FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang hanya kepada-Nya lah kami memuji dan bersyukur,
dan kepada-Nya lah kami meminta ampunan dan pertolongan. Shalawat dan salam tercurah untuk
junjungan nabi agung, Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan agama Islam yang
sempurna dan merupakan rahmat bagi semesta alam.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan untuk Ibu Nani Ernawati, SE., MM selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan 2 yang telah memberikan ilmu, waktu, dan
pikirannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah berjudul “Pengaruh perencanaan dan
pengendalian persediaan dengan menggunakan model EOQ terhadap pendapatan perusahaan” ini.
Kami berharap makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan
sekaligus wawasan pembaca sebagai bagian dari penunaian kewajiban seorang muslim untuk
mengamalkan ilmunya dan pemenuhan kewajiban mahasiswa dalam merampungkan tugasnya.
Kritik dan saran tentu sangat kami perlukan agar senantiasa dapat memperbaiki diri dan menjadi
insan pembelajar dalam prosesnya menuju penemuan kesejahteraan. Serta agar ilmu yang ada
dapat terus mengalir dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini, mohon maaf apabila ada hal yang tidak mengenankan, semoga kita semua senantiasa
teguh dan sabar dalam menempuh perjalanan menuju kebaikan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
TEORI PUSTAKA ............................................................................................................................................. 6
2.1 Manajemen Persediaan ...................................................................................................................... 6
2.2 Persediaan........................................................................................................................................... 6
2.3 Jenis-Jenis Biaya Persediaan ............................................................................................................... 7
2.4 Fungsi & Tujuan Persediaan ................................................................................................................ 8
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 10
3.1 Perencanaan Persediaan................................................................................................................... 10
3.2 Pengendalian Perencanaan............................................................................................................... 10
3.3 Metode EOQ ( Economic Order Quantity ) ....................................................................................... 12
3.4 Pengaruh Penerapan Metode EOQ Terhadap Perusahaan .............................................................. 14
3.5 Contoh Studi Kasus Penerapan Metode EOQ dalam Perusahaan .................................................... 15
1. Studi Kasus UD. Sumber Rejo Kondangan Kediri ............................................................................ 15
2. Studi Kasus PT. Pancaran Mulia Sejati ............................................................................................ 23
BAB IV.......................................................................................................................................................... 28
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 28
1. Kesimpulan...................................................................................................................................... 28
2. Saran ............................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ketersediaan bahan baku pada perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran
produksi. Dengan proses pengubahan baku mentah menjadi barang jadi maka perusahaan
memperoleh suatu produk untuk permintaan pelanggan. Dan hal tersebut dilakukan secara terus
menerus setiap hari nya agar kelangsungan hidup perusahaan berjalan untuk mencapai tujuan
dalam mendapatkan laba yang stabil. Untuk menjamin kelancaran proses produksi diperlukannya
pengawasan dan pengelolaan bahan baku yang terkendali.
Kelancaran produksi itu dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan baku yang diolah dalam
produksi, yang perlu diperhatikan ialah bahan baku yang dibutuhkan agar selalu tersedia sehingga
menjamin kelancaran produksi. Karena apabila bahan baku tidak tersedia (stock out) maka
perusahaan kehilangan merebut pasar dan perusahaan tidak dapat mensuplai barang dengan
optimal. Dengan begitu perusahaan akan mengalami beberapa kerugian yang meliputi hilangnya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari konsumen karena apabila barang yang dipesan
ialah barang urgent atau sangat penting bagi perusahaan konsumen, maka perusahaan konsumen
tersebut memilih order di perusahaan lain. Maka perusahaan haruslah bisa mengendalikan bahan
baku serta menjaga persediaan yang cukup agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan
persediaan bahan baku agar kegiatan operasi perusahaannya dapat berjalan lancar sehingga proses
produksi tidak terganggu dan biaya-biaya penyimpanan bahan baku dapat ditekan seminim
mungkin.
Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode untuk mengukur dan menghitung jumlah
volume pembelian yang paling ekonomis yaitu dengan melakukan pembelian secara teratur,
perusahaan akan menanggung biaya-biaya pengadaan yang minimal (Gitosudarmo,2002 : 245).
Metode EOQ ini merupakan salah satu metode perhitungan pengelolaan persediaan bahan baku
yang paling banyak digunakan karena paling mudah dan paling efisien.
4
Pada dasarnya metode ini berusaha mencari tingkat persediaan seminim mungkin dengan
biaya rendah dan mutu yang baik lalu memberikan kuantitas pemesanan yang akurat agar tidak
terjadi kekosongan stock yang nantinya akan mengganggu jalannya proses produksi dalam
perusahaan, serta mengontrol persediaan stock agar mengurangi risiko terjadi nya kelebihan
persediaan, demi mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan dan mampu menghemat biaya
persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efesiensi persediaan bahan baku yang
bersangkutan sehingga membantu perusahaan untuk mampu mengambil keputusan terbaik, cepat
dan tepat.
5
BAB II
TEORI PUSTAKA
2.2 Persediaan
Persediaan merupakan salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus menerus
mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan menghadapi resiko, yaitu tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan atas barang produksi. Oleh karena itu, dalam suatu persediaan,
harus menghadapi investasi yang tidak terlalu rendah namun juga jangan terlalu tinggi.
Menurut Siagian (2006:161), Persediaan dapat diartikan “Merupakan barang atau bahan
yang disimpan untuk tujuan tertentu antara lain, untuk proses produksi jika berupa bahan mentah
maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa komponen maka akan dijual kembali menjadi barang
dagangan.”.
Menurut Dwi Martani (2012:245), Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat
penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya.
PSAK 14 (Revisi 2008) mendifinisikan persediaan sebagai aset yang:
6
Selain itu, Persediaan juga terbagi menjadi beberapa jenis, menurut Freddy ( 2007:14-15 )
menyatakan bahwa jenis-jenis persediaan terbagi atas lima jenis yaitu:
Biaya Pembelian (Purchasing cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item
jika item tersebut berasal dari sumber eksternal atau biaya produksi per unit bila item tersebut
berasal dari internal perusahaan. Biaya Pembelian ini bisa bervariasi untuk berbagai ukuran
pemesanan bila pemasok menawarkan potongan harga untuk ukuran pemesanan yang lebih besar.
2. Biaya Pengadaan (Procurement cost)
Biaya Pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal–usul barang yaitu :
a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k)
Biaya Pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari
luar. Biaya ini pada umumnya meliputi, antara lain Pemrosesan pesanan, Biaya ekspedisi, Biaya
telepon dan keperluan komunikasi lainnya, Pengeluaran surat menyurat, fotokopi dan
perlengkapan administrasi lainnya, Biaya pengepakan dan penimbangan, Biaya pemeriksaan
(inspeksi) penerimaan, dan Biaya pengiriman ke gudang.
b. Biaya Pembuatan (Set Up Cost = k)
Biaya penyimpanan (Holding Cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya
suatu item, biaya ini meliputi :
7
d. Biaya Kadaluarsa
e. Biaya Asuransi
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost =p)
Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan
bahan.
5. Biaya Sistemik
Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan sistem persediaan serta biaya–biaya
untuk mengadakan peralatan serta melatih tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan sistem.
Biaya Sistemik ini dapat dianggap sebagai biaya investasi bagi pengadaan suatu sistem pengadaan.
1. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan
internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independence). Persediaan decouples ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada
supplier.
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan
diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories).
Tujuan Persediaan Menurut Ishak (2010) untuk devisi yang berbeda dalam industri
manufaktur akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda yaitu:
8
2. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi
akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Disamping itu
juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang
cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.
3. Pembelian (Purchasing) dalam rangka efisiensi, menginginkan persamaan produksi yang
besar dalam jumlah sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak.
Pembelian ini juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan
produk.
4. Keuangan (Finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi persediaan karena
biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada perhitungan pengembalian aset (return
of asset) perusahaan.
5. Personalia (Personal and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak dilakukan.
6. Rekayasa (Engineering) menginginkan persediaan minimal untuk mengantisipasi jika
terjadi perubahan rekayasa engineering.
9
BAB III
PEMBAHASAN
1. Rencana Strategik
Rencana Strategik adalah rencana yang diformulasikan ditingkat manajemen
tertinggi, memerlukan pandangan luas atas perusahaan dan lingkungannya.
1. Menetapkan tujuan yang akan dicapai pada hierarki yang lebih rendah,,
2. Sebagai alat untuk mencapai perangkat tujuan pada hierarki lebih tinggi berikutnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi perencanaan adalah
untuk memberikan gambaran yang sekaligus memberikan petunjuk dan arahan kepada pemimpin
dalam pengambilan keputusan.
10
Pengendalian Persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:176), “Pengendalian adalah salah
satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh
operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan terlebih dahulu
baik waktu, jumlah, kualitas, maupun biayanya.
Manfaat dari Pengendalian Persediaan berguna agar perencanaan yang telah disusun dapat
menjadi efektif dan efisien atau dapat memperkecil hambatan dan memperkuat kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba. Suprityono dalam bukunya “Perencanaan dan Pengendalian
Bbiaya Serta Pembuatan Keputusan” (2005:257), mengemukakan bahwa, tujuan pengendalian
persediaan bahan baku sebagai berikut:
a. Menyediakan bahan baku yang diperlukan dengan cara efisien dan dapat menghindari
terganggunya kegiatan perusahaan akibat keterlambatan datangnya bahan baku.
b. Menjamin persediaan yang cukup untuk melayani permintaan langganan yang bersifat
mendesak.
c. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk menghadapi kelangkaan
penawaran bahan baku dipasar dalam jangka pendek.
d. Mengadakan penyimpanan bahan baku yang dapat menekan biaya dan waktu pengelolaan
bahan baku dan menjaga dari kemungknan kebakaran, pencurian, penyelewengan dan
kerugian lainnya.
e. Menjaga agar persediaan yang rusak, usang dan kelebihan yang tidak terpakai dapat
ditekan serendah mungkin.
f. Menentukan investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan baku sesuai dengan
kebutuhan operasi dan rencana manajemen persediaan.
1. Safety Stock
Persediaan Pengaman menurut Harjanto (2008:258) adalah persediaan yang
berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang,
misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau
keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Bagi perusahaan dagang,
persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada pelanggan
terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang.
Cara menghitung Persediaan Pengaman (safety stock) yaitu:
Z=𝒙−𝝁 𝝈
EOQ =√ 𝟐𝒙𝑺𝒙𝑫 𝑯
*Keterangan:
D = Penggunaan dan permintaan yang diperkirakan perperiode waktu
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan
H = Biaya penyimpanan
*Keterangan:
ROP = Reorder Point
U = Tingkat kebutuhan per periode
L = Lead time
12
Jumlah pesanan ekonomis merupakan metode yang akan membantu manajemen dalam
mengambil keputusan agar pengadaan investasi dalam perusahaan tidak berlebihan dan tidak akan
terjadi kekurangan dengan jumlah yang optimal.
Terdapat beberapa asumsi dalam metode EOQ menurut Heizer dan Render (2011:92),
yaitu:
Unsur metode EOQ menurut Prawirosentono (2009:186) adalah biaya pemesanan, biaya
penyimpanan, jumlah kebutuhan bahan per tahun, dan jumlah kuantitas bahan setiap kali
pemesanan.
Rumus pemesanan secara optimal (EOQ) adalah sebagai berikut:
Sementara itu, menurut Riyanto (2001:78), EOQ ( Economic Order Quantity ) adalah
jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan
sebagai jumlah pembelian yang optimal. Sedangkan, menurut Heizer dan Render (2005:68), EOQ
adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode
pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan
berapa banyak harus memesan. Tingkat pemesanan yang meminimasi biaya persediaan
keseluruhan dikenal sebagai model EOQ (Hendra Kusuma, 2001:136).
Model EOQ ( Economic Order Quantity ) diatas hanya dapat dibenarkan apabila asumsi-
asumsi berikut dapat dipenuhi menurut Petty, William, Scott dan David (2005:278) yaitu:
a. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ ( Economic Order Quantity )
mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya mungkin bervariasi dari
hari ke hari.
b. Harga per unit konstan memasukan variabel harga yang timbul dari diskon kuantitas dapat
ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi model awal, mendefinisikan
kembali biaya total dan menentukan kuantitas pesanan yang optimal.
c. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan per unit mungkin bervariasi sangat besar
ketika besarnya persediaan meningkat.
13
d. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid, pelanggan asumsi dapat
diakomodir dengan memodifikasi model EOQ (Economic Order Quantity) awal dengan
cara yang sama dengan yang digunakan untuk harga per unit variabel.
e. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan kasus umum,
maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi dengan cara
memesan stok pengaman.
f. Pesanan yang independen, jika multipesanan menghasilkan penghematan biaya dengan
mengurangi biaya administraasi dan transportasi maka model EOQ (Economic Order
Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.
Metode EOQ ini menjadi suatu metode atau teknik untuk melakukan pengadaan persediaan
bahan baku pada suatu perusahaan yang menentukan berapa jumlah pesanan yang ekonomis untuk
setiap kali pemesanan dengan frekuensi yang telah ditentukan serta kapan dilakukan pemesanan
kembali (Riyanto, 2001).
Tujuan dari EOQ adalah untuk mengetahui jumlah pesanan yang optimal yang harus
dilakukan oleh perusahaan sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan. Sedangkan, menurut
Hansen dan Mowen (2005) dalam bukunya menjelaskan pula alasan-alasan untuk menyimpan
persediaan (baik bahan baku maupun barang jadi), yang mana hal ini sejalan dengan prinsip EOQ,
yaitu :
b) Untuk menghindari fasilitas manufaktur yang tidak bisa bekerja lagi karena adanya kegagalan
mesin, bahan baku yang rusak, bahan baku yang tidak tersedia dan pengiriman bahan baku yang
terlambat.
c) Untuk mengambil keuntungan dari diskon-diskon.
d) Untuk berjaga-jaga jika terjadi kenaikan dimasa yang akan datang.
Sehingga, metode EOQ ini tentu memiliki cukup banyak keunggulan bagi perusahaan,
antara lain:
14
1. Metode ini dapat membantu perusahaan dalam memperkirakan persediaan yang akan digunakan
2. Metode ini dapat membuat perusahaan memiliki persediaan pengaman
3. Metode ini dapat membuat perusahaan memiliki peluang untuk mengeluarkan biaya serendah
mungkin
4. Metode ini dapat meminimalisisr out of stock sehingga tidak menggangu proses produksi
perusahaan
5. Metode ini dapat memudahkan proses produksi secara massal
6. Metode ini dapat meningkatkan efisiensi perusahaan secara keseluruhan.
Tetapi, metode EOQ ini memiliki kelemahan pula, yaitu penggunaan metode ini akan
menyebabkan perusahaan berganti-ganti pemasok/supplier. Sehingga, hubungan/relasi
perusahaan antara pemasok akan terganggu.
Tujuan dari salah satu penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan pembelian
persediaan bahan baku pada UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri. Mengetahui frekuensi dan
kuantitas pembelian persediaan bahan baku UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri dalam satu tahun
dengan Metode EOQ ( Economic Order Quantity ). Mengetahui total biaya persediaan bahan baku
UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri dalam satu tahun jika melakukan pembelian bahan baku yang
optimal dengan Metode EOQ ( Economic Order Quantity ).
Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang penerapan
EOQ dalam upaya meminimumkan biaya persediaan bahan baku. Peneliti akan melakukan fokus
penelitian pada:
a. Kebijakan pembelian bahan baku yang telah diterapkan oleh perusahaan tahun 2010-2014.
b. Realisasi penggunaan bahan baku perusahaan pada tahun 2010-2014.
c. Estimasi kebutuhan bahan baku pada tahun 2015.
d. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
1) Kuantitas pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
2) Frekuensi pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
3) Biaya pembelian persediaan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.
4) Biaya penyimpanan persediaan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.
5) Total inventory cost dengan menggunakan EOQ tahun 2010-2015.
e. Selisih Total inventory cost sebelum dan sesudah penerapan metode EOQ tahun 2010- 2015.
f. Persediaan pengaman (safety stock) dengan EOQ tahun 2015.
g. Titik pemesanan kembali (reorder point) dengan EOQ tahun 2015.
h. Persediaan maksimum (maximum inventory) pada tahun 2015.
Analisis Data
Tahap-tahap metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Menganalisis kebijakan pembelian bahan baku yang diterapkan perusahaan tahun 2010-2014.
b. Menganalisis jumlah pemakaian bahan baku tahun 2010-2014.
c. Menganalisis rencana kebutuhan bahan baku untuk tahun 2015.
Perhitungan proyeksi menggunakan metode time series atau trend, dengan rumus:
16
Y = a + bx
Sumber: Heizer dan Render (2011: 185)
d. Menganalisis biaya persediaan bahan baku untuk tahun 2015 apabila perusahaan
mempertahankan kebijakan pembelian bahan baku yang sekarang.
e. Menghitung Metode Economic Order Quantity (EOQ)
1. Menentukan kuantitas pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
2. Menentukan frekuensi pembelian bahan baku optimal dengan EOQ tahun 2010-2015.
Frekuensi Pemesanan = Q / D
Sumber : Syamsuddin, (2007:300)
3. Menentukan biaya pembelian bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.
Cr = D / Q (Co)
Sumber : Syamsuddin, (2007:301)
4. Menentukan biaya penyimpanan bahan baku dengan EOQ tahun 2010-2015.
Cc = Q / 2 (Cu x i)
Sumber : Syamsuddin, (2007:301)
17
TC = Cr + Cc
TC = D / Q (Co) + Q / 2 (Cu x i)
Sumber : Syamsuddin, (2007:301)
f. Menganalisa selisih total biaya persediaan bahan baku sebelum dan sesudah penerapan EOQ
tahun 2010-2015.
g. Menentukan persediaan pengaman (safety stock) dengan EOQ tahun 2015.
Pembelian bahan baku dilakukan 48 kali atau 4 kali dalam sebulan. Setiap bulan jumlah
pembelian dan pemakain bahan baku tidak selalu sama karena ditentukan oleh jumlah pemakaian
bahan baku setiap hari dan jumlah permintaan pasar. Berikut ini merupakan data pembelian dan
pemakaian bahan baku ketela pohon dalam satu tahun selama tahun 2010-2014.
18
Harga bahan baku ketela pohon tidak sama dan setiap tahun mengalami peningkatan.
Berikut merupakan data harga bahan baku ketela pohon tahun 2010-2014, yaitu:
3. Biaya Pemesanan
Bahan Baku Setiap pemesanan bahan baku akan menimbulkan biaya yang berkaitan
dengan pemesanan tersebut. Berikut disajikan data biaya dalam sekali melakukan pemesanan
tahun 2010 sampai 2014:
4. Biaya penyimpanan
Penyimpanan bahan baku ketela pohon akan menimbulkan biaya yaitu biaya simpan. UD.
Sumber Rejo Kandangan Kediri menetapkan persentase biaya penyimpanan per tahun sebesar 2%
dari nilai rata-rata persediaan. Berikut merupakan biaya penyimpanan bahan baku ketela pohon
per kg.
5. Analisis data
19
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui permasalahan yang terjadi adalah
ketidakefisienan dalam pembelian bahan baku ketela pohon dikarenakan perusahaan tidak
menetapkan batas maksimum jumlah bahan baku dalam gudang penyimpanan yang
mengakibatkan jumlah pembelian bahan baku melebihi jumlah yang digunakan.
6. Analisis selisih total biaya persediaan bahan baku sebelum dan sesduah menerapkan EOQ tahun
2010-2014
Tabel 4 menunjukkan selisih dari total biaya persediaan dengan kebijakan perusahaan dan
metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan pemborosan yang dilakukan perusahaan
pada tahun 2010 sampai tahun 2014. Selisih tersebut menunjukkan bahwa jika metode EOQ
diterapkan pada perusahaan, dapat meminimumkan biaya persediaan bahan baku ketela pohon.
7. Rencana kebutuhan bahan baku tahun 2015
Berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan bahan baku dan harga bahan baku untuk
tahun 2015, maka diketahui kebutuhan bahan baku pada tahun 2015 sebesar 14.984.000 kg dan
untuk harga bahan baku yaitu Rp 2.230,00 per kilo. Untuk proyeksi pembelian bahan baku tahun
2015, maka proyeksi kebutuhan bahan baku tahun 2015 dikurangi dengan persediaan awal bahan
baku pada tahun 2015 sebesar 565.000 kg, didapat proyeksi pembelian bahan baku sebesar
14.419.000 kg.
8. Analisis biaya pesediaan bahan baku tahun 2015 menggunakan kebijakan perusahaan
Kuantitas pembelian bahan baku ketela pohon :
14.419.000 / 48 = 300.395,8333 kg
Total biaya pemesanan untuk bahan baku ketela pohon dapat dihitung sebagai berikut:
48 x Rp. 830.000,00 = Rp. 39.840.000,00
Biaya Penyimpanan = Q / 2 (Cu x i)
= 300.395,83 33 / 2 (Rp. 2.230,00 x 0,02)
= Rp. 6.698.827,00
20
Total biaya persediaan= Rp. 39.840.000,00 + Rp. 6.698.827,00
= Rp. 46.538.827,00
9. Analisis biaya pesediaan bahan baku tahun 2015 menggunakan EOQ
Perhitungan kuantitas pembelian bahan baku yang paling ekonomis adalah sebagai berikut:
Q = √2x14.419.000 x 830.000 / 0,02 x 2.230 = 732.578,529
dibulatkan menjadi 732.579 kg dalam setiap kali melakukan pemesanan bahan baku.
Frekuensi pemesanan = D / Q
= 14.419.000 / 732.578,52 9
= 19,7
dibulatkan menjadi 20 kali pemesanan dalam setahun.
Biaya pemesanan per tahun = 19,7 x Rp. 830.000,00
= Rp. 16.351.000,00
Biaya penyimpanan per tahun = Q / 2 (Cu x i)
= 732.578,52 9 kg / 2 (Rp. 2.230,00 x 0,02)
= Rp. 16.336.501,00
Total biaya persediaan = Rp. 16.351.000,00 + Rp. 16.336.501,00
= Rp. 32.687.501,00
Tabel 5 menunjukkan terdapat selisih antara kedua perhitungan yaitu sebesar Rp.
13.851.326,00. Selisih tersebut menunjukkan jika perusahaan menggunakan metode EOQ, maka
pada tahun 2015 perusahaan akan menghemat pengeluaran biaya persediaan sebesar Rp.
13.851.326,00. Metode EOQ dapat diterapkan dalam perusahaan dan dapat meminimumkan biaya
persediaan bahan baku ketela pohon pada UD. Sumber Rejo Kandangan Kediri.
21
10. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety stock = Q / 312 x 2
= 14.491.000 / 312 x 2
= 92.249,487 kg
11. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Hari kerja dalam satu tahun yaitu 312 hari dan lead time perusahaan 2 hari. Rata-rata
kebutuhan per hari
= 14.491.000 / 312
= 46.214,744 kg
ROP = (46.214,744 kg x 2) + 92.249,487 kg
= 184.858,974 kg
12. Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)
Persediaan maksimum= EOQ + Safety stock
= 732.578,529 kg + 92.249,487 kg = 825.008,016 kg
Berdasarkan gambar 7 maka dapat diketahui bahwa jumlah persediaan optimum dengan
menggunakan EOQ yaitu sebesar 825.008,016 kg. Jumlah pemesanan paling ekonomis setiap kali
pesan yaitu sebesar 732.578,529 kg, dilakukan pemesanan kembali pada saat jumlah bahan baku
dalam gudang sebesar 184.858,974 kg, dan jumlah safety stock sebesar 92.249,487 kg. Lead time
selama 2 hari dan jumlah pemesanan yaitu sebanyak 20 kali dalam satu tahun.
22
Kesimpulan Studi Kasus
a. Hasil perhitungan EOQ dapat diketahui bahwa biaya persediaan bahan baku pada tahun 2015
sebesar Rp. 32.687.501,00 dengan 20 kali pembelian dalam satu tahun, sedangkan jika dihitung
berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu biaya persediaan bahan baku sebesar Rp. 46.538.827,00
dengan 48 kali pembelian bahan baku dalam satu tahun. Selisih sebesar Rp. 13.851.326,00
menunjukkan jika perusahaan menerapkan metode EOQ, maka dapat memberikan penghematan
biaya persediaan bahan baku pada tahun 2015.
b. Berdasarkan hasil perhitungan safety stock dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 perusahaan
harus memiliki persediaan pengaman (safety stock) bahan baku di gudang sebesar 92.249,487 kg
untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku (stock out). Berdasarkan perhitungan
reorder point maka perusahaan pada tahun 2015 harus melakukan pemesanan kembali bahan
baku ketela pohon jika persedaaan bahan baku yang ada di gudang sebesar 184.858,974 kg.
Persediaan maksimum bahan baku ketela pohon yang dapat disimpan dalam gudang pada tahun
2015 sebesar 825.008,016 kg.
Pada penelitian sebelumnya tentang analisis pengendalian persediaan bahan baku dengan
metode EOQ pada producen furniture di Jepara. Jenis bisnis dari perusahaan ini adalah usaha
mebel, pembuatan furniture dengan kayu jati sebagai bahan bakunya. Analisis yang digunakan
adalah metode EOQ. Hasil dari penelitian ini adalah adanya penghematan (saving) biaya yang
ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut ini.
23
Tabel 1.1 Hasil Penghematan dengan Metode EOQ Tahun Penghematan (%)
Penghematan(Rp)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persediaan bahan baku dapat dikendalikan agar
tercapai efisiensi penggunaan modal. Hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di perusahaan
ditemukan bahwa biaya persediaan selalu meningkat setiap tahunnya. Dengan melihat biaya
persediaan selalu meningkat selama ini sedangkan permintaan relatif stabil maka dipandang perlu
untuk dilakukan analisis pengendalian persediaan yang berkaitan dengan efisiensi proses produksi
perusahaan, utamanya efisiensi penggunaan modal. Dalam proses pembelian bahan baku yang
selama ini dilakukan pada perusahaan, diperlukan waktu tenggang, dihitung mulai dari bahan baku
dipesan sampai bahan baku diterima oleh gudang.
Persediaan pengaman diperlukan untuk menjaga kemungkinan kekurangan bahan baku,
akibat penggunaan bahan baku lebih besar dari pada perkiraan semula ataupun keterlambatan
datangnya bahan baku yang dipesan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
(quantitative research). Jenis penelitian ini berkaitan dengan sifat data dan cara atau teknik analisis
data yang digunakan. Data yang dianalisis adalah data numerik (angka) dan cara analisisnya
dengan cara matematis atau menggunakan teknik statistik, berkaitan dengan angka nominal atau
bilangan yang dapat dihitung. Tujuan yang ingin dicapai adalah menganalisa biaya persediaan
bahan baku agar dapat mencapai efisiensi modal perusahaan. Adapun manfaat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut memberikan kontribusi bagi PT. Pancaran Mulia Sejati
dalam membuat sistem persediaan yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut
sehingga masalah keterbatasan dan kelebihan bahan baku pada perusahaan dapat diatasi.
Dengan membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku maka
akan meningkatkan keuntungan perusahaan.
24
berapa jumlah persediaan bahan baku yang ekonomis, terlebih dahulu harus ditentukan biaya yang
timbul dari persediaan bahan baku tersebut. Jenis biaya yang relevan untuk menentukan pembelian
bahan baku yang ekonomis hanyalah biaya yang memiliki sifat variabel, sedangkan biaya yang
bersifat tetap dianggap tidak relevan untuk perhitungan EOQ.
Untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku pada saat tertentu maupun saat
tenggang waktu (lead time) dalam proses pemesanan berikutnya, diperlukan adanya persediaan
pengaman. Pada saat menentukan besarnya persediaan pengaman (safety stock) terlebih dahulu
harus diperhatikan frekuensi pemesanan yang telah ditentukan pada saat pernghitungan jumlah
pesanan yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ.
Atas dasar perhitungan dengan menggunakan metode least square untuk menentukan
besarnya persediaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan, dapat diketahui peramalan pesanan
yang diterima perusahaan untuk bulan Januari – Desember 2016 dengan total pesanan sebesar
3.788.380 unit. Dari perhitungan sebelumnya yang biasa dilakukan perusahaan didapatkan biaya
tetap untuk melakukan pemesanan perpesanan (F) yaitu sebesar Rp 1.535.000, jumlah penjualan
atau pemakaian unit per tahun, setelah melakukan forecast (S) didapatkan sebesar 3.788.380 unit,
biaya penyimpanan yang dinyatakan sebagai suatu persentase atas nilai persediaan (C) sebesar 5%,
harga beli per unit persediaan yang harus dibayar oleh perusahaan (P) sebesar Rp 6.500.
Perhitungan biaya persediaan selama setahun yang digunakan oleh perusahaan tanpa menerapkan
metode EOQ adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Biaya Persediaan Setahun Sebelum Menggunakan EOQ
Dari tabel 1.2 diatas dapat diketahui total biaya persediaan selama setahun yang
dikeluarkan oleh perusahaan (Rp 25.650.462 + Rp 36.840.000) adalah Rp 62.490.462.
Melalui perhitungan EOQ dapat diketahui bahwa besarnya pembelian yang ekonomis
adalah sebanyak 189.170 unit. Dengan tingkat frekuensi pembelian optimum dalam setahun adalah
20 kali. Perhitungan biaya persediaan dengan menerapkan metode EOQ ditunjukkan pada tabel
1.3 berikut:
25
Jumlah unit Biaya
Frekuensi Nilai persediaan
setiap kali penyimpanan Biaya pesan
pembelian (Rp)
pesan (unit (Rp) (Rp)
189.170 Rp Rp Rp
20 kali unit 1.229.605.000 30.740.125 30.700.000
26
dipesan kembali agar tidak terjadi kekurangan bahan baku, sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan lancar.
3. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di industri furniture
tahun 2007 di Jepara bahwa persediaan bahan baku dapat dikendalikan menggunakan
metode EOQ agar tercapai efisiensi penggunaan modal.
27
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Metode Economic Order Quantity ( EOQ) merupakan salah satu metode perencanaan dan
pengendalian produksi atau persediaan perusahaan, dengan tujuan untuk menentukan jumlah
pesanan yang yang harus dibuat oleh perusahaan sehingga biaya persediaan dapat diminimalkan,
efisiensi modal dapat ditingkatkan, dan laba dapat dioptimalkan.
Pada kasus yang kami temukan di UD. Sumber Rejo Kondangan Kediri, dan PT. Pancaran Mulia
Sejati, diketahui perusahaan tidak menetapkan kebijakan dalam menentukan jumlah bahan baku
yang harus dibeli dan waktu pengiriman bahan baku. Terjadi overstock bahan baku pada gudang
dan tingginya biaya pemesanan, sehingga laba yang dihasilkan tidak optimal.
2. Saran
Perusahaan sebaiknya mulai menggunakan meode Economic Order Quantinty dalam menentukan
jumlah persediaan yang dipesan dan diproduksinya, sehingga tercapai penggunaan investasi yang
lebih efisien, dan laba yang lebih optimal.
28
DAFTAR PUSTAKA
(1). Salesti, Jayana. (2014). Analisis Penerapan Metode Economic Order Quantity Pada Persediaan
Bahan Baku : Studi Kasus PT. Imeco Batam Tubular Tahun 2014. Jurnal Measurement Vol.8.
(2). Wahyudi, Rudy. (2015). Analisis Pengendalian Persediaan Barang Berdasarkan Metode EOQ Di
Toko Era Baru Samarinda. eJournal Ilmu Administrasi Bisnis,162-173.
(3). Sulaiman, Fahmi. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode
EOQ Pada UD. Adi Mabel. Jurnal Teknovasi, Volume 02, Nomor 1, 1-11.
(4). Yuliana, Candra. (2016). Penerapan Model Economic Order Wuantity Dalam Rangka
Meminimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku. Jurnal Administrasi Bisnis.Vol.36.No.1
(5). Evitha, Yuli. (2019). Pengaruh Penerapan Metode Economic Order Quantity Terhadap
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi PT. Omron Manufacturing Of Indonesia.
Logistik Indonesia Journal.
(6). Herlambang, Andini Ika Puspita. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beras Dengan
Metode Economic Order Quantity Multi Produk Guna Meminimumkan Biaya. Jurnal Ekonomi
& Bisnis. Volume 2. Nomor 2.
(7). Hardianti, Tri. (2018). Kajian Metode Economic Order Quantity Pada Model Persediaan
Deterministik Dengan Perubahan Harga Dalam Pengendalian Persediaan. Talenta Conference
Series : Science & Technology
29