Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Persepsi memiliki banyak pengertian dan semua tergantung bagaimana


mengambil pengertian tersebut dari sudut pandang yang dibutuhkan. Menurut
Prawira (2017) kemampuan mengenali diri sendiri dan juga lingkungan di sekitar
karena adanya stimulus atau rangsangan yang sangat berkaitan dengan persepsi
(perception). Menurut Davidoff (1981) (dalam Prawira, 2017 : 63) menyebutkan
bahwa persepsi individu dapat terjadi dikarenakan adanya rangsangan yang
diterima oleh masing – masing individu. Rangsangan tersebut dibidik oleh indra
manusia yang kemudian dicerna, sehingga manusia mampu menyadari apa yang
ditangkap oleh indra mereka.

Moskowitz dan Orgel (1981) (dalam Prawira, 2017 : 63) mengatakan


bahwa persepsi ialah keadaan yang terintegrasi dari setiap orang melalui
rangsangan yang didapat. Pengalaman yang diterima oleh masing – masing
individu juga merupakan salah satu faktor timbulnya persepsi. Beberapa
persyaratan agar individu dapat melakukan persepsi diantaranya harus terdapat
objek yang mampu menimbulkan rangsangan terhadap alat indra. Pada alat indra
terdapat saraf sensoris yang diteruskan ke otak dan direspon sehingga
menghasilkan sebuah persepsi. Agar dapat ditimbulkannya sebuah persepsi harus
diperlukan syarat – syarat bersifat fisik, fisiologis dan psikologis.

2.1.1 Jenis persepsi

Menurut Maramis 2005 (dalam Candra, Harini dan Sumirta 2017 :


66) persepsi memiliki dua jenis, diantaranya :

1. Persepsi dari luar, persepsi ini terjadi karena adanya rangsangan dari
luar individu yang mempengaruhi masing – masing individu.
2. Persepsi dari dalam diri, persepsi ini terjadi karena adanya pengaruh
dari dalam diri individu.

Jenis – jenis persepsi tersebut memiliki tingkat yang terbilang sama,


hanya saja proses yang terjadi agar lahir menjadi sebuah persepsi yang
berbeda. Persepsi dari luar individu dipengaruhi oleh lingkungan disekitar
individu tersebut, sehingga elemen tersebut mampu mempengaruhi
pandangan seseorang terhadap apa yang ia lihat dan rasakan. Sedangkan
persepsi dari dalam diri terjadi karena dipengaruhi oleh dirinya sendiri
melalui elemen visual, pengalaman diri, maupun suasana hati.

2.1.2 Fungsi persepsi

Menurut Atkinson (dalam Candra, Harini dan Sumirta 2017 : 66-67)


mengatakan bahwa persepsi memiliki fungsi sebagai penentuan objek
yang ada disebuah tempat melalui pengenalan, dan dimana objek itu
berada melalui aktivitas disuatu lingkungan. Dalam menentukan sebuah
objek kita harus melalui penglihatan, dan penglihatan tersebut dianggap
sebagai sebuah proses pengenalan pola. Dalam mengetahui sebuah objek,
selain penglihatan mengetahui sifatnya juga merupakan salah satu hal
penting, sehingga kita bisa lebih mudah memahami bagaimana objek
tersebut. Lokalisasi ialah sebuah batasan, batasan tersebut digunakan
dalam menentukan sebuah objek untuk dapat mengetahui apakah objek
tersebut sesuai atau tidak.

Ketika kita sudah menentukan sebuah objek melalui penglihatan


visual, lalu kita mampu menentukan sebuah objek . Penentuan sebuah
objek dianggap sebagai satu langkah yang relevan untuk dilakukannya
sebuah persepsi. Selain itu persepsi juga berfungsi untuk mempertahankan
tampilan objek agar tetap konstan, walaupun penglihatan yang diterima
terus berubah – ubah.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Sarlino W. Sarwono (dalam Listyana dan Hartono 2015 :


122) faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Perhatian, melalui indra visual menangkap seluruh rangsangan yang


ada disekitarnya tetapi fokus hanya kepada beberapa objek saja.
Kemudian perbedaan fokus tersebut dapat menghasilkan perbedaan
persepsi.
b. Kesiapan mental, juga mempengaruhi faktor terjadinya sebuah
persepsi melalui rangsangan yang timbul.
c. Kebutuhan pada individu juga berpengaruh terhadap persepsi.
d. Sistem nilai, dianggap sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
lahirnya persepsi.
e. Tipe kepribadian pada masing – masing individu dapat mempengaruhi
persepsi dari diri masing – masing. Lahirnya persepsi antara satu orang
dengan yang lainnya itu memiliki perbedaan.

Faktor – faktor lahirnya sebuah persepsi, sangat berpengaruh dari


dalam diri masing – masing individu. Seperti faktor perhataian yang telah
dijelaskan, faktor tersebut ada karena adanya keinginan dari diri untuk
memperhatikan objek disekitarnya. Untuk faktor kesiapan mental,
kebutuhan, dan sistem nilai juga berasal dalam diri sendiri yang kelak
nantinya akan berpengaruh pada persepsi yang lahir. Namun, tipe
kepribadian juga dianggap faktor relevan, karena persepsi lahir dari selera
dan tipe dari dalam diri masing – masing. Sehingga timbul lah persepsi
yang berbeda – beda.

Berdasarkan penuturan Walgito (dalam Candra, Harini dan Sumirta


2017 : 70-71) faktor yang memengaruhi terjadinya persepsi antara lain :

1. Ketersediaan informasi sebelumnya


Dalam menerima dan memberikan informasi diharapkan harus
jelas. Karena jika seseorang menerima rangsangan, untuk mendapatkan
informasi ditengah informasi maka akan menyebabkan kekacuan
dalam mempersepsi. Maka dari itu, sebaiknya kita mampu memahami
informasi – informasi tersebut secara lebih akurat, dan menghasilkan
persepsi yang tepat.
2. Kebutuhan

Manusia kodratnya, hidup untuk mencukupi kebutuhan sehari –


harinya. Seseorang biasanya menghasilkan sebuah persepsi sesuai
dengan kebutuhan mereka pada saat itu.

3. Pengalaman masa lalu

Pengalaman yang sudah dilewati, sebagai proses untuk melewati


kehidupan kedepannya akan sangat mempengaruhi sebuah persepsi
dimasa depan. Seperti contoh, manusia yang melewati pengalaman
sakit hati dengan seseorang kedepannya akan lebih berhati – hati
bahkan mencurigai ketika terjadi tindakan yang hampir menyerupai
pengalaman sakit hatinya tersebut.

4. Emosi

Emosi berperan penting dalam menerima dan mengolah sebuah


informasi. Jika kita menerima sebuah informasi ditengah keadaan yang
sedang emosi, maka informasi tersebut akan dicerna dengan tidak baik
dan menghasilkan sebuah persepsi yang tidak sesuai.

5. Impresi

Impresi ialah pengaruh terhaadap fikiran dan perasaan. Impresi


dapat mempengaruhi sebuah persepsi. Ketika kita melihat hal yang
baik, maka kita akan mengimpresikan dengan kebaikan dan hasil
persepsi juga akan baik.
6. Konteks

Konteks ialah hal yang berhubungan dengan sosial, budaya dan


lingkungan. Konteks merupakan hal yang cukup penting dalam faktor
timbulnya persepsi. Karena dapat disimpulkan bahwa apa yang kita
lihat dan rasakan dari sekitar kita akan memepengaruhi respon –
respon tersebut.

Faktor pengaruh persepsi memang tampak beragam, sesuai dengan


keadaan kehidupan kita sehari – hari. Namun, faktor – faktor tersebut inilah yang
tanpa kita sadari telah menghasilkan persepsi yang selama ini kita lakukan

2.1.4 Teori persepsi

- Teori Gestalt

Teori gestalt ialah suatu teori yang memberikan penjelasan


mengenai proses sebuah persepsi melalui penyusunan struktur
elemen sensasi yang terdapat sebuah hubungan, pola maupun
kesamaan yang menjadi satu kesatuan. Pada teori gestalt
terdapat hukum – hukumnya, diantaranya :
a. Low of Proximity (Hukum Keterdekatan)
Hukum kedekatan yang dimaksud pada teori gestalt
ini ialah, suatu pola yang berdekatan pada tempat dan
waktu yang dianggap suatu keutuhan.
Gambar 2.1 Hukum keterdekatan

(Sumber : https://sudianto.net/2017/10/mengenal-teori-
gestalt)

b. Low of Closure (Hukum Ketertutupan)

Hukum ketertutupan ialah, suatu pola yang tertutup


dan menghasilkan kesan individualis.

Gambar 2.2 Hukum ketertutupan

(Sumber : https://sudianto.net/2017/10/mengenal-teori-
gestalt)

c. Low of Equvalence (Hukum Kesamaan)


Hukum kesamaan lebih menunjukan sisi kesamaan
antara satu dengan yang lain. Hukum ini dapat
dipersepsikan sebagai pengelompokan.
Gambar 2.3 Hukum kesamaan

(Sumber : https://sudianto.net/2017/10/mengenal-teori-
gestalt)

d. Low of Continuity (Hukum Kontinuitas)

Hukum kontinuitas ini menyatakan bahwa, hukum


ini saling berkesinambungan yang bergabung menjadi satu
kesatuan.

Gambar 2.4 Hukum kontinuitas

(Sumber : https://sudianto.net/2017/10/mengenal-teori-
gestalt)

a. Good form (Hukum bentuk)


Hukum bentuk ini mengungkapkan bahwa setiap
orang yang tampak mengamati sebuah objek dapat
menghasilkan persepsi yang lebih mendalam. Karena
mereka lebih memberikan arti oleh apa yang mereka
amati.

Pada hukum – hukum teori gestalt ini, dapat kita perhatikan bahwa
dalam menghasilkan sebuah persepsi berdasarkan dari pengalaman dan
apa yang kita perhatikan. Jadi, secara garis besar manusia melihat sesuatu
secara menyeluruh.
2.1.5 Pola Pengamatan Manusia

` Manusia pada hakikatnya lebih banyak belajar dari sebuah


pengalaman yang terjadi didalam hidupnya, dan dari sebuah pengalaman
tersebut timbulah keinginan untuk mengamati apa yang terjadi
disekitarnya. Seperti yang dikemukakan Sarlito S. Sarwono (2003) ,
beberapa pola pengamatan manusia yang menetap, diantaranya :
a. Pola warna yang menetap
Pada pola iiwarna yang menetap ini, warna – warna gelap
seperti hitam akan tampak lebih mencolok ketika terkena sinar
matahari.

b. Pola bentuk yang menetap


Pola bentuk yang menetap, dimana manusia akan
mengamati suatu bentuk dari sudut manapun.

c. Pola ukuran yang menetap


Pola ukuran yang menetap, manusia akan tetap melihat
sesuatu seperti ukuran aslinya, walaupun pada saat dilihat dari
tempat yang berbeda memiliki ukuran yang relatif berbeda.

d. Pola letak yang menetap


Manusia akan mengamati sesuatu hal dari letak yang
menetetap. Walaupun pada saat mengamati, dalam kondisi
bergerak, dan mengalami pergeseran letak. Tetapi, manusia
akan tetap menyimpulkan pengamatannya dengan letak yang
tetap.
Penggabungan dalam pengamatan ini, sehingga menghasilkan
sebuah persepsi yang tidak sesuai. Kesalahan dalam menghasilkan sebuah
persepsi ini disebut ilusi.

2.2 Indra Penglihatan manusia

2.2.1 Mata manusia

Gambar 2.4 Hukum kontinuitas

(Sumber : https://sudianto.net/2017/10/mengenal-teori-gestalt)

Mata merupakan salah satu organ indra penglihatan yang


penting., karena melalui mata manusia mampu menyerap informasi
visual yang mampu menimbulkan persepsi. Mata dapat menangkap
beragam hal, termasuk objek, ukuran, warna, tekstur dan jarak.

Anatomi mata manusia terdiri dari beberapa bagian yang


bekerjasama untuk dapat menangkap objek dengan baik. Menurut
Harlan (2018) perangkat pembentukan bayangan, dengan prinsip
optika ialah alur dari satu objek yang berbeda ketebalan optisnya
akan tejadi sebuah pembiasan, cahaya yang datang secara sejajar
akan difokuskan ke belakang lensa dan cahaya yang datang sejajar
menuju arah objek dengan jarak mencapai 6 m bahkan lebih terlihat
sejajar. Untuk mengatur berapa banyak cahaya yang masuk kedalam
kornea mata, diatur oleh bagian pupil. Pupil memiliki tugas untuk
mengatur berapa banyak cahaya yang masuk kedalam mata.

Menurut Harlan (2018) seseorang yang berada terlalu lama


ditempat gelap dan berpindah menuju tempat terang, retina akan
lebih sensitif ketika melihat cahaya, dan sebaliknya orang yang
berpindah dari tempat terang menuju gelap akan merasa silau
ketika melihat cahaya.

2.2.1 Kualitas Visual

Kualitas visual merupakan perpaduan dari dua bagian


wilayah penelitian, yaitu emprical aesthetic, yang membahas
megenai seni dan environmental psychology, yang membahas
mengenai pengembangan kualitas pada kediaman manusia. Kedua
penelitian ini berfungsi membantu menjelaskan hubungan antara
dorongan fisik dengan respon manusia (Mahendra, 2016).

Kualitas visual berhubungan dengan apa yang bisa dilihat.


Kualitas visual dapat dilihat mencakup dua perihal, diantaranya
estetika dan persepsi dari manusia. Ciri khas yang paling mudah
dipahami ialah bentuk fisik, kaarna dalam visua

Anda mungkin juga menyukai