Laporan Kasus Luka Bakar
Laporan Kasus Luka Bakar
LUKA BAKAR
Pembimbing:
Disusun oleh:
Alfian Zulhakim
2110221064
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Luka Bakar”. Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah untuk memenuhi salah satu
syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik departemen Bedah di RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Mayor Ckm dr. Anastasia D. H.,SpBP-RE selaku pembimbing dalam laporan kasus
ini.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan serta masih banyak terdapat kekurangan. Penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
serta perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.
Penulis
ii
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dilakukan dengan pasien dan keluarga pasien
pada hari Kamis, 24 Juni 2021 di Unit Luka Bakar RSPAD Gatot Soebroto.
1.2.1 Keluhan Utama
Pasien datang pada tanggal 21-Maret-2021 pukul 12:00 dengan
keluhan luka bakar pada kedua tangan, dan tungkai kaki serta punggung,
sejak 4 jam SMRS.
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
pasien mengatakan pada tanggal 21 maret 2021 pukul 08:00 wib
terjadi kebakaran dikarenakan konsleting listrik, pasien berada diluar rumah
dan berusaha masuk kerumah untuk menyelamatkan anak serta dokumen
penting. Lalu pasien terjatuh di dalam kamar namun kepala pasien tidak
terbentur ke lantai dan api pun cepat merambat ketubuh pasien. Kemudian
19
pasien segera menuju ke luar rumah. Saat diluar rumah warga menyiram air
dan mengoleskan margarin pada tubuh pasien. Selanjutnya pasien dibawa ke
klinik citama daerah citayem pukul 09:00 wib, saat sampai pasien muntah 1
kali dengan pengeluaran isi perut berupa biskuit yang dimakan saat perjalanan
menuju klinik. Pasien diberikan penanganan awal dengan pembersihan pada
luka pasien menggunakan caiaran infus, salep, dan dibalut dengan verban,
namun pasien mengeluhkan kedua tangan serta tungkai tidak dapat digerakan.
Kemudian pasien dirujuk ke RSPAD pada pukul 12:00 wib.
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Dahulu pasien pernah mengalami luka bakar yang lebih ringan dan
penyembuhan lukanya lebih cepat dari pada saat ini. Pasien mengaku riwayat
DM, hipertensi, alergi disangkal.
1.2.4 Riwayat Pengobatan
20
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 105 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37,4oC
Berat badan (BB) : 58 kg
Tinggi badan (TB) : 155 cm
BMI : 24
A. Kepala : Normocephali, deformitas (-)
B. Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera
icterus -/-, pupil isokor diameter 3 mm/3 mm, reflex pupil (+/+)
C. THT :
Telinga : Bentuk telinga kanan/kiri normal,
infeksi telinga -/-
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : sianosis (-), mukosa basah, lesi (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)
D. Thorax – Kardiovaskuler
Inspeksi : Tampak pergerakan dinding thorax
simetris, retraksi (-), Iktus kordis tidak tampak.
Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorax
simetris, iktus kordis teraba di ICS V LMCS
Perkusi :
Paru : Sonor pada daerah dinding thorax
dekstra dan sinistra
Jantung : Pekak dengan batas kanan atas ICS II
parasternalis dekstra batas kiri atas pada ICS II
21
parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V
midclavicular line
Auskultasi :
Jantung : Suara jantung S1 S2 reguler tunggal,
murmur -/-, gallop -/-
22
Genitalia : Kulit tampak normal, edema (-)
H. Anal – perianal : Anus (+)
I. Ekstremitas atas dextra et sinistra :
Inspeksi : tampak luka bakar derajat II B
pada ekstremitas atas dextra dan sinistra, deformitas -/-
Palpasi : nyeri tekan (+), pembesaran
KGB -/-
J. Ekstremitas bawah dextra et sinistra :
Inspeksi : tampak luka bakar derajat III
pada tungkai kanan dan kiri, deformitas -/-
Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran
KGB -/-
1.3.2 Status Lokalis
a. Punggung (21-Juni-2021)
Inspeksi : terdapat luka bakar pada
punggung, tampak luka bakar grade II 9%
Palpsi : terdapat nyeri tekan, vokal
fremitus (+) diseluruh lapang paru
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular breathing sound (+),
wheezing (-), ronkhi (-)
23
24
b. Ekstremitas atas dextra et sinistra (21-Juni-2021) :
Look : terdapat luka bakar pada ekstremitas dextra dan
sinistra, tampak luka bakar grade II B 13,5 %
Feel : permukaan licin, pulsasi brachialis (kuat angkat),
nyeri tekan (+)
Move : ROM ektresemitas atas kiri dan kanan terbatas
25
1.4 Pemeriksaan Penunjang
1.4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik (21-Maret-2021)
26
Basofil 0 0–1%
Eosinofil 0* 1–3%
Neutrofil 94 * 50-70%
Limfosit 3* 20–40%
Monosit 3 2–8%
MCV 86 80-96 fl
MCH 28 27-32 pg
MCHC 33 32-36 g/dL
RDW 13,60 11.5-14.5 %
27
1.4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik (28-Mei-2021)
28
Eritrosit 4.0* 4.3-6.0 juta/µL
Leukosit 11480 * 4.800-10.800/µL
Trombosit 785000 * 150,000–400,000/µL
Hitung Jenis
Basofil 0 0–1%
Eosinofil 11 1–3%
Batang 3 2-6%
Segmen 65 50-70%
Limfosit 15 * 20-40%
Monosit 6 2-8 %
MCV 87 80-96 fL
MCH 28 27-32 pg
MCHC 33 32-36 g/dl
RDW 14.60 * 11.5-14.5 %
Kesan:
29
BIOMOLEKULER
COVID-19 Real Time RT- Negatif Negatif
PCR SARS-CoV-2 tidak
terdeteksi
Spesimen Nasofaring
30
1.5 Resume
1.5.1 Anamnesis
a. Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua tangan
dan tungkai kaki, serta punggung 4 jam SMRS, diakibatkan kebakaran
rumah.
b. Riwayat penyakit sekarang: Pada saat di klinik citama pasien mengalami
muntah 1 kali, tangan serta kaki pasien tidak dapat digerakan .
c. Riwayat penyakit dahulu: Pasien pernah mengalami luka bakar yang lebih
ringan dan penyembuhan lukanya lebih cepat dari pada saat ini. DM,
hipertensi, alergi disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga: disangkal
e. Riwayat pengobatan: Dilakukan debridement di klinik citama.
f. Riwayat sosial ekonomi: Pasien tidak merokok, mengkonsumsi alkohol,
obat-obatan terlarang. Sehari-hari pasien beraktifitas sebagai ibu rumah
tangga.
g. Pemeriksaan generalis
Punggung:: tampak luka bakar derajat II A disertai nyeri tekan
Ekstremitas atas dextra dan sinistra: tampak luka bakar derajat II B
disertai nyeri tekan
Ekstremitas bawah dextra dan sinistra : tampak luka bakar derajat III,
nyeri tekan (-)
h. Status Lokalis
Ekstremitas atas dextra dan sinistra:
Look : tampak luka bakar pada ekstremitas dextra dan
sinistra, tampak luka bakar grade II B 13,5 %
Feel : permukaan licin, pulsasi brachialis (kuat angkat),
nyeri tekan (+)
31
Move : ROM ektresemitas atas kiri dan kanan terbatas
Punggung:
k. Pemeriksaan penunjang :
(21-Maret-2021)
Hb:19.4
Ht; 60
Eritrosit: 6.9
Leuikosit: 26070
Trombosit: 558000
Neutrophil :94
32
Limfosit :3
(28-Mei-2021)
Hb :6.3
Ht :19
Eritrosit :2.3
Trombosit :424000
(10-Juni-2021)
Hb: 11.2
Ht: 35
Eritrosit: 4.0
Leukosit: 11480
Trombosit: 785000
1.7 Penatalaksanaan
Observasi
Debridement
IVFD RL 30 tpm
Ceftriaxon 500 mg /12jam / IV
Ketorolac ½ amp/8jam/ IV
Omeprazol 4 mg
GV/rawat luka/hari
33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan
kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat
tinggi seperti kobaran api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
dan suhu yang sangat rendah.(1)
luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan
rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga
terlatih dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat
dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak,
bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum), spesialis penyakit dalam, ahli
gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi. Prinsip yang dimaksud
adalah kewaspadaan yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan napas pada
trauma inhalasi, serta mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
melalui resusitasi cairan. Dokter penolong juga harus waspada dalam
melaksanakan tindakan untuk mencegah dan mengobati penyulit trauma
termal, seperti misalnya rhabdomyolysis dan gangguan irama jantung yang
sering terjadi pada trauma listrik. Kontrol suhu tubuh dan menyingkirkan
penderita dari lingkungan yang berbahaya juga merupakan prinsip utama
pengelolaan trauma termal.(234)
34
sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal
dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat. Kulit sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.(7,8)
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-
sel epitel. Sel –sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel
terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans.
Epidermis terdiri dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale,
stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum
corneum. (7,8)
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah
dan pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar
keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan papillaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah
lapisan retikularis.(7,8)
35
Gambar: Anatomi kulit
(Dikutip dari : Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com)
36
bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
antar sel menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
3) Fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki
kulit jua menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi
kering.
4) Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan–badan
ruffinidermis dan sukutis.
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini
dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6) Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan-tangan dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya
dibawa oleh sel melanofag.
7) Fungsi Kreatinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu
keratinosit, sel langerhans, melanosis.
8) Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.(2,7)
2.3 Definisi
Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan
kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat
tinggi seperti kobaran api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
dan suhu yang sangat rendah.(1)
2.4 Epidemiologi
37
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka
morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan
tempat kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan
raya, 5% di rekreasi atau olahraga dan 10% di tempat lain.
Menurut surat kabar Tribun pada tanggal 8 Februari 2012, pada
Simposium Indonesia Burn and Wound Care Meeting yang diselengarakan
Universitas Padjadjaran di Bandung dilaporkan data terakhir yang dikeluarkan
unit luka bakar RSCM Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60%
karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20%
sisanya karena sebab-sebab lain. Dan angka kematian akibat luka bakar pun di
Indonesia masih tinggi, sekitar 40%, terutama diakibatkan karena luka bakar
yang berat.(6)
2.5 Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun
zat kimia.Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh
derajat panas , durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.
1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas(scald), jilitan api ke
tubuh (flash), koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-
lain).
2. Luka Bakar Zat Kimia( Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabakan karena kontak langsung
dengan zat kimia asam, basa, atau hasil pengolahan minyak. Luka bakar basa
umumnya lebih serius dibandingkan dengan asam. Karena basa dapat
menembus jaringan lebih dalam.
3. Luka Bakar Listrik(Electrical Burns)
38
Luka bakar listrik disebabkan oleh kontak langsung aliran listrik
dengan badan, dan setring lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di
permukaan. Tubuh manusia dapat bertindak sebagai penghantar energi listrik
dan mengakibatkan kerusakan jaringan akibat panas.
39
nelayan, atau pelaut. Vasospasme dan vasodilatasi yang terjadi
silih berganti mengakibatkan jaringan yang dingin dan mati
berubah menjadi hiperemi dalam waktu 24-48 jam.
Berdasarkan Kedalamannya.
Luka bakar derajat I(superficial burns)
Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis.
Gejalanya berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari dermis, nyeri,
dan hangat pada perabaan. Pada derajat ini, fungsi kulit masih utuh. Contoh
luka bakar derajat I adalah bila kulit terpapar oleh sinar matahari terlalu lama,
atau tersiram air panas. Proses penyembuhan terjadi sekitar 5-7 hari. Luka
40
bakar derajat ini tidak menghasilkan jaringan parut, dan pengobatannya
bertujuan agar pasien merasa nayaman dengan mengoleskan soothing salves
dengan atau tanpa gel lidah buaya. (1,2,4)
Luka bakar derajat II (partial thickness burns)
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya
mencapai dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan dermis,
luka bakar ini dikenali sebagai superficial partial thickeness burns atau luka
bakar derajat II A. Luka bakar derajat II A ini tampak eritema, nyeri, pucat
jika ditekan, dan ditandai adanya bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari
pembuluh darah karena permeabilitas dindingya meningkat. Luka ini
mereepitelisasi dari struktur epidermis yang tersisa pada rete ridge, folikel
rambut dan kelenjar keringat dalam 7-14 hari secara spontan. Setelah
penyembuhan, luka bakar ini dapat memiliki sedikit perubahan warna kulit
dalam jangka waktu yang lama. (1,2,4,7,10)
Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian bagian reticular dermis
(deep partial thickeness). Luka bakar ini dikenali sebagai deep partial
thickeness burns atau luka bakar derajat II B. Luka bakar derajat II B ini
tampak lebih pucat, tetapi masih nyeri jika ditusuk degan jarum (pin prick
test). Luka ini sembuh dalam 14-35 hari dengan reepitelisasi dari folikel
rambut, keratinosit dan kelenjar keringat. seringkali jaringan parut muncul
sebagai akibat dari hilangnya dermis. (1,2, 4,7,10)
Luka bakar derajat III (full-thickess burns)
Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis
sampai ke lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang keras,
tidak nyeri, dan warnanya hitam, putih, atau merah ceri. Tidak ada sisa
epidermis maupun dermis sehingga luka harus sembuh dengan reepitelisasi
dari tepi luka. Full-thickness burns memerlukan eksisi dengan skin grafting.
(1,2, 4,7,10)
41
Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ dibawah
kulit seperti otot dan tulang. (1,2, 4,7,10)
42
diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh
yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut
Lund and Browder. (1,2, 4,7,10)
43
2.7 KRITERIA PERAWATAN
Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang
digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka
bakar adalah seperti berikut: (1,4,7,10)
I. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness
burns (luka bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur
kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
II. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness
burns (luka bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia
lainnya.
III. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness
burns (luka bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat
kelamin, perineum, atau sendi utama.
IV. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA
pada semua kelompok usia.
V. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.
VI. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya
yang bisa mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, atau
mempengaruhi kematian.
VII. Luka bakar kimia.
VIII. Trauma inhalasi
IX. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di
mana luka bakar tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan
mortalitas.
X. Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit
perawatan anak yang berkualitas maupun peralatannya.
44
XI. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti
sosial, emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.
(1,4,7,10)
45
cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan distres pernapasan
seperti: sesak, gelisah,takipneu, pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot
bantu pernapasan dan stridor. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan
adalah analisa gas darah serial dan foto thorax. (1,2,4,7,10)
3. Resusitasi cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
1.Memperbaiki cairan yang hilang akibat trauma termal yang terjadi
sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
2.Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. (1,4,7,10)
I. Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan
hipertonik dan koloid: (1,4,7,10)
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini
adalah Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati
kadarnya dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan
plasma. Pada keadaan normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di
ruang intravaskular karena cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial.
Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan meningkatkan volume
intravaskuer 300 ml. (1,4,7,10)
Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan
garam hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%,
3%, 5 %, 7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan
intraseluler sehingga cairan akan berpindah dari intraseluler ke
ekstraseluler.,(4,7,10)
46
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan
Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan
didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke
ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang
ada. (1,3.6, 8)
47
1. Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Kebutuhan
cairan adalah 4 ml. Dengan rumus:
3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
2. Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3
mg/kgBB dengan dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% jumlah tetesan
dibagi rata dalam 24 jam (30 tetesan dalam 1 menit).
3. Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis
dan sedimen).
4. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tujuan perawatan luka
adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses reepiteliasasi,
mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan untuk
menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini
dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang
cukup berat. Untuk bullae yang ukurannya kecil dilakukan tindakannya
48
konservatif sedangkan untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa
membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,4,7,10)
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada
luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh, sebab
pengerutan keropeng(eskar) dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat
mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan
sirkulasi sehingga bagian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini
penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya
rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus
cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas. (1,4,7,10)
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan
pasien atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka
dibalut dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap.
Perawatan luka tertutup dengan occlusive dressing ini untuk mencegah
penguapan berlebihan. Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan
kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan
epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi
pada luka. (1,4,7,10)
5. Eksisi dan graft
Luka bakar derajat IIB dan III tidak dapat mengalami penyembuhan spontan
tanpa autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan menjadi
fokus inflamasi dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan sebagian
besar ahli bedah karena memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan
debridement serial. Setelah dilakukan eksisi, luka harus ditutup melalui skin graft
(pencakokan kulit) dengan menggunakan biological dressing. Terdapat 3 bahan
biological dressing yaitu homografts (kulit mayat sebagai penutup luka
sementara), xenografts/heterografts (kulit binatang seperti babi sebagai penutup
luka sementara) dan autografts (kulit pasien sendiri sebagai penutup luka
49
permanen). Idealnya luka ditutup dengan kulit pasien sendiri (autograft). Terdapat
2 tipe primer autografts kulit yaitu split-thickness skin grafts (STSG) dan full-
thickness skin grafts (FTSG). Pada luka bakar 20-30% biasanya dapat dilakukan
dalam satu kali operasi dengan penutupan oleh STSG diambil dari bagian tubuh
pasien. (1,4,7,10)
1.SplitThicknesSkinGraft(STSG)
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit
yang dipotong,STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
a.Tipis(0,005-0,012inci)
b.Menengah(0,012-0,018inci)
c.Tebal(0,018-0,030inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat
aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis
rongga, kekurangan lapisan mukosa, Daerah donor STSG dapat sembuh secara
spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan
juga dapat sembuh secara total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif
bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan
pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah terutama bila ditempatkan
pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta
biasanya STSG tidak tahan dengan terapi radiasi. STSG akan menutup selama
penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dirawat agar dapat
menjadi lebih lembut, dan tampak lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG
akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih
atau pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna
kulit yang lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan
kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan
pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau
keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG
mungkin akan menghasilkan penampilan yang tidak diinginkan. Daerah donor
50
untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada,
punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang sering
dilakukan diambil dari kulit daerah paha.
2.Full Thickness Skin Graft ( FTSG )
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit
yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh atau bila flap dari
daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit
normal termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila
dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan
selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan
juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai
karena dapat tum buh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa
keuntungan antara lain : relatif sederhana, tidak terkontaminasi / bersih, pada
daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat
aplikasi yang luas seperti STSG. FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang
telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat
paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk
menutup luka pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada
daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan
wajah dari segi estetik. Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan
berfungsi untuk melapisi tangan dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak
kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan
pigmen yang lebih gelap diperoleh dari preposium (kulup), scrotum, dan labia
minora.
6. Antibiotik
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis
infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana populasi
kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-patogen.Sedangkan
51
hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca
cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan antibiotik.
Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver sulfadiazine 1%,
silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida
diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik
bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri. (1,4,7,10)
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah sepsis. Selain itu
komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi, yaitu atrofi mukosa, ulserasi
dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada ginjal dapat
terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin graft loss
merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma,
infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi
jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan
kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan
sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan
kontraktur memerlukan tindakan bedah. (1,4,7,10)
2.10 PROGNOSIS
Ad vitam: dubia adbonam
Ad sanationam: dubia adbonam
Ad functionam:dubia
52
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan post debridement luka bakar derajat
IIA pada punggung, IIB pada ekstremitas atas, dan III pada ekstremitas bawah
sebesar 58,5 % disertai dengan dehidrasi ec. Trauma thermal. Keadaan seperti ini
biasanya dikarenakan trauma yang cukup berat.
Pada pemeriksaan fisik head to toe dan pemriksaan status lokalis, punggung
pasien didapatkan luka bakar derajat II A sebesar 9% disertai nyeri tekan pada daerah
luka, ekstremitas atas dextra et sinistra tampak luka bakar derajat II B sebesar 13,5%
53
disertai nyeri tekan pada daerah luka, dan juga pada ekstremitas bawah dextra et
sinistra tampak luka bakar derajat III sebesar 36%pada tungkai kanan dan kiri, namun
tidak dapat dilakukan palpasi pada tungkai bawah pasien, dikarenakan luka terbalut
oleh verban.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. EGC. Jakarta. p 66-88
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery.
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal.
November 2006
6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.
Januari 2008
7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.
Agustus 2008
8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s
Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29. Agustus 2007
10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.mayo.clinic.com. Januari
2006
55