ID - RESEARCHGATE
Abstract
Abstrak
Key words: Double entry bookkeeping (DEB); Aturan debit kredit (ADK); Grounded Theory
berbasis matematika; Hukum Dana; Bahasa Sintaktis; Anomali
1
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
1. Pendahuluan
berkelanjutan sebagai pijakan pengembangan akuntansi selama ini, yaitu Double Entry
Bookkeeping (DEB) dan Aturan Debit Kredit (ADK). Kedua warisan tersebut telah
digunakan secara berkelanjutan minimal sejak 500 tahun lalu, dan terbukti andal dan
bertahan kokoh terhadap perubahan dinamika bisnis. Jika dicermati, sebagian besar
standar akuntansi keuangan dewasa ini menjelaskan beragam topik bahasan dengan
berbasis DEB dan ADK. Oleh karenanya, pengetahuan DEB dan ADK sangat layak
Setiap disiplin akademik pada dasarnya membutuhkan grand theory yang memiliki
peran sangat penting. Tujuan grand theory adalah menjelaskan realita secara akurat
(Warsono, 2017b). Pada gilirannya, teori tersebut dapat dianalogikan sebagai cahaya
terang benderang yang menyinari dan menjadi pilar utama dalam pengembangan teori-
teori turunannya. Hal tersebut seharusnya juga berlaku untuk teori DEB dan ADK.
perubahan dari masa ke masa. Teori DEB dan ADK hingga sekarang bahkan masih
dipertimbangkan sebagai misteri yang belum ditemukan penjelasan yang dapat diterima
masyarakat akademik dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, hingga sekarang teori-
Sebagai cerminan bahwa teori DEB masih belum mapan, berikut ini kutipan dari
tokoh akuntansi senior, Basu (2012, p. 865) di akhir tulisannya menyatakan: “It is
shameful that we still cannot answer basic questions like ‘‘Why did anyone invent
“Adalah hal yang memalukan bahwa kita masih belum dapat menjawab pertanyaan-
2
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
DEB itu cantik?” Sebagai pemangku kepentingan yang berasal dari non-akuntansi,
entry bookkeeping is one of history’s best-kept secrets and most important untold tales.”
yang dapat diartikan “Kemunculan dan metamorfosis DEB adalah salah satu rahasia yang
tersimpan sangat rapat dalam sejarah dan kisah terpenting yang tidak dapat diceritakan.”
Jika teori DEB belum mapan maka teori ADK disimpulkan juga belum mapan karena
tahun 1494 oleh Pacioli sebagai seorang profesor matematika (Hatfield, 1924; Littleton,
1928; Sangster, 2018). DEB merupakan pondasi intelektual di akuntansi (Demski, et al.
2002; Fellingham, 2007), demikian pula dengan ADK. Sayangnya, masyarakat akuntansi
modern memandang DEB dan ADK sebatas warisan luar-biasa yang semakin kurang
relevan untuk menghadapi perubahan zaman (Pincus, 1997a). Di era modern ini
akuntansi keuangan (Demski, 2007; Ball, 2008). Sebagai konsekuensinya, tidak banyak
Tulisan ini merupakan penelitian teoritis. Tujuan utama artikel ini adalah meninjau
ulang teori DEB dan ADK. Menggunakan metode berbasis matematika yang selaras
dengan sejarah DEB dan ADK, riset ini menganalisis teori berlaku (existing theory) DEB
dan ADK, dan menjelaskan Hukum Dana yang merupakan teori usulan (proposed
theory) DEB dan ADK. Urutan topik bahasan setelah Bagian I Pendahuluan di atas
adalah sebagai berikut. Bagian II berisi Telaah Literatur dan Landasan Teori yang
menjelaskan dua hal, yaitu Sejarah DEB & ADK sebagai warisan akuntansi, dan teori
3
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
berlaku DEB & ADK. Bagian III menjelaskan Metode Riset yang digunakan, yaitu
Pembahasan yang terdiri dari deskripsi tentang keterbatasan teori berlaku DEB dan
ADK, dan pengajuan teori usulan DEB dan ADK. Bagian V merupakan Kesimpulan,
Bagian ini menjelaskan dua hal yang bertolak belakang tetapi sesungguhnya
DEB dan ADK yang bermanfaat sebagai pijakan dalam melakukan analisis dan
dan rasionalitas berlaku DEB dan ADK yang merupakan objek riset yang dikritisi.
DEB dan ADK di buku Summa (Weis & Tinius, 1991). Selanjutnya, Hernández-Esteve
(1994) dan Sangster, Stoner, & McCarthy (2007) mendeskripsikan komponen Summa
yang terdiri dari dua volume dengan rincian sebagai berikut. Volume pertama berisi
sembilan bab. Bab 1 hingga Bab 7 secara inklusif membahas aritmatika, Bab 8
membahas aljabar, dan Bab 9 membahas berbagai topik mengenai penerapan matematika
di bisnis. Secara lebih detail, Bab 9 terdiri dari 12 risalah. DEB tercantum di risalah
satu bab, yaitu Bab 10, yang membahas tentang geometri. Rabinowitz (2009)
4
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
matematika murni (Sangster et al., 2007) dan di berbagai topik matematika terapan,
termasuk militer (Weis & Tinius, 1991). Pertama kali Summa diterbitkan, Pacioli telah
mengajar matematika di beberapa universitas selama lebih dari 30 tahun (Sangster et al.,
2007). Pacioli dianugerahi gelar Bapak Akuntansi oleh para penggiat akuntansi modern
berpendapat bahwa DEB layak disejajarkan dengan rasio Euclid sebagai teori yang
sempurna. Senada dengan pendapat Cayley, di era modern Sangster (2018) berargumen
bahwa DEB dikembangkan berpijak pada Euclid. Childs (1895) menyatakan bahwa DEB
merupakan sistem yang indah, ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Hatfield (1924)
mengemukakan bahwa DEB menjadi alasan utama untuk memandang akuntansi sebagai
disiplin akademis. DEB merupakan satu dari beberapa prinsip yang tidak berubah selama
lebih dari 500 tahun dipraktikkan (Rabinowitz, 2009), dan membentuk pondasi dasar
menyimpulkan bahwa DEB telah sukses beradaptasi dan bertahan selama lebih dari 700
tahun.
DEB. Sebagai penulis kedua, Fellingham (Demski, et al., 2002) menyatakan bahwa DEB
5
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
akuntansi untuk kembali mempelajari DEB jika ingin akuntansi menjadi disiplin
harus melibatkan debit dan kredit secara seimbang, dari perspektif jumlah total moneter.
Dengan demikian, pencatatan akuntansi minimal harus melibatkan dua akun; satu akun di
debit dan satu akun di kredit. Pemahaman DEB ini dapat dikaitkan dengan persamaan
akuntansi selalu terjaga yang dipertahankan melalui pencatatan debit dan kredit dengan
total nilai moneter yang sama. Dengan demikian, ADK merupakan teknik yang
(1914) menambahkan dua kelompok elemen, yaitu Liabilitas dan Biaya. Liabilitas
dianggap sebagai pengurang aset sehingga berada di sisi berlawanan yaitu di kredit.
Sebaliknya, biaya berada di sisi debit karena merupakan pengurang kepemilikan. Lebih
melengkapi penjelasan mengenai aturan dalam sistem akuntansi berpasangan. Adalah hal
penting untuk menjaga keseimbangan dari dua klasifikasi dasar, yaitu Properti dan
6
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
signifikan hingga di era modern. Bahkan, hingga awal abad ke-21 ini, ADK tidak
mengalami perubahan. Perubahan hanya terjadi terkait dengan terminologi, yang awalnya
adalah” per” dan “a” di buku Summa, sekarang berubah menjadi “debit” dan “kredit”.
dan Biaya tidak berubah sama sekali. Meskipun ADK sama dan identik dari waktu ke
waktu tetapi definisi debit dan kredit mengalami perubahan dari masa ke masa sehingga
di era modern ini terdapat keberagaman dalam memahami definisi debit dan kredit
Meskipun dikagumi dan berhasil bertahan ratusan tahun, hingga sekarang DEB
masih dianggap sebagai misteri (Littleton, 1928; Yamey, 1947, 1994; Gleeson-White,
2012; Waymire, 2012; Basu, 2012). Sebagian buku teks akuntansi modern (antara lain
Weygandt, Kimmel, & Kieso, 2011) menyertakan penjelasan mengenai ADK di bagian
pemanfaatan akun untuk penjurnalan. Sisi kiri akun dinamakan debit dan sisi kanan
disebut kredit, senada dengan penyebutan sisi kiri dan sisi kanan persamaan akuntansi.
Namun, di buku-buku teks akuntansi sejauh ini tidak mudah menemukan argumen yang
Kesimpulannya, DEB dan ADK adalah warisan akuntansi yang merupakan salah
satu pondasi intelektual di akuntansi, dikagumi dari generasi ke generasi, dan diterapkan
secara berkelanjutan hingga sekarang. Sayangnya, sejauh ini, kehebatan DEB dan ADK
secara akademis tetap menjadi misteri karena masyarakat akuntansi modern masih belum
7
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Walaupun DEB tertulis di buku Summa yang didokumentasikan oleh Luca Pacioli
lebih dari 500 tahun lalu, tetapi Littleton (1928) menegaskan bahwa di buku Summa tidak
terdapat deskripsi yang menjelaskan tentang teori atau filosofi DEB. Hal ini diantaranya
menyebabkan masih muncul spekulasi tentang asal usul dan teori yang sesungguhnya
mendasari penggunaan DEB. Menariknya, literatur tentang teori DEB relatif jarang
dibahas di akuntansi (Williams, 1978). Brief (1982) secara khusus menuliskan kembali
beberapa penggiat akuntansi tertarik untuk menjelaskan teori DEB pada abad
keduapuluh. Setidaknya dua penulis menerbitkan tulisan yang terkait dengan teori DEB
di awal dan pertengahan abad keduapuluh. Pertama, William Andrew Paton (1917)
Teori DEB yang diusung Paton (1917) hingga sekarang masih terasa aplikasinya
(1917) menegaskan bahwa pencatatan (bookkeeping) dan akuntansi adalah hal yang tidak
Paton (1917) berpendapat bahwa DEB dituangkan dalam persamaan akuntansi yang
terdiri dari sisi kiri, yaitu Properti atau Aset, dan sisi kanan, yaitu Ekuitas. Sisi kiri
persamaan terdiri dari item-item properti yang mencerminkan sumber daya sedangkan
sisi kanan terdiri dari ekuitas yang mencerminkan hak atau klaim terhadap properti
tersebut. Paton (1917) lebih lanjut menegaskan bahwa properti dan ekuitas harus selalu
seimbang karena keduanya menggunakan alat ukur yang sama, dan keduanya sebenarnya
mencerminkan hal yang sama, yaitu properti atau aset. Dengan demikian, teori yang
8
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
properti atau aset sebagai objek perhatian utama. Teori DEB yang dikembangkan Paton
dapat disebut sebagai Hukum Aset (law of assets). Meskipun ada beberapa alternatif teori
DEB yang ditawarkan tetapi Hukum Aset lebih banyak diterima di era modern ini. Hal
ini tercermin dalam pendefinisian elemen Liabilitas, Ekuitas, Biaya, dan Pendapatan
yang menggunakan aset sebagai titik awal, sebagaimana tertuang dalam standar
akuntansi keuangan.
Teori DEB yang digagas Paton (1917) digunakan dalam pengembangan kerangka
dasar oleh dewan standar akuntansi keuangan dalam menjelaskan laporan keuangan yang
disebut neraca atau laporan posisi keuangan (balance sheet or statement of financial
position). IASC (1989) menyatakan bahwa laporan posisi keuangan terdiri dari elemen
Aset, Liabilitas, dan Ekuitas tetapi tidak secara eksplisit menyebutkan rasionalitas
laporan posisi keuangan tersebut. Sementara itu, FASB (1978) menyatakan secara
eksplisit bahwa neraca menyajikan informasi keuangan tentang aset yang mencerminkan
sumber daya (resources) perusahaan dan klaim terhadap sumberdaya perusahaan. Berikut
Menariknya, di tahun 2010 dewan standar akuntansi Amerika serikat dan dewan
teori terkait dengan neraca dalam Conceptual Framework for Financial Reporting yang
merupakan produk Joint project (IASB, 2010; FASB, 2010) yang selanjutnya diadopsi
9
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
OB12. General purpose financial reports provide information about the financial position
of a reporting entity, which is information about the entity’s economic resources and the
claims against the reporting entity. (FASB – SFAC 8, 2010; IASB, 2010)
Sekilas, rasionalitas yang diajukan dewan standar di tahun 2010 (FASB, 2010)
tidak berbeda jauh dari rasionalitas yang dituangkan di kerangka dasar sebelumnya
(FASB, 1978). Namun, jika dicermati, rasionalitas yang digunakan dewan standar
keuangan (yaitu FASB, 2010) dapat diinterpretasikan sangat berbeda dari yang
sebelumnya (yaitu FASB, 1978). Hal ini diperkuat pernyataan di Basic for Conclusions
BC1.33 In discussing the financial position of an entity, the Exposure Draft referred to
economic resources and claims on them. The chapter uses the phrase economic resources
of the reporting entity and the claims against the reporting entity (see paragraph OB12).
The reason for the change is that, in many cases, claims against an entity are not claims
on specific resources. In addition, many claims will be satisfied using resources that will
result from future net cash inflows. Thus, while all claims are claims against the entity, not
all are claims against the entity’s existing resources. (FASB – SFAC 8, 2010)
mengajukan alternatif teori DEB yang, sadar atau tidak sadar, menafikan keberadaan
diusung dewan standar keuangan FASB dan IASB di atas memperkuat tuntutan perlunya
analisis lebih lanjut terhadap teori DEB yang berlaku saat ini.
Terminologi debit dan kredit memiliki beragam definisi dari waktu ke waktu. Dalam
10
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
dan “a” untuk menunjukkan kredit" (Littleton, 1928). Sampai pertengahan abad
"kredit" berasal dari bahasa Latin debere (berutang) dan credere (mempercayakan),
menyatakan bahwa "per" menunjukkan debore atau debitur, dengan "dee dare" sebagai
bagian "wajib memberi" dari pencatatan. "a" mewakili kreditore atau kreditur, dengan
"dee havere" sebagai bagian "wajib memiliki" pencatatan. Geijsbeek (1914) berpendapat
pembelajar akuntansi.
dengan debitur dan kreditur menyebabkan kebingungan. Hatfield (1914) mencatat bahwa
"debit" berarti kiri, sedangkan "kredit" berarti kanan, sebuah konsep yang juga
ditekankan oleh Paton (1917), meskipun yang terakhir merekomendasikan bahwa definisi
debit (kiri) dan kredit (kanan) harus dilihat dari perspektif buku catatan yang digunakan
Paton (1917) juga menegaskan bahwa teori "properti sama dengan ekuitas," dapat
dituliskan dalam persamaan aljabar "Properti = Ekuitas." Paton (1917) mencatat bahwa
penyajian transaksi debit dan kredit di sebelah kiri dan kanan sisi persamaan akuntansi
mengacu pada persamaan aljabar yang umumnya dikenal sebagai persamaan akuntansi
dasar. Lebih lanjut, Paton (1917) berpendapat bahwa ADK berlandas pada persamaan
akuntansi dasar yang menempatkan "Properti" di sisi kiri dan "Ekuitas" di sisi kanan. Jika
sebelah kanan, maka ADK menjadi terbalik. Oleh karena itu, definisi "debit" dan "kredit"
11
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
sebagai "kiri" dan "kanan" berhubungan erat dengan persamaan akuntansi sebagai
persamaan aljabar.
Paton (1917) menjelaskan bahwa ADK adalah "custom" (p. 14), "conventional
terms" (p. 25, dalam Hatfield, 1909) atau "arbitrary" (p. 25) karena persamaan akuntansi
dasar. Selanjutnya, Paton (1917) menyatakan bahwa ADK digunakan dalam pencatatan
3. Metode Riset
sebagai batu pijakan untuk menganalisis teori berlaku dan mengusulkan teori usulan
DEB dan ADK. Setidak-tidaknya, terdapat lima argumen yang mendukung penggunaan
metode riset Grounded Theory berbasis matematika dalam analisis dan pengembangan
teori DEB dan ADK. Pertama, DEB dan ADK terekam secara akademik di Summa
tahun 1494 (Sangster et al, 2007). Sejak kehadiran buku Summa, DEB dan ADK
mendapat perhatian dan apresiasi dari banyak ahli matematika baik yang sukses maupun
gagal dalam menuliskan DEB (Hatfield, 1924). Salah satu tokoh matematika adalah
Arthur Cayley (1821 – 1895) yang merupakan Sadlerian profesor of pure mathematics in
the University of Cambridge. Cayley (1894) menyatakan dalam buku yang berjudul The
absolutely perfect one, and it is only its extreme simplicity which prevents it from being
12
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
berputar haluan dari menekuni matematika dalam tempo yang cukup lama untuk
menuliskan The Principles yang terkenal menjelang akhir hayatnya. Di akhir abad ke-20
dan awal ke-21, Ellerman menuliskan DEB. Ellerman (1985; 1986; 2014) mencoba
Kedua, matematika merupakan ilmu tentang realita yang merupakan objek utama
kantongnya berisi 10 jeruk maka realita menunjukkan bahwa totalnya terdapat 200 jeruk.
Demikian juga, hukum Pythagoras yang sering dihafalkan oleh pembelajar non-
disebut Grounded theory menggunakan prinsip yang berpijak pada matematika meskipun
metode tersebut diberi label metoda kualitatif (Warsono, 2018a). Sebagai pencetus awal
Grounded Theory, Glaser & Straus (1967) menerapkan metode yang disebut
adalah properti yang dimiliki matematika untuk mengidentifikasi kondisi lebih banyak
realita yang tidak mudah dikenali sebelumnya. Berikut ini ilustrasi yang dapat
13
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
emosional akan cenderung berani mengambil risiko bahwa keputusannya bisa salah,
ketentuan salah sehingga layak untuk dilanggar. Sebenarnya terdapat cara ketiga sebagai
Cara ketiga (Solusi): Solusi yang dilakukan adalah dengan meletakkan 3 berlian di
sisi kiri dan 3 berlian di sisi kanan timbangan. Jika kedua sisi seimbang maka berlian
yang paling berat dapat dipastikan ada di 2 berlian yang tidak ditimbang yang mana
pada timbangan yang kedua sudah dapat diketahui berlian yang lebih berat. Pada
kondisi lainnya, jika sisi kiri yang lebih berat, maka timbangan kedua dilakukan
dengan meletakkan 1 berlian di kiri timbangan dan 1 berlian di sisi kanan dari 3
berlian yang ada di timbangan sisi kiri tersebut. Jika salah satu sisi lebih berat maka
penimbang dapat mengetahui berlian yang paling berat. Jika sisi kiri dan sisi kanan
timbangan beratnya sama/seimbang maka 1 berlian yang tidak ditimbang itulah yang
merupakan berlian paling berat. Dengan cara tersebut, penggunaan matematika dapat
secara manjur menyelesaikan masalah, dan mengungkap adanya realita yang dapat
terjadi.
14
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Menariknya, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang andal, relevan dan berlaku
konsisten dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, banyak teori di ilmu Eksakta
teori. Committee (1971) menyebutkan ada tiga bahasa yang lazim digunakan untuk
Bahasa Sintaktis menghasilkan pernyataan ilmiah atau teori yang pada dasarnya
menghubungkan antar sinyal atau tanda. Committee (1971) berpendapat bahwa sinyal
tidak harus empiris, tidak harus dapat diobservasi. Committee menyatakan bahwa bahasa
menghubungkan antara sinyal dan objek atau peristiwa. Berbeda dari bahasa Sintaktis
yang memfokuskan pada sinyal atau tanda, bahasa Semantis lebih berpijak pada hasil
observasi, empiris yang bisa dilihat. Committee (1971) mengilustrasikan bahasa Semantis
sebagai berikut “John adalah seorang sarjana.” Bahasa ketiga adalah bahasa Pragmatis,
yang menghasilkan pernyataan ilmiah atau teori yang menghubungkan antara objek dan
memungkinkan setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda. Dari tiga bahasa di
atas, jika disusun secara hirarkis maka bahasa Sintaktis menempati tingkatan paling
15
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
tinggi, diikuti dengan bahasa Semantis, dan paling bawah adalah bahasa Pragmatis
(Warsono, 2019).
zaman. Sebagai contoh di Indonesia, beberapa puluh tahun lalu huruf “OE” digunakan
untuk menuliskan huruf “U” di era sekarang, huruf “TJ” untuk menuliskan huruf “C”,
dan huruf “J” untuk menuliskan huruf “Y”. Perubahan ini di satu sisi bisa dilihat sebagai
dulu tidak mudah dipahami oleh generasi sekarang. Hal tersebut berkebalikan dengan
bahasa matematika yang selalu digunakan konsisten. Ribuan tahun lalu persamaan
matematika “30 + X = 40” akan menghasilkan nilai X samadengan 10, dan hal tersebut
juga tetap berlaku hingga sekarang atau bahkan di masa datang, sepanjang manusia
penggunaan desimal berpeluang dapat bertahan lama karena realita menunjukkan bahwa
Jika dicermati, teori DEB yang dikembangkan Paton (1917) pada dasarnya
menggunakan bahasa Semantis karena teori tersebut berpijak pada objek tertentu, dalam
hal ini adalah aset atau properti. Bahasa Semantis lazim digunakan untuk memperjelas
16
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
yang dapat diobservasi secara empiris. Menggunakan bahasa Semantis, setiap individu
dapat membuktikan adanya realita bahwa tigapuluh jeruk yang dibagi menjadi dua
bagian maka keduanya akan terdiri dari limabelas jeruk. Namun demikian, penggunaan
bahasa Semantis memiliki risiko bahwa objek yang diobservasi tidak sepenuhnya
memenuhi kriteria yang dimaksudkan. Misalnya, jika dari 30 jeruk ada dua jeruk yang
busuk dan harus dibuang maka pengelompokan masing-masing menjadi 14, tidak lagi 15.
agar rapi dan efisien. Sebagaimana telah ditengarai oleh Committee (1971) bahwa bahasa
Pragmatis memungkinkan adanya perbedaan yang tidak mudah diselesaikan. Rapi atau
efisien menurut pendapat individu tertentu, tidak selalu juga rapi dan efisien menurut
mekanisme tambah dan kurang (+ dan -) lebih mudah dibanding penerapan ADK.
bahasa Semantis dan rasionalitas ADK yang menggunakan bahasa Pragmatis, dua
anomali yang berlangsung di teori DEB dan ADK yang berlaku. Langkah kedua,
mengusulkan teori DEB dan ADK yang dikembangkan menggunakan bahasa Sintaktis
sebagai bahasa tertinggi dalam pengembangan teori. Berikut ini beberapa keterbatasan
yang dapat diidentifikasi akibat penggunaan teori DEB (yaitu, sumberdaya samadengan
klaim terhadap sumberdaya, Paton 1917) yang dikembangkan berbasis bahasa Semantis
Keterbatasan utama teori berlaku DEB adalah ia berfokus pada aset. Sebagai
di laporan keuangan mengacu pada aset. Chambers (1999; 2005) mengingatkan bahwa
17
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
sesuatu yang terlihat tidak selalu merupakan kebenaran. Manusia membutuhkan udara
meskipun ia tidak dapat melihat udara dengan mudah. Demikian pula, manusia terdiri
dari jiwa dan raga yang mana manusia tidak dapat melihat jiwanya sendiri atau jiwa
orang lain. Sesuatu yang tidak dapat dilihat tersebut justru merupakan komponen utama.
Sebagai contoh, manusia tidak lagi disebut manusia jika jiwanya meninggalkan raga
tetapi dia tetap disebut manusia sepanjang jiwanya masih menyatu dalam raga. Dengan
realita dengan sebaik-baiknya, bukan sebatas fakta empiris yang dapat ditemu-kenali
dengan mudah.
Keterbatasan kedua, teori berlaku DEB tidak dapat menjawab konsisten atas
menjadi persamaan akuntansi ekstensi (selanjutnya disebut PAE) yang dituliskan “Aset =
turunan dari PAD tetapi rasionalitas yang digunakan menjelaskan PAD tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan PAE karena elemen Biaya tidak mencerminkan klaim
terhadap sumberdaya.
Pragmatis adalah adanya hal yang tidak mudah diterima akal bahwa sebuah aturan buatan
manusia dapat bertahan tidak mengalami perubahan lebih dari setengah milenium. Yang
terjadi di realita justru aturan buatan manusia selalu berubah-ubah mengikuti dinamika
diterima logika atas pertanyaan yang terkait dengan ADK, misalnya, mengapa ADK
18
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
untuk elemen Biaya dan Aset sama dan identik padahal kedua elemen tersebut bertolak
belakang?
Setelah mengidentifikasi keterbatasan atau anomali teori berlaku DEB dan ADK,
tantangan yang muncul adalah pengajuan teori usulan DEB dan ADK yang berpijak
kokoh pada bahasa Sintaktis. Teori usulan DEB di tulisan ini disebut “Law of Funds”
atau Hukum Dana. Pengembangan Hukum Dana berdasarkan dua prinsip, yang juga
digunakan Paton (1917) dalam pengembangan teori DEB. Prinsip pertama, teori harus
sesuatu tersebut diyakini keberadaannya secara universal. Sinyal atau tanda dapat
dikenali atau dirasakan keberadaannya dalam banyak situasi meskipun tidak selalu
mudah dilihat. Prinsip kedua, teori harus berfokus pada satu (1) realita yang selanjutnya
dapat dikelompokkan ke dalam dua dimensi (Paton, 1917). Realita yang menjadi pusat
perhatian di Hukum Dana adalah realita tentang dana (funds). Per definisi, Finney (1921,
dalam Carson, 1949) menyatakan bahwa dana (funds) meliputi segala sesuatu yang
memiliki nilai, tidak semata berupa sumberdaya atau aset. Seperti halnya udara dan jiwa
yang tidak mudah diobservasi, dana merupakan sinyal atau tanda terkait dengan sesuatu.
Hukum Dana dapat dinyatakan sebagai berikut “Total moneter bentuk penggunaan
dana harus selalu samadengan total moneter sumber pemerolehan dana.” (Warsono,
2017a). Hukum Dana di atas bersifat abstrak dan fleksibel, tetapi tetap berpijak pada
gambaran, entitas menerima dana dari pemilik (merefleksikan sumber pemerolehan dana)
demikian, Hukum Dana memenuhi dua prinsip pengembangan teori seperti yang
digunakan oleh Paton (1917), karena Hukum Dana didasarkan pada fakta yang
merupakan realita, dan berfokus pada satu sinyal atau tanda — yaitu dana — yang
19
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
selanjutnya dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu bentuk penggunaan dana dan
Selanjutnya, teori ini dituliskan secara matematika “di sisi kiri persamaan adalah
Aset yang mencerminkan bentuk penggunaan dana, dan di sisi kanan adalah Liabilitas
Keseimbangan Hukum Dana yang disajikan dalam format persamaan aljabar harus
selalu berlaku, sama seperti halnya Paton (1917) mensyaratkan keseimbangan “Properti
= Ekuitas.” Dengan demikian, analisis dan pencatatan akuntansi untuk setiap transaksi
harus selalu menjaga keseimbangan itu. Jika terjadi ketidakseimbangan, pasti ada
kesalahan dalam pencatatan. Prinsip keseimbangan ini juga berfungsi sebagai kontrol
Analisis transaksi selalu mengarah pada setidaknya dua macam perubahan sebagai
pasangan. Jika perubahan terjadi di sisi sama persamaan akuntansi (misal, Liabilitas dan
pengurangan). Sebaliknya, jika perubahan terjadi pada sisi berbeda persamaan akuntansi
(misal, Aset dan Liabilitas), maka jenis perubahan itu selalu sama (penambahan
Prinsip tersebut pada dasarnya dilakukan untuk menjaga persamaan akuntansi yang
20
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
tahun, dan masih akan berlanjut digunakan di masa depan. Secara teknis, pencatatan
berpasangan diwujudkan melalui penerapan mekanisme debit kredit atau lazim disebut
berpasangan.
Berbeda dari pengembangan Hukum Aset atau Hukum Properti yang menggunakan
berfokus pada dana sebagai sinyal atau tanda. Terminologi "dana" lebih abstrak dan
fleksibel daripada aset. Dengan demikian, Hukum Dana lebih tepat mencerminkan sinyal
atau tanda. Aset adalah salah satu bentuk dana yang masih memiliki nilai manfaat. Selain
aset, dana juga berbentuk sesuatu yang telah dikonsumsi manfaatnya, lazim disebut
Biaya (expenses). Perbedaan lain, Hukum Aset menghubungkan antara objek dan tanda
(dalam hal ini adalah aset sebagai objek dan klaim sebagai tanda/sinyal), sedangkan
Hukum Dana menghubungkan dua tanda yang berlawanan tetapi saling melengkapi,
yaitu penggunaan dana dan sumber pemerolehan dana. Menggunakan Hukum Dana, PAE
gam argumen terkait dengan ADK, dan munculnya variasi pemahaman pembelajar akunt
ansi terkait dengan definisi debit dan kredit (Warsono & Hasanah, 2019). Selanjutnya, pe
nggunaan bahasa Pragmatis dalam menjelaskan ADK memiliki efek yang signifikan,
karena sebagian besar buku teks akuntansi modern mengganggap ADK sebatas sebagai
“custom” (Kieso et al., 2011), “rules” (Warren, et al., 2014), “arbitrary” (Anthony et al.,
2007), atau “rules of thumb” (Williams et al., 2005). Selain itu, beberapa peneliti
mengklaim ADK hanyalah bagian dari kosa-kata akuntansi (Wallace, 1997), sekadar
bahasa (Pincus, 1997a), atau tidak lebih dari plus dan minus (Ingram, 1998).
21
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Tidak adanya teori atau rasionalitas yang kuat untuk ADK juga menimbulkan perde
topik terkait arti penting ADK di pendidikan akuntansi. Sebagai tanggapan, Pincus
(1997a; 1997b) menyatakan bahwa fokus pada ADK sebagai esensi dari mata-kuliah
perkembangan pola pikir yang salah terkait dengan mata-kuliah akuntansi lanjutan
maupun di dunia kerja. Selanjutnya, Pincus (1997a; 1997b) berpendapat bahwa fokus
pada ADK di mata-kuliah Akuntansi pengantar tidak mencapai manfaat yang diharapkan
mengingatkan kembali bahwa ADK telah terbukti dapat bertahan dari perubahan-
perubahan teknologi, dan mahasiswa akuntansi yang tidak memiliki pengetahuan kuat
tentang ilmu dasar akuntansi berpotensi menyediakan jasa informasi akuntansi yang
Beberapa penggiat ilmu telah mempelajari ADK dari perspektif matematika. Peters
& Emery (1978) percaya bahwa pada saat ADK dikembangkan, matematikawan tidak
menerima konsep bilangan negatif, yang mengarah pada gagasan penerapan ADK.
Namun, Scorgie (1989) berpendapat bahwa klaim Peters dan Emery tidak didukung oleh
bukti, dan menunjukkan bahwa angka negatif diakui sebelum publikasi Summa. Ellerman
22
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
(1985; 1986; 2014) mengasumsikan ada Grup Pacioli yang beroperasi semata-mata
dengan angka non-negatif, dan menggunakan model aljabar yang diformulasikan pada
akhir abad kelimabelas. Namun, sejauh ini penggiat akuntansi belum menerima
adalah tidak tepat untuk menyimpulkan bahwa terminologi debit selalu menandakan
penurunan (pengurangan atau minus), karena ADK bergantung pada posisi elemen-
elemen dalam persamaan akuntansi. Misalnya, kenaikan & penurunan elemen aset dan
biaya dicatat (dalam setiap kasus dengan angka positif) masing-masing sebagai debit (sisi
kiri) & kredit (sisi kanan). Demikian pula, kenaikan & penurunan elemen liabilitas,
ekuitas dan pendapatan dicatat (dalam setiap kasus dengan angka positif) masing-masing
dan pengurangan”? Hal ini dilakukan karena akuntansi menggunakan satuan moneter
sebagai satuan pengukuran, dan satuan moneter selalu positif bagi seseorang (Warsono,
2015a; 2015b). Nilai moneter tidak pernah ada nilai negatif karena fungsi utama uang
adalah menyimpan nilai. Littleton (1927) dan Edwards (1960) mengkonfirmasi bahwa
satuan moneter adalah salah satu faktor yang mendorong pengembangan pembukuan
23
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
dan "pengurangan/minus" di akuntansi. Selain itu, aturan tambah-kurang juga tidak dapat
digunakan sebagai alat kontrol, karena ada kemungkinan bahwa transaksi yang dicatat
menerapkan ADK. Inisiator awal DEB mencatat penurunan nilai moneter melalui ide
menggunakan dua sisi (kiri dan kanan, atau debit dan kredit) dan memindahkan apa yang
menjadi angka negatif di satu sisi ke sisi lain, di mana itu positif. Menggunakan aturan
ini, penurunan nilai moneter dapat diwakili oleh angka positif yang menyiratkan
penurunan, berdasarkan sisi di mana ia ditempatkan. Teknik ini pada dasarnya adalah
teknik matematika.
Lebih dari setengah millennium lalu akuntansi telah memiliki warisan ilmu
pengetahuan yang dikenal dengan Double Entry Bookkeeping (DEB) dan Aturan Debit
Kredit (ADK). Kedua warisan pengetahuan tersebut tercatat secara akademik di Summa
yang merupakan buku Matematika yang didokumentasi Luca Pacioli sebagai profesor
matematika. Dari waktu ke waktu kedua warisan tersebut terbukti andal, digunakan
matematika, dari generasi ke generasi hingga sekarang. Sayangnya, tidak terdapat teori
atau filosofi yang menjelaskan kedua warisan luar-biasa tersebut. Pada gilirannya,
ketiadaan tersebut menyebabkan teori dan rasionalitas DEB dan ADK mengalami
Dari generasi ke generasi, tidak banyak penggiat akuntansi menawarkan teori DEB
dan ADK. Paton (1917) mengajukan teori DEB yang dapat disebut Hukum Aset atau
24
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
ekuitas yang mencerminkan klaim terhadap aset. Pernyataan teori tersebut selanjutnya
dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar. Teori yang dikembangkan Paton ini juga
digunakan di era modern ini. Sebagai produk Joint Project, akhir-akhir ini dewan
standar akuntansi keuangan menyajikan teori DEB terkait dengan neraca atau laporan
posisi keuangan. Kedua dewan, sadar atau tidak sadar, menafikan keberadaan persamaan
akuntansi karena pernyataan teori DEB yang dituliskan tidak melihat perlunya
keseimbangan antara elemen Aset dan elemen Liabilitas dan Ekuitas. Hal ini mungkin
terjadi karena teori Paton menggunakan bahasa Semantis dalam menjelaskan DEB
sehingga dewan standar akuntansi di awal abad keduapuluhsatu tidak lagi berfokus pada
aset tetapi lebih menitik-beratkan pada entitas sebagai objek yang ingin digambarkan.
Disamping anomali tersebut, beberapa anomali lain juga muncul, seperti misalnya teori
berlaku DEB hanya bisa digunakan menjelaskan persamaan akuntansi dasar (PAD) tetapi
tidak dapat digunakan menjelaskan persamaan akuntansi ekstensi (PAE) yang sebenarnya
Tulisan ini mengajukan teori usulan yang disebut Hukum Dana. Teori usulan ini
pengembangan teori. Berbeda dari teori berlaku DEB yang memfokuskan pada aset atau
properti, Hukum Dana memfokuskan pada dana (funds) yang mencerminkan sinyal atau
tanda. Hukum Dana dikembangkan berpijak pada dua prinsip yang juga digunakan oleh
Paton (1917) dalam pengembangan teori Hukum Aset. Per definisi, dana adalah segala
sesuatu yang dapat diukur menggunakan satuan moneter. Dengan demikian, dari
perspektif Hukum Dana, fungsi dasar akuntansi adalah mencatat setiap terjadi perubahan
dana. Yang perlu digaris-bawahi, perubahan dana tidak selalu menyebabkan perubahan
aset. Perubahan dana dimungkinkan antara lain terjadi antara elemen Biaya dan
25
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Pendapatan, atau elemen Pendapatan dan Ekuitas, tanpa melibatkan elemen Aset sama
akuntansi dasar maupun persamaan akuntansi ekstensi yang dituliskan “Aset + Biaya =
dan untuk melestarikan angka original. Selanjutnya buku teks akuntansi dewasa ini
menyatakan bahwa ADK digunakan karena “custom”, “rules”, “arbitrary”, atau “rules
ADK salah satunya dikarenakan Paton menggunakan bahasa Pragmatis yang pada
and Verification (1971), hal tersebut memunculkan persepsi yang berbeda-beda dari para
Berbeda dari tulisan Paton yang menggunakan bahasa Pragmatis, tulisan ini
menggunakan bahasa Sintaktis dalam mengajukan teori atau rasionalitas usulan ADK.
akuntansi menggunakan alat ukur nilai moneter yang tidak memiliki properti angka
negatif. Dalam rangka menyajikan perubahan dana yang bersifat pengurangan, inisiator
menjadi angka positif, dan sebaliknya. Mekanisme ini merupakan properti matematika,
yang di akuntansi lazim disebut ADK (uraian lebih kongkrit, baca Warsono, 2009; 2011;
2015a; 2017a; 2018b). Sebenarnya, beberapa penggiat ilmu telah mengingatkan bahwa
26
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
bahwa ADK digunakan untuk “menjaga originalitas angka”, Peters and Emery (1978)
menyatakan bahwa nilai negatif tidak berlaku di zaman Pacioli, dan Ellerman (1985;
1986; 2014) menggunakan Pacioli Group yang ditemukan di abad kesembilanbelas untuk
menjelaskan realita yang terjadi, tulisan ini menguatkan rasionalitas ADK sebagaimana
diusulkan Warsono (2015a; 2015b) bahwa dari dulu hingga sekarang, tidak ada
penggunaan nilai moneter yang negatif karena nilai moneter fungsi utamanya adalah
penyimpan nilai.
Berikut ini dua keterbatasan terkait dengan teori yang diusulkan di tulisan ini.
atau banyak hirarkis. Saat ini tulisan ini mengungkap bahwa adanya lapisan atau hirarkis
yang lebih tinggi dari aset yang selama ini digunakan, yaitu dana. Di masa datang, sangat
dimungkinkan muncul teori yang lebih baik yang dapat menjelaskan DEB dan ADK.
Dengan demikian, teori Hukum Dana yang disajikan di artikel ini berpeluang
dikembangkan menjadi teori yang lebih baik. Keterbatasan kedua artikel ini, adalah
sebuah pasangan antara konseptual dan praktik. Tulisan ini lebih menyajikan dalam
tataran teoritis. Riset dalam tataran teknis seharusnya dilakukan untuk menguji
menjadi titik awal pengembangan akuntansi modern yang sejauh ini justru diperlakukan
sebagai ilmu sosial murni. Sebagai konsekuensi sebagai ilmu sosial murni, penggiat
akuntansi modern cenderung menempatkan aturan, prinsip, dan standar sebagai solusi
utama. Sayangnya, seperti telah diketahui bersama, standar sebagai representasi dari
aturan dan prinsip, selalu berubah-ubah secara dinamis. Bahkan, kadangkala standar telah
27
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
akuntansi modern di satu sisi mengagumi DEB dan ADK tetapi di sisi lain justru
mengabaikan atau meninggalkan ilmu dasar, yaitu matematika, yang menjadi pijakan
diterima secara global, bahkan tanpa harus ada standar yang mengatur.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, R. (2008). What is the actual economic role of financial reporting? Accounting
Horizons, 22(4): 427-432.
Basu, S. (2012). How can accounting researchers become more innovative? Accounting
Horizons, 26(4): 851-870.
Brief, R.P. (1982). Four classics on the theory of double-entry bookkeeping. Routledge
Library: Accounting. Garland Publishing. Diunduh 17/06/2017,
https://www.book2look.com/embed/bVJDVIxupv&euid=82159107&ruid=82159106
&clickedby=H5W&biblettype=html5.
Butterbaugh, G.I. (1945). Dr. stands for debit. The Accounting Review, 20(3): 340-344.
28
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Chambers, R.J. (1999). The poverty of accounting discourse. Abacus, 35(3): 241-251.
Chambers, R.J. (2000). Common sense, technology and science. Abacus, 36(3): 327-333.
Childs, C.W. (1895). New essentials of bookkeeping for public schools single and double
entry: Including Forms and Explanations of Business Papers. The Whitaker & Ray
Co. (1895). Diunduh 3 Mei 2017. http://archive.org/details/
newessentialsbo00chilgoog .
Committee on Accounting Theory Construction and Verification. (1971). Report of the
committee on accounting theory construction and verification. The Accounting
Review, 46(Supplement): 51-79.
Demski, J.S., Fellingham, J.C., Ijiri, Y., & Sunder, S. (2002). Some thoughts on the
intellectual foundations of accounting. Accounting Horizons, 16(2): 157-168.
Demski, J.S. (2007). Is accounting an academic discipline? Accounting Horizons, 21(2):
153-157.
DSAK. (2016). Kerangka konseptual pelaporan keuangan. IAI.
Edwards, J.D. (1960). Early bookkeeping and its development into accounting, The
Business History Review, 34(4): 446-458.
29
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
30
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Sangster, A. (2018). Pacioli’s lens: God, humanism, euclid, and the rhetoric of double
entry. The Accounting Review, 93(2): 299-314.
Sangster, A., Stoner, G.N. & McCarthy, P.A. (2007). Lessons for the classroom from
Luca Pacioli. Issues in Accounting Education, 22(3): 447-457.
Scorgie, M.E. (1989). The role of negative numbers in the development of double entry
bookkeeping: A comment. Journal of Accounting Research, 27(2): 316-318.
Wallace, W.A. (1997). Where are the debits and credits? Editor’s perspective. Issues in
Accounting Education, 12(1): 229-230.
Warren, C.S., J. M. Reeve, & J.E Duchac. (2014) Financial accounting. South-Western
Cengage Learning.
Warsono, S. (2009). Reformasi akuntansi: Membongkar bounded rationality
pengembangan akuntansi. Cherrycorner.
Warsono, S. (2011). Adopsi standar akuntansi keuangan IFRS: Fakta, dilema, dan
matematika. ABPublisher.
Warsono, S. (2015a). Relationality of rules of debit and credit. The Indonesian Journal
of Accounting Research. 18(1): 53-74.
Warsono, S. (2017a). Accounting and mathematics: Revisiting theory of double entry. 1st
ed. Lambert.
Warsono, S. (2017b). Riset berpasangan: Mengapa dan bagaimana. dalam Filosofi dan
Metodologi Penelitian. (Hartono, J. editor). Program Magister Sains dan Doktor.
BPFE. Yogyakarta.
Warsono, S. (2018b). Tes potensi akuntansi – Akuntansi itu logis dan mudah. Edisi 2.
(2018). ABPublisher.
Warsono, S. (2019). Revisitasi teori double entry bookkeeping. dalam Kajian Topik-topik
mutakhir dan agenda riset ke depan (Hartono, J. Editor). Program Magister Sains dan
Doktor. Andi. Yogyakarta.
31
WARSONO, S. 2020. SWARSONO@UGM.AC.ID - RESEARCHGATE
Weis, W.L., & Tinius, D.E. (1991). Luca Pacioli: Renaissance accountant. Journal of
Accountancy, 172(5): 95-102.
Weygandt, J.J., Kimmel, P.D. & Kieso, D.E. (2011). Financial Accounting: IFRS
Edition. John Wiley & Son.
Williams, J.R., Haka, S.F. & Bettner, M.S. (2005). Financial & managerial accounting:
The basis for business decisions. McGraw-Hill/Irwin (Singapore - International
edition).
Williams, J.J. (1978). A New perspective on the evolution of double-entry bookkeeping.
The Accounting Historians Journal, 5(1): 29-39.
Yamey, B.S. (1947). Notes on the origin of double-entry bookkeeping. The Accounting
Review, 22(3): 263-272.
Yamey, B.S. (1994). Notes on Pacioli's first chapter. Accounting, Business, and
Financial History, 4: 51-66.
32