Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Egaliter Vol.1 No.

2 Maret 2018

Analisis Semiotika Dalam Iklan “Fair And Lovely”


Versi Nikah
Atau S2
Ika Malika dan Sinta Petri Lestari
munecayeobo@gmail.com

ABSTRAKSI

Iklan dimedia televisi yang ditampilkan oleh produk Fair and Lovely, sering
memanfaatkan kaum perempuan dengan menonjolkan fisik tertentu yang bertujuan untuk
daya tarik konsumen. Seiring berjalannya waktu dan inovasi produknya, produk Fair and
Lovely menayangkan iklan terbarunya yaitu Fair and Lovely versi Nikah atau S2, pada
iklan ini Fair and Lovely menghadirkan sosok perempuan cantik dalam balutan Hijab.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai landasannya dengan metode
analisis semiotika Roland Barthes. Sedangkan terkait paradigma, penelitian ini
menggunakan paradigma kualitatif. Melalui penelitian ini, peneliti berupaya membongkar
mitos mengenai perempuan yang ada dibalik iklan produk perawatan kecantikan Fair and
Lovely versi Nikah atau S2.
Hasil dari penelitian ini yaitu dari makna denotasi Sang Ayah dan Sang Ibu yang telah
menemukan jodoh yang tepat untuk sang anak perempuannya, tetapi anak perempuannya
masih mempunyai rencana untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S2. Makna
konotasinya Sang Ayah dan Sang Ibu lebih menginginkan anak perempuannya untuk
segera menikah dibandingkan anak perempuannya melanjutkan pendidikan kejenjang S2.
Mitos pada iklan ini yaitu gambaran yang ditampilkan pada iklan berbeda dengan
pandangan pendidikan khususnya kaum perempuan di Agama Islam, bahwa Agama Islam
tidak membeda-bedakan derajat kaum laki-laki ataupun kaum perempuan dalam bidang
apapun, sedangakan pada iklan Fair and Lovely seolah-olah menyatakan secara tidak
langsung kalau seorang perempuan harus setara dengan laki-laki dengan cara
berpendidikan yang tinggi.

Kata Kunci : denotasi, iklan, konotasi, mitos, perempuan

PENDAHULIAN mulai dari sisi keberhasilan karir dan


Dewasa ini perbincangan mengenai jabatannya, ketegarannya menyikapi
perempuan dan media menjadi dua hal sebuah persoalan besar, kenekatannya
yang tidak bisa dipisahkan. Kita pun dalam melakukan sesuatu dan terakhir
tidak bisa memungkiri hal ini, apalagi adalah keberaniannya untuk
mengingat berbagai fakta yang sering memperlihatkan auratnya. Setiap
disajikan di media massa yang mayoritas perempuan sebenarnya secara umum
berhubungan dengan perempuan. Media memiliki rasa yang sama dengan laki-laki
massa dan perempuan ibarat dua sisi yakni keinginan untuk terkenal, untuk
mata uang yang tidak bisa dipisahkan, mendapatkan banyak uang serta untuk
keduanya memiliki kaitan erat yang menjadi terhormat (Athiya, 2012:84).
berjalan, berkeliling, dan saling Perempuan dalam bingkai media
melengkapi. massa seringkali menjadi topik
Perempuan banyak yang pembicaraan yang menarik dan tidak
memanfaatkan jasa media massa demi berujung. Kesetaraan gender yang
untuk meningkatkan popularitasnya, didengungkan selama ini idealnya
sebaliknya media massa butuh sebuah menjadi jaminan bagi perempuan untuk
nuansa khas dari seorang perempuan, setara dengan laki-laki terutama dalam
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

bidang IPTEK, sehingga tidak menjadi terhormat diantara makhluk lainnya yang
bias gender. Dalam hal ini peran media ada dibumi.
yang mendidiklah yang sangat diperlukan Dengan demikian jelas ukuran
untuk mendongkrak dan mengangkat popularitas seorang kaum perempuan
martabat seorang kaum perempuan, akan sangat rendah nilainya jika hanya
bukan justru menjadikan kaum disamakan pada penilaian-penilaian fisik
perempuan sebagai objek eksploitasi bagi semata. Siapapun orangnya, jika hanya
media tersebut. Sejatinya keberadaan mampu mengeskploitasi kemolekan
media menjadi sarana bagi kaum tubuhnya semata dalam mencapai
perempuan untuk menuangkan ekspresi popularitasnya maka ia harus rela
dan kreasinya, dalam kehidupan disamakan nilainya dengan binatang
bermasyarakat melalui kemampuannya peliharaan, yang lebih banyak dinilai
berkarya dalam hal apapun yang dengan standar-standar yang rendah
bermanfaat bagi dirinya ataupun seperti itu. Iklan-iklan yang muncul pada
masyarakat sekitarnya. media elektronik seperti melalui televisi
Media massa mempunyai tanggung semuanya memiliki persamaan yaitu
jawab yang besar sebagai perantara ingin mendekatkan khalayak sasaran
penyebaran pengetahuan kepada dengan menarik perhatian mereka, hanya
masyarakat, bukan hanya sekedar pencari iklan yang mampu menarik perhatianlah
uang untuk kepentingan pribadi ataupun yang akan diingat oleh calon pembeli.
golongan tertentu dengan cara Terdapat banyak tema yang menarik dan
mengeksploitasi kaum perempuan. Ada dapat diangkat ke dalam iklan. Tema
satu falsafah mengatakan,“baik buruknya representasi perempuan ini diangkat oleh
suatu bangsa tergantung pada sebuah iklan televisi produk perawatan
perempuan, bila perempuannya bagus kulit dari Unilever yaitu iklan Fair and
maka majulah suatu negara. Tetapi bila Lovely.
perempuannya bermoral jelek maka Iklan Fair and Lovely yang akan
hancurlah sebuah negara”. diteliti yaitu iklan Fair and Lovely versi
Begitu besarnya tanggung jawab nikah atau S2. Pada iklan ini menurut
yang dipikul kaum perempuan demi asumsi peneliti memiliki konsep cerita
kemajuan suatu bangsa. Namun, yang berbeda dari iklan perawatan kulit
mengapa kaum perempuan selalu saja lainnya yaitu representasi perempuan.
menerima perlakuan yang diskriminatif Pada umumnya iklan perawatan kulit
dan stereotipe yang negatif, misalnya saja hanya menampilkan keunggulan produk
kemolekan tubuh kaum perempuan yang serta kecantikan dari bintang iklannya
selalu dipertontonkan dan menjadi saja, tetapi kali ini iklan Fair and Lovely
sorotan yang paling utama dalam sebuah memiliki konsep tema iklan yang berbeda
media massa. dari iklan-iklan Fair and Lovely
Dengan alasan popularitas kaum sebelumnya.
perempuan kerapkali dengan senang hati Sebagian besar iklan kosmetik dan
memamerkan auratnya dihadapan publik perawatan tubuh menyoroti wajah yang
seakan popularitas hanya bisa dilakukan bersih, putih, dan bertipe wajah barat,
dengan cara seperti ini, maka hal ini akan postur model tinggi dan kurus, rambut
sangat merendahkan martabat seorang hitam, lurus, dan mengkilap, kulit model
kaum perempuan. Padahal manusia putih dan halus. Kemunculan iklan
diciptakan Tuhannya dengan dibekali produk kecantikan baru dari Fair and
akal pikiran agar bisa mengetahui serta Lovely menjadi sebuah fenomena baru
memilih apa yang baik ataupun buruk didunia periklanan, meskipun fenomena
untuk dirinya sendiri, yang akan ini bukan hal yang baru bagi sebagian
memandu manusia tersebut menjadi merek produk kecantikan lainnya, dalam
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

tayangan iklan ini perempuan tidak lagi membuat kita mengetahui apa yang ingin
menonjolkan lekuk tubuhnya, ataupun kita jual ataupun beli.
mempertontonkan seluruh tubuh yang Iklan dalam Televisi
memiliki kulit halus sebagai standar Selanjutnya The Internal Chamber of
kecantikan untuk kaum perempuan pada Commerce dalam istilah kamus
umumnya, namun iklan Fair and Lovely marketing memberikan suatu pengertian
yang terbaru ini memperlihatkan iklan yang diturunkan dari definisi yang
kecantikan kaum perempuan melalui dikeluarkan oleh The American
model iklan perempuan dengan balutan Marketing Association. Definisi ini
hijab. berbunyi : penyampaian berkali-kali
suatu pelayanan atau ide perdagangan ke
PERUMUSAN MASALAH pasar secara tidak pribadi oleh sponsor
Berdasarkan latar belakang di atas, yang jelas yang membayar jasa
maka rumusan dalam penelitian ini penyampaian pesan-pesan mereka kepada
adalah sebagai berikut : Apakah media-media periklanan (Emery dalam
Representasi Perempuan dalam Iklan Wibowo 2013:151). Definisi ini
Fair and Lovely versi Nikah atau S2 menyebutkan bahwa iklan merupakan
dapat memberikan pengaruh berdasarkan suatu kegiatan yang dibiayai oleh sponsor
pemaknaan atas tanda-tanda konsep yang bersifat intuisi bukan perorangan.
denotasi, konotasi, dan mitos dalam teks Namun pada definisi ini tidak
iklan ? disebutkan karakteristik media periklanan
itu. Wells, Burnett, dan Mortarty
KERANGKA TEORI mengatakan bahwa iklan adalah suatu
Bauran Pemasaran bentuk komunikasi yang dibayar oleh non
Dunia pemasaran tidak bisa lepas personal dari sponsor yang dikenal
dari fungsi promosi, Philip Kottler dalam dengan menggunakan media massa untuk
Wibowo (2013:150) berpendapat mengajak atau mempengaruhi khalayak
setidaknya ada empat hal yang menjadi (Wibowo 2013:151).
dimensi utama dalam marketing, ia Bungin mendefinisikan iklan,
menyebutnya sebagai bauran pemasaran terutama iklan televisi adalah sebuah
(marketing mix) yaitu, Product, Price, aktivitas di dalam dunia komunikasi,
Place, Promotion. Product merupakan karenanya cara kerja iklan juga
kombinasi barang atau jasa yang dijual menggunakan prinsip komunikasi, iklan
atau ditawarkan. Price, merupakan uang televisi adalah media untuk
yang harus dibayarkan oleh seseorang mengomunikasikan individu (masyarakat
untuk produk tadi. Place, merupakan pemirsa) dengan materi (produk) yang
aktivitas perusahaan untuk membuat diiklankan. Dan untuk membangkitkan
produk tersedia bagi konsumen sasaran. citra produk yang diiklankan maka
Promotion, berarti aktivitas yang digunakan simbol-simbol untuk
mengkomunikasikan keunggulan produk. membangun citra, makna dan kesadaran
Promosi sebagai bentuk komunikasi terhadap sebuah realitas sosial. Simbol-
mempunyai beberapa bentuk simbol yang dimaksud adalah simbol-
penyampaian, Kottler memasukkan iklan simbol yang menjadi acuan dimasyarakat
sebagai salah satu bentuk penyampaian atau dengan kata lain adalah simbol-
pesan promosi (Wibowo, 2013:150). simbol yang dimodernkan oleh
Iklan sebagai salah satu bentuk masyarakat (2008:40-41).
komunikasi banyak berhubungan dengan Iklan televisi adalah media pemilik
bagaimana pesan-pesan promosi produk yang diciptakan oleh biro iklan,
disampaikan. Frank Jefkins dalam kemudian iklan televisi disiarkan televisi
Wibowo (2013:151) mengatakan iklan dengan berbagai tujuan, di antaranya
adalah sesuatu yang bertujuan untuk
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

adalah sebagai informasi produk dan dalam lingkup pasar global. Kerena itu
mendorong penjualan. Oleh karena itu iklan merupakan bagian penting dari
iklan televisi harus memiliki segmen strategi pemasaran komoditas.
berdasarkan pilihan segmen produk. Strategi yang dibuat oleh para
Segmen ini ditentukan untuk memilih pemilik komoditas dimaksudkan agar
strategi media, agar iklan sampai pada para konsumen menerima produk mereka
sasaran. dan kemudian mengkonsumsinya. Untuk
Indiwan Seto Wahyu Wibowo itu sebagai bentuk komunikasi pemasaran
(2013:151) menyimpulkan, Iklan harus bisa menyampaikan kepada
merupakan suatu kegiatan yang khlayaknya tujuan-tujuan pemasaran
digunakan untuk mempersuasi konsumen tersebut dengan menonjolkan hal-hal baik
oleh sejumlah atau suatu institusi bukan dan nilai guna yang dimiliki produk dan
personal dan iklan dalam definisi ini sebaliknya sebisa mungkin iklan
merupakan suatu pengisi media massa menutupi keburukan produk tersebut
karena ia harus menggunakan media yang (Wibowo, 2013:154).
spesifik dan dapat menerpa orang Sosok figur perempuan dalam
banyak. sebuah tayangan iklan bukanlah hal baru,
Iklan televisi juga dapat dilihat manakala disimak dan dicermati lebih
sebagai bagian dari konstruksi simbol jauh, ternyata bahasa representasi atau
bahasa budaya dalam masyarakat tanda-tanda yang digunakan paling
kapitalis maupun bahasa kelas sosial menonjol adalah berupa objek tanda
(Bungin, 2008:27). Dalam media televisi, figure perempuan (Bungin, 2008:236).
konstruksi iklan televisi atas realitas Berangkat dari kenyataan eksploitasi
sosial menempatkan individu sebagai daya tarik organ-organ tubuh dan
subjek sekaligus juga dalam objek dalam seksualitas perempuan yang bertebaran
konstruksi sosial, yang senantiasa diruang iklan media massa inilah,
melakukan konstruksi sekaligus akhirnya bermuara pada terminologi
mendekonstruksi iklan televisi. Kontruksi ikutan yang menyertainya, yakni konsep
iklan televisi atas realitas sosial pornografi, yang mana dalam hal ini,
diciptakan oleh pemilik produk selalu menempatkan perempuan sebagai
(kapitalis), copywriter, dan visualizer, sang korban (Kasiyan, 2008:256).
materi konstruksi iklan televisi ikut Dari kenyataan tersebut akhirnya
membangun konstruksi sosial melalui banyak kaum feminis menyerang tirani
pencitraan dan pemberian makna lebih kecantikan, mendebatnya bukan hanya
terhadap makna iklan televisi. Dengan karena hal ini menginstitusionalisasikan
demikian, terjadi pengandalan kekuatan hegemoni tatapan laki-laki, namun juga
dan visualizer diperkuat lagi oleh bahwa tirani itu juga menimbulkan harga
kekuasaan audio visual media elektronik fisik, emosional, dan ekonomi yang
televisi yang sampai saat ini menjadi mahal bagi perempuan (Kasiyan,
media legitimasi simbol budaya modern 2008:278). Perempuan memiliki
masyarakat (Bungin, 2008:42). bagian‐bagian tubuh yang dijadikan objek
Iklan pada dasarnya mengikuti kecantikan dan mempunyai makna sosial
bagaimana tujuan-tujuan promosi dan bagi masyarakat. Peneliti, mengacu pada
pemasaran yang telah dibuat. Suharko Anthony Synnott (1993:282)
dalam Wibowo (2013:154) menyimpulkan beberapa bagian tubuh
mengungkapkan bahwa melalui iklan, tersebut, salah satunya adalah wajah,
kelompok-kelompok pemasar komoditas bagian fisik manusia yang unik, lunak
mengintresentasikan dan dan bersifat publik. Wajah juga menjadi
mensosialisasikan nilai guna dari suatu penentu dasar persepsi tentang makna
komoditas, dan memproyeksikannya ke kecantikan dan kejelekan individu.
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

Bagian tubuh selanjutnya adalah rambut, hiperrealistik, menurutnya iklan berusaha


yang merupakan simbol identitas menciptakan suatu realitas namun realitas
individu sekaligus simbol kelompok yang iklan sendiri selalu berbeda dari realitas
kuat, yang memberikan simbolisasi nyata yang ada dimasyarakat.Suharko
kebebasan karena rambut dapat dibentuk mengatakan iklan berusaha
tergantung individu maupun kelompok. merepresentasikan kenyataan yang hidup
Kulit juga adalah bagian yang diekspos dalam masyarakat melalui simbol-simbol
media, khususnya iklan, sekaligus salah tertentu, sehingga mampu menimbulkan
satu indera terpenting manusia, indera impresi dalam benak konsumen bahwa
perasa. Selanjutnya secara keseluruhan, citra produk yang ditampilkan adalah
tubuh manusia menjadi objek iklan. juga bagian dari kesadaran budayanya
Selain dari kecantikan tubuh, (1998:324).
feminitas juga dianggap sebagai bagian Untuk itu iklan berusaha
dari kecantikan seorang perempuan. Hal mengkonstruksikan suatu tampilan-
tersebut tampak dari iklan‐iklan yang tampilan yang dekat dengan kesadaran
menampilkan perempuan dalam sikap budaya konsumen menggunakan
lemah lembut, ramah, dan cenderung sejumlah teknik manipulasi, sehingga
diindentikkan dengan peran perempuan terkonstruksikan suatu realitas tertentu.
dalam ranah domestik. Penampilan Yong Sang berpendapat para ahli
adalah salah satu kunci dari feminitas pembuat iklan sering secara sengaja
saat ini. Perempuan harus cantik, menciptakan gambaran yang palsu dalam
langsing, dan berpakaian baik untuk iklan (pseudo reality). Bisa dibayangkan
menjadi sosok yang diinginkan oleh iklan adalah suatu sajian yang penuh
orang lain. Hal tersebut menjadi bagian dengan manipulasi fotografi,
dari didikan yang diberikan oleh orang pencahayaan dan taktik-taktik kombinasi
tua sejak kecil, ketika anak perempuan lain yang memunculkan suatu
bermain boneka, mendandani boneka dan pengalaman yang seolah-olah dialami
diperkenalkan dengan pakaian‐pakaian sendiri (a vicorius experience) (Suharko,
yang indah. 1998:325).
Berkait dari kecantikan seperti apa Menurut Burhan Bungin konstruksi
yang disosialisasikan oleh keluarga iklan atas realitas sosial terjadi melalui
terdekat, kecantikan yang diproduksi oleh lima tahap yaitu : 1.) Tahap Menyiapkan
iklan menjadi bagian komodifikasi Materi Konstruksi Iklan. Pada tahap ini
kapitalisme. Kondisi dimana khalayak materi konstruksi iklan disiapkan. Ada
diajar untuk mengetahui apa yang mereka keterlibatan dari pemesan iklan dengan
butuhkan dan mereka inginkan dengan tim kreatif dari biro iklan dalam proses
demikian mengenal komoditas produk konsultasi antara tim kreatif biro iklan
tertentu yang akan memenuhi kebutuhan dan pemesan, masalah perusahaan dan
khalayak. Suharko mengatakan bahwa penjualan dihubungkan dengan tujuan-
melalui iklan, citra (image) mengenai tujuan pembuatan iklan dan efek yang
kelompok-kelompok masyarakat tersebut ingin dicapai. 2) Tahap Sebaran
dibentuk, ditekan, dan dikonstruksikan ke Konstruksi. Sebuah konstruksi iklan atas
dalam bangunan kesadaran yang realitas sosial dilakukan melalui strategi
bermuara pada bujukan untuk iklan. Penyesuaian antara strategi dan
mengkonsumsi suatu komoditas bentuk-bentuk realitas dalam masyarakat.
(1998:323). Pada tahap ini terjadi pemilihan rencana-
Iklan adalah acuan, artinya iklan rencana konstruksi tanda yang akan
adalah diskursus tentang realitas yang digunakan. 3.) Tahap Pembentukan
menggambarkan, memproyeksikan dan Konstruksi. Pembentukan konstruksi citra
menstimulasikan suatu dunia mimpi yang dalam iklan. Para tim kreatif berusaha
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

mengkonstruksi susunan tanda dalam Yang menjelaskan bahwa bahasa


iklan agar citra yang disampaikan oleh berfungsi seperti cermin yang
iklan sesuai dengan strategi yang dibuat. memantulkan (merefleksikan) arti
4.) Tahap Konfirmasi. Pesan yang yang sebenarnya (mimetic).
disampaikan iklan kemudian 2. Intentional Approach
dikonfirmasikan antar individu-individu Dimana bahasa digunakan
yang menjadi khalayak iklan. Sehingga mengekspresikan arti personal dari
timbul wacana tentang produk yang seseorang penulis, pelukis, dan lain-
diiklankan. 5.) Tahap Perilaku Keputusan lain. Pendekatan ini dianggap
Konsumen. Konsumen pada tahap ini memiliki kelemahan, karena
akan memberikan suatu keputusan menganggap bahasa sebagai kode
dengan perilaku-perilaku tertentu atas pribadi sehingga sangat subjektif.
produk yang diiklankan. Keputusan- 3. Constructionist Approach
keputusan tersebut sangat dipengaruhi Yaitu pendekatan yang
oleh bingkai budaya, keadaan ekonomi, menggunakan sistem bahasa
dan faktor kejiwaan dari konsumen. (language) atau sistem apapun untuk
Dari tahapan ini yang menjadi merepresentasikan konsep kita
penekanan dalam studi semiotika adalah (concept). Pendekatan ini lebih pada
pada tahap ketiga, yaitu pada saat terjadi pendekatan yang bertujuan
pembentukan konstruksi. Pada tahap ini mengartikan suatu bahasa
tanda dibentuk dan dikonstuksikan serta (language).
disampaikan pada khalayak melalui Representasi juga merupakan konsep
media yang terpilih. Tanda-tanda yang yang menghubungkan antara makna dan
dikonstruksikan tersebut merupakan bahasa dengan budaya. Representasi juga
suatu sistem tanda yang dalam semiotika dapat berarti menggunakan bahasa untuk
dipakai sebagai kajian utama. Jadi mengatakan sesuatu yang penuh arti atau
penelitian ini akan mencapai gambaran menggambarkan dunia yang penuh arti
seperti apa tanda sebagai sebuah sistem kepada orang lain. Representasi juga
dalam realitas simbolik berupa teks iklan merupakan sebuah bagian esensial dari
sehingga terjawablah bagaimana sistem proses dimana makna dihasilkan dan
representasi yang terdapat dalam diubah oleh anggota kultur tersebut
konstruksi iklan tersebut (Wibowo, (Stuart Hall dalam Dewi, 2012:15).
2013:155-156). Menurut Stuart Hall ada Iklan sebagai bagian media massa
dua proses representasi :1. Representasi adalah media representasi, dikatakan
Mental.Yaitu konsep tentang sesuatu begitu karena gambar visual ataupun
yang ada dikepala kita masing-masing tulisan, dalam bentuk caption atau
(peta konseptual) Representasi mental kata‐kata yang terdapat pada iklan
masih merupakan sesuatu yang abstrak. merupakan tanda dan dengan begitu
2. Bahasa. Bahasa yang berperan penting representasi dari objek sebenarnya
dalam proses konstruksi makna. Konsep didunia nyata. Sebagai contoh iklan yang
abstrak yang ada dalam kepala kita harus memasang gambar pemandangan alam
diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, adalah representasi alam didunia diluar
supaya kita dapat menghubungkan media iklan. Maka sah‐sah saja bila
konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu kemudian khalayak memaknainya
dengan tanda dari simbol-simbol tertentu sebagai sebuah simbol kedamaian dan
(Wibowo, 2013:148). Dan Teori harmoni, karena tanda bersifat arbitrari,
representasi menurut Stuart Hall dalam yang berarti ada kesepakatan‐kesepakatan
Dewi (2012:16) terdiri dari 3 pendekatan tertentu antara pengguna dan pemakna
yaitu : tanda. Seringkali makna yang dihasilkan
1. Reflective Approach oleh penonton atau pembaca iklan
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

berbeda dari makna yang dimaksudkan luas citra dan peran bagi perempuan. Di
oleh pencipta iklan dan produsen. sini juga melihat sejarah ketidakadilan,
Teori Media Massa dan Gender ketidaksetaraan dan perubahan sosial
Pengertian media (Cangara, berjalan beriringan dalam realitas media
2012:137) adalah alat atau sarana yang dan realitas kehidupan sehari-hari. Media
digunakan untuk menyampaikan pesan dinggap sebagai agen sosialisasi gender
dari komunikator kepada khalayak. Ada yang penting dalam keluarga dan
beberapa pakar psikologi memandang masyarakat. Media mengungkapkan
bahwa dalam komunikasi antar manusia, kepada masyarakat tentang peran
media yang paling dominan dalam perempuan dan laki-laki dari sudut
berkomunikasi adalah pancaindra pandang tertentu. Media menentukan dan
manusia, seperti mata dan telinga. Media mengukuhkan ideologi, sistem
yang dimaksud dalam buku ini, ialah kepercayaan, atau pandangan hidup
media yang digolongkan atas empat tertentu. Media juga menanamkan
macam, salah satunya adalah media kesadaran dan mitos tertentu tentang
massa. Jika khalayak tersebar tanpa dunia dan kehidupan. Media demikian
diketahui dimana mereka berada, maka bisa menjadi saluran mitos dan sekaligus
biasanya digunakan media massa. Media sarana pengukuhan mitos tertentu tentang
massa adalah alat yang digunakan dalam gender, perempuan dan laki-laki
penyampaian pesan dari sumber kepada (Ibrahim, 2011:4-6).
khalayak (penerima) dengan Bahkan representasi media yang
menggunakan alat-alat komunikasi dipermukaan terlihat tidak sesuai dengan
(Cangara, 2012:140). stereotipe gender mencerminkan
Secara teoritis, media massa pandangan tradisional tentang perempuan
bertujuan menyampaikan informasi dan laki-laki pada tingkatan mendasar.
dengan benar secara efektif dan efisien. Tiga akibat dari representasi media
Pada prakteknya, apa yang disebut tentang gender: pertama, media
sebagai kebenaran ini sangat ditentukan memupuk ideal-ideal gender yang tak
oleh jalinan banyak kepentingan. Akan realistis tentang perempuan dan laki-laki;
tetapi, atas semua itu, yang paling utama kedua, media mendorong kita untuk
tentunya adalah kepentingan survival mempatologisasikan fungsi dan tubuh
media itu sendiri. Media bukan cuma manusia yang normal; dan ketiga, media
menentukan realitas macam apa yang menormalisasikan kekerasan terhadap
akan mengemuka, namun juga siapa yang perempuan. Akibatnya adalah selama
layak dan tidak layak masuk menjadi media mendefiniskan maskulinitas dan
bagian dari realitas itu (Sobur, femininitas dengan cara-cara demikian, ia
2013:114).Sejarah media membatasi kita dan kemungkinan kita
menggambarkan dan merepresentasikan sebagai manusia (Ibrahim, 2011:4-6).
perempuan sejajar dengan penggambaran Representasi dalam Media Massa
orang kulit berwarna. Perempuan dan Representasi merupakan salah satu
kulit berwarna sering dimarginalkan konsep kunci dalam memahami teks
dalam sebuah bentuk media. Citra-citra media. Menurut Graeme Burton
stereotipe tentang perempuan yang (2012:137) kata representasi merujuk
mencolok mendominasi tahun-tahun awal pada deskripsi terhadap orang yang
media massa. membantu mendefinisikan kelompok-
Saat khalayak media dan industri kelompok tertentu. Namun, representasi
media merasakan pengaruh gerakan juga merujuk pada penggambaran suatu
untuk memperjuangkan hak-hak institusi. Jika dilihat dari pengertian yang
perempuan, citra stereotipe ini menuju lebih luas, sebenarnya semua komunikasi
jalan ke arah keanekaragaman yang lebih mengonstruksi representasi (Burton,
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

2011:240). Melalui komunikasi dalam merupakan pemahaman mengenai


kehidupan sehari-hari, masyarakat dapat kelompok yang direpresentasikan.
membangun representasi kelompok- Pemahaman menyangkut siapa mereka,
kelompok tertentu dan memperkuatnya. bagaimana mereka dinilai, bagaimana
Namun, pada media massa, khususnya mereka dilihat oleh orang lain.
televisi, bentuk representasi semakin Pemahaman tersebut bisa secara umum
terlihat nyata, terutama karena didukung dimiliki oleh anggota kelompok itu dan
teknologi yang lebih lengkap. Hal ini oleh orang lain diluar kelompok. 2.)
senada dengan apa yang dikemukakan Perbedaan. Perbedaan terkait erat dengan
oleh Graeme Burton (2012:240), identitas. Identitas yang mampu
“Bahkan di antara media-media lain, direpresentasikandan memiliki makna,
televisi bersifat istimewa karena maka dengan sendirinya identitas tersebut
ketersediaannya yang lengkap. Dan ada membuat mereka yang direpresentasikan
sesuatu yang juga lebih spesial perihal berbeda dengan mereka yang tidak
program televisi ini, yang secara direpresentasikan. 3.) Pengalamiahan
langsung terkait dengan representasi (Naturalisasi). Naturalisasi merupakan
kelompok sosial”. pengabsahan bagi pandangan tertentu
Ketika kita membicaraan berkenaan dengan tatanan sosial sebagai
representasi maka kita pun akan hubungan kekuasaan tertentu.
membicarakan tentang makna. Ini senada Naturalisasi hadir untuk mengabsahkan
dengan apa yang dikemukakan oleh ketidakadilan kekuasaan dalam setiap
Burton (2012:137), yaitu bahwa persoalan representasi, termasuk gender
representasi menyangkut pembuatan dan kelas..
makna. Dalam kaitannya dengan media, Hall (dalam Burton, 2012:141)
media massa membentuk makna mendeskripsikan tiga pendekatan
mengenai realitas disekeliling khalayak terhadap representasi yang dapat
dan cara untuk memahami realitas. Teks- diringkas sebagai berikut: 1.)Reflektif:
teks media, baik media massa yang berkaitan denganpandangan atau
konvensional seperti televisi dan media makna tentang representasi yang entah
cetak hingga media digital dimana diluar sana dalam masyarakat
merepresentasikan kelompok tertentu dan sosial kita. 2.)Intensional: yang menaruh
membentuk makna mengenai kelompok- perhatianterhadap pandangan
kelompok tersebut. kreator/produser representasi tersebut.
Karena representasi mengonstruksi 3.)Konstruksionis: yang menaruh
makna mengenai kelompok tertentu, perhatian terhadap bagaimana
maka representasi seringkali representasi dibuat melalui Bahasa,
dihubungkan bahkan disamakan dengan termasuk kode-kode visual.
stereotipe. Namun sebenarnya Semiotika Roland Barthes
representasi dan stereotipe memiliki Roland Barthes lahir pada tahun
pengertian yang berbeda. Stereotipe 1915 dari keluarga menengah protestan di
merupakan pelabelan terhadap kelompok Cherbourg dan dibesarkan di Bayyone,
tertentu. Pelabelan ini dapat berupa hal kota kecil dekat pantai Atlantik, di
yang positif maupun negatif tapi pada sebelah barat daya Prancis. Barthes
media massa, terutama berkaitan dengan dikenal sebagai salah satu pemikir
gender pelabelan ini seringkali bersifat strukturalis yang rajin mempraktikkan
negatif. Representasi tidak selalu model linguistik dan semiologi
berbicara mengenai stereotipe. Burton Saussuren. Barthes berpendapat bahwa
(2012:243-246) mengemukakan kata-kata bahasa adalah sebuah sistem tanda yang
kunci terkait dengan representasi, yaitu mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu
sebagai berikut: 1.) Identitas. Identitas masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

Ia mengajukan padangan ini dalam anggapan berdasarkan observasi kasar


Writing Degree Zero (1953;ter.Inggris yang digeneralisasikan oleh karenanya
1977) dan Critical Essays (1964, terj. lebih banyak hidup dalam masyarakat.
Inggris 1972). Barthes telah banyak Mitos mungkin hidup dalam sebuah
menulis buku yang beberapa di antaranya gossip kemudian ia mungkin dibuktikan
menjadi bahan rujukan penting untuk dengan tindakan nyata. Sikap kita
studi semiotika di Indonesia.Salah terhadap sesuatu yang berhubungan oleh
satunya berjudul Mytologies (Mitologi- mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini
Mitologi). Dalam karyanya ini, ia menyebabkan kita mempunyai prasangka
menganalisis data cultural yang dikenal tertentu terhadap suatu hal yang
umum seperti balap sepeda Tour de dinyatakan dalam mitos. Berdasarkan
France, reklame dalam surat kabar dan pemaparan mengenai denotasi, konotasi
lain-lain sebagai gejala masyarakat dan mitos diatas dapat kita simpulkan
borjuis. bahwa denotasi pada dasarnya sama
Kunci dari analisisnya, Barthes dengan makna referensial, sebab makna
melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi ini merupakan makna yang
denotasi. Barthes menjelaskan signifikasi sesuai dengan hasil observasi menurut
tahap pertama merupakan hubungan penglihatan, penciuman, pendengaran,
antara signifier (penanda) dan signified perasaan atau pengalaman lainnya.
(petanda) di dalam sebuah tanda terhadap Makna denotasi ini menyangkut
realitas eksternal, Barthes menyebutnya informasi-informasi faktual objektif.
sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah Misalnya, kata perempuan dan wanita
yang digunakan Barthes untuk kedua kata ini mempunyai makna
menunjukan signifikasi tahap kedua. denotasi yang sama yaitu manusia
Pada signifikasi tahap kedua yang dewasa bukan laki-laki dan mempunyai
berhubungan dengan isi, tanda bekerja karakter fisik perempuan.
melalui mitos (myth). (1) Makna Sedangkan konotasi dapat kita sebut
denotasi: Denotasi sebagai suatu sebagai makna tambahan. Konotasi
hubungan tanda-isi sederhana atau makna diartikan sebagai aspek makna sebuah
yang paling nyata. Apa yang atau sekelompok kata yang didasarkan
digambarkan tanda terhadap sebuah atas perasaan atau pikiran yang timbul
objek. (2) Makna konotasi: Konotasi atau ditimbulkan pada pembicara
adalah istilah yang digunakan untuk (penulis) dan pendengar (pembaca).
menunjukkan signifikasi tahap kedua. Misalnya kata amplop, ia bermakna
Hal ini menggambarkan interaksi yang sampul yang berfungsi tempat mengisi
terjadi ketika tanda bertemu dengan surat atau uang atau apapun, sedangkan
perasaan atau emosi dari pembaca serta pada kalimat Berilah ia amplop agar
nilai-nilai kebudayaannya. (3) Makna urusanmu segera beres, maka kata
mitos: Mitos adalah bagaimana amplop sudah bermana konotatif, yakni
menjelaskan atau memahami beberapa berilah ia uang. Sedangkan mitos adalah
aspek tentang realitas atau gejala alam. makna yang berfungsi untuk
Mitos merupakan produk kelas sosial mengungkapkan dan memberikan
yang sudah mempunyai suatu dominasi. pembenaran bagi nilai-nilai dominan
Mitos merupakan suatu wahana yang berlaku dalam suatu periode
dimana suatu ideologi berwujud. Mitos tertentu.
dapat berangkai menjadi mitologi yang Representasi Perempuan di Media
memainkan peranan penting dalam Massa
kesatuan-kesatuan budaya. Banyak orang Representasi adalah konsep yang
beranggapan bahwa mitos tidak dibentuk digunakan dalam proses sosial
melalui penyelidikan, akan tetapi melalui pemaknaan melalui sistem penandaan
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

yang tersedia, seperti dialog, tulisan, utama keluarga. Pengertian budaya yang
video, film, fotografi. Representasi dikandungnya adalah bahwa laki-laki dan
berarti memproduksi makna dengan perempuan itu sederajat, tetap kodratnya
menggunakan bahasa untuk berbeda, sehingga wilayah kegiatan dan
menyampaikan sesuatu yang bermakna tanggung jawabnya adalah dalam rumah
ataupun untuk mewakili sesuatu dengan tangga, sementara laki-laki adalah kepala
penuh arti kepada orang lain. Umumnya keluarga, pencari nafkah, dengan wilayah
pencitraan dalam iklan televisi kegiatan diluar rumah. Sebagai pengelola
disesuaikan dengan kedekatan jenis objek domestik, perempuan diharapkan
iklan yang diiklankan, walaupun tidak mengelola tiga hal utama. Pertama,
jarang pencitraan dilakukan secara ganda, keapikan fisik dari rumah suaminya.
artinya iklan menggunakan beberapa Kedua, sebagai pengelola dari sumber
pencitraan terhadap suatu objek iklan. daya, (resource) rumah tangga yang
Pada beberapa iklan yang menonjol dapat berupa: tenaga kerja yang tersedia
dalam pencitraan, diperoleh beberapa dan keuangan rumah tangga. Ketiga,
kategorisasi penggunaan citra dalam sebagai istri dan ibu yang baik dan
iklan televisi, di antaranya: bijaksana, seorang perempuan juga
(1) Citra Perempuan. Seperti yang diharapkan dapat mengelola anak-
dijelaskan oleh Tomagola dalam Bungin anaknya mulai dari kesehatan fisik
(2008:122) citra perempuan ini mereka, keapikan kamar dan pakaian,
tergambarkan sebagai beberapa citra serta kemajuan pendidikan sekolah anak-
yang akan dijelaskan sebagai berikut : a. anaknya. c.Citra Peraduan. Citra ini
Citra Pigura. Menunjukkan bahwa lebih banyak mendasarkan diri pada suatu
penting bagi perempuan agar selalu anggapan tersirat bahwa sewajarnyalah
tampil memikat, seorang perempuan perempuan itu diperlakukan sebagai
perlu mempertegas keperempuannya objek segala jenis pemuasan laki-laki,
yang telah diberi secara biologis seperti khususnya pemuas seksual. Ciri khas
mempunyai buah dada maupun yang adalah bahwa kecantikan perempuan
terpatri secara budaya seperti mempunyai ujungnya adalah untuk dipersembahkan
rambut panjang yang hitam pekat, kepada laki-laki. Kepuasan muncul bukan
mempunyai alis mata yang tebal, pinggul hanya pada laki-laki yang misalnya
yang besar, dan betis yang ramping senang membelai kulit perempuan yang
mulus. Untuk mencapai hal-hal itu halus mulus, tetapi perempuan pun
diperlukan dua syarat, yaitu: kesatu, merasa dihargai, diterima dan dibutuhkan
organ-organ tubuh perempuan yang harus oleh laki-laki karena berhasil membuat
selalu dalam keadaan sehat, kedua, laki-laki bahagia atas kulit halus, putih,
dengan bermodalkan organ-organ yang dan mulusnya.d.Citra Pinggan. Citra ini
sehat, kecantikan seorang perempuan pada dasarnya penampilan perempuan
dapat dibangun. Ada dua cara dalam identik dengan sektor domistik dan
menjaga kesehatan dan kecantikan organ memperkuat gambaran bahwa dunia
tubuh perempuan, yaitu melalui latihan dapur adalah dunia perempuan yang tidak
fisik dan diet. Dalam perjuangan mereka dapat dihindari. Meski demikian, dunia
agar tetap memikat, para perempuan dapur tidak perlu menjadi suatu
dikesankan selalu dikejar-kejar dua rangkaian kegiatan yang menyiksa,
momok: umur mereka dan kegemukan. karena hasil-hasil teknologi dapat dengan
Umur mereka merupakan natural enemy mudah meringankan beban itu melalui
mereka musthahil untuk menghindari dan dua cara. Pertama, dengan menggunakan
karena itu hanya dapat diperlambat saja. alat-alat dapur yang mutakhir yang
Sedangkan b.Citra Pilar. Perempuan berteknologi tinggi, dan kedua, dengan
digambarkan sebagai pilar, pengurus memanfaatkan bahan-bahan masakan
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

instant. e.Citra Pergaulan. Perempuan berbagai iklan mobil atau iklan


adalah suatu makhluk yang dalam benak pemukiman.
dan kegiatannya sangat disibukan oleh (4) Citra Kelas Sosial. Dalam pencitraan
kekuatiran-kekuatiran: tidak memikat, kelas sosial dalam iklan televisi,
tidak tampil menawan, tidak presentable, kehidupan kelas sosial atas menjadi
tidak acceptable, tidak dapat dibawah, acuan dan digambarkan sebagai
ditengah dan sebagainya. Tampilan fisik kehidupan yang : a. Bergengsi, b.
perempuan, dituntut untuk physically Modern, c.Identik dengan kehidupan
presentable (secara fisik rapi), bentuk diskotik, d.Pesta pora dan penuh dengan
dan lekuk-lekuk tubuh, aksentuasi hiruk pikuk music, e. Atau masyarakat
bagian-bagian tertentu dengan penerapan yang dekat dengan supermarket, belanja
kosmetik dan aksesoris yang harmonis di mall, makan ditempat makan ternama,
sehingga seorang perempuan dapat berlibur ke pantai. (5) Citra
tampak anggun menawan, mengundang Kenikmatan. Kenikmatan adalah bagian
pesona. terbesar dari dunia kemewahan dan kelas
(2) Citra Maskulin. Citra maskulin sosial yang tinggi, karena itu, kenikmatan
adalah stereotipe laki-laki dalam realitas adalah simbol sosial yang tinggi. Dalam
sosial nyata. Untuk menggambarkan iklan televisi kenikmatan dapat
realitas tersebut, maka iklan memindahkan seseorang dari kelas sosial
memproduksinya dalam realitas media, tertentu ke kelas sosial di atasnya.
tanpa memandang bahwa yang Kenikmatan dalam realitas kehidupan
digambarkan itu sesuai yang real atau sosial sehari-hari anda adalah bagian
sekedar memproduksi realitas itu dalam kehidupan yang amat didambakan
realitas media yang penuh dengan banyak orang, tanpa memandang kelas
kepalsuan. sosial mereka, sedangkan dalam iklan
Dalam citra ini iklan televisi kenikmatan adalah realitas yang
mempertontonkan daya tarik lelaki menembus jarak sosial. Namun disaat
sebagai bagian dari citra maskulin di kenikmatan itu dapat memindahkan
antaranya : a.Kejantanan, b.Otot laki-laki, seseorang dari kelas sosial tertentu ke
c.Ketangkasan, d.Keperkasaan, kelas sosial di atasnya, maka hal itu
e.Keberanian menentang bahaya, adalah sebuah hyper realistis
f.Keuletan, g.Keteguhan hati, h.Bagian- (pseudorealistis) yang diciptakan untuk
bagian tertentu dari kekuatan laki-laki tujuan pencitraan terhadap produk yang
(3) Citra Kemewahan dan Eksklusif. diiklankan.
Kemewahan dan eksklusif adalah realitas (6) Citra Manfaat. Citra manfaat ini
yang diidamkan oleh banyak orang dalam penting untuk masukan terhadap
kehidupan masyarakat. Banyak orang keputusan membeli atau tidak sebuah
bekerja keras, berjuang hidup untuk produk. Namun citra manfaat juga dapat
memperoleh realitas kemewahan dan memberi penilaian yang lebih positif
eksklusif, karena itu iklan televisi terhadap suatu produk sehingga dapat
memproduksi realitas ini ke dalam menciptakan kebutuhan orang terhadap
realitas iklan dengan maksud member objek iklan, padahal sebelumnya ia tidak
simbol-simbol kemewahan ke dalam membutuhkan objek iklan tersebut.
objek iklan televisi. Karena disaat Penciptaan kebutuhan ini penting dalam
pemirsa merefleksikan kemewahan ke iklan, karena kebutuhan adalah awal
dalam pilihan-pilihan mereka, maka tindakan seseorang untuk membuat
secara tidak disadari, citra iklan telah keputusan pembelian, dan keputusan
memindahkan simbol-simbol itu ke pembelian dimulai dari pengetahuan
dalam pilihan-pilihan mereka. Realitas seseorang tentang produk yang
seperti ini paling tidak dapat dilihat pada diketahuinya.
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

(7) Citra Persahabatan. Citra METODE PENELITIAN DAN


persahabatan ditampilkan pada sebuah PEMBAHASAN
iklan, sebagai jalan keluar terhadap Penelitian menggunakan pendekatan
banyaknya problem rendah diri yang kualitatif sebagai landasannya.
terjadi dikalangan remaja, terutama Sedangkan terkait paradigma, penelitian
remaja perempuan, terutama yang ini menggunakan paradigma kualitatif.
bersumber dari diri remaja itu sendiri. Di Melalui penelitian ini, peneliti berupaya
sisi lain dorongan ingin memperbanyak membongkar mitos mengenai perempuan
persahabatan selalu terhalang oleh yang ada dibalik iklan produk perawatan
persoalan intern remaja dan perempuan kecantikan Fair and Lovely.Metode
itu sendiri. Jadi, citra persahabatan dalam penelitian yang digunakan dalam
iklan menjadi amat strategis untuk solusi penelitian ini adalah metode semiotika,
pemirsa. yaitu metode semiotika yang
(8) Citra Seksisme dan Seksualitas. dikembangkan oleh Roland Barthes.
Dalam realitas sosial sehari-hari, Dalam metodenya, Barthes
seksisme dan seksualitas merupakan hal memperkenalkan sistem dua tahap
yang menarik dibicarakan karena hal ini penandaan. Dalam dua tahap penandaan,
menjadi bagian kehidupan individu yang Barthes menjelaskan makna denotasi dan
disembunyikan atau bahkan tabu konotasi. Makna denotasi merupakan
diungkapkan, namun menjadi bagian makna yang dapat langsung dilihat ketika
yang dominan dalam kehidupan kita mengamati suatu tanda. Sedangkan
panggung belakang individu. Kondisi ini makna konotasi adalah makna implisit
menjadikan seksisme dan seksualitas yang diperoleh dari suatu tanda, Bila
menarik tampil sedikit-sedikit ke ruang dikaitkan dengan penelitian ini, maka
publik. Terutama persoalan realitas dalam menganalisis teks iklan, terlebih
seksualitas ini tertutup dimana saja dan dahulu akan dilihat penanda dan petanda
menjadi bagian dari ruang pribadi yang yang membentuk makna denotatif.
tertutup rapat. Ketika iklan televisi berani Dalam proses siginifikasi ini,
muncul dengan citra seksualitas ini, pertama-tama peneliti menentukan
menjadi daya tarik yang luar biasa, penanda dan petanda untuk mencari
karena selain berani menembus tradisi, makna denotasi. Makna denotasi
citra seksualitas dalam ruang publik termasuk ke dalam penandaan tahap
dianggap sebagai hiburan yang pertama. Kemudian, makna denotasi
menyegarkan. Dan selain itu dianggap yang telah dihasilkan tersebut menjadi
pula citra ini dapat menggugah kembali penanda konotatif. Sama halnya dengan
pengalaman pribadi pemirsa yang indah pada proses pembentukan makna
diwaktuyang lampau atau menyiapkan denotatif, penanda konotatif juga
menghadapi pengalaman yang akan menghasilkan petanda, yaitu petanda
datang. Jadi, dengan demikian, maka konotatif. Penanda dan petanda konotatif
pencitraan iklan televisi adalah bagian ini memunculkan makna konotatif.
terpenting dalam konstruksi iklan televisi Makna konotatif merupakan signifikasi
atas realitas sosial. Dan ketika iklan tingkat kedua dalam sistem penandaan
televisi melakukan pencitraan terhadap dua tahap Barthes.
produk tertentu maka nilai ekonomis Pada signifikasi tahap kedua
sebuah iklan menjadi pertimbangan tersebut, tanda bekerja melalui mitos,
utama. Artinya pencitraan itu harus sebagai produk kelas sosial yang sudah
bermanfaat bagi produk tertentu (Bungin, memiliki dominasi. Dengan pendekatan
2008:122-126). semiotik, Barthes memeriksa bebagai
bentuk bahasa yang dipakai untuk
menghadirkan ideologi kedalam
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

masyarakat, terutama bentuk-bentukyang menemukan jodoh yang cocok untuk


dijumpai dalam budaya media. sang anak perempuan mereka. Sang ayah
Kehadirannya tidak abstrak, tetapi sudah menjelaskan bahwa pria tersebut adalah
menjadi bagian dari kehidupan sehari- pria yang terpelajar dan memiliki karir
hari. Melalui analisis semiotik Barthes yang bagus, menurut sang ayah dilihat
dapat menunjukkan kekuatan ideologi dari latar belakang pendidikan dan
tersebut melalui berbagai bentuknya karirnya seorang laki-laki tersebut
(Sunardi, 2004:117). Untuk itu, peneliti merupakan orang yang tepat untuk sang
juga meneliti makna konotatif yang anak.Setelah itu sang anak perempuan
beroperasi pada tahap kedua pada sistem menanggapi dengan pertanyaan terkait
dua tahap penandaan Barthes.Sehingga rencananya untuk melanjutkan
diketahui mitos yang munculmengenai pendidikan ke jenjang S2. Setelah itu,
penggambaran perempuan dalam teks sang ibu mengatakan bahwa pernikahan
yang diteliti. Proses analisis makna itu memang penting dan pria yang
konotasi hingga menemukan mitos yang dipilihkan oleh sang ayah dan ia
dilakukan peneliti sesuai dengan teori merupakan jodoh yang pas untuk sang
tanda Barthes. Tekanan teori tanda anak perempuan tersebut. Setelah itu
Barthes adalah pada konotasi dan mitos adegan beralih ke sebuah kamar, disana
(Hoed, 2008:17). tokoh utama perempuan diperlihatkan
Penulis mendapatkan data penelitian tengah duduk ditempat tidur dan
iklan yang telah diunduh dari situs berbincang-bincang dengan tokoh
youtube Iklan Fair & Lovely - Nikah perempuan lainnya yang dibintangi oleh
Atau Kuliah S2 (sumber aktris Jessica Milla yang juga merupakan
:https://youtu.be/owOFv1fZmwg) brand ambassador dari produk perawatan
diunduh pada Selasa, otkO‎ ‎ 71‎ ber ‎,
‎ 7171 kecantikan Fair & Lovely Indonesia.
‎pukul 09:13 WIB). Dalam penelitian ini Tokoh utama perempuan kemudian
penulis mengambil teks iklan Fair and menanyakan apakah dia sebaiknya
Lovely versi Nikah atau S2. Teks yang menikah atau melanjutkan pendidikannya
dimaksud dalam penelitian ini adalah ke jenjang S2.
kombinasi dari tanda-tanda, secara lebih Aktris Jessica Mila pun mengatakan,
spesifik penelitian ini akan menelaah teks Kamu pasti menemukan jawabannya,
audio visual berupa potongan-potongan sambil mengeluarkan produk Fair and
adegan yang didalamnya memuat tanda- Lovely dari dalam tas dan
tanda yang merepresentasikan memberikannya pada tokoh utama. Pada
perempuan. adegan selanjutnya, tokoh utama
Iklan berdurasi 29 detik merupakan perempuan mengoleskan produk
iklan produk perawatan kecantikan untuk perawatan kecantikan Fair and Lovely
seorang perempuan yang diberi nama pada wajahnya. Kemudian diperlihatkan
Fair and Lovely versi nikah atau S2, bahwa wajah sang tokoh perempuan
yakni produk pencerah kulit wajah berubah menjadi semakin cerah dan fresh
dengan tokoh sosok perempuan muda setelah menggunakan produk perawatan
berjilbab yang menjadi tren di dewasa ini. kecantikan Fair and Lovely tersebut.
Iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 Adegan tersebut dilanjutkan dengan
ini dibuka dengan adegan percakapan adegan yang memperlihatkan tokoh
dalam sebuah keluarga kecil yang terdiri utama berjalan menuju ruang keluarga
dari ayah, ibu, dan satu orang anak yang berada di dalam rumahnya. Ia
perempuan disebuah tempat makan kemudian menghampiri sang ayah dan
outdoor yang bertema serba warna putih. ibunya yang sedang duduk-duduk santai
Ayah membuka obrolan dengan diatas sofa dan bercakap-cakap dengan
menceritakan bahwa ia dan istrinya telah dialog seperti berikut ini,
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

Tokoh utama : “Papa benar, nikah Lovely versi nikah atau S2 bahwa makna
memang penting tapi setelah aku lulus denotasi terdapat pada gambar satu dan
S2” gambar dua di ceritakan sang ayah dan
Ayah : “Hah?” ibu telah menemukan jodoh yang tepat
Tokoh utama : “Seperti dia, aku juga untuk sang anak perempuannya. Jodoh
harus terpelajar, punya karir bagus, baru yang tepat menurut sang ayah dan ibu
kita berdua akan jadi jodoh yang pas. yaitu laki-laki yang terpelajar dan
Jadi sama kan?” memiliki karir yang bagus. Namun sang
Ayah dan ibu : (tersenyum) anak perempuan tidak langsung
Iklan ini diakhiri dengan tampilan menjawab pertanyaan yang dilontarkan
produk pencerah wajah Fair and Lovely oleh sang ayah kepadanya, sang anak
disertai voice over seorang laki-laki, perempuan itu masih mempertimbangkan
“Fair and Lovely”. perihal pertanyaan sang ayah dan ibunya
Dalam proses level ideologi, itu karena sang anak perempuan saat ini
peristiwa-peristiwa dihubungkan dan juga sedang merencanakan untuk
diorganisasikan ke dalam konvensi- meneruskan pendidikannya ke jenjang
konvensi yang diterima secara ideologis. S2. Pada gambar ke delapan sang anak
Bagaimana kode-kode representasi perempuan menjawab pertanyaan sang
dihubungkan dan diorganisasikan ke ayah pada gambar pertama, kalau sang
dalam koherensi sosial atau kepercayaan anak perempuan itu memilih menikah
dominan yang ada dalam masyarakat namun setelah ia selesai menempuh
(Wibowo, 2013:149). Terorganisir dalam pendidikan S2-nya. Sedangkan makna
penerimaan hubungan sosial oleh kode- konotasi yang diperoleh dari adegan-
kode ideologi seperti: individualis, adegan yang terdapat dalam iklan Fair
patriaki, ras, kelas, materialism, and Lovely ini yaitu: (1) Perempuan
kapitalisme. Kecantikan pada level diatur terkait pasangan hidup yang tepat
ideologi dalam iklan produk perawatan sesuai standar tertentu. (2) Perempuan
kecantikan Fair and Lovely merupakan membutuhkan bantuan orang lain untuk
kecantikan yang ditampilkan dari luar mengambil suatu keputusan yang sangat
(outer) dan dari dalam (inner). penting untuk masa depannya. (3)
Kecantikan luar ditampilkan tetap pada Perempuan dituntut untuk terlihat cantik
kecantikan yang selama ini dipercaya sesuai standar tertentu dengan cara
oleh masyarakat Indonesia yaitu: kulit mencerahkan kulit wajahnya. (4)
putih, bibir tipis, hidung mancung, Perempuan ingin setara dengan laki-laki
proporsi tubuh yang ideal, bentuk wajah dari sisi pendidikannya maupun karirnya.
oval dengan dagu panjang, sedangkan Sedangkan mitos yang muncul dari hasil
penampilan dalam yang ditampilkan pada analisis pada iklan perawatan kecantikan
iklan produk perawatan kecantikan Fair Fair and Lovely versi nikah atau S2
and Lovely yaitu dalam gayanya adalah adanya representasi perempuan
berbicara yang lemah lembut dan dalam keluarga menengah, dimana sang
menginspirasi, penampilan yang anak perempuan tidak diutamakan oleh
sederhana dan santun serta mengenakan orangtuanya untuk berpendidikan
hijab sebagai identitas orang Islam. setinggi mungkin, namun sang anak
PENUTUP perempuan lebih dituntut orangtuanya
Simpulan untuk segera menikah agar kewajiban
Setelah mengamati dan menganalisa orangtua pun untuk menikahkan anaknya
dapat ditarik simpulan yang mengacu segera terselesaikan.Gambaran seperti
pada permasalahan yang ada, yakni yang ada pada iklan perawatan
representasi perempuan dalam iklan kecantikan Fair and Lovely versi nikah
produk perawatan kecantikan Fair and atau S2 ini berbeda dengan pandangan
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

pendidikan seorang perempuan dalam praktisi dalam membuat iklan harus


Agama Islam, bahwa Agama Islam tidak memperhatikan betapa pentingnya pesan
pernah membeda-bedakan derajat kaum iklan sehingga mampu menggambarkan
laki-laki ataupun kaum perempuan, produk yang diiklankan seperti fungsi
khususnya dalam bidang pendidikan. produk, kualitas produk dan lainnya.
Kaum laki-laki dan kaum perempuan Cerita dalam iklan Fair and Lovely versi
dituntut untuk mendapatkan ilmu Nikah atau S2 pun tidak terlalu detail,
pengetahuan yang sama, karena di dalam sehingga penonton perlu mencerna ulang
Agama Islam yang membedakan dan menafsirkan sendiri maksud atau
hanyalah ketakwaan yang dimiliki oleh pesan yang ingin disampaikan oleh
setiap individu masing-masing. pembuat iklan. (3) Untuk Universitas
penelitian kualitatif menggunakan
Rekomendasi Analisa Semiotika Roland Barthes dapat
Setelah mengadakan penelitian dan menambah kajian tentang penelitian
pengkajian tentang representasi representasi perempuan dalam iklan di
perempuan pada Iklan perawatan Universitas Pandanaran, penelitian ini
kecantikan Fair and Lovely versi Nikah sangat jauh dari kata sempurna, penulis
atau S2, iklan Fair and Lovely dapat berharap untuk penelitian selanjutnya
memberikan pengaruh berdasarkan dapat melakukan analisa yang sama
pemaknaan atas tanda-tanda konsep dengan membandingkan dua iklan merek
denotasi, konotasi, dan mitos dalam teks yang berbeda dengan produk yang
iklan, maka penulis memberikan saran- sejenis. (4) Untuk penelitian selanjutnya
saran untuk menambah wawasan dapat mengembangkannya dengan
mengenai hal tersebut sebagai berikut: (1) metode kuantitatif karena dalam
Kepada masyarakat kecenderungan penelitian ini penulis menggunakan
membeli suatu kosmetik yang semakin metode kualitatif, sehingga dalam metode
hari kian marak atau bisa dikatakan yang kuantitatif tingkat keefektifan iklan lebih
lagi hits saat ini, serta kecenderungan dapat terukur dan lebih objektif.
untuk membeli pakaian dan aksesoris
lainnya yang sebetulnya tidak terlalu DAFTAR PUSTAKA
dibutuhkan menyebabkan budaya Athiya. 2012. Seminar Mengenai
konsumerisme di Indonesia kian Perempuan Dan Media. Bandung: UIN.
membumi. Oleh sebab itu, masyarakat
haruslah lebih waspada dan selektif Bordieu, Pierre. 2010. Dominasi
dalam memilih atau menentukan sesuatu Maskulin. Yogyakarta: Jalasutra.
baik itu dalam hal penampilan ataupun
dalam hal yang lain. Dalam upaya Burton, Graemme. 2011. Membicangkan
pemenuhan tersebut, kita hendaknya Televisi: Sebuah Pengantar kepada
memikirkan sesuatu yang lebih bernilai Kajian Televisi. Yogyakarta: Jalasutra.
positif bagi diri kita dan bagi umum,
seperti melakukan hal-hal yang kreatif Burton, Graeme. 2012. Media dan
demi memperoleh kecantikan yang unik, Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra.
dengan tidak melakukan hal-hal yang
merugikan bagi diri sendiri ataupun orang Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial
lain. Saat kita menonton iklan maupun Media Massa. Jakarta: kencana.
tayangan, janganlah ditelan mentah-
mentah informasi yang diberikan, tetapi Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu
hendaknya kita filter terlebih dahulu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers.
untuk kemudian kita pelajari apa maksud Dewi, Dhyana Laksmi. 2012.
dari iklan tersebut. (2) Hendaknya pihak Representasi Perempuan dalam Feature
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

Media Khusus Perempuan (Analisis lovely-versi-nikah-atau-s2-1-edited.pdf


Semiotika Sosial terhadap Feature di Diunduh pada Selasa, otkOotk‎
‎ ‎ 71‎ 2017,
Rubrik Peristiwa Tabloid NOVA). 71.‎lutup06
‫‏‬‎ WIB
Skripsi. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j
&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=
Hoed, Benny H. 2008. Semiotika dan 0ahUKEwiGrO7UiJrXAhULp48KHRxr
Dinamika Budaya. Depok : Fakultas Ilmu Dh4QFggsMAE&url=https%3A%2F%2
Pengetahuan Budaya UI. Fopenlibrary.telkomuniversity.ac.id%2Fp
ustaka%2Ffiles%2F116386%2Fjurnal_ep
Ibrahim, Subandy Idi. 2011. Budaya roc%2Fpresentasi-bias-gender-pada-
Populer Sebagai Komunikasi. Jalasutra. iklan-televisi-analisis-semiotika-roland-
Yogyakarta. barthes-pada-iklan-televisi-fair-and-
lovely-versi-nikah-atau-
Kasiyan. 2008. Manipulasi dan s2.pdf&usg=AOvVaw3mfsJCY1UP4Qx
Dehumanisasi Perempuan dalam Iklan. 77i7N2iMo Diunduh pada Selasa, ‎ 71‎
Yogyakarta : Penerbit Ombak. ‎otkOotk‎2017, BIW‎71.95‎lutup‫‏‬‎

Sobur, Alex. 2013. Semiotika http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr


Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. eam/123456789/35322/1/APIK%20SOP
Bandung. ANKATANYA-FDK.pdf Diunduh pada
Selasa, ‎otkOotk‎ ‎ 71‎ 2017, ‎ 77.97‎ lutup‫‏‬‎
Suharko. 1998. Budaya Konsumen dan BIW
Citra Perempuan dalam Media Massa,
dalam Perempuan dan Media. Bandung : Martadi. (2001). Citra Perempuan dalam
Remaja Rosdakarya. Iklan di Majalah Femina Edisi Tahun
1999. Jurnal. Deskomvis volume 3,
Sunardi, St. 2004. Semiotika Negativa. nomor 2 Juli 2001.
Yogyakarta: Buku Baik. http://puslit.petra.ac.id/journals/design/
Diunduh pada Selasa, 24 November
Synnott, Anthony. 1993. Tubuh Sosial: 2017, pukul 11.55 WIB
Simbolisme, Diri dan Masyarakat,
Jogjakarta : Jalasutra. Sushartami, Wiwik. 2002. Perempuan
Lajang: Meretas Identitas di Luar Ikatan
Wahyuningsih, Tutik. 2010. Konstruksi Perkawinan. Jurnal Perempuan No. 22
Kecantikan bagi Laki-laki (studi Tahun 2002
konstrukstivisme tentang pentingnya http://download.portalgaruda.org/article.p
penampilan dan makna cantik bagi hp?article=59247&val=4093 Diunduh
mahasiswa Universitas Sebelas Maret pada Selasa, 24 November 2017, pukul
Surakarta). Skripsi. Universitas Sebelas 11.44 WIB
Maret. Surakarta.
Worotitjan, Hulda Grace. 2014.
Wibowo, Indiwan Setyo Wahyu. 2013. Konstruksi Kecantikan Dalam Iklan
Semiotika Komunikasi – aplikasi praktis Kosmetik Wardah. Jurnal E-Komunikasi
bagi penelitian dan skripsi komunikasi Vol.2 No.2
(edisi Kedua). Jakarta : Mitra Wacana
Media. http://studentjournal.petra.ac.id/index.php
Website : /ilmu-komunikasi/article/view/1787
https://repository.unikom.ac.id/51317/1/4 Diunduh pada Minggu, 12 November
.ditha-unpad-artikel-iklan-fair-and 2017, pukul .71‫‏‬‎
Jurnal Egaliter Vol.1 No.2 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai