Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERAWATAN MESIN LAS LITRIK”

Disusun Oleh :
Pandhu Yudha Anggara 16.06.03.0041

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK


MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
2019
1.1 Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang berkontribusi
dengan memberikan sumbangan moral dan pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami,kami yakin masih
banyak kekuarangan dalam penyususan makalah “Pemeliharaan Perawatan
Perbaikan Mesin Las Listrik”. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempuranaan makalaah ini.

Cilacap,28 Februari 2019

Penulis

Pandhu Yudha Anggara

16.06.03.0041
1.2 Pendahuluan
Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith Mobley, Perwatan/pemeliharaan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar
peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya.
Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan
tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya. Pemeliharaan
terencana adalah porses pemeliharaan yang diatur dan diorganisasikan untuk
mengantisipasi perubahan yang terjadi terhadap peralatan di waktu yang akan
datang. Dalam pemeliharaan terencana terdapat instrument pengendalian dan
instrument pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Pemeliharaan terencana merupakan bagian dari instrument manajemen
pemeliharaan yang terdiri atas pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif,
dan pemeliharaan korektif.
Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang
waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa
instrument yang dilakukan sebelumnya. Tujuannya untuk mencegah dan
mengurangi kemungkinan suatu komponen tidak memenuhi kondisi normal.
Pekerjaan yang dilakukan dalam pemeliharaan preventif adalah mengecek,
melihat, menyetel, mengkalibrasi, melumasi, dan pekerjaan lain yang bukan
penggantian suku cadang berat.
Pemeliharaan preventif membantu agar peralatan dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan pabrik pembuatnya. Semua pekerjaan
yang masuk dalam lingkup pemeliharaan preventif dilakukan secara rutin dengan
berdasarkan pada hasil kinerja alat yang diperoleh dari pekerjaan pemeliharaan
prediktif atau adanya anjuran dari pabrik pembuat alat tersebut. Apabila
pemeliharaan preventif dikelola dengan baik maka akan dapat memberikan
informasi tentang kapan mesin atau alat akan diganti sebagian komponennya.
1.3 Tinjauan Pustaka
Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal
abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas
Acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las
listrik namun masih langka. Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama
kalinya dilakukan dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika
Serikat dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapal SS Liberty, yang
merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di las. Di mana sebelumnya kapal
yang dikeluarkan, proses pengerjaan menggunakan paku keling (‘’rivets’’). Pada masa
itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes hasil pengelasan, seperti uji ‘’kerfslag’’
(lekukan yang tertutup lapisan).
Para ahli sejarah memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai menggunakan
pengelasan dengan tekanan pada tahun 5500 SM (untuk membuat pipa tembaga
dengan memalu lembaran yang tepinya saling menutup). Winterton menyebutkan
bahwa benda seni orang Mesir yang dibuat pada tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar
tembaga dan emas hasil peleburan dan pemukulan. Jenis pengelasan ini, yang disebut
pengelasan tempa {forge welding), merupakan usaha manusia yang pertama dalam
menyambung dua potong logam. Contoh pengelasan tempa kuno yang terkenal adalah
pedang Damascus yang dibuat dengan menempa lapisan-lapisan besi yang berbeda
sifatnya
Pengelasan tempa telah berkembang dan penting bagi orang Romawi kuno
sehingga mereka menyebut salah satu dewanya sebagai Vulcan (dewa api dan
pengerjaan logam) untuk menyatakan seni tersebut. Sekarang kata Vulkanisir dipakai
untuk proses perlakuan karet dengan sulfur, tetapi dahulu kata ini berarti
“mengeraskan”. Dewasa ini pengelasan tempa secara praktis telah ditinggalkan dan
terakhir dilakukan oleh pandai besi. tahun 1901-1903 Fouche dan Picard
mengembangkan tangkai las yang dapat digunakan dengan asetilen (gas karbit),
sehingga sejak itu dimulailah zaman pengelasan dan pemotongan oksi-asetilen (gas
karbit oksigen).
Periode antara 1903 dan 1918 merupakan periode pemakaian las yang terutama
sebagai cara perbaikan, dan perkembangan yang paling pesat terjadi selama Perang
Dunia I (1914-1918). teknik pengelasan terbukti dapat diterapkan terutama untuk
memperbaiki
kapal yang rusak. Winterton melaporkan bahwa pada tahun 1917 terdapat 103 kapal
musuh di Amerika yang rusak dan jumlah buruh dalam operasi pengelasan meningkat
dari 8000 sampai 33000 selama periode 1914-1918. Setelah tahun 1919, pemakaian las
sebagai teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan pertama
menggunakan elektroda paduan (alloy) tembaga-wolfram untuk pengelasan titik pada
tahun 1920.
Pada periode 1930-1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan mesin
las. Proses pengelasan busur nyala terbenam (submerged) yang busur nyalanya tertutup
di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada tahun 1934 dan
dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih dari 50 macam proses pengelasan
yang dapat digunakan untuk menyambung pelbagai logam dan paduan. Pengelasan yang
kita lihat sekarang ini jauh lebih kompleks dan sudah sangat berkembang. Kemajuan
dalam teknologi pengelasan tidak begitu pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877,
proses pengelasan tempa dan peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun. Asal mula
pengelasan tahanan listrik {resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877 ketika Prof.
Elihu Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada gulungan transformator,
dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan mesin las tumpul tahanan
listrik {resistance butt welding) pertama diperagakan di American Institute Fair pada
tahun 1887. Pada tahun 1889, Coffin diberi hak paten untuk pengelasan tumpul nyala
partikel (flash-butt welding) yang menjadi satu proses las tumpul yang penting. Zerner
pada tahun 1885 memperkenalkan proses las busur nayala karbon {carbon arc welding)
dengan menggunakan dua elektroda karbon, dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di
Rusia merupakan orang pertama yang menggunakan proses busur nyala logam dengan
memakai elektroda telanjang (tanpa lapisan). Coffin yang bekerja secara terpisah juga
menyelidiki proses busur nyala logam dan mendapat hak paten Amerika dalam tahun
1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep elektroda logam yang
dilapis untuk menghilangkan banyak masalah yang timbul pada pemakaian elektroda
telanjang.
Thomas Fletcher pada tahun 1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang
terbakar, serta menunjukkan bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam. Pada
penggunaan dan pengembangan teknologi las. Pada waktu ini, teknik las telah
dipergunakan secara luas dalam penyambungan batang-batang pada konstruksi
bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan
karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan mempergunakan teknik
penyambungan ini menjadi lebih ringan dan proses pembuatannya juga lebih sederhana,
sehingga biaya keseluruhannya menjadi lebih murah.
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah, dapat diketahui bahwa teknik
penyambungan logam telah diketahui sejak jaman prasejarah, misalnya pembrasingan
logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal-timah. Menurut keterangan
yang didapat telah diketahui dan dipraktikan dalam rentang waktu antara tahun 40000
sampai 30000 SM. Sumber energi panas yang digunakan waktu itu diduga dihasilkan dari
pembakaran kayu atau arang, tapi panas yang dihasilkan pembakaran dari bahan bakar
itu sangat rendah, sehingga teknik penyambungan ini tidak dikembangkan lebih lanjut.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, teknologi pengelasan
maju dengan pesat dan menjadi suatu teknik penyambungan yang mutakhir. Cara-cara
dan teknik pengelasan yang sering digunakan pada masa itu adalah las busur, las
resistansi, las termit, dan las gas, pada umumnya diciptakan pada akhir abad ke – 19.
Benardes menggunakan alat-alat las busur pada tahun 1885, dengan elektroda dibuat
dari batang karbon atau grafit. Pada tahun 1892, Slavianoff adalah orang pertama yang
menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Kjellberg menemukan kualitas sambungan
menjadi lebih baik bila kawat elektroda dibugkus dengan terak. Pada tahun 1886,
Thomson menciptakan proses las resistansi listrik. Goldscmitt menemukan las termit
dalam tahun 1895 dan pada tahun 1901 las oksi asetelin mulai digunakan oleh Fouche
dan piccard. Pada tahun 1936 Wesserman menemukan cara pembrasingan yang
mempunyai kekuatan tinggi.
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai
sampai dengan tahun 1950, telah mulai mempercepat lagi kemajuan dalam bidang las.
Pada masa ini telah ditemukan cara-cara baru dalam pengelasan antara lain las tekan
dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung CO2, las gesek, las busur plasma dan
masih banyak lagi.

1.4 Pengertian Mesin Las Listrik


Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara
menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan
ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur
listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur
listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair
dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan
mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja
sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah
busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat
mencapai 5500 °C. Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos,
elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas
penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan
polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan
lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan
mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las
berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai
pengelasan komersil.

1.5 Jenis-Jenis Las Listrik


1.5.1 Mesin las arus bolak-balik (Mesin AC)
Mesin memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC, dapat digunakan sebagai
sumber tenaga dalam proses pengelasan. Besarnya tegangan listrik yang
dihasilkan
oleh sumber pembangkit listrik belum sesuai dengan tegangan yang digunakan
untuk pengelasan.
Bisa terjadi tegangannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga
besarnya tegangan perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau
menurunkan tegangan. Alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan ini disebut transformator atau trafo. Kebanyakan trafo yang digunakan
pada peralatan las adalah jenis trafo step-down, yaitu trafo yang berfungsi
menurunkan tegangan. Hal ini disebabkan kebanyakan sumber listrik, baik listrik
PLN maupun listrik dari sumber yang lain, mempunyai tegangan yang cukup
tinggi, padahal kebutuhan tegangan yang dikeluarkan oleh mesin las untuk
pengelasan hanya 55 volt sampai 85 volt. Transformator yang digunakan pada
peralatan las mempunyai daya yang cukup besar. Untuk mencairkan sebagian
logam induk dan elektroda dibutuhkan energi yang besar, karena tegangan pada
bagian terminal kumparan sekunder hanya kecil, maka untuk menghasilkan daya
yang besar perlu arus besar. Arus yang digunakan untuk peralatan las sekitar 10
ampere sampai 500 ampere.Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan
keperluan las. Untuk keperluan daya besar diperlukan arus yang lebih besar pula,
dan sebaliknya.

1.5.2 Mesin las arus searah (Mesin DC)


Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala busur listrik adalah
arus searah. Arus searah ini berasal dari mesin berupa dynamo motor listrik
searah. Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik, motor bensin, motor diesel,
atau alat penggerak yang lain. Mesin arus yang menggunakan motor listrik
sebagai penggerak mulanya memerlukan peralatan yang berfungsi sebagai
penyearah arus. Penyearah arus atau rectifier berfungsi untuk mengubah arus
bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Arus bolak-balik diubah menjadi arus
searah pada proses pengelasan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Nyala busur listrik yang dihasilkan lebih stabil,

2. Setiap jenis elektroda dapat digunakan pada mesin las DC,

3. Tingkat kebisingan lebih rendah,


4. Mesin las lebih fleksibel, karena dapat diubah ke arus bolak-balik atau arus
searah.

Mesin las DC ada 2 macam, yaitu mesin las stasioner atau mesin las
portabel. Mesin las stasioner biasanya digunakan pada tempat atau bengkel yang
mempunyai jaringan listrik permanen, misal listrik PLN. Adapun mesin las
portabel mempunyai bentuk relatif kecil biasanya digunakan untuk proses
pengelasan pada tempat-tempat yang tidak terjangkau jaringan listrik. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengoperasian mesin las adalah penggunaan yang sesuai
dengan prosedur yang dikeluarkan oleh prabrik pembuat mesin, perawatan yang
sesuai dengan anjuran. Sering kali gangguan-gangguan timbul pada mesin las,
antara lain mesin tidak mengeluarkan arus listrik atau nyala busur listrik lemah.

1.5.3 Mesin las ganda (Mesin AC-DC)


Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC) dan
pengelasan dengan arus bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai transformator
satu fasa dan sebuah alat perata dalam satu unit mesin. Keluaran arus bolak-balik
diambil dari terminal lilitan sekunder transformator melalui regulator arus.
Adapun arus searah diambil dari keluaran alat perata arus. Pengaturan keluaran
arus bolak- balik atau arus searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya
dengan memutar alat pengatur arus dari mesin las. Mesin las AC-DC lebih
fleksibel karena mempunyai semua kemampuan yang dimiliki masing-masing
mesin las DC atau mesin las AC. Mesin las jenis ini sering digunakan untuk
bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis pekerjaan yang bermacam-macam,
sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk pengelasan berbeda.

1.6 Panduan Perawatan Mesin Las Listrik


1.6.1 Paduan Perawatan Harian Mesin Las Listrik
a. Peralatan las (motor generator, transformator, rectifier) harus selalu
ditempatkan yang sedemikian rupa, sehingga seminim mungkin kotoran
seperti debu, udara kotor dan partikel-partikel padat bisa memasuki
peralatan bersama udara pendingin.
b. Pastikan hujan dan embun tidak merusak bagian-bagian penting dari
peralatan las tersebut dan gunakan kain terpal atau tutup sebagai pelindung.

c. Semua peralatan las memerlukan udara pendingin, sirkulasi tidak boleh


terhalang oleh tutup pelindung dan beri lubang kasa pada jalan masuk dan
keluar ventilasi.

d. Jangan sekali-kali meletakkan peralatan las di dekat mesin yang


menghasilkan kepingan-kepingan/sayatan-sayatan dan sebagainya (mesin
gerinda, mesin bor, mesin bubut dan semacamnya), karena kepingan/sayatan
atau debu gerinda dari baja akan mudah menempel pada bagian-bagian yang
mengandung magnet pada peralatan dan dapat mengakibatkan hubungan
singkat.

e. Satu kali atau dua kali dalam sebulan dan gunakanlah udara bertekanan
untuk menyemprot keluar kotoran dari bagian dalam komponen-komponen
peralatan las.

f. Pada tempat-tempat yang debunya sangat banyak atau kotoran-kotoran


lain harus lebih sering dilakukan pembersihan dengan udara bertekanan.

g. Bawa mesin ke tempat terbuka, semprot dengan udara bertekanan dan


semprotan tersebut dalam segala arah, termasuk kotak kontrol peralatan las.

h. Pada saat yang sama ketika melaksanakan pembersihan dengan udara


bertekanan, periksalah dan bersihkan dengan sikat pembersih dan kain lap.

i. Periksa komutator (kolektor arus), arus kecil tidak berbahaya karena tidak
menimbulkan bunga api yang dapat menimbulkan kerusakan dan jika
ternyata menimbulkan masalah gosok dengan amplas halus, beri kepingan
kayu yang pas dengan komutator, dan jangan gunakan kikir atau scraper.

j. Untuk membersihkan plat-plat pada rectifier logam sensitif terhadap beban


berlebihan bisa dilaksanakan dengan menyemprotkan udara bertekanan dan
periksa apakah kipas pendingin bekerja dengan baik.

1.6.2 Kerusakan dan Perbaikan


Aturan umum untuk semua tipe peralatan las sebelum menghubungkan pada
aliran listrik, selalu periksa bahwa motor-generator, rectifier jika ada, rectifier las
atau transformator las distel pada tegangan/arus yang benar.
Kerusakan Penyebab Letak kerusakan dan
perbaikannya
1. Motor tidak Tidak terdapat tegangan Periksa apakah ada sekring
menyala, pada semua fasa yang putus, periksa apakah
mendengung ada sambungan yang putus
tanpa berputar pada stop kontak di
dinding, konektor atau pada
kabel motor sampai saklar
bintang-delta
2. Motor menyala Kerusakan pada saklar Harus diperbaiki oleh
tetapi tidak bintang-delta orang ahli listrik/elektro
teratur
3. Motor tidak Hubung singkat stator ke Harus diperbaiki oleh
menyala, sekring ground atau pada orang ahli listrik/elektro
putus kumparan stator
4. Motor menyala Sambungan fasa keliru Tukar kedua sambungan
tetapi arahnya fasa
terbalik
5. Kecepatan motor Tegangan listrik utama Periksa sekring
turun ketika turun atau putus pada
dilakukan salah satu fase – tegangan tidak bleh lebih
pengelasan kecil dari 90%
dengan arus normalnya
penuh
– minta ahli listrik untuk
memeriksa beban pada
saluran listrik utama dan
pengkabelan
6. Motor menyala Sekring rectifier putus Lepas sambungan listrik
tetapi tidak sehingga generator tidak utama
mengalirkan arus menerima arus
untuk pengelasan – periksa apakah rectifier
terhubung pada
tegangan yang benar

– ganti sekring yang putus

– jika sekring putus lagi


panggil orang ahli listrik
7. Sekring atau Kerusakan rectifier Jika plat-plat rectifier rusak
rectifier putus atau jika logam selenium
leleh, ganti rectifier
8. Tidak ada arus Rangkaian terbuka pada Minta orang ahli listrik
walau rectifier rangkaian rectifier memeriksa
dan sekring baik
– resistor regulasi
9. Arus bisa Resistor regulator rusak Minta orang ahli listrik
diperoleh untuk memeriksa
setelan tertentu
tetapi berhenti
setelah menyetel
resistor regulator
10.Arus menjadi Kerusakan pada Minta orang ahli listrik
lemah rangkaian pengumpan memeriksa

– kerusakan komutator
11.Alat las tidak Rocker sikat longgar dan Setel rocker sampai tanda
menghasilkan posisinya tidak benar merah pada ujung casing
arus yang dan pada kerah sikat
konstan berhadapan

– kencangkan sekrup
12.Alat las tidak Sikat tidak bergerak Lepas sikat, bersihkan sikat
menghasilkan bebas pada penahannya dan penahannya.
arus yang atau tidak menekan cukup
konstan keras pada komutator Sikat harus dapat bergerak
dengan bebas pada
penahannya.

Tegangkan pegas pada


penahan sikat.

Tekanan pegas harus antara


0,7 dan 1 kg.
13.Alat las tidak Sikat aus Ganti semua sikat.
menghasilkan
arus yang Gunakan sikat hanya
konstan dengan jenis dan kualitas
sesuai dengan ketentuan
pabrik.

– perbaiki sikat dengan


menggosokkan amplas di
atas dan bawahnya

– bersihkan semua debu


karbon sebelum
menyalakan alat
14.Alat las tidak Kesalahan pada kabel Pastikan semua kabel
menghasilkan atau sambungan kabel terhubung dengan benar.
arus yang
konstan
15.Alat las tidak Komutator tidak rata Bersihkan komutator
menghasilkan karena korosi dengan amplas.
arus yang
konstan Jika komutator aus, yaitu
jika ada guratan pada
tempat persentuhan sikat
atau jika ada segmen yang
hitam – bubut dan potong
mika di antara segmen-
segmen 1 mm (3/64”) lebih
rendah dari segmen
16.Alat las tidak Komutator tidak rata Minta orang ahli listrik
menghasilkan memperbaiki
arus yang Terbakar di antara
konstan serta segmen-segmen
pijar besar dari
sikat mengikuti Penyebabnya mungkin
komutator rangkaian terbuka baik
antara solderan
sambungan sampai
komutator atau pada
kumparan angker
17.Suara gemertak Komutator tidak rata Minta orang ahli listrik
memeriksa
DAFTAR PUSTAKA

http://malahayati.ac.id/?p=19140 di akses pada tanggal 28 februari 2019

http://perawatanmesinlas.blogspot.com/2011/12/perawatan-mesin-las.html di
akses pada tanggal 28 februari 2019
https://www.tneutron.net/mesin/pengertian-perawatan-dan-perbaikan/ di
akses pada tanggal 28 februari 2019

Anda mungkin juga menyukai