B. Dasar Teori
Obat tetes (guttae) adalah sediaan cair yang berupa larutan, suspensi atau
emulsi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, dipakai dengan cara
yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia (Anonim, 1979).
Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: guttae (obat dalam), guttae oris (tetes
mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae
Tetes telinga (Guttae Auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga, kecuali dinyatakan lain, tetes
telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air (Anonim, 1979). Tetes
telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan
cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk
melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan
atau rasa sakit (Murtini, 2016). Tetes telinga adalah sediaan obat yang dimasukkan ke
dalam saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan
obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan
atau mengeringkan telinga bagian luar. Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang
digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada
telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna) (Murtini, 2016).
Tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan
pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah
etanol, heksilenglikol dan minyak lemak nabati. Zat pensuspensi dapat digunakan
sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok. pH obat tetes telinga adalah pH 5
– 6 (Anonim, 1979). Cara penggunaan tetes telinga adalah tidur dan miringkan kepala
sehingga telinga yang diobati menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga
lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa telinga ditarik ke atas dan
Teteskan tetes telinga pada saluran telinga. Diamkan selama 5 menit sehingga obat
mengalir. Lap ujung penetes dengan tisu yang bersih dan tutup wadah dengan rapat.
Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat
2001, tetes hidung dan larutan spray hidung adalah larutan, suspensi atau emulsi yang
germiside yaitu Hidrogen peroksida dan Anestetika lokal yaitu Lidokain HCl.
(Murtini, 2016):
2. Isotonis. Iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan tetes hidung
dibuat isotonis atau sedikit hipertonis. Supaya larutan dibuat isotonis dapat
aksi pembersih cillia epithelia pada mukosa hidung. Hidung yang berfungsi
sebagai filter yang harus senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai dengan
aktivitas cilia yang secara aktif menggerakkan lapisan tipis mucus hidung
4. Agar aktivitas cillla epithelial tidak terganggu maka viskositas larutan harus
Label sediaan tetes hidung harus mengandung nama dan jumlah bahan aktif,
penyimpanan sediaan.
C. Metode Kerja:
Alat : gelas ukur 100 ml, pengaduk, timbangan, cawan, botol tetes telinga
Bahan : kloramfenicol dan propilenglikol
1. Melakukan sterilisasi yang cocok untuk kloramfenicol dan propilenglikol terlebih
dahulu
100 mg.
5. Setelah sediaan siap dimasukkan ke dalam botol tetes telinga dan siap digunakan
Perhitungan bahan:
Kloramfenikol = 0,05 x 10 ml = 0,05 gram
Propilenglikol ad 10 ml
Monografi Bahan:
A. Kloramfenikol
Stabilitas
Panas Tidak tahan terhadap panas dan mudah
terdekomposisi.
B. Propilenglikol
BM 76,09
Pemerian Merupakan cairan kental, jernih tidak
berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, dan menyerap air pada udara
lembab (Anonim, 1995)
Pembahasan:
a. Sterilisasi bahan-bahan formulasi tetes telinga dan alat-alat yang digunakan tidak
diperlihatkan di video hanya menyebutkan sterilisasi yang cocok untuk bahan-bahan
tersebut sehingga kurang jelas dipahami tentang metode sterilisasinya.
b. Pada sediaan tetes telinga, keisotonisan tidak mutlak dipersyaratkan karena larutan
pembawa yang digunakan adalah bukan air, oleh karena itu, tidak ditambahkan zat
pengisitonis seperti NaCl sehingga tidak perlu dilakukan pendaparan.
c. Kloramfenikol merupakan zat aktif yang digunakan pada pembuatan obat tetes telinga
yang berkhasiat sebagai antibiotik (zat-zat yang digunakan untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme). Tetapi dalam pembuatannya zat ini tidak boleh terlalu
banyak karena efeknya sangat fatal yakni terjadi iritasi. Kloramfenikol merupakan
antibiotik spektrum luas.
d. Propylenglikol merupakan zat tambahan yang berguna sebagai pelarut yang umum
dalam pembuatan sediaan tetes telinga. Propylenglikol juga digunakan karena
kloramfenikol sukar larut dalam air sehingga digunakan propylenglikol sebagai
pelarut.
e. Obat tetes telinga ini dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air tetapi
menggunakan propilenglikol karena pemeriannya yang kental lebih memungkinkan
kontak yang lama antara obat dengan jaringan telinga. Selain itu propylenglikol
mempunyai sifat higroskopiknya memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan
telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab agar tidak ditumbuhi
bakteri dan jamur.
f. Video praktikum tidak memperlihatkan uji pemeriksaan hasil sediaan atau evaluasi
padahal evaluasi sediaan ini sangat penting untuk menjamin kualitas sediaan obat
tetes telinga.
g. Evaluasi sediaan pertama yaitu uji pH, dimana pH tetes telinga harus sesuai dengan
Farmakope IV yaitu 4-8 dengan menggunakan pH meter. Kemudian dilakukan uji
kejernihan, uji ini bertujuan agar obat tetes telinga yang dibuat dapat jernih dan bebas
dari bahan yang tidak larut serta bebas partikel kasar yang dapat menyebabkan infeksi
pada telinga pada saat pemakaian tetes telinga. Kemudian dilakukan uji volume
terpindahkan, dimana uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah volume sediaan
tersebut sama dengan volume waktu pertama pembuatan atau tidak.
Perhitungan bahan:
- Efedrin HCl 0,5 % x 10 = 0,05 gram
- Clorbutanolum 0,5 % x 10 = 0,05 gram
- Metil selulosa 0,5 % x 10 = 0,05 gram
- Na Cl 0,9 % x 10 = 0,09 gram
- Na2HPO4 0,3 % x 10 = 0,03 gram
- NaH2PO4 0,5 % x 10 = 0,05 gram
- Aqua pro injeksi ad 10 ml
Karena memakai larutan pendapar tentunya nantinya akan dilakukan perhitungan
pendapar agar dihasilkan sediaan yang isotonis.
Monografi Bahan:
4. Metil selulosa
Nama resmi : Metil cellulose
Rumus molekul :
Pembahasan:
Pada praktikum membuat obat tetes telinga menggunakan zat aktif efedrin HCl yang
berkhasiat sebagai dekongestan.
Pada pembuatannya digunakan aqua pro injeksi sebagai cairan pembawa. Cairan
pembawa pada umumnya untuk sediaan guttae nasales adalah air, dimana sebaiknya
mempunyai pH 5,5-6,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis/hampir isotonis. Tidak
dianjurkan menggunakan cairan pembawa berupa minyak mineral maupun minyak
lemak, karena dapat menimbulkan pneumonia.
Pada resep ini digunakan larutan fisiologis yang berfungsi sebagai zat pendapar. Zat
pendapar yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan PH 6,5 yaitu
Na2HPO4 dan NaH2PO4.
Metil selulosa digunakan sebagai pengental obat tetes hidung agar viskositas sediaan
sama dengan viskositas mucus hidung agar kinerja cilia hidung tidak terganggu.
Klorbutanolum digunakan sebagai pengawet agar sediaan obat tetes hidung bebas dari
mikroorganisme atau jamur.
Natrium klorida merupakan larutan pengisotonis sehingga sediaan tetes hidung yang
dihasilkan menjadi isotonis.
Semua alat-alat harus disterilisasikan agar mendapatkan larutan yang steril, bebas
partikel asing dan mikroorganisme. Cara sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi
awal dengan autoklaf pada suhu 121oC yang dilakukan pada alat alat yang akan
digunakan dalam praktikum formulasi steril.
Pada proses pengerjaan dilakukan dengan metode aseptis di ruang steril untuk
meminimalisir terjadinya kontaminasi.
Dalam video praktikum yang diberikan tidak ada uji evaluasi sediaan dan langsung
dimasukkan dalam wadah tetes hidung. Hal ini seharusnya diuji dulu apakah sediaan
sudah memenuhi uji sediaa tetes hidung.
Dalam pembuatan obat tetes ini juga, evaluasi sediaan obat tetes hidung perlu dilakukan
yaitu uji kejernihan juga dilakukan agar sediaan tidak mengandung partikulat sehingga
sebelum dimasukkan ke dalam botol obat, sediaan harus terlebih dahulu disaring,
penyaringan dilakukan untuk menghilangkan partikel atau endapan yang ada pada
larutan. Larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam botol obat tetes
hidung.
Hasil dari uji organoleptis sediaan tetes hidung berwarna bening dan tidak berasa serta
dapat menetes. Hasil dari uji pH sediaan tetes hidung dibandingkan dengan cairan
hidung yaitu 5,0-6,5. Uji kebocoran sediaan tetes hidung Ephedrine HCl yang dibuat
tidak terjadi kebocoran.