Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Garam (NaCl)

1. Definisi Garam

Gambar A. Garam

Sunber :

Arinda

Veratamala (2020)

Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion negatif (anion) dan ion

positif (kation) sehingga membentuk senyawa netral yang tidak bermuatan,

garam merupakan hasil reaksi anatara senyawa asam dan basa. Komponen ini

dapat berupa senya anorganik seperti klorida (Clˉ ), senyawa organik seperti

asetat (CH3COOˉ), ion monoatomik seperti flouride (Fˉ), serta ion poliatomik

seperti sulfat (SO42ˉ) (Pusriswilnon, 2010)

Garam yang di konsumsi manusia terdiri dari dua jenis yaitu garam dapur

dan garam meja. Garam dapur adalah garam yang di produksi dari air laut yang

6
7

di keringkan dan di uapkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Sedangkan

garam meja adalah garam yang di olah sedemikian rupa baik menggunakan

mapun tidak menggunakan bahan anti gumpalan atau bahan pengering sehingga

menjadi hasil putih dan bersih (Pusriswilnon, 2010)

2. Sifat Kimia Garam

Secara fisik, garam berupa padatan putih berbentuk kristal yang

merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar NaCl (>80%) Serta

seyawa lainnya seperti MgCl, CaCl, dan lain-lain. Garam di tunjukkan pada

gambar A memiliki karakteristik hikroskopis yang bersifat mudah menyerap

air, titik lebur pada suhu 800˚C, memiliki bau netral atau tidak berbau apabila

terbuat dari asam kuat dan basa kuat, serta memiliki bau apabila terbuat dari

asam lemah dan basa lemah akibat asam konjugasi (cuka) dan basa konjungsi

(ammonia) (Rimbryastututi H, 2016).

Berikut uraian karakteristik mengenai garam.

Rumus molekul : NaCl

Massa molar : 58,44 g/mol

Penampilan : Tidak berwarna/berbentuk kristal putih

Densitas : 2,16 g/cm3

Titik lebur : 80˚C (1074 K)


8

Titik didih : 1465°C (1738 K)

Kelarutan dalam air : 35,9 g/100 mL (25°C)

3. Sumber Garam

Sumber garam yang di dapat di alam berasal dari laut, air danau asin,

deposite dalam tanah, tambang garam serta sumber air dalam tanah

(Burhanuddin, 2011).

Terdapat tiga sumber garam utama yaitu garam solar,tambang garam atau

sumber garam, dan garam yang di peroleh dari penguapan sinar matahari.

Garam solar merupakan garam yang di proleh dari penguapan air laut maupun

danau garam daratan. Tamabang garam atau garam sumber merupakan garam

yang biasanya dinyatan sebagai batu garam, di peroleh dari pertambangan yang

beroprasi sedalam seribu kaki atau lebih di bawah permukaan laut. Garam yang

di peroleh dari penguapan dengan sinar matahari mengandung kotoran kimia

dan mikroba halofisilis yang toleran terhadap garam (Burhanuddin, 2011).

4. Pengaruh Larutan Garam Dalam Menghambat Pembentukan Plak Gigi

Garam dapur terdiri atas ion natrium dan klorida. Ion natrium dan ion

klorida secara passif di transfortasikan melalui membran sel. Larutan garam

pada konsentrasi tinggi dapat mematikan pertumbuhan bakteri dengan cara

menarik air dari sel bakteri tersebut dan menyebabkan lisis hal ini berkaitan
9

dengan tekanan osmosi yang tinggi dari air garam. Larutan garam dengan

tempratur dapat meningkatan aliran darah lokal jaringan dan dapat mendapat

pertumbuhan kuman dan bakteri di dalam mulut. Pada perbandingan 1: 20.000

dalam larutan iodium mampu membunuh bakteri dalam satu menit dan

membunuh spora dalam waktu 15 menit, di samping memiliki sifat bakterisida

dan sporasida juga merupakan fungsida, protozoasida, crysitisida yang bekerja

efektif terhadap bateri gram Positif dan gram negatif (Salam F. 2011)

Larutan garam memiliki tekanan osmotik tinggi sehingga dapat

memecahkan membran sel bakteri. Garam memiliki sifat hikroskopis yang

dapat menarik air dari dalam sel bakteri ke luar sel bakteri. Konsentrasi

minimal larutan air garam yang dapat menghambat bakteri strepcocus mutans

adalah 10%. Daya hambat garam terhadap bakteri akan meningkat sesuai

dengan peningkatan konsentrasi garam (Salam F. 2011)

Larutan garam bersifat isotonis menyebabkan penurunan skor plak yang

bermakna, hal ini karena air garam dapat melarutkan protein dan zat organik

yang ada pada matriks interseluler plak sehingga proses pembentukan plak

tahap pertama yaitu pembentukan glikoprotein pelikel terganggu. Selain itu

larutan garam juga bersifat antibacteri yang mampu menghambat pertumbuhan

dan perkembangan mikroorganisme didalam plak (Hermien, dkk, 2016)


10

B. Plak Gigi

1. Definisi Plak Gigi

Plak gigi adalah komunitas mikroba kompleks yang terbentuk pada

seluruh permukaan gigi yang terpapar produk bakteri dalam rongga mulut.

Komunitas mikroba kompleks terdiri dari bakteri hidup, bakteri yang telah

mati, serta produk sintesis bakteri (Ritonga, 2015). Menurut putri (2015) Plak

gigi merupakan deposit lunak berupa lapisan tipis (biofilm) yang melekat erat

pada permukaan gigi atau permukaan struktur keras lainnya dalam rongga

mulut, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrisks

interseller jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya.

Plak memiliki tampilan klinis berupa lapisan bakteri lunak non klasifikasi

yang terakumulasi dan melekat pada gigi atau objek lain di dalam mulut seperti

restorasi, denture serta kalkulus (Ahmad 2010). Apabila jumlahnya sedikit plak

tidak dapat terlihat, kecuali di warnai dengan bantuan larutan disclosing atau

sudah mengalami diklorasi oleh pigmen-pigmen yang berbeda dalam rongga

mulut. Jika menumpuk plak akan terlihat berwarna keabu-abuan,abu-abu

kekuningan,dan kuning. Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga

permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang cacat dan kasar (Putri, dkk

2010).
11

2. Komposisi Plak Gigi

Plak gigi terdiri dari 20% bahan padat dan 80% air. Bahan padatnya

terdiri dari 70% mikroorganisme dan sisanya 30% terdiri dari bahan organik

(karbohidrat,protein,dan lemak). Plak tersusun atas sel-sel epitel rongga mulut

yang telah mengalami deskuamasi sel-sel leukosit PMN (Polymorphonuclear

Leukocyt), mikrofag dan bakteri. Sel-sel ini terdapat di dalam matriks

ekstraseller yang terdiri dari protein,polisakrida dan lemak (Panjaitan, 2011)

Bahan organik plak terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Protein

merupakan komponen seluler utama plak. Proteinsaliva yang terdapat dalam

plak adalam amilase, lysozim, laktoferin, laktoperpksidase, immunoglobin

saliva (SigA), hialoridinase, kolagenase, dan, glukosakarida.Terdapat pentosa,

heksosa, dan gula deoksi. Gula-gula ini merupakan homopolisakarida seperti

glukan (dekstran) dan fruktan (levan). Dekstran di hasilkan dari pemecahan

siukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan bakteri

Strepcocus Mutans membentuk enamel gigi. Levan di proleh dari pemecahan

frukosa oleh bantuan mikroorganisme plak apabila kekurangan kerbohidrat

dalam rongga mulut. Keadaan lemak dalam plak masih sedikit di ketahui,

kemungkinan berupa phospolipid yang di proleh dari bakteri gram negatif

dalam plak gigi. Hasil penemuan mengemukakan lemak berperan pada awal

mineralisasi jaringan berkemampuan untuk mengikat ion-ion seperti kalsium

dan fosfor (Panjaitan, 2011).


12

Bahan organik plak terdiri dari kalsium, flour. fosfor dan sejumlah kecil

magnesium, potasium dan sodium. Komponen ini berada dalam plak dengan

konsntrasi lebih sedikit daripada dalam saliva. Komponen ini saling mengikat

dalam bentuk gram atau melekat pada permukaan bakteri atau poliner

ekstraseluler (Ritonga, 2015).

3. Faktor Penyebab Terjadinya Plak

Faktor yang mempengaruhi terjadinya plak gigi terbagi menjadi dua yaitu

lingkungan fisik dan hadirnya nutrient. Lingkungan fisik meliputi Anatomi gigi

dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitar gigi, struktur permukaan gigi, gesekan

oleh makanan dan jaringan sekitar, serta tindakan kebersihan mulut. Hadirnya

nutrient meliputi makanan atau diet, cairan gusi, sisa epitel serta leukosit, serta

saliva. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, salah satu faktor terpenting yang

mempengaruhi plak gigi adalah tindakan kebersihan mulut (Kidd, E.A.M

2013).

4. Pembentukan Plak Gigi

Mekanisme pembentukan plak gigi melalui situasi pembelahan internal

dan deposisi permukaan. Berbagai varisi bakteri akan melekat pada kolum ini

dan berlipat ganda sehingga dalam 3-4 Minggu akan terbentuk flora mikroba

yang mencerminkan adanya keseimbangan ekosistem organisme atau mikroba

pada permukaan gigi (Rose, L.F., 2004).


13

Plak gigi dapat terlihat 1-2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene. Plak

biasanya berwarna putih, keabu-abuan, maupun kuning dan memiliki tampilan

yang bulat sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada permukaan gigi

dapat dideteksi dengan probe periodontal sepanjang bagian sepertiga gigi

bagian atas. Metode ini yang di gunakan yaitu dengan disclossing solution.

Tanpa adanya tindakan oral hygiene plak dapat berlanjut dan terus terakumulasi

sampai sebuah keseimbangan terjadi antara penghapus plak dan pembentukan

plak (Rose, L.F., 2004).

Proses pembentukan plak dibagi menjadi tiga fase yaitu pembentukan

dental pellicle, kolonisasi awal pada permukaan gigi, serta koloisasi kedua dan

maturasi plak gigi (Djamil, 2011). Fase pembentukan dental pellicle merupakan

fase awal dari pembentukan plak. Bebrapa detik setelah penyikatan gigi akan

terbentuk deposit selapis tipis dari protein saliva yang terutama terdiri dari

glikoprotein pada permukaan gigi (serta rotasi dan geligi tiruan). Lapisan yang

disebut pelikel ini tipis (0,5µm), translusen, halus, dan tidak berwarna. Lapisan

ini melekat erat pada permukaan gigi. Pada fase kolonisasi awal permukaan

gigi, dalam waktu bebrapa menit setalah terdepositnya plikel, plikel ini akan

terpopolasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi

biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada plikel dan bakteri dapat

menyelubungi glikoprotein saliva. Bakteri awal berkolonisasi dengan plikel


14

pada permukaan gigi sebagian besar adalah bakteri garam positif fakultatif

seperti actinomyces viscosus dan Sterpcocus sanguins (Djamil, 2011).

Fase kolonisasi kedua dan maturasi plak gigi merupakan mikroorganisme

yang pada awalnya tidak berkoloni pada permukaan gigi termasuk provetall

intermedia, provetall lioschii, Capnoctophagia spp., Fusobacterium nucleatum,

dan Porohiromonas gingivalis. Mikroorganisme ini melekat pada sel bakteri

yang telah berada dalam plak. Selama proses ini kondisi lingkungan perlahan-

lahan akan berubah dan menyebabkan perubahan komposisi bakteri, dan setelah

2-3 minggu akan terjadi pertumbuhan flora kompleks, termasuk anaerob garam

negatif, bakteri motil dan spirochaeta (Panjaitan, 2011).

5. Klasifikasi Plak Gigi

Menurut perkembangan plak gigi di kalsifikasikan berdasarkan letaknya

terhadap gingival yaitu plak supragingival dan pak subgingival. Plak

supragingival terletak di atas tepi gingiva, sedangkan plak subgingiva terletak

di bawah tepi gingival, diantara gigi dan sulcus gingiva. Plak supragingival

berhubungan dengan penumpukan mikroba pada permukaan gigi. Mikroba

pada permukaan gigi ini dapat menuju ke sulkus gusi sehingga dapat lebih

kontak dengan tepi gingiva, Plak supragingiva berhubungan dengan

penumpukan mikroba pada sulkus gingiva maupun pada saku periodontal

(Sriguta, 2014).
15

Plak supragingiva terdapat tepi gigi gingiva atau di atas tepi gingiva. Plak

ini merupakan komunitas mikrooganisme yang terakumulasi pada permukan

bagian atas gigi sampai daerah tepi gingival. Secara klinis, plak Supragingiva

dapat terlihat sebagai lapisan film tipis yang hampir tidak terlihat permukan

gigi ataupun sebagai lapisan material tebal yang menutupi permukan gigi dan

tepi gingiva (Sriguta, 2014).

Plak subgingiva terdapat di bawah tepi gingiva, antara gigi dan epitel

poket gingiva. Plak subgingiva dapat didefinasikan sebagai kumunitas

mikrooganisme yang terakumulasi pada permukan apikal gigi dan tepi

gingival. Secara klinis, plak tersebut tidak mudah terlihat karna tertutup celah

gingiva atau poket peridontal. Plak subgingiva berhubungan dengan

penumpukan mikroba pada sulkus gusi maupun pada saku periodontal.

Struktur plak subgingiva mempunyai beberapa kesamaan dengan plak

supragingiva adalah terdapat sejumlah leukosit di antara permukan mikroba

dan epitel sulkus gusi (Panjaitan, 2011).

6. Pencegahan Terbentuknya Plak

Plak memiliki prananan yang besar dalam penyakit periodontal dan

penyakit gigi lainnya, maka akumulasi plak perlu di cegah dengan plak

kontrol. Plak Kontrol adalah pengambilan dari mikrobial plak dan pencegahan

akumulasinya pada permukaan gigi serta pada permukaan gingival di


16

sekitarnya, dan tujuan plak kontrol untuk menjaga gigi dan jaringan

periodontium tetap dalam keadaan sehat. Kontrol plak harus dilaksanakan

tahap demi tahap (Nasution, 2012).

Menurut putri dkk (2010) Usaha-usaha yang dapat di lakukan untuk

mencegah dan kontrol pembentukan plak gigi meliputi : Mengatur pola

makanan, tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan polisakarida

ekstraseluler, dan tindakan secara mekanis berupad pembersihan rongga mulut

dan gigi dari semua sisa makanan, bakteri serta hasil-hasil metabolismenya.

a. Mengatur Pola Makanan

Tindakan pertama yang dapat di lakukan untuk mencegah atau

setidaknya mengontrol pembentukan plak, adalah dengan membatasi

makanan yang banyak mengandung karbohidrat merupakan bahan utama

dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk

bakteri dalam pembentukan plak. Makanan yang lunak dan mudah

menempel pada gigi sebaiknya sedapat mungkin di hindarkan.

b.Tindakan secara kimiawi

1) Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri

Berdasarkan sifat-sifat mikrobiologis plak, telah di lakukan

berbagai usaha untuk mencegah bakteri berkolonisasi diatas permukaan


17

gigi membentuk plak. Bebrapa penelitian yang telah di lakukan antara

lain adalah dengan anti biotik dengan senyawa-senyawa anti bakteri

selain anti biotik.

2) Antibiotik

Menurut penelitian Leo dkk pada tahun 1969 dalam putri, dkk

(2010) telah melakukan penelitian dengan sekelompok mahasiswa yang

diinstruksikan agar berkumur-kumur tiga kali sehari dengan larutan

tetrasiklin 0,25% ternyata plak gigi tidak terbentuk sehingga mereka

megambil kesimpulan bahwa pencegahan pembentukan plak dapat

dilakukan dengan cara menekan pertumbuhan flora oral sehingga

dengan demikian mencegah mikroorganisme berkolonisasi diatas

permukaan gigi. Meskipun antibiotik yang disebut diatas mempunyai

potensi untuk mencegah atau mengurangi pembentukan plak, tetapi

tidak boleh di lupakan efek samping mungkin sekali timbul jika

antibiotik tersebut di gunakan secara terus menerus, yaitu sensitivitas

pasien, yaitu timbulnya reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti

hipersensitivitas atau anafilaksis harus di hindarkan.Timbulnya bakteri

yang resisten terhadap antibiotik tersebut. Oleh karena itu, antibiotik

belum dapat digunakan dalam pasta gigi atau perantara-perantara lain

untuk mencegah pembentukan plak gigi (Putri dkk, 2010)


18

3) Tindakan secara kimiawi terhadap polisakarida ekstraseluler

Berdasarkan pengetahuan bahwa polasakarida ekstraseluler

terutama dekstran merupakan kompoen penting dalam matriks plak

maka telah dicoba untuk mencegah pembentukan plak dengan bahan-

bahan yang dapat mengahalangi pembentukan dekstran tersebut. Bahan-

bahan kimia yang diteliti untuk tujuan ini adalah berbagai macam

enzim, diantaranya yang banyak menarik peratian adalah dektranse.

Sebelum dektranase, telah dicoba berbagai enzim lain, seperti trypsin

chymotrysin, amilase, lipase, estrase, baik secara topikal atau

dimasukkan dalam permen karet (Putri dkk, 2010)

c. Tindakan secara mekanis

Tindakan secara mekanis adalah tindakan membersihkan gigi dan

mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringa lunak. Pada

tindakan secara mekanis untuk menghilangkan plak, dapat di lakukan

dengan cara sikat gigi (Putri dkk, 2010)

7. Metode Pengukuran Skor Indeks Plak

Metode pengukuran skor indeks plak pada penelitian ini adalah

menggunakan metode PHP-M (personal hygiene performance modiefied) dari


19

martin dan maskin (1972), merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari

Personal Hygiene Indeks (PHP) dari Podshadley dan Haley (1968).

Metode dari indeks PHP-M ini sering digunakan untuk pemeriksaan

kebersihan gigi dan mulut pada masa geligi campuran, akan tetapi juga bisa

untuk gigi yang sluruhnya permanen. Prinsip hampir sama dengan indeks

PHP, permukaan yang diperiksa adalah bagian bukal dan lingual. Indeks PHP

untuk menilai lebih sering digunakan untuk menilai debris, sedangkan indeks

PHP-M untuk mengukur skor plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M

menggunakan disclosing agent sebagai indikator plak pada gigi. PHP-M bila

dipakai sebagai indikator plak gigi yang dikombinasikan dengan instruksi

pada individu, maka akan dapat diketahui hasil dari tingkat kebersihan mulut

(Sriyono, 2011)

Berdasarkan Sriyono dan Sudibyo (2011) gigi yang diperiksa pada

metode PHP-M ini diantaranya adalah :

1. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kanan atas (Gigi molar

2 kanan atas pada gigi permanen)

2. Gigi kaninus atas kanan sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada

dapat digunakan gigi anterior lainnya.

3. Gigi molar satu atas kiri sulung atau premolar satu atas kiri.
20

4. Gigi paling posterior yang tumbuh di kwadran kiri bawah (Gigi molar

2 kiri bawah pada gigi permanen)

5. Gigi kaninus kiri bawah sulung atau permanen, bila gigi ini tidak ada

dapat dipakai gigi anterior lainnya.

6. Gigi molar satu kanan bawah sulung atau premolar satu kanan bawah.

Tahapan penentuan skor plak dimulai dengan membuat garis imaginer pada

gigi sehingga membentuk 5 garis imaginer. Gigi dinilai pada permukaan

lingual dan labial. Jika plak terlihat di salah satu area, maka diberi skor 1, Jika

tidak ada plak diberi skor 0 atau tanda (-). Hasil penilaian plak yaitu dengan

menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor

plak untuk setiap gigi dapat berkisar antara 0-10. Skor plak untuk semua gigi

dapat berkisar antara 0-60

Anda mungkin juga menyukai