Anda di halaman 1dari 40

TUGAS KELOMPOK

“AL-FATH”

BAB 14 : Pendelegasian Wewenang Versus Pemberdayaan Karyawan

BAB 15 : Jejaring Informasi

Disusun Oleh: Kelompok 7

Wafiq Ahmad Abu Khoir 11160810000042 (12)

Maulidia Royhana 11160810000048 (14)

Bitalia 11160810000057 (18)

Laudza Almas 11160810000071 (23)

Aulia Meriani Solihin 11160810000078 (27)

Kelas : Sistem Pengendalian Manajemen Selasa 13.00

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha kasih atas segala limpahan
rakhmat, bimbingan, dan kekuatan kepada penyusun sehingga dapat menyelesikan
makalah BAB 14 mengenai Pendelegasian Wewenang Versus Pemberdayaan
Karyawan dan BAB 15 mengenai Jejaring Informasi dengan lancar.

Makalah ini telah disusun sebaik mungkin oleh penyusun. Dalam makalah ini
tentunya tidak akan memberikan hasil yang terbaik tanpa adanya dukungan dari
pihak-pihak lain. Oleh karena itu penyusun ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu demi tersusunnya makalahini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga


kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan gunalebih sempurnanya
makalah ini dan kinerja penyusun.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat serta


menginspirasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jakarta, April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB 14 PENDELEGASIAN WEWENANG VERSUS PEMBERDAYAAN

KARYAWAN

A. Pendelegasian Wewenang .......................................................................... 5

B. Kondisi yang Cocok untuk Pendelegasian Wewenang ........................... 6

C. Kultur yang Dihasilkan dari Sistem Pendelegasian Wewenang ............ 7

D. Siapa Sebenarnya Karyawan Itu? ............................................................ 7

E. Pemberdayaan Karyawan ......................................................................... 8

1. Keyakinan Dasar yang Melandasi Pemberdayaan Karyawan .................. 8

2. Bagaimana Pemberdayaan Karyawan Diwujudkan ............................... 10

F. Dampak Positif Pemberdayaan Karyawan ........................................... 11

1. Dampak terhadap Struktur Organisasi ................................................... 11

2. Dampak terhadap Sistem Informasi Manajemen ................................... 13

BAB 15 JEJARING INFORMASI

A. Pandangan Induktif terhadap Teknologi Informasi ............................. 14

3
B. Karakteristik Teknologi Digital .............................................................. 15

C. Karakteristik Bisnis di Era Digital ........................................................ 17

D. Dampak Teknologi Digital terhadap Bisnis ........................................... 19

E. Hambatan Bisnis ...................................................................................... 22

F. Teknologi Informasi sebagai Pemampu ................................................. 24

G. Building Blocks Teknologi Informasi ..................................................... 29

1. Paradigma ............................................................................................... 30

2. Keyakinan Dasar dan Nilai Dasar .......................................................... 31

3. Komponen Fisik Teknologi Informasi ................................................... 31

H. Prinsip-Prinsip Pengembangan Informasi ............................................ 35

1. Teknologi Pemrosesan Transaksi ........................................................... 35

2. Teknologi Pemrosesan Informasi ........................................................... 37

4
BAB 14

PENDELEGASIAN WEWENANG VERSUS

PEMBERDAYAAN KARYAWAN

Dalam bab ini diuraikan bagaimana menembus batas vertical yang ada
dalam organisasi, sehingga organisasi mampu menciptakan banyak leaders di
dalam memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, perbedaan fundamental
antara pendelegasian wewenangdengan pemberdayaan karyawan, dan dalam
mengarungi lingkungan bisnis yang kompetitif, kemampuan eksekutif dalam
mengerahkan seluruh potensipersonel organisasi akan menentukan keberhasilan
organisasidalam mempertahankan kelangsungan hidup dan tumbuh.

A. Pendelegaisan Wewenang
Manajemen puncak tidak dipilih oleh karyawan, namun dipilih oleh
rapat umum pemegang saham dan wewenang berasal dari lembaga tersebut.
Wewenang didistribusikan oleh manajemen puncak kepada manajer-manajer
yang berada di bawahnya melalui mekanisme pendelegasian wewenang.
1. Konsep Pendelegasian Wewenang
Delegasi wewenang ditujukan kepada manajer, bukan
karyawan.Karyawan dalam organisasi fungsional hanya sebagai
pelaksanaapa yang telah menjadi kebijakan manajer. Pendelegasian
wewenang adalah pemberian wewenang oleh manajer yang lebih tinggi
kepada manajer yang lebih rendahuntuk melaksanakan suatu pekerjaan
dengan otorisasi secara eksplisit dari manajer pemberi wewenang pada
waktu wewenangtersebut dilaksanakan.Dari definisi pendelegasian
tersebut disimpulkan bahwa :
a. Pendelegasian wewenang dilakukan dari manajer yang lebih tinggi
posisinya ke manajer yang lebih rendah (bukan kepada karyawan).

5
b. Manajer yang lebih rendah posisinya memerlukan otorisasi secara
eksplisit dari manajer pendelegasian wewenang padawaktu akan
melaksanakan wewenang yang telah didelegasikankepadanya.
c. Pemberian wewenang yang dilaksanakan dalam pendelegasian
wewenang masih bersifat setengah-setengah.
d. Pendelegasian wewenang lebih menekankan pada aspek
pengendalian dan kepatuhan daripada pemberian kebebasan dalam
pelaksanaan wewenang yang telah didelegasikan tersebut.

Tiga instrumen pengendalian untuk menciptakan


kepatuhanbawahan dilakukan oleh manajer lebih tinggi :

a. Melalui otorisasi secara eksplisit sebelum wewenang dilaksanakan


oleh manajer yang lebih rendah.
b. Melalui laporan pertanggung jawaban pelaksanaan wewenang yang
dibuat oleh manajer tingkat yang lebih rendah ke manajer pemberi
wewenang.
c. Melalui audit kinerja yang dilaksanakan oleh auditor intern.

B. Kondisi yang Cocok untuk Pendelegasian Wewenang


1. Karyawan tidak terampil dan tidak terdidik
Penggunaan organisasi hirarkhis, yang mendasarkan prinsip
komando dan kepatuhan di dalam menjalankan organisasi. Prinsip
tersebut cocok untuk melaksanakan pekerjaan manual, yang dilaksanakan
oleh pekerja tidak terampil adn tidak terdidik.
2. Keterbatasan teknologi pengolahan data
Karena keterbatasan teknologi pengolahan data ini, sudah
sewajarnya jika setiap karyawan akan melaksanakan pekerjaan, mereka
memerlukan rantai otorisasi dari para manajer diatas mereka, karena
ditangan manajer puncaklah informasi yang diperlukan berada.

6
3. Lingkungan bisnis yang stabil
Lingkungan bisnis yang stabil memberikan toleransi kepada
panjangnya rantai komando dalam pengambilan keputusan. Didalam
lingkungan seperti itu, perubahan jarang terjadi, sehingga kecepatan
pengambilan keputusan bukan merupakan kebutuhan penting organisasi.

C. Kultur yang Dihasilkan dari Sistem Pendelegasian Wewenang


Sistem pendelegasian wewenang yang dikembangkan dalam organisasi
tradisional membentuk kultur organisani berikut ini:
1. Position-based leadership
Sistem pendelegasian wewenang menghasilkan pemimpin yang
memiliki kekuasaan karena posisi yang didudukinya.
2. Karyawan yang patuh, tidak berinisiatif dan tidak kreatif
Sistem pendelegasian wewenang menghasilkan personel yang
patuh terhadap perintah.
3. Powered-based relationship
Konsep pendelegasian wewenang menekankan aspek pengendalian
dan tidak didasarkan pada trust dalam hubungan antara manajer yang
lebih atas dengan manajer bawahanya.

D. Siapa Sebenarnya Karyawan Itu?


Pandangan manajemen terhadap karyawan akan memnentukan
keberhasilan pengembangan potensi karyawan. Pandangan terhadap
karyawan yang mendukung usaha pemberdayaan karyawan adalah:
1. Orang adalah aktiva organisasi yang paling bernilai dan merupakan
keunggulan kompetitif yang paling tinggi.
2. Gedung dan aktiva tetap akan mengalami depresiasi nilainya karena
pemakaian, sementara orang memiliki kesempatan untuk bertumbuh
dengan berlalunya waktu.

7
E. Pemberdayaan Karyawan
Dalam organisasi tradisional, karyawan tidak diperhitungkan dalam
pembagian kekuasaan (power distribution), dengan adanya pemberdayaan
karyawan, kekuasaan justru digali dari dalam diri karyawan sebagai seorang
yang tidak pernah diperhitungkan dalam organisasi tradisional.
Pemberdayaan Karyawan adalah pemberian wewenang kepada karyawan
untuk merencanakan, mengendalikan dan membuat keputusan tentang
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa harus mendapatkan
otoritas secara eksplisit dari manajer di atasnya. Dalam Pemberdayaan
karyawan, kekuasaan digali dari dalam diri setiap karyawan melalui proses
pemberdayaan karyawan (employee empowerment), maka pemberdayaan
berarti pengembangan kekuasaan, bukan sekadar pendistribusian kekuasaan
yang telah ada dan yang telah dimiliki oleh manajemen. Dengan kata lain
pemberdayaan karyawan berangkat dari pertanyaan “apa yang dapat
dicapai?” dengan memberikan keleluasaan kepada karyawan untuk
melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan atas pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab mereka. Pemberdayaan pada dasarnya merupakan
pelepasan atau pembebasan, bukan pengendalian energy manusia
sebagaimana dilaksanakan dalam pendelegasian wewenang.
1. Keyakinan Dasar yang Melandasi Pemberdayaan Karyawan
a. Subsidiarity
Prinsip ini mengajarkan bahwa badan yang lebih tinggi
kedudukannya tidak boleh mengambil tanggung jawab yang dapat
dan harus dilaksanakan oleh badan yang berkedudukan lebih rendah.
Dengan kata lain, mencuri tanggung jawab orang merupakan sebuah
kesalahan, karena keadaan ini pada akhirnya menjadikan orang
tersebut tidak terampil. Contohnya yaitu manajer tidak boleh
merebut tanggung jawab yang menjadi beban karyawan, karena pada
akhirnya karyawan tidak kreatif dan tidak memiliki keterampilan.

8
b. Karyawan pada Dasarnya Baik
Inti pemberdayaan karyawan adalah keyakinan bahwa orang
pada dasarnya baik. Sebagai manusia yang berakal sehat dan
makhluk yang berpikir, maka orang memiliki kecenderungan alami
untuk berhasil dalam pekerjaanya. Untuk dapat memberdayakan
orang lain, manajer harus secara sederhana yakin bahwa “sepanjang
masa, hampir setiap orang akan menggunakan kekuatannya dalam
mewujudkan visinya dan dipandu oleh nilai-nilai kebaikan.”
Pemberdayaan karyawan dapat dipandang sebagai
pemerdekaan, karena dengan pemberdayaan, manajer tidak lagi
menggunakan pengawasan, pengecekan, verifikasi, dan mengatur
aktivitas orang yang bekerja dalam organisasi. Manajer melakukan
pemberdayaan dengan memberikan pelatihan dan teknologi yang
memadai kepada karyawan, memberikan arahan yang benar, dan
membiarkan karyawan untuk mengerjakan yang dapat dikerjakan
oleh mereka.
Manajer dalam manajemen tradisional mengajukan pertanyaan
“Apa yang saya lakukan untuk memotivasi karyawanky?” sekarang
harus mengajukan pertanyaan “Apa yang perlu saya lakukan, dan
apa yang perlu dilakukan oleh organisasi, untuk menghilangkan
penyebab tidak minatnya karyawan dalam mencapai kinerja unggul,
atau untuk menghilangkan penyebab gangguan terhadap usaha
mereka dalam mencapai kinerja unggul.”
c. Trust-based Relationship
Pemberdayaan karyawan menekankan aspek kepercayaan yang
diletakkan oleh manajer kepada karyawan. Dari pemberdayaan
karyawan, hubungan yang tercipta antara manajemen dengan
karyawan adalah hubungan berbasis kepercayaan yang diberikan
oleh manajemen kepada karyawan, atau sebaliknya kepercayaan
ayng dibangun oleh karyawan melalui kinerjanya. Dalam
pendelegasian wewenang, manajer tingkat atas memiliki wewenang

9
karena posisinya (position-based power), sementara karyawan
memperoleh wewenang bukan karena posisinya, namun karenma
kinerjanya (performance-based power).
2. Bagaimana Pemberdayaan Karyawan Diwujudkan
Untuk menjadikan karyawan produktif, karyawan harus memiliki
kopentensi yang memadai. Di samping kompentensi, produktivitas
karyawan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan kerja yang
dibangun dalam organisasi. Kualitas lingkungan kerja yang baik adalah
lingkungan kerja yang mampu membangkitkan komitmen karyawan
terhadap pekeraan dan organisasinya.
Pemberdayaan karyawan hanya dapat terwujud jika karyawan
memiliki kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dituntut oleh
pekerjaanya. Hal tersebut harus ditujang oleh sumber daya (bahan,
metode dan mesin) yang diperlukan untuk melaksanakan kompetensi
tersebut. Lingkungan kerja yang kondusif untuk pemanfaatan
koempetensi karyawan secara optimal adalah:
a. Kepercayaan Timbal Balik (mutual trust) antara manajemen dengan
karyawan
b. Komitmen karyawan terhadap visi, misi, core bebefits, dan core
values organisasi.
c. Kesediaan manajemen puncak untuk memberikan wewenang kepada
karyawanuntuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab karyawan.
d. Kesediaan manajemen puncak untuk memberikan wewenang kepada
karyawanuntuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab karyawan
e. Terdapat system penghargaan berbasis kinerja (performance-based
reward), bukan berbasis posisi (position-based reward)

10
F. Dampak Positif Pemberdayaan Karyawan
1. Dampak terhadap Struktur Organisasi
a. Organisasi Lebih Mendatar
Pemberdayaan karyawan pada dasarnya suatu usaha untuk
menumbuhkan self-imposed control dalam diri setiap karyawan
melalui pendidikan, pelatihan dan penyediaan teknologi yang
memadai sehingga karyawan mampu mengambil keputusan yang
berkualitas. Jika karyawan mempunyai kemampuan seperti itu,
fungsi manajer menengah menjadi tidak relevan lagi, sehingga
jenjang manajer menengah dapat dihapus dari struktur organisasi.
b. Arus Informasi Tidak Lagi Kearah Vertikal
Arus informasi vertikal untuk mendapatkan otoritas atau izin
pelaksanaan pekerjaan tidak lagi diperlukan oleh karyawan, karena
karyawan dapat melakukan akses ke pusat informasi dan karena
kompetensinya, ia dapat mengambil keputusan yang berkualitas atas
pekerjaanya.
c. Kecepatan dalam Pengambilan Keputusan yang Dapat Dinikmati
oleh Customer
Rantai komando diputus, dan tanggung jawab pengambilan
keputusan diletakkan ke tangan orang yang dekat dengan
permasalahan dan kompeten untuk mengambil keputusan karena
kompenensi yang dimiliki.
d. Berkurangnya Distorsi Informasi
Semakin panjang rantai komando, semakin tinggi risiko
terdistorsi informasi yang dikomunikasikan. Melalui pemberdayaan
karyawan, rantai komando tersebut dipotong sehingga mengurangi
terdistorsinya informasi yang dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan.

11
e. Semangat Improvement Karyawan Meningkat
Orientasi karyawan ke system digunakan untuk menghasilkan
value bagi customer meningkatkan komitmen karyawan terhadap
improvement terhadap system karena kejelasan tujuan improvement
dan kesadaran bahwa customer yang menentukan kelangsungan
hidup organisasi.
f. Pergeseran dari Responsibility-At-The-Top Organization ke
Responsibility-Based Organization
Di dalam organisasi yang karyawannya telah berdaya,
tanggung jawab atas jalannya bisnis perusahaan dapat diserahkan
sepenuhnya kepada karyawan. Organisasi menjadi responsibility-
based organization, yaitu sebuah organisasi yang bertanggung jawab
atas bisnis berada di tangan setiap orang dalam organisasi.
Responsibility-based organization akan sangat responsive terhadap
perubahan kebutuhan customer.
g. Perubahan dari Organisasi Orang Bayaran ke Organisasi Orang
Bisnis.
Karyawan diberi wewenang ke akses pusat informasi dan
untuk pengambilan keputusan bisnis yang menjadi tanggung
jawabnya. Setiap keputusan bisnis pasti mengandung risiko atas
tanggung jawab untuk menanggung risiko bisnis tersebut, karyawan
memperoleh penghargaan yang sepadan. Dengan demikian,
karyawan yang berdaya menjadi pelaku-pelaku bisnis, bukan lagi
sekedar orang bayaran (hired hands)

12
2. Dampak terhadap Sistim Informasi Manajemen
a. Karyawan menjadi Pemakai Informasi untuk Pengambilan
Keputusan
Keputusan-keputusan strategik di dalam manajemen
tradisional, sekarang dapat dilakukan oleh karyawan. Oleh karena
itu, ahli desain system informasi manajemen perlu menyadari
perubahan ini dan memasukkan perubahan ini ke dalam desain
system informasinya
b. Informasi Keuangan menjadi Tipe Informasi yang Dibutuhkan oleh
Karyawan
Sistem informasi akuntansi perlu didesain sedemikian rupa
sehingga karyawan dapat melakukan akses ke pusat informasi
akuntansi untuk memungkinkan karyawan mempertimbangkan
seperapa efektif biaya pekerjaan mereka dalam menghasilkan value
bagi customer.

13
BAB 15

JEJARING INFORMASI

Jejaring informasi merupakan salah satu komponen struktur sistem


pengendalian manajemen. Oleh karena perusahaan sekarang berada di jaman
digital, pendesainan sistem pengendalian manajemen harus didasarkan pada
karakteristik lingkungan bisnis di jaman digital tersebut. Jejaring informasi yang
merupakan komponen struktur sistem pengendalian manajemen harus dibangun
dengan memanfaatkan teknologi digital agar perusahaan mampu bersaing di
lingkungan bisnis digital.

Berbicara tentang jejaring informasi di jaman teknologi informasi ini tidak


bisa lepas dari teknologi informasi itu sendiri. Jejaring informasi yang secara
ekstensif dan intensif memanfaatkan teknologi informasi merupakan sarana untuk
melakukan transaksi bisnis di jaman teknologi informasi ini. Lingkungan bisnis
global pada awal millenial ini semakin didominasi oleh lalu lintas transaksi secara
elektronik (cyber business transaction). Platform transaksi bisnis telah mengalami
pergeseran, yang pada akhirnya menuntut perusahaan untuk menjadi perusahaan
elektronik (e-corporation).

Upaya perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan


bisnis global sangat tergantung pada kompetensi perusahaan dalam memanfaatkan
segala potensi yang terkandung dalam teknologi informasi untuk menerobos
berbagai hambatan dan mengubah potensi tersebut menjadi peningkatan
kecepatan, fleksibilitas, integrasi, dan inovasi berkelanjutan. Penerobos berbagai
hambatan memerlukan pemampu (enabler) yang andal. Salah satu pemampu
utama adalah teknologi informasi.

A. Pandangan Induktif terhadap Teknologi Informasi


Teknologi informasi merupakan pemampu untuk menjadikan suatu
transaksi bisnis yang tidak dapat terbayangkan sebelum ini menjadi suatu

14
kenyataan, bahkan mampu menempatkan perusahaan beberapa langkah lebih
maju dari pesaing.
Teknologi informasi dipandang dari dua sudut, yaitu pandangan
deduktif dan induktif. Pandangan deduktif terhadap teknologi informasi
(deductive view of information technology) dimulai dengan perumusan
masalah yang dihadapi oleh perusahaan sekarang, kemudian dilakukan
pemecahan masalah tersebut melalui pemanfaatan kemampuan teknologi
informasi.
Pandangan induktif terhadap teknologi informasi (inductive view of
information technology) dimulai dengan pengeksplorasian berbagai
kemampuan potensial tersebut. Seringkali suatu masalah baru dianggap
sebagai sebagai masalah setelah teknologi informasi menjajikan pemecahan
atas masalah tersebut.
Berpikir induktif atas teknologi informasi merupakan cara yang harus
ditempuh dalam mengeksplorasi kemampuan potensial yang tersimpan dalam
teknologi informasi, untuk menciptakan berbagai kemungkinan baru yang
terbuka bagi perusahaan dalam melaksanakan transaksi bisnis. Berbeda
dengan cara berpikir deduktif, yang melihat masalah lebih dahulu baru
kemudian mencari pemecahan masalah dengan teknologi informasi.

B. Karakteristik Teknologi Digital


Kata digital memiliki asal dari kata digitus (bahasa latin) yang berarti
jari. Pada perkembangan awal, kata digit digunakan untuk menunjukkan
angka, mulai angka 0-9. Pada awal perkembangannya, komputer pernah
dibangun dengan menggunakan teknologi analog yang melakukan kalkulasi
secara terus menerus. Sejak ditemukannya teknologi elektronika dan sistem
binari teknologi digital menjadi berkembang pesat.
Pada awal perkembangannya, komputer pernah dibangun dengan
menggunakan teknologi analog yang melakukan kalkulasi secara terus
menerus. Namun sejak ditemukannya teknologi elektronika dan sistem binari
teknologi digital menjadi berkembang pesat.

15
Teknologi digital memiliki dua karakteristik yang menjadikannya lebih
unggul dibanding teknologi analog. Kedua karakteristik tersebut antara lain:
1. Teknologi digital memiliki kecepatan tinggi
Oleh karena proses teknologinya dilakukan melalui pengiriman
muatan listrik, bukan gerakan mekanis berbentuk gelombang, teknologi
digital memiliki kecepatan yang tinggi.
2. Teknologi digital memiliki keakuratan tinggi
Oleh karena sifat diskret, teknologi digital hanya mengenal dua
alternatif, yakni ada muatan listrik dan tidak ada muatan listrik. Karena
alternatif pilihan hanya ada dua maka presisi menjadi sangat tinggi.
Teknologi digital yang memiliki presisi yang tinggi ini jika diduplikasi,
hasil duplikasinya akan memiliki kualitas yang sama.
Kedua karakteristik teknologi digital tersebut dimiliki teknologi
komputer digital yang pada perkembangannya telah dikombinasikan
dengan teknologi komunikasi sehingga menimbulkan dampak yang luar
biasa dengan munculnya tambahan karakteristik pada teknologi digital
berikut ini:
3. Keterhubungan (connectivity)
Keterhubungan yang tinggi dapat dicapai melalui perkembangan
teknologi yang mampu mengonversikan teknologi analog menjadi
teknologi digital, dan sebaliknya. Dampak dari kemudahan konversi
tersebut menjadikan berbagai komputer dapat berkomunikasi dengan
mudah, akurat, dan cepat satu sama lain. Kemudahan konversi ini
menjadi awal timbulnya teknologi dan komunikasi internet, e-commerce,
dan e-corporation. Contohnya, dewasa ini telah berkembang teknologi
keterhubungan tanpa kabel (wireless) yang semakin cepat dan andal
seperti smartphone. Dimana dulu bentuk telepon yang digunakan masih
terhubung dengan kabel, namun sekarang seiring berjalannya berubah
menjadi smartphone yang tidak memakai kabel.

16
4. Kemampuan Multimedia
Kemampuan multimedia yang tinggi diperoleh karena kombinasi
teknologi digital dan teknologi komunikasi mampu mengirim semua
jenis media secara serentak ke seluruh dunia. Kemampuan ini difasilitasi
oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit yang mutakhir sehingga
tidak terdapat lagi penundaan transmisi bolak-balik. Contohnya sekarang
ini sangat mudah sekali dalam berbagi gambar, video, maupun suara
melalui beberapa platform seperti whatsapp, instagram, dan lain-lain
yang hanya membutuhkan waktu singkat.
5. Kemampuan Penyimpanan yang Besar Namun Ringkas
Kemampuan ini diperoleh karena kombinasi teknologi digital dan
teknologi laser dan optik sehingga secara digital data dan informasi dapat
disimpan dalam jumlah besar dan dapat diakses kembali. Kemampuan ini
menjadikan komunikasi data dan informasi tidak hanya secara
multimedia namun juga dalam jumlah yang sangat besar sehingga
pengelolaan database menjadi mudah dan bergerak. Contohnya,
dahulu untuk menyimpan data dengan jumlah yang besar harus
menggunakan hard disk, namun saat ini telah berkembang media
penyimpanan data secara online yang dkenal dengan cloud storage.

C. Karakteristik Bisnis di Era Digital


Dampak kemajuan teknologi komputer digital yang dikombinasikan
dengan teknologi komunikasi dan teknologi laser/optik menjadkan bisnis
memiliki platform baru (digital paltform) yang memiliki karakteristik berikut:
1. Kecepatan tinggi
Transaksi bisnis pada kecepatan cahaya (light speed clock)
berdampak pada perluasan basis kompetisi. Sebelumnya basis kompetisi
hanya didasarkan pada harga dan kemudian meluas ke basis pemasaran
dan basis mutu. Dengan teknologi digital, basis kompetisi ditambah
dengan basis waktu (time based competition). Kecepatan perusahaan
dalam memanfaatkan kecepatan teknologi digital untuk menciptakan

17
value dan merespon tuntutan customer merupakan faktor kunci sukses
dalam bisnis era digital.
Contohnya, dahulu sebelum adanya teknologi digital untuk
membeli tiket kita harus datang langsung ke loket dan mengantri, ini
membutuhkan waktu yang lama bagi customer untuk mendapatkan tiket.
Sekarang melalui beberapa paltform yang memanfaatkan teknologi
digital seperti traveloka, tiket.com, dan lain-lain kita bisa memesan tiket
dimana saja dan kapan saja selama 24 jam hanya melalui smartphone dan
hanya membutuhkan waktu yang singkat.
2. Keakuratan tinggi
Transaksi bisnis dengan akurasi tinggi berdampak pada
pengelolaan bisnis berbasis fakta (fact-based business). Bisnis di era
digital dapat diselenggarakan dengan estimasi yang lebih baik karena
peningkatan point-of-sale accuracy. Bisnis di era teknologi digital
menimbulkan peningkatan persaingan ketepatan dan keandalan dalam
memberikan layanan. Disamping itu, upaya improvement berkelanjutan
menjadi mudah dilakukan. Ketersediaan informasi dengan akurasi tinggi
mampu memacu bisnis untuk meningkatkan cost effectiveness.
3. Transaksi dalam volume besar
Teknologi digital memungkinkan pelaksanaan transaksi dalam
volume besar secara serentak. Hal ini berdampak pada peningkatan luar
biasa produktivitas dunia bisnis. Volume transaksi bisnis di era digital
tidak lagi dibatasi oleh volume transaksi secara fisik. Pada sektor
keuangan transaksi ini dapat dilakukan dengan pemindahbukuan melalui
digicash dengan volume transaksi yang sangat besar pada kecepatan
tinggi, yang tidak akan mungkin jika dilakukan secara fisik. Demikian
pula pada transaksi pada pelayanan penerbangan dan penginapan
modern, transaksi jasa dapat diselenggarakan secara elektronik sehingga
konfirmasi transaksi dapat dilakukan dalam volume besar sebelum jasa
dapat dinikmati secara fisik.

18
4. Keterhubungan tinggi
Transaksi bisnis di era teknologi digital dapat diselenggarakan
dengan keterhubungan yang tinggi. Keterhubungan tingg memungkinkan
transaksi bisnis bersifat online, real time, serentak, continous dan global.
Keterhubungan seperti ini berakibat terjadinya keserentakan di seluruh
penjuru dunia sehingga kompetisi bersifat global.
5. Kemudahan akses
Transkasi bisnis di era digital memiliki kemudahan akses yang
tinggi. Kemudahan akses yang tinggi ini menjadikan bisnis di era digital
bersifat maya (virtual). Kehadiran secara fisik suatu barang, jasa, dan
organisasi menjadi kurang penting lagi. Kemudahan akses telah
menjadikan sesuatu yang bersifat fisik dapat dinikmati atau diakses
secara maya. Kondisi ini lazim disebut dengan virtual reality (sesuatu
menjad seolah-olah nyata meskipun sebenarnya maya).
Contohnya, adalah e-shopping dimana secara fisik indra
penglihatan dan pendengaran kita dihadapkan pada kenyataan barang
yang ditawarkan, namun di luar layar monitor sebenarnya tawaran itu
maya. Hal ini menjadikan seolah-olah kita sedang berbelanja di toko
padahal sebenarnya itu tidak nyata (maya). Contoh bisnis yang bergerak
dibidang ini adalah Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lain-lain.

D. Dampak Teknologi Digital terhadap Bisnis


Penyelenggaran bisnis dan tranksasi bisnis dengan digital platform
berdampak luar biasa terhadap lingkungan bisnis. Oleh karena itu manajemen
perlu merumuskan upaya respon secara konseptual yang tepat untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di era bisnis digital.
Berikut ini adalah upaya respon secara konseptual yang memadai terhadap
karakteristik bisnis di era digital:
1. Respon terhadap transaksi bisnis berkecepatan tinggi.
Untuk menghadapi lingkungan kompetisi bisnis yang berbasis
waktu, perusahaan perlu meningkatkan kemampuan dan kualitas

19
responnya terhadap perubahan lingkungan. Perusahaan harus melakukan
penginderaan (sensing) secara terus menerus terhadap tren perubahan
lingkungan dan segera menindaklanjuti dengan respon cepat dan
komprehensif. Upaya respon diwujudkan melalui keterkaitan antara
upaya respon secara strategik sampai dengan upaya respon
operasionalnya. Dalam hal ini pula diperlukan jejaring informasi digital
yang mampu mewujudkan keterpaduan antara langkah strategik sampai
dengan langkah operasional.
2. Respon terhadap transaksi bisnis berakurasi tinggi.
Respon yang memadai terhadap dampak tingginya akurasi yang
dihasilkan oleh teknologi digital adalah perusahaan harus meningkatkan
kemampuannya dalam pembelajaran (learning) sehingga upaya
peningkatan berkelanjutan (continuous improvement) dapat dilakukan
melebihi perusahaan pesaing. Upaya yang benar adalah memanfaatkan
jejaring informasi digital untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran
atas kejadian dan meningkatkan kemampuan untuk membagi (sharing) di
antara personel perusahaan agar proses learning and sharing dengan
cepat dan akurat.
3. Respon terhadap kemampuan teknologi digital dalam memproses
transaksi bervolume besar secara serentak.
Perusahaan harus memanfaatkan keunggulan teknologi digital ini
agar mampu melayani customer dalam jumlah banyak dalam periode
waktu yang bersamaan. Upaya ini dilakukan dengan membangun dan
memelihara hubungan dengan customer dan menawarkan barang dan jasa
secara digital. Misalnya rumah sakit yang membangun sistem rekam
medik digital menjadikan rumah sakit mampu memberikan pelayanan
kepada customer-nya dalam volume yang besar dan berkecepatan tinggi.
Hal ini akan berbeda sekali dengan rumah sakit yang masih mengelola
aspek rekam mediknya secara manual, yang menghadapi hambatan
dalam meningkatkan produktivitas layanannya.

20
4. Repon terhadap keterhubungan tinggi yang bersifat on-line, real-
time, continuous, dan serentak.
Dalam kompetisi global, perusahaan harus senantiasa memasang
radar agar senantiasa mampu memelihara kedekatan dengan customer,
mempertahankan daya saing, atau memantau perilaku market leader.
Jejaring informasi digital sangat membantu dalam menyediakan
informasi yang memadai dalam memantau perilaku market leader.
Misalnya dengan senantiasa mengakses situs (website) untuk melakukan
marketing intellegence. Pemanfaatan jejaring informasi juga
memfasilitasi organisasi untuk senantiasa mengikuti perkembangan
lingkungan yang terkini (keeping abreast of current development), seperti
misalnya pada perusahaan pialang saham yang menggunakan jejaring
informasi digital yang terhubung secara on-line dan real-time dengan
bursa efek sehingga dimungkinkan terjadi continuous monitoringand
interacting.
Disisi lain perusahaan dapat pula menggunakan jejaring informasi
digital untuk membangun brand equity di benak customer yang dituju
dan mempengaruhi perilaku customer dengan berbagai kemudahan dan
komunikasi secara on-line, real-time, dan continuous. Jejaring informasi
digital dapat pula dimanfaatkan untuk membangun keterlibatan dan
komunikasi dua arah dengan customer, mitra bisnis, dan pemasok
sehingga kompetensi seluruh sistem rantai nilai (value chain system)
akan meningkat tajam dan menghasilkan loyalitas customer.
5. Respon terhadap kemudahan akses tinggi yang disediakan oleh
teknologi digital.
Kemudahan akses berakibat kehadiran secara fisik suatu barang,
jasa, dan organisasi menjadi tidak penting lagi. Kemudahan akses
menimbulkan fleksibilitas baik bagi produsen maupun customer.
Fleksibilitas yang disediakan oleh dunia bisnis maya tidak dimiliki oleh
dunia bisnis fisik sehingga perusahaan yang tidak memiliki fasilitas
layanan maya akan menghadapi keterbatasan akses dan pada akhirnya

21
berakibat pada keterbatasan pasar. Jejaring informasi digital dapat
memfasilitasi organisasi untuk bertransaksi di dunia bisnis maya
sehingga daya jangkau perusahaan menjadi tidak dibatasi oleh waktu dan
tempat. Ketersediaan fasilitas transaksi di dunia bisnis maya juga
berakibat penurunan biaya untuk bertransaksi baik bagi produsen
maupun customer sehingga cost effectiveness dan penghematan biaya
dapat dinikmati oleh kedua belah pihak.

E. Hambatan Bisnis (Business Barrier)


1. Hambatan waktu
Kinerja perusahaan seringkali tidak optimum karena hambatan
waktu. Hambatan waktu ini timbul karena meningkatnya jumlah
customer yang harus dilayani, sedikitnya waktu yang tersedia bagi
customer, dan perbedaan lokasi. Dengan semakin meningkatnya jumlah
customer, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan transaksi dengan
customer secara individual menjadi sangat menentukan keberhasilan
perusahaan dalam melayani customer. Lingkungan bisnis sekarang
ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan berbasis waktu (time-
based competition). Dalam lingkungan bisnis seperti itu, perusahaan
dituntut untuk meningkatkan kualitas layanan dalam bentuk peningkatan
kecepatan dan ketepatan waktu layanan bagi customer. Kegagalan
perusahaan dalam memenuhi kecepatan dan ketepatan waktu sesuai
dengan kebutuhan dan harapan customer akan berakibat larinya customer
ke perusahaan pesaing.
2. Hambatan geografis
Seringkali kinerja perusahaan dipengaruhi secara signifikan oleh
jarak geografis yang memisahkan secara fisik perusahaan dengan
customer dan pemasoknya. Jarak geografis menimbulkan hambatan bagi
perusahaan dalam melakukan tranksasi bisnis dengan customer dan
pemasok.

22
Sebelum dimanfaatkannnya teknologi informasi dalam perbankan,
hubungan antarcabang bank mengalami hambatan geografis, sehingga
sangat sulit bagi nasabah bank melakukan transaksi yang menyangkut
pelibatan cabang bank yang terpisah jauh karena jarak geografis. Dengan
fasilitas teknologi informasi, transaksi bisnis dengan nasabah yang
melibatkan beberapa cabang dan beberapa bank sekaligus dapat
diselesaikan secara akurat dan cepat. Di masa mendatang, kelangsungan
hidup perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam
mengatasi geografis ini.
3. Hambatan biaya
Tinggingya biaya yang dikonsumsi untuk penyediaan barang dan
jasa bagi customer sering menjadi hambatan signifikan bagi perusahaan
dalam melakukan transaksi bisnis dengan customer.
Dalam kompetisi golobal, biaya merupakan salah satu kriteria yang
menentukan keberhasilan perusahaan dalam memenangkan pertarungan
untuk memperebutkan pangsa pasar yang menguntungkan. Karakteristik
dan besarnya biaya yang tidak menguntungkan bagi perusahaan akan
berakibat pada rendahnya daya saing dan terbentuknya citra sebagai
perusahaan yang tidak cost effective di benak customer. Kondisi
demikian pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup
perusahaan.
4. Hambatan birokrasi dalam struktur organisasi
Transaksi bisnis antara perusahaan dengan customer dan pemasok
seringkali berjalan sangat lambat sebagai akibat adanya birokrasi yang
berbelit dan lepas tangan (hands-off) di antara para manajer
perusahaan.Struktur organisasi yang dibangun dengan banyak jenjang
dan banyak fungsi merupakan pokok penyebab timbulnya hambatan
birokrasi.Transaksi bisnis dalam organisasi seperti ini, di samping
memerlukan otorisasi berjenjang, juga memerlukan kerjasama
antarfungsi. Otorisasi berjenjang akan mengakibatkan lamanya
pelaksanaan transaksi, sedangkan banyaknya fungsi yang terkait dalam

23
pelaksanaan transaksi bisnis akan menimbulkan hambatan oleh karena
kurangnya koordinasi dan kerjasama antarfungsi.
5. Hambatan kesenjangan pengetahuan dan keterampilan personel
Rendahnya pengetahuan dan keterampilan personel organisasi
dapat menyebabkan rendahnya kualitas produk dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan, yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya
tingkat kepuasan customer terhadap respon dan layanan personel
perusahaan. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan personel
organisasi terutama disebabkan oleh sulitnya personel organisasi dalam
mengakses informasi yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
Personel organisasi yang hanya memiliki pengetahuan dan
keterampilan terbatas akan menyebabkan ketidakberdayaan personel
dalam menghadapi pertanyaan, permintaan, dan tuntutan customer
perusahaan. Lingkungan bisnis yang didalamnya terdapat customer yang
pintar, pemilih, dan sangat penuntut (smart, choosy, and demanding)
serta berdaya beli tinggi, akan menuntut personel perusahaan yang
responsif, berpengetahuan dan berketerampilan tinggi untuk dapat
mempertahankan kesetiaan customer terhadap produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.

F. Teknologi Informasi sebagai Pemampu (Enabler)


Dalam awal millennium mendatang, perusahaan memerlukan pemampu
untuk mengatasi berbagai hambatan yang telah dibahas di atas. Teknologi
informasi merupakan salah satu pemampu utama perusahaan dalam
mengatasi hambatan tersebut dan sekaligus mampu menempatkan perusahaan
pada posisi yang sulit untuk disaingi dalam persaingan untuk memuasi
kebutuhan customer.

24
Gambar 15.1 melukiskan berbagai hambatan yang dapat dipecahkandengan
pemanfaatan teknologi informasi.

1. Teknologi Informasi Sebagai Pemampu untuk Menerobos


Hambatan Waktu
Teknologi informasi mampu memperpendek interval waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan berbagai langkah penting dalam proses
bisnis. Sebagai contoh, teknologi informasi yang digunakan dalam sistem
otorisasi penjualan kartu kredit secara on-lineakan mampu memberikan
informasi diterima atau ditolaknya permintaan transaksi pembayaran
dalam waktu yang sangat singkat. Tujuan yang ingin dicapai adalah
memperpendek waktu respon (response time) ke customer. Kecepatan
respon ke customer membuat perusahaan mampu meningkatkan
customer value dan cycle effectiveness (CE).

25
2. Teknologi Informasi sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Geografis
Banyak perusahaan yang beroperasi dari berbagai lokasi dan
memiliki pemasok dan customer yang tersebar dan terpisah oleh jarak
geografis dengan perusahaan.Teknolosi informasi mampu
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, dan mempertukarkan berbagai
aktivitas bisnis penting yang terdistribusi secara geografis.Salah satu
contoh yang sedang berkembang dalam bisnis sekarang ini adalah
penggunaan internet untuk komunikasi dan transaksi bisnis. Fasilitas
teknologi informasi seperti internet memampukan perusahaan untuk
bertransaksi dengan customer dan pemasok serta berkomunikasi dengan
mereka yang terpisah secara geografis dan bahkan menghilangkan
hambatan waktu karena perbedaan jam kerja. Penggunaan teknologi
informasi untuk bertransaksi yang lazim dikenal dengan istilah e-
commerce telah meletakkan norma-norma baru dalam bertransaksi
seperti misalnya:
a. Perusahaan dapat memberikan kemudahan bagi customer untuk
melakukan transaksi bisnis tanpa harus secara fisik mendatangi
masing-masing lokasi produsen sehingga customer dapat melakukan
belanja secara maya (virtual) dengan mengunjungi berbagai
homepage produsen di internet.
b. Perusahaan dapat memberikan kemudahan bagi customer untuk
melakukan perbandingan barang dan jasa yang dihasilkan dari
berbagai lokasi geografis, seperti misalnya dengan memanfaatkan
web site : http://www.compare.com.
c. Perusahan dapat memenuhi permintaan individual customer secara
customized sekaligus bersaing dengan pesaing (melalui lelang secara
elektronik) tanpa harus bersusah payah mendatangi customer secara
fisik dengan memanfaatkan web site yang mendaftar permintaan
customer secara individual.

26
3. Teknologi Informasi sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Biaya
Teknologi informarsi memampukan perusahaan untuk menekan
biaya yang harus dipikul oleh customer dalam memperoleh manfaat dari
produk dan jasa yang disediakan oleh perusahaan.Teknologi informasi
juga memampukan perusahaan dalam upaya menurunkan biaya untuk
meningkatkan daya saing.Sebagai contoh adalah penawaran program
studi jarak jauh (distance learning) yang diselenggarakan dengan fasilitas
internet untuk menangani kegiatan interaktif pengajar-siswa. Bagi siswa
sebagai customer, dengan program ini mereka akan memperoleh manfaat
dari hilangnya hambatan geografis sekaligus penghematan biaya
transportasi dan akomodasi yang harus dikorbankan selama mengikuti
program belajar. Demikian pula perusahaan dapat menekan berbagai
biaya dengan memanfaatkan fasilitas teleconferencing untuk
penyelenggaraan diskusi yang melibatkan berbagi pihak dari berbagai
lokasi geografis yang berbeda.Fasilitas teknologi informasi
memampukan perusahaan dalam menorobos hambatan biaya melalui
peningkatan produktivitas. Teknologi informasi juga mampu
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan perusahaan sehingga
tercapai peningkatan cost effectiveness.
4. Teknologi Informasi sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Birokrasi dalam Struktur Organisasi
Teknologi informasi mampu untuk menerobos tembok birokrasi
yang terbentuk karena struktur organisasi, sehingga batas antarfungsi
dalam organisasi menjadi mudah ditembus untuk peningkatan kelancaran
kerjasama lintas fungsional dan arus customer value perusahaan.
Teknologi informasi dapat mendukung inovasi dalam penyediaan
jasa, mendukung kemampuan perusahaan di dalam meningkatkan
cakupan dan penetrasi pasar, serta mendukung penciptaan aliansi
strategik dengan pemasok, customer, mitra bisnis lainnya, bahkan dengan
pesaing. Sebagai contoh mesin ATM yang digunakan bersama oleh

27
beberapa bank dan perusahaan kartu kredit yang dipasang di pasar
swalayan dan mal merupakan perwujudan kemampuan teknologi
informasi dalam menerobos hambatan struktural antarperusahaan yang
saling bersaing (antarbank dan perusahaan kartu kredit), dan sekaligus
memperluas lingkup jasa layanan keuangan yang disediakan oleh bank
dan perusahaan kartu kredit, serta merupakan bentuk inovasi penyediaan
jasa. Contoh lain adalah penggunaan secara intensif dan ekstensif
electronic data interchange (EDI). Teknologi ini dapat mewujudkan
hubungan strategis (strategic links) antara perusahaan dengan pemasok
dan customer-nya. Mereka menjadi mitra bisnis yang saling terhubung
dengan EDI untuk tujuan peningkatan kemudahan, penghematan biaya
dari transaksi dan penggunaan jejaring EDI itu sendiri, dan penciptaan
kemungkinan inovasi jasa baru bagi berbagai prospective customer.
5. Teknologi Informasi sebagai Pemampu untuk Menerobos Hambatan
Kesenjangan Pengetahuan dan Keterampilan Personel
Teknologi informasi mampu menerobos hambatan yang timbul
karena sedikitnya pengetahuan dan rendahnya keterampilan personel
perusahaan dalam melayani kebutuhan customer. Teknologi informasi
memiliki kemampuan untuk memberdayakan personel perusahaan
sehingga dapat merespon tuntutan customer secara tepat waktu dan
akurat. Sebagai contoh penggunaan teknologi informasi dengan fasilitas
multimedia (teks, image, video, dan audio) akan menjadikan personel
perusahan lebih mudah untuk menerima dan mencari informasi yang
diperlukan untuk merespon tuntutan customer.
Aplikasi teknologi informasi secara multimedia pada sistem
layanan rumah sakit akan menjadikan dokter berdaya untuk merespon
tuntutan pasien. Sebagai contoh, orang tua pasien anak yang meminta
agar obat tertentu diberikan oleh dokter dalam bentuk sirup dapat dengan
mudah dipenuhi oleh dokter karena dokter dengan mudah dapat
mengakses informasi obat dari database DOI (Daftar Obat Indonesia)
atau secara on-line dengan database obat dari perusahaan farmasi,

28
sehingga dokter tidak hanya sekedar menjawab tidak ada atau mengganti
obat terbatas pada daftar obat yang ada dalam ingatannya. Teknologi
informasi multimedia menjadikan personel organisasi mudah mengakses
informasi dengan berbagai indera secara serentak. Indera penglihatan
untuk melihat teks, image, dan video animasi; sedangkan indera
pendengaran untuk mendengar suara (audio).

G. BUILDING BLOCKS TEKNOLOGI INFORMASI

Gambar 15.2 Building BlocksTeknologi Informasi

Teknologi informasi terdiri dari tiga building blocks yang saling terkait
satu dengan yang lain. Pengembangan teknologi informasi memerlukan
konsistensi dan koherensi di antara tiga komponen bidang building block
yang membentuknya. Ketiga building block yang terkait dalam rancangan
teknologi informasi yaitu terdiri dari:

29
1. Paradigma
Paradigma merupakan asumsi yang mendasari pengembangan
teknologi informasi. Paradigma pengembangan teknologi informasi
memberikan arah dan panduan bagaimana seharusnya perusahaan
menggunakan teknologi informasi dalam berhubungan dengan
lingkungan bisnisnya. Paradigma yang berkembang meliputi:
a. Paradigma customer value
Dalam lingkungan bisnis yang didalamnya customer
memegang kendali bisnis, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi perusahaan ditujukan untuk mendedikasikan
seluruh fasilitas teknologi informasi dalam memenuhi kebutuhan
customer. Paradigma ini memandang bahwa pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi bukan untuk memudahkan
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, namun untuk memuaskan
kebutuhan customer.
b. Paradigma continous improvement
Untuk menghadapi lingkungan bisnis yang turbulen dan
kompetitif, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi
ditujukan untuk senantiasa memampukan perusahaan melakukan
improvement serta berkelanjutan dalam memenuhi tuntunan
customer-nya.
c. Paradigma cross-functional
Dengan paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi ditujukan untuk peningkatan kerjasama lintas
fungsional yang ditujukan untuk meningkatkan cycle effectiveness
(CE) perusahaan dalam melayani customer-nya.
d. Paradigma pemberdayaan karyawan (employee empowerment)
Dengan paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi ditujukan untuk memampukan personel
perusahaan dalam merespon tuntutan dan meningkatkan kepuasan
customer-nya.

30
e. Paradigma peluang
Dengan paradigma ini, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi ditujukan untuk menggali peluang sebanyak
mungkin, tidak semata-mata hanya untuk memecahkan masalah
yang telah dikenali sebelumnya (known problem).
2. Keyakinan dasar dan nilai dasar
Keyakinan dan nilai dasar adalah hal-hal yang diyakini oleh personel
perusahaan untuk diwujudkan. keyakinan dasar dapat menjadi semangat
yang mendorong personel perusahaan untuk mewujudkan paradigma.
Nilai dasar merupakan karakter, sifat, dan sikap yang dijunjung tinggi
oleh personel perusahaan dalam mewujudkan paradigma yang telah
dipilih. Nilai dasar memberikan batasan bagi personel perusahaan dalam
mewujudkan paradigma. Paradigma yang telah dipilih memerlukan
keyakinan dasar dan nilai dasar tertentu.
3. Komponen fisik teknologi informasi
Komponen fisik teknologi informasi merupakan sekumpulan unsur yang
terintegrasi untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Komponen fisik teknologi informasi ini
merupakan bagian yang tampak dari teknologi informasi secara
keseluruhan, yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Komponen
fisik teknologi informasi ini merupakan pemampu bagi perwujudan
komponen yang tidak tampak (yakni:paradigma, keyakinan dasar, dan
nilai dasar). oleh karena itu harus terdapat koherensi di antara komponen
fisik dan komponen yang tidak tampak.
Pengembangan teknologi informasi perusahaan memerlukan pemahaman
tentang berbagai komponen fisiknya. Komponen berwujud teknologi
informasi meliputi lima unsur berikut ini :
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia merupakan komponen terpenting dan
utama dari unsur berwujud teknologi informasi, karena sumber daya
manusialah subjek dan pelaksana pemanfaatan teknologi dalam

31
perusahaan. Komponen SDM yang lazim disebut sebagai
information worker merupakan personel perusahaan yang
bertanggung jawab atas penciptaan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian, dan penggunaan informasi. Di dalam kelompok
information worker ini terdapat bagian yang sering disebut dengan
istilah knowledge worker, yakni bagian dari information worker yang
bertanggung jawab atas pemanfaatan bidang ilmu dan pengetahuan
(body of knowledge)tertentu secara optimum bagi perusahaan.
Pekerjaan mereka terutama berkaitan dengan penciptaan ide-ide dan
informasi baru.
Berikut ini adalah berbagai contoh knowledge worker, seperti
akuntan, insinyur, analisis keuangan, spesialis manajemen sumber
daya manusia, profesional di bidang teknologi informasi pengacara,
spesialis manajemen pemasaran, ahli statistika.
Dalam kaitannya dengan teknologi informasi sumber daya manusia
dalam perusahaan dapat berperan satu di antara empat kemungkinan
yaitu system owner, system user, system designer, system builder.
sebagian besar sumber daya manusia dalam perusahaan berperan
sebagai system user yang memanfaatkan informasi yang dihasilkan
teknologi informasi dalam melaksanakan aktivitas bisnis perusahaan.
Pemahaman personel perusahaan terhadap mindset (paradigma,
keyakinan dasar, dan nilai dasar yang mendasari teknologi informasi
akan sangat menentukan efektivitas pemanfaatan teknologi informasi
sebagai pemampu perusahaan dalam menerobos berbagai hambatan
bisnis. Efektivitas pemanfaatan teknologi informasi oleh perusahaan
juga ditentukan oleh tingkat kemampuan personel organisasi dalam
memanfaatkan ilmu dan pengetahuan serta teknologi.
b. Aktivitas
Aktivitas merupakan bagian dari proses yang dilakukan oleh
perusahaan dalam memuaskan kebutuhan customer. Identifikasi dan
pengembangan aktivitas perlu diselenggarakan oleh perusahaan

32
secara terarah sesuai dengan tuntutan customer. Perusahaan harus
mampu mengidentifikasi dan membedakan antara aktivitas
penambahan nilai (value-added activity) dan aktivitas yang tidak
menambah nilai (non-value-added activity) agar pemanfaatan
teknologi informasi dapat dilakukan secara efektif. Pemanfaatan
teknologi informasi dalam aktivitas penambah nilai ditujukan agar
perusahaan dapat mengoptimumkannya dengan melakukan
activitysharing dan activity selection. Sedangkan di sisi lain,
pemanfaatan teknologi informasi ditujukan untuk menghilangkan
atau mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai.
c. Database
Data merupakan komponen fisik yang kedua dari bagian
berwujud teknologi informasi. Data dibedakan dari informasi karena
data merupakan bahan baku pembuatan informasi. Data merupakan
kumpulan fakta yang sudah dipisahkan. sedangkan informasi
merupakan data yang memberikan tambahan nilai bagi seseorang
atau kelompok orang. Untuk menghasilkan nilai bagi personel
tertentu diperlukan pemahaman tentang kebutuhan pemakai yang
menjadi persyaratan data (data requirement).
d. Jejaring
Pembagunan jejaring ditujukan untuk memudahkan
perusahaan dalam memberikan respon dan melaksanakan transaksi
dengan customer. Jejaring juga diperlukan untuk menciptakan
integrasi dalam perusahaan dan antara perusahaan dengan pemasok
serta customer. Pembangunan jejaring dapat juga menghantar
perusahaan menuju komunikasi secara maya (virtual) sehingga
tercipta peluang-peluang baru yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Sebagai contoh adalah pemanfaatan jejaring VAN (vakue-added
network) dan VPN (virtual private network) untuk memudahkan dan
meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam berkomunikasi dengan
berbagai pihak. Pembangunan jejaring ditujukan untuk menyediakan

33
sarana kerjasama proses dan integrasi antarsistem, komputer, dan
personel. Jejaring semakin diperlukan karena berbagai faktor
berikut:
1) Peningkatan Kecepatan Bisnis
Perusahaan yang mamou mengakses informasi penting
secara cepat akan memperoleh keunggulan komparatif. Hal ini
seringkali dapat dilkaukan dengan menduplikasi teknologi
informasi di berbagai lokasi perusahaan sehingga meningkatkan
kedekatan dan kecepatan respon terhadap tuntutan customer-
nya.
2) Peningkatan Jangkauan Bisnis
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan komparatif
dengan memasukkan pemasok ke customer ke dalam sistem
bisnisnya sehingga kelancaran arus nilai (value flow) akan
meningkat tajam.
3) Peningkatan Kompleksitas Bisnis
Dalam era kompetisi global telah terjadi peningkatan
kegiatan bisnis di berbagai lokasi, baik nasional maupun
internasional. kondisi demikian menjadikan bisnis semakin
kompleks, karena perusahaan beroperasi di berbagai lingkungan
hukum, pasar, bahasa, dan kultur bisnis yang berbeda. Upaya
untuk mengintegrasikan berbagai hal yang kompleks tersebut
diatas memerlukan dukungan jejaring informasi yang andal.
e. Teknologi
Teknologi merupakan unsur fisik yang diperlukan oleh
keempat unsur yang lain dalam pemanfaatan teknologi informasi
secara optimum. Komponen teknologi dalam teknologi informasi
meliputi perangkat keras,(hardware), dan perangkat lunak
(software). Unsur teknologi dalam teknologi informasi meliputi tiga
bidang, yaitu:

34
1) Teknologi data (data technology)
Yaitu perangkat keras (hardware), dan perngkat lunak
(software) yang digunakan untuk menangkap, menyimpan, dan
mengelola data.
2) Teknologi pemrosesan (processing techhnology)
Yaitu perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan
untuk mengubah data (sebagai masukan) menjadi informasi
yang bermanfaat (sebagai keluaran).
3) Teknologi komunikasi (communication technology)
Yaitu perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan
untuk menghubungkan teknologi data dan teknologi pemrosesan
yang terdapat pada berbagai lokasi.

H. Prinsip-Prinsip Pengembangan Informasi


Pengembangan teknologi informasi meliputi pengembangan atas dua
bagian utama berikut ini:
1. Teknologi Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing
Technology)
Teknologi ini merupakan kumpulan unsur terpadu untuk
memfasilitasi dan mengatur perilaku anggota organisasi dalam
melaksanakan transaksi bisnis. Pengembangan subsistem ini harus
senantiasa mengacu kaidah-kaidah berikut ini :
a. Mempermudah customer dalam mengakses informasi tentang produk
dan jasa yang disediakan oleh perusahaan
Perancangan teknologi pemrosesan transaksi harus ditujukan
untuk memudahkan customer memperoleh pelayanan barang dan
jasa dari perusahaan melalui penyediaan berbagai media akses,
seperti telepon, VAR (voice activated device), OCRD (optional
character reading device). Penyediaan berbagai alat tersebut akan
meminimumkan upaya customer dalam memicu pelayanan
perusahaan. Sebagai contoh, perguruan tinggi yang memberikan

35
fasilitas bagi mahasiswa untuk melakukan pendaftaran awal melalui
telpon sehingga mahasiswa dapat mendaftar berbagai matakuliah
dari telpon rumah.
b. Memudahkan karyawan dalam pengoperasiannya, sehingga
karyawan perusahaan menjadi berdaya dalam merespon permintaan
customer
Perencanaan teknologi pemrosesan transaksi harus ditujukan
untuk meningkatkan kemudahan, kecepatan, keakuratan, dan
ketersediaan informasi bagi karyawan perusahaan dalam memenuhi
tuntutan customer. Kemudahan pengoperasian secara optimal
platform multimedia yang sangat user friendly. Kemudahan
pengoperasian bagi karyawan perusahaan dapat pula diperoleh
melalui ketersediaan on-line help yang dapat dengan mudah diakses
oleh pemakai. Kemudahan pengoperasian oleh karyawan akan
berakibat pada peningkatan kecepatan respon, keakuratan informasi
yang diberikan, dan kemampuan menjawab atas berbagai pertanyaan
customer karena tersedianya senantiasa informasi bagi karyawan.
Sebagai contoh, petugas humas hotel yang bertugas di lobi hotel
dengan mudah merespon atas berbagai permintaan tamu hotel,
seperti permintaan alamat, informasi biaya akomodasi yang telah
dibebankan oleh hotel, reservasi makan malam di restoran hotel, dan
lain sebagainya. Akibatnya petugas humas hotel benar-benar
karyawan yang sangat berdaya dalam merespon tuntutan customer
hotel yang memiliki permintaan yang kompleks.
c. Memfasilitasi pendekatan kerja tim lintas fungsional
Komunikasi lintas fungsional di dalam perusahaan sangat
diperlukan untuk meningkatkan customer value karena pada
dasarnya customer memerlukan pelayanan total dan tuntas yang sulit
untuk dipenuhi jika kerjasama lintas fungsional dilakukan secara
terbatas. Perancangan dan implementasi teknologi pemrosesan
transaksi harus memungkinkan masing-masing fungsi untuk saling

36
berkomunikasi dan memantau tahapan proses pelayanan customer
sehingga jika terdeteksi hambatan segera dapat ditanggulangisecara
lintas fungsional. Sebagai contoh penerapan integrated
manufacturing systems yang menghubungkan fungsi-fungsi order
getting, order filling, dan purna jual sehingga customer akan
terlayani melalui sistem yang terpadu dan well-communicated.
Contoh lain adalah penerapan multi-media medical record yang
terselenggara secara distributed processing sehingga seorang pasien
yang menderita penyakit yang kompleks dapat dengan mudah
memperoleh pelayanan medis yang terpadu tanpa pasien melakukan
mondar-mandir konsul ke berbagai dokter spesialis.
d. Memfasilitasi sistem pengendalian masukan dan pengendalian
proses sehingga menghindarkan perusahaan dari resiko yang tinggi
di kemudian hari
Teknologi pemrosesan transaksi merupakan sistem yang
digunakan oleh perusahaan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya (customer, pemasok, pemerintah, dan lain
sebagainya). Untuk menghindari risiko GIGO (garbage in gerbage
out) rancangan teknologi pemrosesan transaksi harus mampu
menyaring masukan yang memasuki sistem agar terbebas dari
kesalahan dan kecurangan. Demikian pula teknologi pemrosesan
transaksi harus mengolah atau memproses masukan menjadi
informasi yang bermakna harus diperoleh keyakinan bahwa
pengolahan data dilakukan secara sah. Sebagai contoh adalah
pemanfaatan check digit pada nomor rekening tabungan agar
nasabah terhindarkan kesalahan transfer ke rekening yang salah.
2. Teknologi Pemrosesan Informasi (Information Processing
Technology)
Teknologi ini merupakan perpaduan antara brainware, hardware,
dan software yang menyediakan informasi bagi organisasi untuk
melakukan upaya-upaya berikut ini :

37
a. Improvement berkelanjutan
Teknologi pemrosesan informasi harus mampu menghasilkan
informasi yang relevan dengan upaya peningkatan berkelanjutan
terhadap faktor kunci uskses perusahaan. Ketersediaan informasi
yang rinci dan akurat secara tepat waktu memberikan status dan
kondisi kinerja perusahaan sehingga mendorong kegairahan untuk
melakukan peningkatan. Teknologi pemrosesan informasi yang
mampu menghasilkan informasi berbasis aktivitas akan memberikan
panduan untuk melakukan pengelolaan berbasis aktivitas yang
meliputi :
1) Activity elimination adalah penghilangan aktivitas yang tidak
menambah nilai bagi customer.
2) Activity redution adalah pengurangan aktivitas yang tidak
menambah nilai bagi customer.
3) Activity sharing adalah pemanfaatan aktivitas penambah nilai
yang belum digunakan secara optimum.
4) Activity selection adalah pemilihan aktivitas penambah nilai
yang paling efisien.
Pengelolaan berbasis aktivitas diatas mendorong pelaksanaan
kegiatan secara cost effective.
b. Pengambilan keputusan secara ekonomis rasional
Teknologi pemrosesan informasi harus mampu menghasilkan
informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi oleh
perusahaan. Pemanfaatan teknologi penangkapan data (data
capturing) dan pengelolaan data dengan relational database
menyebabkan pengumpulan data dapat dilakukan secara rinci dan
efisien. Akibatnya informasi yang dihasilkan akan akurat yng
mendorong ketepatan proses pengambilan keputusan. Sebagai
contoh adalah pemanfaata teknologi POS (point of sales) yang
dihubungkan dengan perpetual inventory systesm sehingga
memungkinkan manajemen perusahaan memecahkan masalah

38
kehabisan sediaan (stock-out) atau bauran penjualan (sales mix) yang
tidak optimum.
c. Review dan evaluasi terhadap kinerja operasi dan validitas strategi
Teknologi pemrosesan informasi diharapkan mempu
memberikan informasi umpan balik yang komprehensif dan koheren,
sehingga seluruh faktor kritikal dapat dipantau dan terdapat
hubungan yang jelas antara indikator operasional dengan faktor
kunci sukses perusahaan yang bersifat strategis. Sebagai contoh
adalah teknologi pemrosesan informasi yang lazim disebut
Excecutive Information Systems atau Excecutive Support Systems
yang mampu menyajikan informasi yang bersifat summary sampai
dengan informasi yang rinci dan operasional secara cepat bahkan on-
line realtime.
d. Pelaksanaan mekanisme manajemen secara tersentralisasi dan
desentralisasi secara bersamaan
Pada zaman sekarang sudah tidak menjadi masanya lagi
manajemen perusahaan dihadapkan pada pilihan melakukan
sentralisasi atau desentralisasi secara mutually exclusive. Dengan
penerapan relational database system maka kedua dikotomi tersebut
dapat diselenggarakan bersama-sama dan baik kantor pusat maupun
kantor cabang dapat memetik manfaat yang optimum dari
keunggulan masing-masing pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah
penerapan sistem sediaan pada perusahaan retail Walmart yang
menerapkan relational database sehingga terjadi komunikasi dua
arah atas status sediaan untuk meningkatkan pelayanan kepada
customer-nya secara optimum.
Pengembangan teknologi informasi dalam era cyber business
memerlukan dukungan ilmu, pengetahuan, dan teknologi (IPTEK)
yang semakin banyak. Namun tersedianya dukungan IPTEK saja
tidaklah cukup, diperlukan sudut pandang induktif terhadap

39
teknologi informasi, sehingga diharapkan pengembangan teknologi
informasi memiliki karakteristik berikut ini :
1) Mampu memberikan segala kemudahan bagi existing and
potential customer untuk bertransaksi dengan organisasi.
2) Dapat berperan sebagai pemampu dan pelaksana bagi organisasi
untuk menembang misi dalam mewujudkan visi organisasi.
3) Mampu memfasilitasi koordinasi dan komunikasi internal lintas
fungsi (horizontal) dan vertikal untuk penciptaan value bagi
customer.
4) Mampu memberdayakan personel organisasi melalui penyediaan
informasi relevan yang mutakhir secara akurat, tepat waktu, dan
cost effective.
5) Mampu menjadi senjata persaingan bagi organisasi, sehingga
menempatkan perusahaan pada posisi yang tidak mudah
disaingi.
6) Mampu memberikan panduan bagi organisasi dalam melakukan
improvement berkelanjutan.
7) Mampu memfasilitasi kerjasama sinergik dan transparan dengan
mitra bisnis yang terpisah secara hukum maupun geografis.

40

Anda mungkin juga menyukai