Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“Pengaruh perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan model EOQ


terhadap pendapatan perusahaan”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan 2


Dosen Pengampu : Nani Ernawati, SE., MM

Disusun Oleh Kelompok 3/A1:

1. Kevin Herdiyanto 41033403181008 7. Aan Kurniawan 41043402181012


2. Jaya Mustika 41033403181011 8. Nurani Imanda 41033402181046
3. Radea Satria K. 41033403181027 9. Reza Maulana K. 41033402181066
4. Ediana Suci R. 41033402181001 10. M. Samsul M.K. 41033402181067
5. M. Kusnaldi W. 41033402181002 11. Reza Juliantini 41033402181069
6. Dwi Mugi R. 41033402181010 12. Halid 41043402171124

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang hanya kepada-Nya lah kami memuji dan bersyukur,
dan kepada-Nya lah kami meminta ampunan dan pertolongan. Shalawat dan salam tercurah untuk
junjungan nabi agung, Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan agama Islam yang
sempurna dan merupakan rahmat bagi semesta alam.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan untuk Ibu Nani Ernawati, SE., MM selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan 2 yang telah memberikan ilmu, waktu, dan
pikirannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah berjudul “Pengaruh perencanaan dan
pengendalian persediaan dengan menggunakan model EOQ terhadap pendapatan perusahaan” ini.

Kami berharap makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan
sekaligus wawasan pembaca sebagai bagian dari penunaian kewajiban seorang muslim untuk
mengamalkan ilmunya dan pemenuhan kewajiban mahasiswa dalam merampungkan tugasnya.

Kritik dan saran tentu sangat kami perlukan agar senantiasa dapat memperbaiki diri dan menjadi
insan pembelajar dalam prosesnya menuju penemuan kesejahteraan. Serta agar ilmu yang ada
dapat terus mengalir dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini, mohon maaf apabila ada hal yang tidak mengenankan, semoga kita semua senantiasa
teguh dan sabar dalam menempuh perjalanan menuju kebaikan.

Bandung, 25 Juni 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
TEORI PUSTAKA ............................................................................................................................................. 6
2.1 Manajemen Persediaan ...................................................................................................................... 6
2.2 Persediaan........................................................................................................................................... 6
2.3 Jenis-Jenis Biaya Persediaan ............................................................................................................... 7
2.4 Fungsi & Tujuan Persediaan ................................................................................................................ 8
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 10
3.1 Perencanaan Persediaan................................................................................................................... 10
3.2 Pengendalian Perencanaan............................................................................................................... 10
3.3 Metode EOQ ( Economic Order Quantity ) ....................................................................................... 12
3.4 Pengaruh Penerapan Metode EOQ Terhadap Perusahaan .............................................................. 14
3.5 Contoh Studi Kasus Penerapan Metode EOQ dalam Perusahaan .................................................... 15
1. Studi Kasus UD. Sumber Rejo Kondangan Kediri ............................................................................ 15
2. Studi Kasus PT. Pancaran Mulia Sejati ............................................................................................ 23
BAB IV.......................................................................................................................................................... 28
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 28
1. Kesimpulan...................................................................................................................................... 28
2. Saran ............................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan ekonomi saat ini dimana persaingan industri tumbuh sangat pesat di
Indonesia, perusahaan dituntut untuk melakukan efisiensi dan efektivitas kerja dalam menghadapi
persaingan yang ketat demi menjaga kelangsungan operasi perusahaan. Setiap perusahaan pada
umumnya didirikan untuk tujuan yang sama yaitu memperoleh laba atau keuntungan yang tinggi
serta mengurangi risiko kerugian serendah mungkin. Untuk mendapatkan laba, perusahaan biasa
nya melakukan pengolahan bahan baku mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Berbeda
dengan perusahaan jasa yang menyediakan jasa untuk konsumen dalam mendapatkan laba.
Sehingga pada perusahaan ini, pengendalian dan pengolahan bahan baku merupakan salah satu
faktor yang penting untuk mempengaruhi kelancaran proses produksi demi mencapai tujuan yang
diinginkan.

Ketersediaan bahan baku pada perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran
produksi. Dengan proses pengubahan baku mentah menjadi barang jadi maka perusahaan
memperoleh suatu produk untuk permintaan pelanggan. Dan hal tersebut dilakukan secara terus
menerus setiap hari nya agar kelangsungan hidup perusahaan berjalan untuk mencapai tujuan
dalam mendapatkan laba yang stabil. Untuk menjamin kelancaran proses produksi diperlukannya
pengawasan dan pengelolaan bahan baku yang terkendali.

Kelancaran produksi itu dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan baku yang diolah dalam
produksi, yang perlu diperhatikan ialah bahan baku yang dibutuhkan agar selalu tersedia sehingga
menjamin kelancaran produksi. Karena apabila bahan baku tidak tersedia (stock out) maka
perusahaan kehilangan merebut pasar dan perusahaan tidak dapat mensuplai barang dengan
optimal. Dengan begitu perusahaan akan mengalami beberapa kerugian yang meliputi hilangnya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari konsumen karena apabila barang yang dipesan
ialah barang urgent atau sangat penting bagi perusahaan konsumen, maka perusahaan konsumen
tersebut memilih order di perusahaan lain. Maka perusahaan haruslah bisa mengendalikan bahan
baku serta menjaga persediaan yang cukup agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan
persediaan bahan baku agar kegiatan operasi perusahaannya dapat berjalan lancar sehingga proses
produksi tidak terganggu dan biaya-biaya penyimpanan bahan baku dapat ditekan seminim
mungkin.

Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode untuk mengukur dan menghitung jumlah
volume pembelian yang paling ekonomis yaitu dengan melakukan pembelian secara teratur,
perusahaan akan menanggung biaya-biaya pengadaan yang minimal (Gitosudarmo,2002 : 245).
Metode EOQ ini merupakan salah satu metode perhitungan pengelolaan persediaan bahan baku
yang paling banyak digunakan karena paling mudah dan paling efisien.

4
Pada dasarnya metode ini berusaha mencari tingkat persediaan seminim mungkin dengan
biaya rendah dan mutu yang baik lalu memberikan kuantitas pemesanan yang akurat agar tidak
terjadi kekosongan stock yang nantinya akan mengganggu jalannya proses produksi dalam
perusahaan, serta mengontrol persediaan stock agar mengurangi risiko terjadi nya kelebihan
persediaan, demi mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan dan mampu menghemat biaya
persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efesiensi persediaan bahan baku yang
bersangkutan sehingga membantu perusahaan untuk mampu mengambil keputusan terbaik, cepat
dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Persediaan?
2. Apa yang dimaksud dengan Persediaan?
3. Apa saja Jenis-Jenis Biaya Persediaan?
4. Apa saja Fungsi & Tujuan dari Persediaan?
5. Apa yang dimaksud dengan Perencanaan Persediaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Pengendalian Persediaan?
7. Apa yang dimaksud dengan Metode EOQ/Economic Order Quantity?
8. Apa Pengaruh Penerapan Metode EOQ terhadap Perusahaan?
9. Bagaimana Studi Kasus Penerapan Metode EOQ dalam Perusahaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan manajemen persediaan,
2. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan persediaan,
3. Untuk memahami apa saja jenis-jenis biaya persediaan,
4. Untuk memahami apa saja fungsi & tujuan dari persediaan,
5. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan perencanaan persediaan
6. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan pengendalian persediaan,
7. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan metode EOQ/Economic Order Quantity,
8. Untuk memahami apa pengaruh penerapan metode EOQ terhadap perusahaan,
9. Untuk memahami bagaimana studi kasus penerapan metode EOQ dalam perusahaan.

5
BAB II

TEORI PUSTAKA

2.1 Manajemen Persediaan


Manejemen Persediaan merupakan proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang
diselenggarakan dengan pengawasan. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pengertian
tentang manajemen persediaan. Menurut indrajit, dalam bukunya bahwa, “Manajemen Persediaan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penentuan
kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada
waktunya dan di lain pihak investasi material dapat ditekan secara optimal (Indrajit,2003:4).

Sedangkan Manullang, (2005:50) mendefinisikan ”Manajemen Persediaan merupakan


kegiatan pengaturan dan kegiatan dan pengawasan atas pengadaan bahan-bahan kebutuhan sesuai
dengan jumlah dan waktu yang diperlukan dengan biaya minimum dalam menentukan tingkat dan
komposisi persediaan” (Manullang,2005:50).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Manejemen Persediaan merupakan


kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan penentuan kebutuhan
material, dan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi persediaan dalam melindungi
kelancaran produksi.

2.2 Persediaan
Persediaan merupakan salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus menerus
mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan menghadapi resiko, yaitu tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi. Oleh karena itu, dalam suatu persediaan,
harus menghadapi investasi yang tidak terlalu rendah namun juga jangan terlalu tinggi.

Menurut Siagian (2006:161), Persediaan dapat diartikan “Merupakan barang atau bahan
yang disimpan untuk tujuan tertentu antara lain, untuk proses produksi jika berupa bahan mentah
maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa komponen maka akan dijual kembali menjadi barang
dagangan.”.

Menurut Dwi Martani (2012:245), Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat
penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya.
PSAK 14 (Revisi 2008) mendifinisikan persediaan sebagai aset yang:

 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa.


 Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut.
 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi dalam
pemberian jasa.

6
Selain itu, Persediaan juga terbagi menjadi beberapa jenis, menurut Freddy ( 2007:14-15 )
menyatakan bahwa jenis-jenis persediaan terbagi atas lima jenis yaitu:

1. Persediaan bahan mentah,


2. Persediaan komponen-komponen rakitan,
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong,
4. Persediaan barang dalam proses,
5. Persediaan barang jadi.

2.3 Jenis-Jenis Biaya Persediaan


Menurut Ishak (2010), model–model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter
dalam mengambil keputusan, biaya–biaya dalam sistem persediaan secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya Pembelian (Purchasing cost = c)

Biaya Pembelian (Purchasing cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item
jika item tersebut berasal dari sumber eksternal atau biaya produksi per unit bila item tersebut
berasal dari internal perusahaan. Biaya Pembelian ini bisa bervariasi untuk berbagai ukuran
pemesanan bila pemasok menawarkan potongan harga untuk ukuran pemesanan yang lebih besar.
2. Biaya Pengadaan (Procurement cost)
Biaya Pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal–usul barang yaitu :
a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k)

Biaya Pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari
luar. Biaya ini pada umumnya meliputi, antara lain Pemrosesan pesanan, Biaya ekspedisi, Biaya
telepon dan keperluan komunikasi lainnya, Pengeluaran surat menyurat, fotokopi dan
perlengkapan administrasi lainnya, Biaya pengepakan dan penimbangan, Biaya pemeriksaan
(inspeksi) penerimaan, dan Biaya pengiriman ke gudang.
b. Biaya Pembuatan (Set Up Cost = k)

Biaya Pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan


memproduksi barang. Biaya ini biasanya timbul di dalam pabrik, yang meliputi biaya menyetel
mesin dan biaya mempersiapkan gambar benda kerja.
3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost = h)

Biaya penyimpanan (Holding Cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya
suatu item, biaya ini meliputi :

a. Biaya Memiliki Persediaan (Biaya Modal)


b. Biaya Gudang
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan

7
d. Biaya Kadaluarsa
e. Biaya Asuransi
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost =p)

Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan
bahan.
5. Biaya Sistemik

Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan sistem persediaan serta biaya–biaya
untuk mengadakan peralatan serta melatih tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan sistem.
Biaya Sistemik ini dapat dianggap sebagai biaya investasi bagi pengadaan suatu sistem pengadaan.

2.4 Fungsi & Tujuan Persediaan


Menurut Handoko (1994), Fungsi Persediaan yaitu:

1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan
internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independence). Persediaan decouples ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada
supplier.

2. Fungsi Economic Lot Sizing


Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli
sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya), karena perusahaan
melakukan pembelian pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan
biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko
dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories).

Tujuan Persediaan Menurut Ishak (2010) untuk devisi yang berbeda dalam industri
manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda yaitu:

1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehinga menginginkan persediaan


dalam jumlah yang banyak.

8
2. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi
akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Disamping itu
juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang
cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.
3. Pembelian (Purchasing) dalam rangka efisiensi, menginginkan persamaan produksi yang
besar dalam jumlah sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak.
Pembelian ini juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan
produk.
4. Keuangan (Finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi persediaan karena
biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada perhitungan pengembalian aset (return
of asset) perusahaan.
5. Personalia (Personal and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak dilakukan.
6. Rekayasa (Engineering) menginginkan persediaan minimal untuk mengantisipasi jika
terjadi perubahan rekayasa engineering.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Persediaan


Menurut Carter (2010:4), ia berpendapat bahwa “Perencanaan adalah konstruksi dari
suatu program operasional terperinci merupakan proses merasakan kesempatan maupun ancaman
eksternal, menentukan tujuan yang diinginkan dan menggunakan sumber daya untuk mencapai
tujuan tersebut.”.

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah memperkirakan bahan baku,


memperkirakan jumlah bahan baku yang diperlukan, memperkirakan kebutuhan dana untuk
pembelian bahan baku serta sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
Menurut William (2009:5), jenis-jenis perencanaan terbagi atas 3 jenis, yaitu:

1. Rencana Strategik
Rencana Strategik adalah rencana yang diformulasikan ditingkat manajemen
tertinggi, memerlukan pandangan luas atas perusahaan dan lingkungannya.

2. Rencana Jangka Pendek


Rencana Jangka Pendek adalah rencana ini sering sekali disebut anggaran, cukup
terperinci guna memungkinkan disusunnya laporan keuangan bagi entitas tersebut untuk
suatu periode dimasa depan.

3. Rencana Jangka Panjang


Rencana Jangka Panjang adalah rencana ini bersifat anggaran mencakup periode
waktu tiga sampai lima tahun kedepan.
Sementara itu, Fungsi-Fungsi Perencanaan menurut Siswanto (2009:48), terbagi atas dua
jenis yaitu:

1. Menetapkan tujuan yang akan dicapai pada hierarki yang lebih rendah,,
2. Sebagai alat untuk mencapai perangkat tujuan pada hierarki lebih tinggi berikutnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan adalah
untuk memberikan gambaran yang sekaligus memberikan petunjuk dan arahan kepada pemimpin
dalam pengambilan keputusan.

3.2 Pengendalian Perencanaan


Menurut Herjanto (2008:226), Pengendalian Persediaan adalah “Suatu rangkaian
kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan
untuk menambah persediaan dilakukan dan berapa besar pesanan yang harus diadakan”.

10
Pengendalian Persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:176), “Pengendalian adalah salah
satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh
operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan terlebih dahulu
baik waktu, jumlah, kualitas, maupun biayanya.

Sedangkan menurut T.Hani Handoko (2003:333), “Pengendalian adalah fungsi manajerial


yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah
terbesar dalam persediaan aktiva lancar.

Manfaat dari Pengendalian Persediaan berguna agar perencanaan yang telah disusun dapat
menjadi efektif dan efisien atau dapat memperkecil hambatan dan memperkuat kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba. Suprityono dalam bukunya “Perencanaan dan Pengendalian
Bbiaya Serta Pembuatan Keputusan” (2005:257), mengemukakan bahwa, tujuan pengendalian
persediaan bahan baku sebagai berikut:

a. Menyediakan bahan baku yang diperlukan dengan cara efisien dan dapat menghindari
terganggunya kegiatan perusahaan akibat keterlambatan datangnya bahan baku.
b. Menjamin persediaan yang cukup untuk melayani permintaan langganan yang bersifat
mendesak.
c. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk menghadapi kelangkaan
penawaran bahan baku dipasar dalam jangka pendek.
d. Mengadakan penyimpanan bahan baku yang dapat menekan biaya dan waktu pengelolaan
bahan baku dan menjaga dari kemungknan kebakaran, pencurian, penyelewengan dan
kerugian lainnya.
e. Menjaga agar persediaan yang rusak, usang dan kelebihan yang tidak terpakai dapat
ditekan serendah mungkin.
f. Menentukan investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan baku sesuai dengan
kebutuhan operasi dan rencana manajemen persediaan.

Selain itu, Pengendalian Persediaan dapat dilakukan dengan berbagai metode


pengendalian, antara lain:

1. Safety Stock
Persediaan Pengaman menurut Harjanto (2008:258) adalah persediaan yang
berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang,
misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau
keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Bagi perusahaan dagang,
persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada pelanggan
terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang.
Cara menghitung Persediaan Pengaman (safety stock) yaitu:
Z=𝒙−𝝁 𝝈

Karena persediaan pengaman merupakan selisih antara X – 𝜇, maka:


11
Z=𝑺𝑺 𝝈 atau SS=𝒁 𝝈
*Keterangan:
X = Tingkat persediaan
𝜇 = Rata-rata permintaan
𝜎 = Standar deviasi permintaan selama waktu tenggang
𝑆𝑆 = Persediaan pengaman

2. Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ)


Menurut William (2009, h.314) untuk melakukan Pengendalian Persediaan,
perusahaan bisa juga menggunakan Metode Kuantitas Pemesanan Ekonomis (EOQ),
variabel-variabel yang terkandung dalam rumus EOQ adalah sebagai berikut:

EOQ =√ 𝟐𝒙𝑺𝒙𝑫 𝑯
*Keterangan:
D = Penggunaan dan permintaan yang diperkirakan perperiode waktu
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan

3. Reorder Point (ROP)


Menurut Suad Husnan (2001:69), mengatakan bahwa Reoder Point adalah saat
yang tepat dimana persediaan dilakukan kembali. Menurut Bambang Riyanto (2004:73),
menyatakan bahwa yang dimaksud Reorder Point adalah saat atau titik dimana harus
diadakan pemesanan serupa, sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan
tepat pada waktu dimana persediaan atas safety stock sama dengan nol.
Rumus ROP adalah sebagai berikut:
ROP = ( U x L ) + Safety Stock

*Keterangan:
ROP = Reorder Point
U = Tingkat kebutuhan per periode
L = Lead time

3.3 Metode EOQ ( Economic Order Quantity )


Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model klasik yang pertama kali
diperkenalkan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan metode Wilson
dikarenakan pada tahun 1934 metode EOQ dikembangkan oleh Wilson (Sofyan, 2013:54).
Kuantitas pesanan ekonomis atau EOQ adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu
yang menimbulkan biaya persediaan tahunan. (Carter, 2012:314).

12
Jumlah pesanan ekonomis merupakan metode yang akan membantu manajemen dalam
mengambil keputusan agar pengadaan investasi dalam perusahaan tidak berlebihan dan tidak akan
terjadi kekurangan dengan jumlah yang optimal.

Terdapat beberapa asumsi dalam metode EOQ menurut Heizer dan Render (2011:92),
yaitu:

a. Jumlah pembelian tetap,


b. Lead time konstan,
c. Barang yang dipesan selalu tersedia,
d. Tidak ada diskon,
e. Biaya melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan merupakan biaya variabel
dalam waktu tertentu,
f. Pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari stock out.

Unsur metode EOQ menurut Prawirosentono (2009:186) adalah biaya pemesanan, biaya
penyimpanan, jumlah kebutuhan bahan per tahun, dan jumlah kuantitas bahan setiap kali
pemesanan.
Rumus pemesanan secara optimal (EOQ) adalah sebagai berikut:

Sementara itu, menurut Riyanto (2001:78), EOQ ( Economic Order Quantity ) adalah
jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan
sebagai jumlah pembelian yang optimal. Sedangkan, menurut Heizer dan Render (2005:68), EOQ
adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode
pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan
berapa banyak harus memesan. Tingkat pemesanan yang meminimasi biaya persediaan
keseluruhan dikenal sebagai model EOQ (Hendra Kusuma, 2001:136).

Model EOQ ( Economic Order Quantity ) diatas hanya dapat dibenarkan apabila asumsi-
asumsi berikut dapat dipenuhi menurut Petty, William, Scott dan David (2005:278) yaitu:

a. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ ( Economic Order Quantity )
mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya mungkin bervariasi dari
hari ke hari.
b. Harga per unit konstan memasukan variabel harga yang timbul dari diskon kuantitas dapat
ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi model awal, mendefinisikan
kembali biaya total dan menentukan kuantitas pesanan yang optimal.
c. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan per unit mungkin bervariasi sangat besar
ketika besarnya persediaan meningkat.

13
d. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid, pelanggan asumsi dapat
diakomodir dengan memodifikasi model EOQ (Economic Order Quantity) awal dengan
cara yang sama dengan yang digunakan untuk harga per unit variabel.
e. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan kasus umum,
maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi dengan cara
memesan stok pengaman.
f. Pesanan yang independen, jika multipesanan menghasilkan penghematan biaya dengan
mengurangi biaya administraasi dan transportasi maka model EOQ (Economic Order
Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.

Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ (Economic Order Quantity)


dasar serta cara bagimana model tersebut dimodifikasi. Memahami keterbatasan dan asumsi model
EOQ (Economic Order Quantity) menjadi dasar yang penting bagi manajer untuk membuat
keputusan tentang persediaan.

3.4 Pengaruh Penerapan Metode EOQ Terhadap Perusahaan


Metode EOQ ( Economic Order Quantity ) merupakan salah satu dari banyaknya jenis
metode-metode dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang dapat diterapkan oleh setiap
perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur.

Metode EOQ ini menjadi suatu metode atau teknik untuk melakukan pengadaan persediaan
bahan baku pada suatu perusahaan yang menentukan berapa jumlah pesanan yang ekonomis untuk
setiap kali pemesanan dengan frekuensi yang telah ditentukan serta kapan dilakukan pemesanan
kembali (Riyanto, 2001).

Tujuan dari EOQ adalah untuk mengetahui jumlah pesanan yang optimal yang harus
dilakukan oleh perusahaan sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan. Sedangkan, menurut
Hansen dan Mowen (2005) dalam bukunya menjelaskan pula alasan-alasan untuk menyimpan
persediaan (baik bahan baku maupun barang jadi), yang mana hal ini sejalan dengan prinsip EOQ,
yaitu :

a) Untuk menghadapi ketidakpastian dalam permintaan sabagaimana diketahui bahwa adanya


kemungkinan permintaan yang berfluktuasi, sehingga dapat memuaskan permintaan pelanggan
(misalnya untuk memenuhi jatuh tempo pengriman).

b) Untuk menghindari fasilitas manufaktur yang tidak bisa bekerja lagi karena adanya kegagalan
mesin, bahan baku yang rusak, bahan baku yang tidak tersedia dan pengiriman bahan baku yang
terlambat.
c) Untuk mengambil keuntungan dari diskon-diskon.
d) Untuk berjaga-jaga jika terjadi kenaikan dimasa yang akan datang.
Sehingga, metode EOQ ini tentu memiliki cukup banyak keunggulan bagi perusahaan,
antara lain:

14
1. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam memperkirakan persediaan yang akan digunakan
2. Metode ini dapat membuat perusahaan memiliki persediaan pengaman

3. Metode ini dapat membuat perusahaan memiliki peluang untuk mengeluarkan biaya serendah
mungkin

4. Metode ini dapat meminimalisisr out of stock sehingga tidak menggangu proses produksi
perusahaan
5. Metode ini dapat memudahkan proses produksi secara massal
6. Metode ini dapat meningkatkan efisiensi perusahaan secara keseluruhan.

Tetapi, metode EOQ ini memiliki kelemahan pula, yaitu penggunaan metode ini akan
menyebabkan perusahaan berganti-ganti pemasok/supplier. Sehingga, hubungan/relasi
perusahaan antara pemasok akan terganggu.

3.5 Contoh Studi Kasus Penerapan Metode EOQ dalam Perusahaan


1. Studi Kasus UD. Sumber Rejo Kondangan Kediri
Penelitian berlokasi pada UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri yang merupakan
perusahaan manufaktur yang memproduksi tepung tapiuoka dengan merk “Ubi Kayu”. Bahan
baku utama yang digunakan adalah UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri adalah ketela pohon.
Masalah yang dihadapi adalah perusahaan tidak menetapkan kebijakan dalam menentukan jumlah
bahan baku yang harus dibeli dan waktu pengiriman bahan baku dalam satu bulan yang tidak
menentu menyebabkan supplier dengan bebas memasok jumlah ketela, tanpa adanya ketentuan
waktu. Hal ini menyebabkan terjadinya overstock bahan baku pada gudang. Frekuensi 48 kali
pembelian bahan baku dalam satu tahun juga menyebabkan tingginya biaya pemesanan. Biaya
yang timbul dari overstock pada saat musim panen dan biaya pemesanan yang tinggi akan
mempengaruhi laba UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri.

Tujuan dari salah satu penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan pembelian
persediaan bahan baku pada UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri. Mengetahui frekuensi dan
kuantitas pembelian persediaan bahan baku UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri dalam satu tahun
dengan Metode EOQ ( Economic Order Quantity ). Mengetahui total biaya persediaan bahan baku
UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri dalam satu tahun jika melakukan pembelian bahan baku yang
optimal dengan Metode EOQ ( Economic Order Quantity ).

Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan jika perusahaan tetap menggunakan


kebijakan yang ada, maka total biaya persediaan pada tahun 2015 adalah Rp. 46.538.827,00
dengan 48 kali frekuensi pembelian bahan baku, sedangkan total biaya persediaan pada tahun 2015
dengan metode EOQ adalah Rp. 32.687.501,00 dengan 20 kali frekuensi pembelian bahan baku.
Terdapat selisih antara kedua perhitungan yaitu sebesar Rp. 13.851.326,00 yang menunjukkan
bahwa jika perusahaan menerapkan metode EOQ, maka pada tahun 2015 perusahaan akan
menghemat pengeluaran biaya persediaan bahan baku. Safety stock pada tahun 2015 sebesar
15
92.249,487 kg dengan titik pemesanan kembali/reorder point (ROP) sebesar 184.858,974 kg, dan
jumlah maximum invetory sebesar 825.008,016 Kg.

Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang penerapan
EOQ dalam upaya meminimumkan biaya persediaan bahan baku. Peneliti akan melakukan fokus
penelitian pada:
a. Kebijakan pembelian bahan baku yang telah diterapkan oleh perusahaan tahun 2010-2014.
b. Realisasi penggunaan bahan baku perusahaan pada tahun 2010-2014.
c. Estimasi kebutuhan bahan baku pada tahun 2015.
d. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
1) Kuantitas pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
2) Frekuensi pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
3) Biaya pembelian persediaan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.
4) Biaya penyimpanan persediaan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.
5) Total inventory cost dengan menggunakan EOQ tahun 2010-2015.
e. Selisih Total inventory cost sebelum dan sesudah penerapan metode EOQ tahun 2010- 2015.
f. Persediaan pengaman (safety stock) dengan EOQ tahun 2015.
g. Titik pemesanan kembali (reorder point) dengan EOQ tahun 2015.
h. Persediaan maksimum (maximum inventory) pada tahun 2015.

Analisis Data
Tahap-tahap metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Menganalisis kebijakan pembelian bahan baku yang diterapkan perusahaan tahun 2010-2014.
b. Menganalisis jumlah pemakaian bahan baku tahun 2010-2014.
c. Menganalisis rencana kebutuhan bahan baku untuk tahun 2015.

Perhitungan proyeksi menggunakan metode time series atau trend, dengan rumus:

16
Y = a + bx
Sumber: Heizer dan Render (2011: 185)

Sumber: Gitosudarmo (2007: 147)

d. Menganalisis biaya persediaan bahan baku untuk tahun 2015 apabila perusahaan
mempertahankan kebijakan pembelian bahan baku yang sekarang.
e. Menghitung Metode Economic Order Quantity (EOQ)
1. Menentukan kuantitas pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.

Sumber : Syamsuddin, (2007:301)

2. Menentukan frekuensi pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
Frekuensi Pemesanan = Q / D
Sumber : Syamsuddin, (2007:300)
3. Menentukan biaya pembelian bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.

Cr = D / Q (Co)
Sumber : Syamsuddin, (2007:301)
4. Menentukan biaya penyimpanan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.

Cc = Q / 2 (Cu x i)
Sumber : Syamsuddin, (2007:301)

5. Menentukan biaya persediaan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.

17
TC = Cr + Cc
TC = D / Q (Co) + Q / 2 (Cu x i)
Sumber : Syamsuddin, (2007:301)

f. Menganalisa selisih total biaya persediaan bahan baku sebelum dan sesudah penerapan EOQ
tahun 2010-2015.
g. Menentukan persediaan pengaman (safety stock) dengan EOQ tahun 2015.

Safety Stock = Rata-rata pemakaian bahan baku x Lead Time


Sumber: Matz dan Usry dalam Indrastuti (2003:34)
h. Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point) dengan EOQ tahun 2015.
Reorder Point =Lead Time x kuantitas pemakaian per hari
Sumber: Syamsuddin, (2007:311)
i. Menentukan persediaan maksimum (maximum inventory) pada tahun 2015.

Persediaan maksimum = EOQ + Safety stock


Sumber: Assauri, (2008: 196)

Hasil dan Pembahasan


1. Pembelian dan pemakaian bahan baku

Pembelian bahan baku dilakukan 48 kali atau 4 kali dalam sebulan. Setiap bulan jumlah
pembelian dan pemakain bahan baku tidak selalu sama karena ditentukan oleh jumlah pemakaian
bahan baku setiap hari dan jumlah permintaan pasar. Berikut ini merupakan data pembelian dan
pemakaian bahan baku ketela pohon dalam satu tahun selama tahun 2010-2014.

2. Harga Bahan Baku

18
Harga bahan baku ketela pohon tidak sama dan setiap tahun mengalami peningkatan.
Berikut merupakan data harga bahan baku ketela pohon tahun 2010-2014, yaitu:

3. Biaya Pemesanan

Bahan Baku Setiap pemesanan bahan baku akan menimbulkan biaya yang berkaitan
dengan pemesanan tersebut. Berikut disajikan data biaya dalam sekali melakukan pemesanan
tahun 2010 sampai 2014:

4. Biaya penyimpanan

Penyimpanan bahan baku ketela pohon akan menimbulkan biaya yaitu biaya simpan. UD.
Sumber Rejo Kandangan Kediri menetapkan persentase biaya penyimpanan per tahun sebesar 2%
dari nilai rata-rata persediaan. Berikut merupakan biaya penyimpanan bahan baku ketela pohon
per kg.
5. Analisis data

19
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui permasalahan yang terjadi adalah
ketidakefisienan dalam pembelian bahan baku ketela pohon dikarenakan perusahaan tidak
menetapkan batas maksimum jumlah bahan baku dalam gudang penyimpanan yang
mengakibatkan jumlah pembelian bahan baku melebihi jumlah yang digunakan.

6. Analisis selisih total biaya persediaan bahan baku sebelum dan sesduah menerapkan EOQ tahun
2010-2014

Tabel 4 menunjukkan selisih dari total biaya persediaan dengan kebijakan perusahaan dan
metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan pemborosan yang dilakukan perusahaan
pada tahun 2010 sampai tahun 2014. Selisih tersebut menunjukkan bahwa jika metode EOQ
diterapkan pada perusahaan, dapat meminimumkan biaya persediaan bahan baku ketela pohon.
7. Rencana kebutuhan bahan baku tahun 2015

Berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan bahan baku dan harga bahan baku untuk
tahun 2015, maka diketahui kebutuhan bahan baku pada tahun 2015 sebesar 14.984.000 kg dan
untuk harga bahan baku yaitu Rp 2.230,00 per kilo. Untuk proyeksi pembelian bahan baku tahun
2015, maka proyeksi kebutuhan bahan baku tahun 2015 dikurangi dengan persediaan awal bahan
baku pada tahun 2015 sebesar 565.000 kg, didapat proyeksi pembelian bahan baku sebesar
14.419.000 kg.
8. Analisis biaya pesediaan bahan baku tahun 2015 menggunakan kebijakan perusahaan
Kuantitas pembelian bahan baku ketela pohon :
14.419.000 / 48 = 300.395,8333 kg
Total biaya pemesanan untuk bahan baku ketela pohon dapat dihitung sebagai berikut:
48 x Rp. 830.000,00 = Rp. 39.840.000,00
Biaya Penyimpanan = Q / 2 (Cu x i)
= 300.395,83 33 / 2 (Rp. 2.230,00 x 0,02)
= Rp. 6.698.827,00

20
Total biaya persediaan= Rp. 39.840.000,00 + Rp. 6.698.827,00
= Rp. 46.538.827,00
9. Analisis biaya pesediaan bahan baku tahun 2015 menggunakan EOQ
Perhitungan kuantitas pembelian bahan baku yang paling ekonomis adalah sebagai berikut:
Q = √2x14.419.000 x 830.000 / 0,02 x 2.230 = 732.578,529
dibulatkan menjadi 732.579 kg dalam setiap kali melakukan pemesanan bahan baku.
Frekuensi pemesanan = D / Q
= 14.419.000 / 732.578,52 9
= 19,7
dibulatkan menjadi 20 kali pemesanan dalam setahun.
Biaya pemesanan per tahun = 19,7 x Rp. 830.000,00
= Rp. 16.351.000,00
Biaya penyimpanan per tahun = Q / 2 (Cu x i)
= 732.578,52 9 kg / 2 (Rp. 2.230,00 x 0,02)
= Rp. 16.336.501,00
Total biaya persediaan = Rp. 16.351.000,00 + Rp. 16.336.501,00
= Rp. 32.687.501,00

Tabel 5 menunjukkan terdapat selisih antara kedua perhitungan yaitu sebesar Rp.
13.851.326,00. Selisih tersebut menunjukkan jika perusahaan menggunakan metode EOQ, maka
pada tahun 2015 perusahaan akan menghemat pengeluaran biaya persediaan sebesar Rp.
13.851.326,00. Metode EOQ dapat diterapkan dalam perusahaan dan dapat meminimumkan biaya
persediaan bahan baku ketela pohon pada UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri.

21
10. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety stock = Q / 312 x 2
= 14.491.000 / 312 x 2
= 92.249,487 kg
11. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Hari kerja dalam satu tahun yaitu 312 hari dan lead time perusahaan 2 hari. Rata-rata
kebutuhan per hari
= 14.491.000 / 312
= 46.214,744 kg
ROP = (46.214,744 kg x 2) + 92.249,487 kg
= 184.858,974 kg
12. Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)
Persediaan maksimum= EOQ + Safety stock
= 732.578,529 kg + 92.249,487 kg = 825.008,016 kg

Berdasarkan gambar 7 maka dapat diketahui bahwa jumlah persediaan optimum dengan
menggunakan EOQ yaitu sebesar 825.008,016 kg. Jumlah pemesanan paling ekonomis setiap kali
pesan yaitu sebesar 732.578,529 kg, dilakukan pemesanan kembali pada saat jumlah bahan baku
dalam gudang sebesar 184.858,974 kg, dan jumlah safety stock sebesar 92.249,487 kg. Lead time
selama 2 hari dan jumlah pemesanan yaitu sebanyak 20 kali dalam satu tahun.

22
Kesimpulan Studi Kasus
a. Hasil perhitungan EOQ dapat diketahui bahwa biaya persediaan bahan baku pada tahun 2015
sebesar Rp. 32.687.501,00 dengan 20 kali pembelian dalam satu tahun, sedangkan jika dihitung
berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu biaya persediaan bahan baku sebesar Rp. 46.538.827,00
dengan 48 kali pembelian bahan baku dalam satu tahun. Selisih sebesar Rp. 13.851.326,00
menunjukkan jika perusahaan menerapkan metode EOQ, maka dapat memberikan penghematan
biaya persediaan bahan baku pada tahun 2015.

b. Berdasarkan hasil perhitungan safety stock dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 perusahaan
harus memiliki persediaan pengaman (safety stock) bahan baku di gudang sebesar 92.249,487 kg
untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku (stock out). Berdasarkan perhitungan
reorder point maka perusahaan pada tahun 2015 harus melakukan pemesanan kembali bahan
baku ketela pohon jika persedaaan bahan baku yang ada di gudang sebesar 184.858,974 kg.
Persediaan maksimum bahan baku ketela pohon yang dapat disimpan dalam gudang pada tahun
2015 sebesar 825.008,016 kg.

2. Studi Kasus PT. Pancaran Mulia Sejati


Setiap perusahaan memiliki perencanaan persediaan dan sistem kontrol. Dalam kasus yang
melibatkan produk fisik yang diperlukan adalah peramalan permintaan untuk mengetahui berapa
banyak untuk memesan dan kapan harus memesan. PT. Pancaran Mulia Sejati yang bergerak di
bidang produksi minuman juice dalam proses produksinya mengalami kendala yaitu tidak
menentunya bahan baku dari supplier berupa buah segar sehingga menyebabkan biaya persediaan
meningkat setiap tahunnya. Biaya persediaan selalu meningkat selama ini sedangkan permintaan
relatif stabil maka dipandang perlu untuk dilakukan analisis pengendalian persediaan yang
berkaitan dengan efisiensi proses produksi perusahaan, utamanya efisiensi penggunaan modal.
Penggunaan metode EOQ dapat membantu suatu perusahaan dalam menentukan jumlah
unit yang dipesan agar tercapai biaya pemesanan dan biaya persediaan seminimal mungkin.
Dengan menggunakan perhitungan yang ekonomis tentunya suatu perusahaan dapat menentukan
secara teratur bagaimana dan berapa jumlah material yang harus disediakan. Dari hasil perhitungan
biaya persediaan menurut cara yang diterapkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 62.490.462,
sedangkan hasil perhitungan biaya persediaan menurut EOQ untuk tahun 2016 sebesar Rp
61.440.125, terdapat efisiensi sebesar 2%. Hasilnya menyatakan bahwa metode EOQ mampu
mereduksi biaya pesan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka biaya persediaan menurut
cara yang dijalankan perusahaan belum mencapai titik minimal. Melalui pendekatan metode EOQ
perusahaan produsen juice mampu memperoleh penghematan atau efisiensi penggunaan modal
sebesar Rp 1.050.337.

Pada penelitian sebelumnya tentang analisis pengendalian persediaan bahan baku dengan
metode EOQ pada producen furniture di Jepara. Jenis bisnis dari perusahaan ini adalah usaha
mebel, pembuatan furniture dengan kayu jati sebagai bahan bakunya. Analisis yang digunakan
adalah metode EOQ. Hasil dari penelitian ini adalah adanya penghematan (saving) biaya yang
ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut ini.
23
Tabel 1.1 Hasil Penghematan dengan Metode EOQ Tahun Penghematan (%)
Penghematan(Rp)

Tahun Penghematan (%) Penghematan (Rp)


2004 17,3 % Rp. 524.213.388,
2005 25,2 % Rp. 474.388.174,
2006 41,4 % Rp. 371.398.510,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persediaan bahan baku dapat dikendalikan agar
tercapai efisiensi penggunaan modal. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di perusahaan
ditemukan bahwa biaya persediaan selalu meningkat setiap tahunnya. Dengan melihat biaya
persediaan selalu meningkat selama ini sedangkan permintaan relatif stabil maka dipandang perlu
untuk dilakukan analisis pengendalian persediaan yang berkaitan dengan efisiensi proses produksi
perusahaan, utamanya efisiensi penggunaan modal. Dalam proses pembelian bahan baku yang
selama ini dilakukan pada perusahaan, diperlukan waktu tenggang, dihitung mulai dari bahan baku
dipesan sampai bahan baku diterima oleh gudang.
Persediaan pengaman diperlukan untuk menjaga kemungkinan kekurangan bahan baku,
akibat penggunaan bahan baku lebih besar dari pada perkiraan semula ataupun keterlambatan
datangnya bahan baku yang dipesan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
(quantitative research). Jenis penelitian ini berkaitan dengan sifat data dan cara atau teknik analisis
data yang digunakan. Data yang dianalisis adalah data numerik (angka) dan cara analisisnya
dengan cara matematis atau menggunakan teknik statistik, berkaitan dengan angka nominal atau
bilangan yang dapat dihitung. Tujuan yang ingin dicapai adalah menganalisa biaya persediaan
bahan baku agar dapat mencapai efisiensi modal perusahaan. Adapun manfaat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut memberikan kontribusi bagi PT. Pancaran Mulia Sejati
dalam membuat sistem persediaan yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut
sehingga masalah keterbatasan dan kelebihan bahan baku pada perusahaan dapat diatasi.
Dengan membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku maka
akan meningkatkan keuntungan perusahaan.

Hasil dan Pembahasan


Dalam menentukan besarnya persediaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan,
peramalan (forecast) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square) menjadi suatu
alternatif yang dipilih. Model ini memperhitungkan peramalan penjualan untuk masa yang akan
datang dengan berdasarkan pada data yang ada pada periode-periode yang telah lalu, dengan
demikian akan selalu terlihat perbandingannya dengan tahun yang telah lalu. Dalam menentukan
besarnya biaya persediaan diperlukan adanya penilaian kebijakan pengelolaan persediaan bahan
baku dalam mencapai efisiensi dalam pengadaannya serta untuk mengetahui sejauh mana efisiensi
biaya dapat dilakukan. Salah satu alternatif pemecahan masalah pada perusahaan yaitu
menggunakan metode EOQ dalam pengelolaan persediaan bahan bakunya. Sebelum menentukan

24
berapa jumlah persediaan bahan baku yang ekonomis, terlebih dahulu harus ditentukan biaya yang
timbul dari persediaan bahan baku tersebut. Jenis biaya yang relevan untuk menentukan pembelian
bahan baku yang ekonomis hanyalah biaya yang memiliki sifat variabel, sedangkan biaya yang
bersifat tetap dianggap tidak relevan untuk perhitungan EOQ.

Untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku pada saat tertentu maupun saat
tenggang waktu (lead time) dalam proses pemesanan berikutnya, diperlukan adanya persediaan
pengaman. Pada saat menentukan besarnya persediaan pengaman (safety stock) terlebih dahulu
harus diperhatikan frekuensi pemesanan yang telah ditentukan pada saat pernghitungan jumlah
pesanan yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ.
Atas dasar perhitungan dengan menggunakan metode least square untuk menentukan
besarnya persediaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan, dapat diketahui peramalan pesanan
yang diterima perusahaan untuk bulan Januari – Desember 2016 dengan total pesanan sebesar
3.788.380 unit. Dari perhitungan sebelumnya yang biasa dilakukan perusahaan didapatkan biaya
tetap untuk melakukan pemesanan perpesanan (F) yaitu sebesar Rp 1.535.000, jumlah penjualan
atau pemakaian unit per tahun, setelah melakukan forecast (S) didapatkan sebesar 3.788.380 unit,
biaya penyimpanan yang dinyatakan sebagai suatu persentase atas nilai persediaan (C) sebesar 5%,
harga beli per unit persediaan yang harus dibayar oleh perusahaan (P) sebesar Rp 6.500.
Perhitungan biaya persediaan selama setahun yang digunakan oleh perusahaan tanpa menerapkan
metode EOQ adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Biaya Persediaan Setahun Sebelum Menggunakan EOQ

Jumlah unit Biaya


Frekuensi Nilai persediaan
setiap kali penyimpanan Biaya pesan
pembelian (Rp)
pesan (unit (Rp) (Rp)
157.849 Rp Rp
24 kali unit 1.026.018.500 Rp 25.650.462 36.840.000

Dari tabel 1.2 diatas dapat diketahui total biaya persediaan selama setahun yang
dikeluarkan oleh perusahaan (Rp 25.650.462 + Rp 36.840.000) adalah Rp 62.490.462.

Melalui perhitungan EOQ dapat diketahui bahwa besarnya pembelian yang ekonomis
adalah sebanyak 189.170 unit. Dengan tingkat frekuensi pembelian optimum dalam setahun adalah
20 kali. Perhitungan biaya persediaan dengan menerapkan metode EOQ ditunjukkan pada tabel
1.3 berikut:

Tabel 2. Biaya Persediaan Setahun Setelah Menggunakan EOQ

25
Jumlah unit Biaya
Frekuensi Nilai persediaan
setiap kali penyimpanan Biaya pesan
pembelian (Rp)
pesan (unit (Rp) (Rp)
189.170 Rp Rp Rp
20 kali unit 1.229.605.000 30.740.125 30.700.000

Sedangkan biaya persediaan dengan menerapkan EOQ (Rp 30.740.125 + Rp 30.700.000)


adalah sebesar Rp 61.440.125. EOQ dapat meminimkan biaya persediaan selama setahun sebesar
Rp 1.050.337. Sehingga pembelian dengan menggunakan metode EOQ adalah pembelian yang
efisien dan meminimumkan biaya persediaan bagi perusahaan. Selama ini, perusahaan tidak
pernah menyediakan secara khusus persediaan pengaman. Karena tidak adanya persediaan
pengaman, maka untuk menangani masalah kekurangan bahan baku tersebut perusahaan harus
melakukan pemesanan ekstra. Dengan adanya pemesanan ekstra tersebut, perusahaan juga harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk pemesanan. Usulan perbaikan untuk perusahaan adalah
diadakannya persediaan pengaman. Pada saat menentukan besarnya persediaan pengaman terlebih
dahulu harus diperhatikan frekuensi pemesanan yang telah ditentukan pada saat pernghitungan
jumlah pesanan yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ. Dari perhitungan safety stock,
dapat diketahui bahwa besarnya persediaan pengaman adalah sebanyak 36.790 unit. Perusahaan
kadangkala terlambat dalam melakukan pemesanan kembali, sehingga perusahaan sering
mengalami kekurangan persediaan bahan baku. Untuk menghindari hal tersebut, perusahaan harus
merencanakan saat untuk melakukan pemesanan berikutnya secara tepat. Bahan baku harus
dipesan kembali pada saat persediaan di gudang sebesar 110.356 unit. Pemesanan kembali
(reorder point) dengan menggunakan metode EOQ dilakukan 11 hari sejak pemesanan
sebelumnya, sehingga perusahaan tidak akan mengalami kekurangan bahan baku lagi untuk
kebutuhan produksinya.

Kesimpulan Studi Kasus


Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan:
1. Dari hasil perhitungan biaya persediaan menurut cara yang diterapkan oleh perusahaan
adalah sebesar Rp 62.490.462, sedangkan hasil perhitungan biaya persediaan menurut
EOQ untuk tahun 2016 sebesar Rp 61.440.125. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
maka biaya persediaan menurut cara yang dijalankan perusahaan belum mencapai titik
minimal. Di mana jika perusahaan menerapkan penghitungan biaya persediaan dengan
metode EOQ akan terdapat penghematan sebesar Rp 1.050.337
2. Dari analisis perencanaan persediaan menggunakan metode EOQ, keuntungan perusahaan
dapat dimaksimalkan karena biaya-biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis. Dengan
adanya persediaan pengaman maka kekurangan bahan baku (Out of Stock) dapat
dihindarkan, sehingga kontinuitas produksi dapat terjamin. Dengan memperhitungkan titik
pemesanan kembali, maka dapat diketahui kapan persediaan bahan baku tersebut harus

26
dipesan kembali agar tidak terjadi kekurangan bahan baku, sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan lancar.
3. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di industri furniture
tahun 2007 di Jepara bahwa persediaan bahan baku dapat dikendalikan menggunakan
metode EOQ agar tercapai efisiensi penggunaan modal.

27
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Metode Economic Order Quantity ( EOQ) merupakan salah satu metode perencanaan dan
pengendalian produksi atau persediaan perusahaan, dengan tujuan untuk menentukan jumlah
pesanan yang yang harus dibuat oleh perusahaan sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan,
efisiensi modal dapat ditingkatkan, dan laba dapat dioptimalkan.

Pada kasus yang kami temukan di UD. Sumber Rejo Kondangan Kediri, dan PT. Pancaran Mulia
Sejati, diketahui perusahaan tidak menetapkan kebijakan dalam menentukan jumlah bahan baku
yang harus dibeli dan waktu pengiriman bahan baku. Terjadi overstock bahan baku pada gudang
dan tingginya biaya pemesanan, sehingga laba yang dihasilkan tidak optimal.

Hasil perhitungan dengan menggunakan Metode EOQ kemudian menunjukkan penghematan


biaya persediaan bahan baku pada tahun 2015, dengan selisih sebesar Rp. 13.851.326,00 untuk
UD. Sumber Rejo Kondangan Kediri. Serta penghematan sebesar Rp 1.050.337 untuk PT. Pancaran
Mulia Sejati.

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, metode EOQ terbukti mampu memaksimalkan


keuntungan perusahaan dengan mengoptimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga lebih
hemat dan ekonomis.

2. Saran
Perusahaan sebaiknya mulai menggunakan meode Economic Order Quantinty dalam menentukan
jumlah persediaan yang dipesan dan diproduksinya, sehingga tercapai penggunaan investasi yang
lebih efisien, dan laba yang lebih optimal.

28
DAFTAR PUSTAKA

(1). Salesti, Jayana. (2014). Analisis Penerapan Metode Economic Order Quantity Pada Persediaan
Bahan Baku : Studi Kasus PT. Imeco Batam Tubular Tahun 2014. Jurnal Measurement Vol.8.

(2). Wahyudi, Rudy. (2015). Analisis Pengendalian Persediaan Barang Berdasarkan Metode EOQ Di
Toko Era Baru Samarinda. eJournal Ilmu Administrasi Bisnis,162-173.

(3). Sulaiman, Fahmi. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode
EOQ Pada UD. Adi Mabel. Jurnal Teknovasi, Volume 02, Nomor 1, 1-11.

(4). Yuliana, Candra. (2016). Penerapan Model Economic Order Wuantity Dalam Rangka
Meminimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku. Jurnal Administrasi Bisnis.Vol.36.No.1

(5). Evitha, Yuli. (2019). Pengaruh Penerapan Metode Economic Order Quantity Terhadap
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi PT. Omron Manufacturing Of Indonesia.
Logistik Indonesia Journal.

(6). Herlambang, Andini Ika Puspita. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beras Dengan
Metode Economic Order Quantity Multi Produk Guna Meminimumkan Biaya. Jurnal Ekonomi
& Bisnis. Volume 2. Nomor 2.

(7). Hardianti, Tri. (2018). Kajian Metode Economic Order Quantity Pada Model Persediaan
Deterministik Dengan Perubahan Harga Dalam Pengendalian Persediaan. Talenta Conference
Series : Science & Technology

29

Anda mungkin juga menyukai