PKL Revisi Setelah Sidang 2
PKL Revisi Setelah Sidang 2
Oleh:
i
PROGRAM STUDI D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Disetujui Oleh,
Pembimbing Materi Pembimbing Teknis
Mengetahui
Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas Mohammad Husni Thamrin Jakarta
ii
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Penguji III
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia - Nya penulis dapat menyelesaikan dan melaporkan hasil dari Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang berbasis Studi Pustaka. Laporan ini berdasarkan
kegiatan studi kepustakaan yang membahas PT. Pharos Indonesia.
Praktik kerja lapangan merupakan salah satu syarat wajib yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta.
Selain sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan yang sedang penulis
tempuh, PKL juga memberikan banyak pengalaman yang tidak didapatkan di
bangku kuliah.
Selama penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berbasis
studi pustaka ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dorongan, masukan
-masukan dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah - Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
dengan baik.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
3. Ibu DR. Dra. Ellis Susanti, MM., M.Pd., M.Si., Apt selaku ketua program
studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin Jakarta.
4. Ibu Elvera Rizsa Sogani, S.Farm selaku pembimbing materi program studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
5. Ibu Nining Sugiantari, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing teknis program studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
iv
6. Bapak Drs. Sediarso., M.Farm., Apt selaku penguji III program studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
7. Seluruh staff Pengajar dan Sekretariat Program D - III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta yang telah
memberikan pengetahuan dan bimbingan selama menjalani pendidikan.
8. Seluruh Mahasiswa Program Studi D - III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta Angkatan Tahun 2017
yang telah memberikan semangat serta keindahan kebersamaan selama 3
tahun ini.
9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan Praktik Kerja Lapangan
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu - persatu.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan............................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum............................................................... 2
1.2.2 Tujuan khusus............................................................... 2
1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan....................................... 3
1.4 Manfaat Laporan PKL di PT. Pharos Indonesia Berbasis
Studi Pustaka............................................................................ 3
vi
2.3.8 Inspeksi Diri................................................................. 22
2.3.9 Keluhan dan Penarikan Produk.................................... 24
2.3.10 Dokumentasi ............................................................... 25
2.3.11 Kegiatan Alih Daya..................................................... 25
2.3.12 Kualifikasi dan Validasi............................................... 26
vii
BAB IV PENERAPAN CPOB DI PT. PHAROS INDONESIA
4.1 Sistem Mutu Industri Farmasi.............................................. 78
4.2 Personalia............................................................................. 80
4.3 Bangunan dan Fasilitas......................................................... 81
4.4 Peralatan............................................................................... 84
4.5 Produksi................................................................................ 85
4.6 Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik........... 87
4.7 Pengawasan Mutu................................................................. 89
4.8 Inspeksi Diri......................................................................... 91
4.9 Keluhan dan Penarikan Produk............................................ 92
4.10 Dokumentasi......................................................................... 94
4.11 Kegiatan Alih Daya.............................................................. 95
4.12 Kualifikasi dan Validasi....................................................... 95
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.............................................................................. 112
6.2 Saran........................................................................................ 113
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
memproduksi suatu obat, setiap industri farmasi harus dapat memenuhi Cara
pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar dapat menjamin dan menghasilkan
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk
1
memenuhi persyaratan izin edar yang tercantum sehingga aman, bermutu,
dan efektif.
calon analis. Dengan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, maka
dalam dunia kerja di bidang industri farmasi serta dapat menjadi tenaga
serta membantu siswa dalam memahami etika tata tertib, dan variasi
lokasi PKL. Memberikan latihan kepada siswa untuk sikap siap
sekarang yang belum membaik maka Praktik Kerja Lapangan tidak dapat
kegiatan PKL secara langsung dan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan
1.4 Manfaat Laporan PKL di PT. Pharos Indonesia Berbasis Studi Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu Farmasi pada dasarnya adalah profesi yang menyangkut seni dan
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam ataupun sintetik yang sesuai
dan penggunaan obat yang sesuai dana dan melalui resep dokter.
-an mencanangkan semboyan “Health for All by the year 2000”, yang
relevan dari ilmu biologi, kimia, fisika, matematika, perilaku dan teknologi
5
“Paradigma Sehat”, diperlukan tenaga - tenaga kerja yang kompeten dan
profesional dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan masyarakat
umum agar pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat memberikan
masyarakat.
dimulai sejak zaman Belanda sehingga buku pedoman dan undang - undang
Farmakope Belanda.
obat dan senyawa kimia dengan uraian, rumus, sifat fisikokimia, uji
obat atau bahan obat. Obat merupakan sebagai bahan atau paduan bahan,
dan kontrasepsi untuk manusia. Sedangkan bahan obat adalah bahan baik
obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,
untuk didistribusikan.
Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
Industri obat jadi merupakan suatu industri yang menghasilkan suatu produk
yang telah melalui seluruh tahap pembuatan. Obat jadi adalah sediaan atau
farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat
soal nyawa manusia oleh karena itu industri farmasi dan produknya diatur
d. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
kefarmasian.
e. Obat jadi yang diproduksi oleh perusahaan industri farmasi hanya dapat
direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu. Izin usaha
izin dilimpahkan kepada Badan POM. Izin ini berlaku seterusnya selama
ketentuan dalam UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Peraturan Pelaksanaannya.
2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Makanan 2018).
obat yang baik, pengawasan mutu, inspeksi diri, keluhan dan penarikan
pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. CPOB adalah cara pembuatan
obat dan atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
2. Personalia.
3. Bangunan dan Fasilitas.
4. Peralatan.
5. Produksi.
7. Pengawasan Mutu.
10. Dokumentasi.
a. Manajemen Mutu
distributor.
adalah :
b. Pengkajian mutu
(APR).
perlindungan pasien.
2.3.2 Personalia
dengan pekerjaannya.
a. Personil Kunci
yang efektif.
b. Pelatihan
c. Hygiene Perorangan
diketahui perusahaan.
d. Konsultan
CPOB, sehingga industri farmasi telah memiliki izin edar dari Badan
POM RI. Aspek yang diatur di dalam CPOB terdiri dari 10 bidang,
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain
tersebut.
1. Penerimaan bahan.
5. Pengolahan.
10. Pengiriman.
11. Laboratorium.
berdampingan.
umum bagi personil dan bahan atau produk selain yang sedang
diproses.
2.3.4 Peralatan
silang penumpukan debu atau kotoran dan hal - hal yang umumnya
2.3.5 Produksi
digunakan.
didokumentasikan.
persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium,
tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan
2012).
a. Personil.
g. Pengawasan Mutu.
h. Dokumentasi.
m. penanganan keluhan
n. pengawasan label.
1. Audit Mutu
perusahaan.
masalah yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Produk yang
yang telah di tarik dari peredaran kemudian di olah lagi dan jika
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memuaskan.
(PMDN) yang bergerak dalam bidang farmasi yang didirikan pada tanggal
30 September 1971 oleh Drs. Eddie Lembong, Apt berlokasi di Jl. Limo
memperoleh CPOB dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada
Pharos Indonesia.
27
PT. Pharos Indonesia saat ini memiliki lebih dari 500 produk
dan lain - lain. Bentuk sediaan yang di produksi di PT. Pharos Indonesia,
yaitu kapsul, kaplet, tablet, sirup, suspensi, krim, gel, supositoria dan injeksi
kering. Produk - produk yang dihasilkan oleh PT. Pharos Indonesia yang
Derma Cote dan Colidan serta masih banyak lagi produk obat yang
PT. Pharos Indonesia juga memiliki produk yang dibuat oleh pabrik
di lokasi lain, sehingga tidak terjadi produksi yang berlebihan di satu lokasi
pabrik. Hingga saat ini PT. Pharos Indonesia sudah memiliki beberapa anak
perusahaan yaitu :
d. Century Healtcare
e. Apotek Generik
f. PT. Nutrisaints
difokuskan.
ethical.
maupun internal.
perusahaan, yaitu :
Hijau Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sarana produksi yang dimiliki PT.
sefalosporin.
instlasi listrik, Air Handling Unit (AHU), steam unit, compress air unit,
waste water unit, water system unit, area parkir, pos satpam, dan
laundry unit.
Gambar 3.
Struktur Organisasi PT. Pharos Indonesia
General Managing
Associated
Affair Director
Personalia
HRD
Recruitment
and Selection
Asisten Director
Asisten
Director
MI
Finance
Marketing
General Manager
Manufacturing
BD PD AD RD
QC
Packagin PPIC
g Produksi Teknik QA
Purchasin
g
3.6.1 Departemen SDM (Human Development / HRD)
A. Personalia
akutansi.
3.6.4 Departemen Purchasing
pembayaran.
di analisa di Laboratorium.
C. Gudang Bahan Kemas (GBK)
regist.
A. Produksi Departemen
1. Fasilitas Sefalosporin
a. Grey Area
b. White Area
16 - 25%.
c. Black Area
yang melekat.
a. Grey Area
b. Black Area
Kemasan (GBK).
penimbangan bahan.
pengeringan.
60%.
homogen.
ke dalam botol.
disterilisasi.
B. Packing Departemen
untuk dipasarkan.
dan di dokumentasikan.
d. Complain and Deviation bagian yang menerima dan
maupun produk.
yaitu:
telah ditetapkan.
manual book.
anak timbangan.
dan autoklaf.
e. Quality system.
Manager membawahi :
dicatat.
pemeriksaan ruangan.
dipasarkan.
diantaranya :
secara rutin.
4) Stabilitas Dipercepat
oleh petugas.
Engineering.
QC Manager membawahi :
digunakan.
Pharmacopeia (USP).
bahan / produk.
setiap jam 09.00 WIB dan 15.00 WIB dan dicatat oleh
petugas.
mesin.
c. Bagian Utility
dari rumah tangga PT. Pharos Indonesia yang terdiri dari dua
2) Limbah Eksternal
3) Limbah Sefalosporin
sekaligus perawatannya.
melalui manusia satu ke manusia lain maka kegiatan Praktik Kerja Lapangan tidak
Mahasiswi D - III Analis Farmasi dan makanan Universitas MH. Thamrin tahun
produknya selalu berpedoman pada CPOB dan selalu mengikuti CPOB yang
berikut :
syarat izin edar dan tidak menimbulkan resiko dalam bagi penggunanya.
79
aspek sistem mutu di industri farmasi yang saling terkait. Pengawasan mutu
obat dilakukan oleh bagian Quality Control (QC) dan Quality Assurance
bahan baku maupun bahan kemas, dan juga mengawasi produk jadi yang
tugas bagian ini maka ada dua laboratorium yaitu Laboratorium fisika -
proses analisa baik secara fisik maupun kimia dari bahan baku, produk jadi
bangunan.
karena mutu dari produk sendiri tidak hanya bergantung pada hasil
bagian, yaitu bagian Kualifikasi, Kalibrasi dan Validasi dan Quality system
check mutu produk serta menangani masalah yang berkaitan dengan mutu
produk. Pemastian mutu dari produk tidak hanya dilakukan oleh bagian QC
dihasilkan.
4.2 Personalia
yang baik. Berdasarkan ketentuan yang ada di CPOB mengenai kualitas dan
yang jelas, tiap personil memahami tanggung jawab masing - masing secara
dengan pekerjaannya.
perorangan.
memberikan pelatihan yang berkaitan dengan CPOB dan hal - hal kepada
diperhatikan oleh PT. Pharos Indonesia dengan adanya jaminan sosial tenaga
pada proses tidak menghasilkan debu yang banyak atau beresiko. Ruangan
pendeteksi asap.
pada Fasilitas Sefalosporin dibagi menjadi tiga yaitu Grey Area, Black Area,
dan White Area. Grey Area terdiri dari area pengemasan primer, area
(IPC) serta ruang penyangga personal (ruang ganti sepatu dan warepack
lengkap dengan masker dan tutup kepala. Suhu umum pada Grey Area
gudang airlock personal (ruang ganti sepatu untuk Black Area baju seragam
lengkap dengan tutup kepala), toilet dan tempat cuci tangan, area
pengemasan sekunder dan airlock finish good material. Black Area terdiri
dari gudang, area pengemasan sekunder, laboratorium, dan area baju ganti
sedangkan White Area khusus untuk memproduksi sediaan dry injeksi yang
terdiri dari ruang cuci vial, ruang sterilisasi vial, dan ruang filling.
non steril seperti sediaan solid tablet, kaplet, dan kapsul. Area produksi pada
fasilitas ini terbagi menjadi dua, yaitu Grey Area dan Black Area. Sama
seperti Grey Area pada Fasilitas Sefalosporin Grey Area pada Failitas Non
beta - laktam juga terdiri dari ruang penyangga personal (ruang ganti sepatu
dan warepack lengkap dengan masker dan tutp kepala), area pencampuran,
area granulasi, area percetakan tablet, area filling kapsul, area penyimpanan
produk antara yang masih memerlukan satu tahap proses hingga menjadi
yang sekaligus diawasi oleh In Precess Control (IPC). Suhu di Grey Area
yaitu 20 ℃ - 27℃, RH 40% - 70%, sedangkan Black Area terdiri dari ruang
airlock personal (ruang ganti sepatu dan warepack lengkap dengan masker
dan tutup kepala), toilet, tempat cuci tangan dan area pengemasan sekunder.
Bahan Baku, Gudang Bahan Kemas, Gudang Obat Jadi serta gudang produk
KPR (Klaim Produk Rusak). Pada Gudang Bahan Baku dan Gudang Bahan
dengan tepat sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara
seragam dari batch ke batch. Desain dan tata letak peralatan juga
produk yang lain. Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat
serta log book untuk pemakaian alat. Peralatan di PT. Pharos Indonesia juga
secara berkala masing - masing alat ukur dan mesin / peralatan. Kalibrasi
Bahan yang digunakan untuk peralatan produksi sebagian besar adalah baja
tahan karat. Peralatan senantiasa dirawat menurut jadwal yang tepat agar
4.5 Produksi
(Solid dan Injeksi Kering) dan Non - Betalaktam dengan sediaan Solid,
sediaan (Liquid Injeksi dan Dry Injeksi) dan Non - Betalaktam dengan
sediaan (Solid, Semi Solid dan Liquid) dan PT. Faratu di wilayah Bekasi
Solid).
release oleh QC. Bahan baku tersebut kemudian digunakan untuk proses
terhadap spesifikasi setiap sediaan yang telah diproduksi. Mutu suatu produk
yang telah di produksi siap dikemas sesuai metode dan cara yang telah
terjadinya pencemaran oleh debu dan cemaran lainnya yang dapat merubah
identitas, mutu, bahan baku dan memastikan bahwa alat - alat pembersih dan
mikrobiologi dan uji kimia dan untuk sampel pertinggal yang dilakukan
pemeriksaan 10 tablet maupun kapsul. Hasil dari uji variasi yang dilakukan
Tablet dan kapsul yang sudah jadi selanjutnya siap untuk dikemas.
nama ruangan, proses yang dilakukan, nama produk yang sedang diproduksi,
nomor batch, dan tanggal dilakukan nya proses. Tujuan dari penandaaan
tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan mix up, agar
bahan awal atau bahan kemas tidak masuk ruangan yang semestinya.
Pada Gudang Obat Jadi PT. Pharos Indonesia obat ditangani dan
baik sampai Ed oleh sebab itu Gudang Obat Jadi mempunyai 2 tipe area
penyimpanan Obat Jadi yang disimpan pada gudang yang sesuai yaitu Cool
Room dan Temp Room sesuai dengan tipe spesifikasi penyimpanan obat jadi.
telah dilatih. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan
jumlah, nomor batch, expire date, yang diterima sesuai dengan jumlah yang
tercantum pada catatan penyerahan dari produksi apakah sudah sesuai atau
tidak.
adalah surat jalan, Formulir serah terima dari gudang ke produksi dan dari
sedemikian rupa hingga kondisi suhu dan kelembaban relatif yang tepat
tahan panas. Penyimpanan dan pengangkutan produk yang tidak tahan panas
mengacu pada dokumen WHO Model Guidance for the Storage and
yang memadai untuk penempatan secara teratur untuk berbagai kategori obat
bahwa produk yang dihasilkan senantiasa memiliki kualitas yang baik dan
Department Quality Control (QC) sejak datangnya bahan baku dan bagian
pemeriksaan nahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.
(QC) terletak terpisah dari bagian Produksi dan bagian mikrobiologi juga
terkalibrasi jika akan digunakan. Pada setiap alat terdapat label yang
yang tidak terkalibrasi. Pada Baku pembanding telah dilakukan hal yang
yang sesuai.
seperti pakaian khusus untuk kerja, penutup kepala, masker, sarung tangan,
dan sepatu kerja. APD tersebut berfungsi untuk meminimalisasi kontaminasi
manajer atau supervisor juga menentukan suatu sampel dirilis atau ditolak
produksi yang baik, PT. Pharos Indonesia melakukan inspeksi diri. Tujuan
bahan awal dan obat jadi, produksi, pengawasan mutu, dan dokumentasi.
hubungan toll out manufacturing dengan PT. Pharos Indonesia. Pihak yang
terjadi. Keluhan dapat mengenai mutu (produk dan kemasan), efek samping
perusahaan. Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari produksi, QC,
masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat dan wadah yang
oleh adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan
POM, misalnya karena kebijakan baru atau ditemukannya produk yang tidak
dimaksud jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian QA akan
seperti evaluasi contoh pertinggal, data tes stabilisas, informasi dari bagian
(BPOM).
4.10 Dokumentasi
spesifikasi, bahan baku, bahan pengemas, dan bahan jadi, metode pengujian,
pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk
dengan industri farmasi lain baik lokal maupun asing berupa Toll Out
Tujuan dari seleksi ini adalah agar produk Toll Out yang dihasilkan
Audit rekanan Toll Out dilakukan secara berkala untuk memantau kualitas
produk yang dihasilkan oleh rekanan Toll Out. Audit merupakan syarat
kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima Toll Out dari PT. Pharos
Indonesia.
yang dilalui. Validasi yang dilakukan yaitu validasi proses, validasi metode
baik.
kinerja sedangakan untuk validasi dibagi menjadi 2 yaitu validasi proses dan
kalibrasi timer dan quality system. Bagian yang memegang tanggung jawab
ANALISIS OBAT
Vis dan di lakukan juga penelitian di Laboratorium PT. Pharos Indonesia yaitu
Spektrofotometri UV - Vis
1. Prinsip
2. Peralatan
Glass 100 ml, 250 ml, dan 400 ml Labu ukur 100 ml dan 1000 ml,
pipet 10, Gelas Ukur 100 ml, Tabung Kimia Bersumbat Kaca, dan
Tangas Air.
98
3. Bahan
Asam Sitrat.
Spektrofotometri UV - Vis
Fosfat Anhidrat P.
kapsul.
100,0 ml.
PK .
tidak dipanaskan.
5. Hasil Perhitungan
Spektrofotometri UV - Vis
Perhitungan Kadar Ampisilin :
Au . Bs . Pu. BR
Kadar= ×100 %
As . Bu . Ps . BE
Keterangan :
Bs = Berat Pembanding
Bu = Berat Sampel
Diketahui :
100
Au = 0,530 Abs Pu = × 100 = 1000 x
10
As = 0,492 Abs
1.384,8
Bs = 100 mg BR = = 692,4 mg
2
BR 692,4
BE = 500 mg = × 100 = 130,48 mg
BE 500
Bu = 130,48 mg
36.697.200
= × 100%
32.098,080
= 114,32%
6. Hasil : 114,32%
Edisi V)
1. Prinsip
Uji kadar zat Diklorofen pada sediaan Pasta Gigi ini dilakukan
pembanding.
2. Alat
ml, 250 ml, dan 400 ml, Labu ukur 50 ml dan 100 ml, Alat Sentrifuga
3. Bahan
lahan hingga tidak ada buih dan masukkan ke labu ukur 100
tanda batas.
Au Bb
× × 100 %
Ab Bu
Keterangan :
Au = 0,294 Abs
Ab = 0,319 Abs
Bu = 5.002,5 mg
Bb = 10,0123 mg
0,294 10,0123
Kadar¿ × ×100 %
0,319 5.002, 5
= 0,19 %
7. Hasil : 0,19%
c. Uji Kontaminasi Mikroba Produk “X” dengan Metode Total Plate Count
(TPC)
1. Prinsip
3. Bahan
4. Prosedur Uji
1) Prosedur Kerja
hingga homogen.
yang ada.
jam.
x+ y
Jumlah bakteri Aerob / g sampel (CFU / g) = × 10
2
Keterangan :
2 = Dibuat Duplo
5. Hasil Pengamatan
5.2 Pembahasan
A. Spektrofotometri
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih
pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 200 - 400 nm) atau pada
spektrum pada daerah ultraviolet dan daerah cahaya tampak dari suatu zat
tidak khas, tetapi cocok untuk penetapan kuantitatif dan untuk beberapa
pelarut murni atau pereaksi yang digunakan untuk membuat zat yang
berlaku untuk larutan zat dalam batas kadar tertentu. Sedangkan diluar
667).
A = . b.c
Dimana :
A = Absorbansi
b = Ketebalan cm
tersebut.
bakterinya hanya yang hidup saja dan yang mati tidak. Metode ini
dibaca dan dikatakan berhasil bila kurang dari 30 dan tidak lebih dari 300
bakteri dapat diterima, jika lebih dari 300 bakteri kemungkinan ada bakteri
yang terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainnya. Kelebihan
yang hidup saja, dapat menghitung jasad renik namun, kekurangan nya
adalah membutuhkan waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi yang
koloni lain.
dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka
yang ada pada bahan dapat dihitung dengan berbagai macam cara,
Cawan petri hasil penanaman mikroba, pada salah satu sisi dibagi menjadi
Koloni 1 1
Koloni = { x x }
Cawan Faktor Pengenceran Inokulum
perkiraan yang layak angka bakteri atau jamur. Tidak seperti langsung
koloni muncul dari satu sel atau 1000 sel. Oleh karena itu, hasilnya
untuk cairan dan CFU / g (Unit Pembentuk Koloni per Gram) untuk
(Fardiaz, 2001).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Ilmu tentang aspek - aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik yang
2. PT. Pharos Indonesia telah menerapkan standar CPOB tahun 2018 yang
dihasilkan.
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI 2012 yaitu minimum 0,1% dan
maksimum 0,5%.
114
memenuhi persyaratan yaitu 100 ≤ CFU / g.
6.2 Saran
116
Lampiran 1
Alur Produksi Secara Umum (Sumber PT. Pharos Indonesia Tahun 2019)
117
Lampiran 2
Gambar Alat yang Digunakan untuk Analisa Secara Spektrofotometri UV –
Vis (Laporan Pratikum Spektrofotometri Semester IV)
Gambar 1. Gambar 2.
Alat Spektrofotometer Kuvet
Gambar 3. Gambar 4.
Neraca Analitik Digital Alat - Alat Gelas
119
Lampiran 3
Bahan yang Digunakan untuk Penetapan Kadar Kapsul Ampisilin Secara
Spektrofotometri UV – Vis (Laporan Pratikum Spektrofotometri Semester
IV)
Gambar 1.
Kapsul Ampisilin
Gambar 2.
Ampisilin Trihidrat PK
120
Lampiran 4
Alat dan Bahan yang digunakan Untuk Penetapan Kadar Diklorofen dalam
Pasta Gigi Secara Spektrofotometri UV - Vis dalam Pasta Gigi Secara
Spektrofofometri UV – Vis (Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI 2012
dalam Buku Laporan Pratikum Alat Kesehatan dan Kosmetik Semester V)
Gambar 1.
Sampel Pasta Gigi dalam Analisa
121
Lampiran 5
Media yang Digunakan Untuk Uji Kontaminasi Produk “X” Menggunakan
Metode Total Plate Count (TPC) (Laporan Pratik Kerja Lapangan Tahun
2019 di PT. Pharos Indonesia)
Gambar 1. Gambar 2.
Media Pepton Media TSA
Gambar 3.
Hasil Analisa dengan
Metode TPC
122