Anda di halaman 1dari 19

CH 4 – Logic of Content Analysis Design

Sebagai sebuah teknik, content analysis berpangku pada beberapa prosedur khusus untuk
mengendalikan tulisan. Hal ini dapat digunakan sebagai alat untuk merancang analisis yang
tepat.

Ch ini membahas:

 Komponen utama dari konten analisis


 Perbedaan kontena analisis dengan beberapa rancangan penelitian, khususnya perancagan
yang digunakan untuk persiapan content analysis
 Perancangan konten analisis yang berkontribusi untuk upaya penelitian yang lebih besar.

4.1 Rancangan Konten Analisis

Ide dari penelitian-sebuah pencarian berulang dengan data untuk pola yang jelas mengandaikan
ketegasan tentang metodologi.

Datum adalah sebuah unit informasi yang tercatat dalam media yang tahan lama, dibedaiakan
dari dan dibandingkan dengan data lain, dapat dianalisis melalui penggunaan teknik yang
digambarkan dengan jelas, dan relevan terhadap masalah tertentu.

Data biasanya disebut sebagai perwakilan dari pengamatan atau bacaan, akan tetapi data selalu
merupakan produk dari prosedur yang sudah dipilih dan selalu diarahkan kearah akhir tertentu
dalam content analysis, hasil data dari prosedur yang sudah dipilih oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan spesifik terkait fenomena dalam kontek teks yang diberikan. Karenanya data yang
dibuat, bukan ditemukan dan peneliti wajib untuk menyampaikan bagaimana mereka membuat
data mereka.

Hubungan dari langkah-langkah yang diambil peneliti untuk melaksanakan sebuah projek
penelitian disebut rancangan penelitian, dan langkah-langkah procedural apa saja yang terkait
kedalam jalinan desai penelitian yang koheren adalah logika desain.

Pada umumnya, logika ini berfokus pada 2 kualitas:

 Efisein dari langkah-langkah procedural


 Pemerataan pemrosesan data (menghindari memihak pada satu hasil disbanding hasil
lain)

Agar sebuah disain penelitian dapat direplikasi, tidak hanya dipahami, analisis dari akun
deskriptif peneliti harus cukup lengkap untuk berfungsi sebagai sebuah set instruksi kepada
coders, peneliti pemula, dan kritik seperti program komputer yang menentukan apa yang harus
dilakukan mesin.
Content analysis khususnya harus mengatasi dengan baik implisit penyelesaian dalam instruksi
mereka. Bagaimanapun, content analysis, harus menjawab pertanyaan sebelumnya tentang
mengapa teks yang tersedia muncul, apa yang mereka maksud dan kepada siapa, bagaimana
mereka memediasi antara kondisi anteseden dan konsekuen, dan akhirnya, apakah mereka
menggunakan seorang analisis untuk memilih jawaban yang valid terhadao pertanyaan tentang
konteks mereka. Karenanya logika rancangan content analysis adalah dibenarkan tidak hanya
berdasarkan standar yang diterima dari pemrosesan data ilmiah (efisiensi dan keseragaman),
tetapi juga dengan mengacu pada konteks dalam kaitannya dengan teks mana yang harus
dianalisis.
Dapat dilihat pada figure 4.1, yang menyajikan rancangan content analysis paling sederhana.
Disini, analis hanya mengandalkan pada teks yang tersedia untuk menjawab pertanyaan
penelitian.

4.1.1 Components

Berikut akan dijelaskan komponen-komponen yang dibutuhkan analis untuk memproses


dari bacaan ke hasil. Menyusun komponen-komponen adalah sebuah cara yang mudah untuk
memisahkan, mengkonsepkan, membicarakan tentang dan mengevaluasi rancangan content
analysis selangkah demi selangkah.

Sebagai akun dari komponen-komponen apa yang harus selalu berfungsi sebagai instruksi untuk
merepliklasi mereka dimana saja, setiap komponen memiliki sebuah deskripsi dan sebuah
keadaaan operasional:

 Unitizing : mengandalkan pada skema yang menyatukan


 Sampling : mengandalkan pada rencana sampling
 Recording/Coding : mengandalkan pada instruksi koding
 Mengurangi data untuk representasi yang sesuai: mengandalkan pada teknik statistik
yang dibentuk
 Fenomena kontekstual yang disimpulkan secara tersembunyi: mengandalkan konstruksi
analitik atau model konteks yang dipilih sebagai waran,
 Menarasikan jawaban ke pertanyaan penelitian : mengandalkan pada tradisi narasi atau
konvensi diskursif yang dibentuk didalam kedisiplinan dari content analysis.

 Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian
yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih
lanjut. Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang
merupakan elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan
dinilai dengan jelas, oleh karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan penelitian
yang telah dibuat.
 Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi
observasi yang merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah
unit-unit yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam pendekatan kualitatif, sampel
tidak harus digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini kutipan-kutipan
serta contoh-contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel. Sampel dalam bentuk
ini digunakan untuk mendukung atas pernyataan inti dari peneliti.
 Recording, dalam tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang
ditemukan dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat
dimainkan/digunakan berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui
bahwa setiap rentang waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Olehkarenanya
recording berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk
dihantarkan kepada situasi yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan
menggunakan penjelasan naratif dan atau gambar pendukung. Dengan demikian
penjelasan atas analisis isi haruslah tahan lama dapat bertahan disetiap waktu.
 Reducing, tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana
unit-unit yang disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu
hasil dari pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas.
 Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna
data unit-unti yang ada. Dengan begitu, tahap ini akan menjembatanai antara sejumlah
data deskriptif dengan pemaknaan, penyebab, mengarah, atau bahkan memprovokasi para
audience/pengguna teks. Inferring, bukan hanya berarti deduktif atau induktif, namun
mencoba mengungakap konteks yang ada dengan menggunkan konstruksi analitis
(analitical construct). Konstuksi analitis befngsi untuk memberikan model hubungan
antara teks dan kesimpulan yang dituju. Dengan begitu, konstuksi analitis harus
menggunkan bantuan teori, konsepsi yang sudah memiliki kebasahan dalam dunia
akademis.
 Naratting, merupakan tahan yang terakhir. Narasi merupakan upaya untung menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam narasi biasanya juga berisi informasi-informasi penting
bagi pengguna penelitian agar mereka lebih paham atau lebih lanjut dapat mengambil
keputusan berdasarkan hasil penelitian yang ada.

Gambar di bawah ini adalah skema penelitian dengan menggunakan metode analisis isi. Perlu
digarisbawahi bahwa pada tahapan-tahapan tertentu tidak memerlukan pengorganisasian yang
linear. Karena sebagaimana kita ketahui dalam tradisi kulitatif bahwa data akan terus
memunculkan dirinya tanpa pernah kita duga dan kira. Sehingga, sebagaimana gambar dibawah
ini, 4 tahap awal dari penelitian analisis isi dapat pakai secara acak, sesuai dengan situasi dan
kondisi yang berkembang ketika penelitian.

Terdapat 6 komponen dari content analysis tidak perlu untuk teratur secara linear seperti gambar
4.2. Rancangan content analysis bisa memasukkan proses berulang-pengulangan dari proses
tertentu sampai sebuah kualitas tertentu tercapai. Misalnya, menyatukan (unitizing) dapat
mendahului sampling dari seluruh dokumen, namun hal ini juga diperlukan untuk
menggambarkan detail dari konten mereka. Content analysis dapat menggunakan komponen-
komponen yang tidak secara spesifik ditandai pada gambara 4.2. Decisions, untuk menyebutkan
hanya satu tindakan analitis, biasanya mengarahkan content analysis sepanjang jalur inferensial
dengan banyak jarum dan berputar kearah satu atau jawaban lainnya pertanyaan penelitian.
Disini, decision adalah bagian dari kesimpulan komponen. Pada akhirnya, penting untuk dicatat
bahwa tidak ada cara "tujuan" tunggal dari desain penelitian bagan alur.

4.1.2 Content analysis Kualitatif dan Kuantitatif

Dengan demikian komponen komponen pada gambar 4.2 tidak diragukan lagi hadir
dalam penelitian kualitatif juga, meskipun kurang eksplisit begitu. Maka:
Terdapat dua jenis analisis isi, yaitu analisis isi kuantitatif (Quantitative Content Analysis) dan
analisis isi kualitatif (Qualitative Content Analysis). Prinsip analisis isi kuantitatif adalah prinsip
objektifitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi. Metode yang diterapkan
dalam analisis isi haruslah tersistematisasi, dimana mulai unit analisis yang diteliti sampai
pembuatan kategorisasi dan operasionalisasi tidak tumpang tindih.

Pesan-pesan yang tampak tadi haruslah dapat dihitung/dikuantifikasi untuk mendapatkan


frekuensi penghitungan pesan-pesan yang dimaksudkan. Sedangkan analisis isi media kualitatif
lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol, dan
sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dokumen dalam analisis
isi kualitatif ini merupakan pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual
untuk enemukan, mengidentifikasi, mengolah dan menganalisa dokumen untuk memahami
makna, signifikansi dan relevansinya.

Tujuan dari penelitian analisis isi kualitatif ini sebenarnya adalah sistematis dan analitis, tetapi
tidak kaku (rigid) seperti analisis isi kuantitatif. Dengan kata lain, analisis isi kuantitatif hanya
mampu mengetahui atau mengidentifikasi manifest messages (pesan-pesan yang tampak) dari isi
media yang diteliti. Sedangkan analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu
mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan juga latent messages dari sebuah dokumen
yang diteliti.

 Analisis Isi Kuantitatif

Analisis isi kuantitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau
manifest). Karena itu tidak dapat digunakan untuk mengetahui isi komunikasi yang tersirat
(latent). Misalnya mengapa Tvone memberitakan berita penggerebekan teroris dengan cara
berbeda dengan SCTV, ataupun dengan Global Tv, mengapa corporate blog virtual
communication dan prespektif wimar berbeda dalam melihat komunikasi dan dalam membangun
content untuk menjaga hubungan dengan publiknya, dan lainnya.

 Analisis Isi Kualitatif

Analisis isi kualitatif ini bersifat sistematis, analitis tapi tidak kaku seperti dalam analisis isi
kuantitatif. Kategorisasai dipakai hanya sebagai guide, diperbolehkan konsep-konsep atau
kategorisasi yang lain muncul selama proses riset. Saat ini telah banyak metode analisis yang
berpijak dari pendekatan analisis isi kualitatif. Antar lain: analisis framing, analisis wacana,
analisis tekstual, semiotik, analisis retorika, dan ideological criticism. Periset dalam melakukan
analisis bersikap kritis terhadap realitas yang ada dalam teks yang dianalisis.

analisis isi (content analysis) kualitatif adalah sebuah metode analisis yang integratif dan
lebih secara konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis
dokumen dalam rangka untuk memahami makna, signifikasi dan relevansinya. Dokumen dalam
analisis isi (content analysis) kualitatif merupakan wujud dari representasi simbolik yang dapat
di rekam atau didokumentasikan atau disimpan untuk dianalisa.

Dengan demikian komponen analisis konten pada Gambar 4.2 tidak diragukan lagi hadir dalam
penelitian kualitatif juga, meskipun kurang eksplisit begitu. Krippendorff mengatakan bahwa:

• Siswa kualitatif menolak dipaksa menjadi urutan langkah analitik tertentu, seperti yang
diilustrasikan dalam Gambar 4.2. Mengakui kualitas teks yang holistik, para cendekiawan ini
merasa dibenarkan dalam kembali dan merevisi interpretasi sebelumnya mengingat pembacaan
selanjutnya; mereka puas dengan tidak kurang dari interpretasi yang melakukan keadilan untuk
seluruh tubuh teks. Dengan demikian pembacaan tidak dapat dengan mudah distandarkan,
proses ini sangat membatasi volume teks yang dapat dianalisis oleh peneliti tunggal secara
konsisten dan sesuai dengan standar seragam. Karena proses ini sulit digambarkan dan untuk
berkomunikasi, studi kualitatif cenderung dilakukan oleh analis yang bekerja sendiri, dan
replikasi umumnya sedikit menjadi perhatian. Sebaliknya, dihadapkan dengan volume teks yang
lebih besar dan bekerja di tim peneliti, analis konten harus membagi badan teks menjadi unit
yang nyaman, mendistribusikan tugas analitik di antara anggota tim, dan bekerja untuk
memastikan penerapan prosedur dan standar analitik yang konsisten. Untuk alasan ini, analis
konten harus lebih eksplisit tentang langkah-langkah yang mereka ikuti daripada sarjana
kualitatif perlu.

• Peneliti kualitatif mencari beberapa interpretasi dengan mempertimbangkan beragam suara


(pembaca), perspektif alternatif (dari posisi ideologis yang berbeda), pembacaan oposisi (kritik),
atau berbagai penggunaan teks yang diperiksa ( oleh kelompok yang berbeda). Ini bertentangan
dengan model pengukuran ilmu pengetahuan alam-penugasan langkah-langkah unik, biasanya
angka, ke objek yang berbeda-tetapi tidak dengan kemampuan analis konten untuk menggunakan
lebih dari satu konteks untuk membenarkan beberapa kesimpulan dari teks.

• Peneliti kualitatif mendukung interpretasi mereka dengan menenun kutipan dari teks dan
literatur yang dianalisis tentang konteks teks-teks ini ke dalam kesimpulan mereka, dengan
membangun paralelisme, dengan terlibat dalam triangulasi, dan dengan menguraikan metafora
apa pun yang dapat mereka identifikasi. Hasil penelitian semacam itu cenderung menarik bagi
pembaca yang tertarik dengan konteks teks yang dianalisis. Analis konten juga, berdebat untuk
sensitivitas konteks desain mereka (atau menganggap ini sebagai dipahami), tetapi mereka
memaksa pembaca untuk menerima kesimpulan mereka dengan meyakinkan mereka tentang
penerapan desain mereka yang cermat.

• Peneliti kualitatif cenderung menerapkan kriteria selain keandalan dan validitas dalam
menerima hasil penelitian. Namun, tidak jelas apakah mereka mengambil posisi ini karena
verifikasi intersubjektif interpretasi tersebut sangat sulit untuk dicapai atau apakah kriteria yang
mereka usulkan benar-benar tidak sesuai dengan pembuatan kesimpulan penculikan dari teks. Di
antara banyak kriteria alternatif sarjana kualitatif telah maju, Denzin dan Lincoln (2000, p. 13)
catatan, adalah kepercayaan, kredibilitas, transferbilitas, perwujudan, akuntabilitas, refleksi, dan
tujuan emansipatori.

4.2 Design Preparatory to Content Analysis

Terdapat 3 cara untuk membentuk konstrak analisis.

4.2.1 Operationalizing Knowledge

Mengoperasionalkan pengetahuan yang tersedia mungkin sesederhana menyamakan


frekuensi di mana dua konsep bersama terjadi dan kekuatan hubungan antara kedua konsep
dalam pikiran penulis. Contoh lainnya adalah membangun pengetahuan linguistic kedalam
kamus dari program komputer, merumuskan algoritma yang menyumbang proposisi yang
ditemukan dalam literatur efek pesan, dan menulis sebuah program komputer untuk menelusuri
entaimen linguistik melalui sebuah kumpulan bacaan. Operasionalisasi tersebut harus diatur,
tentu saja, dan teori yang tersedia, literature atau para ahli yang diakui sudah cukup.
4.2.2 Testing Analytical Constructs as Hypotheses

Untuk menguji hipotesis statistic tersebut, salah satunya harus memiliki ukuran sampel
yang cukup besar yang tersedia dan memastikan bahwa hal umum yang dihasilkan juga berlaku
dalam content analysis saat ini. Oleh karena itu desain ini hanya berlaku untuk situasi di mana
pertanyaan penelitian sering diajukan dan hubungan antara bacaan dan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan ini stabil, tidak unik (lihat ke figure 4.5).

4.2.3 Developing a Discriminant Function

Desain ini berlangsung berulang: Analis membandingkan kesimpulan dari content


analysis teks dengan pengamatan yang relevan dari konteks dan menggunakan perbedaan apa
pun yang ditemukan untuk mengubah secara bertahap bagian yang relevan dari analisis, biasanya
konstruksi analitisnya.

Perbedaan pengukuran diantara jawaban yang dipilih dan memvalidasi bukti


(pengamatan) dikarenan diskriminan fungsi (pembentukan analitikal dalam sebuah content
analysis) untuk mengurang perbedaan ini di waktu sekitar selanjutnya.
4.3 DESIGNS EXCEEDING CONTENT ANALYSIS

4.3.1 Comparing Simi lar Phenomena I nferred From Different Bodies of Texts

Dalam desain ini, peneliti memiliki alasan untuk menggambar perbedaan dalam tubuh teks dan
menerapkan analisis konten yang sama ke setiap bagian (lihat Gambar 4.7). bagi untuk
mempelajari pidato yang dibuat sebelum, selama, dan setelah acara atau tren-analis harus
membedakan teks sesuai dengan periode waktu.

4.3.2 Testing Relationships Among Phenomena I nferred From One Body of Texts

Dalam desain ini, peneliti menganalisis satu badan teks dari perspektif, dengan mengacu pada
konteks yang berbeda, melalui berbagai membangun, atau mengatasi dimensi makna yang
berbeda, dan kemudian berkorelasi hasilnya (lihat Gambar 4.8). Dalam penelitian perilaku,
fenomena yang disimpulkan secara terpisah cenderung muncul sebagai variabel yang berbeda,
yang dapat dibandingkan, berkorelasi, atau mengalami pengujian hipotesis.

4.3.3 Testing Hypotheses Concerning How Content Analysis Results Relate to Other
Variables
Desain semacam itu memiliki tiga tujuan utama:

 Untuk menyediakan variabel tentang sifat komunikasi yang memungkinkan pengujian


hipotesis mengenai penyebab, korelasi, dan efek dari komunikasi tersebut
 Untuk memperkaya indikator fenomena perilaku yang diamati dengan menambahkan
mea yakin bahwa menyangkut arti fenomena ini (beberapa ism operasional), terutama
mengenai persepsi atau interpretasi individu tentang fenomena sosial , yang tidak dapat
diamati seperti.
 Untuk mengganti langkah-langkah yang lebih ekonomis untuk langkah-langkah yang
rumit (misalnya, menggunakan analisis konten berita TV alih-alih survei tentang apa
yang diketahui publik)

Desain ini diwakili dalam Gambar 4.9.


Chapter 5 Unitizing

5.1 Unit

Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian
yang mencakup teks, gambar, suara, dan data-data lain yang dapat diobservasi lebih lanjut. Unit
adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang merupakan elemen
independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas, oleh
karenanya harus memilah sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat.

Dalam unitizing (menyatukan), peneliti menarik perbedaan yang relevan dalam bidang
pengamatan. Hal ini menciptakan banyak pengamatan, misalnya pembawa/pemberi informasi,
atau unit singkatnya, dan membaca keberagaman tersebut untuk analisis berikutnya. Umumnya,
unit adalah keseluruhan yang dibedakan dan diperlakukan oleh analis sebagai independen.
Contohnya, dalam pengoperasian perhitungan, objek yang dihitung dibedakan--- secara
konseptual atau secara logika, jika tidak secara fisik—dengan kata lain keluaran angka tidak
masuk akal.

5.2 Jenis-Jenis Unit

Unit analisis yang ada dalam analisis isi, dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni
unit sampel (sampling units), unit pencatatan (recording units), unit konteks (context units). Unit
sampel adalah bagian dari objek yang dipilih (diseleksi) oleh peneliti untuk didalami. Unit
pencatatan adalah bagian atau aspek dari isi yang menjadi dasar dalam pencatatan dan analisis.
Sementara unit konteks adalah konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau
memberi arti pada hasil pencatatan.

Terdapat 3 jenis unit:

Unit analisis yang ada dalam analisis isi, dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni
unit sampel (sampling units), unit pencatatan (recording units), unit konteks (context units). Unit
sampel adalah bagian dari objek yang dipilih (diseleksi) oleh peneliti untuk didalami. Unit
pencatatan adalah bagian atau aspek dari isi yang menjadi dasar dalam pencatatan dan analisis.
Sementara unit konteks adalah konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau
memberi arti pada hasil pencatatan.

5.2.1 Sampling Unit

Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi


observasi yang merangkum semua jenis unit yang ada. Dengan demikian terkumpullah unit-unit
yang memiliki tema/karakter yang sama. Dalam pendekatan kualitatif, sampel tidak harus
digambarkan dengan proyeksi statistik. Dalam perdekatan ini kutipan-kutipan serta contoh-
contoh, memiliki fungsi yang sama sebagai sampel. Sampel dalam bentuk ini digunakan untuk
mendukung atas pernyataan inti dari peneliti.

Content analysis harus mendefinisikan unit sehingga (a) hubungan antara sampling unit,
jika ada, tidak membiaskan analisis dan (b) seluruh informasi yang relevan terkandung dalam
sampling unit individual, atau jika tidak seperti itu, kelalaian tidak memaksimalisasi analisis.
Tidak mudah untuk memecah aliran pesan yang sangat saling terhubung menjadi unit
pengambilan sampel terpisah.

5.2.2 Recording/Coding Units

Recording, dalam tahap ini peneliti mencoba menjembatani jarak (gap) antara unit yang
ditemukan dengan pembacanya. Perekamaan di sini dimaksudkan bahwa unit-unit dapat
dimainkan/digunakan berulang ulang tanpa harus mengubah makna. Kita mengetahui bahwa
setiap rentang waktu memiliki pandangan umum yang berbeda. Oleh karenanya recording
berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca/pengguna data untuk dihantarkan kepada situasi
yang berkembang pada waktu unit itu muncul dengan menggunakan penjelasan naratif dan atau
gambar pendukung. Dengan demikian penjelasan atas analisis isi haruslah tahan lama dapat
bertahan disetiap waktu.

Recording unit bisa saja dibedakan dan digambarkan pada beberapa tingkat inklusi.
Dalam data recording surat kabar contohnya, seorang analis bisa memiliki satu set kategori untuk
menggambarkan surat kabar termasuk termasuk dalam sampel, seperti cosmopolitan versus local,
atau memiliki sirkulasi tertentu; a second set of categories for addressing the actual newspaper
issue being included in the sample, weekday or Sunday edition, or consisting of a certain number
of pages; a third set of categories concerned with a particular article printed in that issue, its
writer or source, its placement in the issue (front, middle, or last page), and its length; and a
fourth that is concerned with the individual propositions in that article.

5.2.3 Context Units

Context units adalah unit dari masalah teks yang mengatur batasan dari informasi untuk
dipertimbangkan dalam deskripsi dari recording unit. Dari contoh diatas penggambaran karakter
dalam narasi, sebuah pilihan natural untuk context unit bisa saj menjadi keseluruhan narasi
dalam permainan karakter yang mereka lakukan. Namun, ketika analis mencoba untuk
memastikan pengembangan karakter tertentu - di mana karakter muncul, apa yang mereka
lakukan, dan apa yang terjadi pada bab themmaybe akan menjadi pilihan yang lebih baik.
Umumnya, arti kata biasanya tergantung pada peran stiktiknya dalam sebuah kalimat.

Tidak seperti unit pengambilan sampel dan unit perekaman, unit konteks tidak dihitung,
tidak perlu independen satu sama lain, dapat tumpang tindih, dan dapat dikonsultasikan dalam
deskripsi beberapa unit rekaman. Meskipun unit konteks umumnya mengelilingi unit rekaman
yang mereka bantu identifikasi, mereka dapat mendahului terjadinya unit rekaman (seperti dalam
contoh mengenai kata ganti pribadi) atau berada di tempat lain, seperti dalam catatan kaki,
indeks, glosarium, berita utama, atau perkenalan. Tidak ada batas logis untuk ukuran unit
konteks.

5.3 Ways of Defining Units

Content analysis mengidentifikasikan unit berdasarkan satu atau lebih jenis perbedaan:
fisik, sintaktis, kategori, proporsional dan tematik.

 Physical Distinction

Physical distinction (Perbedaan fisik) hadir dalam penggunaan mekanisme untuk


memutuskan sebuah media fisik. Contoh dalam kegiatan sehari-hari adalah digitalisasi
dari gambar fotografi. Jika resolusi dari sebuah foto digital sangat baik, seseorang yang
melihat dapat membedakan antara latar belakang dan depan dan memisahkan objek ,
orang dan bentuk. Digitalisasi adalah hasil dari mekanisme yang tidak mengenali
keseluruhan atau bentuk, tetapi memaksakan perbedaannya sendiri. Dalam content
analysis, physical distinction dipisahkan dengan media oleh waktu, panjang, ukuran atau
volume akan tetapi bukan dengan informasi yang akan disediakan analis.

 Syntactical Distinctions
Syntatictal distinction disebut “natural” relative terhadap tatabahasa dari media data.
Mereka tidak memerlukan penilaian tentang makna. Menjadi “natural”, mereka terlihat
sulit untuk dipertanyakan: buku, masalah dalam surat kabar, surat, puisi, poster, performa
teatrikal, acara tv. Bagaimanapun, terdapat hal lain yang mudah dikenali secara sintaktis
dalam bacaan: kalimat, kuotasi, paragraph, bab, artikel jurnal, monograf atau buku, seri,
koleksi dan lainnya. Pada media nonverbal, terdapat unit seperti aksi dalam performa
teatrikal, item item berita dalam penyiaran televisi, dan pengeditan tayangan dalam film.
Dalam analisis percakapan, ujaran antara pergantian pembicaraan.

 Categorical Distinction
Categorical distinction mendefinisikan unit dengan kelompok mereka atau kategori atas
kesamaan yang mereka miliki. Referensi umum adalah tipikal: karakter apapun yang
terikat yang mengarah kepada objek khusus, kejadian, orang, aksi, Negara atau ide.
Categorical distinctions juga bisa berasal dari sebuah teori yang sudah diadopsi untuk
sebuah analisis. For the psychiatric profession, mental illnesses are defined in the
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (American Psychiatric
Association, 2000), which provides the official recording units for psychiatrists to use in
making insurance claims and j ustifying appropriate treatment.

 Proporsional Distinction
Proporsional distinction (perbedaan proposisi) menguraikan unit sesuai dengan
konstruksi tertentu, seperti yang memiliki bentuk proposisi tertentu atau menunjukkan
hubungan semantik tertentu antara komponen konseptual. Misalnya, dalam proposalnya
untuk analisis konten linguistik, Roberts (1989) menyarankan untuk menggunakan
klausul sebagai unit. Dia mendefinisikan klausul sebagai kalimat yang menyertakan kata
kerja yang difungsikan dan, secara opsional, subjek, objek, dan pengubah terkait. roposisi
adalah kalimat dasar-dasar, klaim lengkap, seluruh pernyataan, belum dianalisis-yang
dapat digantung bersama dengan konektor logis dan atau atau, sebanyak teks dapat
dibangun melalui urutan kalimat terpisah. Sebaliknya, pernyataan majemuk dapat
dianggap sebagai dekomposisi atau dapat dianalisa ke dalam proposisi dasar atau kernel.

 Thematic Distinction
"Istilah tematik menunjukkan analisis materi verbal seperti cerita, dan penggunaan unit
analisis yang relatif komprehensif seperti themas (Murray, 1943), tema (Holsti, 1969), ...
kombinasi kategori (Aron, 1950)," motif (Thompson, 1932), citra, dan pikiran (hal.4).
Meskipun pilihan unit selalu ditentukan oleh tujuan o f a n analisis, karena kekayaan
deskriptif unit tematik dan tautan mereka ke pemahaman pembaca, banyak analis konten
dengan tujuan representasi menemukan definisi tematik unit yang menarik. Namun,
karena unit tematik mungkin harus mengandalkan fitur tekstual yang didistribusikan ke
seluruh teks, bahkan coders yang dilatih dengan hati-hati dapat dengan mudah dipimpin
ke arah yang berbeda, membuat keandalan sulit dicapai. Tema, bahkan ketika mereka
relatif diformalkan atau terbatas dalam ruang lingkup, tidak mudah dianalisis sebagai unit
yang lebih sederhana.

CH 6 Sampling

6.1 Sampling in Theory

Teori stastical sampling mendapatkan keunggulan ketika peneliti mulai mengidentitaskan


masalah yang berkaitan dengan pengukuran opini public melalui survey penelitian. Survey
peneliti berusaha mengestimasi sifat dari keseluruhan populasi dengan mengamati dan
mengajukan pertanyaan hanya dari subset pilihan individu yang ditarik dari populasi tersebut.
Penelitian akan sudah mempelajari setiap anggota dari populasi. Tantangan dari sampling
muncul diantara ekstrim ini. Biasanya, terdapat kesamaan dan perbedaan didalam setiap populasi
dan temuan penelitian perlu untuk menjadi sempurna hanya dalam beberapa batasan.

Dengan demikian, pada dasarnya, teori pengambilan sampel berkaitan dengan kemampuan
untuk menasionalisasi properti yang ditemukan dalam sampel ke populasi tempat sampel ditarik.
Hal ini bergantung pada hukum dari angka besar untuk mengestimsikan bias yang disebabkan
oleh generalisasi dari ukuran sampel yang memadai, dan hal ini menyediakan pembenaran untuk
beberapa teknik sampling yang diarahkan pada minimalisasi bias tersebut.

 Dalam batasan teori sampling diatas, sampling unit (unit yang dipilih) adalah individu,
actual atau ketika diaplikasikan disuatu tempat, metafora, independen satu sama lain, dan
karenanya secara individual dapat dihitung oleh sifat, pendapat, atau perilaku mereka.
Teks, sebaliknya, mungkin berkonsep beragam dan bersatu.
 Dalam teori sampling diatas, unit yang sudah dipilih adalah unit yang dihitung. Dalam
content analysis, hal ini sangat jarang terjadi. Content analysis bisa memiliki sampel
seperti, kata-kata, masalah surat kabar, atau periode waktu produksi film, akan tetapi
mereka menemukan jawaban untuk pertanyaan penelitian mereka dengan menghitung
kalimat, mengkategorikan referensi atau menginterpretasikan detail dari foto visual.
 Peneliti survei mengendalikan pertanyaan yang diajukan kepada orang yang
diwawancarai mereka dan memutuskan legitimasi jawaban orang yang diwawancarai.
Berdasarkan keanggotaan mereka dalam populasi yang dituju, semua sampel individu
yang diambil diperlakukan sama-sama informatif terkait pertanyaan para peneliti survei.
Sebaliknya, teks yang digunakan analis konten biasanya dihasilkan untuk tujuan selain
daripada yang dianalisis, dan jarang bagi unit bacaan yang berbeda untuk memiliki
relevansi yang sama untuk pertanyaan penelitian analis konten.

6.2 Sampling Technics Applicable to Texts

Semua content analysis (atau harus) dipandu oleh pertanyaan penelitian. Masalah pengambilan
sampel tidak muncul ketika analis dapat menjawab pertanyaan penelitian mereka dengan
memeriksa semua teks dari populasi teks tertentu, seperti semua karya penulis tertentu, semua
masalah surat kabar dalam periode yang dipilih, semua dokumen yang dihasilkan oleh proses
hukum, catatan medis lengkap pasien, atau semua email yang diterima dan dijawab oleh kantor
tertentu, pada masalah tertentu, dan selama periode waktu tertentu. Ketika para peneliti
menganalisis sampel teks sebagai menggantikan populasi teks yang lebih besar, namun, mereka
membutuhkan rencana pengambilan sampel untuk memastikan bahwa unit tekstual yang diambil
sampel tidak bias jawaban atas pertanyaan penelitian.

Untuk situasi seperti itu, teori pengambilan sampel statistik menawarkan tiga teknik pengambilan
sampel, yang secara ringkas disebut probabilitas sampling karena dirancang untuk memastikan
bahwa semua unit pengambilan sampel memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan
dalam sampel.

Ketika unit pengambilan sampel tidak sama informatif, yang jauh lebih khas dalam analisis
konten daripada dalam penelitian survei, pengambilan sampel teks menjadi fungsi dari apa yang
diketahui tentang distribusi informasi (konten) dalam alam semesta tekstual. Saya menjelaskan di
bawah empat teknik pengambilan sampel yang merespons kondisi ini.

Situasi yang lebih menantang adalah situasi di mana populasi teks memiliki batas konseptual
tetapi tidak ada anggota yang dapat dijumlahkan, misalnya, ketika seorang peneliti tertarik pada
informasi tentang masalah tertentu yang dapat muncul dalam populasi teks yang agak beragam.
Cluster sampling, teknik kelima yang dijelaskan di bawah ini, berguna dalam situasi di mana unit
pengambilan sampel dapat dicantumkan dalam potongan yang lebih besar, atau kluster.
Pengambilan sampel kluster juga dapat digunakan dalam situasi di mana unit pengambilan
sampel dan unit perekaman berbeda dalam bentuk dan/atau jumlahnya. Setelah pembahasan
cluster sampling, saya membahas tiga teknik pengambilan sampel yang menyimpang lebih jauh
dari gagasan memilih subsample perwakilan dari populasi. Dan teknik akhir dibahas,
convenience sampling, bertentangan dengan fitur terpenting dari teori pengambilan sampel
statistik.

6.2.1 Random Sampling

Untuk menggambarkan sebuah sampel acak sederhana (simple random sample), seorang peneliti
harus menghitung (atau mengurutkan) seluruh unit yang dipilh (sampling unit) untuk
dimasukkan kedalam atau dikeluarkan dari analisis (masalah dari jurnal, penulis, web pages,
pidato, pertukaran obrolan, kalimat). Peneliti kemudian mengaplikasikan sebuah alat pengacakan
(sebuah alat yang memberikan setiap unit probabilitas yang sama untuk dimasukkan kedalam
sampel untuk unit yang dihitung untuk menentukan yang mana akan dianalisis.

6.2.2 Systematic Sampling

Dalam pemilihan sampel sistematis (systematic sampling), peneliti memilih setiap k-th unit dari
daftar setelah menentukan titik permulaan dari prosedur secara acak. Dalam content analysis,
sampel sistematis disukai ketika teks berasal dari publikasi yang muncul secara teratur,
suratkabar, seri telebisi, urutan interaksi antar personal, atau hal berulang lain atau kejadian
berkelanjutan. Interval dari k adalah tetap, sehingga hal ini akan membuat sampel bias ketika
berkorelasi dengan “alur” murni dalam sebuah daftar unit, seperti variasi musiman atau siklus
keteraturan lainnya. Contohnya, jika seorang peneliti memeriksa masalah dari surat kabar yang
dipilih tujuh hari dalam seminggu, bagian sains dari New York Times, yang terbit setiap selasa,
akan diperesentasikan berlebihan jika pengambilan sampel dimulai pada hari selasa dan tidak
pernah disertakan sebaliknya. Untuk alasan ini, peneliti seharusnya berhati-hati untuk tidak
memilih setiap ketujuh masalah pada publikasi harian atau setiap atau setiap genap
(dibandingkan ganjil) gilirannya berbicara dalam percakapan dua orang.

6.2.3 Stratified Sampling

Pengertian stratified random sampling adalah teknik sampling dimana populasi dibagi
menjadi kelompok lebih kecil yang disebut strata. Dalam stratified random sampling, strata ini
dapat dibentuk dengan pengelompokan berdasarkan karakteristik yang sama dari anggotanya.
Pengambilan sampel stratified (stratified sampling) mengenali subpopulasi yang berbeda (strata)
dalam populasi. Setiap pengambilan sampel unit dimiliki oleh hanya satu stratum, dan peneliti
melakukan pengambilan sampel acak atau sistematis untuk setiap strata secara terpisah. Dengan
demikian sampel strata mewakili semua strata baik dalam angka yang sama (contohnya proporsi
terhadap ukuran sebenarnya) atau berdasarkan setiap definisi prior lainnya, dimana properti
dalam strata individual dijadikan sampel tanpa sepengatahuan prior. Surat kabar, contohnya, bisa
menjadi strata (bertingkat) berdasarkan area geografis pendistribusiannya, berdasarkan frekuensi
terbitan, berdasarkan ukuran pembaca atau berdasarkan komposisi audiens yang diperoleh dari
survey pembaca.

Proses pembagian populasi kedalam stratum bertujuan agar sampel yang diambil dari
setiap stratum dapat merepresentasikan karakteristik populasi yang berukuran besar dan
heterogen. Oleh karena itu, stratum harus dibentuk sehomogen mungkin dengan manganalisis
karakteristik populasi dengan baik.

6.2.4 Varying Probability Sampling

Varying probability sampling mengenali bahwa unit teks sama-sama informative terkait
jawaban terhadap pertanyaan penelitian analis dan jadi menetapkan untuk setiap unit
pengambilan sampel sebuah probabilitas individual untuk berkontribusi menjawab setiap satu
pertanyaan. Dalam rangka mengejar jawaban untuk pertanyaan penelitian terkait opini publik,
contohnya analis bisa menggunakan sampel suratkabar terkait angka sirkulasi mereka. Dalam
sampel tersebut, sirkulasi surat kabar yang besar, yang mungkin mempengaruhi lebih banyak
orang, harus direpresentasikan berlebihan relatif terhadap sirkulasi suratkabar yang rendah agar
konten mereka berhubungan dengan variabel opini public.

6.2.5 Cluster Sampling

Cluster sampling adalah teknil pemilihan ketika analis tidak dapat menghitung seluruh
unit analisis namun menemukan daftar grup yang lebih besar dari unit tersebut, atau klaster.
Analis memulai dengan membuat daftar klaster yang tersedia, kemudian memilih diantara
mereka secara acak, secara sistematis atau secara strata dan membawa seluruh unit analisis yang
terkandung dalam unit yang sudah dipilih kedalam analisis. Faktanya, dimanapun perbedaan
sampling unit dan recording unit, cluster sampling mengambil tempat. Karena unit yang
terkandung dalam klaster yang sudah dijadikan sampel tidak diketahui, tidak hanya jenisnya
namun juga angkanya, probabilitas bahwa unit tertentu akan disertakan dalam analisis tergantung
pada ukuran klaster yang dipilih. Dalam analisis konten, pengambilan sampel klaster digunakan
jauh lebih sering daripada yang disadari banyak orang.

6.2.6 Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik multi tahapan. Analis mulai dengan sampel awalan dari unit
yang berulang kali menerapkan serangkaian kriteria pengambilan sampel. Rekursi ini
menghasilkan urutan penambahan unit pengambilan sampel yang menyebabkan sampel tumbuh
dalam ukuran hingga tercapai kriteria penghentian. Contoh yang baik adalah pengambilan
sampel literatur pada subjek tertentu. Peneliti dapat memulai dengan teks terbaru, mencatat
referensinya, memeriksa karya yang dikutip untuk referensi mereka, dan sebagainya. Jika bidang
yang diperiksa adalah hal yang sangat berkaitan, para peneliti akan menemukan diri mereka
dalam jaringan padat kutipan duplikat. Pengambilan sampel bola salju secara alami berakhir
ketika proses tidak menghasilkan referensi baru.

6.2.7 Relevance Sampling

Dalam teknik sampling yang dibahas diatas, teks dipilih menjadi sampel berdasarkan
sumbernya, situasi, periode waktu, genre dan kesinambungan semua ini dapat digunakan tanpa
bacaan yang signifikan atau analisis dari teks yang dijadikan sampel. Relevance sampling,
sebaliknya, menargetkan pada memilih seluruh unit tekstual yang berkontribusi untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang diberikan. Karena sampel yang dihasilkan didefinisikan oleh masalah
analitis ditangan, relevance sampling juga disebut purposive sampling. Sampling Purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. misalnya penelitian tentang
makanan maka sampel yang dipilih adalah orang-orang ang ahli tentang makanan.

6.2.8 Census

Badan teks yang mencakup semua jenisnya disebut sensus. Mempelajari karya yang
dikumpulkan dari penulis tertentu tidak memerlukan pengambilan sampel. Para analis dapat
harus mengerahkan beberapa upaya untuk mendapatkan kuasa atas karya-karya ini, tetapi itu
adalah tugas cendekiawan; para analis tidak membuat pilihan apa pun mengenai apa yang harus
dimasukkan atau dikecualikan. Misalnya, jika analis konten ingin mengetahui sesuatu tentang
liputan pers acara tertentu dan mengumpulkan semua artikel surat kabar yang berkaitan dengan
acara, kumpulan teks lengkap itu merupakan sensus. Karena sudah lengkap, para analis tidak
perlu memperluas jumlah teks dengan bola salju, dan jika kumpulan teks dapat dikelola dalam
ukuran, mereka tidak perlu menguranginya dengan menggunakan relevansi atau pengambilan
sampel acak. sampling Jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. hal ini sering dilakukan apabila jumlah anggota populasi relatif kecil.

6.2.9 Convenience Sampling

Convenience sampling dimotivasi oleh minat analitis dalam badan teks yang tersedia
yang diketahui tidak memasukkan semua populasi teks yang menjadi perhatian para analis.
Sampel semacam itu convenient dalam arti bahwa para analis tidak terlalu berusaha untuk
melakukan upaya atau merasa terlalu sulit untuk mengambil sampel dari populasi itu. Dengan
melanjutkan dari teks yang tersedia tanpa upaya pengambilan sampel, analis meninggalkan
masalah bagaimana dan mengapa data dan data mana yang masuk ke sampel ke keadaan di luar
kendali mereka, untuk kepentingan saluran atau sumber teks, apakah yang terakhir mengetahui
bagaimana teks mereka akan dianalisis atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai