Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas
Guru Pemula yang dikemas dalam Program Induksi Guru Pemula (PIGP) dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosulullah SAW., keluarga dan para
sahabatnya. Program Induksi Guru Pemula merupakan kegiatan orientasi, pelatihan di
tempat kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran/bimbingan dan konseling bagi guru pemula pada sekolah di tempat tugasnya
Penulis menyadari bahwa Tugas ini dapat selesai berkat bimbingan, batuan dan motivasi
dari banyak pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis menghanturkan rasa
hormat dan terimakasih kepada:
1. Dra Kustiati, M.Pd., selaku tim penilaian program induksi guru pemula Dinas
Pendidikan Kabupaten Pasuruan yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan
pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
2. Dra. Susta Hirawati, M.Pd., selaku pengawas sekolah yang telah meluangkan
waktu dan kesabaran dalam memberi petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada
penulis sehingga terselesaikan tugas ini.
3. Drs. Arief Agung Wiyajanto, M.Pd., selaku kepala SMP Negeri 2 Prigen yang telah
memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi
ini.
4. Restu Andayani, M.Pd., selaku guru pembimbing telah membantu dalam
kelancaran penelitian.
5. Seluruh Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Negeri 2 Prigen yang tak bisa
penulis sebutkan satu-persatu
Semoga Allah SWT. menunjukkan jalan dan memberikan cahaya-Nya, serta
melapangkan dada kita dengan limpahan iman, rahmat dan keindahan tawakal . penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yaang berkepentingan. Namun
demikian tiada manusia yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan untuk menjadikan laporan ini lebih sempurna
Prigen,
Penulis
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Permasalahan......................................................................................... 2
C. Strategi Pemecahan Masalah................................................................. 4
BAB II Implementasi Best Practice
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah................................... 5
B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah.......................................... 5
C. Hasil Yang Dicapai............................................................................... 6
D. Kendala Yang Dihadapi........................................................................ 7
BAB III Kesimpulan Dan Rekomendasi
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Rekomendasi........................................................................................ 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Pembentukan generasi Indonesia yang berkarakter merupakan salah satu
tugas bangsa untuk menyosong masa depan yang lebih baik. Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menegaskan bahwa usaha untuk
menciptakan warga negara dengan karakter unggul merupakan tanggung jawab
sistem pendidikan (Kemdikbud, 2013). Undang-undang tersebut secara jelas
mengamanatkan bahwa pendidikan tidak hanya membentuk generasi yang cerdas
dalam pengetahuan tetapi membentuk generasi yang memiliki karakter yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Namun kenyataannya, sampai saat ini pengembangan sikap dan karakter
generasi bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut masih belum
terlaksana secara optimal. Banyaknya kasus dikalangan anak dan remaja yang
menunjukan perilaku negatif merupakan bukti nyata di bangsa Indonesia ini.
Berdasarkan data yang dirilis media, menurut data Komisi perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) kasus anak berhadapan hukum atau ABH, menjadi kasus yang
paling sering di laporkan. Sejak 2011 hingga 2019, jumlah kasus mencapai angka
11.492 kasus, sedangkan laporan kasus anak terjerat masalah kesehatan dan
NAPZA 2.820 kasus, pornografi dan cyber crime 3.323 kasus serta trafficking dan
eksploitasi 2.156 kasus.
Kasus-kasus di atas menunjukan bahwa akhlak generasi muda bangsa yang
semakin tidak terkendali, kurangnya rasa tanggung jawab, tidak displin, tidak jujur,
tidak adanya rasa peduli dengan sesama, kecenderungan menyelesaikan persoalan
dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering terjadi di Indonesia. Data-
data tersebut semakin menguatkan jika pembentukan sikap dan karakter sebagai
wujud dari hasil pembelajaran dalam sistem pendidikan harus diperbaiki. Sistem
pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak dan menghasilkan
generasi yang unggul dalam pengetahuan, keterampilan serta sikap dan karakter.
Kurikulum 2013 menempatkan sikap spiritual pada urutan pertama dari
Kompetensi Inti (KI 1) serta sikap sosial pada urutan kedua (KI 2). Dengan kata
lain, Kurikulum 2013 lebih memfokuskan pada pembentukan sikap dan karakter
peserta didik. Pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial harus mendasari
pengembangan pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik.
Berdasarkan paparan di atas, penilaian sikap merupakan penilaian yang
penting untuk dilaksanakan. Penilian sikap merupakan kegiatan untuk mengetahui
perilaku spiritual dan sosial peserta didik yang dapat diamati dalam kehidupan
sehari-hari, baik di dalam maupun diluar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian
sikap akan menggambarkan kondisi sikap peserta didik satu persatu dengan sangat
teliti, dan pada akhirnya akan menggambarkan karakteristik peserta didik yang
diharapkan sesuai dengan tujuan kurikulum.
B. Permasalahan
Selama melaksanakan Program Induksi Guru Pemula di SMPN 2 Prigen,
ditemukan bahwa penilaian sikap peserta didik belum dilaksanakan secara optimal,
pendidik masih belum memahami bentuk dan teknik penilaian sikap dengan baik.
Di SMPN 2 Prigen dalam penilaian sikap menggunakan Teknik penilaian obseravsi
dengan menggunakan intrumen berupa lembar observasi atau buku jurnal, dimana
merupakan unsur utama dalam penilaian sikap. Namun di SMPN 2 Prigen belum
melakukan penilaian sikap dengan unsur penunjang yakni penilaian diri dan
penilaian antar teman.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penilaian sikap (self assessment)
menggunakan google forms di SMPN 2 Prigen dapat disimpulkan bahwa penilain
sikap menjadi lebih mudah, efektif dan objektif. Jika kita bandingkan hasil
penilaian pada subjek yang sama dengan menggunakan media kertas, maka
dibutuhkan 504 lembar untuk setiap kelas. Hal ini akan merepotkan guru ketika
merekap data dan menganalisis hasilnya. Guru juga merasa di permudah dengan
penggunaan google forms untuk penilaian sikap peserta didik sehingga tidak hanya
unsur utama (observasi menggunakan buku jurnal), guru juga mendapatkan data
penunjang terkait penilaian sikap peserta didik dengan penilaian diri (self
assessment).
Dengan menggunakan google forms, guru tinggal memindahkan instrument
penilaian sesuai format google forms kemudian memberikan link nya kepada
peserta didik melalui WhattApss. Setelah peserta didik mengisi, maka hasilnya
akan langsung terekap berupa spreadsheet yang bias langsung dianalisis oleh guru
dengan mudah. Respon positif dari peserta didik yaitu bahwasanya penilaian afektif
dengan menggunakan google forms menjadi lebih mudah dan objektif. Peserta
didik bisa leluasa kapan saja mengisi format penilaian dan hasilnya sangat objektif
dan bisa dipertanggung jawabkan. Pengisian pun menjadi mudah karena dapat
dilakukan melalui handphone
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan:
1. Dilakukan penelitian yang sejenis terhadap mata pelajaran yang berbeda
2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk penilaian antar teman.
3. Mengintegrsikan lima penguatan pendidikan karakter
DAFTAR PUSTAKA
Tim direktorat pembinaan SMP, 2017, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, Jakarta. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan