Analisis Semiotika Dalam Iklan "Fair and Lovely"
Analisis Semiotika Dalam Iklan "Fair and Lovely"
2 Maret 2018
ABSTRAKSI
Iklan dimedia televisi yang ditampilkan oleh produk Fair and Lovely, sering
memanfaatkan kaum perempuan dengan menonjolkan fisik tertentu yang bertujuan untuk
daya tarik konsumen. Seiring berjalannya waktu dan inovasi produknya, produk Fair and
Lovely menayangkan iklan terbarunya yaitu Fair and Lovely versi Nikah atau S2, pada
iklan ini Fair and Lovely menghadirkan sosok perempuan cantik dalam balutan Hijab.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai landasannya dengan metode
analisis semiotika Roland Barthes. Sedangkan terkait paradigma, penelitian ini
menggunakan paradigma kualitatif. Melalui penelitian ini, peneliti berupaya membongkar
mitos mengenai perempuan yang ada dibalik iklan produk perawatan kecantikan Fair and
Lovely versi Nikah atau S2.
Hasil dari penelitian ini yaitu dari makna denotasi Sang Ayah dan Sang Ibu yang telah
menemukan jodoh yang tepat untuk sang anak perempuannya, tetapi anak perempuannya
masih mempunyai rencana untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S2. Makna
konotasinya Sang Ayah dan Sang Ibu lebih menginginkan anak perempuannya untuk
segera menikah dibandingkan anak perempuannya melanjutkan pendidikan kejenjang S2.
Mitos pada iklan ini yaitu gambaran yang ditampilkan pada iklan berbeda dengan
pandangan pendidikan khususnya kaum perempuan di Agama Islam, bahwa Agama Islam
tidak membeda-bedakan derajat kaum laki-laki ataupun kaum perempuan dalam bidang
apapun, sedangakan pada iklan Fair and Lovely seolah-olah menyatakan secara tidak
langsung kalau seorang perempuan harus setara dengan laki-laki dengan cara
berpendidikan yang tinggi.
bidang IPTEK, sehingga tidak menjadi terhormat diantara makhluk lainnya yang
bias gender. Dalam hal ini peran media ada dibumi.
yang mendidiklah yang sangat diperlukan Dengan demikian jelas ukuran
untuk mendongkrak dan mengangkat popularitas seorang kaum perempuan
martabat seorang kaum perempuan, akan sangat rendah nilainya jika hanya
bukan justru menjadikan kaum disamakan pada penilaian-penilaian fisik
perempuan sebagai objek eksploitasi bagi semata. Siapapun orangnya, jika hanya
media tersebut. Sejatinya keberadaan mampu mengeskploitasi kemolekan
media menjadi sarana bagi kaum tubuhnya semata dalam mencapai
perempuan untuk menuangkan ekspresi popularitasnya maka ia harus rela
dan kreasinya, dalam kehidupan disamakan nilainya dengan binatang
bermasyarakat melalui kemampuannya peliharaan, yang lebih banyak dinilai
berkarya dalam hal apapun yang dengan standar-standar yang rendah
bermanfaat bagi dirinya ataupun seperti itu. Iklan-iklan yang muncul pada
masyarakat sekitarnya. media elektronik seperti melalui televisi
Media massa mempunyai tanggung semuanya memiliki persamaan yaitu
jawab yang besar sebagai perantara ingin mendekatkan khalayak sasaran
penyebaran pengetahuan kepada dengan menarik perhatian mereka, hanya
masyarakat, bukan hanya sekedar pencari iklan yang mampu menarik perhatianlah
uang untuk kepentingan pribadi ataupun yang akan diingat oleh calon pembeli.
golongan tertentu dengan cara Terdapat banyak tema yang menarik dan
mengeksploitasi kaum perempuan. Ada dapat diangkat ke dalam iklan. Tema
satu falsafah mengatakan,“baik buruknya representasi perempuan ini diangkat oleh
suatu bangsa tergantung pada sebuah iklan televisi produk perawatan
perempuan, bila perempuannya bagus kulit dari Unilever yaitu iklan Fair and
maka majulah suatu negara. Tetapi bila Lovely.
perempuannya bermoral jelek maka Iklan Fair and Lovely yang akan
hancurlah sebuah negara”. diteliti yaitu iklan Fair and Lovely versi
Begitu besarnya tanggung jawab nikah atau S2. Pada iklan ini menurut
yang dipikul kaum perempuan demi asumsi peneliti memiliki konsep cerita
kemajuan suatu bangsa. Namun, yang berbeda dari iklan perawatan kulit
mengapa kaum perempuan selalu saja lainnya yaitu representasi perempuan.
menerima perlakuan yang diskriminatif Pada umumnya iklan perawatan kulit
dan stereotipe yang negatif, misalnya saja hanya menampilkan keunggulan produk
kemolekan tubuh kaum perempuan yang serta kecantikan dari bintang iklannya
selalu dipertontonkan dan menjadi saja, tetapi kali ini iklan Fair and Lovely
sorotan yang paling utama dalam sebuah memiliki konsep tema iklan yang berbeda
media massa. dari iklan-iklan Fair and Lovely
Dengan alasan popularitas kaum sebelumnya.
perempuan kerapkali dengan senang hati Sebagian besar iklan kosmetik dan
memamerkan auratnya dihadapan publik perawatan tubuh menyoroti wajah yang
seakan popularitas hanya bisa dilakukan bersih, putih, dan bertipe wajah barat,
dengan cara seperti ini, maka hal ini akan postur model tinggi dan kurus, rambut
sangat merendahkan martabat seorang hitam, lurus, dan mengkilap, kulit model
kaum perempuan. Padahal manusia putih dan halus. Kemunculan iklan
diciptakan Tuhannya dengan dibekali produk kecantikan baru dari Fair and
akal pikiran agar bisa mengetahui serta Lovely menjadi sebuah fenomena baru
memilih apa yang baik ataupun buruk didunia periklanan, meskipun fenomena
untuk dirinya sendiri, yang akan ini bukan hal yang baru bagi sebagian
memandu manusia tersebut menjadi merek produk kecantikan lainnya, dalam
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018
tayangan iklan ini perempuan tidak lagi membuat kita mengetahui apa yang ingin
menonjolkan lekuk tubuhnya, ataupun kita jual ataupun beli.
mempertontonkan seluruh tubuh yang Iklan dalam Televisi
memiliki kulit halus sebagai standar Selanjutnya The Internal Chamber of
kecantikan untuk kaum perempuan pada Commerce dalam istilah kamus
umumnya, namun iklan Fair and Lovely marketing memberikan suatu pengertian
yang terbaru ini memperlihatkan iklan yang diturunkan dari definisi yang
kecantikan kaum perempuan melalui dikeluarkan oleh The American
model iklan perempuan dengan balutan Marketing Association. Definisi ini
hijab. berbunyi : penyampaian berkali-kali
suatu pelayanan atau ide perdagangan ke
PERUMUSAN MASALAH pasar secara tidak pribadi oleh sponsor
Berdasarkan latar belakang di atas, yang jelas yang membayar jasa
maka rumusan dalam penelitian ini penyampaian pesan-pesan mereka kepada
adalah sebagai berikut : Apakah media-media periklanan (Emery dalam
Representasi Perempuan dalam Iklan Wibowo 2013:151). Definisi ini
Fair and Lovely versi Nikah atau S2 menyebutkan bahwa iklan merupakan
dapat memberikan pengaruh berdasarkan suatu kegiatan yang dibiayai oleh sponsor
pemaknaan atas tanda-tanda konsep yang bersifat intuisi bukan perorangan.
denotasi, konotasi, dan mitos dalam teks Namun pada definisi ini tidak
iklan ? disebutkan karakteristik media periklanan
itu. Wells, Burnett, dan Mortarty
KERANGKA TEORI mengatakan bahwa iklan adalah suatu
Bauran Pemasaran bentuk komunikasi yang dibayar oleh non
Dunia pemasaran tidak bisa lepas personal dari sponsor yang dikenal
dari fungsi promosi, Philip Kottler dalam dengan menggunakan media massa untuk
Wibowo (2013:150) berpendapat mengajak atau mempengaruhi khalayak
setidaknya ada empat hal yang menjadi (Wibowo 2013:151).
dimensi utama dalam marketing, ia Bungin mendefinisikan iklan,
menyebutnya sebagai bauran pemasaran terutama iklan televisi adalah sebuah
(marketing mix) yaitu, Product, Price, aktivitas di dalam dunia komunikasi,
Place, Promotion. Product merupakan karenanya cara kerja iklan juga
kombinasi barang atau jasa yang dijual menggunakan prinsip komunikasi, iklan
atau ditawarkan. Price, merupakan uang televisi adalah media untuk
yang harus dibayarkan oleh seseorang mengomunikasikan individu (masyarakat
untuk produk tadi. Place, merupakan pemirsa) dengan materi (produk) yang
aktivitas perusahaan untuk membuat diiklankan. Dan untuk membangkitkan
produk tersedia bagi konsumen sasaran. citra produk yang diiklankan maka
Promotion, berarti aktivitas yang digunakan simbol-simbol untuk
mengkomunikasikan keunggulan produk. membangun citra, makna dan kesadaran
Promosi sebagai bentuk komunikasi terhadap sebuah realitas sosial. Simbol-
mempunyai beberapa bentuk simbol yang dimaksud adalah simbol-
penyampaian, Kottler memasukkan iklan simbol yang menjadi acuan dimasyarakat
sebagai salah satu bentuk penyampaian atau dengan kata lain adalah simbol-
pesan promosi (Wibowo, 2013:150). simbol yang dimodernkan oleh
Iklan sebagai salah satu bentuk masyarakat (2008:40-41).
komunikasi banyak berhubungan dengan Iklan televisi adalah media pemilik
bagaimana pesan-pesan promosi produk yang diciptakan oleh biro iklan,
disampaikan. Frank Jefkins dalam kemudian iklan televisi disiarkan televisi
Wibowo (2013:151) mengatakan iklan dengan berbagai tujuan, di antaranya
adalah sesuatu yang bertujuan untuk
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018
adalah sebagai informasi produk dan dalam lingkup pasar global. Kerena itu
mendorong penjualan. Oleh karena itu iklan merupakan bagian penting dari
iklan televisi harus memiliki segmen strategi pemasaran komoditas.
berdasarkan pilihan segmen produk. Strategi yang dibuat oleh para
Segmen ini ditentukan untuk memilih pemilik komoditas dimaksudkan agar
strategi media, agar iklan sampai pada para konsumen menerima produk mereka
sasaran. dan kemudian mengkonsumsinya. Untuk
Indiwan Seto Wahyu Wibowo itu sebagai bentuk komunikasi pemasaran
(2013:151) menyimpulkan, Iklan harus bisa menyampaikan kepada
merupakan suatu kegiatan yang khlayaknya tujuan-tujuan pemasaran
digunakan untuk mempersuasi konsumen tersebut dengan menonjolkan hal-hal baik
oleh sejumlah atau suatu institusi bukan dan nilai guna yang dimiliki produk dan
personal dan iklan dalam definisi ini sebaliknya sebisa mungkin iklan
merupakan suatu pengisi media massa menutupi keburukan produk tersebut
karena ia harus menggunakan media yang (Wibowo, 2013:154).
spesifik dan dapat menerpa orang Sosok figur perempuan dalam
banyak. sebuah tayangan iklan bukanlah hal baru,
Iklan televisi juga dapat dilihat manakala disimak dan dicermati lebih
sebagai bagian dari konstruksi simbol jauh, ternyata bahasa representasi atau
bahasa budaya dalam masyarakat tanda-tanda yang digunakan paling
kapitalis maupun bahasa kelas sosial menonjol adalah berupa objek tanda
(Bungin, 2008:27). Dalam media televisi, figure perempuan (Bungin, 2008:236).
konstruksi iklan televisi atas realitas Berangkat dari kenyataan eksploitasi
sosial menempatkan individu sebagai daya tarik organ-organ tubuh dan
subjek sekaligus juga dalam objek dalam seksualitas perempuan yang bertebaran
konstruksi sosial, yang senantiasa diruang iklan media massa inilah,
melakukan konstruksi sekaligus akhirnya bermuara pada terminologi
mendekonstruksi iklan televisi. Kontruksi ikutan yang menyertainya, yakni konsep
iklan televisi atas realitas sosial pornografi, yang mana dalam hal ini,
diciptakan oleh pemilik produk selalu menempatkan perempuan sebagai
(kapitalis), copywriter, dan visualizer, sang korban (Kasiyan, 2008:256).
materi konstruksi iklan televisi ikut Dari kenyataan tersebut akhirnya
membangun konstruksi sosial melalui banyak kaum feminis menyerang tirani
pencitraan dan pemberian makna lebih kecantikan, mendebatnya bukan hanya
terhadap makna iklan televisi. Dengan karena hal ini menginstitusionalisasikan
demikian, terjadi pengandalan kekuatan hegemoni tatapan laki-laki, namun juga
dan visualizer diperkuat lagi oleh bahwa tirani itu juga menimbulkan harga
kekuasaan audio visual media elektronik fisik, emosional, dan ekonomi yang
televisi yang sampai saat ini menjadi mahal bagi perempuan (Kasiyan,
media legitimasi simbol budaya modern 2008:278). Perempuan memiliki
masyarakat (Bungin, 2008:42). bagian‐bagian tubuh yang dijadikan objek
Iklan pada dasarnya mengikuti kecantikan dan mempunyai makna sosial
bagaimana tujuan-tujuan promosi dan bagi masyarakat. Peneliti, mengacu pada
pemasaran yang telah dibuat. Suharko Anthony Synnott (1993:282)
dalam Wibowo (2013:154) menyimpulkan beberapa bagian tubuh
mengungkapkan bahwa melalui iklan, tersebut, salah satunya adalah wajah,
kelompok-kelompok pemasar komoditas bagian fisik manusia yang unik, lunak
mengintresentasikan dan dan bersifat publik. Wajah juga menjadi
mensosialisasikan nilai guna dari suatu penentu dasar persepsi tentang makna
komoditas, dan memproyeksikannya ke kecantikan dan kejelekan individu.
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018
berbeda dari makna yang dimaksudkan luas citra dan peran bagi perempuan. Di
oleh pencipta iklan dan produsen. sini juga melihat sejarah ketidakadilan,
Teori Media Massa dan Gender ketidaksetaraan dan perubahan sosial
Pengertian media (Cangara, berjalan beriringan dalam realitas media
2012:137) adalah alat atau sarana yang dan realitas kehidupan sehari-hari. Media
digunakan untuk menyampaikan pesan dinggap sebagai agen sosialisasi gender
dari komunikator kepada khalayak. Ada yang penting dalam keluarga dan
beberapa pakar psikologi memandang masyarakat. Media mengungkapkan
bahwa dalam komunikasi antar manusia, kepada masyarakat tentang peran
media yang paling dominan dalam perempuan dan laki-laki dari sudut
berkomunikasi adalah pancaindra pandang tertentu. Media menentukan dan
manusia, seperti mata dan telinga. Media mengukuhkan ideologi, sistem
yang dimaksud dalam buku ini, ialah kepercayaan, atau pandangan hidup
media yang digolongkan atas empat tertentu. Media juga menanamkan
macam, salah satunya adalah media kesadaran dan mitos tertentu tentang
massa. Jika khalayak tersebar tanpa dunia dan kehidupan. Media demikian
diketahui dimana mereka berada, maka bisa menjadi saluran mitos dan sekaligus
biasanya digunakan media massa. Media sarana pengukuhan mitos tertentu tentang
massa adalah alat yang digunakan dalam gender, perempuan dan laki-laki
penyampaian pesan dari sumber kepada (Ibrahim, 2011:4-6).
khalayak (penerima) dengan Bahkan representasi media yang
menggunakan alat-alat komunikasi dipermukaan terlihat tidak sesuai dengan
(Cangara, 2012:140). stereotipe gender mencerminkan
Secara teoritis, media massa pandangan tradisional tentang perempuan
bertujuan menyampaikan informasi dan laki-laki pada tingkatan mendasar.
dengan benar secara efektif dan efisien. Tiga akibat dari representasi media
Pada prakteknya, apa yang disebut tentang gender: pertama, media
sebagai kebenaran ini sangat ditentukan memupuk ideal-ideal gender yang tak
oleh jalinan banyak kepentingan. Akan realistis tentang perempuan dan laki-laki;
tetapi, atas semua itu, yang paling utama kedua, media mendorong kita untuk
tentunya adalah kepentingan survival mempatologisasikan fungsi dan tubuh
media itu sendiri. Media bukan cuma manusia yang normal; dan ketiga, media
menentukan realitas macam apa yang menormalisasikan kekerasan terhadap
akan mengemuka, namun juga siapa yang perempuan. Akibatnya adalah selama
layak dan tidak layak masuk menjadi media mendefiniskan maskulinitas dan
bagian dari realitas itu (Sobur, femininitas dengan cara-cara demikian, ia
2013:114).Sejarah media membatasi kita dan kemungkinan kita
menggambarkan dan merepresentasikan sebagai manusia (Ibrahim, 2011:4-6).
perempuan sejajar dengan penggambaran Representasi dalam Media Massa
orang kulit berwarna. Perempuan dan Representasi merupakan salah satu
kulit berwarna sering dimarginalkan konsep kunci dalam memahami teks
dalam sebuah bentuk media. Citra-citra media. Menurut Graeme Burton
stereotipe tentang perempuan yang (2012:137) kata representasi merujuk
mencolok mendominasi tahun-tahun awal pada deskripsi terhadap orang yang
media massa. membantu mendefinisikan kelompok-
Saat khalayak media dan industri kelompok tertentu. Namun, representasi
media merasakan pengaruh gerakan juga merujuk pada penggambaran suatu
untuk memperjuangkan hak-hak institusi. Jika dilihat dari pengertian yang
perempuan, citra stereotipe ini menuju lebih luas, sebenarnya semua komunikasi
jalan ke arah keanekaragaman yang lebih mengonstruksi representasi (Burton,
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018
yang tersedia, seperti dialog, tulisan, utama keluarga. Pengertian budaya yang
video, film, fotografi. Representasi dikandungnya adalah bahwa laki-laki dan
berarti memproduksi makna dengan perempuan itu sederajat, tetap kodratnya
menggunakan bahasa untuk berbeda, sehingga wilayah kegiatan dan
menyampaikan sesuatu yang bermakna tanggung jawabnya adalah dalam rumah
ataupun untuk mewakili sesuatu dengan tangga, sementara laki-laki adalah kepala
penuh arti kepada orang lain. Umumnya keluarga, pencari nafkah, dengan wilayah
pencitraan dalam iklan televisi kegiatan diluar rumah. Sebagai pengelola
disesuaikan dengan kedekatan jenis objek domestik, perempuan diharapkan
iklan yang diiklankan, walaupun tidak mengelola tiga hal utama. Pertama,
jarang pencitraan dilakukan secara ganda, keapikan fisik dari rumah suaminya.
artinya iklan menggunakan beberapa Kedua, sebagai pengelola dari sumber
pencitraan terhadap suatu objek iklan. daya, (resource) rumah tangga yang
Pada beberapa iklan yang menonjol dapat berupa: tenaga kerja yang tersedia
dalam pencitraan, diperoleh beberapa dan keuangan rumah tangga. Ketiga,
kategorisasi penggunaan citra dalam sebagai istri dan ibu yang baik dan
iklan televisi, di antaranya: bijaksana, seorang perempuan juga
(1) Citra Perempuan. Seperti yang diharapkan dapat mengelola anak-
dijelaskan oleh Tomagola dalam Bungin anaknya mulai dari kesehatan fisik
(2008:122) citra perempuan ini mereka, keapikan kamar dan pakaian,
tergambarkan sebagai beberapa citra serta kemajuan pendidikan sekolah anak-
yang akan dijelaskan sebagai berikut : a. anaknya. c.Citra Peraduan. Citra ini
Citra Pigura. Menunjukkan bahwa lebih banyak mendasarkan diri pada suatu
penting bagi perempuan agar selalu anggapan tersirat bahwa sewajarnyalah
tampil memikat, seorang perempuan perempuan itu diperlakukan sebagai
perlu mempertegas keperempuannya objek segala jenis pemuasan laki-laki,
yang telah diberi secara biologis seperti khususnya pemuas seksual. Ciri khas
mempunyai buah dada maupun yang adalah bahwa kecantikan perempuan
terpatri secara budaya seperti mempunyai ujungnya adalah untuk dipersembahkan
rambut panjang yang hitam pekat, kepada laki-laki. Kepuasan muncul bukan
mempunyai alis mata yang tebal, pinggul hanya pada laki-laki yang misalnya
yang besar, dan betis yang ramping senang membelai kulit perempuan yang
mulus. Untuk mencapai hal-hal itu halus mulus, tetapi perempuan pun
diperlukan dua syarat, yaitu: kesatu, merasa dihargai, diterima dan dibutuhkan
organ-organ tubuh perempuan yang harus oleh laki-laki karena berhasil membuat
selalu dalam keadaan sehat, kedua, laki-laki bahagia atas kulit halus, putih,
dengan bermodalkan organ-organ yang dan mulusnya.d.Citra Pinggan. Citra ini
sehat, kecantikan seorang perempuan pada dasarnya penampilan perempuan
dapat dibangun. Ada dua cara dalam identik dengan sektor domistik dan
menjaga kesehatan dan kecantikan organ memperkuat gambaran bahwa dunia
tubuh perempuan, yaitu melalui latihan dapur adalah dunia perempuan yang tidak
fisik dan diet. Dalam perjuangan mereka dapat dihindari. Meski demikian, dunia
agar tetap memikat, para perempuan dapur tidak perlu menjadi suatu
dikesankan selalu dikejar-kejar dua rangkaian kegiatan yang menyiksa,
momok: umur mereka dan kegemukan. karena hasil-hasil teknologi dapat dengan
Umur mereka merupakan natural enemy mudah meringankan beban itu melalui
mereka musthahil untuk menghindari dan dua cara. Pertama, dengan menggunakan
karena itu hanya dapat diperlambat saja. alat-alat dapur yang mutakhir yang
Sedangkan b.Citra Pilar. Perempuan berteknologi tinggi, dan kedua, dengan
digambarkan sebagai pilar, pengurus memanfaatkan bahan-bahan masakan
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018
Tokoh utama : “Papa benar, nikah Lovely versi nikah atau S2 bahwa makna
memang penting tapi setelah aku lulus denotasi terdapat pada gambar satu dan
S2” gambar dua di ceritakan sang ayah dan
Ayah : “Hah?” ibu telah menemukan jodoh yang tepat
Tokoh utama : “Seperti dia, aku juga untuk sang anak perempuannya. Jodoh
harus terpelajar, punya karir bagus, baru yang tepat menurut sang ayah dan ibu
kita berdua akan jadi jodoh yang pas. yaitu laki-laki yang terpelajar dan
Jadi sama kan?” memiliki karir yang bagus. Namun sang
Ayah dan ibu : (tersenyum) anak perempuan tidak langsung
Iklan ini diakhiri dengan tampilan menjawab pertanyaan yang dilontarkan
produk pencerah wajah Fair and Lovely oleh sang ayah kepadanya, sang anak
disertai voice over seorang laki-laki, perempuan itu masih mempertimbangkan
“Fair and Lovely”. perihal pertanyaan sang ayah dan ibunya
Dalam proses level ideologi, itu karena sang anak perempuan saat ini
peristiwa-peristiwa dihubungkan dan juga sedang merencanakan untuk
diorganisasikan ke dalam konvensi- meneruskan pendidikannya ke jenjang
konvensi yang diterima secara ideologis. S2. Pada gambar ke delapan sang anak
Bagaimana kode-kode representasi perempuan menjawab pertanyaan sang
dihubungkan dan diorganisasikan ke ayah pada gambar pertama, kalau sang
dalam koherensi sosial atau kepercayaan anak perempuan itu memilih menikah
dominan yang ada dalam masyarakat namun setelah ia selesai menempuh
(Wibowo, 2013:149). Terorganisir dalam pendidikan S2-nya. Sedangkan makna
penerimaan hubungan sosial oleh kode- konotasi yang diperoleh dari adegan-
kode ideologi seperti: individualis, adegan yang terdapat dalam iklan Fair
patriaki, ras, kelas, materialism, and Lovely ini yaitu: (1) Perempuan
kapitalisme. Kecantikan pada level diatur terkait pasangan hidup yang tepat
ideologi dalam iklan produk perawatan sesuai standar tertentu. (2) Perempuan
kecantikan Fair and Lovely merupakan membutuhkan bantuan orang lain untuk
kecantikan yang ditampilkan dari luar mengambil suatu keputusan yang sangat
(outer) dan dari dalam (inner). penting untuk masa depannya. (3)
Kecantikan luar ditampilkan tetap pada Perempuan dituntut untuk terlihat cantik
kecantikan yang selama ini dipercaya sesuai standar tertentu dengan cara
oleh masyarakat Indonesia yaitu: kulit mencerahkan kulit wajahnya. (4)
putih, bibir tipis, hidung mancung, Perempuan ingin setara dengan laki-laki
proporsi tubuh yang ideal, bentuk wajah dari sisi pendidikannya maupun karirnya.
oval dengan dagu panjang, sedangkan Sedangkan mitos yang muncul dari hasil
penampilan dalam yang ditampilkan pada analisis pada iklan perawatan kecantikan
iklan produk perawatan kecantikan Fair Fair and Lovely versi nikah atau S2
and Lovely yaitu dalam gayanya adalah adanya representasi perempuan
berbicara yang lemah lembut dan dalam keluarga menengah, dimana sang
menginspirasi, penampilan yang anak perempuan tidak diutamakan oleh
sederhana dan santun serta mengenakan orangtuanya untuk berpendidikan
hijab sebagai identitas orang Islam. setinggi mungkin, namun sang anak
PENUTUP perempuan lebih dituntut orangtuanya
Simpulan untuk segera menikah agar kewajiban
Setelah mengamati dan menganalisa orangtua pun untuk menikahkan anaknya
dapat ditarik simpulan yang mengacu segera terselesaikan.Gambaran seperti
pada permasalahan yang ada, yakni yang ada pada iklan perawatan
representasi perempuan dalam iklan kecantikan Fair and Lovely versi nikah
produk perawatan kecantikan Fair and atau S2 ini berbeda dengan pandangan
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018