Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ 1


Daftar Isi.................................................................................................................. 2
1.1. Definisi Filsafat ................................................................................................ 3
2.1. Pengertian Ontologi, Epistemology dan Aksiologi
2.1.1. Ontologi ............................................................................................. 6
2.1.2. Epistemologi ...................................................................................... 7
2.1.3. Aksiologi ........................................................................................... 9
Daftar Pustaka .........................................................................................................
1.1 Definisi Filsafat

Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis Filsafat, ini bukan
dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri, tetapi karena banyaknya jawaban
serta pendapat yang muncul untuk mendefinisikan tentang apa itu filsafat. (Harun Hadiwijono
1980:7)
Filsafat memiliki banyak definisi – defini yang berbeda – beda dari tiap pakar, diantara
definisi yang ada, beberapa diantaranya memiliki pemahaman – pemahaman yang sama
maupun berbeda tentang apa itu definisi Filsafat. Definisi dari filsafat tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Istilah filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia (filosofia)”, berasal dari
kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti “mencintai kebijaksanaan”, Philoshopia berasal
dari gabungan kata “Philein” yang berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan.
(Muhdi, Ali, dkk. 2012:240)
a. Filsafat adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an attitude toward
life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang melibatkan usaha dalam usaha
memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan
menerima hidup dan alam semesta sebagaimana adanya dan mencoba untuk melihatnya
secara keseluruhan hubungan.1

b. Filsafat adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui jalan refleksi
hendak menangkap dan mendapat makna yang hakiki dari hidup dan dari gejala-gejala hidup
sebagai bagian daripadanya. 2
c. Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan
mengendalikan akal budi. 3

d. Filsafat adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakikat,
asas, prinsip dari kenyataan.4

1
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.8

2
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah : Yogyakarta: Kanisius. 4
3
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.15
4
Berling, R.F. 1966: Filsafat Dewasa Ini: Jakarta: Balai Pustaka. Hal.22
e. Filsafat adalah sejarah pemikiran-pemikiran tentang yang esensial (menyentuh hakikat
kenyataan), dan radikal (menyentuh akar kenyataan).5

f. Nasr & Leaman (1996:288): Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian kebenaran melalui
ilmu pengetahuan.6

g. Filsafat adalah sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan menanyakan
sesuatu, mempertanyakan apa saja. Sesungguhnya filsafat adalah suatu metode sikap bertanya
untuk mendapatkan pengetahuan dari segala sesuatu yang ditanyakan.7

h. Filsafat adalah tempat dimana pertanyaan – pertanyaan dikumpulkan, diterangkan, dan


diteruskan sehingga filsafat disebut juga sebagai ilmu tanpa batas. Filsafat tidak menyelidiki
dari satu sisi saja namun filsafat juga menyelediki dari berbagai sisi yang menarik perhatian
manusia.8

i. Filsafat adalah kegiatan bertanya dan mencari terus tanpa kenal lelah. Filsafat tidak tidak
membuat memperoleh pengetahuan dan erudisi, namun kita hanya memperdalam
ketidaktahuan saja.9

j. REMBRANDT, (1628) Filsafat adalah usaha – usaha bersama untuk mencari suatu
kebenaran.10

5
Hardiman, F.Budi hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia
6
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta: Narasi. Hal. 152
7
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
Hal.14
8
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.10
9
Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju. Hal.16
10
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal.65
Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga terdapat persamaan
juga perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu; filsafat sama – sama merupakan suatu
bentuk kegiatan, sikap serta usaha – usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bertanya,
memperoleh, mendapatkan, mencapai suatu kebenaran juga pengetahuan.
Namun terdapat pula perbedaan diantara beberapa penjelasan definisi filsafat diatas, seperti
pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens dalam bukunya Panorama Filsafat Modern
yang menyatakan bahwa filsafat tidak akan membuat pelakunya memperoleh pengetahuan,
namun hanya akan memperdalam ketidaktahuan manusia saja karena manusia yang
berfilsafat akan terus menerus mencari dan bertanya – tanya tanpa kenal lelah untuk
mendapatkan dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya sehingga akan
meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka saja.\
Jadi, filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang berusaha ingin
mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya – bertanya tanpa lelah agar dapat
memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan tersebut akan dikumpulkan hingga dapat
membuat pelakunya hanya akan memperdalam ketidaktahuannya saja, namun semakin
banyaknya ketidaktahuan yang mereka produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan
membuatnya memperoleh banyak materi untuk bertanya secara filsafat yang akan berusaha
mencari tahu atas pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya para pelakunya
memperoleh pengetahuan juga kebenaran.
2.1 Pengertian Ontologi, Epistemology dan Aksiologi

2.1.1 Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: “On” yang berarti being, dan “Logos” yang
berarti logik. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan).
Ontologi merupakam kajian filsafat tertua yang berupaya mencari inti yang ada pada setiap
kenyataan atau realitas yang sebenarnya. Ontologi memiliki objek telaah yaitu Being (yang
ada). Jadi ontologi membahas tentang apa saja yang ada yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu yang bersifat universal.
a. Lorens Bagus: Menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

b. Sidharta Darji Darmodiharjo: Cabang filsafat yang membahas tentang asas – asas rasional
dari kenyataan yang ada.11

c. Suriasumantri (1985): Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan - pertanyaan:a) apakah obyek ilmu yang akan
ditelaah; b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut; dan c) bagaimana hubungan
antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)
yang membuahkan pengetahuan.12

11
Darmodiharjo,Darji, Shidarta. ___. Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hal.9
12
1 Abraham. ___. Ontologi. [Online]. Tersedia: http://abraham4544.wordpress.com/umum/ontologi. Diakses
tanggal 9 Juni 2013 7
d. Levinas: Ontologi merupakan pengetahuan total, menyeluruh mengenai “ada”.13
e. Aristoteles: Ontologi merupakan Ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada,
keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.14

f. Pandji Setijo: adalah bidang ilmu filsafat yang menyelidiki tentang segala hakikat dari
segala realita yang ada untuk menentukan kebenaran atau kenyataan yang sebagaimana dapat
dicapai dengan pengetahuan.15

g. Muljamil Qomar: Dalam bukunya menjelaskan bahwa ontologi adalah sebuah teori tentang
“ada”, yaitu tentang realitas apa yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran.16

Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang terfokus untuk membahas
segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa terikat oleh satu perwujudan tertentu yang
bersifat universal dan bersifat hakiki. Atau secara dasarnya dapat dikatakan ontologi adalah
“The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).”
2.1.2 Epistemologi

Adalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-dasar pengetahuan dan teori pengetahuan
manusia bermula. Dengan kata lain, epistemologi adalah 8

13
Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah filsafat: esai-esai untuk Franz Magnis-Suseno.
Yogyakarta: Kanisius. Hal.54
14
Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai Pemandu Rreformasi. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press. Hal. 249
15
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
16
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta:
Erlangga. Hal.1
suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan, dan merupakan salah satu
cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan.
a. Pandji Setijo: epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas tentang sumber,
batas, proses, dan validasi pengetahuan itu sendiri yang meliputi sarana dan cara
menggunakan sarana dan sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau kenyataan
rasional, kritis, fenomologi, dan positivis.17

b. Prof. Muljamir Qomar, M.Ag : Dalam bukunya menjelaskan bahwa epistemologi adalah
teori pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara yang dilakukan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dari objek yang akan dipikirkan.18

c. Dagobet D. Runes: Espitemologi adalah suatu cabang dari ilmu filsafat yang membahas
tentang sumber, struktur, metode serta validitas dari pengetahuan.

d. Azyumardi Azra: epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian,
struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.19

e. Paul Suparno: Epistemologi membahas mengenai apa asal mula yang membentuk
pengetahuan ilmiah.20

17
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
18
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta:
Erlangga. Hal.1
19
Ibid. Hal.4
20
Ibid. Hal.6
f. Kattsoff: epistemologi yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang asal mula,
susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan.21

Bisa dikatakan bahwa epistemologi adalah salah satu kajian cabang dari filsafat yang
mendasari dasar – dasar tentang bagaimana ilmu pengetahuan bermula. Jadi adalah pemikiran
sistematik yang mendasar mengenai pengetahuan, dan membahas tentang bagaimana asal
mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan.

2.1.3 Aksiologi
Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai, atau
yang baik. Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu
digunakan; Bagaimana keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu tersebut sesuai kaidah
moral; Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan – pilihan moral;
Aksiologis mencoba merumuskan teori yang konsisten untuk perilaku yang etis. Dalam qalbu
ia bertanya seperti “what is good?”
a. Lorens Bagus: Studi filosofis tentang hakikat nilai yang dapat dijawab dengan 3 macam
cara, a)nilai sepenuhnya sepenuhnya berhakikat subyektif, b) nilai merupakan kenyataan,
namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu, c) Nilai – nilai merupakan unsur – unsur
obyektif yang menyusun kenyataan.22

21
Darmodiharjo,Darji, Shidarta. ___. Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hal.9
22
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hal.33-34
b. Pandji Setijo: aksiologi adalah bidang yang bersifat menyelidiki tentang nilai, terutama
nilai – nilai normatif.23
c. Bustanuddin Agus: dalam bukunya menyebutkan bahwa ”aksiologi membahas apa dan
bagimana fungsi pengetahuan tertentu bagi kehidupan manusia”.24
d. Mujamil Qomar (2006:1): aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang
manfaat, kegunaan serta fungsi dari objek yang dipikirkan.25
e. Suriasumantri (1987:234): aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh.26

Maka aksiologi merupakan suatu bagian cabang filsafat yang mendeskripsikan tentang
kegunaan dan manfaat dari hasil yang diperoleh melalui pemikiran – pemikiran saat
memikirkan objek yang dipikirkan, aksiologi juga mengacukan bagaimana dan seperti apakah
nilai – nilai atau etika(moralitas)serta keindahan dari pengetahuan yang diperoleh dapat
diterapkan dalam kehidupan manusia sesuai dengan kaidah.

DAFTAR PUSTAKA

23
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
24
Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan ilmiah dan ajaran
Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Hal.20
25
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta:
Erlangga
26
Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan

Anda mungkin juga menyukai