Laporan Resmi Praktikum Mikropal
Laporan Resmi Praktikum Mikropal
Ilmu geologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai lapisan bumi serta proses
dan sejarah terbentuknya, yang dibagi dalam bagian-bagian tersendiri. Paleontologi
merupakan salah satu bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang sisa-sisa
makhluk hidup yang terawetkan pada umur jutaan tahun; sisa-sisa makhluk hidup tersebut
adalah fosil.
Dalam mempelajari fosil, jenis fosil berdasarkan besar kecilnya dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
Fosil makro yaitu fosil yang dapat dideskripsi dengan mata telanjang tanpa
mengunakan alat bantu mikroskop. Contohnya phylum moluska sedangkan.
Fosil mikro yaitu fosil yang berukuran mikron dan dalam menghanalisisnya,
mengunakan alat bantu mikroskop. Contohnya pada phylum protozoa yaitu ordo
foraminifera.
Kegunaan mempelajari fosil dalam ilmu geologi adalah untuk mengetahui
umur suatu lapisan batuan serta lingkungan pengendapannya.
Dalam laporan ini difokuskan kepada fosil dengan ukuran mikron atau mikrofosil
secara garis besar mikrofosil dipelajari dalam ilmu mikropalentologi yang merupakan
cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah
terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga
FEBRYANTO
NIM.4100190022 1
1.3 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah menggunakan metode
sekunder. metode sekunder yaitu metode berdasarkan dasar teori yang diambil dari buku
panduan praktikum, literatur-literatur buku-buku lain yang berkaitan dengan laporan ini
DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi
Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang
tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari golongan foraminifera kenyataannya
foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk mempelajarinya.
Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 :
1. Pellagic (mengambang)
a.Nektonic (bergerak aktif)
b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
2.2 Foraminifera
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang
mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera
diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta
tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang
tersusun sambungmenyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada
yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau
berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari
bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu
oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari
spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari
100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera
mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan
perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat
dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak
dan gas bumi.
Biostratigrafi Foraminifera
2.Korelasi
3.Penentuan lingkungan pengendapan
1. Susunan Kamar
Susunan kamar pada foraminifera plankton dapat dibagi 3.
a. Planispiral, sifat terputar pada satu bidang, semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral
dan dorsal sama. Contoh : Hastigerina
b. Trocospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak
semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar
yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan
melekuk ke dalam, terlihat pada bagian ventral (perut).
Foraminifera planktonik ini juga banyak ditemui serta tersebar
diseluruh benua atau laut dengan kedalaman tertentu sehingga
foraminifera planktonik dijadikan fosil indeks sebagai
penarikan umur.
Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera
plankton :
Contoh : Globigerinoides
C. Accessory Aperture
Merupakan aperture sekunder yang terletak pada
struktur accessory atau aperture tambahan. Contoh :
Catapsydrax
Streblusbiccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah
dekatpantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena
merupakanpercampuran antara air laut dengan air sungai.
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara
hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang
digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia.
Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup
sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun
Gambar 3. Hyperammina
– Polythalamus
Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang
memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya uniserial saja atau biserial saja
Macam-macam polythalamus antara lain :
Uniserial yaitu berupa satu baris susunan kamar yang seragam. yang terbagi lagi mejadi:
Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas kamar-kamar
bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck. Contohnya : Siphonogerina,
Gambar 4. Siphonogerina
Linear tanpa leher yaitu kamar tidak
bulat dan satu sama lain tidak
dipisahkan leher-leher.
Contohnya :
Nodosaria.
Gambar 5. Nodosaria
Glandulina.
Gambar 6. Glandulina
Gambar 8. Elphidium
Gambar 9. Nonion
Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak pada satu bidang dengan posisi pada dorsal
seluruh putaran terlihat, sedangkn pada ventral hanya putaran terakhir terlihat. Contoh : Rotalia.
contoh: Globigerina.
o Biserial
Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris
kamar yang terletak berselang-seling. Contoh : Textularia.
o Teriserial
Triserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris
kamar yang terletak berselang-seling. Contoh : Uvigerina,
Bulmina.
Biformed Test
Biformed test merupakan dua macam susunan
kamar yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya dalam
sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian
menjadi uniserial pada akhirnya.
Triformed test
Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar
dalam sebuah test misalnya permulan biserial kemudian
Multiformed test
Multiformed test merupakan dalam sebuah test
ditemukan.
Bentuk
Komposisi test
Kebanyakan dari foraminifera benthik mempunyai
dinding test gamping hyalin, porselen, dan arenaceous.
type Letuculose, juga ada yang hidup di air tawar, seperti family
Allogromidae. Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh sekat
atau
septa yang disebut suture . aperture terletak pada permukaan septum kamar
terakhir. Hiasan pada permukaan test ikut menentukan perbedaan
tiap – tiap
jenis.
Foraminifera besar benthonik baik digunakan untuk penentu umur.
Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan tipis vertical,
horizontal, atau, miring di bawah miroskop. Pemberiam sitematik
foraminifera benthonik
besar yang umum ( A. Chusman 1927).
2.4.1 Morfologi Foraminifera Besar
Foraminifera besar yaitu golongan benthos yang memiliki ukuran
cangkang (test) yang relatif besar, jumlah kamar yang relatif banyak, dan
juga sturktur dalam yang kompleks. Morfologi dari foraminifera
besar memiliki kesamaan dengan
pemikirannya: evolusi. Pada endapan yang terletak dibawah mempunyai fosil yang berbeda
dengan endapan yang terletak
di atas. Dari fosil – fosil ersebut dapat diketahui evolusi dari
binatang maupun tumbuhan. Banyak binatang / tumbuhan yang baru muncul. Dengan
mengetahui evolusi binatang / tumbuhan tersebut dapat diketahui endapan yang tua dan yang
lebih muda. Tetapi umur yang didapat hanyalah umur kisaran
(nisbi).
1 - 10 0 – 70
10 – 20 0 – 70
40 – 50 100 – 600
FEBRYANTO 23
NIM.4100190022