Anda di halaman 1dari 3

Dalam sosiolinguistik perbedaan antara bahasa nasional dan bahasa resmi

umumnya berkaitan dengan dimensi instrumental-ideologis(Mitaviana, 2019).


Bahasa nasional adalah bahasa unit politik, budaya dan sosial. Biasanya
dikembangkan dan digunakan sebagai simbol persatuan nasional. Bahasa resmi,
di sisi lain, hanyalah bahasa yang dapat digunakan untuk bisnis pemerintah.
Fungsi bahasa resmi biasanya berhubungan dengan urusan tertentu di wilayah
tertentu seperti pengadilan negara, parlemen, dan administrasi dan tidak
digunakan secara luas di masyarakat. Namun, ada kemungkinan bahwa satu
bahasa memiliki kedua fungsi tersebut. Di negara-negara multibahasa, seperti
Indonesia, pemerintah biasanya menyatakan bahasa tertentu sebagai bahasa
nasional karena alasan politik. Menyatakan bahasa nasional dimaksudkan untuk
mengikat masyarakat, untuk mencapai tujuan kita menjadi bangsa yang merdeka.
Satu bangsa, satu bahasa‟ telah menjadi slogan yang populer dan
efektif(Freytagh-Loringhoven, 2021).

Dalam tulisan ini, akan mengeksplorasi sejarah kebijakan bahasa di


Indonesia dan mempertimbangkan implikasi dari peningkatan penggunaan bahasa
Indonesia pada pemeliharaan bahasa daerah, terutama dengan populasi penutur
yang besar. Tinjauan ini menjadi latar belakang untuk dua proyek yang saat ini
sedang berjalan, Proyek Basa Urang, yang melihat pergeseran bahasa di Jawa
Barat, dengan fokus terutama pada penggunaan bahasa Sunda di dan sekitar
Bandung, dan proyek Bahasa Kita, di mana kami telah mengembangkannya.
kuesioner tentang penggunaan bahasa dan sikap yang akan digunakan di seluruh
Indonesia. Pilihan dan perkembangan bahasa Indonesia (Bahasa Indonesia)
sebagai bahasa nasional dari kepulauan yang luas dan beragam pada saat
berdirinya Indonesia pada tahun 1945 sering disebut-sebut sebagai salah satu
kisah sukses besar kebijakan bahasa dan perencanaan bahasa
kelembagaan(Wahyuni, 2018) Tiga generasi setelah berdirinya Republik
Indonesia dan promosi bahasa nasional berikutnya, sekarang kita dapat
memeriksa keadaan bahasa Indonesia dengan latar belakang banyak bahasa
Indonesia.

Proklamasi pertama bahasa Indonesia (dialek bahasa Melayu yang telah


digunakan di seluruh nusantara sebagai lingua franca) sebagai bahasa nasional
masa depan Indonesia terjadi pada tahun 1928 pada Kongres Pemuda Indonesia
ke-2: Sumpah Pemuda. Janji mereka adalah untuk mengakui "satu tanah air" dan
"satu bangsa" dan untuk menegakkan satu "bahasa persatuan, bahasa Indonesia."
Seperti halnya negara-negara baru pasca-kolonial lainnya, pilihan bahasa nasional
dan pengembangan serta promosinya dipandang sebagai pusat pembangunan
bangsa di Indonesia. Bahasa nasional yang sukses dipandang penting bagi
pendidikan dan komunikasi massa. Jika dibandingkan dengan perdebatan seputar
promosi bahasa nasional di beberapa negara tetangga (misalnya Filipina), pilihan
bahasa Indonesia dapat dikatakan lugas dan berhasil. Secara luas disepakati
bahwa pilihan bahasa kolonial sebelumnya, Belanda, tidak masuk akal, dan
bahasa Inggris tidak memiliki kehadiran yang cukup kuat untuk menjadi pilihan
yang logis.

Ada kesepakatan luas bahwa budaya dominan , bahasa daerah mayoritas,


Jawa, tidak akan berfungsi sebagai bahasa nasional yang demokratis dan terbuka
yang dapat diakses. Sebaliknya, bahasa Melayu, yang telah melayani selama
berabad-abad sebagai lingua franca di seluruh Nusantara, adalah pilihan yang
jelas. Kebijakan bahasa selama pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II
semakin membuka jalan bagi keputusan ini, karena bahasa Melayu adalah bahasa
pendidikan selama periode ini. Sejak kemerdekaan, bahasa Indonesia semakin
banyak digunakan sebagai bahasa kedua oleh sebagian besar penduduk dan baru-
baru ini semakin meningkat sebagai bahasa pertama juga, hidup berdampingan
dengan bahasa asli lainnya di nusantara selain itu ini mengidentifikasi beberapa
ratus bahasa (706 bahasa berbeda pada hitungan saat ini) yang
digunakan(Nugroho, 2015) di seluruh nusantara. Sementara dalam beberapa kasus
bahasa-bahasa tersebut sangat erat hubungannya, tidak ada yang bisa saling
dimengerti; yaitu, mereka digambarkan sebagai bahasa yang berbeda, bukan
dialek. Sebagian besar dari tujuh ratus bahasa ini adalah anggota rumpun bahasa
Austronesia dan dengan demikian terkait dengan bahasa Filipina, Malaysia,
bahasa asli Taiwan, serta bahasa Kepulauan Pasifik.

Freytagh-Loringhoven, H. v. (2021). Artikel 12. Die Satzung Des Völkerbundes,


143–148. https://doi.org/10.1515/9783112372760-019

Mitaviana, A. G. (2019). Kedudukan Bahasa Nasional Indonesia Terhadap


Pengaruh Keberadaan Bahasa Inggris Di Era Globalisasi.
https://doi.org/10.31227/osf.io/bk7rv

Nugroho, A. (2015). Pemahaman Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia


Sebagai Dasar Jiwa Nasionalisme. Prosiding Seminar Nasional Bulan
Bahasa, 5(11), 285–291.

Wahyuni, N. (2018). Analisis Dasar Hukum Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa


Nasional. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(1), 77.
https://doi.org/10.33760/jch.v4i1.91

Anda mungkin juga menyukai