Oleh:
Ilham Novarittama Fanicko
(01.2.19.00691)
1.1.3. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atay
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan
TSH yang tinggi. TRF akan rendah karen aumpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan Penyebab utama hipertiroidisme adalah :
a. Penyakit grave. Pada penyakit graves, kelenjar tiroid membesar secara difus akibat
adanya hipertropi dan hiperplasia difus sel epitel folikel tiroid. Kelenjar biasanya lunak
dan licin, kapsulnya utuh.
b. Toxic multinodular goitre
c. Solitary toxic adenoma
Penyebab lain dari hipertiroid adalah :
a. Titoiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormon tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker ptuitari
f. Obat-obatan seperti amiodarone
1.1.4. Patifisiologi
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan-lipatan
sel-sel di dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH.
Pada beberapa penderita ditemukan adanya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip
TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin
yang berkaitan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor membran yang
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi terus menerus dari sistem
cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Dimana ada peningkatan
produksi T3 dan T4 mengakibatkan peningkatan pembentukan limfosit oleh karena efek
dari auto imun yang akan mengilfitrasi kejaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi
edema jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan dapat
menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf optik sehingga
mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu kerusakan pada kelopak mata
yang menjadi sulit menutup sempurna pada waktu penderita berkedip atau tidur akibatnya
permukaan epitel mata menjadikering dan mudah mengalami iritasi dan seringkali
terinfeksi sehingga timbul luka pada kornea penderita.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis berlebih,
adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan gangguan
pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan tremor halus. Peningkatan kecepatan
serebrasi mengakibatkan gelisah, apatis, paranoid, dan ansietas.
Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada
peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna dimana
salah satunya akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi
peningkatan metabolisme karbohidrat dan lemak mengakibatkan proses oksidasi dalam
tubuh meningkat yang akan meningkatkan produksi panas, ditandai dengan berkeringat dan
tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi menyebabkan kelelahan dan penurunan
berat badan. Karena hipermetabolisme sehingga penggunaan O 2 lebih cepat dari normal
dan adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi
sesak nafas.
1.1.5. Web of Caution
Resti
penurunan Resiko tinggi Pola nafas
Sulit Kerusakan
Edema
curah jantung perubahan proses tidak
bernafas komunikasi
glotis
fikir efektif
Nyeri akut
Luka insisi
anveksi
Mudah terpapar Resiko
organisme infeksi
1.1.6. Tanda dan Gejala
a. Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan tonus otot, trmor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap ketokolamin.
c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan.
d. Penurunan berat bada, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
e. Peningkatan frekuensi buang air besar
f. Gondik (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
g. Gangguan reproduksi
h. Cepat letih
i. Mata melotot (ekspotalamus). Hal ini terjadi akibat penimbunan zat dalam orbit mata.
1.1.7. Komplikasi
Komplikasi hipertiroiisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapim selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adlah pelepasan TH dalamjumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati
kematian penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati graves, dermopati draves, infeksi.
b. Surgical
1. Radioaktif Iodine
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif.
2. Tiroidektomi
Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.
Indikasi tiroidektomi adalah :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespon terhadap obat
antitiroid
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis
besar.
c. Alergi trhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
d. Adenoma toksik atau stroma multinodular toksik
e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
1.2. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Dalam SDKI (2016) gangguan penyakit hipertiroid disebabkan oleh :
1. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
4. Gangguan tidur
5. Gaya hidup monoton
6. Kondisi fisiologis (mis. panyakit kronis, penyakit terminal, anemia, malnutrisi,
kehamilan)
7. Program perawatan/pengobatan jangka panjang
8. Peristiwa hidup negatif
9. Stress berlebihan
10. Depresi
Kondisi klinis terkait :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
6. Anemia
7. Kanker
8. Hipotirodisme/Hipertiroidisme
9. AIDS
10. Depresi
11. Menopause
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2016) masalah gangguan penyakit hipertiroid masuk dalam sub kategori
psikologis nyeri dan kenyamanan yaitu :
a. Nyeri akut, yang memiliki definisi pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Gejala dan tanda mayor :
Sujektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
b. Keletihan, yang memiliki definisi penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
pulih dengan istirahat.
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif
1. Merasa energi tidak pulih 1. Tidak mampu mempertahankan
walaupun telah tidur aktivitas rutin
2. Merasa kurang tenaga 2. Tampak lesu
3. Mengeluh lelah
Gejala dan tanda minor :
Subjektif Objektif
1. Merasa bersalah akibat tidak 1. Kebutuhan istirahat meningkat
mampu menjalankan tanggung
jawab
2. Libido menurun
Kontrol Nyeri: Tindakan untuk meredakan pengalam sensorik atau emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan.
SIKI
Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut (D. 0077)
Manajemen Nyeri : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan kostan. (I. 08238)
Tindakan (Observasi) Tindakan (Edukasi)
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
durasi, frekuensi, intensitas nyeri pemicu nyeri
2. Identitas skala nyeri 2. Jelaskan stragei meredakan nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non 3. Anjurkan memonitor nyeri secara
verbal mandiri
4. Identifikasi faktor yang 4. Anjurkan menggunakan analgetik
memperberat dan memperingan secara tepat
nyeri 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
5. Identifikasi pengetahuan dan untuk mengurangi rasa nyeri
keyakinan tentang nyeri Tindakan (Kolaborasi)
6. Identifikasi pengaruh budaya 1. Kolaborasi pemberian, analgetik,
terhadap respons nyeri jika perlu
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Tindakan (Terapeutik)
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri(mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri(mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan
strategimeredakan nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan stretegi
meredakan nyeri
1.2.4 Implementasi
Menurut (Vaughans, 2013) : Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Sama seperti tujuan dan hasil yang ditentukan oleh data,
intervensi keperawatan ditentukan oleh tujuan dan hasil yang diharapkan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. Tindakan keperawatan
yang akan saya laukan pada klien dengan masalah nyeri akut adalah dengan memberikan
terapi relaksasi nafas dalam sehingga memudahkan untuk mengontrol nyerinya.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan Nyeri Akut yang sesuai dengan indikator SDKI dan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan harapan klien menunjukkan :
1) Menunjukkan keluhan nyeri yang dirasakan bisa berkurang
2) Pasien mampu mengurangi rasa gelisah karena nyeri yag dialami
3) Nafsu makan pasien dapat ditingkatkan
4) Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
5) Dapat tidur kembali dengan tenang
6) Keluhan lemas dan tidak bertenaga bekurang
DAFTAR PUSTAKA
Robinson, Joan M. Saputra, Dr. Lyndon, 2014. Buku Ajar: Visual Nursing, Jilid Dua. Pamulung.
Bunaparu Aksara Publisher.
Semiardji, Gatut, 2011. Penyakit Kelenjar Tiroid: Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI
Moeljanto, R. Djoko. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 3, Ed. 5. Jakarta. Interna Publishing,
2011.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPD PPNI
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA MAHASISWA : Ilham Novarittama Fanicko
NIM : 01.2.19.00691
RUANG : Kasuari
TANGGAL : 21 Juni 2021
1. BIODATA :
Nama : Tn. B No.Reg 015673
Umur : 28 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ahmad Yani Kranggan-Gurah-Kediri
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 07 Juni 2021
Tanggal Pengkajian : 21 Juni 2021
Golongan Darah :-
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri di tenggorokan, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
dirasakan apabila digunakan untuk menelan. Skala nyeri 7
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
----------- : Berpisah
4. Eliminasi :
BAB 1 kali sehari, konsistensi biasa warna kuning,
BAK 1 hari ± 1.000ml
5. Aktivitas : Pasien nampak bedres total, terkadang aktivitasnya hanya bermain Hp, dan
nyemil makanan ringan.
6. Kebersihan : Pasien selama di RS diseka 2x sehari, sejak masuk RS pasien belum gosok
gigi dan keramas.
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
Tekanan Darah : 105/75mmHg
Pernafasan :20x/menit
BB / TB : 69 Kg, 162cm
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala
Inspeksi: Rambut kotor dan rontok, rambut berwarna hitam, kulit kepala kotor, tidak
terdapat luka atau lesi pada kulit kepala pasien.
Palpasi: Tidak terdapat benjolan pada kepala dan tidak terdapat nyeri tekan.
2. Mata
Inspeksi:, Pupil isokor, kunjungtiva dan sclera tidak anemis/merah.
3. Hidung
Inspeksi: Tidak terdapat luka atau lesi pada daerah hidung, tidak terdapat polip, tidak
ada kelainan
4. Telinga
Inspeksi: Tidak terdapat luka atau lesi pada daerah telinga, terdapat sedikit serumen.
5. Mulut
Inspeksi: Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, giggi kotor, lidah kotor.
6. Leher
Inspeksi :, tidak ada luka, terdapat benjolan namun tidak terlalu jelas.
B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :
1. Kulit
Kulit pasien berwarna sawo matang, tidak ada nyeri tekan, kulit kering, tidak ada
bekas lesi, turgor kulit < 2 detik.
2. Kuku
Kuku pasien sedikit kotor, CRT < 2 detik.
E. Pemeriksaan Jantung :
Pada pemeriksaan jantung tidak tamapak ictus cordis, dan tidak terdengar suara tambahan
seperti mur-mur, S1=lup, S2= dup, gallop (-).
Pemeriksaan Abdomen :
BU (+), distended, redup (+), acites (+), undulasi (+)
G. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
MMT
H. Pemeriksaan Neurologi :
GCS 4,5,6
Keterangan :
4 = respon membuka mata spontan.
5= respon verbal, baik.
6 = respon motorik mengikuti perintah.
Kesadaran pasien composmentis.
HEMATOLOGI/DARAH
Hemoglobin 12,6 13-18 gr/dL Laki-laki Menurun
Hitung Leukosit 11900 Laki-laki : 4300-10300/ul Meningkat
Hitung Eritrosit 4280000 Laki-lki : 4.300.000-6.000.000/ul Menurun
HHematokrit 35,3 Laki-laki : 45-50% Menurun
Hitung Trombosit 274000 150.000-450.000/ul Normal
LED Laki-laki 30 L :<15 mm/ 1 jam Normal
KIMIA KLINIK
Urea 14 10-50 mg/dL Normal
Creatinin 0,32 < 1,2 mg/dL Menurun
Total protein 3,81 4,6/8,7 g/dL Menurun
Albumin 1,39 3,5-5,5 g/dL Menurun
URINE LENGKAP
Leukosit +1 Negatif Meningkat
Nitrit Negatif Negatif Normal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Diubah jadi interpretasi
hasil
Urobilinogen Negatif Negatif Normal
Protein Negatif Negatif Normal
pH 6,0 5 a8 Normal
Darah/Blood Positif Negatif Menurun
BJ/SG 1,020 1.003-1.030 Normal
Keton Negatif Negatif Normal
Bilirubin Negatif Negatif Normal
Glukose Negatif Negatif Normal
Leukosit 2-5 <5 Menurun
Eritrosit Banyak <3 Normal
Epitel 0-1 < 15 Meningkat
Silinder Ngeatif Negatif Normal
Kristal Negatif Negatif Normal
Bakteri Negatif Negatif Normal
Warna Kuning -
Kekeruhan Keruh -
12.Pelaksanaan / Therapi :
a) Inf. Pz 500 cc/24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang didalam tubuh)
b) Inj. Ceftriaxone 2x1 (untuk mencegah pertumbuhan bakteri)
Inj. Furosemide 2x1 (untuk mengeluarkan kelebihan cairan di dalam tubuh)
Inj. Ranitidin 2x1 (untuk menangani produksi asam lambu berlebih)
Inj. Ketorolac 2x30 mg (untuk meredakan nyeri dan peradangan)
Inj. Drip Neurosanbe 1x1 ( untuk menormalkan pembentukan sel darah merah)
c) P/O : Sucralfat syr 3x10 cc (digunakan untuk melindungi lambung dari asam lambung)
Tirosol 1x10 (untuk membantu mencegah produksi berlebihan kelenjar tiroid)
Propandal 2x10 (-)
KSR 1x1 (untuk mencegah jumlah kalium rendah dalam darah)
ANALISA DATA
DS :
pasien tampak lemah, lesu, dan Kondisi fisiologis (mis. Keletihan
tampak kurang bertenaga. penyakit kronis, penyakit (D.0057)
DO : terminal, anemia,
a. Pasien tampak lemah, lesu, malnutrisi, kehamilan)
dan tampak kurang bertenaga
b. TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
Tekanan Darah : 105/75
mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
DS :
Pasien memiliki kelainan tiroid dan
Intake cairan tidak normal
elektrolit tidak normal Hipovolemia
DO : ( D0023 )
a. Pasien memiliki kelainan
tiroid dan elektrolit tidak
normal
b. TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
Tekanan Darah : 105/75
mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
2 21-06-2021
Keletihan berhubungan dengan 22-06-2021 Ilham
kondisi fisiologis (mis. penyakit
kronis, penyakit terminal,
anemia, malnutrisi, kehamilan)
ditandai dengan Pasien tampak
lemah, lesu, dan tampak kurang
bertenaga, TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC, Denyut
Nadi : 95x/menit, Tekanan
Darah : 105/75 mmHg,
Pernafasan : 20 x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan(D.0023)
1. SLKI :Status cairan (L. 03028)
m. Intake cairan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
n. Perasaan lemah 4 Dipertahankan/ditingkatkan pada 2
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
w. Dipertahankan/ditingkatkan pada
x. Dipertahankan/ditingkatkan pada
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
Kolaborasi :
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. B
UMUR : 28 Th
NO.REGISTER : 015673
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA LUARAN INTERVENSI TTD
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178) Ilham
kekurangan intake cairan ditandai dalam waktu 2x24 jam diharapkan: Obsevasi :
dengan Pasien memiliki kelainan tiroid Elektrolit kembali normal 1. Memonitor nadi
dan elektrolit tidak normal. Dengan kriteria hasil: 2. Memonitor tekanan darah
TTV : 1. Perasaan lemah cukup menurun 3. Memonitor intake dan output cairan
Suhu Tubuh : 36,5ºC, Denyut Nadi 2. Intake cairan cukup membaik Teraupetik :
: 95x/menit, Tekanan Darah : 105/75 3. Kekuatan nadi cukup meningkat 1. Menghitung kebutuhan cairan
mmHg, Pernafasan : 20 x/menit 2. Menganjurkan posisi modified Trendelenburg
3. Memberikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Menganjurkan memperbanyak cairan oral
2. Memberitahu untuk tidak merubah posisi secara
mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi cairan IV isotonis
2. Kolaborasi cairan IV hipotonis
TINDAKAN KEPERAWATAN
7. Melakukan TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
08.30 Tekanan Darah : 105/75 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
8. Memonitor kelelahan fisik dan
09.45 emosional (Pasien tampak lemah,
lesu, dan tampak kurang bertenaga)
9. Memonitor pola dan jam tidur
(Pasien mengatakan tidur jam 20.00
sampai jam 04.30 WIB. Terkadang
10.30 sekitar jam 01.30 pasien terbangun
karena nyeri pada tenggorokan)
10. Memberikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan (mengajak pasien
10.30 untuk mengobrol dan mendengarkan
11.30 alunan musik yang disukai pasien)
11. Menganjurkan tirah baring
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
D3 08.00
D1
23 Juni
2021
07:00
D3
1. Melakukan TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
08.30 Tekanan Darah : 105/75 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
09.45 2. Memonitor intake dan output cairan
pasien
10.30 3. Memberikan pasien posisi modified
Trendelenburg
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
CATATAN PERKEMBANGAN
O:
1. Tampak menyeringai kesakitan
2. Skala nyeri 7
3. Pucat (+)
4. Lemas (+)
5. TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
Tekanan Darah : 105/75 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Melakukan TTV
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
5. Kolaborasi pemberian obat
O:
1. Pasien tampak lemah, lesu, dan tampak kurang bertenaga
2. TTV :
Suhu Tubuh : 36,5ºC
Denyut Nadi : 95x/menit
Tekanan Darah : 105/75 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
P : Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan TTV
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
3. Memonitor pola dan jam tidur
4. Memberikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
5. Menganjurkan tirah baring
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
2 D1 23 Juni
2021
10:00 S : Pasien mengatakan nyeri di tenggorokan sudah mulai
berkurang tetapi hialng timbul
O:
1. Skala nyeri 4
2. Pucat (-)
3. Lemas (-)
4. TTV :
Suhu Tubuh : 36,8ºC
Denyut Nadi : 90x/menit
Tekanan Darah : 115/80 mmHg
Pernafasan : 21 x/menit
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Melakukan TTV
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
4. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
5. Kolaborasi pemberian obat obat
D2 10.00
S : Pasien mengatakan nyeri di tenggorokan sudah mulai
berkurang tetapi hialng timbul
O:
1. Pasien tampak agak bersemangat walaupun masih lesu
dan kurang bertenaga
2. TTV :
Suhu Tubuh : 36,8ºC
Denyut Nadi : 90x/menit
Tekanan Darah : 115/80 mmHg
Pernafasan : 21 x/menit
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Melakukan TTV
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
3. Memonitor pola dan jam tidur
4. Memberikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
5. Menganjurkan tirah baring
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan