara maka pengeringan akan
semakin cepat.
b. Kecepatan aliran udara pengering : Semakin cepat udara
pengering maka pengeringan akan semakin cepat.
c. Kelembaban udara : Semakin lembab udara, proses
pengeringan akan semakin lambat.
d. Arah aliran udara : Makin kecil sudut arah udara terhadap
posisi bahan, maka bahan akan semakin cepat kering.
B. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan :
a. Ukuran bahan : Semakin kecil ukuran bahan, maka
pengeringan akan semakin cepat.
b. Kadar air : Makin sedikit air yang dikandung, maka
pengeringan akan semakin cepat.

7
2.3.2 Proses pengeringan
Proses pengeringan terbagi menjadi 3 yaitu :[3]
A. Pengeringan udara atau pengeringan langsung dibawah tekanan
atmosfir. Pengeringan ini memanfaatkan udara langsung di atmosfir.
B. Pengeringan hampa udara. Keuntungan pengeringan ini didasarkan
dengan kenyataan penguapan air terjadi lebih cepat dibawah tekanan
rendah daripada dibawah tekanan tinggi.
C. Pengeringan beku. Pengeringan beku adalah sebuah prosese yang
memberikan kualitas bahan yang baik dari segi stabilitas aroma,
warna, dan kemampuan rehidrasi. Pengeringan ini didasarkan proses
sublimasi yang berada di temperature 0º celcius dan tekanan 613
pascal.

2.4 Pengaruh Pengeringan Terhadap Kualitas Produk


Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan nutrien dan senyawa
bioaktif adalah umur daun[4]. Intensitas cahaya yang berbeda juga sangat
berpengaruh terhadap produksi, akumulasi, dan partisi pada bagian yang berbeda
dari tanaman. kadar fenolik lebih tinggi terdapat pada daun muda[5].
Berbagai metode pengeringan seperti pengeringan dengan menggunakan
oven, sinar matahari maupun dikeringkan dapat berdampak terhadap total
flavonoid, total fenol dan aktivitas antioksidan dari ekstrak herbal tertentu[6].
Pengeringan menggunakan oven dapat menghasilkan berat kering konstan lebih
cepat, hal ini juga dipengaruhi oleh suhu yang digunakan yang dapat
meningkatkan biaya produksi dan penurunan kualitas produk yang dihasilkan[7].
Sementara itu, pengeringan dengan metode angin dianggap murah, serta dapat
menjaga senyawa bioaktif dalam simplisia namun dianggap kurang efisisen dalam
segi waktu[7]. Disisi lain, pengeringan yang lama pada suhu ruang juga
berdampak terhadap penurunan kadar senyawa bioaktif dalam simplisia[7] .
Pengeringan dengan sinar matahari juga memberikan keuntungan dari segi biaya
produksi dengan waktu yang lebih singkat dibandibgkan dengan metode kering

8
angin, namun sinar matahari dapat mendegradasi senyawa fitokimia yang
terkandung dalam simplisia[6].
Proses pengerinngan dengan menggunakan suhu dan laju udara yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan hilangnya kandungan bahan aktif simplisia.
Pengeringan juga mengurangi aktifitas mikroba serta meminimalisir perubahan
fisik dan kimiawi selama bahan kering disimpan[8]. Perubahan kadar air selama
pengeringan bahan-bahan yang memiliki kadar air tinggi akan mengalami
perubahan bentuk, densitas dan ukuran, ini mempengaruhi sifat-sifat fisik dan
akhirnya juga berdampak pada berubahnya tekstur dan sifat transpor produk yang
dhasilkan[9].
Salah satu perubahan fisik yang penting selama pengeringan adalah
pengurangan volume bahan. Kehilangan air dan pemanasan menyebabkan
strukstur sel bahan mengalami perubahan tekanan diikuti dengan perubahan
bentuk dan pengecilan ukuran. Penyusutan bahan yang dikeringkan mempunyai
dampak negatif terhadap kualitas produk keringnya. Perubahan lain yang terjadi
selama pengeringan adalah perubahan tampilan fisik produk seperti warna, tekstur
dan aroma[10].
Hal yang paling kritis sehubungan dengan mutu simplisia adalah proses
pengeringan juga menghilangkan kandungan zat aktif bahan. Oleh karena itu
pengeringan harus dilkukan pada kondisi yang tepat karena penggunaan suhu
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan semakin banyaknya bahan zat aktif yang
hilang. Sedangkan suhu rendah dapat menyulitkan dalam mencapai kadar air
standarnya[11].

9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam pembuatan alat pengering daun sederhana bertenaga panas lampu
pijar ini metode yang akan digunakan adalah metode eksperimental. Eksperimen
merupakan metode yang bertujuan agar mahasiswa mampu mencari serta
menemukan sendiri jawaban dari masalah-masalah yang timbul dari setiap proses
yang dilalui dengan melakukan percobaan-percobaan sendiri.

3.2 Tempat dan Waktu Peneliitian


3.2.1 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan penelitian rancang bangun alat pengering daun
sederhana denga tenaga panas lampu pijar ini dilakukan di Lab Pengujian Bahan
Program Studi Teknik Industri Politeknik Aceh Selatan.
3.2.2 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan penelitian rangcang bangun alat pengering daun
sederhana dengan tenaga panas lampu pijar ini dilaksanakan selama 6 bulan
dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli tahun 2021.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Adapun beberapa alat yang digunakan dalam pelaksanaan rancang bangun
alat pengering daumsederhana bertenaga panas lampu pijar adalah sebagai berikut
:
1. Meteran
Meteran adalah alat yang digunakan dalam mengukur besaran
panjang . meteran digunakan untuk mengukur panjang, tinggi, dan lebar
alat pengering daun yang akan dibuat.

10
Gambar 3.1 Meteran
Sumber : Dokumen Lapangan

2. Gergaji.
Gergaji merupakan sebuah alat perkakas yang material desainnya
terbuat dari sebuah besi tipis dengan ujungnya berbentuk sperti gigi
tajam yang fungsinya uuntuk memotong maupun membelah kayu, logam
maupun benda-benda material lainnya. Gergaji digunakan untuk
memotong triplek dan balok kayu yang akan digunakan sebagai bodi alat
pengering daun yang akan dibuat.

Gambar 3.2 Gergaji


Sumber : Dokumen Lapangan

3. Pensil Tukang
Pensil tukang merupakan pensil yang memiliki tubuh dengan
penampang persegi panjang atau elips untuk mencegah dari berguling
jauh. Inti pensil yang tidak bulat digunakan untuk penandaan dalam

11
bentuk tebal maupun tipis. Pensil tukang digunakan untuk menggaris
material pengering daun.

Gambar 3.3 Pensil Tukang


Sumber : Dokumen Lapangan

4. Siku
Siku merupakan alat ukur yang dirancang untuk membentuk sudut
90º ataupun sudut siku-siku. Siku digunakan untuk membentuk sudut
siku-siku agar lebih presisi pada pembuatan alat pengering daun.

Gambar 3.4 Siku


Sumber : Dokumen Lapangan

5. Palu
Palu adalah alat yang dirancang untuk memberikan pukulan atau
tumbukan pada benda. Palu digukan untuk memaku satu material ke
material lainnya.

12
Gambar 3.5 Palu
Sumber : Dokumen Lapangan

6. Paku
Paku adalah material logam berujung runcing, yang umumnya
terbuat dari baja, yang digunakan untuk merekatkan dua bahan dengan
menembus keduanya. Paku digukan untuk merekatkan keseluruhan
kerangka bodi alat pengering daun menjadi satu kesatuan.

Gambar 3.6 Paku


Sumber : Dokumen Lapangan

7. Obeng
Obeng adalah perkakas yang digunakan untuk mengencangkan dan
mengendorkan baut. Dalam pembuatan alat penegering daun obeng
digunakan dalam perkaitan lampu pijar di dlam bodi alat pengering.

13
Gambar 3.7 Obeng
Sumber : Dokumen Langan

3.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan alat pengering bertenaga
panas lampu pijar adalh sebagai berikut :

3.3.2.1 Bahan Bodi


1. Papan Tripleks
Papan tripleks adalah sejenis papan pabrikan yang terdiri dari
lapisan kayu (venir kayu) yang direkatkan satu sama lain. Papan
tripleks digunakan sebagain dinding pada bodi alat pengering.

Gambar 3.8 Papan Triplek


Sumber : Dokumen Lapangan

2. Balok kayu

14
Balok kayu adalah kayu yang berntuk balok atau persegi panjang
dengan ketbalan presisi. Balok kayu digunakan sebagai kerangka pada
alat bodi alat pengering.

Gambar 3.9 Balok Kayu


Sumber : Dokumen Lapngan

3. Jarring kawat.
Jaring kawat adalah kawat yang dirajut degan pola persegi atau
hexagonal. Jarring kawat digunakan sebagai wadah didalam alat
pengering.

Gambar 3.10 Jaring kawat


Sumber : Dokumen Lapngan

3.3.2.2 Bahan Sistem Pengering

15
1. Lampu Pijar
Lampu pijar adalah sumbeer cahaya buatan yang dihasilkan
melalui penyaluran arus litrik melalui fillamennya yang kemudian
memanas dan menghasilkan cahaya. Lampu pijar diguanakan sebagai
sumber utama panas dalam pengeringan daun.

Gambar 3.11 Lampu Pijar


Sumber : Dokumen Lapangan

2. Kabel listrik
Kabel listrik adalah sebuah media untuk menyalurkan energi
listrik, yang terdiri dari isolator dan konduktor. Kabel listrik digunakan
untuk merangkai lampu pijar didalam bodi alat pengering.

Gambar 3.12 Kabel Listrik


Sumber : Dokumen Lapangan

3. Dudukan lampu/Fiting

16
Adalah sebuah alat tempat menaruh lampu pijar, fiting digunakan
sebagai penghung listrik dari kabel ke lampu pijar.

Gambar 3.13 Fiting Lampu


Sumber : Dokumen Lapangan

4. Sakelar
Sakelar adalah sebuah alat yang digunakan untuk memutuskan
jaringan listrik atau menghubungkannya. Sakelar digunakan sebagai
tombol on-off pada alat pengering.

Gambar 3.14 Sakelar


Sumber : Dokumen Lapang

5. Thermostat

17
Thermostat merupakan rangkaian digital yang berguna untuk
mengatur keluaran suhu. Thermostat digunakan sebagai alat yang
mengontrol suhu didalam alat pengering daun.

Gambar 3.15 Thermostat


Sumber : Google

6. Incubator Exhaust
Incubator exhaust adalah kipas yang mengalirkan udara dari luar
kedalam. Incubator exhaust digunakan sebagai pengalir udara panas
agar pengeringan terjadi secara merata.

Gambar 3.16 Incubator Exhaust


Sumber : Google

18
3.4 Diagram Alir Proses

Diagram aliran proses dalam pembuatan alat pengering daun sederhana


dengan tenaga panas lampu pijar ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Desain Alat Pengering Daun

Pembuatan Bodi Alat Pegering


Daun

Perakitan Sistem Pengering


dengan Panas Lampu Pijar

Hasil Perancangan Alat


Pengering Daun

Uji Coba Alat

Uji coba perbandingan dengan Uji coba dengan tiga sampel


pengeringan alami daun

Selesai

19
Diagram di atas menunjukan beberapa tahapan yang akan dilalui dalam
proses perancangan alat pengering daun sederhana dengan tenaga panas lampu
pijar. Penjelasan dari diagram alir diatas adalah sebagai berikut :

1. Mulai
Langkah pertama yang dilakukan adalah memulai perancangan
2. Studi Literatur
Studi literatur adalah salah satu tahap pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat, serta mengolah bahan penelitian.
3. Persiapan Alat dan Bahan
Sselanjutnya adalah meenyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan alat pengering sederhana dengan tenaga panas lampu pijar ini.
4. Desain
Tahapan selanjutnya yang akan dilakukan adalah mendesain alat pengering
daun yang akan dibuat dengan menggunakan aplikais Prisma3D pada
Android.
5. Pembuatan Bodi Alat Pengering Daun
Setelah tahapan desain selesai, maka tahapan selanjutnya adalah membuat
bodi alat pengering daun.
6. Perakitan Sistem Pengering dengan Tenaga Panas Lampu Pijar
Selanjutnya adalah merakit komponen pengering kedalam bodi. Perkaitan
mencakup pemasangan lampu, kabel, sakelar, thermostat, dan juga Exhaust.
7. Hasil Perancangan Alat Pengering Daun
Hasil perancangan alat akan diuji coba.
8. Uji Coba Alat
Alat yang telah selesai dibuat akan dilakukan pengujian untuk mengetahui
tingkat kemampuan kerja alat. Uji coba akan dilakukan dengan dua metode uji
coba, yang pertama yaitu uji coba dengan tiga sampel daun yang memiliki
ukuran berbeda dan yang kedua uji coba dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengeringan alat pengering dengan hasil pengeringan
secara alami.

20
9. Selesai
Setelah semua proses telah selesai dikerjakan dan alat dapat dengan bekerja
dengan baik dan benar, maka alat siap untuk digunakan.

3.5 Tahapan Desain

Tahapan desain dilakukan dengan menggunakan aplikasi Prisma3D V1.3


di HP Android dengan skala 1:10 atau skala 1 pada aplikasi Prisma3D sama
dengan 10cm pada skala nyata. Tahapan yang dilakukan dalam mendesain alat
pengering daun adalah sebagai berikut :

1. Tahapan pertama adalah membuat kerangka bodi alat pngering dengan


ukurang panjang 80cm, lebar 40cm, dan tinggi 40cm.

Z1
Y1
Z2

Y3
X1
Y2

X2 X3

Gambar 3.17 Desain Kerangka Bodi


Sumber : Dokumen Lapangan
Dengan dimensi sebagai berikut :
X1 = 40cm Y1 = 80cm Z1 = 40cm
X2 = 30cm Y2 = 70cm Z2 = 30cm
X3 = 15cm

21
2. Tahap yang kedua adalah mendindingi kerangka bodi dengan papan tripleks,
yang berukuran 80cm x 40cm untuk sisi atas, bawah dan belakang. Sedangkan
untuk sisi kanan dan kiri berukuran 40 x 40m.

Gambar 3.18 Desain Bodi


Sumber : Dokumen Lapangan
3. Tahapan selanjutnya adalah membuaat wadah atau tatakan daun yang
berukuran 70cm(Y3) x 30cm(Z2) yang terbuat dari bahan jarring kawat.

Z2
Y3

Gambar 3.19 Desain Bodi dengan Wadah


Sumber : Dokumen Lapangan

22
4. Tahapan berikutnya membuat exhaust fan yang berfungsi sebagai penyalur
udara masuk dan keluar pada sisi kiri bawah dan kanan atas pada bodi alat
pengering.

Gambar 3.20 Desasin Penambahan Fan Exhaust


Sumber : Dokumen Lapangan

5. Tahapan berikutnya membuat desain lampu pijar yang ditempatkan ditengah-


tengah pada sisi atas dan sisi bawah bodi. Lampu pijar akan digunakan
sebagai sumber utama panas untuk sstem pengeringan.

15 cm

15 cm

Gambar 3.21 Desain Penambahan Lampu Pijar


Sumber : Dokumen Lapangan

23
6. Tahapan terakhir menambahkan Sakelar dan Thermostat sebagai pusat kontrol
dari pengoperasian alat pengering.

Gambar 3.22 Desain Penambahan Sakelar dan Thermostat


Sumber : Dokumen Lapangan
7. Yang terakhir adalah membuat dua buah pintu dengan tinggi 40cm dan lebar
20 cm.

20 cm

40 cm

Gambar 3.23 Desain Pintu


Sumber : Dokumen Lapangan

24
DAFTAR PUSTAKA
[1] Primack, R.B., Supratna. J., dan Indrawan M (2007) Bologi Konservasi Edisi
Revisi. In Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
[2] Sri Rahayoe (2017) Teknik Pengeringan. Menara Ilmu.
[3]Amirul Rosid Al Farizi (2011). Metode Pengringan. Amirulrosid. blogspot.com
[4] Chen Y Poland. TM. 2009. Innteracif influence of fel age, light intensity, and
girdling on green ash foliar chemistry and emerald ash borer development.
Journal of Chemistry Ecology.
[5]Ghazemzadeh. A. Asmash, H.Z.E., Rahmat A. Wahab. P.E.M . Halim. M.R.A
2010 effect different light intensities on totl penolics and flovanoid synthesis
and anti-oxidant activities on young ginge varieties. International Journal of
Molecular Sciences.
[6] Bernard. D. Kwbena A.I Osel. O.P Daniel. G.A Elom. S.A. Sandra. A 2014.
The effect different drying method on the phytochemicals an radical
scalenging activity of Ceylon cinnamon. European Journal of Medicl Plants.
[7] Winangsih.Prisahanti, E. Parman. S. 2013.pengaruh metode pengeringan
terhadap kualitas simplisia lempuyang wangi. Jurnal Anatomi dan Fisiologi.
[8] Doymaz. I. 2008. Convective drying kinetics of strawberry. Chemical
Engineering and Processing.
[9] Rizvw23w3i. S.SH. 2005. Thermodynamic properties of food in dehydration.
Sigapore. CRC Press.
[10] Yadollahinia. A and Jahingiri. M. 2009. Shrinkage of potato slice during
drying . Journal of Food Engineering.
[11] Babalis. S.J. and Baellesiotis V.G 2004. Ifluence of the drying condition on
the drying constans an moisture diffusivity during the thin layer drying of figs.
Journal of Food Engineering.

25
DAFTAR ISTILAH
Bioaktif : Merupakan senyawa yang terkandung dalam tubuh hewan
maupun tumbuhan. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat
bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat dijadikan
sebagai sumber aktioksidan, antibakteri, antiinflamasi dan
antikanker.

Induksi : Merupakan timbulnya panas pada logam yang terkena


induksi medan magnet.

Konduksi : Merupakan perpindahan panas tanpa diikuti bagia-bagian zat


perantaranya.

Simplisia : Merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat dan


belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang tidak
dikeringkan.

The ring of fire : Merupakan daerah yang sering menglami gempa bumi dan
letusan gunung api yang berada didaerah cekungan samudra
pasifik.

Total fenol : Merupakan zat Kristal tak berwarna yang memilik bu khas.

Total flavonoid : Senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar diduni tumbuhan.

Panas sensible : Merupakan panas yang menyebabkan terjadinya kenaikan


atau penurunan temeratur tetapi wujud tidak berubah.

26

Anda mungkin juga menyukai