Anda di halaman 1dari 5

KOMITE PENASIHAT AHLI IMUNISASI NASIONAL

(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization)


SK. MENKES NO. HK.01.07/MENKES/384/2019
SEKRETARIAT : JL. PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
E-mail : indonesian.tagi@yahoo.com

No : 71/ITAGI/Adm/VII/2021 08Juli 2021


Lampiran :
Hal : Update Kajian Vaksinasi Dosis Ketiga (booster revaccination) Covid-19

Kepada Yth
Direktur Jenderal P2P
Kemenetrian Kesehatan
Jakarta

Membalas surat dari Direktur Jenderal P2P, Nomor SR.02.06/II/1805/2021 tertanggal 07 Juli 2021 perihal
permohonan kajian vaksinasi dosis ketiga untuk tenaga kesehatan, maka bersama ini kami kirimkan update
hasil kajian sehubungan dengan adanya tambahan data baru yang mendukung berdasarkan literatur dari
berbagai sumber.

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional

Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K)


Ketua

Tembusan:
1. Menteri Kesehatan
2. Wakil Menteri Kesehatan
3. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan
KOMITE PENASIHAT AHLI IMUNISASI NASIONAL
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization)
SK. MENKES NO. HK.01.07/MENKES/384/2019
SEKRETARIAT : JL. PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
E-mail : indonesian.tagi@yahoo.com

Update Kajian
Vaksinasi Dosis Ketiga (booster revaccination) Covid-19

Dasar Kajian
• Surat Direktur Jenderal P2P, No. SR.02.06/II/1805/2021, tanggal 07 Juli 2021, perihal permohonan kajian
vaksinasi dosis ketiga untuk tenaga kesehatan
• Pertemuan virtual internal ITAGI, agenda vaksinasi dosis ketiga (booster) tanggal 04 Juli 2021
• Surat Board of Executive PT. Bio Farma No. -001.03/DIR/VII/2021, tanggal 3 Juli 2021 perihal Summary final
report untuk data keamanan dan imunogenisitas hingga selesai penelitian (6 bulan pasca vaksinasi)

Latar belakang
Saat ini banyak negara yang memikirkan mengenai berapa lama kekebalan/imunitas bertahan setelah seseorang
mendapat vaksinasi Covid-19 lengkap (dua kali). Hal ini belum dapat dijawab sepenuhnya, karena memerlukan
penilai vaccine effectiveness setelah vaksin dipergunakan oleh masyarakat dalam jumlah ratusan juta orang
(data dalam dunia nyata, real world); sehingga memerlukan pengamatan jangka panjang.
Situasi Covid-19 di Indonesia
Bersama kita saksikan bahwa kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia meningkat dengan sangat tajam disertai
peningkatan kasus berat dan kritis sehingga mengakibatkan peningkatan kematian. Dalam situasi peningkatan
kasus Covid-19 di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya, tenaga kesehatan (nakes) sebagai garda terdepan
(front liner) merupakan kelompok risiko tinggi terpapar penularan virus SARS-CoV-2 walaupun mereka telah
mendapat vaksinasi lengkap. Risiko tersebut meningkat karena lingkungan terjadi peningkatan jumlah kasus
yang harus dilayani, maka pemberian vaksinasi ketiga kepada naskes menjadi wacana alternatif untuk mengatasi
keadaan darurat tersebut. Di pihak lain yang perlu mendapat perhatian adalah adanya SARS-CoV-2 varian baru
yang telah marak bersirkulasi di hamper iseluruh negara didunia, yang lebih mudah menular dari pada virus
aslinya. Maka wacana untuk meningkatkan imunitas individu menjadi penting.

Pemberian vaksinasi Covid-19 ketiga (booster)


Banyak perbedaan pendapat mengenai pemberian vaksinasi ketiga (booster) sehingga masih menjadi pro dan
kontr karena belum diketahui dengan jelas berapa lama proteksi setelah mendapat vaksinasi lengkap. Hanya
melalui pemantauan adanya break through cases untuk mengetahui apakah proteksi telah menurun. Namun
untuk mengetahui hal tersebut tidak mudah karena sebagian kasus asimtomatik; baru diketahui jika dilakukan
testing rutin. Beberapa pakar infeksi mengatakan terlalu dini memikirkan booster karena di pihak lain kita masih
berjuang mengejar cakupan vaksinasi untuk mencapai herd immunity. Apalagi pengadaan logistik vaksin masih
belum terpenuhi dengan baik. Di samping itu, vaksin sudah berlebih di negara high-income namun sebaliknya
banyak negara low-income belum mendapat vaksinasi seperti yang diharapkan; hal ini merupakan suatu
ketidakadilan (inquity).
KOMITE PENASIHAT AHLI IMUNISASI NASIONAL
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization)
SK. MENKES NO. HK.01.07/MENKES/384/2019
SEKRETARIAT : JL. PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
E-mail : indonesian.tagi@yahoo.com

Data yang diperlukan

Untuk menentukan kapan perlu mendapat booster pada vaksinasi Covid-19 diperlukan data dasar cukup banyak
antara lain,
• Data keamanan dan effectiveness dari vaksin Covid-19 baik digunakan di negara sendiri maupun data
internasional
• Uji klinis dan real-world effectiveness data proteksi selama 6 bulan
• Data uji klinis respons imun pada vaksinasi penguat (booster revaccination)
• Uji klinis yang menilai keamanan dan imunogenisitas pada pemberian booster baik dengan vaksin yang
sama atau vaksin yang berbeda
• Uji klinis vaksin lain yang sedang dikembangkan
• Keadaan darurat karena adanya varian virus baru (new variants of concern) baik di dalam negeri atau
internasional
• Data lama proteksi setelah pemberian primary vaccination
• Pemahaman mengenai hubungan imunitas dengan proteksi
• Data dampak sirkulasi SARS-CoV2 di masyarakat yang kemungkinan akan bersirkulasi dalam jangka
panjang.

Vaksinasi ketiga dalam keadaan darurat

Setiap negara mempunyai masalah berbeda dan perlu menentukan rencana mengenai pemberian vaksinasi
ketiga ini. The Joint Committee on Vaccination and Immunization (JCVI) menganjurkan pemberian suntikan
ketiga pada musim dingin kepada kelompok rentan yaitu,

• Dewasa berumur 18 tahun yang menderita imunokompromais atau secara klinis sangat rentan tertular
• Lansia berumur 70 tahun, termasuk mereka yang tinggal di panti wreda
• Front-line health (garda terdepan, nakes) yang berhubungan dengan pasien Covid-19 dan pekerja sosial
yang merawat kelompok rentan

Mengingat hal-hal tersebut, beberapa negara sedang melakukan uji klinis pemberian vaksinasi ketiga. Meskipun
keadaan darurat dan penelitian belum selesai namun di beberapa negara telah memberikan vaksinasi ketiga,
misalnya Amerika Serikat, UK, Uni Emirat Arab, Israel, dan Jerman. Terdapat dua hal yang perlu dicermati yaitu,

• Kapan vaksinasi ketiga diberikan (jarak antara vaksinasi pertama dengan vaksinasi booster),
• Apa jenis platform vaksin yang digunakan untuk booster: sama dengan platform untuk primary
vaccination atau platform yang berbeda.
KOMITE PENASIHAT AHLI IMUNISASI NASIONAL
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization)
SK. MENKES NO. HK.01.07/MENKES/384/2019
SEKRETARIAT : JL. PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
E-mail : indonesian.tagi@yahoo.com

Mengkaji pengalaman negara-negara yang telah melaksanakan tersebut, interval dilakukan sekitar 3- 6 bulan
atau 6-12 bulan sedangkan jenis yang dipergunakan vaksin untuk booster mayoritas menggunakan platform
lain khususnya mRNA.

Mengingat hasil uji klinis vaksin Sinovac baik di China maupun di Indonesia, pada pemberian dua dosis dengan
interval 14 maupun 28 hari juga pada pemantauan 3 dan 6 bulan pasca vaksinasi ke-2 titer antibodi sudah
menurun. Maka pemberian vaksinasi booster pada nakes dapat diberikan setelah 3 bulan pasca vaksinasi
dosis kedua dengan platform vaksin yang sama atau berbeda dapat dipertimbangkan asalkan vaksin tersebut
menghasilkan antibodi neutralisasi anti RBD (receptor binding domain).

Kesimpulan dan Saran

Saran ITAGI untuk pemberian vaksinasi booster dibagi menjadi 3 bagian:


1. Mengatasi keadaan darurat
a. Masalah yang dihadapi oleh para nakes merupakan hal darurat yang harus segera diatasi, mengingat
para nakes secara terus menerus terpapar dalam lingkungan penularan Covid-19 yang tinggi
b. Penularan pada nakes dapat juga terjadi di luar fasilitas kesehatan (terutama penularan dalam
keluarga), walaupun demikian imunitas para nakes perlu ditingkatkan
c. Disarankan untuk memberikan vaksinasi booster kepada para nakes 3-6 bulan dari vaksinasi pertama
dengan mempergunakan vaksin dengan platform yang sama atau vaksin dengan platform yang
berbeda.

2. Pemberian vaksinasi booster


a. Mengingat telah terjadi penurunan imunitas setelah 6 bulan dari pemberian vaksin Sinovac dua kali,
perlu direncanakan pemberian booster pada semua masyarakat
b. Untuk vaksinasi booster pada semua masyarakat diperlukan perencanaan tersendiri dengan mengingat
masalah logistik dan sumber daya manusia yang tersedia
c. Dilaksanakan setelah 12 bulan dari vaksinasi pertama

3. Penelitian penunjang
Guna mendapatkan data yang evidence based untuk menentukan vaksinasi booster pada semua masyarakat
secara massal, diperlukan penelitian pada nakes yang telah mendapat vaksinasi booster. Penelitian yang
disarankan adalah,
a. Pemeriksaan titer antibodi anti RBD pada 2-4 minggu pasca vaksinasi booster, dilakukan secara random
(mengingat sarana dan biaya)
b. Pemantauan break-through of severe Covid-19 cases pada semua nakes yang mendapat vaksinasi
booster
KOMITE PENASIHAT AHLI IMUNISASI NASIONAL
(Indonesian Technical Advisory Group on Immunization)
SK. MENKES NO. HK.01.07/MENKES/384/2019
SEKRETARIAT : JL. PERCETAKAN NEGARA 29 JAKARTA PUSAT
E-mail : indonesian.tagi@yahoo.com

Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 08 Juli 2021

Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K) Dr. Julitasari Sundoro, dr., MSc.PH
Ketua ITAGI Sekretaris Eksekutif ITAGI

Daftar Pustaka

1. Most vulnerable could be offered for the third vaccine. https://www.gov.uk/government/news/most-vulnerable-


could-be-offered-booster-covid-19-vaccines-from-september
2. WHO estimates COVID-19 boosters needed yearly for most vulnerable.
https://www.ctvnews.ca/health/coronavirus/who-estimates-covid-19-boosters-needed-yearly-for-most-vulnerable-
1.5483890
3. Will we need COVID-19 vaccine.
https://www.healthline.com/health-news/will-we-need-a-covid-19-vaccine-booster-shot-later-this-year
4. UAE, Bahrain makes Pfizer/BioNTech shotavailable to those who got Sinopharm vaccine.
https://www.reuters.com/world/middle-east/top-scientists-question-need-covid-19-booster-shots-2021-05-13/
5. Coronavirus: what we know about booster shots and mixing vaccines.
https://www.thenationalnews.com/uea/health/coronavirus-what-we-know-about-booster-shots-and-mixing-
vaccines-1.1222591.
6. PT Bio Farma. Summary final report untuk data keamanan dan imunogenisitas hingga selesai penelitian (6 bulan
pasca vaksinasi)

Anda mungkin juga menyukai