Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putri Nadia Lubna

Nim : 0204182049

Prodi : muamalah V-D

Matkul : Filsafat hukum islam ( Resume)

Sufi Paradigma

Critical : paradigma kritis ( menggugat Formalisme, penekanan pada tampilan luar, kooprasi
keduniawian, pemutusan rangkaian ke alam langit.

Morality of difference : setiap orang melaksanakan apa yang sanggup & sesuai intensitas
keruhanian dan posisi MAQAM spitualitasnya. Difference is not about Quarreling, Good and
not Good, correct or not correct, its about responsibility to each own choice, do what its good
for himself and others.

Bagaimana paradigma ini Diaplikasikan untuk menyikapi dan memahami sikap masyarakat
dalam masa pandemi corona.

¤ Bahwa segala sesuatu ada aspek makna internal, hikmah dan alusi.

¤ Bahwa kaum sufi melihat segala sesuatu ada Intervensi allah. Kaum sufi melihat allah
dimana mana. Bahkan dalam suara deritan pintu bisa menangkap kehadiran allah (ibn'arabi).

¤ Bagi kaum sufi tidak cukup penjelasan kesehatan, penjelasan konspirasi. Corona bukan
hanya isu kesehatan ekonomi, politik, lingkungan, konspirasi. Allah ingin menyatakan
sesuatu. Allah hadir dalam suatu peristiwa itu dan semua peristiwa ini harus mampu
membawa dan menciptakan keterhubungan diri dengan allah.

¤ Maka kebijakan Jaga jarak, lockdown dalam istilah sufi adalah suat ‘uzlah dan khalwat
momentum untuk mengolah hati, muhasabah dan menikmati kembali kehadiran allah dalam
diri (Hadrah ilahiyyah)

¤ Disisi lain setelah mendapatkan keterhubungan dengan allah, maka akan melahirkan Sikap
pasrah dan tawakkal. Maka seorang seorang sufi melakukan “busur turun”(Qaws Nuzul)
setelah melakukan busur naik (Qaws Su'ud) pada saat uzlah
¤ Kita harus memahami fenomena masyarskat, komunitas emak emak yg menantang takut
dan bahaya corona dipasar pasar untuk melakukan kewajiban nya menghidupi anaknya, dan
contoh Kasus lainnya. Mereka keluar dengan bekal taqwa dan pasrah yg tampilannya adalah
sifat kehati hatian ataupun was was.. Bukan sikap parno yg dikeluarkan ataupun ketakutan
yang berlebihan semuanya serahkan saja allah yang maha kuasa.

Masalah Keterhubungan dengan allah adalah sesuatu yang sangat subjektif dan individual,
hanya bisa dirasakan dan tidak bisa diurai dengan kata secata utuh.

Setiap orang diberi kans untuk merasakan nikmatnya kehadiran ilahiyyah ini walaupun tentu
tidak setiapvorang melakukan dan mengusahakan nya.

Karena nya tindak laku bersyuhbah dengan allah hakikatnya menjadi kebutuhan setiap
hamba. Maka waktu kesendirian, momen momen perenungan dan merasakan kenikmatan
adalah kebutuhan dan hak setiap orang. Masa uzlah dan lockdown bukanlah masa masa
frustasi melainkan masa masa peraihsn kenikmatan melalui eksplorasi dan pengenalan diri
dan menghayati keterhubungan dengsn allah.

Jadi, setiap orang diberi hak mengeksplorasi penghayatan ketuhananya serta mendapatkan
kedalaman makna dari penghayatan batiniahnya, maka setiap orang harus dipahami dan
dihargai kemandiriannya

Anda mungkin juga menyukai