351 2162 2 PB
351 2162 2 PB
ABSTRAK
Indonesia ingin mencapai modernisasi politik dan ekonomi serta melindungi rakyat
dari penderitaan yang timbul sebagai akibat dari kehidupan industrialisasi dalam waktu
bersamaan. Salah satu produk Undang-undang yang mendorong pertumbuhan ekonomi
adalah UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Undang-undang ini memberi kesempatan yang sama kepada seluruh rakyat
Indonesia untuk mengembangkan potensi ekonominya.Larangan peraktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat adalah peraktek-peraktek bisnis yang harus dihindari karena
dampak yang ditimbulkannya cukup berat seperti ketidakefesienan pasar, distorsi pasar,
yang pada akhirnya akan menimbulkan kemudharatan tidak saja bagi konsumen, tetapi juga
bagi produsen terutama kelas menengah dan kecil. Pada gilirannya, negara juga akan
dirugikan karena tidak didukung oleh fondasi ekonomi yang kukuh. Peraktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat sangat bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan
kemaslahatan, sebagai nilai-nilai intrinsik manusia yang dapat menyebabkan aktivitas bisnis
yang dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan akan tidak terwujud sama sekali.
Kata Kunci : Peraktek Monopoli, Persaingan Usaha, Hukum Ekonomi, Hukum Islam
ABSTRACT
Key Word : Peraktek Monopoli, Persaingan Usaha, Hukum Ekonomi, Hukum Islam
54
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
bangkit dan memasuki tahap ‘welfare state”. Hukum, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
5Ibid., 2007), Halaman 93
55
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
56
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
57
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
B. Latar Belakang Lahirnya UU No. 5 undang ini juga disebabkan oleh tekanan
Tahun 1999 dari pihak luar. Ternyata memang terbukti,
Jika dilihat dari sisi latar belakang desakan untuk melahirkan undang-undang
historisnya, kelahiran undang-undang ini ini semakin kuat setelah ditandatanganinya
lebih disebabkan oleh kebutuhan internal Letter of Intent (LoI) antara pemerintah RI
khsususnya para pelaku pasar di dan IMF pada tanggal 29 Juli 1998. dalam LoI
Indonesiayang menolak praktek monopoli. tersebut ditentukan bahwa pemerintah akan
Penting untuk dicatat, krisis ekonomi menyampaikan RUU anti monopoli kepada
yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 dan DPR untuk mendapat pembahasan selambat-
mencapai puncaknya pada tahun 1998 lambatnya pada bulan Desember 1998.17
menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi Terlepas dari perdebatan faktor
Indonesia yang dicapai era Orde Baru tidak apakah yang paling dominan yang
lebih dari fatamorgana dan tidak memiliki menyebabkan undang-undang ini lahir, yang
fondasi yang kuat. Salah satu dari berbagai jelas jika merujuk UUD 1945 baik sebelum
factor yang melatarbelakanginya adalah atau sesudah diamandemen, menunjukkan
karena Indonesia tidak mengenal kebijakan bahwa larangan praktek monopoli dan
persaingan (competition policy) yang jelas persaingan tidak sehat dengan segala
dalam menentukan batasan tindakan pelaku bentuknya jauh-jauh hari di larang. 18
usaha yang menghambat persaingan dan Sebaliknya Undang-undang Dasar
merusak pasar.14 Dalam hal ini, kebijakan menginstruksikan bahwa tujuan
yang dimaksud adalah lebih dari sekedar pembangunan ekonomi adalah berdasarkan
peraturan atau undang-undang karena demokrasi bersifat kerakyatan dengan
menetapkan suatu pola yang diharapkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
akan memberikan landasan kepada bentuk melalui pendekatan kesejahteraan dan
peraturan pelaksanaannya, yaitu undang- mekanisme pasar.19
undang.15 Selanjutnya sejak GBHN 1973
Bersamaan dengan kemajuan semangat yang dikandung oleh UUD 1945
perekonomian Indonesia, terlihat bahwa diberikan landasan opeasionalnya yang
iklim persaingan tidak berjalan dengan menegaskan bahwa karakteristik
prinsip persaingan usaha yang sehat. Saat perekonomian Indonesia memang
yang sama pelaku usaha juga tidak dipersiapkan berdasarkan usaha bersama
diperkenalkan dengan budaya persaingan dengan orientasi kekeluargaan dimana
antara mereka sendiri, sedangkan cabang produksi yang vital dikuasai oleh
persaingan merupakan elemen penting negara. Perekonomian Indonesia berusaha
dalam berusaha. Akibat pengaruh krisis menghindarkan diri dari system free fight
ekonomi dan saat Indonesia beruapaya liberalism yang mengeksploitasi manusia
mengadopsi sistem ekonomi pasar (market atau dominasi perekonomian oleh negara
economy), maka momentum ini dipandang serta persaingan curang dakan berusaha
tepat untuk melakukan berbagai deregulasi dengan melakukan pemusatan kekuatan
dalam dunia usaha. 16 Tampaklah bahwa
secaa internal iklim dunia usaha Indonesia 17 Hikmahanto, Sekilas…halaman 33-34
sendiri sebenarnya sedang membutuhkan 18 Lihat kembali pasal 33 Uud 1945 yang
aturan-aturan yang berkenaan dengan menyatakan bahwa a, perekonomian disusun
persaingan usaha tidak sehat. sebagai usaha bersama berdasar atas asas
Kendati demikian tidak tertutup kekeluargaan. B. cabang-cabang produksi yang
kemungkinan, bahwa kelahiran undang- penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan c.
bumi, air dan kekayaan alam lainnya
14 Ningrum Natasya Sirait, Hukum dipergunakan sebesar-besanya untuk
Persaingan di Indonesia: UU No 5/1999 tentang kemakmuran rakyat Indonesia.
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan 19 Ningrum Natasya Sirait, Hukum
Usaha Tida Sehat, (Medan: Pustaka Abdi Bangsa Persaingan di Indonesia: UU No 5/1999 tentang
Pers, 2004) h. 2 Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
15Ibid., Usaha Tida Sehat, (Medan: Pustaka Abdi Bangsa
16Ibid., Pers, 2004) h. 1
58
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
ekonomi pada satu kelompok tertentu saja. secara sehat dan c) agar konsumen tidak
Bisaanya praktek ini muncul dalam berbagai dieksploitasi oleh pelaku usaha.22
bentuk monopoli ataupun monopsoni yang Disamping tujuan yang bersifat
merugikan serta bertentangan dengan pasal umum, tiap-tiap negara mempunyai tujuan
33 UUD 1945.20 yang bersifat khusus dari hukum
Penting untuk dicatat, dalam proses persaingannya sebagaimana yang
pembentukan UU No 5 Tahun 1999 ada hal diungkapkan oleh Zwarensteyn, di Amerika
yang tidak lazim apabila dibandingkan Serikat anti trust law dimaksudkan untuk
dengan proses pembentukan undang-undang melindungi (preserve) system kompetitif
pada umunya. Perbedaan ini terletak pada (competitive system). Sedangkan di Jerman
pihak yang mengajukan RUU. Selama ini tujuan khusus hukum persaingan adalah
dalam praktek kenegaraan di Indonesia untuk kesejahteraan dan kebebasan bagi
rancangan UU disiapkan dan diajukan oleh warga negara. Sementara di Swedia tujuan
pemerintah untuk kemudian dibahas khususnya adalah untuk mencapai
bersama-sama DPR, tapi tidak demikian pemanfaatan optimal dari sumber-sumber
dengan UU No 5 Tahun 1999. adapun yang yang ada di masyarakat.23
mempersiapkan undang-undangnya adalah Adapun di Indonesia, tujuan undang-
DPR kemudian menggunakan hal inisiatifnya undang tersebut sebagaimana yang
untuk mengajukan RUU. Pada sisi lain, dijelaskan pada pasal 3, paling tidak ada
sebenarnya pemerintah juga telah empat yang menjadi tujuan undang-undang
menyiapkan RUU ini. Namun ternyata RUU tersebut yaitu, a). menjaga kepentingan
versi DPR lah yang digunakan.21 umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk
C. Substansi UU NO 5 Tahun 1999 meningkatkan kesejahteraan rakyat. b.)
Di beberapa negara, hukum mewujdukan iklim usaha yang kondusif
persaingan dikenal dengan istilah Antitrust melalui pengaturan persaingan usaha yang
Laws seperti di Amerika Serikat atau sehar sehingga mejamin adanya kepastian
Antimonopoly Law seperti di Jepang atau kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku
Restrictive Trade Practice Law seperti di usaha besar, pelaku usaha menengah dan
Australia. Sedangkan di Indonesia istilah pelaku usaha kecil. C. mencegah praktek
yang dipakai adalah “Hukum Persaingan” monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
atau “Hukum Antimonopoli.” Terlepas dari yang ditimbulkan oleh pelaku.
penyebutannya yang bervariasi, secara Secara substansial, ada tiga bentuk
umum tujuan pokok dari hukum persaingan larangan di dalam UU No 5 Tahun 1999,
adalah menjaga; a) agar persaingan antar yaitu; a) perjanjian yang dilarang
pelaku usaha tetap hidup, b) agar persaingan sebagaimana yang terdapat di dalam Bab III
yang dilakukan antar pelaku usaha dilakukan dari pasal 4 sampai pasal 16. b). Kegiatan
yang dilarang terdapat pada Bab IV yang
rinciannya dimuat dari pasal 17 sampai pasal
24. c). ang terakhir larangan yang berkaitan
20 Ibid.,
h. 2 . selanjutnya berkenaan dengan posisi dominan terdapat di dalam
dengan peran pemerintah untuk mencegah
bab V dari pasal 25 sampai pasal 29.
terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat
dapat dilihat di dalam TAP MPR RI NO
Dalam UU N0 5/1999 pasal 1 angka
IV/MPR/1973 pada bidang pembangunan 17 dijelaskan bahwa perjanjian adalah suatu
ekonomi. TAP MPR RI NO IV/MPR/1978 tentang perbuatan satu atau lebih pelaku usaha
pembangunan ekonomi sub bidang usaha swasta mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
dan usaha golongan ekonomi lemah. TAP MPR RI pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik
NO II/MPR/1983 tentang GBHN pada bidang tertulis ataupun tidak tertulis. Adapaun
pembangunan Ekonomi. TAP MPR NO perjanjian yang dilarang untuk dilakukan
II/MPR/1988 tentang pembangunan ekonomi oleh pelaku usaha adalah perjanjian yang
sub bidang usaha nasional, serta TAP MPR RI NO bertujuan untuk a) melakukan praktek
II/MPR/1998 tentang GBHN pada bidang
pembangunan ekonomi sub bidang usaha
nasional. 22Ibid.,
21 Hikmahanto, Sekilas…halaman 34 23Ibid.,
59
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
oligopoly, b) menetapkan harga (price fixing), akan berjalan tidak melalui hukum-hukum
c. membagi wilayah (market allocation), d) pasar. Penawaran dan permintaan tidak
pemboikotan (boycott), e) kartel (cartel), f) akan berjalan secara terbuka, pelaku usaha
trust, g) oligopsoni, h) integrasi vertical lain tidak dapat memasuki pasar dan
(vertical integration), I) perjanjian tertutup konsumen tidak berperan sedikitpun dalam
(exlusive dealings) dan j) perjanjian dengan membentuk harga.
pihak luar negeri. Persoalan yang cukup rumit adalah,
Sedangkan kegiatan yang dilarang bagaimana cara yang akan ditempuh untuk
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelaku menentukan bahwa suatu aktivitas disebut
usaha seperti monopoli, monopsoni, monopolistic atau persaingan disebut tidak
penguasaan pasar dan persekongkolan sehat atau melanggar hukum.
(collusive tendering). Perbedaan antara Beberapa pengkaji hukum
kegiatan yang dilarang dengan perjanjian menyatakan bahwa di dalam UU No 5/1999
yang dilarang terletak pada jumlah pelaku ada dua pendekatan yang digunakan yaitu
usaha. Dalam perjanjian yang dilarang paling perse illegal dan rule of reason. Pendekatan
tidak ada dua pihak pelaku usaha, karena perse illegal menyatakan setiap perjanjian
suatu perjanjian menghendaki sedikitnya atau kegiatan usaha tertentu illegal, tanpa
dua subjek hukum. Sementara dalam pembuktian lebih lanjut atas dampak yang
kegiatan yang dilarang tidak tertutup untuk ditimbulkan oleh perjanjian atau kegiatan
dilakukan oleh satu pelaku usaha.24 usaha tersebut. Kegiatan yang dianggap
Adapun berkaitan dengan sebagai perse illegal bisaanya meliputi
penyalahgunaan posisi dominan dalam UU penetapan harga secara kolusif atas produk
No 5/1999 dapat dilihat dalam bentuk a) tertentu, serta pengaturan penjualan
keadaan di mana pelaku usaha tidak kembali. 25 Adapaun rule of reason adalah
mempunyai pesaing berat atau b) pelaku pendekatan yang digunakan oleh lembaga
usaha mempunyai posisi lebih tinggi otoritas persaingan usaha untuk membuat
dibandingkan dengan pesaingnya dalam hal evaluasi mengenai akibat perjanjian atau
kemampuan keuangan, kemapuan akses akibat perjanjian atau kegiatan usaha
pada pasukan atau penjualan, serta tertentu, guna menentukan apakah
kemampuan untuk menyesuaikan diri perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat
dengan pasokan atau permintaan barang menghambat atau mendukung persaingan.26
atau jasa tertentu. Kedua pendekatan ini digunakan di
Jika pelaku usaha memiliki posisi dalam UU NO 5/1999 untuk menentukan
dominan bisaanya ada tiga hal yang akan apakah telah terjadi persaingan usaha tidak
dilakukannya dan pada sisi ini pula yang sehat. Berkenaan dengan pendekatan perse
dilarang disebabkan oleh posisi dominan illegal indikasinya dapat dilihat dari
tersebut. Pertama, menetapkan syarat-syarat penggunaan kata-kata “dilarang”, tanpa anak
perdagangan yang bertujuan untuk kalimat atau…”yang dapat mengakibatkan”.27
mencegah atau menghalangi konsumen
memperoleh barang atau jasa yang bersaing.
Kedua, membatasi pasar dan pengembangan
25 A.M. Tri Anggraini, Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat : Perse
tekhnologi. Ketiga, menghambat pelaku
Illegal atau Rule of Reason, (Jakarta : Fakultas
usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing. Hukum UI, 2003) halaman 7-8
Dari gambaran di atas, jelas bahwa 26Ibid.,
persaingan usaha tidak sehat memiliki 27 Di dalam pasal 11 ada dinyatakan,
banyak bentuk. Bisa dalam wujud perjanjian- “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
perjanjian yang dilarang, bisa pula dalam dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud
bentuk praktek dan bisa pula dengan untuk mempengaruhi harga dengan mengatur
menggunakan posisis dominan. Apapun produksi dan atau pemasaran suatu barang dan
bentuknya, akibat dari persaingan tidak atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya
sehat ini, pasar akan terdistorsi dan pasar praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat. Selanjutnya pada pasal 17 ayat 1
dinyatakan, Pelaku usaha dilarang melakukan
24 Hikmahanto Juwana, Sekilas…Halaman penguasaan atas produksi atau pemasaran barang
38 dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
60
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
Sedangkan pendekatan rule of reason milik intelektual. Misalnya hak paten. Jelas
indikasinya dapat dilihat dalam penggunaan bahwa pemegang hak paten memiliki
kalimat “ yang dapat mengakibatkan”, kekuasaan monopoli terhadap produk yang
dan/atau “patut di duga”. 28 Kata tersebut dipatenkan. Ia dapat dengan bebas mengatur
menyiratkan perlunya penelitian secara dan mendikte pasar, tanpa ada barang lain
lebih mendalam, apakah suatu tindakan sebagai substitusinya.30
dapat menimbulkan peraktek monopoli atau
menghambat persaingan. D. Contoh-Contoh Kasus
Dengan demikian perbedaan kedua Berbicara tentang peraktek monopoli
pendekatan tersebut adalah, jika perse illegal dalam konteks perekonomian Indonesia
untuk menyatakan bahwa sebuah tindakan bukanlah suatu hal baru. Bahkan telah
disebut illegal dengan tidak membutuhkan menjadi rahasia umum, peraktek monopoli
penyelidikan dan penelitian lebih lanjut dan tentu saja persaingan usaha tidak sehat
mengenai dampak tindakan tersebut dengan segala derivasinya di Indonesia telah
terhadap persaingan. Sedangkan pendekatan lama ada khususnya sejak pemerintahan
rule of reason menggunakan analisis pasar Orde Baru. Bahkan disinyalir, mengapa
serta dampaknya terhadap persaingan, undang-undang larangan peraktek monopoli
sebelum dinyatakan sebagai melanggar dan persaingan usaha tidak sehat baru lahir
undang-undang. pada tahun 1999, salah satu penyebabnya
Kendati UU No 5/1999 melarang adalah lobi-lobi pengusaha-pengusaha besar
dengan jelas peraktek monopoli dan kepada pemerintah yang khawatir undang-
persaingan usaha tidak sehat, namun undang tersebut menghambat usahanya.
undang-undang ini memberi pengecualian Ironisnya Badan-badan Usaha Milik Negara
kepada setidaknya dua bentuk usaha yang (BUMN) yang seharusnya mewakili negara,
mirip-mirip monopoli. Pertama, Bisnis kadang-kadang bersaing tidak sehat dengan
Franchise (waralaba). 29 Kedua, adalah Hak perusahan besar dan kecil serta dengan
koperasi; sehingga tanpa disadari tidak
jarang pula perusahaan besar menggulung
terjadinya praktek monopoli dan persaingan perusahan kecil.
usaha tidak sehat. Sebenarnya praktek monopoli
28 Lihat kembali pasal 17 ayat 2 ada
merupakan konsekuensi logis dari kebijakan
yang mulai ditekankan sejak Repelita IV,
kaimat, pelaku usaha patut di duga atau
dianggap melakukan penguasaan atau produksi
berkenaan dengan pentingnya peranan
dan atau pemasaran barang dan jasa …kemudian dunia usaha dalam pembangunan ekonomi
pada pasal 5 dinyatakan, pelaku usaha dilarang nasional yang secara potensial terwujud
membuat perjanjian dengan pelaku usaha dalam kekuatan bisnis raksasa menjadi
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu konglomerasi untuk bersaing dengan
barang dan atau jasa….. ekspansi perusahaan multi nasional di pasar
29Franchise atau sering disebut dengan
internasional. Sayangnya peranan dunia
waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama usaha yang didominasi oleh perusahaan
di bidang bisnis antara dua orang atau lebih, di besar seringkali berakibat pada dikuasainya
mana pihak salah satu pihak akan bertindak
produk-produk tertentu yang membawa
sebagai franchisor dan pihak lain sebagai
franchisee, dimana di dalamnya diatur bahwa
akibat terjadinya praktek monopoli.
pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek Ironisnya, praktek monopoli kadangkala
dari know-how terkenal, memberikan hak justru dilindungi oleh pemerintah melalui
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya.31
bisnis dari/atas suatu produk barang atau jasa, Dalam peraktek perdagangan di
berdasar dan sesuai dengan rencana komersil Indonesia paling tidak sampai tahun 1998,
yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya
dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas
dasar hubungan yang ekslusif ataupun non 30 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli:
ekslusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu Menyongsong Era Persaingan Sehat, (Bandung:
akan dibayarkan kepada franchisor. Lihat, Munir Citra Adytia Bakti, 2004), Halaman 15
Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra 31A.M Tri Angraini, Larangan… Halaman
61
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
banyak bidang usaha yang disinyalir Kerja dan Syarat-syarat) pelelangan. KPPU
melakukan peraktek monopoli, misalnya tata memutuskan bahwa KOPI melanggar
niaga cengkeh, tata niaga gula, pengadaan ketentuan pasal 22 UU No 5/1999, yaitu
tepung terigu dan sejumlah komuditas “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan
lainnya seperti semen, di mana Asosiasi pihak lain untuk mengatur dan atau
Semen Indonesia sering dituduh sebagai menentukan pemenang tender sehingga
kartel. Disamping itu, pemerintah juga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
melakukan approved trader atau approved usaha tidak sehat.”34
manufactur diberbagai bidang yakni dengan Dalam penyelidikannya, KPPU
penunjukan satu atau beberapa perusahaan berhasil membuktikan bahwa KOPI
yang memenuhi persyaratan dan dapat melakukan perjalanan bersama-sama pihak
dipercaya antara lain menunjuk satu terkait dalam pelelangan atas beban biaya
importir emas, satu importir produk baja, Dinas Peternakan, sebelum dinyatakan
dua importir produk buah-buahan, satu sebagai pemenang tender.35
importir cengkeh dan sebagainya. Dibidang Contoh persaingan usaha tidak sehat
manufaktur misalnya pemerintah menunjuk lainnya adalah predatory pricing (menjual
Kimia Farma sebagai bahan baku obat- rugi) yang maksudnya adalah ketika sebuah
obatan tertentu. Dibidang angkutan, Garuda perusahaan yang memiliki posisi dominan
ditunjuk sebagai satu-satunya perusahaan atau kemapuan keuangan yang kuat (deep
penerbangan yang boleh menggunakan pocket) mejual produknya di bawah harga
mesin jet untuk melayani trayek dalam produksi dengan tujuan untuk memaksa
negeri dan contoh-contoh lainnya.32 pesaingnya keluar dari pasar. 36 Sesudah
Contoh yang paling konkrit adalah memenangkan persaingan, perusahaan
monopoli yang dilakukan kelompok Salim tersebut akan menaikkan harganya kembali
dalam perdagangan mi instant, yakni dengan di atas harga pasar dan berupaya untuk
cara memberikan bermacam-macam merek mengembalikan kerugiannya dengan
pada mi instant agar tidak terlihat telah mendapatkan keuntungan dari harga
melakukan praktek monopoli. Bahkan monopoli (karena pesaingnya telah keluar
kelompok Salim berambisi untuk menguasai dari pasar). Dengan demikian menjual rugi
semua perusahaan yang memproduksi mi dinyatakan sebagai tindakan yang bertujuan
instant dengan cara mengambil alih satu untuk mengusir pesaing dengan tidak
persatu perusahaan mi instant lainnya; dan berdasar perhitungan yang efisien. 37
melalui penguasaan berbagai merek serta Namun penting dicatat, menjual rugi
produsen mi, kelompok Salim praktis baru dipandang sebagai satu bentuk
berjalan tanpa saingan yang berarti.33 persaingan usaha tidak sehat jika ada dua
Sedangkan bentuk-bentuk syarat. Pertama, menjual dengan harga
persaingan usaha tidak sehat dapat dilihat di dibawah produksi untuk mengusir pesaing
dalam keputusan KPPU. Salah satu dari pasar. Kedua, kemudian menaikkan
bentuknya adalah apa yang disebut dengan harga menjadi harga monopoli untuk
persekongkolan dalam tender (bid rigging) mendapatkan keuntungan kembali atau
sebagaimana terdapat di dalam keputusan menutup kerugiannya.
KPPU Nomor 07/KPPU-LI/2001 tentang Di dalam UU No 5/1999 menjual rugi
pengadaan Sapi Bakalan Kereman Impor. ini dapat dilihat di dalam pasal 20;
Perkara berawal dari lelang yang dilakuakn
oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 34 A.M Tri Anggraini, “Penerapan
Dalam proses penyelidikannya, terbukti Pendekatan “Rule of Reason “ dan “Per se Illegal”
adanya persekongkolan antara Koperasi dalam Hukum Persaingan, dalam, Jurnal Hukum
Pribumi Indonesia (KOPI) dengan Kepala Bisnis, Vol. 24 No 2 Tahun 2005, Halaman 7
35Ibid., Halaman 7
Dinas Peternakan Jawa Timur, sehingga
36 Ningrum Natasya Sirait, “Menjual Rugi
lelang dimenangkan oleh KOPI, meskipun
tidak memenuhi persyaratan RKS (Rencana (Predatory Pricing) Dalam Hukum Persaingan
dan pengaturannya Dalam UU No 5/1999”,
dalam, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 23 No 1 Tahun
32Ibid., 2004, Halaman 72
33Ibid., 37Ibid.,
62
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
implicit menegaskan perlunya kejujuran dalam Islami, (Jakarta: Karim Bisnis Consultan dan IIIT,
persoalan harga. Disamping itu, hadis ini juga 2002), Halaman 154
63
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
penuh. Sebab orang boleh menimbun rendah akan kalah dalam bersaing. Semakin
persediaan nafkah untuk dirinya dan banyak perusahan lain yang kalah bersaing
keluarganya selama setahun penuh berarti semakin luas pangsa pasar yang
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. dikuasai perusahan ini, akhirnya produksi
2. Orang yang menimbun itu sengaja perusahaan semakin banyak dan harga yang
menunggu saat harga barang yang ditawarkan juga semakin rendah.43
ditimbunnya itu memuncak (maximing Agaknya satu hal yang perlu diberi
profit), sehingga ia dapat menjualnya catatan bahwa keburukan yang ditimbulkan
dengan harga tinggi. oleh monopoli, juga terjadi dalam peraktek
3. Penimbunan dilakukan pada saat orang ihtikar adalah penguasaannya terhadap
banyak sangat membutuhkannya, harga (price maker) sehingga dapat
seperti bahan makanan, pakaian dan mempengaruhi atau menentukan harga pada
kebutuhan pokok lainnya. Tetapi kalau tingkat sedemikian rupa sehingga
barang yang ditimbun tersebut bukan memaksimumkan labanya, tanpa
termasuk kebutuhan pokok dan kurang memperhatikan keadaan konsumen.
diperlukan, maka hal ini tidak berdosa Produsen monopolis dapat mengambil
karena tidak menimbulkan keuntungan di atas normal (normal profit)
kemudharatan. 41 sehingga merugikan konsumen.
Lebih lanjut menurut Karim, yang Hemat penulis, semangat inilah yang
masuk dalam kategori ihtikar adalah apabila terdapat dalam peraktek ihtikar sehingga
komponen-komponen berikut ini dilarang Rasul. Ihtikar bagaimanapun juga
terpenuhi. 42 akan menimbulkan pasar yang tidak
1. Mengupayakan adakalanya kelangkaan sempurna. Ihtikar akan melahirkan sebuah
barang baik dengan cara menimbuk kekuatan pasar tertentu sehingga ia memiliki
stock atau mengenakan entry-barries. kemampuan untuk mengontrol harga dan
2. Menjual dengan harga yang lebih tinggi konsumen dalam suasana terpaksa akan
dibandingkan dengan harga sebelum membeli produk ihtikar tersebut karena
munculnya kelangkaan. memang dibutuhkan.
3. Mengambil keuntungan yang lebih
tinggi dibandingkan keuntungan B. Tas’ir
sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan.
Sebenarnya apa yang dijelaskan Bentuk peraktek monopoli dan
Karim tentang monopoly’s rent dengan segala persaingan tidak sehat juga terjadi dalam
indikatornya, itulah yang disebut dengan persoalan penetapan harga. Agaknya
praktek monopoli. Bisaanya dalam diskursus berdasarkan hal inilah Rasul tidak mau
ekonomi, monopoli melewati sebuah terlibat dalam melakukan intervensi
persaingan tidak sehat atau persaingan tidak terhadap harga atau yang sering disebut
sempurna. Mungkin ketika ia menyebut dengan tas`ir. Hadis tentang tas’ir sebagai
bahwa monopoli dibolehkan di dalam Islam, berikut44
yang dimaksudkannya adalah monopoli
ﱠﺎر َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ا ْﻟ َﺤﺠﱠﺎ ُج ﺑْﻦُ ﻣِ ْﻨﮭَﺎ ٍل َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ
ٍ َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪُ ﺑْﻦُ ﺑَﺸ
alamiah (natural monopoly). Biasanya
ُﺴﻌْﺮ ّ ِ ﺳﻠَ َﻤﺔَ ﻋَﻦْ ﻗَﺘ َﺎدَة َ وَ ﺛ َﺎﺑِﺖٌ وَ ُﺣ َﻤ ْﯿﺪٌ ﻋَﻦْ أَﻧ ٍَﺲ ﻗَﺎ َل ﻏ ََﻼ اﻟ
َ َُﺣﻤﱠﺎدُ ﺑْﻦ
perusahaan yang memiliki economies scale
ِ ﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ رَ ﺳُﻮ َل ﱠ َ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و
َ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ َ ِ ﻋ ْﮭ ِﺪ رَ ﺳُﻮ ِل ﱠ َ ﻋﻠَﻰ َ
tinggi tentu dapat menawarkan harga yang
semakin rendah dengan semakin
meningkatnya output, sehingga secara 43 M.B. Hendrie Anto, Pengantar
otomatis perusahan lain yang tidak mampu Ekonomika Mikro Islami (Yogyakarta: Ekonosia,
menawarkan harga yang sama atau lebih 2003) Halaman 307-308
44Abu Isa Muhammad Ibn Isa Tsarwah
64
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
ﺴﻌِّﺮُ ا ْﻟﻘَﺎﺑِﺾُ ا ْﻟﺒَﺎ ِﺳﻂُ اﻟﺮﱠ زﱠ اقُ وَ إِﻧِّﻲ َ ﺳﻌِّﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻓَﻘَﺎ َل إِنﱠ ﱠ َ ھُﻮَ ا ْﻟ ُﻤ َ cukup memuaskan banyak pihak, bahkan
ﻈ ِﻠ َﻤ ٍﺔ ﻓِﻲ دَمٍ وَ َﻻ
ْ ﻄﻠُﺒُﻨِﻲ ﺑِ َﻤ
ْ َْﺲ أ َ َﺣﺪ ٌ ﻣِ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﯾَ َﻷ َرْ ﺟُﻮ أ َنْ أ َ ْﻟﻘَﻰ رَ ﺑِّﻲ وَ ﻟَﯿ jauh sebelum Adam Smith memperkenalkan
ﻣَﺎ ٍل ﻗَﺎ َل أَﺑُﻮ ﻋِﯿﺴَﻰ َھﺬَا َﺣﺪِﯾﺚٌ َﺣﺴَﻦٌ ﺻَﺤِ ﯿ ٌﺢ istilah equiblirium, Ibn Taimiyyah telah
menggunakan dua teori yang berbeda dalam
Matan hadis di atas menceritakan pembahasan mengenai harga dengan istilah
bahwasanya pada masa Rasulullah tepatnya `iwad al-milk (equivalen compensation-
di Madinah terjadi sebuah peristiwa di pasar konpensasi yang setara), dan saman al-misl
dalam bentuk melambungnya harga-harga (equivalen price-harga yang setara).
kebutuhan pokok. Para sahabat pada waktu Konpensasi yang setara akan diukur dan
itu meminta kepada Rasulullah untuk ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah
menetapkan harga. Rasululllah menjawab esensi keadilan (nafs al-`adl). 47 Sedangkan
permintaan sahabatnya dengan equivalen price adalah harga baku di mana
ungkapan:“sesungguhnya Allah lah yang penduduk menjual barang-barang mereka
menentukan harga, yang menahan, dan dan secara umum diterima sebagai sesuatu
melapangkan dan memberi rezeki. Sangat yang setara dengan itu dan untuk barang
aku harapkan bahwa kelak aku menemui yang sama pada waktu dan tempat yang
Allah dalam keadaan tidak seorangpun dari khusus.
kamu menuntutku tentang kezaliman dalam Di dalam kitabnya al-hisbah, Ibn
darah maupun harta.” Taimiyyah dengan tegas menyatakan bahwa
Menurut Monzer Khaf tidak equivalent price ini sesuai dengan keinginan
bersedianya nabi dalam menetapkan harga atau lebih persisnya harga yang ditetapkan
didasarkan pertimbangan bahwa prinsip oleh pasar yang berjalan secara bebas-
tawar menawar secara sukarela dalam kompetitif dan tidak terdistorsi- antara
perdagangan yang tidak memungkinkan penawaran dan permintaan.48
pemaksaan cara-cara tertentu agar penjual Jelaslah dalam pemikiran Ibn
menjual barang-barangnya dengan harga Taimiyyah, terjadinya peningkatan harga
yang lebih murah daripada harga pasar yang dapat terjadi oleh dua sebab. Pertama,
selama perubahan-perubahan harga tersebut karena disebabkan oleh kekuatan
disebabkan oleh faktor-faktor nyata dalam penawaran dan permintaan yang
permintaan dan penawaran yang tidak diistilahkannya dengan `adlun jaizun.Kedua,
dibarengi dengan dorongan-dorongan karena kezaliman (malperaktek) yang
monopolik maupun monopsonik.45 diistilahkannya dengan zulmun la yajuz.
Selanjutnya menurut Islahi dengan Jumhur ulama sepakat melarang
merujuk pemikiran Ibn Taimiyyah, melakukan intervensi terhadap harga di
penolakan nabi Muhammad untuk
memenuhi permintaan beberapa orang 47 Lihat Islahi, Economic Consept,
tersebut, disebabkan karena baik penjual Halaman 96. Bandingkan dengan argument moral
dan pembeli sebenarnya adalah satu Adam Smith tentang keadilan ketika membahas
kelompok yang sama(min jins wahid).Tidak pasar bebas. Lihat Disertasinya Sony Kerap yang
bisa diidentifikasi siapa yang telah berjudul, Pasar Bebas Keadilan dan Peran
mempengaruhi harga. Ini tentu berbeda jika Pemerintah, Tela`ah Atas Etika Politik Ekonomi
yang melakukannya diketahui dan tentu saja Adam Smith (1996).
48 Di dalam kitabnya Al-Hisbah, Ibn
akan menjadi lebih mudah melakukan
intervensi harga.46 Taimiyyah menyatakan ”jika penduduk menjual
barangnya dengan cara yang normal (wajh al-
Selanjutnya masih menurut Ibn
ma`ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tak
Taimiyyah (w 728 H) yang disebut-sebut adil, kemudian harga itu meningkat karena
pemikir Islam yang ulasannya tentang pasar pengaruh kekurangan persediaan barang itu atau
meningkatnya jumlah penduduk (meningkatnya
Kahf, Ekonomi Islam: Tela`ah
45Monzer permintaan), itu semua karena Allah. Dalam
nalitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, kasus ini, memaksa penjual untuk menjual
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Halaman 53- barangnya pada harga yang khusus merupakan
54 sebuah perbuatan yang salah (ikrah bi ghairi
46Abdul Azim Islahi, Economic Concepts haq). Lihat, Ibn Taimiyyah, al-Hisbah fi al-Islam,
of Ibn Taimiyyah,(Leicester UK: The Islamic (Mesir : al-Maktabah al-`Ilmiyyah, tt), h. 18. lihat
Foundation, 1988), Halaman 97 juga Islahi, Economic Consept, Halaman 83
65
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
Dar Ibn Hazm, 1999), h. 187 dan kemampuan calon penjual untuk
51 Menurut Ibn Taimiyyah kondisi- menawarkan pelbagai barang dan jasa dalam
kondisi tersebut adalah, pertama, ketika situasi jumlah tertentu untuk dijual dalam harganya
paceklik (maja`ah) dan kesulitan dalam mencari masing-masing dalam priode tertentu. Lihat, Ibid.,
makanan yang lain. Kedua, terjadi penimbunan Halaman 232
harta (halat al-ihtikar). Ketiga, ketika barang- 54 Harga adalah suatu tingkat penilaian
barang terbatas (halat al-hasar, hasar al-wahid yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan
aw hasr al-qillat). ketiga, adanya kesepakatan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain,
antar penjual atau kesepakatan antara pembeli apapunbentuknya.
(halat al-tawatui baina al-ba`iin aw halat al- 55 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori
tawatui baina al-mustari). Lihat Ibn Taimiyyah, Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), Halaman
Majmu’ Fatawa…h. 48 308-309
66
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
menyatakan bahwa, tarik menarik kekuatan Jauh sebelum Adam Smith, pemikir-
pasar secara bebas akan menghasilkan harga pemikir Islam telah mendiskusikan pasar
yang paling adil, baik bagi produsen maupun bebas.Bahkan lebih dari itu, beberapa
konsumen.56 Secara sederhana pasar bebas informasi menunjukkan bahwa Rasulullah
berarti orang bebas untuk melakukan apa telah menggunakan istilah-istilah yang
saja secara ekonomis dengan kepemilikan menunjukkan betapa pentingnya keadilan
yang sah secara absolut, tanpa adanya dalam sebuah transaksi.Istilah yang dipakai
intervensi pemerintah. Menurut Smith adalah al-qimah al-`adl, saman al-misl, si`r al-
pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu misil. Dilaporkan oleh Muslim, Rasulullah
banyak campur tangan mengatur mengomentari konpensasi bagi pembebasan
perekonomian. 57 Baginya biarkan saja budak, di mana budak akan menjadi bebas
perekonomian berjalan dengan wajar tanpa dan merdeka dan majikannya tetap
campur tangan pemerintah, nanti akan ada mendapatkan harga yang adil atau qimah al-
suatu tangan tak terlihat (invisible hands) `dl dan harga yang adil inilah menjadi
yang akan membawa perekonomian tersebut hakikat dalam pembentukan harga.60
ke arah keseimbangan. Jika banyak campur Dengan demikian, nilai-nilai filosofis
tangan pemerintah, pasar akan mengalami yang hendak dipertahankan di dalam
distorsi yang akan membawa perekonomian Undang-undang No 5/1999 tentang
pada ketidakefisienan dan Larangan Peraktek Monopoli dan Persaingan
ketidakseimbangan.58 Usaha tidak sehat adalah nilai-nilai keadilan
Pertanyaan yang seirng diajukan dan kemaslahatan. Demikian juga larangan
adalah bagaimana Smith menjamin Islam terhadap ihtikar, tas`ir dan talaqqi
terjadinya keseimbangan dan keadilan dalam rubban juga dalam rangka menjunjung nilai-
pasar bebas.Menjawab pertanyaan ini, Smith nilai tersebut. Keadilan dan kemaslahatan
mengajukan dua argumentasi.Pertama, bagaimanapun juga merupakan nilai
argumentasi ekonomis yang berkaitan instrinsik yang dimiliki setiap manusia.
dengan pertumbuhan dan efisiensi ekonomi dimanapun ia berada.
dan kedua, argumen moral yang menurutnya
pasar bebas merupakan perwujudan Berbeda dengan pasar bebas yang
kebebasan kodrati dan keadilan. Keadilan ditawarkan di dalam teori ekonomi kapitalis
merupakan aturan main yang pada yang sangat menekankan kemandirian pasar,
gilirannya akan melahirkan keuntungan UU No 5/1999 dan hukum Islam kendati
timbal balik secara spontan bagi setiap setuju dengan mekanisme yang akan
pelaku.59 berlangsung di dalam pasar bebas, namun
menolak kemutlakannya. Sebagaimana telah
56 Sony Kerap, Pasar Bebas Keadilan dan disinggung di muka, dalam kondisi-kondisi
Peran Pemerintah, Tela`ah Atas Etika Politik tertentu, pemerintah diberi ruang untuk
Ekonomi Adam Smith,(Jakarta: Kanisius, 1996). h. melakukan “intervensi” dalam rangka
218. Bandingkan M.B. Hendrie Anto, Pengantar
Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonosia,
203), Halaman 290 melainkan tatanan ekonomi pasar bebas juga
57 Pada awalnya perdagangan bebas yang akan memperbaiki kondisi setiap orang. Lebih
dicetuskan Smith merupakan kritiknya terhadap penting dari itu, pelaku pasar bebas tidak boleh
merkantilisme yang menginginkan pembatasan melanggar hak dan kepentingan orang lain, dan
dalam perdagangan. Lihat, Steven Pressmen, hanya dengan ini dapat tercapai suatu tatanan
Fifty Major Economist ( Lima Puluh Pemikir sosial yang harmonis dan fair. Kepedulian untuk
Ekonomi), terj. Tri Wibowo Budi Santoso, tidak sampai melanggar hak dan kepentingan
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000). Halaman orang lain adalah justru merupakan kendali
31 moral bagi seluruh mekanisme perdagangan
58 Deliarnov,Perkembangan Pemikiran bebas.
Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1997), Halaman 60 Hadis ini digunakan Ibn Taimiyyah
67
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
68
Mercatoria Vol. 9 No. 1/Juni 2016 ISSN No: 1979 – 8652
69