Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“MENGGUNAKAN DAN MENGANALISIS KATA ”

DOSEN PEMBIMBING :

LIGA FEBRINA, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

ANANDRA FRIZIQ
DIA PERMATA SARI SINAGA
MUHAMAD FIGO WALFIS
RAHEL JUNI ALAM SIBURIAN
NANDA RIA LESTARI
NUGRAHA KAMSA PUTRA
SAVIRA ACHTARI

TA. 2022/2023

PERSADA BUNDA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata Bahasa Indonesia tanaman yaitu
Ibu Liga Febrina, S.Pd., M.Pd yang telah memberi bimbingan maupun penjelasan sehingga makalah
yang berjudul “Kata dan Diksi” ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknik
penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu segala bentuk saran dan kritikan yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya agar lebih baik lagi. Harapan
penulis makalah ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, dan dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya.

Pekanbaru, 26 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
2.1. Diksi...........................................................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Diksi..................................................................................................................3
2.1.2. Jenis Diksi...........................................................................................................................4
2.1.3. Diksi Arkais........................................................................................................................5
2.1.4. Pemakaian Diksi dalam Karya Sastra.....................................................................................5
2.1.5. Fungsi Diksi dalam Karya Sastra...........................................................................................6
2.2. Gaya Bahasa.............................................................................................................................7
2.2.1. Gaya Bahasa Perbandingan.................................................................................................7
2.2.2. Gaya Bahasa Pertentangan.....................................................................................................8
2.2.3. Gaya Bahasa Sindiran.............................................................................................................9
2.2.4. Gaya Bahasa Penegasan.........................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
3.2. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan
kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda
menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu,
sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan
seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk
berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa,
tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan
secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud,
gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan
grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah
penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu
karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti
akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya
ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai.
Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara
penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan
agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa
lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita
agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan
latar sosial dalam cerita tersebut Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain
kata, frase, klausa, dan kalimat.
Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika Anda
menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena itu,
sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan
seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk
1
berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa,
tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Menulis merupakan kegiatan yang
mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif)
serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu,
ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu
unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata.
Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan
ketidakjelasan makna. Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat
dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan
antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata
bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat
agar terasa lebih indah.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diksi.

2. Untuk mengetahui fungsi diksi.

3. Untuk persyaratan dan ketepatan diksi.

4. Untuk memahami makna kata.

5. Untuk mengetahui perbedaan makna denotatif dan konotatif.

6. Untuk memahami gaya bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Diksi

2.1.1. Pengertian Diksi


Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan
kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai
untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan
ungkapan (Keraf, 2008: 22-23). Seorang pengarang ketika menentukan suatu kata dalam menulis,
ternyata tidak asal dalam memilih kata, namun demikian kata yang akan dipilih itu akan diikuti
dengan berbagai hal yang melingkupinya. Hal tersebut menyangkut dimana, kapan, dan tujuannya
apa menggunakan kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk memberi corak atau warna agar
menarik perhatian pembaca, dengan syarat maksud atau pesan yang ingin disampaikan pengarang
itu bisa tersampaikan.

Gagasan atau ide yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan
memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal memasukan kosa kata yang dimiliki itu
dalam tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa
diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya
disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar
atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna, kesesuaian situasi dan
nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.

Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, yaitu,

a. Pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau
menggunakan ungkapanungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
situasi.

b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

3
c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa
kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.

2.1.2. Jenis Diksi


Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang dalam membentuk karya sastra
agar dapat dipahami pembaca atau pendengar. Ketepatan pemilihan kata akan berpengaruh dalam
pikiran pembaca tentang isi karya sastra, jenis diksi menurut Keraf, (2008: 89-108) adalah sebagai
berikut.

a) Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk kepada
konsep, referen atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama sesuatu
kata, sebagai lawan daripada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi
mengacu pada makna yang sebenarnya.
Berikut ini contoh denotasi yang diambil dari salah satu kutipan pada rubrik Padhalangan di
media massa.
Dasamuka ora bisa bangga, awake kaya didhadhung kenceng sing saya suwe saya njiret
awake. ‘
Dasamuka tidak berdaya, raganya seperti diikat kencang yang semakin lama semakin
menjerat’.
b) Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai
rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat
emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya.
Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.
Berikut ini contoh konotasi yang diambil dari salah satu kutipan pada rubrik Padhalangan di
media massa.
Ngakua mumpung durung tak potheng-potheng bathangmu. ‘
Mengakulah sebelum badanmu aku potong-potong’.
c) Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar
digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan panca indra manusia. Kata-kata
abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah,
tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering
dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.
Berikut ini contoh kata abstrak.
Lurusing ati lan murnining budi iku rerenggan urip kang sayekti. ‘
Lurusnya hati dan murninya budi adalah perhiasan hidup yang sesungguhnya’.
4
2.1.3. Diksi Arkais
Arkhais atau arkais berasal dari bahasa Yunani, artinya adalah “dari sebuah masa yang lebih
awal dan tidak dipakai lagi atau sesuatu yang memiliki ciri khas kuna atau antik. Sesuatu hal dalam
ilmu bahasa yang sudah lama dan tidak digunakan lagi seringkali disebut “arkaisme”
(http:/id.wikipedia.org/wiki/ Arkais). Definisi arkais yang dipaparkan dalam KBBI (2001: 65) ialah
sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu atau kuno dan tidak lazim dipakai lagi (ketinggalan
zaman), sedangkan arkaisme adalah penggunaan kata atau bentuk kata yang bersifat arkais.
Pendapat lain menurut martinus (2001: 60) arkaik atau arkais adalah kata-kata yang sudah tidak
digunakan lagi dan ketinggalan zaman atau kuno, dan arkaisme adalah penggunaan kata-kata atau
bentuk kata yang sudah tidak umum lagi. Berbeda dengan pendapat di atas, Soekamto (1985:72)
menjelaskan bahwa archaism atau bahasa arkais adalah bahasa yang digunakan karena adanya
unsurunsur dari zaman lampau yang tetap bertahan (arkaisme).

Penggunaan bahasa arkais dimaksudkan untuk memberi corak atau warna agar menarik
perhatian pembaca atau pendengar, dengan syarat maksud atau pesan yang ingin disampaikan
pengarang itu bisa tersampaikan dan disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
sekelompok masyarakat pembaca agar tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang
yang tidak hadir. Lebih lanjut Partanto (2001:45) memberikan definisi arkais adalah penganut
paham arkaisme (kuno) yang bersifat luwes atau bersahaja namun mudah dipahami. Dan arkaisme
adalah ajaran pemakaian kata-kata atau kalimat secara kolot (kata-kata kuno untuk maksud tertentu)
atau primitive.

2.1.4. Pemakaian Diksi dalam Karya Sastra


Pilihan kata atau diksi merupakan persoalan yang sederhana. Seseorang yang banyak ide
atau gagasan, terkadang sulit menemukan idenya karena kosa kata yang dimilikinya terbatas. Ada
sebagaian orang yang kaya akan kosa kata sehingga mampu menuangkan idenya, tetapi ide atau
gagasannya itu sulit diterima oleh orang lain. Hal ini disebabkan karena dalam memilih kata tidak
tepat dan tidak sesuai. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dirasakan penulis (Keraf, 2008: 81). Penempatan dan penggunaan kata-kata dalam karya sastra
dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih tepat. Hal ini terjadi karena kata-kata yang digunakan
pengarang dalam karya sastranya tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif tetapi lebih
cenderung pada makna konotatif.

5
Pengarang dalam memilih kata yang berkonotasi paling tepat untuk menungkapkan
gagasannya, yang mampu membangkitkan asosiasi-asosiasi tertentu walau kata yang dipilihnya
berasal dari bahasa lain. Konotasi atau nilai kata inilah justru lebih banyak memberi efek bagi para
pembaca. Denotasi adalah batasan kamus atau definisi utama suatu kata sebagai lawan dari konotasi
atau makna yang ada kaitannya dengan itu (Tarigan, 1985: 58). Makna denotatif atau denotasi kata
mengacu pada makna lugas atau makna sebenarnya. Makna denotatif biasa digunakan untuk
menuliskan hal-hal yang bersifat ilmiah, akurat, non fiksi, dan untuk memberikan informasi
sebenanya. Konotasi adalah kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi biasanya bersifat emosional yang
ditimbulkan oleh sebuah kata disamping berdasarkan kamus atau definisi atasnya (Tarigan, 1985:
58). Makna konotatif atau konotasi kata mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.
Makna konotatif mengandung imajinasi, nilai rasa, dan dimaksudkan untuk menggugah rasa.

2.1.5. Fungsi Diksi dalam Karya Sastra


Kata, rangkaian kata, dan pasangan kata yang dipilih dengan seksama dapat menimbulkan
efek yang dikehendaki pada diri pembaca, misalnya menonjolkan 23 bagian tertentu
(foregrounding) pada karya sastra (Sudjiman, 1993: 22). Maksud menonjolkan adalah memberi
suatu penekanan atau bentuk perhatian terhadap peristiwa, kejadian, ataupun terhadap seorang
tokoh dalam karya sastra tersebut. Wujud formal fiksi adalah kata dan kata-kata (Nurgiyantoro,
1991: 22). Cerpen sebagai karya fiksi merupakan karya yang menampilkan dunia dalam kata, yang
terbentuk dari kalimat demi kalimat, serangkaian kalimat membentuk alinea dan serangkaian alinea
membentuk karangan. Kata-kata yang digunakan akan memberi makna dari ide atau gagasan yang
ingin disampaikan.

Menurut Pradopo (1990: 93) pembaca dapat menikmati diksi yang dikreasikan oleh
pengarang. Fungsi diksi adalah dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca karena ada makna
lain yang muncul dibalik kata itu. Menurut Aminudin (1995: 215) fungsi diksi adalah menimbulkan
keindahan yang menyangkut aspek bentuk sebagaimana dikreasikan penuturnya, dan menampilkan
gambaran suasana. Berbagai pendapat mengenai fungsi dari pemilihan diksi dalam karya sastra
seperti yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi pemilihan
diksi dalam kumpulan cerkak ada sepuluh, yaitu:

1. Menonjolkan bagian tertentu (foregrounding) suatu karya, bentuk penonjolan ini dapat berupa
tokoh, setting, dan keadaan dalam suatu karya sastra,

2. Memperjelas maksud dan menghidupkan kalimat,

3. Menimbulkan keindahan menyangkut aspek bentuk sebagaimana dikreasikan penuturnya,

6
4. Menimbulkan kesan religius,

5. Menimbulkan kesan melebih-lebihkan keadaan,

6. Menampilkan gambaran suasana,

7. Menimbulkan kesan menghidupkan pelukisan,

8. Menimbulkan kesan kasar,

9. Mengkonkretkan gambaran,

10. Untuk mengumpat orang lain sebagai saksi emosinya.

2.2. Gaya Bahasa


Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah stlye. Kata Stlye
diturunkan dari kata latin stilus yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengn lilin. Keahlian
menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada
waktu penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka stlye lalu berubah
menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah
(Keraf, 2004:112). Sebagai gejala sosial, bahas dan pemakaian gaya bahasa tidak hanya ditentukan
oleh faktor internal saja melainkan faktor-faktor sosial dan situasional. Faktor sosial misalnya status
sosial, jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi dan sebagainya.

Hubungan dengan karya sastra, terdapat berbagai pengertian atau pendapat tentang gaya
yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut. Istilah gaya berpadanan dengan
istilah stylos. Secara umum makna stylus adalah waktu arsitektur, yang memiliki ciri sesuai dengan
karakteristik ruang dan waktu. Sementara itu kata stylus bermakna alat untuk menulis sesuai dengan
cara yang digunakan oleh penulis. Terdapat dimensi bentuk dan cara tersebut menyebabkan istilah
style selain dikatagorikan sebagai nomina juga dikatagorikan sebagai verba. Gaya bahasa ini
dikenal juga dengan sebutan majas. Tujuan penggunaan gaya bahasa ini adalah untuk membuat
pembaca mendapatkan efek tertentu yang bersifat emosional dari apa yang mereka baca.
Penggunaan gaya bahasa, atau majas ini juga akan membuat sebuah cerita jadi lebih menarik dan
lebih hidup. Seseorang yang membaca cerita pun juga tidak akan bosan dan bahkan bisa merasakan
apa yang sedang mereka baca.

2.2.1. Gaya Bahasa Perbandingan


Majas perbandingan adalah majas yang gaya bahasanya diungkapan dengan cara
menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lainnya, bisa berupa penyamaan,
7
pelebihan, atau penggantian. Majas perbandingan ini masih dibagi lagi ke dalam beberapa macam-
macam gaya bahasa, seperti:

 Personifikasi, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati
yang dapat bersikap seperti manusia. Contohnya seperti, angin malam telah melarang aku ke
luar.
 Metafora, adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit mewakili
suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan. Contoh majas metafora
seperti usahanya bangkrut karena memiliki utang dengan lintah darat.
 Eufemisme, adalah gaya bahasa di mana kata-kata yang dianggap kurang baik diganti
dengan padanan kata yang lebih halus. Contohnya, Karena terjerat kasus korupsi, ia harus
dihadapkan di meja hijau.
 Metonimia, adalah gaya bahasa yang menyandingkan istilah sesuatu untuk merujuk pada
benda yang umum. Contohnya, bila haus, minumlah Aqua. Kata Aqua di sini dikenal
sebagai sebuah brand air mineral yang sudah cukup terkenal.
 Simile, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu ungkapan.
Contoh gaya bahasa ini seperti, anak kecil itu menangis bagaikan anak ayam kehilangan
induknya.

2.2.2. Gaya Bahasa Pertentangan

Majas pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata
kiasan di mana maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya. Majas pertentangan memiliki
beberapa macam-macam gaya bahasa, yaitu:

 Paradoks, merupakan suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi sebenarnya dengan
situasi kebalikannya. Contoh majas ini seperti, di tengah keramaian itu aku merasa kesepian.

 Antitesis, merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata di mana memiliki arti yang
saling bertentangan. Contohnya, Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada
mereka.

 Kontradiksi interminus, merupakan gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang disebutkan
sebelumnya. Biasanya majas ini disertai dengan konjungsi misalnya hanya saja atau kecuali.

8
Contoh gaya bahasa ini seperti, Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang
berada di perbatasan.

 Litotes, merupakan suatu ungkapan seperti merendahkan diri meskipun pada kenyataan
sebenarnya justru sebaliknya. Contohnya seperti, silakan mampir ke gubuk kami yang
sederhana ini. Kata rumah di sini disebut sebagai gubuk.

2.2.3. Gaya Bahasa Sindiran

Majas sindiran adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kiasan dengan tujuan untuk
memberikan ejekan atau sindiran bagi seseorang, perilaku, dan suatu kondisi. Beberapa jenis majas
sindiran yaitu:

 Sinisme, adalah gaya bahasa di mana seseorang memberikan sindiran secara langsung kepada
orang lain. Contohnya, Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana-mana.

 Sarkasme, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain dengan konotasi
yang kasar. Contohnya, dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kamu hanya akan jadi
sampah masyarakat.

 Ironi, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan dengan makna berlawanan dengan
fakta sebenarnya. Contohnya, rapi sekali ruanganmu, sampai aku kesulitan untuk duduk di sini.

2.2.4. Gaya Bahasa Penegasan

Majas ini adalah gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan
pemahaman dan kesan kepada pembaca atau pendengar. Beberapa jenis majas penegasan adalah:

 Repetisi, adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat. Contohnya
seperti, pria itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet saya.

 Retorik, merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya tidak perlu
dijawab. Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran. Contohnya, kalau
kamu sholat subuh setiap kapan saja?

9
 Pleonasme, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan makna sama, tapi
diulang-ulang terkesan tidak efektif tapi disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contohnya, Kita
harus maju ke depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas. Kata maju sudah pasti ke
depan.

 Klimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan di mana
tingkatannya semakin lama semakin tinggi. Contohnya, pada saat itu semua orang, mulai dari
bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia pergi mengungsi akibat gempa.

 Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan
terendah. Contohnya seperti, setiap hari Senin, mulai kepala sekolah, guru, staff dan siswa rutin
melaksanakan upacara bendera.

BAB III

PENUTUP

10
3.1. Kesimpulan
Diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dalam penggunaannya. Diksi digunakan
oleh penulis untuk mengungkapkan suatu gagasan sehingga mendapatkan efek tertentu, sesuai yang
diharapkan oleh penulis. Diksi adalah pemilihan kata yang sesuai dan dipakai untuk memilih kata
sehingga dapat mengungkapkan gagasan tertentu.

Gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang menguraikan cerita yang dibuatnya, atau
definisi dari gaya bahasa yaitu cara bagaimana pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya
lewat bahasa-bahasa yang khas dalam uraian ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu.
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah stlye. Kata Stlye diturunkan
dari kata latin stilus yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengn lilin. Keahlian menggunakan
alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu
penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka stlye lalu berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Macam-macam Gaya Bahasa :

1. Gaya bahasa perbandingan


2. Gata bahasa pertentangan
3. Gaya bahasa sindiran
4. Gaya bahasa penegasan

3.2. Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini
mengenai pengetahuan diksi (pilihan kata). Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk
mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi diharapkan 
mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan
agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

11
Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta. Moeliono, Anton,
1991. Santun bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugono, Dendy, 2003. Buku
Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta.

Keraf, Gorys.2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka   Utama


Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna. 2009. Stilistika : Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

12

Anda mungkin juga menyukai