Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS KONSEP BIAYA

(Studi Kasus Pada Sour Sally Bintaro Jaya Xchange)

Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu: Yusar Sagara, SE., Ak., M.Si., CA, CMA, CPMA

Disusun Oleh: Kelompok 2

Zahra Syafiyah 11160810000089

Dinda Adina Arimbi 11160810000106

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Paper yang berjudul “Analisis Konsep Biaya
Studi Kasus Pada Sour Sally Bintaro Jaya Xchange” pada mata kuliah Akuntansi
Manajemen. Serta tak lupa salawat serta salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahnya, dan atas doa restu serta dorongan
dari berbagai pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam
pembuatan paper ini.

Keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami menyadari


sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam paper ini, baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
menyempurnakan paper ini.

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga makalah ini dapat


dipahami dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi siapapun yang
membacanya.

Ciputat, 26 Oktober 2018

Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
I

DAFTAR ISI
II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB II LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

2.1 Profile Perusahaan 3


2.2 Menu 4
2.3 Alur Pemesanan Pengunjung 6
2.4 Analisa Proses Bisnis 6
2.5 Visi dan Misi Peusahaan 7
2.6 Latar Belakang Sour Sally 7

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya


12

3.1.1 Biaya Variabel (Variable Cost)


12

3.1.2 Biaya Tetap (Fix Cost)


12

3
3.1.3 Biaya Semivariabel (Mixed Cost)
12

3.2 Harga Pokok Penjualan


13

3.3 Laporan Laba Rugi


13
3.4 Aspek Akuntansi Manajemen
14
3.4.1 Sistem Pengakuan Biaya
15
3.4.2 Sistem Pengamulasian Biaya
15
3.4.3 Sistem Penyajian Biaya
16
3.4.4 Sistem Pengalokasian Biaya Overhead
16
3.4.5 Sistem Perencanaan, Pengurangan, dan Pengendalian Biaya
17

BAB IV ANALISIS PEMASARAN

4.1 Segmentation, Targeting, Positioning (STP)


18

4.2 Analisis SWOT


19

4.3 Marketing Mix


20

BAB V ASPEK AKUNTANSI MANAJEMEN

5.1 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya 3

4
5.1.1 Biaya Variabel (Variable Cost) 4

5.1.2 Biaya Tetap (Fix Cost) 4

5.1.3 Biaya Semivariabel (Mixed Cost) 4

5.2 Harga Pokok Penjualan 4


5.3 Laporan Laba Rugi 4
5.4 Aspek Akuntansi Manajemen
14
5.4.1 Sistem Pengakuan Biaya
15
5.4.2 Sistem Pengamulasian Biaya
15
5.4.3 Sistem Penyajian Biaya
16
5.4.4 Sistem Pengalokasian Biaya Overhead
16
5.4.5 Sistem Perencanaan, Pengurangan, dan Pengendalian Biaya
17

BAB V PENUTUP

6.1 Simpulan 11

6.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning Method) 11

DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

5
Pada era milenial saat ini banyak masyarakat terutama yang memiliki
kesibukan sudah sadar akan pentingnya pola hidup sehat, yaitu dengan cara
menjaga pola makan dengan mengonsumsi makanan yang sehat setiap harinya
dan juga olahraga yang teratur. Konsumen Asi Tenggara, terutama Indonesia,
menjadi lebih sadar kesehatan. Menurut data BPS mengungkapkan sebanyak tiga
dari empat atau 75% konsumen di Indonesia mengatakan mereka memiliki
keinginan diet sehat ditahun 2017. Selain itu, 58%, orang Indonesia diperkotaan
ingin berolahraga lebih banyak pada tahun 2017.1

Menurut penelitian Global National Product Database (GNPD), selama tiga


tahun menjelang Juli 2017, perkembangan perusahaan makanan dan minuman
yang mempromosikan klaim “tinggi protein dan rendah lemak” mengalami
peningkatan sebesar 26%. Namun, Asia Pasific hanya mengalami pertumbuhan
5% dalam peluncuran perusahaan makanan dan minuman dengan klaim yang
sama. Salah satu metode pola hidup sehat yang ingin diadopsi oleh konsumen
termasuk meningkatkan asupan makanan dan minuman konsumen yang tinggi
protein.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara paling positif mengenai kondisi
kesehatan dalam urutan kedua setalah Filipina, Indonesia tercatat sebagai satu-
satunya negara yang tidak mengalami penurunan pada Indeks Kesehatan terbaru
ini yang dirilis oleh Sun Life Financial Asia. Seiring dengan meningkatnya
masyarakat yang menerapkan pola hidup sehat, ada beberapa yang mengalami
hambatan dalam konsistensi mengonsumsi makanan sehat salah satunya yaitu
tidak adanya waktu untuk menyiapkan menu yang sesuai. Dan hal inilah yang
menjadi peluang besar bagi beberapa pihak untuk membuka asupan sehat seperti
Yogurt rendah kalori dan ditambah campuran Charcoal yang mampu
mendetoksifikasi tubuh.

1
https://www.marketing-interactive.com/study-indonesia-consumers-prioritising-healthier-
lifestyle-choices/

6
Dengan uraian tersebut penyusun ingin menganalisis usaha dan menganalisis
konsep biaya yang diterapkan perusahaan cemilan sehat yogurt ice cream yaitu
Sour Sally cabang Bintaro Jaya Xchange.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka dapat disimpulkan


rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis usaha pada Sour Sally cabang Bintaro Jaya Xchange?
2. Bagaimana analisis konsep biaya dalam konsep akuntansi manajerial?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat tujuan penelitiannya yaitu


sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis usaha pada Sour Sally cabang Bintaro Jaya Xchange
2. Untuk menganalisis biaya dan analisis biaya standar dalam konsep akuntansi
manajerial
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini meningkatkan pemahaman kepada penyusun mengenai
analisis usaha dan analisis konsep biaya dalam konsep manajerial pada usaha
Sour Sally cabang Bintaro Jaya Xchange
2. Bagi Akademisi
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan kontribusi
yang positif, bisa menjadi referensi bagi pihak yang memerlukannya dan
menjadi bahan perbandingan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.

BAB II

LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

7
2.1 Profile Perusahaan
Nama : Sour Sally
Alamat : CBD Bintaro Jaya Blok D-2, Bintaro Jaya Sektor VII Lt.
1st
floor, No 1.4.3, Jakarta, Indonesia

Cabang : Senayan City, Grand Indonesia, Plaza Indonesia,


Supermal

Karawaci, AEON Mall BSD City, Emporium Pluit Mall,

Mal Puri Indah, Gandaria City, Pasific Place, Central


Park,

Mall Taman Anggrek, Summarecon Mall Serpong,


Bintaro

Jaya Xchange, Mall Kelapa Gading 3, Paris Van Java,

Trans Studio Mall, Istana Plaza, Galaxy Mall Surabaya,

Ciputra World Surabaya, Tunjungan Plaza, Suparmall

Pakuwon Indah, Legian Bali, Palembang Icon, Wisma

Atria Shopping Centre (Singapura), Orchard Road

(Singapura)

No. Hp : +6221 222 10 277

Founder : Donny Pramono


Website : www.soursally.co.id dan www.soursallymini.com
Email : cs@mysoursally.com
Instagram : @soursallycoid
Tagline : “US Premium Non-Fat Frozen Yogurt” diubah menjadi
“Hand Made Frozen Yogurt”

8
2.2 Menu

a. Yogurt
- Black Sakura
- White Skim
- Original Plain
b. Sauce
- Dark Chocolate
- Fruity Tootie

9
- Spicy Caramel
- Raffahello
- Milo Sauce
- Matcha Latte
- Sweet Expresso
- Red Devil
c. Luxe Tops
- Chocomallow
- Pistachio Sauce
d. Crunchies
- Red Velvet Crumbs
- Granola
- Roasted Almond
- Rainbow Cubes
- Oreo
- Black Sesame Brittles
- Mochi Mix
- Caramelised Sunny Seeds
- Greantea Popcorn
e. Fruits
- Peaches
- Strawberry
- Longan
- Lychee
- Kiwi
- Watermelon
- Mango
- Rockmelon
- Pineapple

10
2.3 Alur Pemesanan Pengunjung

MELIHAT
DATANG PESAN
MENU

DINE IN / MELAKUKAN
PICK UP
TAKE AWAY PEMBAYARAN

2.4 Analisa Proses Bisnis

Fungsi Bisnis

Fungsi Utama Fungsi Pendukung

Frozen Yogurt

11
2.5 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Sour Sally

 Menjadikan Sour Sally sebagai merk terkemuka di dunia


 Menjadi trend-setter dalam segmen bisnis frozen yogurt
 Menjadi perusahaan yang tepat untuk orang yang ingin menjalani hidup
sehat

Misi Sour Sally

 Menempatkan konsumen sebagai fokus utama perusahaan


 Menyediakan frozen yogurt yang menyehatkan dan berkualitas premium
 Berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dengan sepenuh hati

2.6 Latar Belakang Sour Sally

Sour Sally adalah brand dari produk frozen yogurt di Indonesia yang dikelola
oleh Berjaya Sally Ceria Company. Sour Sally diperkenalkan oleh Donny
Pramono, dimana ide tersebut datang dari hobi dan observasi tentang lifestyle
anak muda di Amerika Serikat, ketika Donny sedang menempuh pendidikan
disana. Lifestyle anak muda di Amerika Serikat yang gemar berkumpul di outlet
frozen yogurt. Saat itu, frozen yogurt masih belum ada di Indonesia, jadi Donny
berpikir menjual frozen yogurt pertama yang telah beradaptasi dengan lidah
Indonesia (rasa yang lebih manis, kurang asam, dan creamy dibandingkan rasa
yogurt Amerika).

Gerai pertama Sour Sally dibuka pertama kali di Senayan City, Jakarta pada
15 Mei 2008 dan pada tahun 2010 dibuka cabang pertama Sour Sally pertama di
Singapura tepatnya di Wisma Atria Shopping Centre. Saat ini Cabang Sour Sally
telah terdapat kurang lebih 49 outlet tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali,
Malang, Medan, Palembang, Balikpapan, Makassar, Semarang, Solo dan

12
Yogyakarta. Untuk memulai bisnisnya Donny juga menyewa konsultan brand
professional guna membentuk merek yang memiliki kepribadian yang kuat dan
memorable serta memiliki citra internasional, dari situlah lahir brand Sour Sally
seperti gambar berikut :

Gambar 1.1 Logo Perusahaan

Sumber : SourSally, 2016

Logo dari Sour Sally tergambarkan dalam karakter Sally, yaitu karakter
boneka perempuan yang dikuncir dua yang merepresentasikan gadis yang manis,
baik, dan ceria menggambarkan pangsa pasar yang dibidik yaitu anak-anak dan
perempuan usia 13-20 tahun. Ditambah design interior outlet yang didominasi
warna pink menambah kesan gerlie dari Sour Sally. Nama Sour Sally, terinspirasi
dari rasa asam dari yogurt dan karakter Sally sebagai gadis manis,
menggambarkan kesan yogurt yang memiliki rasa asam dan manis. Tagline Sour
Sally yang tertera pada logo “US Premium Non-Fat Frozen Yogurt”
menggambarkan pangsa pasar yang dibidik yaitu pangsa pasar premium, dan Sour
Sally memang menggunakan bahan baku yang diimport dari Amerika untuk
memproduksi yogurtnya.
Setelah 5 tahun berdirinya Sour Sally mengalami penurunan penjualan,
karena trend di masayarakat yang cepat berubah, membuat Sour Sally sepi
pengunjung selama satu tahun, tetapi hal tersebut membuat Donny
mengintrospeksi kekurangan dalam Sour Sally. Sebagai bagian dari wajah baru
gerai Sour Sally bertajuk All-New Sour Sally maka mulai 2015 Sour Sally

13
meluncurkan Sour Sally Mini sebagai bentuk perluasan mereknya dengan
menawarkan program kerjasama berbentuk franchise.
Berbeda dengan Sour Sally yang memilih lokasi outlet di Mall Premium di
Indonesia, Sour Sally Mini berupa booth berukuran 3x3m yang berlokasi pada
Primary Mall, yang banyak dikunjungi masyarakat menengah. Dengan didirikan
Sour Sally Mini, Donny berharap Sour Sally dapat dirasakan lebih banyak lapisan
konsumen. Sour Sally Mini memiliki variant rasa yang sama dengan Sour Sally,
tetapi dengan ukuran lebih kecil dan dengan harga yang lebih terjangkau. Sour
Sally juga meluncurkan logo barunya, situs resmi barunya dan akun jejaring sosial
barunya. Berikut logo baru dari Sour Sally :

Gambar 1.2 Logo Baru Perusahaan

Sumber : SourSally, 2016

Logo baru dari Sour Sally menggunakan huruf sambung mencerminkan


tulisan tangan yang selaras dengan tagline “Hand Made Frozen Yogurt”.
Menggunakan warna yang didominasi dengan hijau dan hitam,menggambarkan
visi baru dari Sour Sally Go Green dan Go Healthy. Simbol membentuk tanda
senyum, Sour Sally berharap konsumen dapat “tersenyum” ketika menikmati
produknya. Logo baru Sour Sally menghilangkan kesan Gerlie dari sebelumnya.
Dengan rebranding ini, target pasar yang lebih lebar, yakni base on consumer
interest. Kami membidik mereka yang suka fashion, suka kuliner, dan suka
musik. Sejalan dengan perubahan tampilan gerai dan logonya, tagline pun berubah

14
sebelumnya US Premium Non-Fat Frozen Yogurt, kini dengan segmen yang lebih
luas, taglinenya menjadi Hand-made Frozen Yogurt. Font tulisan Sour Sally pun
dengan tulisan tangan yang menunjukan nilai yang lebih dekat dengan konsep
baru yang disampaikan dengan rebranding ini. Sebagai brand identity, Sour Sally
kini menonjolkan tiga value. Yaitu, beauty, health, dan happiness.
“Konsep dan menu baru ini kami namakan #AllNewSourSally, konsumen
bisa merasakan feel rich, be happy dan stay healthy karena kekayaan rasa dan
kebaikan alami dari aneka froyo dan topping premium kami. Konsumen juga
merasakan handmade yang diracik khusus oleh tangan-tangan terampil Yogurt
Specialist kami,” imbuh Donny.2
Makin berkembangnya gaya hidup sehat di masyarakat belakangan pun
dijawab Sour Sally dengan menyajikan menu-menu yang menunjang ke arah sana.
Menu-menu Sour Sally yang rendah gula, kalori dan kolesterol pun menjadi
andalan, bahkan mengandung probiotik dan detoks untuk pencernaan, dan bebas
zat kimia tambahan.
Menu dan konsep gerai yang baru ini sangat selaras. Dominasi warna hijau
pastel pada gerai Sour Sally yang baru menunjukan go-green dan menu yang
disajikan menunjukan komitmen go-healthy. Komitmen go-green juga ditunjukan
Sour Sally dengan menggunakan kemasan-kemasan yang digunakannya yang
mudah terurai, bahan baku alami tanpa zat pewarna dan pemanis buatan,
pengawet serta penguat rasa.
Go-healthy seperti diatas, selain kandungan gula, kalori, lemak dan kolesterol
yang lebih rendah dibanding es krim umumnya, menu-menu Sour Sally selain
mengandung alami. Menu baru pun dihadirkan guna mendukung konsep gerai,
logo dan tagline bari Sour Sally. Menu dengan dua froyo baru yaitu White Skim
dan Black Sakura ini sangat dekat dengan komitmen go-healthy yang Sour Sally
usung. Froyo White Skim misalnya, yogurtnya mengandung hi-calsium rendah
lemak dan kalori.
Lalu yang Black Sakura, adalah froyo pertama dengan kandungan natural
activated charcoal dan rasa bunga sakura yang menyegarkan. Froyo Black Sakura,

2
https://swa.co.id/swa/business-strategy/memperluas-target-pasar-sour-sally-rebranding

15
tentu warnanya hitam, tapi rasanya enak, menariknya dengan kandungannya,
froyo ini membantu proses detoksifikasi racun-racun dan zat kimia yang terdapat
dalam pencernaan.
Dari sisi menu, Sour Sally juga menawarkan dua varian baru froyo. Pertama,
varian White Skim, yogurt dengan kandungan hi-calcium yang rendah lemak dan
kalori. Kedua, varian Black Sakura, yakni froyo hitam pertama di dunia yang
mengandung natural activated charcoal dan rasa bunga sakura yang menyegarkan.
Pada kesempatan itu, Sour Sally menggunakan #ItsFitNotFat untuk
mengkomunikasikan dua varian barunya itu di social media.
Sour Sally juga meluncurkan dua cara penyajian baru froyo yang mewah dan
handfie-genic. Pertama, RICHE, sajian froyo Black Sakura maupun White Skim
dengan lima lapisan topping (1 crunchies, 3 buah segar, dan 1 saus) yang
disajikan dalam gelas transparan. Untuk mengkomunikasikan penyajian tersebut,
Sour Sally menggunakan #GetRiche. Kedua, LYKONE, yakni sajian froyo
dengan dua pilihan topping dan cone berwarna cerah dengan lima pilihan warna—
hitam, merah, hijau, merah muda, dan kuning. Untuk LYKONE, Sour Sally
menggunakan #BeLykone sebagai kampanye komunikasinya.
Di gerai baru tersebut, Sour Sally menghadirkan experience pada lima panca
indra. Pada indra Touch, Sour Sally menawarkan kantong plastik yang ramah
lingkungan, yang dapat terurai dalam kurun waktu enam bulan. Selanjutnya, pada
indra hearing, Sour Sally menyajikan musik-musik yang memang diminati
segmen pecinta kuliner, fashion, dan musik. Pada indra Seeing, Sour Sally
menghadirkan tim The Best Yogurt Specialist yang berpenampilan menarik.
Berikutnya, pada indra Taste, Sour Sally menghadirkan produk yang healthy food.

16
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya


3.1.1 Biaya Variabel

Biaya variabel (variable cost) bervariasi dalam pembagian langsung


berdasarkan perubahan tingkat aktivitas. Contoh umum dari biaya variabel adalah
bahan baku tidak langsung, perlengkapan, listrik, dan lain-lain.

Biaya dapat dikatakan variabel jika biaya tersebut berubah terhadap basis
aktivitasnya. Basis aktivitas (activity base) adalah ukuran yang menyebabkan
terjadinya baiaya variabel. Suatu basis aktivitas biasanya mengacu pada suatu
pemicu biaya (cost driver).

3.1.2 Biaya Tetap

Biaya tetap (fix cost) adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan
tanpa terpengaruh tingkat aktivitas. Jika tingkat aktivitas naik atau turun, maka
total biaya tetap selalu sama kecuali dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya
kenaikan biaya sewa gedung. Contoh biaya tetap seperti asutransi, sewa, dan gaji.

3.1.3 Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel (mixed cost) terdiri atas dua elemen biaya, yaitu biaya
tetap dan biaya variabel. Oleh karena biaya semivariabel disajikan dalam garis
lurus, maka persamaan garis lurus di bawah ini dapat digunakan untuk
menunjukkan hubungan antara biaya semivariabel dengan tingkat aktivitas.

Y = a + bX

Y = Total biaya semivariabel

17
a = Total biaya tetap

b = Biaya variabel per unit aktivitas (kemiringan garis)

X = Tingkat aktivitas

3.2 Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan merupakan salah satu komponen dari laporan laba rugi
yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan operasional
perusahaan. Harga pokok penjualan (cost of goods sold) merupakan harga pokok
dari barang-barang yang telah laku dijual selama periode tertentu.

Menurut Syafarussin Alwi dalam bukunya yang berjudul “Alat-alat Analisa


Dalam Pembelanjaan” (1997:98), harga pokok penjualan adalah hasil perkalian
antara perputaran persediaan dengan rata-rata persediaan selama satu periode
tertentu.

Menurut Drs. Fauzi dalam bukunya yang berjudul “Kamus Akuntansi Praktis”
(1998:84), harga pokok pejualan adalah total harga pokok penjualan barang
selama periode tertentu yang dihitung dengan menjumlahkan harga pokok
pembelian barang dalam periode tersebut dengan harga pokok barang yang ada
pada awal periode tersebut, kemudian mengurangi hasilnya dengan harga pokok
dari barang yang tersisa pada akhir periode yang sama.

3.3 Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan jenis laporan keuangan yang
dibuat setiap akhir periode akuntansi yang berisi mengenai semua pendapatan
(revenues) dan semua beban (expense) yang terjadi selama periode akuntansi.

Laporan laba rugi menyajikan informasi keuangan yang dihubungkan dengan


lima aktivitas besar usaha, yaitu:

18
a. Penghasilan (penjualan), yaitu uang yang diperoleh dari penjualan produk
atau jasa perusahaan.
b. Harga pokok pejualan, yaitu biaya produksi atau biaya untuk menghasilkan
barang-barang dan jasa yang akan dijual.
c. Beban operasi yang berhubungan dengan (1) pemasaran dan distribusi produk
atau jasa, dan (2) administrasi bisnis.
d. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga dibayarkan kepada
kreditur perusahaan dan pembayaran dividen kepada para pemegang saham
istimewa.
e. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan pajak
pendapatan perusahaan.3

Ada tiga kemungkinan dari laporan laba rugi, yaitu:

a. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah beban, maka perusahaan
memperoleh laba bersih (net income).
b. Jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah beban, maka perusahaan tidak
memperoleh laba atau rugi, yang dinamakan impas (break event point).
c. Jika jumlah pendapatn lebih kecil dari jumlah beban, maka perusahaan
memperoleh rugi bersih (net loss).

3.4 Aspek Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen terkait dengan proses penyediaan informasi relevan


(keuangan dan non keuangan) kepada manajemen (Atkinson, et al. 2012, hal. 2).
Proses itu meliputi identifikasi, pengukuran, analisis, interpretasi, dan komunikasi
(Hilton & Platt, 2011, hal. 38). Tujuan informasi itu adalah untuk membantu
manajemen membuat berbagai keputusan guna pencapaian tujuan organisasi
(Bhimani, et al., 2008, hal. 5, Horngren, et al. 2012, hal. 26). Secara teknis,
akuntansi manajemen diartikan sebagai proses atau penggunaan sejumlah teknik
(Balkaoui, 2002, hal. 2). Teknik itu digunakan untuk menidentifikasi, mengukur,

3
Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty, and David F. Scott Jr., Financial
Management: Principle and Application (New Jersey: Pearson Education, 2005), hal. 34

19
menganalisis, menginterprestasikan, dan mengkomunikasikan informasi (Hilton &
Platt, 2011, hal. 3).

Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasikan 15 praktek-praktek


akuntansi manajemen yang termasuk dalam sistem biaya yang diklasifikasikan
menjadi 5 kelompok (sub sistem), yaitu : sistem pengakuan biaya, sistem
pengakumulasian biaya, sistem penyajian biaya, sistem pengalokasian biaya
overhead dan sistem perencanaan, pengurangan dan pengendalian biaya.
Pencarian yang ekstensif dilakukan terhadap praktek-praktek tersebut melalui
buku-buku teks terbaru dibidang akuntansi biaya, akuntansi manajemen,
manajemen biaya dan akuntansi manajemen strategis.
3.4.1 Sistem Pengakuan Biaya
Berdasarkan teori, sistem pengakuan biaya terbagi menjadi 3, yaitu sistem
biaya aktual, sistem biaya normal, dan sistem biaya standar. Sistem biaya actual
(actual costing) adalah metode/teknik pengukuran/pengakuan biaya produksi
berdasarkan biaya aktual (sesungguhnya), dimana biaya bahan dan tenaga kerja
langsung ditetapkan kepada produk/jasa setelah biaya overhead produksi selesai
dihitung di akhir periode akuntansi atau setelah proses produksi selesai.
Sistem biaya normal (normal costing) adalah metode/teknik pengukuran
biaya produk/jasa berdasarkan biaya aktual untuk komponen biaya bahan dan
tenaga kerja langsung serta biaya yang ditentukan dimuka untuk komponen biaya
overhead produksi.
Sistem biaya standar (standard costing) adalah metode/teknik pengukuran
biaya produk/jasa yang didasarkan pada standar/norma tertentu yang telah
ditetapkan untuk semua komponen biaya produksi (bahan, tenaga kerja langsung
dan overhead).
3.4.2 Sistem Pengamulasian Biaya
Berdasarkan teori, sistem pengamulasian biaya terbagi menjadi 3, yaitu
sistem biaya pesanan (job costing), sistem biaya proses (process costing), dan
sistem biaya hybrid (hybrid costing). Job costing adalah metode/teknik

20
pengakumulasian biaya produksi yang dilakukan secara terpisah untuk masing-
masing produk/jasa yang diidentifikasikan berdasarkan pesanan.
Process costing adalah metode/teknik pengakumulasian biaya berdasarkan
operasi atau departemen yang memproduksi suatu produk/jasa dan kemudian
menetapkan biaya tersebut kepada produk/jasa yang dihasilkannya, dengan ciri
produk yang dihasilkan bersifat homogen dan proses produksi bersifat kontinyu.
Hybrid costing adalah metode/teknik pengakumulasian biaya yang
mengkombinasikan job costing dengan process costing, dimana untuk produksi
yang bersifat pesanan (customized-products) diterapkan job costing sementara
untuk produksi yang bersifat massal (mass-products) diterapkan process costing.
3.4.3 Sistem Penyajian Biaya
Berdasarkan teori, sistem penyajian biaya terbagi menjadi 2, yaitu sistem
biaya serapan (absorption costing) dan sistem biaya variabel (variabel costing).
Absorption costing atau full costing adalah sistem biaya yang memasukkan
semua komponen biaya produksi (variabel maupun tetap) sebagai komponen
biaya produk/jasa.
Variable costing adalah sistem penyajian biaya yang hanya mengakui
(memasukkan) komponen biaya produksi variabel (bahan, tenaga kerja langsung
dan overhead variabel) sebagai komponen biaya produk/jasa, sedangkan biaya
produksi yang bersifat tetap diakui sebagai biaya periodik.
3.4.4 Sistem Pengalokasian Biaya Overhead
Berdasarkan teori, sistem pengalokasian biaya overhead terbagi menjadi 3,
yaitu sistem pengalokasian biaya overhead tarif tunggal (plantwide rates), sistem
pengalokasian biaya overhead tariff departemental (departemental rates), dan
sistem pengalokasian biaya overhead berdasarkan aktivitas (activity based
costing).
Dalam sistem pengalokasian biaya overhead tarif tunggal, tarif biaya
overhead ditentukan dengan mengumpulkan semua biaya overhead dan kemudian
membaginya dengan denominator tertentu seperti jam kerja langsung dan
kemudian tarif tersebut ditetapkan kepada produk/jasa berdasarkan konsumsinya
masing-masing (Hansen, et al., 2009, hal. 87).

21
Dalam sistem pengalokasian biaya overhead tarif departemental, biaya
overhead ditetapkan kepada produk/jasa berdasarkan tarif overhead yang
ditetapkan untuk masing-masing departemen produksi (Hansen, et al., 2009, hal.
89).
Dalam sisitem pengalokasian biaya overhead berdasarkan aktivitas, sistem
biaya yang fokus pada aktivitas sebagai dasar pengalokasian biaya overhead
kepada produk/jasa dengan menggunakan dua tahap pengalokasian, ditahap
pertama dilakukan identifikasi aktivitas dan mengalokasikan biaya overhead
kepada masing-masing activity cost pools, sedangkan ditahap kedua dilakukan
alokasi biaya overhead dari activity cost pools kepada masing-masing produk/jasa
berdasarkan aktivitas yang dikonsumsinya.
3.4.5 Sistem Perencanaan, Pengurangan, dan Pengendalian Biaya
Berdasarkan teori, sistem perencanaan yaitu sistem biaya target (target
costing) adalah metode/pendekatan perencanaan biaya produk berdasarkan harga
yang diantisipasikan, dilakukan di tahap pengembangan produk dengan cara
menentukan maksimum biaya yang diperbolehkan untuk dapat memenuhi
ekspektasi pelanggan dengan tetap memperhatikan tingkat laba yang diharapkan.
Sistem biaya pengurangan yaitu sistem biaya kaizen (kaizen costing)
adalah teknik/pendekatan pengurangan biaya yang dilakukan selama proses
produksi berlangsung dengan cara memperbaiki proses produksi melalui analisis
aktivitas atau melalui pengelolaan efisiensi.
Sistem biaya pengendalian terbagi 2, yaitu sistem biaya siklus umur (life
cycle costing) dan sistem biaya kualitas (quality costing). Life cycle costing
adalah metode/teknik yang digunakan untuk menelusuri dan memonitor biaya
produk/jasa yang diawali saat produk/jasa berada ditahap pengembangan hingga
ditarik atau diperkirakan akan ditarik dari produksi. Biaya kualitas (cost of
quality) adalah biaya-yang yang terjadi untuk meningkatkan kualitas produk/jasa
dan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan produksi produk/jasa berkualitas
rendah.

22
BAB V

ANALISIS PEMASARAN

4.1 Segmentasi, Targeting, dan Positioning


4.1.1 Segmentasi

Berdasarkan segmentasi geografis, Sour Sally memilih Mall-mall


premium di pusat kota yang ramai dengan pengunjung. Tetapi setelah
rebranding, Sour Sally Mini mengisi segmentasi di Mall-mall kelas
menengah. Segmentasi ini dipilih karena bahan baku yang digunakan Sour
Sally diimport dari US dan menghasilkan harga produk yang tinggi
berkisar Rp38.000 – Rp65.000.

Berdasarkan segmentasi demografi, awalnya Sour Sally melirik


segmen anak-anak dan perempuan di usia 13-20 tahun. Setelah dilakukan
rebranding dan dibuat Sour Sally Mini, segmentasi Sour Sally meluas
menjadi Pria dan Wanita, usia 8-55 tahun, dan para pekerja kantoran
dengan penghasilan menengah keatas.

Berdasarkan Psikografi segmentasi yang dibidik adalah orang yang


memiliki gaya hidup yang sehat dan orang yang suka makan yogurt. Sour
Sally mempromosikan produksinya sebagai makanan yang rendah lemak
dan tinggi kalsium, yang sangat baik bagi orang berpola hidup sehat.

4.1.2 Targeting
Target utama adalah untuk wanita yang berusia 16-25 tahun karena
sangat potensial untuk membeli produk ini. Wanita yang berusia 16-25
tahun sangat tepat dengan target market yaitu yang ingin memiliki gaya
hidup sehat dan juga karena wanita memiliki perhatian yang lebih terhadap
bentuk badannya dan mereka lebih terbuka terhadap hal baru. Dengan

23
tagline U.S. Premium Non-Fat Frozen Yogurt membuat mereka memiliki
hasrat untuk mencobanya.
Setelah Sour Sally melakukan rebranding, target pasar mereka
menjadi lebih luas. Tidak hanya wanita tetapi semua kalangan dari jenis
kelamin, usia, dan tingkat ekonomi selama mereka memiliki ketertarikan
akan pola hidup sehat, dengan tagline mereka “Hand Made Frozen
Yogurt”. Ditambah sejak munculnya Sour Sally Mini, menambah pangsa
pasar kelas menengah mereka.
4.1.3 Positioning

Positioning yang ingin diciptakan sesuai dengan tagline dan target


market yang telah ditentukan sebagai yoghurt premium bebas lemak yang
terbuat dari tangan-tangan para ahli membuat kandungan nutrisi dari
yogurt tidak hilang dan memiliki cita rasa yang enak.

4.2 SWOT ANALYSIS


4.2.1 Strenght
- Memiliki rasa yang unik dengan pilihan 3 pilihan rasa, yaitu Black
Sakura, White Skim, dan Original Plain.
- Bahan mentah diimpor dari Amerika Serikat, jadi perusahan
menggunakannya untuk membuat tagline “U.S. Premium Yogurt”.
Dengan Pembaharuan tagline terbaru “Hand Made Frozen Yogurt”
menambahkan kesan Healthy.
- Interior desain dari booth dan outlet Sour Sally setelah melakukan
rebranding, dengan kesan lebih maskulin yang selaras dengan semua
segmen.
- Sour Sally satu-satunya yang memiliki menu yogurt berwarna hitam
dengan aroma bunga sakura yang menambahkan kesan segar, yaitu
Black Sakura.

24
- Sour Sally adalah pioneer, jadi itu telah menjadi strength-nya dan
Sour Sally telah mencakup banyak wilayah dibandingkan
kompetitornya pada target market kelas menengah keatas.
- Memiliki topping yang beragam, sehingga mampu memenuhi
keinginan konsumen.
4.2.2 Weakness
- Dibeberapa gerai outlet tidak disediakan tempat duduk, sehingga
konsumen yang berkeinginan untuk nongkrong terlebih dahulu setelah
membeli bingung.
- Variant yogurt yang hanya tiga rasa, membuat konsumen cepat bosen.
4.2.3 Opportunity
- Terdapat peluang untuk menjual lebih banyak produk dengan
memberikan servis delivery order kepada pembeli yang potensial yang
tidak memiliki waktu untuk mengunjungi booth atau outlet Sour Sally
untuk membeli frozen yogurt.
- Sour Sally bisa membuka lebih booth dan outlet di Indonesia atau
Asia Tenggara sebagai Expansion Strategy-nya.
4.2.4 Threat
- Meskipun tidak ada kompetitor lain yang bisa melebihi outlet Sour
Sally, tetapi kompetitor utamanya, Heavenly Blush telah membuat
inovasi untuk menjual produk massal yaitu yogurt dalam kemasan
untuk menambah pendapatannya. Heavenly Blush menjadi idola
konsumen yang memiliki mobilitas yang tinggi, karena yogurt yang
dikemas sehingga mudah untuk dibawa. Jadi meskipun Heavenly
Blush tidak membuka lebih banyak outlet, itu tidak berarti mereka
tidak berusaha untuk menambah pangsa pasar mereka.
- Terdapat produk subtitute untuk menggantikan produk Sour Sally,
produk subtitute tersebut adalah susu bebas lembak, salad (yang berisi
buah dan sayur), ice cream, dan lainnya. Sehingga pemberian harga
produk sangat berpengaruh pada keputusan konsumen untuk membeli.

25
4.3 Marketing Mix
4.3.1 PRODUCT
Produk merupakan produk makanan sehat yaitu Frozen Yogurt.
a. Core Customer Value : Makan Frozen Yogurt yang enak, segar, dan
sehat
b. Actual Product
Kami membuat Froyo/Frozen Yogurt dengan berbagai varian rasa
dimana rasa yogurt telah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia
seperti lebih manis, tidak terlalu asam dan creamy dibandingkan
yogurt di Amerika. Selain varian rasa, kami juga menyediakan 20
toppings untuk menambahkan cita rasa yang lain selain varian rasa
yogurt yang ada. Packaging atau bungkusan yang digunakan oleh Sour
Sally menggunakan warna yang menarik dan juga logo atau gambar
lucu serta penggunaan kualitas bahan cup yang baik sehingga
kelihatan berkelas sehingga para pembeli juga merasakan puas dengan
membayar mahal dan mendapatkan produk yang berkelas.
c. Augmented Product
Kami memberikan kemudahan bagi pengguna kartu kredit bank
BCA dan Flazz dalam hal pembayaran dan promo diskon, lalu kami
juga menyediakan kemudahan kepada para pelanggan untuk dapat
memantau informasi dari Sour Sally seperti program promo yang akan
diadakan melalui facebook dan twitter Sour Sally maupun website
resmi MySourSally.com dan hellosoursally.com.
Sour Sally Frozen Yogurt merupakan barang konsumen atau
consumer goods yaitu barang-barang yang dibeli untuk tujuan
penggunaan pribadi. Dilihat dari banyaknya pertimbangan yang
diberikan konsumen pada saat membeli, Frozen Yogurt kami

26
termasuk convenience goods yaitu barang-barang di dalam
pembeliannya tidak memerlukan banyak pertimbangan dan produk
kami merupakan barang yang habis dikonsumsi untuk satu kali.
Produk Frozen Yogurt kami memiliki banyak tambahan varian rasa
berdasarkan permintaan pasar seperti rasa Original, Tutti Frutti, Green
Tea, Bubble Gum,Choco Nutty, Pinklicious dan lain-lain dengan
beragam topping dan aneka ragam smoothie. Topping terdiri dari
berbagai buah-buahan segar tanpa sedikit pun bahan pengawet dan
berbagai jenis cereal.
4.3.2 PRICE
Penetapan harga berdasarkan nilai atau Value-Based Pricing.
Metode ini menggunakan suatu persepsi nilai dari pembeli bukan dari
biaya untuk menetapkan harga. Pemberian harga diikuti dengan
positioning yang ingin dibentuk yaitu U.S. Premium Non Fat Frozen
Yogurt. Yogurt atau bahan mentah/raw material yang digunakan
merupakan susu fermentasi dengan kualitas terbaik yang berasal dari
Amerika karena memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan susu
fermentasi lokal. Selain itu dengan kemasan atau packaging yang berkelas
kami menetapkan Premium Price pada produk yang ditawarkan.
Untuk setiap produk baru atau tahap perkenalan kami
menggunakan Skimming Pricing Strategy sebagai strategi penetapan harga
yang efektif karena positioning yang ingin dibentuk dan nilai produk yang
berkelas yaitu U.S Premium Non-Fat Frozen Yogurt.
4.3.3 PLACE
Kami mendirikan outlet dan kafe di Mal besar dan ramai di Pusat
Kota dan Kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bali. Mal yang dipilih
adalah tempat yang paling ramai dikunjungi orang-orang sesuai dengan
target market kami. Outlet dan booth didekorasi semenarik mungkin
dengan menggunakan warna yang menarik dan identik dengan logo Sour
Sally sehingga menarik perhatian pengunjung untuk datang dan mencoba.
Kami memiliki banyak outlet dan booth untuk mempermudah para

27
pelanggan untuk mendapatkan produk kami dan juga agar menarik
perhatian para pengunjung mal yang ingin mencoba yogurt yang lezat dan
sehat. Setelah mengembangkan pangsa pasar dengan membuat Sour Sally
mini, sekaranhg Sour sally juga dapat ditemui Mal- Mal Primary, bazaar,
konser, dan sekolah-sekolah.
4.3.4 PROMOTION
Promosi kami lebih mengandalkan pada media periklanan
khususnya media cetak yaitu majalah remaja, majalah lifestyle dan brosur.
Pada majalan lifestyle, kami membuat artikel tentang manfaat yogurt dan
hubungannya dengan gaya hidup yang sehat untuk mengedukasi calon
pelanggan agar mendapatkan informasi dari manfaat dari mengkonsumsi
yogurt bagi kesehatan organ pencernaan manusia, lalu kami juga
menggunakan media internet. Melalu media sosial yaitu Instagram, Sour
Sally sering melakukan kontes dengan menggunakan hastag dengan kata-
kata yang menarik, seperti #cakepcakepblepotan, #GolddiggerChallenge,
#GoldNeverGoBack, dll.

28
Sour Sally mempunyai kegiatan Fashion Patrol dimana para
pegawai Sour Sally pergi mengelilingi sekitaran dalam mal untuk
memberikan tester ke target market dan juga membantu pelanggan untuk
memilih apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui informasi yang
diberikan oleh para pegawai. Kami juga memiliki program promosi “Buy
2 Get 3” dimana kami bekerja sama dengan Telkomsel. Selain itu kami
juga memberikan Benefit jika pelanggan telah menjadi member Bank BCA
(Flazz & Credit Card), Kalbe dan HSBC. Sour Sally memiliki slogan

29
“Delicious doesn’t have to be sinful” atau dalam bahasa Indonesia berarti
“Makan enak tanpa rasa bersalah” dengan tagline “Hand Made Frozen
Yogurt”. Selain itu kami juga memberikan diskon-diskon pada hari
tertentu dan promosi yang menarik lainnya.

BAB V
ASPEK AKUNTANSI MANAJEMEN

5.1 Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya

5.1.1 Perkiraan Biaya Variabel (Per Satu Bulan)

Bahan Baku Rp 33.187.500

30
Perlengkapan Rp 11.062.500 +

Total Biaya Variabel Rp 44.250.000

Keterangan:

Pada dasarnya franchise adalah sebuah perjanjian mengenai metode


pendistribusian barang dan atau jasa kepada para konsumen. Franchisor
memberikan lisensi kepada franchisee dalam jangka waktu tertentu untuk
melakukan usaha pendistribusian barang dan atau jasa di bawah nama dan
identitas kepemilikan franchisor dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut
haruslah dijalankan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
franchisor. Franchisor memberikan bantuan terhadap franchisee, maka
sebagai imbalannya yaitu franchisee membayar sejumlah uang
berupa initial fee dan royalty.

Berdasarkan keterangan di atas, maka kami berpendapat bahwa


bahan baku dan perlengkapan sudah diatur atau ditetapkan oleh franchisor
(Sour Sally Cabang Utama). Ketentuan nilai atau jumlah uang pada akun
bahan baku dan perlengkapan merupakan hasil penalaran kami. Penalaran
dilakukan setelah kami mendapat informasi dari beberapa sumber, seperti
artikel dan website resmi sour sally.

Kekurangan dari informasi yang kami dapat, yaitu tidak ada


penjabaran yang terperinci mengenai bahan baku dan perlengkapan yang
digunakan Sour Sally cabang Bintaro Jaya Xchange. Hal tersebut yang
menyebabkan kami tidak membuat rincian pada akun bahan baku dan
perlengkapan.

5.1.2 Perkiraan Biaya Tetap (Per Satu Bulan)

Biaya Frenchisee Rp 1.250.000

31
Biaya Sewa di Mall

(Rp 500.000 × 9 m²) Rp 4.500.000

Gaji Karyawan

(Rp 4.000.000 × 3 orang) Rp 12.000.000 +

Total Biaya Tetap Rp 17.750.000

Keterangan:

 Biaya Sewa di Mall

Sumber: www.properti.kompas.com

Berdasarkan sumber artikel dari www.properti.kompas.com bahwa


rata-rata sewa booth atau stand di mall berkisar Rp 250.000 – Rp
500.000 per m2. Sour Sally mengambil pangsa pasar menengah keatas
yang berarti berada di mall-mall berkelas. Oleh sebab itu kami
mengasumsikan harga sewa di Mall dengan harga tertinggi yaitu Rp
500.000 per m2.

32
Sumber: www.bisniswaralaba.id

Berdasarkan website franchise sour sally, untuk membuka booth


sour sally minimal membutuhkan luas tempat 3m2 x 3m2.

 Gaji Karyawan

Sumber: www.job-like.com/company/sour-sally

Berdasarkan website lowongan pekerjaan www.job-like.com ,


perusahaan Sour Sally memberikan gaji karyawannya untuk posisi
Audit and inventory senior, inventory controller staff,
akuntansi/kuangan, Staff, dan Rantai pasokan/logistic sebesar Rp
4.000.000/ bulan.

33
5.1.3 Perkiraan Total Cost (Per Satu Bulan)

Total Cost (TC) = Total Fix Cost (TFC) + Total Variabel Cost
(TVC)

= Rp 17.750.000 + Rp 44.250.000

= Rp 62.000.000

5.2 Harga Pokok Penjualan (Pada Bulan Oktober)

Sour Sally Bintaro Jaya Xchange


Harga Pokok Penjualan
Per 31 Oktober 2018

Persediaan barang dagang (Awal) Rp 8.750.000


Pembelian Rp 35.500.000

Barang Tersedia untuk Dijual Rp 44.250.000


Persediaan Barang Dagangan (akhir) (Rp 7.500.000)

Harga Pokok Penjualan Rp 36.750.000

Keterangan:

1. Persediaan Barang Dagang (Awal)

Persediaan barang dagang (awal) merupakan persediaan barang


yang tersedia di awal periode yang sedang berjalan. Saldo

34
persediaan barang dagang (awal) didapat dari persediaan barang
dagang (akhir) pada periode sebelumnya.

Nilai atau jumlah yang tertera pada akun perdangan barang


dagang (awal) didapat dari hasil penalaran yang kami lakukan. Hal
tersebut disebabkan karena tidak adanya informasi mengenai akun
ini.

2. Pembelian

Pembelian bersih merupakan seluruh pembelian barang dagang


yang dilakukan perusahaan, baik pembelian barang secara tunai
maupun secara kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian
dikurangi potongan pembelian dan retur pembelian yang terjadi.

Kami tidak mencantumkan akun biaya angkut pembelian,


potongan pembelian, dan retur pembelian karena Sour Sally cabang
Bintaro Jaya Xchange merupakan franchisee.

5.3 Laporan Laba Rugi

Sour Sally Bintaro Jaya Xchange


Laporan Laba Rugi
Per 31 Oktober 2018

35
Penjualan Rp 609.600.000
Harga Pokok (Rp 36.750.000)
Penjualan

Penjualan Bersih Rp 572.850.000


Beban-beban:
Beban Penjualan Rp 60.750.000
Beban Administrasi Rp 37.826.000 (Rp
98.576.000)

Laba Kotor Rp 474.274.000


Pajak 15% × Rp (Rp 71.141.100)
474.274.000

Laba Bersih Rp 403.132.900

Keterangan:

1. Penjualan = (P1 × Q1) + (P2 × Q2) + (P3 × Q3)

= (Rp 65.000 × 5.760) + (Rp 50.000 × 2.880) + (Rp 95.000 ×


960)

= Rp 609.600.000

Penjelasan:

P1 = Harga cup ukuran large

P2 = Harga cup ukuran small

P3 = Rata-rata harga ukuran dan bentuk lainnya

Q = Kuantitas barang dagang yang terjual

36
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, target penjualan Sour
Sally Mini antara 60 cup hingga 80 cup per hari
(https://bisniswaralaba.id/franchise-sour-sally-mini/). Dari info
tersebut kami nalarkan bahwa penjualan Sour Sally cabang Bintaro
Jaya Xchange 4 kali lebih besar dari Sour Sally Miny. Fakta bahwa
pada bulan Oktober ada promo gopay yang menyatakan bahwa
pembelian produk Sour Sally dapat cashback 50% semakin
menyakinkan kami akan nilai atau jumlah yang kami tetapkan
untuk penjualan pada bulan Oktober.

2. Beban Penjualan = Bahan Baku + Perlengkapan + Biaya Sewa + Gaji

= 33.187.500 + 11.062.500 + 4.500.000 + 12.000.000

= Rp 60.750.000

3. Biaya Royalti = 6% × Penjualan

= 0.06 × Rp 609.600.000

37
= Rp 36.576.000

4. Beban Administrasi = Biaya Frenchisee + Biaya Royalti

= Rp 1.250.000 + Rp 36.576.000

= Rp 37.826.000

5.4 Klasifikasi Sistem Biaya

5.4.1 Sistem Pengakuan Biaya

Sistem Pengakuan Biaya


Sistem Biaya Aktual Sistem Biaya Normal Sistem Biaya Standar
(Actual Costing) (Normal Costing) (Standard Costing)
X X √

Setelah kami survei dan menganalisis dengan teori, kami berpendapat


bahwa Sour Sally menggunakan metode sistem biaya standar pada perhitungan
biaya produksinya. Sehubungan dengan posisi Sour Sally sebagai bisnis
franchising, segala ketentuan perhitungan bisnis termasuk biaya-biaya yang
terdapat di dalamnya terpusat dari kantor pusat Sour Sally. Kantor pusat telah
menetapkan standar-standar biaya tertentu untuk menudian digunakan pada kantor
cabang.
Penggunaan biaya standar memungkinkan Sour Sally secara cepat
mengakui deviasi atau varian dari biaya produksi standard an melakukan tindakan
perbaikan yang diperlukan.

Kelebihan : Penggunaan biaya standar dalam proses bisnis memberikan


kemudahan dalam pelaksanaan proses produksi karena biaya standar memberikan
pedoman kepada owner berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk proses

38
produksi, sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dan
juga meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Kelemahan : tingkat keketatan dan kelongaran standar tidak dapat dihitung
dengan tepat. Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak
fleksibel meskipun dalam jangka waktu yang pendek, dan juga keadaan produksi
selalu mengalami perubahan sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan.
Contohnya perubahan dalam harga bahan baku memerlukan penyesuaian terhadap
persediaan.

Informasi : menyediakan informasi yang berharga untuk pengelolaan dan


pengendalian bahan, tenaga kerja, dan aktivitas lainnya yang terkait dengan
produksi (Horngren, et al. 2012, hal. 263).

5.4.2 Sistem Pengamulasian Biaya

Sistem Pengakumulasian Biaya


Sistem Biaya Pesanan Sistem Biaya Proses Sistem Biaya Hibrid
(Job Costing) (Process Costing) (Hybrid Costing)
X X √

Setelah kami survei dan menganalisis dengan teori, kami berpendapat


bahwa Sour Sally menggunakan metode sistem biaya hybrid. Karena Sour Sally
selain menjuan yogurt secara massal untuk dijual di kantor pusat maupun cabang,
yang akan mengguakan sistem biaya proses. Sour Sally juga menerima pesanan
catering untuk acara-acara weding, ulang tahun, acara kantor, dll yang akan
menerapkan sistem biaya pesanan.

Kelebihan : dalam penerapan sistem biaya hybrid costing memiliki keunggulan


dari job costing dan process costing.

Kelemahan : kelemahan dalam penerapan sistem hybrid costing yaitu


membutuhkan pengumpulan data yang terperinci, termasuk adanya resiko ketidak
akuratan beberapa data yang ada sehingga membutuhkan sebuah sistem untuk

39
mengontrol yang pasti mengeluarkan biaya yang mahal. Selain itu, mungkin ada
alokasi biaya overhead yang signfikan untuk setiap proses yang mungkin tidak
diterapkan secara akurat.

Informasi : menyediakan informasi mengenai penetapan besarnya biaya produksi


berdasarkan kegiatan tergantung produksi untuk kegiatan usaha sehari-hari atau
berdasarkan pesanan untuk Sour Sally catering.

5.4.3 Sistem Penyajian Biaya

Sistem Penyajian Biaya


Sistem Biaya Serapan (Absorption Costing) Variable Costing
X √

Setelah kami survei dan menganalisis dengan teori, kami berpendapat


bahwa Sour Sally menggunakan metode sistem biaya variabel. Sour Sally
menghitung biaya produksi yang bersifat variabel (bahan, tenaga kerja langsung,
overhead variabel) sebagai komponen biaya produk, sedangkan biaya overhead
tetap diperlakukan sebagai biaya periodik. Pada Sour Sally kami mengasumsikan
bahwa biaya produksi yang bersifat tetap akan tetap terjadi dalam kondisi apapun
baik dalam proses produksi maupun tidak. Sehingga biaya tersebut tidak dapat
dimasukkan menjadi biaya produk karena bukan disebabkan oleh proses produksi.
Kelebihan : kelebihan atau keunggulan dalam sistem biaya variabel yaitu dapat
digunakan sebagai pengendali biaya karena memberikan semua biaya tetap dalam
satu kelompok tersendiri, sehingga manajemen dapt fokus pada perilaku biaya
tetap ini. Disamping itu, variabel costing juga dapat memanfaatkan untuk
menentukan harga jual jangka pendek.
Kelemahan : kelemahan atau kekurangan sistem biaya variabel antara lain
pemisahan biaya menjadi biaya variabel dan tetap sulit dilakukan karena suatu
biaya sanagat jarang benar-benar variabel atau benar-benar tetap, metode ini
dianggap tidak sesuai dengan prinsip akutansi, dan naik turun nya laba dikaitkan
dengan perubahan dalam penjualan.

40
Informasi : informasi yang terkandung didalam sistem biaya variabel yaitu
penetapan biaya produksi dengan menggunakan biaya yang bersifat variabel.

5.4.4 Sistem Pengalokasian Biaya Overhead

Sistem Pengalokasian Biaya Overhead


Pengalokasian biaya Pengalokasian biaya Pengalokasian biaya verhead
overhead tarif tunggal overhead tariff berdasarkan aktivitas (activity
(plantwide rates) departemental based costing)
(departemantal rates)
X X √

Setelah kami survei dan menganalisis dengan teori, kami berpendapat


bahwa Sour Sally menggunakan metode sistem pengalokasian biaya overhead
berdasarkan aktivitas, karena biaya overhead yang dibebankan tergantung pada
tingkat aktivitas per hari pada setiap cabang Sour Sally memiliki intensitas
berbeda-beda.

Kelebihan : penggunaan sistem biaya kualitas dapat membantu perusahaan


melakukan perencanaan pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi kualitas
buruk yang mungkin terjadi dan pengambilan keputusan manajerial.

Kelemahan : seringkali manajer mengalami kesulitan dalam mengukur biaya


kualitas, karena tidak semua biaya kualitas mudah untuk dihitung atau kita
perolah datanya dari laporan keuangan karena ada beberapa biaya kualitas yang
bersifat tersembunyi.

Informasi : informasi dalam sistem biaya kualitas yaitu berupa penetapan


besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan kualitas
produk.

5.4.5 Sistem Perencanaan, Pengurangan, dan Pengendalian Biaya

41
Sistem Perencanaan, Pengurangan dan Pengendalian Biaya
Sistem Biaya Sistem Biaya Sistem Biaya Siklus Sistem Biaya
Target Kaizen (Kaizen Umur (Life Cycle Kualitas (Quality
(Target Costing) Costing) Costing)
Costing)
X X x √

Setelah kami survei dan menganalisis dengan teori, kami berpendapat


bahwa Sour Sally menggunakan metode sistem biaya kualitas (quality costing)
karena, Sour Sally memperhatikan kualitas produksi yogurt dengan membebankan
biaya pencegahan, appraisal, kegagaan internal dan kegagalan eksternal. Sour
sally menerapkan sistem ini agar kualitas dari yogurt yang diproduksi selalu
terjaga sampai kepada konsumen. Sour Sally membidik pasar premium sehingga
kualitas sangat diperhatikan.

Kelebihan : penggunaan sistem biaya kualitas dapat membantu perusahaan


melakukan perencanaan pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi kualitas
buruk yang mungkin terjadi dan pengambilan keputusan manajerial.

Kelemahan : seringkali manajer mengalami kesulitan dalam mengukur biaya


kualitas, karena tidak semua biaya kualitas mudah untuk dihitung atau kita
perolah datanya dari laporan keuangan karena ada beberapa biaya kualitas yang
bersifat tersembunyi.

Informasi : informasi dalam sistem biaya kualitas yaitu berupa penetapan


besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan kualitas
produk.

42
BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Dari teori yang telah dijelaskan pada seluruh BAB maka dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan, sebagai berikut:

Indikator Informasi Tindakan Manajer


(Tools) Jika Biaya Naik Jika Biaya Turun
Biaya Standar menyediakan Jika biaya standar Jika biaya standar
atau Standard informasi yang yang ditetapkan lebih rendah

43
Costing berharga untuk lebih tinggi daripada biaya
pengelolaan dan daripada biaya aktual maka
pengendalian aktual maka perusahaan
bahan, tenaga perusahaan akan mengalami
kerja, dan mengalami kerugian, karena
aktivitas lainnya keuntungan. biaya aktual yang
yang terkait Maka yang harus dikeluarkan lebih
dengan produksi dilakukan besar dari pada
(Horngren, et al. manajer adalah standar biaya yang
2012, hal. 263). tetap menjaga sudah ditetapkan.
agar biaya Maka yang harus
standar lebih dilakukan manajer
tinggi dari pada adalah mencari
biaya aktual tahu permasalahan
tersebut. Lalu
mengatasinya.
Salah satunya yaitu
mencari bahan
baku yang lebih
murah tetapi tetap
memiliki kualitas
yang bagus agar
biaya aktual yang
dikeluarkan setara
atau lebih sedikit
dari standar biaya
yang ditetapkan.
Biaya Variabel informasi yang Jika Biaya Jika biaya produksi
atau Variable terkandung Produksi yang yang bersifat
Cost didalam sistem bersifat variabel variabel turun
biaya variabel naik maka yang maka yang harus

44
yaitu penetapan harus dilakukan dilakukan manajer
biaya produksi manajer adalah adalah dengan
dengan mengganti bahan mengalokasikan
menggunakan yang mengalami biaya untuk
biaya yang kenaikan dengan membeli barang-
bersifat variabel. alternatif lain. barang yang
Contohnya bersifat variabel
apabila harga namun tahan lama
daging wagyu seperti goodie bag
sapi mengalami dan box catering
kenaikan yang untuk persediaan.
signifikan, Atau
manajer bisa mengalokasikan
mengurangi biaya sebagai biaya
penggunaan nya iklan atau promosi.
dalam paket
makanan dengan
tidak sering
memberikan
menu yang
mengandung
daging sapi
wagyu, bisa
diganti dengan
ikan salmon,
ayam atau yang
lainnya.
Biaya Kualitas informasi dalam Jika biaya Jika biaya kualitas
atau Quality sistem biaya kualitas yang yang dianggarkan
Cost kualitas yaitu dianggarkan naik perusahaan turun
berupa penetapan maka manajer maka yang

45
besarnya biaya bisa melakukan dilakukan manajer
yang harus peningkatan sebaiknya adalah
dikeluarkan kualitas pada mengalokasikannya
perusahaan untuk beberapa biaya dengan baik dan
meningkatkan produksi bisa benar ke biaya-
kualitas produk. biaya bahan biaya yang
baku, tenaga membutuhkan
kerja langsung, peningkatan
atau overhead kualitas sehingga
pabrik kualitas produk
tetap terjaga dan
tidak
mengecewakan
konsumen, dan
perusahaan
mendapatkan laba
sesuai yang
diinginkan.

6.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning Method)

Kelebihan :

1. Proses pembelajaran lebih menyenangkan karena tidak hanya terpaku


dengan buku, tetapi berinteraksi dengan teman dan saling menukar pemikiran
untuk menyelasaikan tugas yang diberikan oleh dosen.
2. Mempersiapkan mental dan pengetahuan untuk menghadapi pembelajaran
di semester selanjutnya
3. Pembelajaran kooperatif sangat efektif dan efisien untuk menyelesaikan
masalah yang membutuhkan diskusi atau pemikiran banyak orang.
4. Materi dapat dipahami dengan lebih cepat karena menggunakan bahasa
sesama teman yang lebih mudah dimengerti.

46
5. Meningkatkan hubungan persahabatan, solidaritas, saling peduli, dan
terjalin hubungan saling membutuhkan yang positif
6. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling
melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima
sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat
mengerjakan suatu tugas tertentu.
7. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah
yang membutuhkan pemikiran bersama.
8. Mempererat hubungan pertemanan antar mahasiswa
9. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah
memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman –
temannya.

Kelemahan :

1. Terkadang mahasiswa hanya mengerti dan menguasai materi yang ia bahas


saja dan materi bahasan kelompok lain tidak dimengerti/dipahami.
2. Materi yang dibahas oleh dosen hanya terpaku dengan bab di awal buku
saja. Dan hanya berputar disitu saja dari awal pertemuan hingga akhir
pertemuan perkuliahan.
3. Penggunaan buku yang tidak maksimal. Diawal perkuliahan mahasiswa
diharuskan memiliki buku akuntansi manajerial karangan garrison. Tetapi
dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan yang dibahas hanya 2 bab
saja. dan ditengah-tengah perkuliahan mahasiswa diharuskan kembali
memfotocopy buku lagi yang isi dari fotocopy tersebut sebenarnya memiliki
bahasan yang sama seperti di buku karangan garrison. Sehingga
mengharuskan mahasiswa mengeluarkan uang untuk membeli buku lebih
besar.
4. Penetapan tugas menggunakan metode kooperatif mengenai penulisan
paper ini tidak diinformasikan secara jelas dari awal oleh dosen. Sehingga
ditengah pengejaan mahasiswa harus mengubah, serta menambahkan hal-hal
yang belum diinfokan sebelumnya. Sehingga harus print berkali-kali

47
5. Adanya resiko dari kegagalan kerjasama antar anggota kelompok. Apabila
tidak bisa bekerja sama dengan baik, maka bisa terjadi perselisihan yang akan
merusak kekompakan pertemanan.

Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat


bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena
adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, J., John D., dkk. Financial Management: Principles and Applications.
(2005). New Jersey: Pearson Education Inc.

http://adalowongankerja.com/20398/waiter-waitress-berjaya-sally-ceria-pt-sour-
sally/

https://bisniswaralaba.id/franchise-sour-sally-mini/

https://finance.detik.com/solusiukm/d-2295810/ingin-berbisnis-yoghurt-sour-
sally-siapkan-dana-rp-220-juta

48
http://soursallymini.com/index.php/franchise

https://www.zomato.com/id/jakarta/sour-sally-pondok-aren-
tangerang/menu#tabtop

Ray H. Garrison, dkk. Akuntansi Manajerial. (2013). Edisi 14. Jakarta: Salemba
Empat.

49

Anda mungkin juga menyukai