Anda di halaman 1dari 21

RESUME

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


BIDANG SOCIAL BEHAVIOR ADMINSTRATION
(PRAKTEK APOTEK, PBF, PUSKESMAS DAN
RUMAH SAKIT)

Disusun Oleh:
Nama : Mita Windiana, S. Farm
No. Bp : 3105023

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
A. APOTEK KLINIK NOMOR SATU
I. REGULASI
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2017
tentang Apotek.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
II. URAIAN SINGKAT APOTEK

Apotek Klinik Nomor Satu didirikan pada tahun 2015 dibawah naungan
Klinik Nomor Satu. Pada Apotek Klinik Nomor Satu ditunjuk Apoteker
penanggung jawab Apotek (APA) Bapak apt. Ikhwanul Fadli, S.Farm dengan
Nomor SIPA : 19950819/SIPA_13.71/2019/1.180 dan dalam melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai APA
Apotek Klinik Nomor Satu berlokasi di Jln. Raya Bypass Km 10, Simpang
Taruko,Kelurahan Kalumbuk, Kecamatan Kuranji,Kota Padang. Apotek
Klinik Nomor Satu melakukan kegiatan setiap hari mulai pukul 08.00 WIB
sampai 20.00 WIB. Pembagian kerja dibagi dalam dua shift yaitu pagi sampai
sore (pukul 08.00 s/d 14.00 WIB) dan sore sampai malam (pukul 14.00 s/d
20.00 WIB).
III. PENGADAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI

a. Perencanaan
Perencanaan obat pada Apotek Klinik Nomor Satu di lakukan dengan
mengacu pada stol minimum pada sistem pembukuan apotek. Pada
pembukuan Apotek Klinik Nomor Satu terdapat data
penjualan,,pembelian,stok obat, stok minimum dll.

b. Pengadaan
Pengadaan pada Apotek Klinik Nomor Satu pemesanan barang
berdasarkan stok minimum pembukuan. Banyaknya pesanan tergantung
pada tingkat penggunaan apotek. Pengadaan barang dengan cara memesan
atau membeli barang melalui PBF dengan menggunakan surat pesanan
yang dibuat dan ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Surat pesanan dibuat rangkap dua, terdiri dari warna putih untuk PBF dan
warna merah/copy untuk arsip di apotek dengan melampirkan nomor surat
pesanan.
Pemesanan obat juga dapat dilakukan melalui telepon yang diikuti
dengan surat pemesanan barang jika barang yang dipesan telah datang

c. Penerimaan
Proses penerimaan barang di Apotek Klinik Nomor Satu dilakukan
Petugas apotek menerima barang yang telah dipesan disertai dengan
salinan faktur dan tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Pada
saat penerimaan barang dilakukan pengecekan sesuai dengan surat
pesanan, juga di cek nama, jenisdan jumlah barang, harga satuan, jumlah

1
total harga, potongan harga (kalau ada), PPN dan batas kadaluarsa. Jika
sesuai dengan persyaratan maka faktur distempel dan diparaf oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang menerima barang. Setelah barang
diterima, faktur diarsipkan, kemudian dimasukkan kedalam pembukuan.
Selain itu, juga dilakukan perhitungan harga obat dan dilakukan penandaan
harga pada box untuk mempermudah dalam pendataan.

d. Penyimpanan
Penyimpanan barang di Apotek Klinik Nomor Satu adalah berdasarkan
FIFO dan FEFO, stabilitas sediaan, dan disusun secara alfabetis. Obat
disimpan dengan baik, benar dan sesuai dengan jenis obat untuk
mempermudah dalam pencarian, pengambilan, pengawasan dan terlindung
dari kerusakan. Barang maupun obat disimpan ditempat yang aman, bersih
dan tidak terkena cahaya matahari langsung serta tidak lembab Pada
penyimpanan masing-masing obat diletakkan berdampingan dengan kartu
stok masing-masing sehingga dapat mempermudah dalam melakukan
pengecekan stok obat.

e. Pemusnahan
Pemusnahan obat di Apotek Klinik Nomor Satu belum dilakukan.
Sebelum masa kadaluwarsa obat dekat biasanya apotek akan berusaha
untuk menjual obat tersebut. Jika dalam jangka waktu tertentu apotek tidak
dapat menjual obat tersebut, Obat kadaluwarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara
dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.

f. Pengendalian
Pengendalian obat pada Apotek Klinik Nomor Satu dilakukan dengan
pengisian kartu stok agar tidak terjadi kelebihan, kekurangan obat. Kartu
stok juga dapat dilihat untuk melakukan perencanaan dalam pemesanan
obat yang hampir habis agar tidak terjadi kekosongan stok di Apotek.

g. Pencatatan/ Pelaporan
Pelaporan obat pada Apotek Klinik Nomor Satu juga telah dilakukan
sesuai dengan aturan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang, dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi

2
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika, pelaporan psikotropika, dan pelaporan
lainnya.

IV. KEGIATAN PKPA DI APOTEK KLINIK NOMOR SATU

No Minggu/ Hari/ Kegiatan Keterangan


. Tanggal
1. Minggu I - Pengenalan Apotek Apotek Klinik Nomor
16 - 20 November - Pengenalan dengan Satu
2020 petugas apotek
- Mengamati
perlengkapan sarana
dan prasarana di
apotek
- Perencanaan,
pemesanan obat dan
alkes
- Penerimaan dan
penyimpanan obat
- Diskusi dispensing
sediaan
- Belajar membaca
resep dokter
- PIO
2. Minggu II - Administrasi apotek Apotek Klinik Nomor
23– 27 November - Swamedikasi Satu
2020 - Komunikasi dan
konseling
- Pemusnahan dan
Penarikan
- Pengendalian,pencatatan
dan pelaporan obat.

3. Minggu III - Penerimaan resep Apotek Klinik Nomor


30 November – (compounding and Satu
05Desember 2020 dispensing)
- Pengisian kartu stok
- Pemantauan Terapi
Obat
- Monitoring Efek
Samping Obat
4. Minggu IV - Diskusi dengan Apotek Klinik Nomor
07 – 11 Desember Apoteker Satu
2020 - Surat Pesanan
- Pengkajian dan
Pelayanan Resep
- Penerapan 5O pada saat

3
mendapatkan obat
- 9 Stars Pharmacist
- Penggolongan obat
- Pengembalian Produk
- Perizinan Apotek

V. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
- Kegiatan PKPA dilakukan selama 4 minggu, dimulai dari tanggal 16
November – 11 Desember 2020. Kegiatan Kegiatan PKPA di Apotek
dirasakan sangat bermanfaat bagi calon Apoteker, karena menambah
pengalaman serta pemahaman calon Apoteker dalam bidang Apotek,
calon Apoteker dapat menilai kesesuaian teori yang diperoleh dengan
realisasi di dunia kerja dan dapat mengetahui kendala-kendala yang
mungkin dihadapi setelah terjun ke lapangan nanti.
- Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek maka Apotek Klinik Nomor
Satu telah melaksanakan peran apoteker dalam melakukan pelayanan
kefarmasian yang meliputi 2 kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
- Apotek Klinik Nomor Satu secara umum telah berjalan dengan baik
mulai dari administrasi, keuangan, sistem pengadaan dan penyimpanan
obat, pelaporan, serta pelayanan obat kepada masyarakat.
b. Saran
- Sebaiknya Apotek Klinik Nomor Satu menyediakan ruangan khusus
yang tertutup dengan jadwal terencana untuk konseling serta dilengkapi
dengan data pasien sehingga dapat memonitoring penggunaan obat serta
memudahkan dalam pendokumentasian.
- Diharapkan untuk calon apoteker yang akan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) agar lebih mempersiapkan diri sehingga dapat
menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan di bidang Apotek.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kersehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
di Apotek. Jakarta.
Menteri Kersehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2017 tentang Standar Pelayanan di
Apotek. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

B. PBF LIMA JAYA FARMATAMA PADANG


I. REGULASI
1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB).

4
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011,
tentang Pedagang Besar Farmasi.
3. Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 34 Tahun 2014 Tentang
Perubahan pertama atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011, tentang Pedagang Besar Farmasi.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/Menkes/Per/V/2011
Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
5. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun
2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2010 tentang Prekursor.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
II. URAIAN SINGKAT PBF PT. LIMA JAYA FARMATAMA
PT. Lima Jaya Farmatama adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak
dalam distribusi produk farmasi dalam negeri. Perusahaan ini sudah
beroperasi sejak tahun 1998 dan pertama kali berbentuk Toko Obat Lima Jaya
yang berlokasi di Gurun Laweh Kota Padang. Pada tahun 1999 toko Obat
Lima Jaya berubah menjadi CV Lima Jaya, dan berkembang menjadi PBF
lokal dengan izin PBF No.FP.01.04/IV/0449/2018 berganti nama menjadi PT.
Lima Jaya Farmatama hingga sekarang.
PT. Lima Jaya Farmatama berada di Jalan.Ir. H. Djuanda No. 3 A Padang.
PT. Lima Jaya Farmatama melakukan kegiatan setiap hari Senin sampai
dengan Jum’at, mulai pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB dan pukul 08.00
WIB sampai pukul 14.00 WIB untuk hari Sabtu.
III. PENGADAAN OBAT, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN MEDIS
HABIS PAKAI
a. Perencanaan
Perencanaan perbekalan Farmasi di PT. Lima Jaya Farmatama
dilakukan berdasarkan analisis pareto dan buku defekta. Analisis pareto
merupakan cara perencanaan dan pengadaan barang berdasarkan historis
penjualan yaitu dengan melihat jumlah penjualan barang sebelumnya
selama periode waktu tertentu. Hasil analisis pareto berupa daftar seluruh
obat yang disusun berdasarkan besarnya omset, mulai dari barang atau
obat yang menghasilkan omset terbesar bagi PBF hingga obat yang
menghasilkan omset terkecil bagi PBF dan dengan bantuan buku
defekta,Defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data obat yang
jumlah stocknya telah mencapai jumlah minimal atau hampir habis
b. Pengadaan
PT. Lima Jaya Farmatama melakukan pengadaan denga 3 cara
yaitu:
a. Pengadaan rutin setiap bulan
Pengadaan rutin bulanan dilakukan untuk menjamin ketersediaan
obat di gudang. Obat yang diadakan secara rutin yaitu obat yang banyak
dipesan oleh apotek, rumah sakit atau PBF lain.
b. Pengadaan kontrak

5
Pengadaan ini didasarkan pada kontrak kesepakatan antara PT.
Lima Jaya farmatama dengan industri farmasi tertentu. Obat yang
termasuk ke dalam kontrak akan datang ke PBF sesuai dengan waktu
tempo.

c. Pengadaan dalam jumlah sedikit


Pengadaan ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan obat tertentu
di PBF yang bukan berdasarkan pemesanan rutin. Pengadaan dalam
jumlah sedikit dipesan ke PBF lain di dalam kota agar konsumen tetap
dapat membeli obat. Pemesanan ini dilakukan via telepon dan surat
pemesanan diserahkan setelah barang datang.
Surat Pemesanan obat didalam kota ditandatangani oleh apoteker
penanggung jawab. Sedangkan untuk pengadaan obat luar kota, surat
pemesanan menggunakan kop surat yang ditandatangani oleh direktur
PBF, apoteker penanggung jawab dan kepala gudang. Surat Pemesanan
obat luar kota dikirim via e-mail terlebih dahulu. Surat Pemesanan asli
dikirim ketika barang telah sampai di PBF.

c. Penerimaan
Sistem penerimaan barang PT. Lima Jaya Farmatama yaitu:
 Barang yang datang diletakkan di atas pallete.
 Kepala gudang menerima barang dari expedisi disertai dengan
penyerahan dokumen surat muatan dari ekspedisi dan surat kirim
barang serta faktur asli.
 Kepala gudang mencocokkan fisik barang yang diterima dengan
surat. Kemungkinan hasil pencocokannya antara lain:
1) Fisik barang sesuai dengan faktur asli
2) Fisik barang lebih banyak atau kurang dari yang jumlah tertera pada
surat jalan maka dibuat berita acara lebih kirim atau kurang kirim
sejumlah selisih lebih antara fisik barang dengan surat jalan.
3) Fisik barang berbeda jenis dengan yang tertera pada surat jalan
dalam hal ini juga dibuatkan berita acaranya dan dikirimkan ke
pusat.
 Barang yang diterima kemudian dimasukkan ke gudang penyimpanan
dan disusun sesuai jenis dan abjadnya kemudian datanya diinput ke
komputer sesuai dengan fisik barang yang diterima.

d. Penyimpanan
Penyimpanan obat digudang PT. Lima Jaya Farmatama
berdasarkan suhu, penggolongan obat, principal, abjad, bentuk sediaan,
serta sistem FIFO dan FEFO. Kemudian dilakukan pencatatan pada kartu
stok manual diantaranya dicatat tanggal masuk, Nomor faktur pembelian,
expiredate, No batch, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, serta
sisa stok barang, dan diinput ke komputer.
PT. Lima Jaya Farmatama memiliki ruang penyimpanan obat dan
alat kesehatan yang berbeda. Gudang penyimpanan obat terdiri dari 3
lantai yaitu lantai dasar, obat yang dijual secara eceran serta lantai 1 dan
2 untuk obat yang dijual dalam kartonan. Sedangkan gudang

6
penyimpanan alat kesehatan hanya ada di lantai 1. Penyimpanan barang
di gudang disesuaikan dengan kondisi barang apakah memerlukan suhu
penyimpanan tertentu atau tidak. Suhu yang diatur dalam gudang yaitu
suhu < 30oC dan < 25oC. Barang di gudang diletakkan dalam rak untuk
obat eceran serta diletakkan diatas pallete untuk barang dalam box. Jarak
pallete ke lantai adalah 10 cm. Jarak barang ke dinding gudang juga
harus 5 cm. Tujuannya untuk menjaga kelembapan dan menghindari
pengaruh suhu dinding dan lantai. Untuk produk yang berukuran besar
tetap disusun didalam boxnya dan diletakkan terpisah untuk
memudahkan pengambilan. Setiap gudang dilengkapi thermometer yang
diletakkan pada titik terdingin dan terpanas dalam ruangan untuk
mengontrol suhu ruangan gudang. Suhu gudang diperiksa tiga kali dalam
sehari. Ruangan dilengkapi dengan pest control yang merupakan strandar
CDOB unuk mengontrol hama hewan di gudang

e. Pemusnahan
PT. Lima Jaya Farmatama tidak melakukan pemusnahan obat
secara mandiri dan juga tidak melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
PBF akan mengembalikan obat saat 4 bulan mendekati expired date ke
supplier atau industri obat asal. Pemusnahan akan dilakukan oleh industri
farmasi dan PBF akan mendapatkan barang pengganti atau biaya
kembalian sesuai kesepakatan dengan supplier.

f. Pendistribusian dan Transportasi


Pendistribusian oleh PBF Lima Jaya Farmatama dilakukan kepada
relasi di dalam dan di luar kota bahkan luar provinsi. Pada saat
pengiriman barang yang dipesan di pack kembali sesuai dengan surat
pesanan dan pengepakan kembali itu sesuai untuk keamanan obat
maupun alkes tersebut dalam pengiriman.
Untuk transportasi melibatkan pihak ketiga yaitu Ekspedisi Indah
Cargo, yang sebelumnya telah melalui tahap perjanjian kerjasama atau
kontrak. Personilia yang ditugaskan, pada saat bertugas akan membawa
serta buki surat jalan dan dokumen kontrak.
Jika pada saat barang telah sampai dipelanggan, dan terdapat masalah
atau kesalahan, outlet atau pelanggan bisa menghubungi sales/ pengantar
barang atau bisa langsung melapor ke kantor PBF.

g. Pelaporan
Pelaporan di PT. Lima Jaya Farmatama terdiri dari :
a) Laporan bulanan
Laporan bulanan PT. Lima Jaya Farmatama dilakukan secara
online pada aplikasi SI_ODIE. Pelaporan dilakukan paling lambat
tanggal 10 setiap bulannya. Didalam aplikasi ini sudah termasuk laporan
pemakaian obat perkusor dan obat-obat tertentu (OOT).
b) Laporan triwulan
Pelaporan triwulan dilakukan menggunakan system e-report
dilaman www.PBF.binfar.kemkes.go.id. Pelaporan juga dilakukan ke

7
direktur terkait penjualan dan pembelian obat dan alat kesehatan serta
omset penjualan.
Pelaporan ke direktur berisi daftar obat atau alat kesehatan yang
terjual, outlet pemesan, pemasok, jumlah item, harga, pajak dan bonus.

h. Keluhan, Pengembalian dan Return


Barang yang tidak sesuai dapat dikembalikan dengan syarat
pengembalian dilakukan pada bulan yang sama dengan pembelian.
Barang dikembalikan sesuai dengan faktur, dan faktur akan dibuat baru
untuk barang yang akan dikirim selanjutnya. Barang yang dapat
dikembalikan adalah barang-barang yang tidak laku, salah kirim, jumlah
barang yang dikirim tidak sesuai. Barang return dari PBF ke Industri
dapat dilakukan 3,4,5,6 bulan sebelum ED atau sesuai dengan perjanjian.
Pelanggan atau konsumen juga dapat mengajukan keluhan secara
langsung ke kantor PBF atau kepada sales, kemudian Tenaga Teknis
Kefarmasian akan menelusuri faktur (untuk memastikan barang yang
dikeluhkan memang dari PBF Lima Jaya Farmatama), keluhan akan
ditangani maksimal dalam 14 hari kerja. Pelanggan atau konsumen harus
menyertakan faktur pembelian dan bukti transfer uang.

IV. KEGIATAN PKPA DI PT. LIMA JAYA FARMATAMA


No Hari/ Tanggal Kegiatan Keterangan
.
1. Minggu I - Perkenalan dengan semua Kantor dan gudang
26 April - 01 staf PBF PT. LIMA
Mei 2021 - Diskusi dan membaca JAYA
protap FARMATAMA
- Pengenalan tempat-tempat
penyimpanan obat di
gudang dan gudang obat
karantina
- Diskusi (Pengadaan,
penerimaan, penyimpanan,
pencatatan,
- Pengambilan orderan di
gudang

2. Minggu II - Diskusi (Pendistribusian, Kantor dan gudang


03 – 08 Mei pelaporan, penanganan PBF PT. LIMA
2021 keluhan, pemusnahan) JAYA
- Pengambilan orderan di FARMATAMA
gudang
- Diskusi (tata cara perizinan
PBF)
- Tata cara perhitungan
harga jual PBF

8
- Dokumentasi dan Alkes

V. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
- PT. LIMA JAYA FARMATAMA sudah berjalan dan menerapkan
aspek CDOB dengan baik yang ditetapkan oleh Menteri sesuai
perundang- undangan yang berlaku.
- PT. LIMA JAYA FARMATAMA sudah menggunakan System
Teknologi Informasi untuk memudahkan dalam kegiatan distribusi.
- Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker di PBF, dapat diperoleh
pengetahuan dan pengalaman kerja untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian khususnya dalam kegiatan pendistribusian sediaan
farmasi.
b. Saran
- Ditambah jumlah tenaga pelaksana gudang agar mencukupi
kebutuhan personalia sehingga pekerjaan menjadi lebih optimal.
- Tingkatkan kerja sama dengan PT dan Industri sehingga dapat
menjadi PBF Nasional.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu Yang Sering
Disalahgunakan. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 51 Tahun2009
tentang “Pekerjaan Kefarmasian”. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
NomorHK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2019. Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun
2010 tentang Prekursor. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2015.Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,

9
DanPelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.
Jakarta

C. PUSKESMAS LUBUK BUAYA


I. REGULASI
1. Permenkes Republik Indonesia No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
2. Permenkes Republik Indonesia No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128 Tahun 2004 Tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
4. PeraturanPerundang-undangan No 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian.
II. URAIAN SINGKAT PUSKKESMAS LUBUK BUAYA
Puskesmas Lubuk Buaya adalah puskesmas induk yang terletak di
Jl.Adinegoro km.15 Kecematan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat.
Puskesmas Lubuk Buaya didirikan pada tahun 1976 dan pada waktu
berdirinya puskesmas Lubuk Buaya adalah berupa puskesmas rawat jalan.
Pada tahun 2019, terjadi pemekaran wilayah kota Padang dimana
Puskesmas Lubuk Buaya hingga saat ini memiliki wilayah kerja yaitu
kelurahan Lubuk Buaya, Batang Kebun Ganting, Pasia Nan Tigo, Parupuak
Tabing.
Puskesmas Lubuk Buaya juga memiliki ruang apotek untuk peracikan
obat dan penyiapan obat yg kini tengah dipimpin oleh seorang Apoteker yang
bernama ibuk Apt. Rizka Yolanda S.Farm. Selain itu, apotek Puskesmas
Lubuk Buaya juga dibantu oleh 3 orang tenaga teknis kefarmasian untuk
menjalankan kegiatan pelayanan kefarmasian
III. PENGADAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN BAHAN
MEDIS HABIS PAKAI

a. Perencanaan
Perencanaan obat di Puskesmas Lubuk Buaya dilakukan dengan Rencana
Kerja Operasional (RKO) yang disusun berdasarkan setiap 3 bulan sekali.
Kebutuhan obat di Puskesmas Lubuk Buaya ditentukan dengan dua pola
yakni pola konsumsi dengan mempertimbangkan jumlah pemakaian dan
sisa stok pada bulan sebelumnya dan pola epidemiologi yakni berdasarkan
penyakit yang ada diwilayah tersebut, seperti penyakit diabetes dan
hipertensi. Obat yang masuk dalam perencanaan ini kemudian
dicantumkan dalam LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat).

b. Pengadaan

10
Pengadaan obat di Puskesmas Lubuk Buaya bisa melalui e-catalog
ataupun non e-catalog. E-catalog adalah sistem informasi elektronik yang
memuat daftar nama obat, jenis obat, spesifikasi obat, dan harga barang
tertentu dari berbagai penyedia barang atau jasa pemerintah. Permintaan
obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari Puskesmas Lubuk Buaya melalui
Instalasi Farmasi Kota Padang menggunakan LPLPO setiap 3 bulan sekali
dengan memperhitungkan pemakaian obat dan jumlah sisa stok. Obat rutin
juga di dapat dari Isntalasi Farmasi Kota (IFK) setiap 3 bulan sekali.
Adapun macam-macam perencanaan permintaan obat di Puskesmas
adalah sebagai berikut:
1. Permintaan rutin, dilakukan setiap 3 bulan sekali dan diajukan ke
Instalasi Farmasi Kota (IFK).
2. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila
kebutuhan obat meningkat, menghindari kekosongan obat, adanya
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan menggunakan dana BLUD
dilakukan oleh pejabat pengadaan puskesmas.

c. Penerimaan
Penerimaan adalah sesuatu kegiatan dalam menerima obat dan
bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi Kota sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan.LPLPO yang telah di serahkan
dikembalikan lagi oleh petugas IFK dengan perbekalan farmasi yang di
rencanakan atau obat/sediaan yang di lakukan permintaan dan di isi pada
kolom yang telah kita sediakan jumlah obat yang dikirim ke
Puskesmas.Petugas Instalasi Farmasi Kota bersama petugas Puskesmas
Lubuk Buaya (apoteker/asisten apoteker/tenaga teknis kefarmasian
lainnya) melakukan pengecekan terhadap obat dan bahan medis habis
pakai yang diserahkan ke puskesmas dengan memperhatikan beberapa hal
diantaranya, pencocokan jumlah perbekalan farmasi, bentuk sediaan
farmasi,nama sediaan,tanggal kadarluarsa yang diterima dengan LPLPO
yang telah disetujui dan keadaan perbekalan farmasi. Setelah selesai
pemeriksaan LPLPO ditanda tangani oleh petugas penerima
(apoteker/penanggungjawab gudang) Kemudian SBBK ditanda tangani
oleh petugas penerima (Apoteker/Penanggung Jawab Gudang). Apabila
tidak memenuhi syarat (tidak sesuai dengan isi dokumen LPLPO), maka
apoteker atau penerima barang dapat mengajukan keberatan dan tidak
menandatangani SBBK tersebut.
.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Puskesmas Lubuk Buaya didalam gudang
obat yaitu di lemari obat yang disusun berdasarkan susunan abjad. Rotasi
obat atau pengeluaran obat dari dalam gudang obat Puskesmas
menggunakan sistem FIFO,FEFO dan LASA serta disusun dengan rapi di
rak dan di atas pallet agar tidak langsung bersentuhan dengan lantai,
penyimpanan obat sesuai dengan jenis obat.Untuk sistem FIFO (First In
First Out) yaitu obat yang masuknya lebih awal keluarnya pun di awal,
sedangkan obat yang terakhir masuk keluarnya pun terakhir juga. Untuk

11
sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang memiliki masa
expireddate yang pendek yang terlebih dahulu dikeluarkan dari dalam
gudang dan diserahkan kepada pasien. Dan sistem LASA (Look ALike
Sound ALike) yaitu obat yang memiliki kemasan atau nama yang mirip,
jadi penyimpanannya harus dipisahkan. Penggunaan ketiga sistem ini
bertujuan untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan menghindari
adanya obat yang terbuang sia-sia sebelum diserahkan kepada pasien.
Untuk penyimpanan obat-obat tablet/kapsul/sirup bisa disimpan di
lemari obat biasa, sedangkan obat injeksi/ suppositoria/vaksin itu disimpan
dilemari pendingin (kulkas), untuk vaksin polio harus disimpan di suhu
beku, sedangkan vaksin seperti campak, BCG dan vaksin lainnya bisa
disimpan di suhu dingin (bukan di freezer).
e. Pendistribusian
Pendistribusian perbekalan farmasi di Puskesmas Lubuk Buaya
dilakukan oleh gudang farmasi Puskesmas Lubuk Buaya ke UGD, pustu-
pustu ( Qatar, Ganting, Tabing, Pasie Nan Tigo), apotek, P3K dan unit-unit
(Labolatorium, Gigi, KB, Imunisasi, dll). Pendistribusian ini dilakukan
dalan sekali sebulan
f. Pemusnahan
Obat yang rusak/kadaluarsa akan dimusnahkan di IFK setiap
setahun sekali terhitung setiap bulan Desember. Obat yang
rusak/kadaluarsa akan di kumpulkan di IFK sebelum di musnahkan.
Petugas gudang Puskesmas akan mendata dan merekap obat dan
perbekkes (nama sediaan, bentuk, jumlah, tanggal kaladuarsa, alasan obat
rusak) yang akan dimusnahkan lalu di serahkan data ke IFK dan
selanjutnyake Dinas Kesehatan, lalu dibuat laporan obat rusak/kadaluarsa
untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan.

g. Pengendalian
Pengendalian obat dilakukan dengan pengamatan langsung obat
digudang serta kecocokan dengan kartu stoknya. Pengendalian obat
dilakukan secara e-Puskesmas untuk memonitor ketersediaan stok obat dan
kondisi obat yang sebenarnya.
h. Pencatatan/ Pelaporan

Untuk pelaporan obat narkotik dan obat psikotropik dilaporkan


setiap satu bulan sekali dan untuk mengetahui pemakaian obat perbulan
dapat dilihat dari buku laporan pemakaian obat harian. Pencatatan
pemakaian obat narkotik dan psikotropik dilakukan setiap hari. Format
pencatatannya sama seperti obat golongan lainnya, hanya saja dicatat
dalam buku yang berbeda.
Di Apotek puskesmas Lubuk Buaya ada beberapa jenis laporan yang
dilakukan setiap bulannya yaitu :
a. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
b. 10 Pemakaian obat terbanyak
c. Ketersediaan obat yang ada
d. Laporan formularium nasional

12
e. Laporan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
f. Laporan Konseling
g. Obat psikotropika dan narkotika
h. Jumlah kunjungan pasien per-bulan
i. Pengelolaan obat rusak dan
IV. KEGIATAN PKPA PUSKESMAS LUBUK BUAYA

No Minggu/ Hari/ Kegiatan Keterangan


. Tanggal

1. Minggu I  Standar Pelayanan Puskesmas Lubuk


01 - 06 Maret Kefarmasian di Buaya
2021 Puskesmas
 Alur pelayanan Resep di
Puskesmas
 Pengenalan Puskesmas
beserta struktur
organisasinya
 Perencanaan Obat dan
BMHP di Puskesmas
 Pengadaan Obat dan
BMHP di Puskesmas
 Penyimpanan Obat dan
BMHP di Puskesmas
 Pendistribusian Obat dan
BMHP di Puskesmas

2. Minggu II  Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Lubuk


08 – 13 Maret Obat dan BMHP di Buaya
2021 Puskesmas
 Monitoring obat dan
evaluasi pengelolaan
 Pemusnahan dan
Penarikan Obat dan
BMHP di Puskesmas
 Pemberian Informasi
Obat
 Penyuluhan DaGuSiBu

V. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
- Pengelolaan obat dan BMHP di Puskesmas Lubuk Buaya meliputi:
Perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
administrasi dan penghapusan danpemusnahan obat kadaluarsa.
- Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Lubuk Buaya meliputi:
Pelayanan resep, penyiapan obat (dispensing), pelayanan informasi

13
obat, konseling, home care, pemantauan terapi obat, monitoring efek
samping obat dan evaluasi penggunaan obat.
b. Saran
1.Diharapkan bagi tenaga kesehatan baik dokter, perawat, Apoteker, dan
ahli kesehatan lainnya di puskesmas maupun di layanan kesehatan lain
agar memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien sesuai dengan kode
etik yang berlaku demi meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Diharapkan untuk pasien dengan pengobatan prolanis agar lebih


mendapatkan perhatian khusus demi untuk kesembuhan yang optimal.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 74/2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas.Jakarta: Kemenkes RI.
Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
diPuskesmas. Jakarta: Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Depkes RI, Jakarta.
Menteri kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas. Jakarta:
Kementrian Keesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2016
Tentang Kesehatan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 30
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

D. RUMAH SAKIT OTAK DR, Drs. MUHAMMAD HATTA,


BUKITTINGGI
I. REGULASI
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
II. URAIAN SINGKAT RUMAH SAKIT OTAK DR,Drs. MUHAMMAD
HATTA
Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi berasal dari Rumah
Sakit Umum Pusat Bukittinggi yang secara historis berasal dari Rumah Sakit
Immanuel yang dikelola oleh Yayasan Baptis Indonesia sejak tahun 1978.
Pada tahun 1982 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP). Pada
Tahun 2002 dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.21/Men.Kes/SK/I/2002 RSUP Bukittinggi ditetapkan sebagai “Pusat
Pengelolaan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi”.

14
Selanjutnya pada tanggal 5 April 2005 PS3N RSUP Bukittinggi
berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan RI
No.495/MenKes/SK/IV/2005 ditingkatkan kelembagaannya menjadi Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Pada tahun 2009 dengan SK
NO:1002/MENKES/SK/11/2009 Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
menerapkan pola PPK-BLU. Pada tanggal 18 Oktober 2019 RSSN
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 tahun 2019 RSSN
Bukittinggi ditetapkan sebagai Rumah Sakit Otak DR. Drs. M. Hatta
Bukittinggi. Rumah Sakit Otak DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi merupakan
tipe rumah sakit khusus kelas B dengan akreditasi paripurna berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 445-45-2018.
III. III. PENGADAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN DAN
BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
a. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang digunakan untuk
menentukan pengadaan pebekalan farmasi di Rumah Sakit. Dalam
menyusun perencanaan di rumah sakit otak DR.Drs. Muhammad hatta
dapat dilakukan perhitungan kebutuhan melalui beberapa metode, salah
satunya yang digunakan adalah metode konsumsi. Perhitungan dengan
metode konsumsi didasarkan pada real konsumsi perbekalan farmasi
periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Pada
jumlah obat yang harus dibeli ini ada beberapa hal yang perlu kita
ketahui, diantaranya: sisa stok, stok pengaman, waktu tunggu (lead
time),serta persen peningkatan kunjungan pasien. Selain itu juga
dilakukan analisa penurunan biaya dengan metoda VEN dan ABC/
Pareto.
Dalam penentuan jenis obat RS Otak menggunakan Formularium
Rumah Sakit yang disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Pada perhitungan perkiraan kebutuhan obat ini, terdapat 9 langkah
yang harus dilakukan:
- Menghitung pemakaian nyata pertahun
- Menghitung pemakaian rata-rata 1 bulan
- Menghitung kekurangan obat
- Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya
- Menghitung kebutuhan obat tahun yang datang
- Menghitung kebutuhan leadtime
- Menentukan buffer stock
- Menghitung obat yang diprogramkan tahun depan
- Menghitung jumlah obat yang dianggarkan
b. Pengadaan
Sistem pengadaan perbekalan farmasi di RS Otak menggunakan 2
cara yaitu sistem tender terbuka untuk dana >500 juta dan pembelian
langsung untuk dana < 200 juta. Untuk pengadaan obat-obat yang
terdapat di dalam Formularium Nasional dilakukan menggunakan e-

15
catalog atau pemesanan secara online menggunakan aplikasi. Pembelian
obat-obatan di RS Otak dibagi menjadi per 1 tahun, per 6 bulan.
Dalam pengadaan perbekalan farmasi, ada beberapa panitia yang
terlibat, diantaranya :
- Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Dimana dalam hal ini yang terkait KPA adalah Direktur rumah sakit.
Tugas utama KPA adalah untuk membuat rancangan umum.
- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dimana PPK ini bertugas sebagai pembuat rancangan teknis terkait
alokasi dana pengadaan
- Pejabat Pengadaan (PP)
Pada pejabat pengadaan ini, terbagi menjadi 2:
1. Pejabat Pengadaan : yaitu 1 orang akan merealisasi atau menjalani
disposisi dari PPK
2. Unit Pelayanan Pengadaan
c. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Otak
DR,Drs,Muhammad Hatta dilakukan oleh panitia penerimaan barang
yang telah dibentuk di rumah sakit. Pada saat penerimaan dilakukan
pengecekan terhadap jenis dan jumlah barang, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, kondisi fisik barang serta kesesuian dengan pemesanan. Pada
saat pihak gudang farmasi menerima barang yang datang, akan dibuat
berita acara penerimaan yang akan menjadi bukti bahwa barang
perbekalan farmasi telah diterima oleh pihak gudang farmasi.
d. Penyimpanan
Dalam hal penyimpanan perbekalan farmasi di RS Otak disimpan
dalam ruang penyimpanan sudah memenuhi persyaratan seperti obat
diletakkan pada rak obat atau di alas dengan pallet, alat kesehatan, dan
obat LASA dan High Alert. Disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
abjad dengan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out).
Perbekalan farmasi di RSSN Bukittinggi disimpan ke 4 gudang
farmasi yang berbeda, yaitu gudang I (untuk obat-obat dan alat
kesehatan) ; gudang II (untuk alat kesehatan) ; gudang III (untuk cairan );
serta gudang IV (untuk cairan infus).
e. Pemusnahan
Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan terhadap barang yang
rusak, bekas pakai, atau barang yang sudah kadaluarsa. Dikumpulkan
kemudian dilakukan pencatatan (nama dan jumlah obat, tanggal expire
date, harga pembelian) laporan disetujui oleh direktur utama Rs Otak
yang kemudian dikirim ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan
dilaporkan ke BPOM.
Pemusnahan di RS Otak dilakukan sekali dalam 10 tahun, tetapi
dapat berubah tergantung pada jumlah, kondisi, serta panitia pelaksana.
Proses pemusnahan dapat dilakukan menggunakan alat incenerator
dengan bantuan pihak ke tiga. Pemusnahan disaksiakan oleh BPOM,
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan pihak kepolisian kemudian laporan
pemusnahan di kirim ke Kementerian Kesehatan.

16
f. Pengendalian
Di Rumah Sakit Otak, pengendalian dapat dilakukan dengan
pengaturan distribusi perbekalan farmasi serta pencatatan teratur setiap
barang masuk dan keluar di kartu stok, buku laporan, serta entry
computer. Pendistribusian dilakukan berdasarkan permintaan masing-
masing depo yang disesuaikan dengan jumlah stok yang tersedia.

g. Pencatatan/ Pelaporan
Di Rumah Sakit Otak ini proses pencatatan menggunakan 3 cara,
yaitu : pencatatan manual di Kartu Stock, pencatatan manual di Buku
Laporan, serta pencatatan elektrik menggunakan computer, dimana setiap
barang masuk dan keluar dientri data menggunakan aplikasi dikomputer
Adapun pencatatan dilakukan pada saat perbekalan farmasi masuk
ataupun keluar dari gudang, sesuai dengan pemesanan atau juga sesuai
dengan permintaan keluar dari masing-masing depo. Terkait pelaporan,
biasanya dilakukan setiap bulannya, dimana pelaporan ini dilakukan
dengan memuat berapa jumlah barang yang masuk dan keluar serta harga
dari masing-masing perbekalan farmasi. Untuk gudang, laporan bulanan
yang harus disiapkan adalah laporan pemakaian alat kedokteran, laporan
pemakaian alat kesehatan habis pakai, laporan pemakaian alat kesehatan
suku cadang, laporan pemakaian obat BPJS, laporan pemakaian obat
regular dan laporan khusus (pemakaian obat narkotika dan psikotropika
melalui SIPNAP).

IV. KEGIATAN PKPA RUMAH SAKIT OTAK DR,DRs. MUHAMMAD


HATTA

Hari/
No Jenis Kegiatan Keterangan
Tanggal
1 Jumat, 08 Presentasi Case Report mengenai IFRS Aula ruang
Januari Alur Pelayanan dan Waktu Tunggu diklat
2021 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat RSOMH
Inap.

2 Jumat, 22 Presentasi Case Report mengenai Bangsal Aula ruang


Januari Interne diklat
2021 Gastroenteritis akut RSOMH

3 Kamis, 05 Presentasi Case report mengenai Bangsal Aula ruang


Februari Anak diklat
2021 Demam Rematik RSOMH

4 Selasa, 19 Presentasi Case Report mengenai Bangsal Aula ruang


Februari Neurologi diklat

17
2021 Stroke Iskemik RSOMH

V. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
- Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit memberikan
manfaat kepada calon Apoteker untuk menambah gambaran
keterampilan, pengetahuan, skill dan pengalaman praktis mengenai
system managerial yang dilakukan secara daring
b. Saran
- Diharapkan untuk calon apoteker yang akan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA ) agar lebih mempersiapkan diri sehingga dapat
menambah keterampilan,pengetahuan dan wawasan dibidang
rumah sakit.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, 2014, PERMENKES RI Nomor 58 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2016, PERMENKES RI Nomor 34 tahun 2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2016, PERMENKES RI Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta
Departemen Kesehatan, 2009, Peraturan Pemerintah RI No 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta

Struktur Organisasi Tempat PKPA


1. APOTEK KLINIK NOMOR SATU

18
Dr. Nur Afrainin Syah, M.
Med. Ed , Phd Apt. Ikhwanul Fadli
(Penanggung Jawab Klinik) S.farm (APA)

Admin

Radhiyatan
Dokter Perawat Mardhiyah, S. Tr. Keb
1. dr. Nita Afriani, M. 1. Rona Santara Amd.
Biomed Kep.
2. dr. Tiara Ledita 2. Krisdania Maslayla,
3. dr. Siti Hidayatul Amd. Kep
Fitri
4. drg. Fildzah Nurul
Fajrin

2. PBF PT. LIMA JAYA FARMATAMA

3. RUMAH SAKIT OTAK DR. DRs. MOHAMMAD HATTA, BUKITTINGGI

19
4. Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

20

Anda mungkin juga menyukai