Oleh:
Aqiela Reanaldis Ellyas
71180513019
Dosen Pengampu:
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karna atas limpahan rahmat kepada kita
semua sehingga kita selalu berada dalam lindungannya. Sholawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada nabi besar Muhammad SAW sebagai sosok teladan dalam setiap aktifitas
keseharian kita.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan
semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Kemampuan Siswa Dalam Penguasaan Paragraf Dengan Keterampilan Menulis Iklan Siswa
Kelas X”
Demikian saya berharap penelitian ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia dan digunakan sebagai
bahan pembelajaran di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini mungkin masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan
hati menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan peelitian ini.
Penulis,
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................................................6
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................7
1.6 Metode Penelitian..................................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................................9
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL..............................................................9
DAN HIPOTESIS.............................................................................................................................9
2.1 Kerangka Teoretis.........................................................................................................................9
2.1.1 Pengertian Paragraf.............................................................................................................10
2.1.2 Ciri-ciri dan Syarat Paragraf...............................................................................................10
2.1.3 Fungsi Paragraf............................................................................................................21
2.1.4 Pengertian Menulis......................................................................................................22
2.1.5 Pengertian Iklan...........................................................................................................23
2.1.6 Bahasa Iklan.................................................................................................................23
2.1.7 Fungsi Iklan.................................................................................................................25
2.1.8 Tujuan Iklan.................................................................................................................26
2.1.9 Jenis-jenis Iklan...........................................................................................................26
2.1.10 Langkah-langkah Menulis Iklan...................................................................................29
2.1.11 Contoh Iklan Berbentuk Paragraf.................................................................................30
2.1.12 Hubungan Penguasan Paragraf dengan Keterampilan Menulis Iklan...........................31
BAB III................................................................................................................................................33
SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
Jika berbicara masalah menulis berarti harus berbicara pula masalah paragraf karena
paragraf merupakan bagian dari sebuah tulisan. Keseluruhan paragraf akan mengembangkan
sebuah tema dari suatu tulisan. Tanpa adanya paragraf suatu tulisan tidak mungkin akan
terbentuk.
Dalam suatu paragraf mungkin terdapat gagasan ganda yang akan mendatangkan kesulitan
untuk memahami gagasan yang disampaikan penulis, atau mungkin terdapat pengembangan
topik yang tidak sesuai dengan ide pokok yang terdapat pada suatu paragraf. Dengan
demikian akan lebih sulit menemukan inti gagasan paragraf itu. Jadi, tiap paragraf hanya
mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan
topik tersebut, oleh sebab itu dalam pengembangan tidak boleh terdapat unsur-unsur yang
sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Penyimpangan akan
menyulitkan pembaca.
Seperti apa yang termakna dalam kurikulum, bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia khususnya tentang paragraf dan bahasa iklan bertujuan agar siswa mampu
memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
Penggunaan bahasa iklan berbeda dengan menggunakan bahasa pada tulisan lainnya.
Bahasa iklan harus memiliki beberapa kriteria seperti: bahasa iklan harus menarik, jelas,
singkat, tepat, persuasif dan objektif. Kata-kata yang digunakan dalam iklan, ditulis oleh
penulis naskah iklan (copywriter). Kepersuasifan bahasa iklan lebih diutamakan dengan
rangkaian kata-kata atau kalimat yang harus mampu menarik perhatian pembaca. Jadi, secara
Berdasarkan pengalaman yang dialami, tidak jarang guru bahasa Indonesia mengeluh
menulis iklan. Hal ini dikuatkan dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan
pengajaran bahasa Indonesia kurang memberikan hasil yang memuaskan terutama tentang
kemampuan siswa mengungkapkan pikiran, ide, dan gagasan ke dalam kalimat. Apabila
ditugaskan menulis, ternyata tidak ada siswa yang tidak luput dari kesalahan. Jenis kesalahan
yang paling menonjol adalah tidak dimilikinya syarat kelengkapan, kemudian syarat
kesatuan. Akibatnya tuntutan kurikulum pada pengajaran menulis tidak memenuhi target.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang diteliti harus diidentifikasi. Hal ini dinyatakan Arikunto (2006:42),
“Apa dan bagaimana masalah yang diteliti harus diidentifikasikan. Masalah yang dipilih
harus relevan, jelas, dan tepat, serta berpengaruh tinggi terhadap pokok permasalahan
penelitian itu.” Jadi, identifikasi masalah adalah untuk memperoleh kejelasan sasaran
penelitian dan menetapkan masalah yang hendak diteliti. Adapun identifikasi masalah
Apakah siswa sudah menguasai teori paragraf, kesulitan apa saja yang dihadapi siswa
ketika mempelajari paragraf, apakah siswa terampil menulis iklan, apakah hubungan
antarkalimat, ejaan, dan objek yang ditulis siswa dalam iklan sudah tepat. Selain itu, apakah
telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan/studi eksploratis, maka masalah
yang akan diteliti menjadi jelas agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka
menegaskan masalah yang hendak diteliti. Dengan demikian, masalah yang diteliti pun
maka kegiatan yang dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai.
Arikunto (2006:39) mengatakan, “Setiap penelitian harus lebih dahulu berisi penjelasan
tentang tujuan, sebab hanya dengan diketahuinya tujuan itu, penulis maupun pembaca dapat
Penelitian tidaklah mungkin dilakukan tanpa manfaat tertentu, sebab dalam prinsip
hidup melakukan sesuatu tanpa tujuan dan manfaat sama halnya dengan sia-sia. Hal ini
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
Sugiyono (2017) dan Martono (2012) acuan metode kuantitatif kedua pakar metode
penelitian filsafat positivisme. Peneliti menggunakan metode ini dimaksudkan untuk
memahami tingkat menulis paragraf dan iklan.
BAB II
DAN HIPOTESIS
hakikat yang memberikan penjelasan tentang konsep yang akan diteliti. Arikunto (2006:107)
mengatakan, “Kerangka teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok
penelitian ini dipakai teori-teori ilmu pengetahuan dari para ahli yang relevan.
Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari modal manusia yang telah dipersiapkan
oleh Allah Swt dalam rangka mengemban tugasnya sebagai khalifah di permukaan bumi
ِال أَنْبِ ئ و يِن بِ أَ مْس اء ِ ِ و ع لَّ م آد م ا أْل َ مْس اء ُك لَّ ه ا مُثَّ ع ر ض ه ْم ع لَ ى ال
َ ُ َ ْم اَل ئ َك ة َف َق
َ َ ُ َ ََ َ َ َ ََ َ َ َ
ِ ِ ٰه ؤ اَل ِء إِ ْن ُك نْت ْم
َص اد ق ني َ ُ َُ
dibutuhkan manusia baik dalam mempelajari tata cara beribadah kepada Allah maupun alat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bagaimana cara mempelajari paragraf dan
menulis iklan sekaligus mendidik siswa agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung
pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan”. Akhadiah dkk (1997:144)
menyatakan, “Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
Soedjito (1997:3) mengatakan, “Paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas
kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan suatu kesatuan
yang membicarakan satu gagasan atau topik. Paragraf merupakan kalimat-kalimat yang
bagian dari suatu karangan atau tuturan yang berisi seperangkat kalimat yang tersusun secara
logis dan sistematis, saling berhubungan sehingga membentuk satu satuan informasi dengan
ide pokok sebagai pengendalinya. Ide pokok tersebut dikembangkan dengan beberapa
kalimat penjelas.
Lebih lanjut Finoza (2007:153) mengatakan, “Paragraf efektif harus memenuhi syarat,
yaitu (1) adanya kesatuan dan, (2) adanya kepaduan”. Kedua persyaratan ini dijelaskan
sebagai berikut:
Berdasarkan dua pendapat di atas, paragraf yang tepat harus memiliki kesatuan dan
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf
hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik/masalah. Jika dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti
dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Contoh:
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru,
saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari
Clinton adalah presiden Amerika. Melalui perjuangannya, Clinton berhasil menjadi
presiden Amerika. Clinton termasuk presiden Amerika yang populer. Amerika adalah
negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa
yang besar dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia.
Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa
Indonesia di Amerika.
Jika dibaca sekilas, tidak tampak adanya kesalahan dalam paragraf di atas tetapi, jika
dibaca lebih mendalam akan terasa bahwa topik paragraf lebih dari satu. Kondisi itu membuat
Dalam paragraf di atas ada tiga ide yang potensial untuk dikembangkan: (1) saya
sebagai guru Bahasa Indonesia, (2) Clinton sebagai Presiden Amerika, dan (3) Amerika
adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh kalimat penjelas mendukung ide pokok,
misalnya kalimat (2) sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan
sungguh-sungguh. Jika dilihat dari maksud utama penulisannya yang hendak menerangkan
Perhatikan perbaikan paragraf yang salah itu menjadi tiga paragraf berikut; dan
Contoh:
Berdasarkan uraian contoh di atas, maka paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika
seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik/masalah.
Apabila terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang dibicarakan, berarti dalam
Kepaduan/koherensi dalam paragraf adalah apabila kalimat yang satu dengan kalimat
Contoh:
Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada yang digabungkan
dengan kuitansi dan faktur itu disebut faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok
dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur
tanpa kuitansi dapat dipakai baik untuk penjualan tunai maupun kredit.
Pengulangan kata kunci seperti yang dicontohkan di atas tidak boleh terlalu sering
dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada pembaca. Repetisi nama
orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti atau dengan frasa.
Kepaduan/koherensi yang dimaksud adalah apabila kalimat yang satu dengan kalimat lainnya
yang membentuk paragraf itu terjalin hubungan sesamanya. Perhatikan contoh di bawah ini,
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Presiden
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun
mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris buta.
Presiden ke-4 Republik Indonesia ini di awal masa jabatannya terlalu sering
melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama dari
lawan politiknya. Kyai dari Jawa Timur ini juga sering mengeluarkan pernyataan
yang kontroversial dan inkonsisten. Akibatnya Mantan Ketua PBNU ini sering
diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun Suami dari Sinta Nuriah
ini tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua itu.
Berdasarkan contoh di atas, selain dengan repetisi dan kata ganti, kepaduan dapat
dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada
beberapa kata dan frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud.
Selain pendapat Finoza mengenai ciri-ciri dan syarat paragraf, Tarigan (1997:13)
Berdasarkan pendapat di atas, dikatakan paragraf harus memiliki ciri kata transisi,
kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas. Keempat unsur ini dapat
digunakan bersamaan, tetapi dapat pula digunakan tidak bersamaan dalam paragraf.
1. Transisi
Menurut Tarigan (1997:15), “Transisi adalah mata rantai penghubung antar paragraf”.
Jadi, transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf. Kehadiran transisi dalam paragraf
bergantung kepada pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa perlu transisi dapat
(1997:15) mengatakan, “Transisi terbagi dua jenis, yaitu 1) berupa kata; dan 2) berupa
Hari masih jam lima pagi. Udara masih terasa segar dan nyaman, keadaan sekitar
pun masih sunyi senyap. Tanpa menghiraukan kesunyian pagi itu saya langsung
menuju kamar mandi, setelah bersenam sebentar untuk melenturkan otot-otot yang
lelah beristirahat semalam.
Siraman air yang sejuk dan dingin mengagetkan saya, tetapi hanya sekejap. Mandi
pagi memang menyegarkan: badan menjadi segar, pikiran menjadi cerah. Semua
kekusutan pada hari yang lampau hilang lenyap. Hari yang baru disongsong dengan
hati yang lebih tabah. Itulah sebabnya saya selalu membiasakan diri mandi pagi.
(Finoza, 2007:157)
Paragraf di atas hanya menggunakan dua kata transisi yaitu transisi yang menyatakan
hubungan waktu yaitu setelah dan transisi yang menyatakan hubungan pertentangan yaitu
tetapi.
Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai kalimat pengganti kalimat topik. Bila dalam
suatu paragraf terdapat kalimat penuntun sebagai transisi maka kalimat topik terdapat setelah
2. Kalimat Topik
Ada beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang sama maknanya dengan kalimat
topik seperti pikiran utama pokok pikiran, ide pokok, kalimat pokok. Gagasan utama yang
menjadi bahasan paragraf disebut pokok atau topik. Gagasan utama dikemukakan selengkap-
lengkapnya, tetapi tidak terlalu terperinci agar kalimat jangan menjadi terlalu panjang.
Setiap paragraf harus mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Jika misalnya
ada satu paragraf berisi dua pikiran utama, paragraf itu haruslah dijadikan dua paragraf. Jika
satu paragraf itu berisi tiga pikiran utama, paragraf itu haruslah dijadikan tiga paragraf.
Menurut Tarigan (1997:18), “Ada tiga kemungkinan letak kalimat topik dalam suatu
paragraf. Kemungkinan pertama pada awal paragraf. Kemungkinan kedua terletak pada akhir
akhir, atau pada awal dan akhir paragraf. Ketiga letak kalimat topik tersebut, diuraiakan
sebagai berikut:
Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf pada umumnya mengandung
pernyataan yang bersifat umum, pernyataan yang masih memerlukan pengembangan,
rincian, dan penjelasan lebih lanjut. Oleh karena itu, kalimat-kalimat berikutnya
merupakan pengembangan ide pokok, berfungsi memberikan rincian dan penjelasan
mengenai apa yang tercantum pada ide pokok.
Berdasarkan pengertian di atas, paragraf ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat
juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal paragraf, gagasan sentral
tadi akan mendapat penekanan yang wajar. Kalimat utama terletak pada awal paragraf.
Paragraf seperti ini disebut paragraf deduktif, yaitu mula-mula mengemukakan pokok
tersebut harus dipusatkan untuk menjelaskan ide atau gagasan sentral tadi.
Contoh:
1)Parman tak begitu saja mempercayai saya, malahan ia heran, mengapa saya harus
bersusah-susah dan tinggal bersama mereka, kalau hanya ingin menuliskan kehidupan
gelandangan. 2) Lama saya berusaha meyakinkan bahwa saya perlu memasuki lebih
dalam lingkungan mereka agar saya bisa mengetahui secara pasti pokok permasalahan
yang mereka hadapi. 3) Akhirnya hati lelaki itu luluh juga. 4) ”Saya tak peduli Mas
mau berbuat apa, tetapi saya yakin kalau Mas tidak akan mencelakakan saya,”
katanya ketika melihat kesungguhan saya. (Ramlan, 2001:8)
Contoh di atas terdiri dari 4 kalimat. Ide pokoknya tersurat pada kalimat pertama,
yaitu Parman tak begitu saja mempercayai saya, malahan ia heran, mengapa saya harus
bersusah-susah dan tinggal bersama mereka, kalau hanya ingin menuliskan kehidupan
akibat ketidakpercayaan Parman sehingga “saya” atau penulis terpaksa lama berusaha
meyakinkannya. Pada kalimat 3) dan 4) dijelaskan bahwa akhirnya hati Parman luluh juga
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa apa yang dikemukakan pada kalimat (2-4)
merupakan pengembangan ide pokok, memberikan rincian serta penjelasan lebih lanjut.
Penulis lebih dahulu mengemukakan pernyataan yang bersifat umum, baru kemudian
dikemukakan hal-hal yang bersifat khusus yang merupakan penjelasan atau rinciannya. Jadi,
Ide pokok ada juga yang terletak di bagian akhir paragraf. Menurut Ramlan (2001:4):
Ide pokok yang terletak di bagian akhir paragraf pada umumnya merupakan
kesimpulan atau rangkuman dari apa yang dikemukakan pada kalimat-kalimat di
mukanya. Penulis lebih dahulu mengemukakan beberapa kejadian, peristiwa, atau
keadaan, kemudian pada akhir paragraf dikemukakan kesimpulan atau rangkumannya.
Jadi, alur pikiran yang dinyatakan pada paragraf itu bersifat induktif.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa, bila kalimat pokok ditempatkan
pada akhir paragraf maka akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan
penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan (urutan khusus ke
umum).
Ide pokok di bagian akhir paragraf ini disebut paragraf induktif, yaitu mula-mula
Contoh:
1)Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. 2)
Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. 3) Harta peninggalan suaminya
semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup
sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih belajar. 4) Anaknya yang tertua
dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor
tiga masih duduk di bangku SMA. 5) Sungguh berat beban hidupnya. (Ramlan,
1998:6)
Contoh di atas terdiri dari lima buah kalimat. Pada kalimat (1-4) penulis
mengemukakan penderitaan-penderitaan yang diderita oleh Ny. Ahmad, yaitu ‘Ia sering sakit
sesudah suaminya meninggal dunia’ (k.1); ‘setiap bulan pergi ke dokter untuk berobat’ (k.2);
‘harta peninggalan suaminya semakin menipis’ (k.3); ‘tiga orang anaknya masih belajar’
(k.4); dan baru pada akhir paragraf, yaitu pada kalimat (5), penulis mengemukakan ide
Ada juga paragraf yang ide pokoknya terletak di bagian awal dan akhir paragraf.
Dalam hal ini, ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf berisi pernyataan yang
bersifat umum, yang sudah tentu masih memerlukan penjelasan lebih lanjut,
sedangkan ide pokok yang terletak di bagian akhir paragraf sebenarnya merupakan
ulangan dari ide pokok yang terletak di bagian awal paragraf, hanya sering bentuk
kalimat atau kata-katanya tidak sama tepat. Kalimat-kalimat lainnya, yaitu yang
terletak di antara kedua ide pokok itu merupakan pengembangan ide pokok,
menjelaskan apa yang dikemukakan pada ide pokok. Jadi, alur pikirannya bersifat
deduktif-induktif.
Berdasarkan pendapat di atas, kalimat topik dapat ditempatkan pada awal paragraf
diulang pada akhir kalimat paragraf. Maksud ulangan ini ialah memberi tekanan pada pikiran
pokok. Kalimat utama yang diulang tidak harus sama benar dengan kalimat utama pada awal
paragraf. Boleh diubah bentuk kata-katanya, disusun kalimatnya, tetapi ide pokok tetap sama.
Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan
Contoh:
1)Malam harinya kami mulai sibuk. 2) Barang sewaan mulai berdatangan. 3) Tenda
dipasang langsung oleh petugas. 4) Keluarga ini berbincang-bincang merancang
bagaimana arena harus diatur. 5) Di mana tempat duduk anak yang dikhitan, di mana
kursi undangan, tempat pembawa acara, pembicara, dan sebagainya. 6) Sebagian
menyiapkan dipan tempat khitanan dengan hiasan-hiasan spreinya. 7) Sebagian tetap
di dapur menyiapkan makan selanjutnya. 8) Ada pula yang membuat penganan untuk
penambah makanan kecil. 9) Pokoknya semua bekerja. (Soedjito, 1997:14),
Paragraf di atas ide pokoknya terletak di bagian awal dan akhir paragraf. Yang
terletak di bagian awal paragraf ialah ‘Malam harinya kami mulai sibuk’. Kalimat-kalimat
berikutnya, yaitu kalimat (2-8) merinci kesibukan yang terjadi, sedangkan kalimat terakhir
sebenarnya merupakan ulangan ide pokok, yaitu kalimat Pokoknya semua bekerja. Sekalipun
kalimat dan kata-katanya tidak sama, tetapi pesan yang dinyatakannya sama, sehingga
jelaslah bahwa ide pokok yang terletak di akhir paragraf merupakan ulangan bagi ide pokok
yang terletak di bagian awal paragraf. Maksud penulis mengulang ide pokok itu ialah untuk
3. Kalimat Pengembang
Kalimat pengembang disebut juga kalimat penjelas atau pikiran penjelas. Soedjito
(1997:2) mengatakan, “Sebuah paragraf terdiri satu kalimat utama dan beberapa kalimat
“Fungsi kalimat penjelas tentulah menjelaskan ide pokok atau ide pengarah yang terdapat di
dalam kalimat topik. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat
pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat
ide pokok”.
Pada bagan di atas terdapat satu paragraf yang diasumsikan sebagai karangan final
sederhana yang terdiri atas lima kalimat, masing-masing satu kalimat topik, tiga kalimat
penjelas, dan satu kalimat simpulan. Ukuran panjang pendek sebuah paragraf tidak dapat
dipatok secara mutlak. Hal itu bergantung pada bobot/kadar informasi yang akan
Sebagai pegangan dapat disebut di sini, bahwa paragraf yang ideal panjangnya
berkisar antara empat sampai delapan kalimat. Namun, kalimat dalam satu paragraf
dapat saja sampai sepuluh jika kalimatnya pendek-pendek; atau kurang dari empat
jika kalimatnya panjang, yang terpenting salah satu kalimat mengandung ide pokok
paragraf dan kalimat lainnya men-support ide pokok itu. Pengecualian dalam hal ini
adalah paragraf karangan fiksi yang sering seluruh kalimatnya sering merupakan
kalimat topik sehingga setiap kalimat mengandung ide pokok tersendiri.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa yang terpenting dalam setiap
paragraf mengandung satu ide pokok pikiran paragraf, sedangan kalimat lainnya memberi
penegasan atau dukungan terhadap kalimat ide pokok tersebut. Panjang pendeknya kalimat
dalam paragraf tergantung bisa terdiri dari empat sampai delapan kalimat, tergantung panjang
pendeknya kalimat.
4. Kalimat Penegas
penegas kembali kalimat topik dan sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai
pengembang maka terdapat beberapa kesamaan dan beberapa perbedaan. Jumlah kalimat
penegas dan kalimat topik kurang lebih sama, tetapi mungkin diutarakan dengan redaksi yang
berbeda.
Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam satu paragraf sedang kalimat topik dan
kalimat pengembang bersifat mutlak dalam setiap paragraf. Makna yang terkandung dalam
kalimat penegas dan kalimat topik bersifat konkret sebagai penjabaran dari makna kalimat
Berikut ini kalimat pengembang dan kalimat penegas dikemukakan Tarigan (1996:16-
(a) Sebaliknya, di rumah, Pak Ali sering marah-marah. Sarapan pagi terlambat
dihidangkan apalagi dalam keadaan dingin ia langsung memukul-mukul meja
makan sambil memaki-maki pelayan dapur. Kamar tidur tidak bersih giliran
pelayan kamar yang kena omelan. Bila letak buku atau surat-surat berubah dari
letak semula maka ia langsung menegur istri atau anak-anaknya. Kalau
pekarangan mobil tidak bersih alamat pelayan taman kena “semprot”. Boleh
dikatakan Pak Ali melampiaskan marahnya setiap ada yang tidak beres di rumah.
(b) Sejak ayahnya meninggal, tanggung jawab Amin semakin berat. Biaya hidup
keluarga dibebankan kepadanya. Pelunasan utang piutang keluarga sendiri harus
diselesaikannya. Kelanjutan sekolah adik-adiknya harus ia pertahankan.
Pengelolaan perusahaan bata peninggalan ayahnya harus pula ia laksanakan.
Benar-benar Amin menjadi tumpuan keluarganya.
(c) Walaupun prestasi PSSI di “Merdeka Games” semakin menanjak, akhirnya masuk
kotak juga. Pada pertandingan pertama melawan kesebelasan Korea, PSSI kalah
tipis 0-1. Biasanya kekalahan melebihi satu. Pertandingan kedua melawan
Australia, juara Zone Oceania Pacific, PSSI berbagi angka dengan Australia. Stan
akhir 1-1. Pertandingan ketiga melawan Kuwait, juara pool Asia, kesebelasan
Indonesia juga berbagi angka. Pertandingan berkesudahan 1-1. Pertandingan
keempat melawan tuan rumah, Malaysia. Dalam pertandingan ini PSSI
menyajikan pertandingan yang kuat dan tangguh. Malaysia yang tergolong
kesebelasan yang kuat di kawasan Asia diserang habis-habisan oleh kesebelasan
PSSI. Hanya Dewi Fortuna yang belum memihak PSSI sehingga pertandingan
berkesudahan 1-1. Pertandingan kelima dengan Maroko, berakhir dengan
kekalahan bagi Indonesia 0-2. Kekalahan ini menyebabkan Indonesia masuk
kotak.
1. transisi paragraf tersebut hanya mempergunakan satu kata transisi yaitu yang
3. kalimat pengembang ada empat yaitu 1) sarapan pagi terlambat dihidangkan apalagi
pelayan dapur, 2) kamar tidur tidak bersih giliran pelayan kamar kena omelan, 3) bila
letak buku atau surat-surat berubah dari semula maka ia langsung menegur istri atau
anaknya. Kalau pekarangan mobil tidak bersih alamat pelayan taman kena “semprot”
4. kalimat penjelas yaitu boleh dikatakan Pak Ali melampiaskan setiap ada yang tidak
beres di rumah.
1. transisi paragraf tersebut mempergunakan satu transisi yaitu transisi yang menyatakan
3. kalimat pengembang ada lima yaitu 1) sejak ayahnya meninggal tanggung jawab
Korea, PSSI kalah tipis 0-1, 2) biasanya kekalahan melebihi satu, 3) pertandingan
kedua melawan Australia, juara Zone Oceania Pacifik, PSSI berbagi angka dengan
Australia, 4) stan akhir 1-1, 5) pertandingan ketiga melawan Kuwait, juara pool Asia,
PSSI menyajikan permainan yang kuat dan tangguh, 9) Malaysia yang tergolong
PSSI, 10) hanya Dewi Fortuna saja yang belum memihak PSSI sehingga pertandingan
Berdasarkan ketiga contoh di atas dapat dipahami bahwa, kalimat penegas tidak
mutlak dalam satu paragraf sedang kalimat topik dan kalimat pengembang/penjelas bersifat
mutlak dalam setiap paragraf, artinya, kalimat pengembang berupa rincian, keterangan,
contoh, dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
Dalam suatu tulisan, paragraf memiliki berbagai fungsi. Fungsi-fungsi tersebut dikemukakan
Semi (2007:55):
1) Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema
dengan yang lain; karena setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit
pikiran.
2) Memisahkan dan menegaskan pengertian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan pembaca berhenti lebih lama dari penghentian di akhir kalimat.
Dengan perhentian yang lebih lama memungkinkan terjadinya pemusatan pikiran
terhadap tema atau topik yang diungkapkan paragraf.
memudahkan pemahaman pembaca terhadap tema yang akan disampaikan penulis kepada
pembaca atau berfungsi sebagai pengarah konsentrasi pembaca terhadap apa yang sedang
dibacanya. Maksudnya, paragraf sebagai penyampai ide atau gagasan pikiran yang
memahaminya dan mengetahui batas serta hubungan antara satu pokok pikiran dengan pokok
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Tarigan (1996:21) mengatakan, “Menulis ialah
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Menurut Keraf (2005:11)
ide atau gagasan yang datang dari pikiran seseorang kemudian dituangkan dalam bentuk
bahasa tulis dengan memperhatikan berbagai tahap yang langsung mendukung kegiatan
menulis tersebut. Mengukur keahlian seseorang di dalam menulis diperlukan suatu hasil
Iklan yang hendak diuraikan di bawah ini adalah iklan yang menggunakan surat
(2005:322), “Iklan adalah 1) berita pesanan (untuk mendorong atau membujuk) para
khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan; 2) pemberitaan pada khalayak
ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang pada media massa”.
untuk memenuhi fungsi pemasaran dengan cara membujuk khalayak ramai agar berperilaku
sedemikian rupa sesuai dengan keinginan produsen untuk mendapatkan keuntungan”. Setelah
itu, Komaruddin (1998:23) berpendapat, “Iklan dapat diartikan sebagai suatu alat yang
dipergunakan dalam promosi pemasaran dalam bentuk komunikasi antara perusahaan dan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa iklan adalah salah
satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam promosi pemasaran melalui media massa
dibayar berdasarkan tarif tertentu dan diketahui jelas sponsor atau pemasangan iklannya.
Menurut Alwi, dkk (2005:112), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri.” Selain itu, Keraf (2005:16) mengatakan, “Bahasa merupakan alat
komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia.” Jadi, bahasa adalah alat untuk menyampaikan pengalamannya, perasaan yang
merupakan sistem dan terdiri dari lambang-lambang yang terdiri dari bunyi-bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ditambahkan Liliweri (1997:115), “Bahasa iklan
mempunyai ragam bahasa khas yang sangat menentukan aspek bujukan nilai komunikasi
Berdasarkan simpulan dari pengertian bahasa dan iklan di atas, maka dapat diketahui
bahwa bahasa iklan adalah bahasa yang digunakan dalam iklan artinya untuk
mempromosikan barang atau jasa dalam sebuah iklan digunakan bahasa sebagai alat
penyampai informasinya atau dengan kata lain sebagai alat komunikasinya. Bahasa dapat
direkayasa untuk kepentingan tertentu, demikian juga untuk bidang periklanan. Bahasa dalam
periklanan harus mengandung kebenaran dan harus dapat dituangkan dalam bentuk-bentuk
kata yang tepat serta tidak menyinggung perasaan calon konsumen sehingga kemungkinan
perbedaan interpretasi antara komunikator dan komunikan sangat minim dan akan
Iklan yang dihasilkan tersebut harus mampu mengarahkan konsumen untuk membeli
barang atau produk yang dipasarkan oleh suatu perusahaan dengan memberi keyakinan
bahwa barang atau produk yang mereka tawarkan pada calon pembeli dapat memenuhi
Untuk itu, produsen harus menentukan jenis iklan yang bagaimana yang sesuai
dengan jenis barang atau produk mereka. Selanjutnya produsen harus menentukan media
mana yang harus digunakan untuk memperkenalkan produk yang mereka tawarkan, apakah
itu media surat kabar, radio atau televisi. Media-media ini sangat penting untuk
bahasa pada tulisan lainnya. Bahasa iklan merupakan suatu variasi bahasa menurut situasi
pemakainya dan cara penyampaian pesan harus persuasif artinya, persuasif ini merupakan
memenuhi beberapa kriteria: bahasanya menarik, jujur, memikat hati, singkat, persuasif,
tepat, harmonis, dapat ditampilkan oleh warna dan hendaknya disertai gambar-
bidang bisnis yang sifatnya nonpersonil secara teroritik fungsi-fungsinya seperti yang
diemban media massa lainnya. Pesan-pesan yang disampaikan tetap mengandung fungsi
penggunaan, fungsi barang atau jasa yang tepat dan jelas. Pada prinsipnya semua iklan
dimaksudkan untuk menghasilkan respon positif dari pihak publik. Iklan sebaiknya dirancang
untuk menghasilkan respon-respon yang dimaksud dalam pikiran publik dan konsumen dan
akhirnya mereka bertindak sesuai dengan tujuan sebagaimana yang dimaksudkan oleh
pesan dari pengirim atau pengiklan pada khalayak dengan tujuan mempengaruhi khalayak
agar memperoleh referen iklan tersebut dan menarik perhatian khalayak agar dibaca atau
Iklan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran jangka panjang maupun
jangka pendek. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mencapai lebih banyak calon
produk, memelihara image perusahaan, membujuk komunikan untuk membeli dan lain-lain”.
Selanjutkan Kosasih (2007:61) berpendapat bahwa tujuan iklan bagi masyarakat adalah:
Berdasarkan pendapat di atas, tujuan iklan secara langsung adalah menarik perhatian
untuk barang dan jasa yang dijual, mempertahankan perhatian yang telah memakai atau
menggunakan perhatian yangg telah ada untuk menggerakkan calon konsumen untuk
bertindak. Jadi, tujuan iklan adalah untuk menarik dan mendorong publik agar menaruh
perhatian pada suatu hal atau barang, sehingga publik menaruh minat pada suatu hal atau pun
Menurut Liliweri (1997:24), “Secara teoretis umumnya iklan terdiri atas dua jenis
yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Jika ada terdapat jenis-jenis iklan yang lain
maka itu merupakan perluasan dari kehadiran kedua jenis iklan tersebut.” Jadi, yang
dimaksud dengan iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan
memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media. Tujuan
Iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat nonprofit. Jadi, iklan ini
tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Tujuan iklan layanan
masyarakat yaitu memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada masyarakat
dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif
Ditambahkan Bittner dalam Liliweri (1997:24), “Jika ada terdapat jenis-jenis iklan
yang lain maka itu merupakan perluasan dari kehadiran kedua jenis iklan tersebut, maka kita
mengenal beberapa jenis iklan lain, di antaranya: 1) iklan penawaran, 2) iklan perkenalan,
1) Iklan Penawaran
Menurut Alwi, dkk (2005:877), “Penawaran berasal dari kata dasar tawar yang
masyarakat umumnya dan seseorang khususnya dengan maksud supaya dibeli, dikontrak,
diambil, dipakai dan sebagainya.” Menurut Jelkins (1996:27), “Penawaran adalah kegiatan
yang dapat diterima oleh konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa iklan penawaran adalah
iklan yang disebarluaskan melalui media massa dengan tujuan untuk menawarkan suatu
Menurut Alwi, dkk (2005:891), “Kata perkenalan berasal dari kata kenal yang diberi
imbuhan per-an. Perkenalan adalah hal memperkenalkan sesuatu kepada orang banyak.” Jadi,
perkenalan lam iklan merupakan tahap awal dalam bidang pemasaran yang memperkenalkan
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa iklan perkenalan adalah
iklan yang memperkenalkan barang/jasa kepada masyarakat melalui media massa baik media
elektronik maupun media cetak. Melalui iklan perkenalan tersebut, masyarakat mendapatkan
informasi yang lebih banyak. Dengan adanya iklan tersebut, mereka dapat mengetahui apa
Contoh:
2) Iklan Penjualan
sebuah produk, servis/ide oleh seorang penjual yang berhubungan dengan calon pembeli.”
Berdasarkan pendapat di atas, iklan penjualan adalah iklan yang didesain untuk
menjual sebuah produk atau jasa kepada para pembeli/konsumen yang membutuhkan dengan
biaya yang semurah-murahnya melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,
Berdasarkan contoh di atas, dikemukakan bahwa, (1) adalah iklan pengumuman, (2)
salah satu contoh iklan keluarga, (3) iklan penawaran jasa, (4) iklan penawaran, dan (5) iklan
1. Pelajari dengan seksama apa yang akan diiklankan, apakah sebuah produk, jasa,
atau pengumuman.
2. Pelajari dengan seksama apa tujuan iklan tersebut, apakah perkenalan, pencitraan,
memlihara produk, atau menjual.
3. Menentukan judul, judul harus menarik, judul sebaiknya singkat, dan judul
sebaiknya dipilih dari kata atau kalimat padat makna.
4. Memilih kata atau diksi yang tepat dan jujur
5. Setelah itu mulailah menulis iklan dengan jenis iklan yang telah ditetapkan.
menentukan jenis, tujuan, judul iklan. Selanjutnya, penggunaan kata datau diksi yang tepat
dan jujur. Dengan langkah-lagkah ini, maka iklan akan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
tersebut.
Sebagai contoh, Lippo Bank pernah menyodorkan satu iklan kepada nasabahnya yang
sangat menarik. Lippo menawarkan jasanya dengan mengemukakan argumen yang tidak
Selain contoh di atas, ada juga iklan yang mempengaruhi pembaca untuk mengguakan
ponsel Ericcson R320S, sebagai berikut:
Paragraf di atas mengemukakan salah satu keunggulan ponsel Ericcson R320S, adalah
dengan cepat mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP. Dengan
tersedianya aplikasi WAP tersebut, maka pembaca akan terpengaruh dan mempertimbangkan
Contoh iklan lainnya, adalah penawaran jam tangan emas Rolex Oyster Day-date
untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi tersebut
diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk
memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu, advertensi diberi predikat
jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen.
Menurut Akhadiah (1997: 28), “Apabila seseorang menguasai paragraf berarti orang
itu dapat menunjukan bermacam-macam paragraf, fungsi, dan arti imbuhan itu dan dapat pula
menggunakannya di dalam berbagai keperluan.” Demikian pula siswa yang memahami iklan,
dapat menuliskannya dengan daya tarik pesan yang baik. Kedua variabel ini mencerminkan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mampu menulis
fisik yang tepat. Dengan demikian, diduga penelitian penguasaan paragraf berhubungan
dengan menulis iklan. Artinya, tanpa penguasaan paragraf, iklan yang disusun dapat
berakibat kurang tepat dan tidak memenuhi persyaratan daya tarik pesan dan fisiknya.
2.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban dugaan yang dianggap besar kemungkinannya untuk
menjadi jawaban yang benar. Kebenaran hipotesis harus diuji berdasarkan data penjelitian.
Adapun hipotesis penelitian ini: “Terdapat hubungan positif yang signifikan antara
Paragaraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan satu
kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam
keseluruhan karangan.
yang dapat dipahami oleh seseorang. Tersusun dalam seperangkat kalimat secara logis
sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan yang mendukung
bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa
atau dengan kata lain, menulis adalah kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam promosi pemasaran
melalui media massa dibayar berdasarkan tarif tertentu dan diketahui jelas sponsor atau
pemasangan iklannya.
Bahasa iklan, adalah bahasa yang digunakan dalam iklan, artinya untuk
mempromosikan barang atau jasa dalam sebuah iklan digunakan bahasa sebagai alat
Daya tarik pesan maksudnya adalah daya tarik yang dapat dipahami melalui pesan
yang disampaikan oleh iklan tersebut. Pesan-pesan iklan memilih ciri khas dan keistimewaan
sendiri dalam bahasanya. Daya tarik pesan tersebut dapat dilihat dari struktur pesan, gaya
Alwi, Hasan dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arifin, 1998. Penulisan Karangan Ilmiah Dengan Bahasa Indonesia Yang Benar, Jakarta:
Malton Putra
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Keraf, Gorys. 2005. Komposisi sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa
Indah
Liliweri, Alo. 1997. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti
Ramlan, M. 2001. Paragraf, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Andi Offset
Silitonga, Pasar Maulim. 2011. Statistik, Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan:
FMIPA Unimed
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Tarigan, Djago dan Henry Guntur. 1996. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1996. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa