Anda di halaman 1dari 12

BEST PRACTICE

PEMANFAAT GOOGLE FORM DALAM SELF ASSESSMENT

Nama : Amar Abdillah, S.Pd


NIP 19940924 201903 1 002
Guru Bidang Studi : IPA
Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan IPA
Instansi : SMP Negeri 2 Prigen

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASURUAN


2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas
Guru Pemula yang dikemas dalam Program Induksi Guru Pemula (PIGP) dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosulullah SAW., keluarga dan para
sahabatnya. Program Induksi Guru Pemula merupakan kegiatan orientasi, pelatihan di
tempat kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses
pembelajaran/bimbingan dan konseling bagi guru pemula pada sekolah di tempat tugasnya
Penulis menyadari bahwa Tugas ini dapat selesai berkat bimbingan, batuan dan motivasi
dari banyak pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis menghanturkan rasa
hormat dan terimakasih kepada:
1. Dra Kustiati, M.Pd., selaku tim penilaian program induksi guru pemula Dinas
Pendidikan Kabupaten Pasuruan yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan
pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
2. Dra. Susta Hirawati, M.Pd., selaku pengawas sekolah yang telah meluangkan
waktu dan kesabaran dalam memberi petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada
penulis sehingga terselesaikan tugas ini.
3. Drs. Arief Agung Wiyajanto, M.Pd., selaku kepala SMP Negeri 2 Prigen yang telah
memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi
ini.
4. Restu Andayani, M.Pd., selaku guru pembimbing telah membantu dalam
kelancaran penelitian.
5. Seluruh Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Negeri 2 Prigen yang tak bisa
penulis sebutkan satu-persatu
Semoga Allah SWT. menunjukkan jalan dan memberikan cahaya-Nya, serta
melapangkan dada kita dengan limpahan iman, rahmat dan keindahan tawakal . penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yaang berkepentingan. Namun
demikian tiada manusia yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan untuk menjadikan laporan ini lebih sempurna
Prigen,
Penulis

Amar Abdillah, S.Pd


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Permasalahan......................................................................................... 2
C. Strategi Pemecahan Masalah................................................................. 4
BAB II Implementasi Best Practice
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah................................... 5
B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah.......................................... 5
C. Hasil Yang Dicapai............................................................................... 6
D. Kendala Yang Dihadapi........................................................................ 7
BAB III Kesimpulan Dan Rekomendasi
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Rekomendasi........................................................................................ 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Pembentukan generasi Indonesia yang berkarakter merupakan salah satu
tugas bangsa untuk menyosong masa depan yang lebih baik. Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menegaskan bahwa usaha untuk
menciptakan warga negara dengan karakter unggul merupakan tanggung jawab
sistem pendidikan (Kemdikbud, 2013). Undang-undang tersebut secara jelas
mengamanatkan bahwa pendidikan tidak hanya membentuk generasi yang cerdas
dalam pengetahuan tetapi membentuk generasi yang memiliki karakter yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Namun kenyataannya, sampai saat ini pengembangan sikap dan karakter
generasi bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut masih belum
terlaksana secara optimal. Banyaknya kasus dikalangan anak dan remaja yang
menunjukan perilaku negatif merupakan bukti nyata di bangsa Indonesia ini.
Berdasarkan data yang dirilis media, menurut data Komisi perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) kasus anak berhadapan hukum atau ABH, menjadi kasus yang
paling sering di laporkan. Sejak 2011 hingga 2019, jumlah kasus mencapai angka
11.492 kasus, sedangkan laporan kasus anak terjerat masalah kesehatan dan
NAPZA 2.820 kasus, pornografi dan cyber crime 3.323 kasus serta trafficking dan
eksploitasi 2.156 kasus.
Kasus-kasus di atas menunjukan bahwa akhlak generasi muda bangsa yang
semakin tidak terkendali, kurangnya rasa tanggung jawab, tidak displin, tidak jujur,
tidak adanya rasa peduli dengan sesama, kecenderungan menyelesaikan persoalan
dengan kekerasan dan kasus pemaksaan kehendak sering terjadi di Indonesia. Data-
data tersebut semakin menguatkan jika pembentukan sikap dan karakter sebagai
wujud dari hasil pembelajaran dalam sistem pendidikan harus diperbaiki. Sistem
pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak dan menghasilkan
generasi yang unggul dalam pengetahuan, keterampilan serta sikap dan karakter.
Kurikulum 2013 menempatkan sikap spiritual pada urutan pertama dari
Kompetensi Inti (KI 1) serta sikap sosial pada urutan kedua (KI 2). Dengan kata
lain, Kurikulum 2013 lebih memfokuskan pada pembentukan sikap dan karakter
peserta didik. Pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial harus mendasari
pengembangan pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik.
Berdasarkan paparan di atas, penilaian sikap merupakan penilaian yang
penting untuk dilaksanakan. Penilian sikap merupakan kegiatan untuk mengetahui
perilaku spiritual dan sosial peserta didik yang dapat diamati dalam kehidupan
sehari-hari, baik di dalam maupun diluar kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian
sikap akan menggambarkan kondisi sikap peserta didik satu persatu dengan sangat
teliti, dan pada akhirnya akan menggambarkan karakteristik peserta didik yang
diharapkan sesuai dengan tujuan kurikulum.

B. Permasalahan
Selama melaksanakan Program Induksi Guru Pemula di SMPN 2 Prigen,
ditemukan bahwa penilaian sikap peserta didik belum dilaksanakan secara optimal,
pendidik masih belum memahami bentuk dan teknik penilaian sikap dengan baik.
Di SMPN 2 Prigen dalam penilaian sikap menggunakan Teknik penilaian obseravsi
dengan menggunakan intrumen berupa lembar observasi atau buku jurnal, dimana
merupakan unsur utama dalam penilaian sikap. Namun di SMPN 2 Prigen belum
melakukan penilaian sikap dengan unsur penunjang yakni penilaian diri dan
penilaian antar teman.

Gambar Skema Penilaian Sikap


Hal ini disebabkan Guru memiliki banyak kendala dalam melaksanakan
penilaian sikap, salah satunya karena aspek-aspek penilaian sikap memiliki banyak
dimensi misalnya, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, percaya diri dan
toleransi. Masing-masing aspek memiliki beberapa indikator sehingga untuk
menilai satu aspek diperlukan paling tidak satu lembar kertas. Berikut akan sajikan
ilustrasi kebutuhan kertas yang digunakan penilaian sikap dengan jumlah satu kelas
adalah 36 peserta didik:

Tabel Kebutuhan Kertas Untuk Penilaian


No Jenis Jumlah Jumlah Jumlah Total kertas
Penilaian Aspek/Dimensi Kertas yang peserta yang
Penilaian dibutuhkan didik dibuthkan
1 Penilaian 7 Aspek 7 lembar 36 peserta 252 lembar
Diri didik
2 Penilaian 7 Aspek 7 lembar 36 peserta 252 lembar
antarteman didik
JUMLAH KESELURUHAN 504 lembar

Dari ilustrasi tersebut, kita mendapatkan bahwa untuk melaksanakan sekali


penilaian sikap di satu kelas, dibutuhkan 504 lembar. Sedangkan kondisi di SMPN
2 Prigen terdapat 16 rombel maka kebutuhan kertas yang digunakan untuk
penilaian sikap dapat mencapai 8.064 lembar. Selain menghabiskan banyak dana,
guru akan kesulitan untuk merekap hasil dan menganalisanya, karena dibutuhkan
waktu yang tidak sedikit untuk melaksanakan satu kali penilaian. Tugas guru akan
menjadi lebih berat dan perlu ketelitian dalam menganalisis jawaban peserta didik
satu persatu, dan itu tidak bisa dilakukan secara klasikal. Hal ini akan
mengakibatkan penilaian sikap yang direkayasa, peserta didik yang baik dan
peserta didik yang buruk saja yang menjadi patokan perbedaan nilai melalui teknik
observasi dengan jurnal, sementara nilai yang lainnya merupakan standar umum
saja.
C. Strategi Pemecahan Masalah
Teknologi yang semakin berkembang pesat, memudahkan setiap manusia
dalam menyelesaikan urusannya dalam kehidupan sehari – hari, begitu pula dalam
dunia pendidikan. Google, yang telah lama berkecimpung dalam dunia teknologi,
mencoba berkontribusi dalam dunia pendidikan. Salah satu fitur yang bisa kita
manfaatkan untuk mengatasi masalah penilaian afektif ini adalah google formulir
atau lebih dikenal dengan google forms.
Google forms adalah aplikasi admiitrasi survei yang termasuk dalam suite
kantor Google Drive bersama dengan Google dokumen, Google Sheets dan Google
Slides. Dengan menggunakan Google Forms ini dapat membantu guru untuk
memudahkan dalam melakukan penilaian sikap peserta didik tanpa menghabiskan
banyak kertas dan waktu untuk menginput data dan menganalisisnya. Selain itu,
dengan Google forms ini peserta didik bisa mengisi kapan saja dan dimana saja
melalui handphone, laptop atau komputer selama memiliki terkoneksi internet.
Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis ingin memberikan sumbangsih
pemikiran atau ide untuk menyelesaikan permasalah di SMPN 2 Prigen terkait
bagaimana melaksanakan penilaian sikap pada kurikulum 2013 dengan lebih efektif
dan efisisen dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, melalui Pemanfaatan
Google Forms Dalam Penilaian Diri Peserta Didik.
BAB II
IMPLEMENTASI BEST PRACTICE

A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah


Penilaian merupakan salah satu bagian penting dalam pembelajaran. Penilaian
dapat menentukan kualitas pembelajaran, sehingga jika kita ingin meningkatkan
kualitas pembelajaran, maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
meningkatkan kualitas penilaian. Kurikulum 2013 lebih memfokuskan pada
pembentukan sikap dan karakter peserta didik, sehingga penilaian sikap penting
untuk dilaksanakan karena penilaian sikap akan menggambarkan kondisi sikap
peserta didik satu persatu dengan sangat teliti, dan pada akhirnya akan
menggambarkan karakteristik peserta didik yang diharapkan sesuai dengan tujuan
kurikulum. Alasan pemilihan google forms untuk melaksanakan penilaian
dikarenakan akan memberikan banyak manfaat, diataranya:
1) Bagi guru,
a. Memberikan masukan bagaimana cara melaksanakan penilaian sikap
dengan mudah, efektif dan objektif.
b. Mampu menggunakan teknologi informasi untuk keperluan pembelajaran.
c. Mendapatkan hasil penilaian sikap peserta didik yang akurat dan objektif.
d. Menghemat biaya karena bersifat paperless serta menghemat waktu karena
tidak perlu merekap data.
2) Bagi sekolah, mendapatkan informasi/umpan balik terhadap penilaian sikap
peserta didik yang telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2013 dengan
memanfaatkan teknologi.
3) Bagi peserta didik, memperoleh nilai yang objektif

B. Implementasi Strategi Pemecahan Masalah


Pemanfaatan aplikasi Google forms sebagai strategi untuk memecahkan
masalah dalam penilaian sikap peserta didik, terutama self assesment (penilaian
diri) di SMPN 2 Prigen dilakukan dalam empat tahapan, yang meliputi tahap
persiapan, tahap pelaksanaan penilaian, tahap pengolahan data dan tahap akhir
penilaian/pelaporan. Berikut pemaparan pada setiap tahapan dalam implementasi
Google forms untuk penilaian sikap peserta didik, terutama self assesment
(penilaian diri) di SMPN 2 Prigen
1. Tahap Persiapan, meliputi:
a. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penilaian sikap
b. Melakukan validasi instrument penilaian sikap dengan guru satu rumpun
terkait validasi isi dan konstruk.
c. Melakukan perbaikan istrumen penilain sikap
d. Mengubah instrumen penilain sikap kedalam bentuk google forms
e. Melakukan ujicoba terbatas instrumen penilaian sikap
2. Tahap Pelaksanaan Penilaian, meliputi :
a. Memberikan informasi kepada peserta didik terkait penilain sikap yang
akan dilakukan
b. Memberikan link google forms yang berisi penilaian sikap kepada peserta
didik melalui media sosial whatsapp di tiap grup kelas.
c. Peserta didik mengisi kuisioner penilaian sikap di google forms
3. Tahap Pengolahan Data, meliputi:
a. Mengunduh hasil pekerjaan peserta didik dalam bentuk spreadsheet (Ms.
Excel)
b. Guru melakukan analisis data dengan menggunakan rumus sederhana untuk
mendapatkan hasil nilai sikap peserta didik.
4. Tahap Akhir
Tahap akhir penelitian ini meliputi:
a. Guru menyimpulkan hasil penilaian sikap peserta didik dari hasil analisis
data.
b. Guru menyusun Laporan hasil penilaian sikap peserta didik.

C. Hasil Yang Dicapai


Penilaian diri (self assessment) peserta didik kelas VII SMPN 2 Prigen
menggunakan enam aspek penilaian yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, percaya diri dan toleransi., yang masing–masing dimensi terdiri dari
beberapa indikator. Hasil penilaian sikap peserta didik kelas VII SMPN 2 Prigen
pada google forms kemudian diolah dengan rumus sedernaha untuk mengubah
deskripsi dari setiap indikator menjadi angka. Berikut contoh perhitungan untuk
indikator Disiplin :
Gambar Hasil Penilaian Diri Peserta didik
Kemudian dari hasil tiap aspek akan diambil rata-rata skornya, digunkan untuk
mengetahui predikat yang diperoleh peserta didik terkait penilaian sikap, dengan
berpatokan pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 dengan kriteria sebagai
berikut;

A : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤


4,00 B : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤
3,33 C : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤
2,33 D : apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33

D. Kendala Yang Dihadapi


Adanya berbagai kendala akan muncul ketika hendak mengenalkan dan
mengapliksikan sesuatu yang baru, termasuk penilaian sikap menggukan google
forms ini. Pada awalnya peserta didik merasa asing dan ragu dengan penilaian ini,
sehingga dibutuh waktu untuk menjelaskan proses penilaian ini kepada peserta
didik. Kendala lain yang ditemui adalah disekolah adalah peserta didik tidak
diperbolehkan membawa HP dan Laptop, sehingga untuk melaksanakan penilaian,
peserta didik harus melaksanakannya dirumah saat pulang sekolah.
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan penilaian sikap (self assessment)
menggunakan google forms di SMPN 2 Prigen dapat disimpulkan bahwa penilain
sikap menjadi lebih mudah, efektif dan objektif. Jika kita bandingkan hasil
penilaian pada subjek yang sama dengan menggunakan media kertas, maka
dibutuhkan 504 lembar untuk setiap kelas. Hal ini akan merepotkan guru ketika
merekap data dan menganalisis hasilnya. Guru juga merasa di permudah dengan
penggunaan google forms untuk penilaian sikap peserta didik sehingga tidak hanya
unsur utama (observasi menggunakan buku jurnal), guru juga mendapatkan data
penunjang terkait penilaian sikap peserta didik dengan penilaian diri (self
assessment).
Dengan menggunakan google forms, guru tinggal memindahkan instrument
penilaian sesuai format google forms kemudian memberikan link nya kepada
peserta didik melalui WhattApss. Setelah peserta didik mengisi, maka hasilnya
akan langsung terekap berupa spreadsheet yang bias langsung dianalisis oleh guru
dengan mudah. Respon positif dari peserta didik yaitu bahwasanya penilaian afektif
dengan menggunakan google forms menjadi lebih mudah dan objektif. Peserta
didik bisa leluasa kapan saja mengisi format penilaian dan hasilnya sangat objektif
dan bisa dipertanggung jawabkan. Pengisian pun menjadi mudah karena dapat
dilakukan melalui handphone

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan:
1. Dilakukan penelitian yang sejenis terhadap mata pelajaran yang berbeda
2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk penilaian antar teman.
3. Mengintegrsikan lima penguatan pendidikan karakter
DAFTAR PUSTAKA

Tim direktorat pembinaan SMP, 2017, Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, Jakarta. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai