Anda di halaman 1dari 34

SEMINAR PROPOSAL

KEMAMPUAN SISWA DALAM PENGUASAAN PARAGRAF DENGAN


KETERAMPILAN MENULIS IKLAN SISWA KELAS X
SMA NEGERI I LANGSA

Oleh:
Aqiela Reanaldis Ellyas
71180513019

Dosen Pengampu:

Dra. Hj. Rita, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karna atas limpahan rahmat kepada kita
semua sehingga kita selalu berada dalam lindungannya. Sholawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW sebagai sosok teladan dalam setiap aktifitas
keseharian kita.

Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Kemampuan Siswa Dalam Penguasaan Paragraf Dengan Keterampilan Menulis Iklan Siswa
Kelas X”

Demikian saya berharap penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia dan digunakan sebagai
bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini mungkin masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan
hati menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan peelitian ini.

Medan, 25 Maret 2021

Penulis,

Aqiela Reanaldis Ellyas


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................7
1.6 Metode Penelitian..................................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................................9
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL..............................................................9
DAN HIPOTESIS.............................................................................................................................9
2.1 Kerangka Teoretis.........................................................................................................................9
2.1.1 Pengertian Paragraf.............................................................................................................10
2.1.2 Ciri-ciri dan Syarat Paragraf...............................................................................................10
2.1.3 Fungsi Paragraf............................................................................................................21
2.1.4 Pengertian Menulis......................................................................................................22
2.1.5 Pengertian Iklan...........................................................................................................23
2.1.6 Bahasa Iklan.................................................................................................................23
2.1.7 Fungsi Iklan.................................................................................................................25
2.1.8 Tujuan Iklan.................................................................................................................26
2.1.9 Jenis-jenis Iklan...........................................................................................................26
2.1.10 Langkah-langkah Menulis Iklan...................................................................................29
2.1.11 Contoh Iklan Berbentuk Paragraf.................................................................................30
2.1.12 Hubungan Penguasan Paragraf dengan Keterampilan Menulis Iklan...........................31
BAB III................................................................................................................................................33
SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jika berbicara masalah menulis berarti harus berbicara pula masalah paragraf karena
paragraf merupakan bagian dari sebuah tulisan. Keseluruhan paragraf akan mengembangkan
sebuah tema dari suatu tulisan. Tanpa adanya paragraf suatu tulisan tidak mungkin akan
terbentuk.

Dalam suatu paragraf mungkin terdapat gagasan ganda yang akan mendatangkan kesulitan
untuk memahami gagasan yang disampaikan penulis, atau mungkin terdapat pengembangan
topik yang tidak sesuai dengan ide pokok yang terdapat pada suatu paragraf. Dengan
demikian akan lebih sulit menemukan inti gagasan paragraf itu. Jadi, tiap paragraf hanya
mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan
topik tersebut, oleh sebab itu dalam pengembangan tidak boleh terdapat unsur-unsur yang
sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Penyimpangan akan
menyulitkan pembaca.

Di sekolah pembelajaran keterampilan berbahasa meliputi berbagai aspek


pembelajaran, salah satunya adalah memahami unsur-unsur paragraf dan menuangkannya
dalam tulisan termasuk tulisan berbentuk iklan dengan menggunakan beragam pola kalimat
yang komunikatif. Menurut Hatikah, dkk (2007:xi) di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), “Materi pokok paragraf dimasukkan dalam kurikulum pada aspek
menulis, dengan standar kompetensi mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan
perasaan dalam berbagai ragam tulisan nonsastra serta menuliskannnnya dalam berbagai
bentuk paragraf (naratif, deskriptif, eksposisi, dan argumentatif)”. Sedangkan menulis iklan
dimasukkan di dalam submateri pokok menulis iklan dengan beragam bentuk. Isi dan bahasa
yang digunakan tidak terlepas dari keterampilan berbahasa dengan menggunakan
kalimat/bahasa yang komunikatif. Tambahan lainnnya, bahwa pembelajaran iklan sudah
dilaksanakan di kelas IX semester ganjil.
Bahasa iklan adalah bahasa yang digunakan dalam iklan, artinya, untuk mempromosikan
barang atau jasa dalam sebuah iklan digunakan bahasa sebagai alat penyampai informasinya
atau dengan kata lain sebagai alat komunikasinya. Karenanya, apabila tidak memahami
unsur-unsur paragraf kalimat yang digunakan dalam bahasa iklan tersebut akan cenderung
tidak komunikatif, atau iklan tersebut tidak dapat menyampaikan pesan, ide dan gagasan
kepada penerima sesuai dengan yang dimaksud oleh penulisnya. Jadi, kedua aspek berbahasa
ini saling berhubungan termasuk hubungan dengan aspek berbahasa lainnya.

Seperti apa yang termakna dalam kurikulum, bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia khususnya tentang paragraf dan bahasa iklan bertujuan agar siswa mampu

memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya

dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.

Penggunaan bahasa iklan berbeda dengan menggunakan bahasa pada tulisan lainnya.

Bahasa iklan harus memiliki beberapa kriteria seperti: bahasa iklan harus menarik, jelas,

singkat, tepat, persuasif dan objektif. Kata-kata yang digunakan dalam iklan, ditulis oleh

penulis naskah iklan (copywriter). Kepersuasifan bahasa iklan lebih diutamakan dengan

rangkaian kata-kata atau kalimat yang harus mampu menarik perhatian pembaca. Jadi, secara

sadar atau tidak pembaca mengikuti atau menggunakannya.

Berdasarkan pengalaman yang dialami, tidak jarang guru bahasa Indonesia mengeluh

tentang ketidakmampuan siswanya memahami unsur-unsur paragraf, apalagi jika ditugaskan

menulis iklan. Hal ini dikuatkan dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan

pengajaran bahasa Indonesia kurang memberikan hasil yang memuaskan terutama tentang

kemampuan siswa mengungkapkan pikiran, ide, dan gagasan ke dalam kalimat. Apabila

ditugaskan menulis, ternyata tidak ada siswa yang tidak luput dari kesalahan. Jenis kesalahan

yang paling menonjol adalah tidak dimilikinya syarat kelengkapan, kemudian syarat

kesatuan. Akibatnya tuntutan kurikulum pada pengajaran menulis tidak memenuhi target.
1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang diteliti harus diidentifikasi. Hal ini dinyatakan Arikunto (2006:42),

“Apa dan bagaimana masalah yang diteliti harus diidentifikasikan. Masalah yang dipilih

harus relevan, jelas, dan tepat, serta berpengaruh tinggi terhadap pokok permasalahan

penelitian itu.” Jadi, identifikasi masalah adalah untuk memperoleh kejelasan sasaran

penelitian dan menetapkan masalah yang hendak diteliti. Adapun identifikasi masalah

penelitian ini sebagai berikut:

Apakah siswa sudah menguasai teori paragraf, kesulitan apa saja yang dihadapi siswa

ketika mempelajari paragraf, apakah siswa terampil menulis iklan, apakah hubungan

antarkalimat, ejaan, dan objek yang ditulis siswa dalam iklan sudah tepat. Selain itu, apakah

kemampuan paragraf dapat membantu keterampilan siswa menulis iklan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka Arikunto (2006:55) mengatakan, “Apabila

telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan/studi eksploratis, maka masalah

yang akan diteliti menjadi jelas agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka

penelitian harus merumuskan masalahnya.” Jadi, rumusan masalah berfungsi untuk

menegaskan masalah yang hendak diteliti. Dengan demikian, masalah yang diteliti pun

terfokus pada satu tujuan.

Adapun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penguasaan paragraf

2. Bagaimanakah keterampilan menulis iklan

3. Bagaimanakah hubungan penguasaan paragraf dengan keterampilan menulis iklan

1.4 Tujuan Penelitian


Setiap kegiatan berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai, tanpa tujuan yang jelas

maka kegiatan yang dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai.

Arikunto (2006:39) mengatakan, “Setiap penelitian harus lebih dahulu berisi penjelasan

tentang tujuan, sebab hanya dengan diketahuinya tujuan itu, penulis maupun pembaca dapat

mengarahkan pemikirannya serta menempatkan uraian-uraian itu dalam proporsi wajar.”

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penguasaan paragraf

2. Mendeskripsikan keterampilan menulis iklan

3. Mendeskripsikan hubungan penguasaan paragraf dengan keterampilan menulis iklan

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tidaklah mungkin dilakukan tanpa manfaat tertentu, sebab dalam prinsip

hidup melakukan sesuatu tanpa tujuan dan manfaat sama halnya dengan sia-sia. Hal ini

dikatakan Arikunto (2006:29),

Penelitian pendidikan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan sistem pendidikan


maupun untuk kepentingan praktis dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan penelitian
dapat diketahui hal-hal yang berhubungan dengan beberapa faktor yang menghambat dan
menunjang pengembangan pendidikan.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Sugiyono (2017) dan Martono (2012) acuan metode kuantitatif kedua pakar metode
penelitian filsafat positivisme. Peneliti menggunakan metode ini dimaksudkan untuk
memahami tingkat menulis paragraf dan iklan.
BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis dalam suatu penelitian berarti merancang teori-teori mengenai

hakikat yang memberikan penjelasan tentang konsep yang akan diteliti. Arikunto (2006:107)

mengatakan, “Kerangka teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok

masalah yang terkandung dalam penelitian”. Dengan demikian, pembahasan permasalahan

penelitian ini dipakai teori-teori ilmu pengetahuan dari para ahli yang relevan.

Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari modal manusia yang telah dipersiapkan

oleh Allah Swt dalam rangka mengemban tugasnya sebagai khalifah di permukaan bumi

melalui proses pembelajaran sesuai surat Al-Baqarah ayat 31,

ِ‫ال أَنْبِ ئ و يِن بِ أَ مْس اء‬ ِ ِ ‫و ع لَّ م آد م ا أْل َ مْس اء ُك لَّ ه ا مُثَّ ع ر ض ه ْم ع لَ ى ال‬
َ ُ َ ‫ْم اَل ئ َك ة َف َق‬
َ َ ُ َ ََ َ َ َ ََ َ َ َ
ِ ِ ‫ٰه ؤ اَل ِء إِ ْن ُك نْت ْم‬
َ‫ص اد ق ني‬ َ ُ َُ

Artinya: “dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!" Demikian juga dijelaskan pada surat Al-Alaq ayat 4-5,

‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬

‫عَلَّ َم اإْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬


Artinya : “yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (tulis baca).
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan sangat

dibutuhkan manusia baik dalam mempelajari tata cara beribadah kepada Allah maupun alat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bagaimana cara mempelajari paragraf dan
menulis iklan sekaligus mendidik siswa agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya

manusia.

2.1.1 Pengertian Paragraf

Menurut Tarigan (1996:11), “Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis

sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung

pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan”. Akhadiah dkk (1997:144)

menyatakan, “Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.

Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam

paragraf tersebut, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup”. Kemudian,

Soedjito (1997:3) mengatakan, “Paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas

kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan suatu kesatuan

pikiran”. Selanjutnya, Arifin (1998:125) menyatakan, “Paragraf adalah seperangkat kalimat

yang membicarakan satu gagasan atau topik. Paragraf merupakan kalimat-kalimat yang

memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk

gagasan atau topik tersebut”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah

bagian dari suatu karangan atau tuturan yang berisi seperangkat kalimat yang tersusun secara

logis dan sistematis, saling berhubungan sehingga membentuk satu satuan informasi dengan

ide pokok sebagai pengendalinya. Ide pokok tersebut dikembangkan dengan beberapa

kalimat penjelas.

2.1.2 Ciri-ciri dan Syarat Paragraf

Menurut Finoza (2007:149), ciri suatu paragraf antara lain:

1) Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama yang dinyatakan dalam


kalimat topik.
2) Setiap paragraf menggunakan satu topik dan selebihnya merupakan kalimat
pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan dan menerangkan pikiran
utama yang ada dalam kalimat topik.
3) Paragaraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan
dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik. Paragraf
bukan kumpulan kalimat-kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap
kalimat penjelas berisi detail yang spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas
lainnya.

Lebih lanjut Finoza (2007:153) mengatakan, “Paragraf efektif harus memenuhi syarat,

yaitu (1) adanya kesatuan dan, (2) adanya kepaduan”. Kedua persyaratan ini dijelaskan

sebagai berikut:

Berdasarkan dua pendapat di atas, paragraf yang tepat harus memiliki kesatuan dan

kepadua. Kedua unsur ini mutlak diperlukan.

2.1.2.1 Kesatuan Paragraf

Finoza (2007:153) mengatakan:

Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf
hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik/masalah. Jika dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti
dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.

Contoh:

Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru,
saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari
Clinton adalah presiden Amerika. Melalui perjuangannya, Clinton berhasil menjadi
presiden Amerika. Clinton termasuk presiden Amerika yang populer. Amerika adalah
negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa
yang besar dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia.
Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa
Indonesia di Amerika.

Jika dibaca sekilas, tidak tampak adanya kesalahan dalam paragraf di atas tetapi, jika

dibaca lebih mendalam akan terasa bahwa topik paragraf lebih dari satu. Kondisi itu membuat

pembaca sulit menangkap ide pokok atau ide utama paragraf.

Dalam paragraf di atas ada tiga ide yang potensial untuk dikembangkan: (1) saya

sebagai guru Bahasa Indonesia, (2) Clinton sebagai Presiden Amerika, dan (3) Amerika

adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh kalimat penjelas mendukung ide pokok,
misalnya kalimat (2) sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan

sungguh-sungguh. Jika dilihat dari maksud utama penulisannya yang hendak menerangkan

kedudukannya sebagai guru, maka “usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan

diungkapkan dalam konteks tersebut.

Perhatikan perbaikan paragraf yang salah itu menjadi tiga paragraf berikut; dan

rasakanlah kesatuan ide dalam setiap paragraf.

Contoh:

Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia


tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Di
Amerika semua bahasa yang benar termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk
kepentingan politiik Amerika, pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin
saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.

Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah presiden Amerika. Jabatan itu


diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clinton termasuk presiden Amerika
yang populer.

Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan


maju pesat. Di mana semua bahasa yang benar, termasuk bahasa Indonesia dipelajari
untuk kepentingan politik Amerika.

Berdasarkan uraian contoh di atas, maka paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika

seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik/masalah.

Apabila terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang dibicarakan, berarti dalam

paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah

2.1.2.2 Kepaduan Paragraf

Kepaduan/koherensi dalam paragraf adalah apabila kalimat yang satu dengan kalimat

lainnya yang membentuk paragraf itu terjalin hubungan sesamanya.

Contoh:

Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada yang digabungkan
dengan kuitansi dan faktur itu disebut faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok
dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur
tanpa kuitansi dapat dipakai baik untuk penjualan tunai maupun kredit.
Pengulangan kata kunci seperti yang dicontohkan di atas tidak boleh terlalu sering

dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada pembaca. Repetisi nama

orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti atau dengan frasa.

Berdasarkan uraian di atas, paragraf yang baik harus memiliki kepaduan/koherensi.

Kepaduan/koherensi yang dimaksud adalah apabila kalimat yang satu dengan kalimat lainnya

yang membentuk paragraf itu terjalin hubungan sesamanya. Perhatikan contoh di bawah ini,

Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Presiden
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun
mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris buta.
Presiden ke-4 Republik Indonesia ini di awal masa jabatannya terlalu sering
melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama dari
lawan politiknya. Kyai dari Jawa Timur ini juga sering mengeluarkan pernyataan
yang kontroversial dan inkonsisten. Akibatnya Mantan Ketua PBNU ini sering
diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun Suami dari Sinta Nuriah
ini tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua itu.

Berdasarkan contoh di atas, selain dengan repetisi dan kata ganti, kepaduan dapat

dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada

beberapa kata dan frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud.

Selain pendapat Finoza mengenai ciri-ciri dan syarat paragraf, Tarigan (1997:13)

mengatakan, ”Elemen-elemen paragraf seperti 1) transisi, 2) kalimat topik, 3) kalimat

pengembang, 4) kalimat penegas”.

Berdasarkan pendapat di atas, dikatakan paragraf harus memiliki ciri kata transisi,

kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Keempat unsur ini dapat

digunakan bersamaan, tetapi dapat pula digunakan tidak bersamaan dalam paragraf.

1. Transisi

Menurut Tarigan (1997:15), “Transisi adalah mata rantai penghubung antar paragraf”.

Jadi, transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf. Kehadiran transisi dalam paragraf

bergantung kepada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu transisi dapat

menggunakannya. Sebaliknya bila pengarang dapat mengekspresikan ide pokoknya dengan


jelas tanpa transisi maka transisi tidak perlu hadir dalam paragraf. Lebih jauh Tarigan

(1997:15) mengatakan, “Transisi terbagi dua jenis, yaitu 1) berupa kata; dan 2) berupa

kalimat”. Contoh paragraf berupa kata sebagai berikut:

Hari masih jam lima pagi. Udara masih terasa segar dan nyaman, keadaan sekitar
pun masih sunyi senyap. Tanpa menghiraukan kesunyian pagi itu saya langsung
menuju kamar mandi, setelah bersenam sebentar untuk melenturkan otot-otot yang
lelah beristirahat semalam.
Siraman air yang sejuk dan dingin mengagetkan saya, tetapi hanya sekejap. Mandi
pagi memang menyegarkan: badan menjadi segar, pikiran menjadi cerah. Semua
kekusutan pada hari yang lampau hilang lenyap. Hari yang baru disongsong dengan
hati yang lebih tabah. Itulah sebabnya saya selalu membiasakan diri mandi pagi.
(Finoza, 2007:157)

Paragraf di atas hanya menggunakan dua kata transisi yaitu transisi yang menyatakan

hubungan waktu yaitu setelah dan transisi yang menyatakan hubungan pertentangan yaitu

tetapi.

Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai kalimat pengganti kalimat topik. Bila dalam

suatu paragraf terdapat kalimat penuntun sebagai transisi maka kalimat topik terdapat setelah

kalimat penuntun selesai.

2. Kalimat Topik

Ada beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang sama maknanya dengan kalimat

topik seperti pikiran utama pokok pikiran, ide pokok, kalimat pokok. Gagasan utama yang

menjadi bahasan paragraf disebut pokok atau topik. Gagasan utama dikemukakan selengkap-

lengkapnya, tetapi tidak terlalu terperinci agar kalimat jangan menjadi terlalu panjang.

Setiap paragraf harus mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Jika misalnya

ada satu paragraf berisi dua pikiran utama, paragraf itu haruslah dijadikan dua paragraf. Jika

satu paragraf itu berisi tiga pikiran utama, paragraf itu haruslah dijadikan tiga paragraf.

Menurut Tarigan (1997:18), “Ada tiga kemungkinan letak kalimat topik dalam suatu

paragraf. Kemungkinan pertama pada awal paragraf. Kemungkinan kedua terletak pada akhir

paragraf. Kemungkinan ketiga terletak pada awal dan akhir paragraf”.


Berdasarkan pendapat di atas, kalimat topik dalam suatu paragraf boleh pada awal,

akhir, atau pada awal dan akhir paragraf. Ketiga letak kalimat topik tersebut, diuraiakan

sebagai berikut:

(1) Pada Awal Paragraf

Ramlan (2001:3) mengatakan:

Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf pada umumnya mengandung
pernyataan yang bersifat umum, pernyataan yang masih memerlukan pengembangan,
rincian, dan penjelasan lebih lanjut. Oleh karena itu, kalimat-kalimat berikutnya
merupakan pengembangan ide pokok, berfungsi memberikan rincian dan penjelasan
mengenai apa yang tercantum pada ide pokok.

Berdasarkan pengertian di atas, paragraf ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat

juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal paragraf, gagasan sentral

tadi akan mendapat penekanan yang wajar. Kalimat utama terletak pada awal paragraf.

Paragraf seperti ini disebut paragraf deduktif, yaitu mula-mula mengemukakan pokok

permasalahan, kemudian menyusul uraian yang terperinci. Kalimat-kalimat dalam paragraf

tersebut harus dipusatkan untuk menjelaskan ide atau gagasan sentral tadi.

Contoh:

1)Parman tak begitu saja mempercayai saya, malahan ia heran, mengapa saya harus
bersusah-susah dan tinggal bersama mereka, kalau hanya ingin menuliskan kehidupan
gelandangan. 2) Lama saya berusaha meyakinkan bahwa saya perlu memasuki lebih
dalam lingkungan mereka agar saya bisa mengetahui secara pasti pokok permasalahan
yang mereka hadapi. 3) Akhirnya hati lelaki itu luluh juga. 4) ”Saya tak peduli Mas
mau berbuat apa, tetapi saya yakin kalau Mas tidak akan mencelakakan saya,”
katanya ketika melihat kesungguhan saya. (Ramlan, 2001:8)

Contoh di atas terdiri dari 4 kalimat. Ide pokoknya tersurat pada kalimat pertama,

yaitu Parman tak begitu saja mempercayai saya, malahan ia heran, mengapa saya harus

bersusah-susah dan tinggal bersama mereka, kalau hanya ingin menuliskan kehidupan

gelandangan. Kalimat 2) merupakan pengembangan ide pokok, berisi penjelasan tentang

akibat ketidakpercayaan Parman sehingga “saya” atau penulis terpaksa lama berusaha
meyakinkannya. Pada kalimat 3) dan 4) dijelaskan bahwa akhirnya hati Parman luluh juga

dan percaya bahwa “saya” tidak akan mencelakakannya.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa apa yang dikemukakan pada kalimat (2-4)

merupakan pengembangan ide pokok, memberikan rincian serta penjelasan lebih lanjut.

Penulis lebih dahulu mengemukakan pernyataan yang bersifat umum, baru kemudian

dikemukakan hal-hal yang bersifat khusus yang merupakan penjelasan atau rinciannya. Jadi,

alur pikiran yang dikemukakan dalam paragraf itu bersifat deduktif.

(2) Pada Akhir Paragraf

Ide pokok ada juga yang terletak di bagian akhir paragraf. Menurut Ramlan (2001:4):

Ide pokok yang terletak di bagian akhir paragraf pada umumnya merupakan
kesimpulan atau rangkuman dari apa yang dikemukakan pada kalimat-kalimat di
mukanya. Penulis lebih dahulu mengemukakan beberapa kejadian, peristiwa, atau
keadaan, kemudian pada akhir paragraf dikemukakan kesimpulan atau rangkumannya.
Jadi, alur pikiran yang dinyatakan pada paragraf itu bersifat induktif.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa, bila kalimat pokok ditempatkan

pada akhir paragraf maka akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan

penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan (urutan khusus ke

umum).

Ide pokok di bagian akhir paragraf ini disebut paragraf induktif, yaitu mula-mula

mengemukakan kalimat penjelas, kemudian mencapai klimaks pada kalimat utama.

Contoh:

1)Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. 2)
Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. 3) Harta peninggalan suaminya
semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup
sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih belajar. 4) Anaknya yang tertua
dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor
tiga masih duduk di bangku SMA. 5) Sungguh berat beban hidupnya. (Ramlan,
1998:6)

Contoh di atas terdiri dari lima buah kalimat. Pada kalimat (1-4) penulis

mengemukakan penderitaan-penderitaan yang diderita oleh Ny. Ahmad, yaitu ‘Ia sering sakit
sesudah suaminya meninggal dunia’ (k.1); ‘setiap bulan pergi ke dokter untuk berobat’ (k.2);

‘harta peninggalan suaminya semakin menipis’ (k.3); ‘tiga orang anaknya masih belajar’

(k.4); dan baru pada akhir paragraf, yaitu pada kalimat (5), penulis mengemukakan ide

pokoknya sebagai rangkuman.

(3) Pada Awal dan Akhir Paragraf

Ada juga paragraf yang ide pokoknya terletak di bagian awal dan akhir paragraf.

Menurut Ramlan (2001:6):

Dalam hal ini, ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf berisi pernyataan yang
bersifat umum, yang sudah tentu masih memerlukan penjelasan lebih lanjut,
sedangkan ide pokok yang terletak di bagian akhir paragraf sebenarnya merupakan
ulangan dari ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf, hanya sering bentuk
kalimat atau kata-katanya tidak sama tepat. Kalimat-kalimat lainnya, yaitu yang
terletak di antara kedua ide pokok itu merupakan pengembangan ide pokok,
menjelaskan apa yang dikemukakan pada ide pokok. Jadi, alur pikirannya bersifat
deduktif-induktif.

Berdasarkan pendapat di atas, kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf

diulang pada akhir kalimat paragraf. Maksud ulangan ini ialah memberi tekanan pada pikiran

pokok. Kalimat utama yang diulang tidak harus sama benar dengan kalimat utama pada awal

paragraf. Boleh diubah bentuk kata-katanya, disusun kalimatnya, tetapi ide pokok tetap sama.

Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan

sedikit variasi. Paragraf ini disebut paragraf deduktif dan induktif.

Contoh:

1)Malam harinya kami mulai sibuk. 2) Barang sewaan mulai berdatangan. 3) Tenda
dipasang langsung oleh petugas. 4) Keluarga ini berbincang-bincang merancang
bagaimana arena harus diatur. 5) Di mana tempat duduk anak yang dikhitan, di mana
kursi undangan, tempat pembawa acara, pembicara, dan sebagainya. 6) Sebagian
menyiapkan dipan tempat khitanan dengan hiasan-hiasan spreinya. 7) Sebagian tetap
di dapur menyiapkan makan selanjutnya. 8) Ada pula yang membuat penganan untuk
penambah makanan kecil. 9) Pokoknya semua bekerja. (Soedjito, 1997:14),

Paragraf di atas ide pokoknya terletak di bagian awal dan akhir paragraf. Yang

terletak di bagian awal paragraf ialah ‘Malam harinya kami mulai sibuk’. Kalimat-kalimat

berikutnya, yaitu kalimat (2-8) merinci kesibukan yang terjadi, sedangkan kalimat terakhir
sebenarnya merupakan ulangan ide pokok, yaitu kalimat Pokoknya semua bekerja. Sekalipun

kalimat dan kata-katanya tidak sama, tetapi pesan yang dinyatakannya sama, sehingga

jelaslah bahwa ide pokok yang terletak di akhir paragraf merupakan ulangan bagi ide pokok

yang terletak di bagian awal paragraf. Maksud penulis mengulang ide pokok itu ialah untuk

menguatkan pernyataan yang dinyatakan pada ide pokok.

3. Kalimat Pengembang

Kalimat pengembang disebut juga kalimat penjelas atau pikiran penjelas. Soedjito

(1997:2) mengatakan, “Sebuah paragraf terdiri satu kalimat utama dan beberapa kalimat

pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama, kalimat-kalimat pengembang

menyampaikan pikiran pendukung/pikiran penjelas”. Ditambahkan Soedjito (1997:3),

“Fungsi kalimat penjelas tentulah menjelaskan ide pokok atau ide pengarah yang terdapat di

dalam kalimat topik. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat

pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat

ide pokok”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kalimat pengembang berfungsi

menyampaikan pikiran penjelas/pendukung terhadap kalimat utama, Kalimat pengembang

menjelaskan ide pokok dalam kalimat utama.

Pada bagan di atas terdapat satu paragraf yang diasumsikan sebagai karangan final

sederhana yang terdiri atas lima kalimat, masing-masing satu kalimat topik, tiga kalimat

penjelas, dan satu kalimat simpulan. Ukuran panjang pendek sebuah paragraf tidak dapat

dipatok secara mutlak. Hal itu bergantung pada bobot/kadar informasi yang akan

diungkapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Finoza (2007:152):

Sebagai pegangan dapat disebut di sini, bahwa paragraf yang ideal panjangnya
berkisar antara empat sampai delapan kalimat. Namun, kalimat dalam satu paragraf
dapat saja sampai sepuluh jika kalimatnya pendek-pendek; atau kurang dari empat
jika kalimatnya panjang, yang terpenting salah satu kalimat mengandung ide pokok
paragraf dan kalimat lainnya men-support ide pokok itu. Pengecualian dalam hal ini
adalah paragraf karangan fiksi yang sering seluruh kalimatnya sering merupakan
kalimat topik sehingga setiap kalimat mengandung ide pokok tersendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa yang terpenting dalam setiap

paragraf mengandung satu ide pokok pikiran paragraf, sedangan kalimat lainnya memberi

penegasan atau dukungan terhadap kalimat ide pokok tersebut. Panjang pendeknya kalimat

dalam paragraf tergantung bisa terdiri dari empat sampai delapan kalimat, tergantung panjang

pendeknya kalimat.

4. Kalimat Penegas

Tarigan (1997:20) mengatakan, “Fungsi kalimat penegas sebagai pengulang atau

penegas kembali kalimat topik dan sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai

selingan untuk menghilangkan kejemuan”.

Bila dibandingkan kedudukan kalimat penegas dengan kedudukan kalimat

pengembang maka terdapat beberapa kesamaan dan beberapa perbedaan. Jumlah kalimat

penegas dan kalimat topik kurang lebih sama, tetapi mungkin diutarakan dengan redaksi yang

berbeda.

Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam satu paragraf sedang kalimat topik dan

kalimat pengembang bersifat mutlak dalam setiap paragraf. Makna yang terkandung dalam

kalimat penegas dan kalimat topik bersifat konkret sebagai penjabaran dari makna kalimat

penegas dan kalimat topik.

Berikut ini kalimat pengembang dan kalimat penegas dikemukakan Tarigan (1996:16-

18) pada contoh di bawah ini:

(a) Sebaliknya, di rumah, Pak Ali sering marah-marah. Sarapan pagi terlambat
dihidangkan apalagi dalam keadaan dingin ia langsung memukul-mukul meja
makan sambil memaki-maki pelayan dapur. Kamar tidur tidak bersih giliran
pelayan kamar yang kena omelan. Bila letak buku atau surat-surat berubah dari
letak semula maka ia langsung menegur istri atau anak-anaknya. Kalau
pekarangan mobil tidak bersih alamat pelayan taman kena “semprot”. Boleh
dikatakan Pak Ali melampiaskan marahnya setiap ada yang tidak beres di rumah.
(b) Sejak ayahnya meninggal, tanggung jawab Amin semakin berat. Biaya hidup
keluarga dibebankan kepadanya. Pelunasan utang piutang keluarga sendiri harus
diselesaikannya. Kelanjutan sekolah adik-adiknya harus ia pertahankan.
Pengelolaan perusahaan bata peninggalan ayahnya harus pula ia laksanakan.
Benar-benar Amin menjadi tumpuan keluarganya.
(c) Walaupun prestasi PSSI di “Merdeka Games” semakin menanjak, akhirnya masuk
kotak juga. Pada pertandingan pertama melawan kesebelasan Korea, PSSI kalah
tipis 0-1. Biasanya kekalahan melebihi satu. Pertandingan kedua melawan
Australia, juara Zone Oceania Pacific, PSSI berbagi angka dengan Australia. Stan
akhir 1-1. Pertandingan ketiga melawan Kuwait, juara pool Asia, kesebelasan
Indonesia juga berbagi angka. Pertandingan berkesudahan 1-1. Pertandingan
keempat melawan tuan rumah, Malaysia. Dalam pertandingan ini PSSI
menyajikan pertandingan yang kuat dan tangguh. Malaysia yang tergolong
kesebelasan yang kuat di kawasan Asia diserang habis-habisan oleh kesebelasan
PSSI. Hanya Dewi Fortuna yang belum memihak PSSI sehingga pertandingan
berkesudahan 1-1. Pertandingan kelima dengan Maroko, berakhir dengan
kekalahan bagi Indonesia 0-2. Kekalahan ini menyebabkan Indonesia masuk
kotak.

Pada contoh paragraf (a), memiliki empat unsur mencakup

1. transisi paragraf tersebut hanya mempergunakan satu kata transisi yaitu yang

menyatakan hubungan pertentangan yaitu sebaliknya

2. kalimat topik yaitu di rumah Pak Ali sering marah-marah

3. kalimat pengembang ada empat yaitu 1) sarapan pagi terlambat dihidangkan apalagi

dalam keadaan dingin ia langsung memukul-mukul meja makan sambil memaki-maki

pelayan dapur, 2) kamar tidur tidak bersih giliran pelayan kamar kena omelan, 3) bila

letak buku atau surat-surat berubah dari semula maka ia langsung menegur istri atau

anaknya. Kalau pekarangan mobil tidak bersih alamat pelayan taman kena “semprot”

4. kalimat penjelas yaitu boleh dikatakan Pak Ali melampiaskan setiap ada yang tidak

beres di rumah.

Pada paragraf (b), memiliki tiga unsur mencakup

1. transisi paragraf tersebut mempergunakan satu transisi yaitu transisi yang menyatakan

hubungan waktu yaitu sejak

2. kalimat topik yaitu Amin menjadi tumpuan harapan keluarganya

3. kalimat pengembang ada lima yaitu 1) sejak ayahnya meninggal tanggung jawab

Amin semakin berat, 2) biaya hidup keluarga dibebankan kepadanya, 3) pelunasan


utang piutang keluarga sendiri harus diselesaikannya, 4) kelanjutan sekolah adik-

adiknya harus dipertahankan, 5) pengelolaan perusahaan bata peninggalan ayahnya

harus pula ia laksanakan.

Pada contoh paragraf (c) memiliki dua unsur mencakup

1. kalimat topik yaitu PSSI masuk kotak

2. kalimat pengembang ada 10 yaitu 1) pada pertandingan pertama melawan kesebelasan

Korea, PSSI kalah tipis 0-1, 2) biasanya kekalahan melebihi satu, 3) pertandingan

kedua melawan Australia, juara Zone Oceania Pacifik, PSSI berbagi angka dengan

Australia, 4) stan akhir 1-1, 5) pertandingan ketiga melawan Kuwait, juara pool Asia,

kesebelasan Indonesia juga berbagi angka, 6) pertandingan berkesudahan 1-1, 7)

pertandingan keempat melawan tuan rumah, Malaysia, 8) dalam pertandingan ini

PSSI menyajikan permainan yang kuat dan tangguh, 9) Malaysia yang tergolong

kesebelasan yang kuat di kawasan Asia diserang habis-habisan oleh kesebelasan

PSSI, 10) hanya Dewi Fortuna saja yang belum memihak PSSI sehingga pertandingan

berkesudahan 1-1, 11) pertandingan kelima dengan Maroko, berakhir dengan

kekalahan bagi Indonesia 0-2.

Berdasarkan ketiga contoh di atas dapat dipahami bahwa, kalimat penegas tidak

mutlak dalam satu paragraf sedang kalimat topik dan kalimat pengembang/penjelas bersifat

mutlak dalam setiap paragraf, artinya, kalimat pengembang berupa rincian, keterangan,

contoh, dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.

2.1.3 Fungsi Paragraf

Dalam suatu tulisan, paragraf memiliki berbagai fungsi. Fungsi-fungsi tersebut dikemukakan

Semi (2007:55):

1) Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema
dengan yang lain; karena setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit
pikiran.
2) Memisahkan dan menegaskan pengertian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan pembaca berhenti lebih lama dari penghentian di akhir kalimat.
Dengan perhentian yang lebih lama memungkinkan terjadinya pemusatan pikiran
terhadap tema atau topik yang diungkapkan paragraf.

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa paragraf berfungsi untuk

memudahkan pemahaman pembaca terhadap tema yang akan disampaikan penulis kepada

pembaca atau berfungsi sebagai pengarah konsentrasi pembaca terhadap apa yang sedang

dibacanya. Maksudnya, paragraf sebagai penyampai ide atau gagasan pikiran yang

keseluruhannya disusun secara sistematis membuat penulis atau pembaca mudah

memahaminya dan mengetahui batas serta hubungan antara satu pokok pikiran dengan pokok

pikiran yang lain

2.1.4 Pengertian Menulis

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu

kegiatan yang produktif dan ekspresif. Tarigan (1996:21) mengatakan, “Menulis ialah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Menurut Keraf (2005:11)

keterampilan menulis adalah:

Kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh


penulis itu sendiri maupun orang lain, yang mempunyai kesamaan pengertian
terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Jadi dalam tulisan penulis mengembangkan
ide, gagasan, pikiran kepada orang pembaca secara tidak langsung. Penulis
menguraikan maksudnya (ide, gagasan, pikiran) secara mendetail dalam tulisannya
karena penulis berusaha agar pembaca dapat memahami dan mengerti tujuan yang
hendak dicapai oleh penulis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, menulis adalah suatu kegiatan melahirkan

ide atau gagasan yang datang dari pikiran seseorang kemudian dituangkan dalam bentuk

bahasa tulis dengan memperhatikan berbagai tahap yang langsung mendukung kegiatan
menulis tersebut. Mengukur keahlian seseorang di dalam menulis diperlukan suatu hasil

karya tulis yang dapat dinilai yakni berupa karangan.

2.1.5 Pengertian Iklan

Iklan yang hendak diuraikan di bawah ini adalah iklan yang menggunakan surat

kabar/koran sebagai wadah untuk menyampaikan informasinya. Menurut Alwi, dkk

(2005:322), “Iklan adalah 1) berita pesanan (untuk mendorong atau membujuk) para

khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan; 2) pemberitaan pada khalayak

ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang pada media massa”.

Di samping pengertian iklan di atas, Frank Jefkins dalam Liliweri (1997:15)

menyatakan pendapatnya, “Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi

untuk memenuhi fungsi pemasaran dengan cara membujuk khalayak ramai agar berperilaku

sedemikian rupa sesuai dengan keinginan produsen untuk mendapatkan keuntungan”. Setelah

itu, Komaruddin (1998:23) berpendapat, “Iklan dapat diartikan sebagai suatu alat yang

dipergunakan dalam promosi pemasaran dalam bentuk komunikasi antara perusahaan dan

konsumen dengan cara mengidentifikasikan pesan dan memberikan informasi nonpribadi

untuk mencapai sasaran”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan adalah salah

satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam promosi pemasaran melalui media massa

dibayar berdasarkan tarif tertentu dan diketahui jelas sponsor atau pemasangan iklannya.

2.1.6 Bahasa Iklan

Menurut Alwi, dkk (2005:112), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer

yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan

mengidentifikasi diri.” Selain itu, Keraf (2005:16) mengatakan, “Bahasa merupakan alat
komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat

ucap manusia.” Jadi, bahasa adalah alat untuk menyampaikan pengalamannya, perasaan yang

merupakan sistem dan terdiri dari lambang-lambang yang terdiri dari bunyi-bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ditambahkan Liliweri (1997:115), “Bahasa iklan

mempunyai ragam bahasa khas yang sangat menentukan aspek bujukan nilai komunikasi

sehingga ragam bahasa cenderung singkat, jelas, dan sloganis”.

Berdasarkan simpulan dari pengertian bahasa dan iklan di atas, maka dapat diketahui

bahwa bahasa iklan adalah bahasa yang digunakan dalam iklan artinya untuk

mempromosikan barang atau jasa dalam sebuah iklan digunakan bahasa sebagai alat

penyampai informasinya atau dengan kata lain sebagai alat komunikasinya. Bahasa dapat

direkayasa untuk kepentingan tertentu, demikian juga untuk bidang periklanan. Bahasa dalam

periklanan harus mengandung kebenaran dan harus dapat dituangkan dalam bentuk-bentuk

kata yang tepat serta tidak menyinggung perasaan calon konsumen sehingga kemungkinan

perbedaan interpretasi antara komunikator dan komunikan sangat minim dan akan

memudahkan adanya respon positif.

Iklan yang dihasilkan tersebut harus mampu mengarahkan konsumen untuk membeli

barang atau produk yang dipasarkan oleh suatu perusahaan dengan memberi keyakinan

bahwa barang atau produk yang mereka tawarkan pada calon pembeli dapat memenuhi

kebutuhan atau keinginan mereka.

Untuk itu, produsen harus menentukan jenis iklan yang bagaimana yang sesuai

dengan jenis barang atau produk mereka. Selanjutnya produsen harus menentukan media

mana yang harus digunakan untuk memperkenalkan produk yang mereka tawarkan, apakah

itu media surat kabar, radio atau televisi. Media-media ini sangat penting untuk

mengkampanyekan iklan yang dibuat produsen.


Penggunaan bahasa dalam menyusun kalimat iklan berbeda dengan menggunakan

bahasa pada tulisan lainnya. Bahasa iklan merupakan suatu variasi bahasa menurut situasi

pemakainya dan cara penyampaian pesan harus persuasif artinya, persuasif ini merupakan

bentuk yang mengharapkan tindakan atau reaksi dari pihak lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa iklan harus

memenuhi beberapa kriteria: bahasanya menarik, jujur, memikat hati, singkat, persuasif,

tepat, harmonis, dapat ditampilkan oleh warna dan hendaknya disertai gambar-

gambar/ilustrasi yang lain.

2.1.7 Fungsi Iklan

Menurut Widyatama (2011:40), “Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam

bidang bisnis yang sifatnya nonpersonil secara teroritik fungsi-fungsinya seperti yang

diemban media massa lainnya. Pesan-pesan yang disampaikan tetap mengandung fungsi

informasi mempengaruhi konsumen”.

Iklan dikatakan efektif bila menyebutkan salah satu keterangan mengenai

penggunaan, fungsi barang atau jasa yang tepat dan jelas. Pada prinsipnya semua iklan

dimaksudkan untuk menghasilkan respon positif dari pihak publik. Iklan sebaiknya dirancang

untuk menghasilkan respon-respon yang dimaksud dalam pikiran publik dan konsumen dan

akhirnya mereka bertindak sesuai dengan tujuan sebagaimana yang dimaksudkan oleh

pemasang iklan, agar konsumen mau membeli.

Sebagai media/bahan pemasaran iklan maka menurut Widyatama (2011:43) fungsi-

fungsi iklan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi produk dan menjelaskan perbedaannya dengan produk lainnnya.


2. Mengomunikasikan informasi mengenai produk.
3. Menganjurkan pencobaan produk baru secara bertahap dan akhirnya tetap bagi
para pembeli dan para pemakainya.
4. Merangsang penyebaran dan akhirnya berakibat peningkatan penggunaan produk.
5. Membangun rasa cinta dan dekat pada produk sehingga konsumen terus merasa
terikat dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan pendapat di atas, fungsi iklan adalah fungsi iklan adalah menyampaikan

pesan dari pengirim atau pengiklan pada khalayak dengan tujuan mempengaruhi khalayak

agar memperoleh referen iklan tersebut dan menarik perhatian khalayak agar dibaca atau

dilihat untuk dipahami isinya.

2.1.8 Tujuan Iklan

Iklan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran jangka panjang maupun

jangka pendek. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mencapai lebih banyak calon

konsumen dengan biaya lebih rendah dan dalam waktu singkat.

Menurut Djayakusumah (2001:12), “Iklan bertujuan untuk memperkenalkan suatu

produk, memelihara image perusahaan, membujuk komunikan untuk membeli dan lain-lain”.

Selanjutkan Kosasih (2007:61) berpendapat bahwa tujuan iklan bagi masyarakat adalah:

1. Bagi perusahaan bisnis komersial, untuk menjual barang dan jasa


2. Bagi perusahaan dunia perkantoran, untuk mendapatkan karyawan
3. Bagi pemerintah, untuk menyebarkan informasi dan memberikan layanan kepada
masyarakat
4. Bagi perorangan, membeli dan menjual barang-barang pribadi.

Berdasarkan pendapat di atas, tujuan iklan secara langsung adalah menarik perhatian

untuk barang dan jasa yang dijual, mempertahankan perhatian yang telah memakai atau

menggunakan perhatian yangg telah ada untuk menggerakkan calon konsumen untuk

bertindak. Jadi, tujuan iklan adalah untuk menarik dan mendorong publik agar menaruh

perhatian pada suatu hal atau barang, sehingga publik menaruh minat pada suatu hal atau pun

barang yang diiklankan.

2.1.9 Jenis-jenis Iklan

Menurut Liliweri (1997:24), “Secara teoretis umumnya iklan terdiri atas dua jenis

yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Jika ada terdapat jenis-jenis iklan yang lain

maka itu merupakan perluasan dari kehadiran kedua jenis iklan tersebut.” Jadi, yang
dimaksud dengan iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan

memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Tujuan

iklan standar adalah merangsang motif dan minat para pembeli/pemakai.

Iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat nonprofit. Jadi, iklan ini

tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Tujuan iklan layanan

masyarakat yaitu memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada masyarakat

dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif

terhadap pesan yuang disampaikan.

Ditambahkan Bittner dalam Liliweri (1997:24), “Jika ada terdapat jenis-jenis iklan

yang lain maka itu merupakan perluasan dari kehadiran kedua jenis iklan tersebut, maka kita

mengenal beberapa jenis iklan lain, di antaranya: 1) iklan penawaran, 2) iklan perkenalan,

dan 3) iklan penjualan.”

1) Iklan Penawaran

Menurut Alwi, dkk (2005:877), “Penawaran berasal dari kata dasar tawar yang

dibubuhi imbuham pe-an. Penawaran merupakan proses/cara mengunjukkan sesuatu kepada

masyarakat umumnya dan seseorang khususnya dengan maksud supaya dibeli, dikontrak,

diambil, dipakai dan sebagainya.” Menurut Jelkins (1996:27), “Penawaran adalah kegiatan

yang menawarkan/menunjukkan suatu barang/jasa yang diberikan produsen dan pengecer

yang dapat diterima oleh konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan

atau kebutuhan-kebutuhan konsumen.”

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa iklan penawaran adalah

iklan yang disebarluaskan melalui media massa dengan tujuan untuk menawarkan suatu

produk/barang dan jasa kepada masyarakat. Contoh:


2) Iklan Perkenalan

Menurut Alwi, dkk (2005:891), “Kata perkenalan berasal dari kata kenal yang diberi

imbuhan per-an. Perkenalan adalah hal memperkenalkan sesuatu kepada orang banyak.” Jadi,

perkenalan lam iklan merupakan tahap awal dalam bidang pemasaran yang memperkenalkan

suatu produk (barang dan jasa) kepada khalayak.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa iklan perkenalan adalah

iklan yang memperkenalkan barang/jasa kepada masyarakat melalui media massa baik media

elektronik maupun media cetak. Melalui iklan perkenalan tersebut, masyarakat mendapatkan

informasi yang lebih banyak. Dengan adanya iklan tersebut, mereka dapat mengetahui apa

yang belum meraka ketahui.

Contoh:

2) Iklan Penjualan

Menurut Liliweri (1997:23), “Penjualan adalah suatu kegiatan yang menyajikan

sebuah produk, servis/ide oleh seorang penjual yang berhubungan dengan calon pembeli.”

Berdasarkan pendapat di atas, iklan penjualan adalah iklan yang didesain untuk

menjual sebuah produk atau jasa kepada para pembeli/konsumen yang membutuhkan dengan

biaya yang semurah-murahnya melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,

televisi, dan lain-lain. Contoh:


Contoh jenis-jenis iklan sebagai berikut:

Berdasarkan contoh di atas, dikemukakan bahwa, (1) adalah iklan pengumuman, (2)

salah satu contoh iklan keluarga, (3) iklan penawaran jasa, (4) iklan penawaran, dan (5) iklan

permintaan yang berupa lowongan pekerjaan.

2.1.10 Langkah-langkah Menulis Iklan

Menurut Winardi (2007:38), langkah-langkah menulis iklan sebagai bertikut:

1. Pelajari dengan seksama apa yang akan diiklankan, apakah sebuah produk, jasa,
atau pengumuman.
2. Pelajari dengan seksama apa tujuan iklan tersebut, apakah perkenalan, pencitraan,
memlihara produk, atau menjual.
3. Menentukan judul, judul harus menarik, judul sebaiknya singkat, dan judul
sebaiknya dipilih dari kata atau kalimat padat makna.
4. Memilih kata atau diksi yang tepat dan jujur
5. Setelah itu mulailah menulis iklan dengan jenis iklan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat di atas, iklan dapat ditulis melalui langkah-langkah

menentukan jenis, tujuan, judul iklan. Selanjutnya, penggunaan kata datau diksi yang tepat

dan jujur. Dengan langkah-lagkah ini, maka iklan akan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan

tersebut.

2.1.11 Contoh Iklan Berbentuk Paragraf

Sebagai contoh, Lippo Bank pernah menyodorkan satu iklan kepada nasabahnya yang

sangat menarik. Lippo menawarkan jasanya dengan mengemukakan argumen yang tidak

menyenangkan terlebih dahulu. Kata iklan Lippo (isi ringkas):

Yang paling tidak menyenangkan adalah antri. Di mana-mana antri, antri


membayar listrik, membayar air, antri membayar iuran televisi.
Agar Anda tidak antri? Serahkan saja semuanya pada Lippo yang mengaturnya!

Selain contoh di atas, ada juga iklan yang mempengaruhi pembaca untuk mengguakan
ponsel Ericcson R320S, sebagai berikut:

WAP (Wireles Aplication Protocol) adalah aplikasi yang mewujudkan impian


mengakses dunia informasi dan layanan terkini langsung dari layar ponsel Anda
layaknya akses internet. Dengan Ericcson R320S salah satu ponsel pertama yang
dilengkapi WAP, Anda dengan cepat mengakses ke pusat data informasi dan layanan
melalui situs WAP. Semuanya dapat dilakukan dari telapak tangan Anda. Dengan
dilengkapi fitur-fitur inovatif, dapat dikatakan ponsel tipis yang memiliki berat 95 gr
ini adalah sebuah kantor di dalam kantong Anda.

Paragraf di atas mengemukakan salah satu keunggulan ponsel Ericcson R320S, adalah

dengan cepat mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP. Dengan

tersedianya aplikasi WAP tersebut, maka pembaca akan terpengaruh dan mempertimbangkan

untuk menggunakan ponsel tersebut.

Contoh iklan lainnya, adalah penawaran jam tangan emas Rolex Oyster Day-date

yang disusun dalam bentuk persuasi, sebagai berikut:


Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang
sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil
resko. Namun dengan perhitungan yang matang.
Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia yang
membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri
pesawat jet pribadinya.
Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan
lanskap padang-padang golf. The Chung Shan yang menjadi padang golf baru
pertama di Cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di
samping itu, nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter angkutan
udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
Di balik keramahan senyum yang telah menjadikannya tokoh televisi Palmer
merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke
detail.
Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf yang mampu
mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya.
Menjaga ketepatan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia
mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-date. “Bagi saya golf sudah
merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan
Rolex, Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!”
Suatu pujian berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.

Berdasarkan contoh di atas, penggunaan bahasa dimanfaatkan dalam dunia usaha

untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi tersebut

diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk

memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu, advertensi diberi predikat

jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen.

2.1.12 Hubungan Penguasan Paragraf dengan Keterampilan Menulis Iklan

Menurut Akhadiah (1997: 28), “Apabila seseorang menguasai paragraf berarti orang

itu dapat menunjukan bermacam-macam paragraf, fungsi, dan arti imbuhan itu dan dapat pula

menggunakannya di dalam berbagai keperluan.” Demikian pula siswa yang memahami iklan,

dapat menuliskannya dengan daya tarik pesan yang baik. Kedua variabel ini mencerminkan

bahwa siswa sudah mempelajari paragraf dan iklan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mampu menulis

iklan dibutuhkan kemampuan paragraf terutama memahami unsur-unsurnya dan memahami


kalimat-kalimatnya, sehingga iklan yang ditulis dapat mencerminkan daya tarik pesan dan

fisik yang tepat. Dengan demikian, diduga penelitian penguasaan paragraf berhubungan

dengan menulis iklan. Artinya, tanpa penguasaan paragraf, iklan yang disusun dapat

berakibat kurang tepat dan tidak memenuhi persyaratan daya tarik pesan dan fisiknya.

2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban dugaan yang dianggap besar kemungkinannya untuk

menjadi jawaban yang benar. Kebenaran hipotesis harus diuji berdasarkan data penjelitian.

Adapun hipotesis penelitian ini: “Terdapat hubungan positif yang signifikan antara

penguasaan paragraf dengan keterampilan menulis iklan.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Paragaraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan satu

kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam

keseluruhan karangan.

Penguasaan paragraf, adalah keterampilan, kemampuan, atau kesanggupan untuk

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

yang dapat dipahami oleh seseorang. Tersusun dalam seperangkat kalimat secara logis

sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan yang mendukung

pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf.

Menulis adalah segenap kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui

bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa

pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan sampai gejolak kalbu seseorang,

atau dengan kata lain, menulis adalah kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan

menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca.

Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam promosi pemasaran

melalui media massa dibayar berdasarkan tarif tertentu dan diketahui jelas sponsor atau

pemasangan iklannya.

Bahasa iklan, adalah bahasa yang digunakan dalam iklan, artinya untuk

mempromosikan barang atau jasa dalam sebuah iklan digunakan bahasa sebagai alat

penyampai informasinya atau dengan kata lain sebagai alat komunikasinya.

Daya tarik pesan maksudnya adalah daya tarik yang dapat dipahami melalui pesan

yang disampaikan oleh iklan tersebut. Pesan-pesan iklan memilih ciri khas dan keistimewaan

sendiri dalam bahasanya. Daya tarik pesan tersebut dapat dilihat dari struktur pesan, gaya

pesan, dan appeals pesan yang diinformasikan.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:


Erlangga

Alwi, Hasan dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arifin, 1998. Penulisan Karangan Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar, Jakarta:
Malton Putra

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta

Djayakusumah, Tams. 2001. Periklanan. Bandung: Armico

Finoza, Lamuddin. 2007. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan


Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia

Harsana, F.X. 2003. Perkembangan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang.


Yogyakarta: UP. Indonesia

Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Keraf, Gorys. 2005. Komposisi sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa
Indah

Komaruddin. 1998. Ensiklopedia Manejemen. Jakarta: Bina Aksara

Kosasih, E. 2007. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya

Liliweri, Alo. 1997. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Ramlan, M. 2001. Paragraf, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Andi Offset

Semi, M. Atar. 2007. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya

Silitonga, Pasar Maulim. 2011. Statistik, Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan:
FMIPA Unimed

Soedjito. 1997. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remaja Rosdakarya

Subana, M. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Tarigan, Djago dan Henry Guntur. 1996. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1996. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa

Widyatama, Rendra. 2011. Teknik Menulis Naskah Iklan. Yogyakarta: Cakrawala

Winardi. 1998. Aspek-aspek Bauran Pemasaran. Bandung: Mandar Maju

Anda mungkin juga menyukai