Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENELITIAN DAN ILMU PENGETAHUAN

DISUSUN OLEH :
R. NINDY KURNIA WARDANI

DOSEN PENGAMPU:

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


PROGRAM STUDI SIYASAH SYAR’IYYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
TAHUN AJARAN: 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ” Penelitian dan Ilmu
Pengetahuan” ini. Makalah  ini merupakan makalah yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita
tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum
muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga penulis.
Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada
kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfat  bagi kita semua, khususnya  bagi penulis sendiri.

Bengkalis, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan ...................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan ilmu pengetahuan dengan penelitian....................................................4
B. Pengertian, tujuan dan karakteristik Penelitian.....................................................5
C. Asas – asas penelitian itu.......................................................................................10
D. Penggolongan penelitian itu .................................................................................11
E. Eksistensi manusia dalam ilmu pengetahuan........................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang dihadapinya.
Manusia dibekali hasrat ingin tahu, dan sifat ingin tahu tersebut telah dapat ditemukan sejak
manusia masih kanak – kanak. Pertanyaan – pertanyaan seperti “ini apa?”, “ itu apa?”
“menagapa begini?”, “ mengapa begitu?”, “bagaimana hal itu bias terjadi?”, bagaimana
memecahkannya?” akan ditemukan sepanjang sejarah manusia, dan manusia dengan
dorongan rasa ingin tahunya akan senantiasa berusaha mencari jawaban atas pertanyaan –
pertanyaan tersebut.
Adanya dua wujud tanggapan manusia terhadap realitas alamiah yaitu disamping ia
mengamati alamnya sebagai sesuatu yang statis, ia juga mengamati alamnya sebagai sesuatu
yang berubah dan berkembang atau sbagai sesuatu yang dinamis, merupakan salah satu
penyebab munculnya persoalan yang mendorong manusia untuk selalu mencari jawabannya.
Pencaraian jawaban itu dilakukannya melalui penelitian terhadap realitas alamiah yang
memunculkan persoalan tersebut. Dengan demikian, penelitian tidak lain adalah ikhtiar
manusia yang dilakukan daam upaya pemecahan masalah yang dihadapi.
Namun, patut dicatat bahwa tidak semua kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan
masalah disebut penelitian. Hal ini sangat tergantung pada jenis masalah yang ingin dicari
jawabannya serta prosedur ( cara) yang digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.
Apabila masalah yang ingin dicari jawabannya itu merupakan masalah biasa dan prosedur
pemecahannya dapat dilakukan secara langsung, tidak dapat dikategorikan sebagai penelitian
ilmiah. Mislanya, seseorang yang ingin mengetahui penyebab kakinya tersa sakit bila
berjalan, karena duri yang tertusuk ke dalam kakinya masih tertinggal. Oleh karena itu untuk
mengetahui penyebab kakinya terasa sakit dapat dilakukan secara langsung dengan
mengeluarkan duri yang masih tertinggal di dalam kakinya itu.  
Penelitian merupakan semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara
alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta – fakta atau prinsip – prinsip
baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta
teknologi. Penilitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger ( 1993 ) adalah penelitian
yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proposisi – proposisi hipotesis tentang
hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.
Penelitian bahasa adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis
terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur ( bahasa ). Penelitian terhadap objek sasaran

1
yng berupa bahasa ( bunyi tutur ) itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu
dilakukan secara sistemik dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan
objek kajian yang berupa bunyi tutur itu( termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah
itu secara cermat dan terinci; penyeleksian dan penentuan variable – variable dan instrumen –
instrumen yang akan digunakan); menghubungkan maslah tersebut dengan teori – teori
linguistik tertentu; penyediaan data, analisis, interpretasi data; sampai pada penarikan
kesimpulan serta menggabungkan kesimpulan – kesimpulan tersebut ke dalam khazanah ilmu
bahasa ( linguistik ).
Terkontrol, maksudnya bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam masing – masing
tahapan itu dapat dikontrol baik proses pelaksanaan kegiatannya maupun hasil yang dicapai
melalui kegiatan tersebut. Hal ini memungkinkan pakar lain yang berminat melakukan hal
yang sama untuk pengujian kembali hasil yang dicapai dari penelitian yag pernah dilakukan.
Termasuk dalam sifat terkontrol ini adalah penggunaan metode dan teknik – teknik tertentu
( tentunya terkandung pula makna pengabaian metode dan teknik tertentuyang sengaja tidak
dipilh karena sesuatu alasan ) memiliki dasar logika pemilihan yang dikaitkan dengan sasaran
yang hendak dicapai. Dari sinilah si peneliti dapat mengontrol pemilihan dan tujuan
pemilihan penggunaan metode atau teknik tertentu itu.
Penelitian bahasa yang bersifat empiris, maksudnya bahwa fenomena lingual yang
menjadi objek penelitian bahasa itu adalah fenomena yang benar – benar hidup dalam
pemakaian bahasa, jadi benar- benar bersumber pada fakta lingual yang senyatanya
digunakan oleh penuturnya, bukan fakta lingual yang diikirkan oleh si penutur yang menjadi
informannya. Adapun yang dimaksudkan dengan penelitian bahasa yang bersifat kritis adalah
kritis terhapap hipotesis – hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terjadi antara bunyi
tutur sebagai objek penelitian bahasa dengan fenomena ekstralingual yang memungkinkan
bunyi tutur itu muncul. Sebagai contoh, dalam kajian variasi bahasa ( kajian secara
dialektologis) mungkin kita akan tergoda untuk membuat suatu hipotesis bahwa suatu bahasa
dapat memunculkan berbagai varian yang disebabkan factor perbedaan tempat tinggal
penutur- penutur bahasa tersebut.
Hipotesis tentang munculnya varian dalam bahasa tertentu ini mungkin ada benarnya,
tetapi kita juga tidak hanya terpaku pada hipotesis ini karena ternyata berbagai kelompok
penutur bahasa itu yang berbeda tempat tinggalnya secara secara geografis tidak juga
membuat makna tertentu memiliki realisasi secara formatif berbeda. Dapat saja perbedaan itu
muncul karena factor sosio – psikologis penutur – penutur bahasa itu, yang ingin tampil
dengan bentuk bahasa yang berbeda pada medan makna tertentu., seperti munculnya varian

2
yang bersifat sosiologis yang tidak lagi terkait dengan factor perbedaan tempat tinggal
penuturnya. Selain itu, pengertian kritis dapat pula mengandung makna kreatif, yaitu jika si
peneliti dalam melaksanakan penelitiannya dengan menggunakan metode penyediaan data
tertentu dalam tahapan penyediaan data, ternyata dengan metode itu data yang diharapkan
muncul tidak juga terjaring. Maka, dia harus segera melakukan revisi metodologi, jadi tidak
terpaku pada apa yang telah direncanakan, tetapi harus berani mengubah rencana jika tidak
mencapai apa yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah ini, rumusan masalah dapat dibatasi sebagai berikut:
1) Apa hubungan ilmu pengetahuan dengan penelitian?
2) Apa pengertian, tujuan dan karakteristik Penelitian?
3) Bagaimana asas – asas penelitian itu?
4) Bagaimana Penggolongan penelitian itu ?
5) Apa itu eksistensi mmansuia dalam ilmu pengetahuan?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui Apa hubungan ilmu pengetahuan dengan penelitian
2) Untuk mengetahui Apa pengertian, tujuan dan karakteristik Penelitian
3) Untuk mengetahui Bagaimana asas – asas penelitian itu
4) Untuk mengetahui Bagaimana Penggolongan penelitian itu
5) Untuk mengetahui eksistensi manusia dalam ilmu pengetahuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian


Ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau kajian, ilmu
pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya penelitian, sedangkan cara – cara
penelitian dapat berkembang karena adanya pengembangan dalam ilmu pengetahuan.
Keduanya yakni ilmu dan penelitian itu mempunyai tugas akhir yang sama, yaitu
menunjukkan kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang diperoleh berdasarkan
data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut caraatau prosedur ilmiah.
Dalam sejarah upaya mencari kebenaran ilmiah ini semua disiplin ilmu, termasuk ilmu
bahasa ( linguistik ) telah mengalami beberapa tahap perkembangan, yaitu tahap spekulasi,
tahap observasi, dan tahap penyusunan teori.1
Misalnya dalam bidang linguistik tahap pertama, yaitu tahap spekulasi, berlangsung dan
terjadi ketika orang merumuskan atau menjelaskan kaidah berdasarkan spekulasi belaka,
tanpa didukung oleh dataempiris. Misalnya, sampai abad pertengahan banyak orang
berpendapat bahwa pada mulanya hanya ada satu bahasa, yaitu bahasa Ibrani. Kemudian
karena orang – orang banyak berdosa maka Tuhan menghukum mereka dengan memberinya
berbagai bahasa yang berbeda agar mereka susah berhubungan satu sama lain. Pendapat
seperti ini jelas tidak ada data empirisnya. Oleh karena itu, pendapat seperti ini bias dikatakan
hanyalah berdasarkan spekulasi belaka. Contoh lain, sampai akhir abad ke -17 seorang filosuf
Swidea menyatakan bahwa di surga Tuhan berbicara dalam bahasa Swidea. Adam berbicara
dalam bahasa Denmark, dan ular berbicara dalam bahasa prancis.2 Pendapat inipun bersifat
spekulatif karena tidak ada data empirisnya. Oleh karena itu kesimpulan yang dibuat pada
tahap spekulasi ini adalah tidak bersifat ilmiah.
Tahap kedua disebut tahap observasi dan  terklasifikasi. Pada tahap ini para ahli hanya
mengumpulkan dan mengklasifikasikan data bahasa secara cermat tanpa membuat suatu
teori. Penelitian atau kajian seperti ini belum dapa dikatakan brsifat ilmiah karena belum
sampai pada perumusan teori atau peumusan hipotesis. Enelitian tahap dua ini di Indonesia
banyak dilakukan oleh para pakar asing ( Belanda, Jerman, dan sebagainya) terhadap bahasa
–bahasa di Indonesia sebelum perang dunia kedua. Untuk penelitian lebih lanjut hasil
penelitian mereka besar sekali sumbangannya, dan keberadaanya tidak bisa diabaikan begitu
1
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran,( Jakarta: Rineka Cipta, 2007). h.
1j
2
Abdul Chaer, Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, h. 2

4
saja. Malah rasanya kita pun kini masih harus melakukan observasi dan klasifikasi terhadap
bahasa – bahasa daerah yang ada di Indonesia mengingat etapa luasnya bahasa – bahasa
daerah yang perlu di data dan didokumentasikan untuk kepentingan pembangunansecara
umum.
Dewasa ini penelitian dalam bidang linguistik telah memasuki tahap ketiga, tahap
penelitian sebenarnya yang bersifat ilmiah karena pada tahap ini telah diajukan pertanyaan –
pertanyaan terhadap masalah – masalah yang diteliti, pengajuan hipotesis dan pengujiannya
dengan data – data empiris yang dikumpulkan. Pelbagai aspek bahasa Indonesia ( dan juga
bahasa – bahasa daerah ) telah diteliti orang secara ilmiah dengan menggunakan teori
tertentu.
Kalau dikatakan ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang erat,
dimana prosesnya tampak berjalinan, memanglah tidak dapat disangkal. Umpamanya,
sebelum orang “ mengenal” ikan paus, ikan lumba – lumba, dan ikan pesut, orang sudah
mempunyai pengetahuan ( yang dirumuskan berdasarkan penalaran induktif ) bahwa ikan
bernapas dengan insang. Namun, kemudian, dengan ditemukannya data dan fakta bahwa
ketiga ikan tersebut tidak bernapas dengan insang. Melainkan dengan paru – paru, maka
menjadi tantangan bagi kita untuk meneliti lebih lanjut dan merumuskan teori baru apa
sebenarnya yang menjadi cirri hakiki binatang yang disebut dengan ikan itu. Sebab teori atau
kesimpulan bahwa ikan bernapas dengan insang menyatakan bahwa ketiga binatang itu
( paus, lumba – lumba, dan pesut ) bukanlah ikan, dengan alasan karena ketiganya tidak
bernapas dengan insang padahal wujud fisiknya adalah ikan.
Contoh lain, dalam bidang linguistik Indonesia ada rumusan bahwa bunyi {p} pada awal
kata akan luluh menjadi bunyi nasal {m} apabila diberi prefix {me-}. Namu kin banyak data
empiris ditemukan yang menyalahi kaedah itu, seperti pada kata mempunyai, mempesonakan,
mempedulikan dan mempengaruhi. Dewasa ini memang ada surat kabar (yaitu Media
Indonesia) yang meluluhkan konsonan {p} pada keempat kata itu; tetapi secara umum, dalam
khalayak yang lebih luas, konsonan {p} pada keempat kata itu tidak diluluhkan. Contoh lain
dalam pelbagai kajian struktural terhadap Bahasa Indonesia ada kaidah yang menyatakan
bahwa ciri kata- kata yang berkategori ajektifa adalah dapat diberi kata keterangan tingkat
sangat. Namun, banyak data empiris yang bukan berkategori ajektifa dapat diberi kata
keterangan sangat. Misalnya, sangat membantu, sangat berhasil, dan sangat
mengecewakan. Jadi, kaidah bahwa penanda kelas ajektifa adalah kata sangat perlu dikaji
kembali.

5
Dari contoh yang diberikan tampak bahwa suatu teori yang telah menjadi pengetahuan
umum dapat berubah apabila dalam penelitian lebih jauh ditemukan data- data empiris baru
yang menyangkal keabsahan teori atau kaidah tersebut. Proses penelitian yang merumuskan
teori dari data empiris ( yang telah dikumpulkan ) disebut menggunakan metode induktif atau
penalaran secara induktif. Lalu, kemudian kalua teori yang telah dirumuskan itu diujji
kembali dengan data empiris lain yang baru didapati atau ditemukan disebut menggunakan
metode deduktif atau penalaran secara deduktif. Penelitian Bahasa menggunakan metode
itu,sebab penelitian bahasa terjadi dan harus dilakukan secara berulang- ulang terus –
menerus dimulai dari data ke teori, ke data baru, ke teori lagi, ke data baru lagi dan
seterusnya. Asas ini sesuai dengan prinsip keilmuan yang bersifat dinamis dan tak kenal
henti.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa ilmu dan penelitian merupakan dua fenomena
yang terikat satu sama lain dalam suatu proses berkesinambungan yang disebut proses ilmiah
atau proses kegiatan ilmiah.

B. Pengertian, Tujuan, dan Karakteristik Penelitian


1. Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan bentuk nomina dari kata kerja: meneliti.  Pengertian meneliti
dimaksudkan sebagai tindakan melakukan kerja  penyelidikan secara cermat terhadap
suatu sasaran untuk memperoleh hasil tertentu. Kata penelitian yang merupakan bentuk
pembendaan dari kata kerja  meneliti mengandung makna sebagaimana yang terdapat
pada kata meneliti. Penelitian dipandang sebagai sinonim riset (reseach) yang
menunjukkan arti kegiatan yang diarahkan pada kerja pencarian ulang, atau pencarian
kembali atas suatu objek, yaitu kegiatan yang memerlukan ketelitian, kecermatan, dan
kecerdasan yang memadai. Penelitian menurut para ahli: Sukardi dalam bukunya
menjelskan penelitian itu adalah cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan
untuk mencari jawaban permasalahn atau proses penemuan, baik
itu discovery maupun invention.
Soerjono Soekanto mengemukakan, Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah
yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan
secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa
yang sedang dihadapinya.

6
Sanapiah Faisal  mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu aktivitas dalam
menelaah suatu problem dengan menggunakan metode ilmiah secara tertata dan
sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diandalkan kebenarannya
mengenai dunia alam dan dunia sosial.
Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu
masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empiric. Dapat pula dikatakan
bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses
pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data dengan
menggunakan metode dan teknik tertentu.3
Hill Way diungkapkan dalam bukunya Introduction to Research yang
mendefinisikan bahwa penelitian merupakan metode studi yang sifatnya mendalam dan
penuh kehati-hatian dari segala bentuk fakta yang bisa dipercaya atas suatu masalah
tertentu guna untuk membuat pemecahan masalah tersebut.
Parson  mengungkapkan bahwa penelitian ialah suatu pencarian atas segala sesuatu
yang dilakukan secara sistematis, dengan penekanan bahwa pencariannya dilakukan
pada masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan penelitian.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka kesimpulan dari penelitian adalah
suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan serta
menguji kebenaran suatu  masalah atau pengetahuan guna mencari solusi atau
pemecahan masalah tersebut.

2. Tujuan Penelitian
Sugiyono mengemukakan bahwa setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan
tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan,
pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian
itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Pembuktian berarti data yang diperoleh itu dipergunakan untuk membuktikan adanya
keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti
memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.4
Hal ini sejalan dengan pendapat Siti Mania, terkait ilmu pengetahuan, dapat
dikemukakan tiga tujuan umum penelitian yaitu:

3
Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Makassar: Alauddin University Press. 2013).h.11
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta. 2009)h. 3

7
a. Tujuan eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu ( ilmu
pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui
penelitian betul – betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Bahasa yang
berbeda dapat dikatakan bahwa tujuan eksploratif bertujuan untuk mengetahui
suatu gejala atau peristiwa melalui penjajakan yang dilakukan secara tidak
sistematis, tidak berpola, tidak berdasar pada hipotesis dan tidak melakukan
penarikan sampel. Penjajakan dapat dilakukan dengan metode bola salju, yaitu
dengan jalan bertanya pada satu responden yang kemudian dilanjutkan kepada
responden yang lain, sampai diperoleh jawaban yang memuaskan. Misalnya suatu
penelitian telah menghasilkan kriteria kepemimpinan efektif dalam MBS.
b. Tujuan verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu
( ilmu pengetahuan) yang tela ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan
untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya
kepemimpinan.
c. Tujuan pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu
( ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangakan
atau memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada. Contohnya penelitian
tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran Bahasa Arab yang
sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran bidang studi lain.

Dan peranan penelitian meliputi :


 Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan
fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;
 Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan
kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari
masalah tersebut;
 Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru

3. Karakteristik Penelitian
Penelitian ilmiah mempunyai delapan karakteristik utama yaitu: ada tujuan, ada
keseriusan, dapat diuji, dapat dreplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan,
obyektif, berlaku umum, dan efisien.

8
a) Ada tujuan. Suatu penelitian suatu penelitian dimaksudkan untuk dapat membantu
memcahkan masalah. Meskipun penelitian tidak memberi jawaban langsung
terhadap permasalahn akan tetapi hasilnya harus mempunyai kontribusi dalam
usaha pemecahan masalah. Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan
fenomena yang menjadi pertanyaan penelitian dan harus dapat melandasi
keputusan serta tindakan pemecahan masalah. Oleh karena itu, penelitian memiliki
yujuan yang lebih luas daripada sekedar melihat hubungan yang terjadi diantara
variable atau gejala yang diteliti. Di samping itu, penelitian juga mempunyai tujuan
yang lebih dalam daripada sekedar memperlihatkan perbedaan yang ada di antara
kelompok – kelompok subyek yang terlihat dalam sampel.
b) Ada keseriusan. Keseriusan dalam penelitian mengandung arti ada kehati-hatian
dan kepastian. Karena itu diperlukan dasar teori yang baik dan rancangan
penelitian yang mantap sehingga keseriusan penelitian juga meningkat. Oleh
karena itu penelitian harus didasarkan pada jumlah sampel yang refresentatif dan
dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang benar.
c) Dapat diuji. Suatu penelitian hendaknya menampilkan hipotesis yang dapat diuji
dengan menggunakan metode statistic tertentu. Pengujian tersebut didasarkan atas
pengalaman – pengalaman lembaga – lembaga lain dan juga atas dasar hasil
penelitian sebelumnya. Dari kegiatan pengujian tersebut dapat ditemukan apakah
hipotesis itu ditolak atau diterima.
d) Dapat direplikasikan. Hasil uji hipotesis yang merupakan penemuan penelitian itu
harus berkali – kali di dukung dengan kejadian yang sama apabila penelitian itu
harus dilakukan berulang – ulang dalam kondisi yang sama. Kalau hal itu terjadi,
maka dapat diyakini bahwa penelitian tersebut bersifat ilmiah. Artinya, hipotesis
penelitian diterima bukan karena kebetulan.
e) Presisi dan keyakinan. Presisi menunjukkan seberapa dekat penemuan itu terhadap
realita atas dasar sampel yang digunakan. Presisi mencerminkan derajat kepastian
dari penemuan terhadap gejala yang dipelajari. Keyakinan menunjukkan
kemungkinan dari kebenran estimasi yang dilakukan. Hasil estimasi tidak hanya
perlu tepat tetapi juga dikatakan bahwa 95 % dari seluruh kesempatan yang ada
akan ditemuka bahwa hasil penelitian benar 5 % menyatakabn bahwa penemuan
tidak benar. Pada umunya penemuan itu diterima dan biasanya dinyatakan sebagai
derajat kepastian (significance level ) sebesar 5 %. Semakin tepat dan meyakinkan

9
sasaran penelitian maka semakin ilmiah penyelidikan yang dilakukan dan semakin
berguna pula hasil penelitian tersebut.
f) Obyektivitas. Kesimpulan yang ditarik dari suatu penelitian harus bersifat obyektif,
artinya hasil tersebut harus didasarkan pada fakta yang diperoleh dari data aktual
dan bukan atas dasar penilaian subyektif.
g) Berlaku umum. Semakin berlaku umum hasil suatu penelitian akan semakin
berguna penelitin tersebut. Hasil penelitian yang berlaku umum menunjuk pada
cakupan dari ada tidaknya hasil penelitian itu diterapkan dalam berbagai keadaan.
Semakin luas cakupan penerapan yang dapat ditimbulkan oleh hasil penelitian itu
akan semakin berguna penelitian tersebut bagi mereka yang menggunakannya.
h) Efisien. Efisien dapat dicapai jika peneliti dapat membangun kerangka penelitian
yang melibatkan sedikit variabel, namun dapat menjelaskan suatu kejadian
daripada banyak variabel, tetapi hanya sedikit menjelaskan variasi dari variabel
atau gejala yang ingin dijelaskan. Oleh karena itu, kesederhanaan dalam
menjelaskan fenomena yang terjadi dan aplikasi pemecahan masalhnya seringkali
lebih disukai daripada kerangka penelitian yang kompleks yang menunjukkan
sejumlah variabel yang sulit untuk dikelola.

C. Asas Asas Dasar Penelitian


Secara umum asas-asas dasar penelitian meliputi:
1) Sistematis. Proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah –
langkah tertentu yang bersifat logis.
2) Menghasilkan pengetahuan yang:
- Valid : berhubungan dengan seberapa jauh hasil penelitian dapat diinterpretasi
(dimaknai) secara akurat dan seberapa jauh hasilnya dapat digeneralisasi dan
diimplemetasikan pada populasi dan situasi yang lain
- Validitas internal mengarah kepada ketepatan pemahaman hasil penelitian dan
validitas eksternal mengarah kepada penggeneralisasian hasil penelitian
- Realibel internal menunjukkan seberapa jauh pengumpulan data, analisis data dan
pemahaman yang dilakukan penelitian konsisten dalam pemaknaan; realibel
eksternal menunjukkan seberapa jauh peneliti lain yang independen dapat
mengulang penelitian dan menunjukkan hasil yang sama dalam setting yang
serupa.

10
- Objektif mengarah kepada penelitian yang terbebas dari campur tangan atau
unsur-unsur subjektif
3) didukung data empiris. Data – data yang diperoleh dapat diamati oleh indra manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui data – data yang ada.

D. Penggolongan Penelitian
Penelitian berdasarkan tujuannya digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu :
1. Penelitian dasar (basic Reasearch) bertujuan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Jenis penelitian in tidak berorientasi pada hasil yang dapat
dimanfaatkan dengan segera untuk memecahkan problem yang mendesak.
2. Penelitian terapan (applied Reasearch) bertujuan untuk memecahkan problem
mendesak dan hasilnya dapat dimanfaatkan dengan segera dalam kehidupan
praktis. Salah satu tipe dari penelitian terapan adalah penelitian tindakan (action
research). Penelitian ini dilakukan oleh guru atau manager atau administrator
bertujuan untuk bahan pengambilan keputusan dalam ruang lingkup lokal.
Penelitian ini tidak banyak menuntut untuk melakukan generalisasi.

Berdasarkan desain metodologinya, penelitian digolongkan menjadi:


1. Penelitian experiment: mengandaikan situasi penelitian di mana peneliti setidaknya
memanipulasi satu variabel penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hasil yang
berbeda dari pengaturan atau perubahan variable independen tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan dan mencari hubungan sebab akibat. Karena
itu penelitian ini juga dikenal dengan istilah penelitian kausal-komparatif.
2. Penelitian ex-post facto: peneliti tidak berusaha mengendalikan atau
mengatur/mengontrol/memanipulasi variabel independen karena variabel
penelitiannya sudah terjadi. Variabel independen tersebut biasanya muncul atau
terjadi dalam setting alami. Dari variabel-variabel yang telah muncul secara alami
tersebut, peneliti berusaha menemukan hubungan antar variabel.
3. penelitian survey: mengendalikan variabel penelitian yang dilakukan saat
penelitian dilaksanakan. Ciri yang membedakan penelitian survey ini dengan
penelitian lainnya adalah data pada penelitian survey merupakan current status
(present conditions).

11
4. penelitian historis: merupakan kegiatan penelitian untuk memecahkan masalah di
mana peneliti menggali data yang telah terjadi pada masa lampau. Tujuannya untuk
mendeskripsikan fakta-fakta pada masa lampau.
5. Penelitian ethnography: pada umumnya dihubungkan dengan penelitian-penelitian
pada antropologi. Untuk penelitian-penelitian kemasyarakatan, ethnography
merupakan pendekatan penelitian. Penelitian ini merupakan pendeskripsian secara
analitik dan mendalam tentang situasi cultural yang spesifik.
6. Content analysis; berusaha menganalisis dokumen untuk diketahui isi dan makna
yang terkandung dalam dokumen tersebut. Macam-macam dokumen yang
dijadikan data penelitian di antaranya: karangan tertulis, gambar, grafik, lukisan,
biografi, fotografi, laporan, buku teks, surat kabar, film, buku harian, dan majalah. 

E. Eksistensi manusia dalam IlmuPengetahuan


Didalam menghadapi ilmu, biasanya dimulai dengan adanya sebuah pertanyaan.
Mengapa ilmu atau penelitian itu harus ada? Pertanyaan seperti ini sangatlah luas
penjabarannya. Pertanyaan ini baru akan terjawab jika manusia berperan penting dalam
menyelesaikan atau memecahkan pertanyaan itu. Ilmu atau penelitian itu hanya berasal dari
manusia dan bukan diturunkan dari yang disebut “yang absolut”. Dengan demikian manusia
bisa menyimpulkan bahwa ilmu atau penelitian berpangkal atau bersumber dari eksistensi
manusia yang pada hakikatnya memiliki sifat selalu ingin tahu. Hal ini pula yang
membedakan antara manusia dengan binatang. Binatang hanya bias mengetahui apa yang
mereka lihat secara fisik, dalam artian mereka hanya bisa melihat wujud luarnya saja tanpa
mengetahu apa yang ada didalm yang mereka lihat tersebut. Berbeda dengan manusia,
manusia selalu ingin tahu dengan apa yang mereka lihat. Manusia ilmuan adalah manusia
yang paling radikal karena selalu ingin tahu sampai pada yang hakiki, dan berusaha
menyingkirkan segala macam rintangan yang ada, dan menurut manusia dalam ilmu dan
penilitian tidak ada dogma atau hal yang tabu untuk di ungkap.
Secara hakiki, para ahli fikir mempunyai filsafat yang disebut “breakthrough” yang
artinya selalu ingn tahu, ingin menembus kebelakang tembok yang dihadapi. Contohnya
seperti masalh seks. Jika dalam masyarakat biasa, seks merupakan hal yang tabu untuk
dibicarakan. Namun jika hal ini dihadapkan pada para pemikir atau para filosofis, seks tidak
lagi menjadi hal yang tabu, akan tetapi menjadi hal yang biasa untuk dibahas.
Manusia ingin tahu itupun tidak dangkal, tidak hanya sekedar ingin tahu saja. Sebab
mereka ingin mengetahui untuk bahan persiapan lebih lanjut untuk lebih mengerti

12
pengetahuan yang hakiki. Disamping itu, ilmu dan penelitian berpangkal pada eksistensi
manusia yang selalu ingin bertanya. Tujuan manusia bertanya bermacam-macam. Bukan
hanya sebagai bahan lelucon atau permainan belaka. Jika dikaji lebih luas dan mendalam apa
hakikat bertanya itu, berikut akan disebutkan apa tujuan dari bertanya tersebut. Diantaranya:
- Untuk menciptakan persoalan
- Terarah untuk memperoleh jawaban
- Untuk merangsang melakukan penalaran.

Dalam membuat pertanyaan biasanya manusia menggunakan jenis-jenis pertanyaan sebagai


berikut;
- Where (dimana)
- When (bilamana)
- How (bagaimana)
- Why (mengapa)
- What (apa)

Disamping manusia sebagai makhluk yang selalu ingin tahu dan bertanya maka dari itu
manusia disebut sebagai makhluk yang berfikir. Aristoteles menyebutnya sebagai “animal
rationale”. Manusia tidak hanya mengalami tapi manusia melakukan proses mental yang
namanya berfikir. Ucapan Aristoteles yang masyhur itu sampai kini masih terkenal karena
dengan berfikir itu manusia memiliki eksistensi yang spesifik dalam dunia ini. Manusia tidak
hanya sekedar berfikir tapi manusia menyadari sejauh mana eksistensi berfikir yang dimiliki.
Hal ini tidak berarti semua tindakan manusia bersifat rasional, tetapi kadang manusia
bertindak tidak rasional. Seperti halnya ucapan Descartes yang berbunyi “cogito ergo sum,
artinya aku berfikir oleh karena itu aku ada”.
Dalam dunia ilmu dan penelitian, eksistensi manusia berfikir itu menjadi realita. Karena
berfikir itu di anggap sebagai sumber eksistensi maka kemudian lahirlah penyelidikan
sistematik tentang pola-pola dan hokum-hukum berfikir yang dipelajari oleh logika. Para
filosof banyak yang melihat bahwa kreatifitas manusia juga lahir dari kebebasan berfikir.
Jika dilihat dari seluruh cakrawala pengetahuan manusia dari dulu sampai sekarang maka
pengetahuan manusia tecakup dalam tiga dunia yaitu:
1. Dunia das sien (dunia empiris)
2. Dunia das sollen (dunia normative)
3. Dunia metaphysic (dunia agama atau filsafat metafisik)

13
Eksistensi pengetahuan manusia yang luas sebenarnya merupakan hasil dari kegiatan budi
manusia. Jika diamati lebih dalam lagi maka pengetahuan manusia sukar dinyatakan
homogen, tetapi terdapat beberapa sifat pengetahuan yang berbeda didalamnya. Karena itu
manusia dapat malakukan pengelompokan. Para ahli filsafat mengelompokan menjadi empat
jenis yaitu:
- Filsafat (philosophy)
- Ilmu (science)
- Seni (art)
- Agama (religion)

Ilmu tak lagi memperhatikan dari segi metafisik tapi hanya memperhatikan segi empiris.
Pengaruh pandangan yang positif dan mekanis kemudian ilmu telah diberikan makna yang
sangat positif dan akhirnya dinyatakan bahwa ilmu bukan lahir dari filsafat tetapi ilmu adalah
hasil dari penyelidikan manusia yang berkesinambungan. Tujuan sains ada dua yaitu:
- Selalu menghindari unsure-unsur yang sifatnya pribadi dan subjektif
- Selalu terarah kepada deskripsi tentang fakta-fakta, hukum-hukum, dan proses yang
terjadi dalam alam ini.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian atau kajian, ilmu
pengetahuan dapat maju dan berkembang karena adanya penelitian, sedangkan cara – cara
penelitian dapat berkembang karena adanya pengembangan dalam ilmu pengetahuan.
Keduanya yakni ilmu dan penelitian itu mempunyai tugas akhir yang sama, yaitu
menunjukkan kebenaran yang disbut kebenara ilmiah, kebenaran yang diperoleh berdasarkan
data empiris serta dilakukan berdasarkan atau menurut caraatau prosedur ilmiah.
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menemukan dan
mengembangkan serta menguji kebenaran suatu  masalah atau pengetahuan guna mencari
solusi atau pemecahan masalah tersebut. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam
yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Peranan penelitian
meliputi: pemecahan Masalah dan memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang
diajukan.dan Penelitian ilmiah mempunyai delapan karakteristik utama yaitu: ada tujuan, ada
keseriusan, dapat diuji, dapat dreplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan, obyektif,
berlaku umum, dan efisien.
Secara umum asas-asas dasar penelitian meliputi: Sistematis, menghasilkan pengetahuan
yang( valid ,validitas internal ,realibel internal; realibel eksternal, Objektif), dan didukung
data empiris.
Penelitian berdasarkan tujuannya digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu :
Penelitian dasar (basic Reasearch),Penelitian terapan (applied Reasearch) dan berdasarkan
desain metodologinya, penelitian digolongkan menjadi: Penelitian experiment, penelitian ex-
post facto, penelitian survey, penelitian historis, penelitian ethnography, dan content analysis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. Kajian Bahasa, Struktur Internal, Pemakaian, & Pemelajaran,  Jakarta: Rineka
Cipta. 2007.
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Ar-
ruzz Media. 2012
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa,Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (edisi revisi),
Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
Mania, Siti, Metodologi Penelitian Pendidikan & Sosial, Makassar: Alauddin University
Press. 2013.
Moleong, Lexi j. Metodologi Penelitian Kualitatif.  Bandung : Remaja Rosda Karya. 2007.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif  , Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Nazir, Muh. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. 2005
S. Margono., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1997.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta: 2009
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi & Praktiknya, Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html.
Diakses pada 08 Oktober 2015

16

Anda mungkin juga menyukai