Apa faktor pendukung dalam melakukan perubahan birokrasi dalam
pelayanan publik? Permasalan utama dalam administrasi publik adalah ketidakefisiensian yang dilakukan oleh pemerintah yang telah menghabiskan banyak sekali waktu dan energi sehingga diperlukan adanya reformasi administrasi publik. Hal ini diperlukan gunakan mewujudkan administrasi publik yang dapat bekerja lebih baik dengan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya sehingga dengan administrasi publik yang berjalan secara efisien akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Banyak langkah yang sudah dilakukan oleh negara-negara di komunis di Eropa Timur dan negara-negara demokratis di Eropa Barat untuk mereformasi administrasi publik namun tidak ada satupun sistem yang mmapu secara ideal di implementasikan secara konsisten untuk mewujudkan administrasi publik yang efisien. Mereformasi berarti memiliki arti konotasi yang positif atau menjanjikan adanya sesuatu yang baik dikemudian hari. Apa yang terjadi pada tahun 1980 dan 1990-an merupakan salah satu reformasi birokrasi dalam abad 21 yang memberikan banyak perubahan seperti Margaret Thatcher yang menggunakan ide seorang ekonom William Niskanen yang mereformasi pelayanan publik di Inggris. Sebagai suatu ide dalam melakukan reformasi tidak selalu kompatibel dengan sistem negara yang bersangkutan sehingga diperlukan adanya adopsi atau meniru berbagai model reformasi birokrasi agar lebih kompatibel dengan sistem politik dan institusi administrasi yang akan di reformasi. Berbagai model reformasi administrasi publik diantaranya adalah: a. Pasar Konsep ini banyak diadopsi dalam dua dekade terakhir. Ide utamanya adalah bahwa sektor publik akan lebih efisien dan efektif jika dijalankan seperti sektor swasta. William Niskanen seorang ekonom yang idenya di adopsi oleh Margaret Thatcher menyatakan bahwa manajer biro dalam pemerintahan adalah pengusaha yang mencoba memaksimalkan utilitas mereka sendiri. Pemimpin dari biro tersebut mengejar tujuan pribadinya dalam sektor publik dengan meningkatkan ukuran lembaga dan anggaran. Karakter monopoli biro- biro tersebut dan asimetri informasi yang berpihak pada birokrasi telah menyebabkan biro-biro menyamarkan biaya produksi yang sebenarnya sehingga anggaran yang tersedia jauh lebih besar disbanding dengan anggaran yang diperlukan. Hal yang salah dari pemerintah dalam pendekatan pasar adalah layanan pemerintah yang bersifat monopoli. Layanan-layanan yang bersifat publik tidak tersentuh pada persaingan usaha seperti kantor pos yang secara historis bersifat publik dapat dengan mudah menjadi sasaran persaingan swasta, disisi lain banyak sector swasta namun berada di sector publik di negara lain. Misalnya maskapai penerbangan dan telekomunikasi. Dalam pengertian lainnya reformasi berdasarkan pendekatan pasar berarti privatisasi dibawah kepemilikan langsung dan kontrol dari sektor publik. Di negara-negara ex komunis Eropa Timur dan Tengah privatisasi berarti penjualan besar-besaran industri meskipun cukup sulit untuk menemukan pembeli yang ingin memprivatisasi industry bekas Soviet. Di negara dunia ke tiga mereka menghadapi tekanan dari organsasi internasional untuk menyesuaikan ekonomi mereka dalam meningkatkan keterlibatan pasar yang lebih besar. Negara Eropa Barat banyak melakukan privatisasi perusahan-perusahan publik secara bervariasi. Selain itu, berdasarkan pendekatan publik diperlukan adanya perubahan structural dalam sector pubik yaitu dalam hal manajemen personalia. Sistem penggajian konvensional berdasarkan tingkat posisi dan senioritas kemudian diganti dengan sistem pay for performance yaitu penggajian berdasarkan performa pekerjakan bukan sistem penggaian yag dilihat dari tingkat senioritas. Sehingga sector publik akan terbuka pada persaingan seperti halnya sector swasta. Pendekatan pasar juga memungkinkan publik untuk memilih pilihan mengenai kebijakan publik. Masyarakat diberikan pilihan untuk menentukan layanan apa yang mereka inginkan dari pemerintah. Salah satu contohnya adalah dengan konsep voucher. Dibandingkan dengan memonopoli pelayanan publik seperti pendidikan, pemerintah dapat menentukan untuk menyediakan konsumen atas pelayanan tersebut dengan vocher yang dapat digunakan terhadap jumlah penyedia pelayanan. Contohnya, pemerintah dapat menyediakan pendidikan tetapi orang tua dapat memilih untuk menggunakan vochernya untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri ataupun swasta. Konsep pendekatan pasar dan kompetisi adalah yang paling sukses dalam reformasi birokrasi tetapi tentu saja tidak dapat diterima secara keseluruhan. Yang biasanya muncul bersifat normatif yang mengatakan bahwa pemerintah itu tidak sama dengan sector swasta sehingga usaha dalam menggantikan kompetisi dikhawatirkan akan mengancam nilai dari kesetaraan yang menjadi poin penting dalam sektor publik. b. Partisipasi Berbeda dengan model pasar yang lebih ekonomi, model partisipasi bersifat lebih politis. Sekotor publik dianggap terlalu hierarkis. Sehingga organisasi pemerintah akan bekerja lebih baik jika menjadi anggota struktur tersebut diberi kesempatan untuk terlibat secara dekat dengan keputusan organisasi mereka. Hal ini didukung dengan adanya kesempatan bagi pekerja untuk membuat keputusan sendiri. Secara khusus, model partisipatif mengasumsikan bahwa individu tertarik dengan pekerjaan mereka dan, jika diberi kesempatan, akan melakukan pekerjaan sebaik yang mereka mampu. Meskipun pekerja pasti ingin dibayar dengan upah yang layak, namun upah bukan satu- satunya cara untuk memotivasi orang untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik namun partisipasi dan memiliki pekerjaan yang menarik menjadi lebih penting. Selain meningkatkan keterlibatan pekerja publik, pendekatan partisipasi dalam mereformasi sector publik juga menekankan keterlibatan yang besar antara klien dan dan penyedia layanan pubik lebih besar. Masyarakat sebagai klien juga tertarik untuk ikut mengontrol sector publik dengan memberikan waktu dan tenaga. Hal tersebut akan sulit terjadi apabila pemerintah tetap bertahan pada birokrasi konvensional yang memiliki banyak hierarki sedemikian rupa, sehingga perlu adanya reformasi birokrasi seperti ini. Saran dari adanya pendekatan partisipasi ialah mengurangi hierarki di dalam organisasi pemerintah. Seperti di Amerika Serikat yang mengurangi jumlah lever hieraki dari atas ke bawah dalam badan- badan negara bagian yang secara langsung juga menghapus lapisan control antara eselon yang lebih tinggi ke eselon yang lebih rendah. Jika eselon yang lebih rendah diberdayakan untuuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan diskresi yang lebih besar maka mereka jelas harus menjadi lebih penting dalam mebuat kebijakan. Selain memberdayakan pekerja pemerintah, memberdayakan masyarakat sebagai klien juga dipeerlukan. Misalnya dalam hal pendidikan, pendekatan partisipasi memberikan kesempatan bagi orangtua untuk berpartisipasi sebagai komisaris atau direksi yang dapat mengatur sekolah secara langsung. Seperti di Denmark sebagai contoh, sebagian besar sekolah diatur oleh orangtua dan guru, yang tentu saja berdasarkan panduan dari otoritas pendidikan setempat. Sehingga pendekatan ini lebih berdasarkan pilihan kolektif, dibandingkan dengan pilihan individual. c. Deregulasi Masalah dalam sector publik salah satunya ialah orang dalam sector publik seringkali dibatasi oleh banyak aturan dan regulasi yang justru mencegah mereka melakukan tugasnya secara efisien dan efektif. Seorang manajer di sistem pelayanan sipil biasanya tidak bisa mempekerjakan, memecat, dan memberikan kompensasi terhadap pekerja lain sesuai keinginannya. Pun dengan regulasi belanja lembaga yang dijalankan untuk mencegah adanya kolusi, nampaknya sekarang malah menjadi batu sandungan bagi pemerintah untuk mendapatkan harga termurah yang bisa didapatkan dan memperlambat proses pengadaan. Solusinya ialah dengan mengeliminasi berbagai aturan yang bisa menghambat pekerjaan di bidang pelayanan publik. Misalnya di Amerika Serikat yang melakukan deregulasi pengangkatan pekerja publik yang memberikan kewenangan bagi lembaga terkait untuk merekrut pegawai baru. Selain itu lembaga diberikan kebebasan untuk membelanjakan anggaran untuk pengadaan barang yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaanya. Hal ini meningkatkan kebebasan managerial yang di desain untuk memberikan kebebasan manajer dalam mengelola sumberdaya yang dibutuhkan. Dengan pendekatan ini, manajer bukan hanya sebagai manajer, namun juga pembuat kebijakan. Hal ini dimungkinakan dengan asumsi bahwa mereka mengetahui lebih pasti mengenai apa yang harus dilakukan dalam ranah kebijakan mereka, sehingga diizinkan dalam melakukan kebijakan sesuai haknya. Lebih lanjut para manajer dibebbaskan dari kekhawatiran dalam membuat kebijakan berdasarkan kepopuleran, sehingga bertindak berdasarkan apa yang dianggap perlu, bukan kepopulerannya. d. Pemerintahan yang Fleksibel Masalah pada pemerintahan berdasarkan pendekatan ini ialah pemerintah memiliki pola yang stabil sehingga tidak bisa merespon perubahan dalam lingkugan sosial ekonomi. Menciptakn pemerintahan yang fleksibel sangat sulit bagi pola struktur pemerintahan yang konvensional. Sistem politik dan insentif anggaran yang dimiliki ontitusi pemerintah telah “terbagi” ke dalam pos masing-masing sehingga sulit untuk merespon masalah dan melakukan koordinasi diantara lembaga pemerintah. Politisi dan masyarakt juga bersikap skeptis dengan pemerintah yang lebih mudah beradaptasi, karena sistem yang fleksibel membuat monitoring dan penegakan akuntabilitas dalam pemerintahan menjadi lebih sulit dibandingkan dengan struktur konvensional dimana tugas tersebut saja sudah cukup sulit.