Musculus) Menggunakan Metode Thompson-Weil

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

UJI TOKSISITAS AKUT YANG DIUKUR DENGAN PENENTUAN LD50 EKSTRAK

ETANOL BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP MENCIT (Mus


musculus) MENGGUNAKAN METODE THOMPSON-WEIL
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo (Moh A. Mustapa)
Email : mad.mustapa@gmail.com
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo (Tety S. Tuloli)
Email : Tetisutriyati@gmail.com
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo (Abdul Muis Mooduto)
Email : muismooduto@gmail.com
ABSTRAK
Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan suatu tanaman yang sering digunakan
oleh masyarakat sebagai rempah yang secara empiris dipercaya dapat meredakan sakit gigi.
Secara ilmiah cengkeh berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
pencegahan kanker pereda stres umum, pembersih darah, gangguan pencernaan, pereda asma
dan berbagai gangguan alergi. Dilakukan pengujian toksisitas bertujuan untuk menentukan
nilai LD50 pada pemberian ekstrak etanol bunga cengkeh menggunakan metode thompson-
weil serta pengaruhnya terhadap tingkah laku hewan. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit
putih jantan (Mus musculus) sebanyak 23 ekor dan terbagi menjadi 5 kelompok. Pemberian
campuran ekstrak bunga cengkeh yaitu secara oral dengan dosis awal 0,21 mg/kgbb. Adapun
pada uji toksisitas variasi dosis yang digunakan yaitu 0,47 g/kgbb, 0,94 g/kgbb, 1,89 g/kgbb
dan 3,78 g/kgbb serta pemberian aquadest sebagai kelompok kontrol. Mencit diamati secara
individu selama 24 jam setelah pemberian ekstrak dengan melihat jumlah hewan yang mati
dan gejala toksik yang tampak. Dari hasil penelitian didapatkan mencit mati pada dosis 1,89
g/kgbb sebanyak 3 dan pada dosis 3,78 g/kgbb sebanyak 5 mencit sehingga nilai LD50
sebesar 1,75 g/kg.bb dan termasuk ke dalam kategori sedikit toksik. Pemberian bahan uji
ektrak menimbulkan gejala toksik berupa aktifitas jantung menurun, kejang-kejang, terjadi
penurunan aktifitas gerak, nafas melambat.

Kata Kunci : Toksisitas Akut, Thompson-Weil, Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum)

1. PENDAHULUAN yakni sekitar 80% dari penduduk dunia.


Latar Belakang Sejarah panjang menunjukan bahwa
Plinius (Caius Plinius Secundus Sr.), terdapat banyak praktik pengobatan secara
berpendapat bahwa semua tumbuhan tradisional berdasarkan pengalaman dan
mempunyai daya pengobatan. Ditilik dari kemudian diteruskan dari generasi ke
sudut keagamaan, penciptaan alam generasi, telah menunjukan keamanan dan
semesta maupun seisinya oleh Tuhan yaitu kemanjuran obat tradisional. Namun, perlu
untuk memenuhi kepentingan dan adanya penelitian ilmiah untuk
keperluan manusia, misalnya sebagai membuktikan kemanjuran dan keamanan
makanan, bahan pengobatan dan lain-lain dari obat tradisional tersebut (Muhtadi
(Tjitrosoepomo, 2005). Data WHO dkk, 2015).
menyebutkan sistem pengobatan secara Indonesia memiliki ekosistem alami
tradisional masih melekat pada masyarakat dengan keanekaragaman hayati yang
berlimpah, sehingga dimasukkan dalam Secara ilmiah, cengkeh
kawasan alami dengan biodiversitas yang dimanfaatkan pada industri rokok, industri
tinggi. Keanekaragaman hayati adalah minuman, industri makanan, industri
penting bagi umat manusia karena kosmetik, industri farmasi dan industri
menyediakan bahan baku untuk makanan, kimia lainnya (Towaha, 2012). Pada
obat-obatan dan industri (Sutarno, 2015). bidang industri farmasi, cengkeh termasuk
Sebagian besar penggunaan obat di jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan
Indonesia masih diolah dengan metode sebagai obat-obatan (Milind dan Deepa,
tradisional dan masih berdasarkan resep 2011) dengan mempunyai segudang
yang bersifat adat-istiadat atau kebiasaan manfaat sebagai bahan obat seperti
suatu masyarakat dan belum teruji secara anestetik, obat rematik dan obat batuk
ilmiah sehingga dosis pengobatan, efikasi, (Wiryowidagdo, 2005), selain itu cengkeh
identifikasi, toksisitas, standarisasi dan juga berkhasiat sebagai antiseptik,
regulasi produk herba masih diragukan. antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
Penggunaan obat herbal menarik perhatian pencegahan kanker pereda stres umum,
masyarakat baik kalangan akademisi pembersih darah, gangguan pencernaan,
ataupun profesional kesehatan (Utami, kesehatan kardiovaskular (Bhowmik et al.,
2013) untuk mengetahui tingkat 2012). Dikorea, cengkeh sering digunakan
keamanan, manfaat dari penggunaan suatu untuk penyakit asma dan berbagai
tanaman yang berkhasiat obat. gangguan alergi (Kim et al., 1998).
Cengkeh (Syzygium aromaticum) Cengkeh banyak disenangi oleh
merupakan suatu tanaman yang sering masyarakat dikarenakan pada bunga, daun,
digunakan oleh masyarakat sebagai dan batang cengkeh mengandung minyak
rempah dan banyak ditemukan di cengkeh yang mempunyai aroma dan rasa
Indonesia sekitar 95% usaha rakyat dalam khas (Nurdjannah, 2004). Adapun minyak
bentuk perkebunan yang tersebar diseluruh cengkeh dapat diisolasi 1-4% dari daun, 5-
propinsi (Nurdjannah, 2004). Secara 10% dari batang, dan 10-20% dari bunga
tradisional, cengkeh sejak lama digunakan cengkeh (Nurdjannah, 2004).
sebagai bumbu masakan dan masyarakat Berdasarkan kesepakatan yang
percaya bahwa dengan mengigit sebutir ditetapkan oleh WHO suatu bahan/zat
bunga cengkeh kering dapat yang digunakan untuk tujuan pengobatan
menyembuhkan sakit gigi dan terutama baik untuk manusia maupun hewan harus
untuk menghilangkan bau mulut. melalui tahap uji yaitu uji praklinik dan uji
klinik. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 760/menkes/per/IX/1992 ataupun efek kematian. Saat ini belum
menyatakan bahwa obat yang berasal dari terdapat adanya laporan tentang tingkat
tanaman harus dapat dibuktikan khasiat keamanan dalam penggunaan cengkeh,
maupun keamanannya. Adapun uji oleh karena itu pentingya untuk dilakukan
praklinik adalah tahap uji yang tujuannya pengujian toksisitas terhadap cengkeh. Hal
untuk mengetahui dan menetapkan ini dikarenakan terdapat kandungan dari
tingkatan keamanan dan kebenaran khasiat ekstrak bunga cengkeh yang
dari suatu bahan/zat uji yang masih dalam berkemungkinan membahayakan bagi
dugaan, sehingga secara ilmiah dilakukan manusia jika dikonsumsi dengan dosis
uji toksisitas dan uji aktivitas (Meles, yang belum dianjurkan dan dalam
2010). penggunaan jangka panjang.
Uji toksisitas akut merupakan bagian Metode Thompson-Weil
dari uji praklinik yang dirancang untuk menggunakan daftar perhitungan LD50
mengukur efek toksik suatu senyawa. merupakan metode yang sering digunakan
Toksisitas akut mengacu pada efek toksik dalam penentuan tingkat ketoksikan suatu
yang terjadi setelah pemberian oral dosis senyawa. Dipilih metode ini dikarenakan
tunggal dalam selang waktu 24 jam. Dosis mempunyai tingkat kepercayaan yang
Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur cukup tinggi, hasil yang akurat, dan tidak
statistik setelah pemberian dosis tunggal memerlukan hewan coba yang cukup
yang sering dipergunakan untuk banyak.
menyatakan tingkatan dosis toksik sebagai Pentingnya mempelajari derajat
data kuantitatif. Sedangkan gejala klinis, efisiensi, keamanan dan berbagai macam
gejala fisiologis dan mekanisme toksik efek yang ditimbulkan pada penggunaan
sebagai data kualitatifnya (Jenova, 2009). ekstrak bunga cengkeh (Syzygium
Philippus Aureolus Theophratus aromaticum) karena dapat memberikan
Bombast von Hohenheim (1493-1541) informasi dan sebagai referensi untuk
menyatakan semua yang berkhasiat mempertimbangkan penggunaan tanaman
sebagai obat adalah racun, hanya dosis cengkeh sebagai bahan berkhasiat obat
yang menjadikannya menjadi tidak sehingga nantinya dapat ditingkatkan
beracun (Wirasuta, 2016). Begitu juga statusnya sebagai obat herbal terstandar
dengan tanaman cengkeh (Syzygium dan seterusnya.
aromaticum), walaupun mempunyai Secara spesifik, belum ada jurnal
segudang manfaat dan berkhasiat sebagai ilmiah yang membahas mengenai
obat tentu mempunyai efek berbahaya toksisitas akut dari ekstrak bunga cengkeh.
Namun beberapa data seperti pada jurnal Khasiat dan Manfaat
penelitian oleh Francisco et al., (2014) Selain sebagai sumber minyak atsiri,
mengatakan bahwa umumnya minyak cengkeh mempunyai khasiat sebagai
essensial cengkeh sebagai zat yang aman anestetik lokal dan desinfektan sehingga
apabila dikonsumsi dalam konsentrasi digunakan dalam berbagai obat luar, obat
lebih rendah dari 1500 mg/kg. Di sisi lain, gigi, atau obat kumur. Karena sifatnya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antiflogistiknya, cengkeh digunakan
menetapkan bahwa kuantitas harian sebagai obat rematik dan obat batuk
diterima cengkeh per hari adalah 2,5 (Wiryowidagdo, 2005).
mg/kg berat badan pada manusia. Selain Cengkeh memiliki sifat antibakteri
itu, berdasarkan penelitian Parle Milind dan digunakan sebagai krim gigi, pasta
dan Khanna Deepa (2011) dengan judul gigi, obat kumur, semprotan tenggorokan
“Pro-Cholinergic, Hypo-Cholesteromelic untuk mengilangkan bakteri serta
and Memory Improving Effect of Clove” mengurangi rasa sakit gusi. Cengkeh juga
bahwa serbuk cengkeh yang diberikan dapat digunakan sebagai antiinflamasi
peroral tidak bersifat toksik dengan dosis agen, karena mengandung flavonoid yang
250 mg/kg dan 2000 mg/kg sehingga perlu tinggi, terapi aroma menggunakan minyak
adanya penelitian ilmiah lebih lanjut cengkeh alami untuk menyembuhkan
mengenai toksisitas dengan dosis berbeda. gejala dari rematik dan arthitis. Cengkeh
Pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas digunakan sebagai karminatif, untuk
akut dengan sampel ekstrak tanaman meningkatkan asam hidroklorid pada
cengkeh (Syzygium aromaticum) pada lambung dan untuk memperbaiki gerak
hewan coba yakni mencit yang diberikan peristaltik. Cengkeh bermanfaat
secara peroral untuk mengetahui tingkat mengontrol kadar glukosa darah untuk
keamanan penggunaan tanaman cengkeh pasien diabetes. Eugenol cukup kuat untuk
sebagai obat menggunakan metode mencegah penggumpalan darah,
thompson-weil. meningkatkan sistem immun, memurnikan
2. darah, membantu melawan berbagai
macam penyakit, sebagai ekspektoran
yang baik. Cengkeh dapat menstimulasi
aliran darah dan sirkulasi (Milind dan
2. TINJAUAN PUSTAKA Deepa, 2011).
Tanaman Cengkeh (Syzygium Toksisitas
aromaticum L. Merr)
Toksisitas merupakan istilah dalam reaksi antara toksikan dan reseptor yang
toksikologi yang didefinisikan sebagai menyebabkan terjadinya perubahan fungsi.
kemampuan senyawa untuk menyebabkan Biotransformasi terjadi setelah terjadinya
kerusakan atau injuri. Istilah toksisitas reaksi toksikan dengan reseptor.
merupakan istilah kualitatif yang terjadi Biotransformasi akan menghasilkan zat
atau tidak terjadinya kerusakan yang baru. Zat baru yang dihasilkan dapat
tergantung pada jumlah unsur senyawa bersifat lebih toksik atau kurang toksik
toksik yang terabsorbsi. Proses dari sebelumnya. Zat baru yang kurang
pengrusakan ini baru terjadi apabila pada toksik dari sebelumnya mengakibatkan
organ target telah telah menumpuk terjadinya detoksikasi sedangkan zat baru
menjadi satu dalam jumlah yang cukup yang lebih toksik dapat menimbulkan
dari bagian toksik atau metabolitnya, gangguan fungsi sel (Mutschler, 1991).
begitu pula hal ini bukan berarti bahwa Pada umumnya pajanan zat kimia
penumpukan yang tertinggi dari agen tidak dapat dihindari (pada kasus tertentu
toksik itu berada di organ target, tetapi bisa bahkan dikehendaki), seharusnya
juga ditempat lain. Selanjutnya, untuk dilakukan evaluasi toksikologi terhadap
sebagian besar senyawa toksik pada kebanyakan zat kimia untuk menentukan
konsentrasi yang tinggi dalam tubuh akan tingkat pajanan yang kiranya tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih menimbulkan resiko. Umumnya uji
banyak. Konsentrasi senyawa toksik dalam toksisitas bertujuan untuk menilai resiko
tubuh merupakan jumlah racun yang yang mungkin ditimbulkan dari suatu zat
dipaparkan, kemudian berkaitan dengan kimia toksikan pada manusia. Untuk
kecepatan absorbsinya, jumlah yang mengenali suatu zat kimia maka perlu
diserap, dan berhubungan dengan dikenali bahaya yang mungkin
distribusi, metabolisme maupun ekskresi ditimbulkan. Hal ini dilakukan dengan
senyawa toksik tersebut (Mansur, 2008). mengumpulkan serta menyusun data
Suatu bahan/zat toksik akan toksisitas yang relevan dan data yang
mengalami proses liberasi yaitu pelepasan berkaitan (Lu, 1995).
substansi zat aktif di saluran pencernaan. Tujuan akhir dari uji toksikologi dan
Zat tersebut kemudian akan mengalami penelitian lainnya yang berkaitan menilai
proses absorbsi oleh darah dan limfe serta keamanan atau resiko toksikan pada
didistribusikan keseluruh tubuh. Zat toksik manusia, idealnya data yang dikumpulkan
akan mengalami proses toksikodinamik dari manusia. Tetapi kerena hambatan etik
didalam sel. Toksikodinamik adalah proses tidak memungkinkan langsung dilakukan
uji toksisitas pada manusia. Oleh karena mematikan seluruh atau hampir seluruh
itu uji toksikologi umumnya dilakukan hewan uji (Fadli, 2015).
pada binatang, hewan sel tunggal, atau sel Tujuan uji toksisitas akut suatu obat
kultur. Dari data-data tersebut dilakukan tradisional adalah untuk menetapkan
ekstrapolasi ke manusia guna memenuhi potensi toksisitas akut (LD50) menilai
tujuan akhir dari uji toksikologi tersebut berbagai gejala klinis, spektrum efek
(Hodgson, 2000). toksik, dan mekanisme kematian (Depkes
Uji toksisitas terdiri dari toksisitas RI, 1989) dalam Angelina dkk (2008).
umum (seperti akut, subkronis, kronis) dan Untuk uji toksisitas akut obat tradisional
toksisitas khusus (seperti mutagenik, perlu dilakukan pada sekurang-kurangnya
teratogenik dan karsinogenik) (Depkes RI, satu spesies pengerat yaitu mencit atau
2000). tikus (Lu, 1995).
Uji toksisitas akut Prosedur awal untuk menentukan
Sebagian besar penelitian toksisitas toksisitas akut senyawa baru adalah
akut dirancang untuk menentukan LD50 dengan membuat satu kisaran dosis untuk
obat. LD50 obat didefinisikan sebagai dosis diberikan pada hewan uji. Takaran dosis
tunggal suatu zat yang secara statistik yang dianjurkan paling tidak empat
diperkirakan akan membunuh 50% hewan peringkat dosis, berkisar dari dosis
percobaan (Radji dan Harmita, 2008). terendah yang belum memberikan efek
Uji ini dilakukan dengan kematian seluruh hewan uji sampai dosis
memberikan zat kimia yang sedang di uji tertinggi yang dapat mematikan seluruh
sebanyak satu kali atau beberapa kali atau hampir seluruh hewan uji (Donatus,
dalam jangka waktu 24 jam, kemudian 1998).
diamati selama 14 hari (Hendriani, 2007) Untuk menentukan LD50 secara
uji toksisitas akut bertujuan untuk tepat, perlu dipilih suatu dosis yang akan
mengamati efek toksik suatu senyawa membunuh sekitar separuh jumlah hewan
yang bisa terjadi dalam jangka waktu yang uji, dosis lain yang akan membunuh lebih
singkat setelah pemberiannya dengan dari separuh dan dosis ketiga yang akan
takaran tertentu. Paling tidak empat membunuh kurang dari separuh dari
peringkat dosis yang dianjurkan dalam jumlah hewan uji. Sering digunakan empat
pengujian toksisitas akut, dosis tersebut dosis atau lebih dengan harapan bahwa
berkisar dari dosis rendah yang tidak atau sekurang-kurangnya tiga dosis diantaranya
hampir mematikan seluruh hewan uji akan berada dalam rentang dosis yang
sampai dengan dosis tertinggi yang dapat dikehendaki (Lu, 1995).
Prinsip dari uji toksisitas ini adalah Uji Toksisitas Kronik
suatu substansi tes diberikan secara oral Uji Toksisitas Kronik atau jangka
dengan menggunakan alat bantu sonde panjang dilakukan dengan memberikan
dengan jarum intubasi dengan ukuran 3 bahan uji berulang-ulang selama masa
inch dengan ujung bulat (ball-tipped) hidup hewan coba atau sekurang-
dalam dosis yang telah ditentukan pada kurangnya sebagian besar dari masa
beberapa grup dari hewan percobaan. hidupnya, misalnya 18 bulan untuk mencit,
Selanjutnya observasi selama 14 hari 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk
setelah pemberian untuk melihat efek anjing dan monyet (Lu, 1995).
toksik dan kematian. Hasil akhir akan Tujuan toksisitas kronik adalah
didapatkan LD50 (Barile, 2005: OECD, untuk memperoleh informasi adanya efek
1981). Biasanya pengamatan dilakukan toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji
selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu toksisitas subkronik, karakterisasi
selama 7-14 hari. Pengamatan tersebut, toksisitas dari suatu sediaan uji yang
meliputi: (1) gejala-gejala klinis, (2) dipaparkan dalam waktu lama dan
jumlah hewan uji yang mati, dan (3) berulang, dan menentukan dosis yang tidak
histopatologi organ (Donatus, 2005). menimbulkan efek toksik (BPOM, 2014).
Uji toksisitas sub kronik Penentuan Lethal Dose 50
Prinsip dari uji toksisitas ini adalah Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang
suatu substansi tes diberikan secara oral harus dilaporkan selain jumlah hewan
dalam dosis berjangka yang telah yang mati, juga harus disebutkan durasi
ditentukan pada beberapa grup dari hewan pengamatan. Bila pengamatan dilakukan
percobaan, suatu dosis per grup, dalam dalam 24 jam setelah perlakuan, maka
periode 90 hari dengan cara yang sama hasilnya tertulis “LD50 24 jam”. Namun
dengan pemberian pada tes akut. seiring perkembangan, hal ini sudah tidak
Selanjutnya selama periode pemberian diperhatikan lagi, karena pada umumnya
substansi dilakukan observasi setiap hari tes LD50 dilakukan dalam 24 jam pertama
untuk mengetahui adanya tanda-tanda sehingga penulisan hasil tes “LD50” saja
toksisitas. Pada akhir tes hewan yang mati sudah cukup untuk mewakili tes LD50
selama tes dan hewan yang bertahan hidup yang diamati dalam 24 jam. Bila
diautopsi untuk dilakukan pemeriksaan dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih
hispatologi (Barile, 2005). dari 14 hari. Contohnya, pada senyawa
tricresyl phosphat, akan memberikan
pengaruh secara neurogik pada hari 10–14,
sehingga bila diamati pada 24 jam pertama untuk melihat nilai LD50 ekstrak bunga
tidak akan menemukan hasil yang berarti. cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap
Dan jika begitu tentu saja penulisan hasil mencit menggunakan metode Thompson
harus disertai dengan durasi pengamatan Weil.
(Loomis, 1987). Prosedur Penelitian
Data kuantitatif yang diperoleh dari Persiapan dan Pembuatan Simplisia
uji ketoksikan akut ini ialah LD50 sedang Bunga cengkeh (Syzygium
data kualitatifnya berupa pengamatan aromaticum) yang didapatkan dari desa
klinis dan morfologis efek toksik senyawa sinombayuga, kecamatan posigadan,
uji. Data LD50 yang diperoleh digunakan kabupaten bolaang mongondow selatan,
untuk menentukan potensi ketoksikan akut sulawesi utara sudah dalam bentuk kering
senyawa relatif terhadap senyawa lain dan (telah selesai dijemur). Setelah itu
dapat digunakan untuk memperkirakan diserbukan menggunakan blender.
takaran dosis uji toksikologi lainnya. Pembuatan Ekstrak Bunga Cengkeh
Beberapa metode uji ketoksikan akut Metode ekstraksi yang digunakan
(LD50) antara lain: Aritmatik Reed dan yaitu metode maserasi dimana serbuk
Muench (1983), Aritmatik dari Karber simplisia cengkeh (Syzygium aromaticum)
(1931), C.S Weil (1952), cara Farmakope 400 gram dimasukkan kedalam wadah
Indonesia (Donatus, 2005). inert atau topless kaca kemudian
dimasukkan pelarut etanol sebanyak 1000
3. METODE PENELITIAN mL. Diaduk menggunakan stirrer dan
Tempat dan Waktu Penelitian sesekali dikocok. Diamkan selama 1-2 hari
Penelitian ini dilaksanakan di setelah itu, dipisahkan residu dan filtrat
Laboratorium Bahan Alam dan menggunakan kertas saring. Filtrat yang
Laboratoium Farmakologi dan diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Toksikologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Penyiapan Hewan Uji
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Hewan percobaan diaklimitasi
Negeri Gorontalo Jl. Jenderal Sudirman terlebih dahulu selama 10 hari agar dapat
No. 6, Dulalowo Timur, Kota Tengah, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, yang selama proses adaptasi mencit diberi
dimulai dari bulan januari 2017. makan jagung, wortel dan diberi minum
Desain Penelitian dari ketimun. Mencit juga dipuasakan
Penelitiani ini merupakan penelitian makan selama 8 jam namun tetap
yang bersifat eksperimen yang bertujuan diberikan air sebelum dilakukan perlakuan.
Penetapan Dosis dosis I (2
Dosis yang digunakan berdasarkan
g/kg/BB)
penelitian Parle Milind dan Khanna Deepa
II 2 Diberi
(2011) terhadap serbuk cengkeh yang
diberikan peroral tidak menyebabkan dosis I (6
kematian pada dosis tertinggi yaitu 2000
g/kg/BB)
mg/kg, p.o. kedua dosis 250 mg/kg dan
2000 mg/kg didapatkan tidak III 2 Diberi

menimbulkan efek toksik. Pada uji dosis I (18


pendahuluan, terlebih dahulu di uji dosis
g/kg/BB)
terendahnya yaitu 2000 mg/kg.BB.
Pengelompokkan Hewan Uji IV 2 Diberi

Mencit sebanyak 23 ekor dibagi dosis I (54


menjadi lima kelompok perlakuan secara
g/kg/BB)
acak, yaitu satu kelompok kontrol yang
diberikan dengan aquadest dan empat
Tabel 3.2 Pembagian Kelompok
kelompok perlakuan yang diberikan dosis
Perlakuan Uji Toksisitas
ekstrak sehingga masing masing kelompok
Kelompok Jumlah Perlakuan
hewan uji terdiri dari 5 ekor mencit jantan.
Mencit

Kontrol 3 Aquadest

I 5 Diberi

dosis I (5

g/kg/BB)
Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Uji
II 5 Diberi
Pendahuluan
Kelompok Jumlah Perlakuan dosis I (8

Mencit g/kg/BB)

Kontrol 1 Aquadest III 5 Diberi

I 2 Diberi dosis I (18

g/kg/BB)
IV 5 Diberi δ log m = d x δ f
δf = faktor dalam tabel
dosis I (36
biometrik
g/kg/BB)
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Toksisitas Akut (LD50)
Hasil Penelitian
Pada uji toksisitas akut LD50 setiap
Rendemen Ekstrak Bunga Cengkeh
kelompok perlakuan diberi ekstrak bunga
Telah dilakukan ekstraksi bunga
cengkeh yang telah dilarutkan kedalam
cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan
aquadest secara oral menggunakan sonde
menggunakan metode maserasi dan
dengan tingkatan dosis yang berbeda yaitu
diperoleh hasil rendemen sebagai berikut:
4 kelompok tingkatan dosis dan 1
Tabel 4.1.1 Hasil Rendemen
kelompok kontrol. Mencit diamati selama
Ekstrak Bunga Cengkeh
1-4 jam untuk melihat adanya gejala toksik
Bobot Bobot %Rendeme
yang tampak. Pengamatan dilakukan
kembali pada 24 jam setelah pemberian Simplisi Ekstra n

dosis dengan menghitung jumlah mencit a k


yang mati pada kelompok percobaan.
400 g 42 g 10,5%
Analisis Data
Metode Penentuan Lethal Dose 50 Proses ekstraksi dilakukan selama 24

Log m = log D + d(f jam dan sesekali dikocok dan diaduk


+ 1) menggunakan stirrer. Adapun simplisia

Keterangan: yang diekstraksi yaitu sebanyak 400 gram

m = harga LD50 dan mendapatkan bobot ekstrak kental

D = dosis terkecil yang sebesar 42 gram sehingga persen

digunakan rendemen yang didapat yaitu sebesar

d = log r (kelipatan dosis) 10,5%. Adapun hasil persen rendemen

f = faktor yang didapat memenuhi syarat berdasarkan

Rentang LD50 dapat ditentukan Dirjen POM (2000) dalam Vitasari (2013)

dengan: bahwa hasil rendemen yang dipersyaratkan

Batas atas LD50 = antilog (log apabila proses ekstraksi berlangsung

m + 2 δ log m) sempurna yaitu 10%-15%.


Batas bawah LD50 = antilog (log Uji Skrining Fitokimia
m - 2 δ log m)
Telah dilakukan uji penapisan mL
fitokimia pada sampel bunga Cengkeh metanol
(Syzygium aromaticum) dan diperoleh kemudia
hasilnya sebagai berikut: n diaduk
Tabel 2 Hasil Uji Skrining dan
Fitokimia ditambah
Senya kan
Cara Hasi
wa Ket FeCl3
Kerja l Uji
aktif sebanyak
Ekstrak 3 tetes
0,5 g (+)
Skrining fitokimia dilakukan dengan
Flavon dalam War Flavon
cara memeriksa golongan senyawa kimia
oid cawan na oid
yang terdapat dalam ekstrak bunga
ditambah jing
Cengkeh. Hasil skrining fitokimia
kan 2 ga
menunjukan bahwa ekstrak bunga cengkeh
mL
(Syzygium aromaticum) mengandung
metanol
flavonoid. Hal ini dapat dilihat pada
kemudia
perubahan warna jingga yang berarti
n diaduk,
positif flavonoid. Berikut reaksi yang
ditambah
terjadi:
kan
serbuk
magnesi
um 0,5 g
dan 3
tetes HCl
pekat
Ekstrak (-) Pada uji ini, magnesium dan asam
Tanin 0,5 g War Tanin klorida bereaksi membentuk gelembung-
dalam na gelembung gas H2. Penambahan logam
cawan mer Mg dan HCl pekat berfungsi untuk
ditambah ah mereduksi inti benzopiron yang terdapat
kan 2 pada struktur flavonoid sehingga terbentuk
warna merah atau jingga. Jika didalam II 2 6 0,63 0
suatu ekstrak terdapat senyawa flavonoid III 2 18 1,89 1
akan terbentuk garam flavilium saat IV 2 54 5,67 2
penambahan Mg dan HCl yang berwarna
Telah dilakukan uji pendahuluan
merah atau jingga (Setyowati, 2014).
dengan penggunaan dosis terendah yaitu
Penambahan HCl dalam uji kualitatif
2000 mg/kgbb dalam bentuk dosis serbuk
flavonoid berguna sebagai penghidrolisis
sehingga untuk mendapatkan dosis dalam
flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu
bentuk ekstrak maka dikalikan dengan
dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil
persen rendemen (10,5%) didapatkan hasil
akan tergantikan oleh H+ dari asam, karena
dosis ekstrak yaitu 0,21 mg/kgbb. Untuk
sifatnya yang elektrofilik. Glikosida
menentukan tingkatan dosis selanjutnya
berupa gula yang biasa dijumpai yaitu
digunakan kelipatan dosis 3.
glukosa, galaktosa dan ramnosa. Serbuk
Adapun hasil pada uji pendahuluan
Mg menghasilkan senyawa kompleks yang
pada dosis kontrol yang diberikan
berwarna merah, kuning, maupun jingga
Aquadest, dosis I, dan dosis II tidak
(Marliana dkk, 2005).
menimbulkan kematian, pada dosis III
terdapat 50% kematian (1 mencit mati)
sedangkan pada dosis IV terdapat 100%
kematian (2 mencit mati).

Hasil Uji Pendahuluan


Hasil Uji Toksisitas
Tabel 4.1.3 Uji Pendahuluan
Tabel 4.1.4. Uji Toksisitas Akut
Kelo Ju Dosi D. Kem
Kelo Ju Dosi D. Kem
mpok mla s Ekst atian
mpok mla s Ekst atian
h (g/k rak
h (g/k rak
Me gbb) (g/k
Me gbb) (g/k
ncit gbb)
ncit gbb)
Kontr 1 Aqu - 0
Kontr 3 Aqu - 0
ol adest
ol adest
I 2 2 0,21 0
I 5 4,5 0,47 0 (Syzygium
II 5 9 0,94 0 aromaticum)
III 5 18 1,89 3 mencit
IV 5 36 3,78 5 beraktifitas
sebagaimana
Telah dilakukan uji toksisitas akut
biasa (normal)
dengan jumlah mencit sebanyak 5 pada
dan tidak terlihat
masing masing kelompok dan pada dosis
adanya gejala
kontrol dengan jumlah mencit 3. Pada
toksik.
dosis I dan II tidak terdapat kematian, pada
Mencit 1 Mencit
dosis III terdapat 60% kematian dengan
beraktifitas
jumlah mencit yang mati sebanyak 3
sebagaimana
sedangkan pada dosis IV terdapat 100%
Dosis biasa, tidak
(semua mencit mengalami kematian)
II terlihat adanya
sehingga urutan kematiannya (r) yaitu
tanda tanda
0,0,3,5.
toksik
Mencit 2 Tremor
Mencit 3 Gelisah, detak
jantung cepat,
bulu berdiri
Mencit 4 Bingung, gelisah
Mencit 5 Mencit
beraktifitas
sebagaimana
biasa, tidak
Hasil Pengamatan Gejala Klinis
terlihat adanya
Tabel 5 Gejala Klinis
tanda tanda
Dosis Mencit Gejala Klinis
toksik
Mencit 1 Setelah Mencit 1 Gelisah, jantung
Mencit 2 pemberian berdebar
Dosis Mencit 3 bahan uji kencang, kaki
I Mencit 4 ekstrak bunga Dosis belakang
Mencit 5 cengkeh III menjadi lumpuh
dan lemas aktifitas, nafas
Mencit 2 Jantung melambat
berdebar Mencit 5 Lemas, terjadi
kencang penurunan
Mencit 3 Lemas, kaki aktifitas, nafas
belakang setengah-
menjadi lumpuh setengah
dan lemas
Mencit 4 Jantung
Pada pengamatan gejala klinis
berdebar
dilakukan selama ± 30 menit setelah
kencang, keluar
pemberian dosis dan seterusnya selama 4
air mata
jam sampai 24 jam. Hewan menunjukkan
Mencit 5 Lemas, gelisah
gejala-gejala toksisitas pada sistem
Mencit 1 Lemas, terjadi
pernafasan, perubahan aktifitas, aktifitas
penurunan
jantung, kelumpuhan. Pengamatan yang
aktifitas, nafas
dilakukan termasuk pada: kulit, bulu, mata,
melambat, kaki
dan juga sistem saraf otonom, sistem saraf
Dosis belakang
pusat, aktivitas somatomotor serta tingkah
IV lumpuh
laku. Selain itu, perlu juga pengamatan
Mencit 2 Lemas dan
pada kondisi: gemetar, kejang, salivasi,
terjadi
diare, lemas, tidur dan koma. Adapun
penurunan
mencit yang mati berada pada dosis III
aktifitas, nafas
dengan mencit 1,3,4 sedangkan pada dosis
setengah-
IV semua mencit mengalami kematian.
setengah
4.2 Pembahasan
Mencit 3 Lemas, terjadi
Pada penelitian ini menggunakan
penurunan
sampel uji bunga cengkeh (Syzygium
aktifitas, nafas
aromaticum) yang diperoleh dari Desa
melambat, kaki
Sinombayuga, Kecamatan Posigadan,
belakang
Kabupaten Bolaang-Mongondow Selatan
lumpuh
yang sudah dikeringkan selama 2-3 hari.
Mencit 4 Lemas, terjadi
Sampel bunga cengkeh kering tersebut
penurunan
diserbukkan dengan menggunakan
blender. Tujuan diserbukkan yaitu agar pengadukan atau pengocokan untuk
permukaan dari bunga cengkeh menjadi mempercepat proses penyarian. Proses
lebih luas sehingga senyawa yang ekstraksi ini dilakukan selama 24 jam
terkandung didalamnya dapat terekstraksi karena semakin lama waktu ekstraksi,
sempurna. Sampel diuji penapisan kesempatan untuk bersentuhan semakin
fitokimia untuk mengetahui kandungan besar sehingga hasilnya juga bertambah
yang terdapat didalamnya. Pada uji sampai titik jenuh larutan. Proses ekstraksi
flavonoid, ekstrak kental dilarutkan tidak menggunakan cara panas seperti
dengan alkohol kemudian ditambahkan refluks atau panas dingin seperti soklet
Mg dan HCl masing-masing sebanyak 2 karena dikhawatirkan ada golongan
tetes dan dikocok, dibiarkan sampai terjadi senyawa yang tidak tahan terhadap
perubahan warna. Adapun reaksi warna pemanasan seperti flavonoid yang mudah
yang terjadi berupa warna jingga, sehingga teroksidasi pada suhu tinggi (Koirewoa,
dapat dikatakan positif (+) flavonoid. 2012). Menurut Sundari (2010)
Penambahan logam Mg dan HCl pekat kemungkinan rusaknya senyawa kimia
berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terkandung di dalam suatu bahan
yang terdapat pada struktur flavonoid alam dapat dihindari karena tidak disertai
sehingga terbentuk warna merah atau pemberian panas.
jingga (Setyowati, 2014). Setelah 24 jam dilakukan
Kemudian sampel uji tersebut perendaman terhadap serbuk bunga
diekstraksi untuk mendapatkan atau cengkeh (Syzygium aromaticum),
menarik kandungan kimia yang terdapat dilakukan penyaringan untuk memperoleh
pada serbuk bunga cengkeh. Metode filtratnya sedangkan sisa ampas
ekstraksi yang digunakan adalah metode diremaserasi dengan menggunakan pelarut
maserasi dengan cairan penyari yaitu yang sama. Proses remaserasi dilakukan
Etanol 70%. Metode maserasi dipilih untuk mendapatkan filtrat yang warnanya
dikarenakan metode ini menggunakan sedikit pucat dari filtrat sebelumnya, hal
peralatan yang sederhana sehingga mudah ini menandakan bahwa simplisia
dilakukan (Depkes RI, 2000) terekstraksi maksimal. untuk
menghasilkan rendemen yang cukup tinggi meningkatkan keefektifan penyarian, maka
(Sundari, 2010). Adapun proses maserasi digunakan campuran pelarut yang
dari serbuk bunga cengkeh dilakukan berlainan seperti etanol dan air. Etanol
dengan cara merendam simplisia dalam 70% sangat efektif dimana bahan
cairan penyari dan beberapa kali dilakukan pengganggu hanya skala kecil yang turut
kedalam cairan pengekstraksi sehingga dipersyaratkan yakni 10%-15% yang
menghasilkan jumlah bahan aktif yang menunjukkan bahwa proses ekstraksi
optimal (Voight, 1994). Selain itu etanol berlangsung sempurna (Dirjen POM,
70% digunakan sebagai cairan penyari 2000) dalam Vitasari (2013). Hasil
karena mempunyai keuntungan seperti rendemen yang diperoleh dapat digunakan
aman dan tidak bersifat toksik. Pelarut untuk menentukan dosis yang akan
etanol 70% bersifat polar karena terdiri digunakan pada uji toksisitas akut.
dari campuran air dan etanol sehingga Pada penelitian ini hewan percobaan
senyawa ada yang tertarik oleh etanol dan yang digunakan yaitu mencit putih jantan
ada yang tertarik air. Etanol merupakan (Mus musculus). Mencit dipilih karena
pelarut serba guna yang sangat baik untuk mempertimbangkan ukurannya yang kecil,
ekstraksi pendahuluan karena dapat mudah dalam pemeliharaan dan
mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar perawatan. Mencit jantan tidak
(Harborne, 1987). dipengaruhi siklus estrus yang dapat
Filtrat yang diperoleh dari hasil menimbulkan aktivitas hormon yang tidak
ekstraksi kemudian diuapkan untuk stabil yang nantinya akan berpengaruh
menghilangkan pelarut yang ada pada pada proses pengamatan (Lu, 1995).
filtrat bunga cengkeh (Syzygium Mencit yang digunakan terlebih
aromaticum) sehingga mendapatkan dahulu diaklimitasi selama 10 hari pada
ekstrak yang kental dan pekat. Ekstrak suhu ruangan agar mencit dapat
kental yang diperoleh ditimbang kemudian beradaptasi dengan lingkungan barunya.
dibandingkan bobotnya dengan bobot Setiap harinya kandang mencit dibersihkan
simplisia awal. Adapun persen dan diganti sekamnya. Selain itu, mencit
perbandingan antara bobot ekstrak yang diberi makan jagung dan minum (ad
dihasilkan dengan bobot simplisia awal libitium) sehari 2 kali yaitu pagi dan sore.
menyatakan nilai rendemen. Dari 400 Kriteria mencit yang digunakan yaitu
gram serbuk bunga cengkeh (Syzygium mencit dewasa dengan kisaran umur 2-3
aromaticum) yang dimaserasi, didapatkan bulan dan memeliki berat 20-30 gram.
ektrak kental sebesar 42 gram sehingga Pada pengujian ini pemberian
hasil perhitungan rendemen ekstrak bunga dilakukan secara oral dengan
cengkeh (Syzygium aromaticum) menggunakan sonde. Rute ini disesuaikan
didapatkan hasil sebesar 10,5% dengan kebiasaan masyarakat dalam
(Lampiran 2). Persentase ini masuk mengonsumsi bunga cengkeh (Syzygium
dalam range persen rendemen yang aromaticum). Dalam penetapan dosis,
terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan Hasil yang diperoleh dari uji pendahuluan
pada dosis serbuk 2000 mg/kg. Dosis yang yaitu; pada Dosis I tidak terdapat kematian
digunakan berdasarkan penelitian (0%), dosis II 0%, dosis III 50% (dengan 1
sebelumnya bahwa serbuk bunga cengkeh mencit mati), dan dosis IV 100% (2 mencit
yang diberikan peroral tidak menyebabkan mati).
efek toksik pada dosis tertinggi yaitu 2000 Dari hasil uji pendahuluan, rentan
mg/kg (Milind dan Deepa, 2011). Namun, dosis yang akan digunakan pada uji
dosis 2000 mg/kg tersebut masih dalam toksisitas adalah 0,4 g/kgbb sampai 4,3
bentuk serbuk sehingga terlebih dahulu g/kgbb. Maka diambil keputusan
dikonversi dalam dosis ekstrak dan penggunaan dosis terendah yaitu sebesar
didapatkan dosisnya 0,21 g/kgbb. 0,47 g/kgbb sedangkan untuk dosis
Setelah mencit diaklimitasi, dipilih selanjutnya ditentukan dengan
mencit sebanyak 23 ekor yang memenuhi menggunakan kelipatan 2, sehingga
kriteria berat 20-30 gram kemudian dibagi didapatkan tingkatan dosis selanjutnya
menjadi lima kelompok perlakuan dan yaitu 0,94 g/kgbb, 1,89 g/kgbb dan 3,78
setiap kelompok mempunyai rata-rata g/kgbb.
berat yang hampir sama. Adapun pada
Konsentrasi Dosis
kelompok pertama yaitu sebanyak 3 (g/kgbb)
3.78
mencit diberikan aquadest sebagai 4
3
kelompok kontrol dan empat kelompok 1.89
2
0.94
tingkatan dosis yang masing-masing 1 0.47
0
sebanyak 5 mencit diberikan ekstrak bunga 0

cengkeh (Syzygium aromaticum) yang


dilarutkan menggunakan aquadest.
Sebelum dilakukan uji toksisitas, Gambar 4.2 Grafik Konsentrasi
terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan Dosis Uji Toksisitas Akut
dengan mengelompokkan mencit menjadi Diperoleh hasil dari uji toksisitas
4 kelompok yang masing-masing yaitu pada kelompok I setelah pemberian
kelompok terdiri dari 2 mencit. Adapun ekstrak bunga cengkeh (Syzygium
pada kelompok I diberikan dosis 0,21 aromaticum) tidak terdapat kematian dan
g/kgbb dengan kelipatan dosisnya sebesar mencit beraktifitas sebagaimana biasa.
3 sehingga dosis pada kelompok II, III, IV Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
masing-masing adalah 0,63 g/kgbb, 1,89 dosis 0,47 g/kgbb tidak toksik ataupun
g/kgbb, dan 5,67 g/kgbb (Lampiran 5). tidak menimbulkan gejala toksik.
Pada kelompok II diberikan dosis volume pemberian 0,68 mL tidak
0,94 g/kgbb tidak terdapat mencit yang memperlihatkan adanya gejala toksik serta
mati, namun diperoleh hasil pengamatan beraktifitas sebagaimana biasa.
klinis yaitu pada mencit 1 setelah Pada kelompok III diberikan dosis
diberikan ekstrak bunga cengkeh 1,89 g/kgbb mulai terliihat adanya tanda-
(Syzigium aromaticum) dengan volume tanda kematian mencit. Pada mencit 1
pemberian 0,71 mL tidak terdapat gejala dengan volume pemberian 0,80 mL terlihat
toksik dan mencit beraktifitas sebagaimana gelisah segera setelah diberikan ekstrak
biasa. Mencit 2 dengan volume pemberian bunga cengkeh (Syzygium aromaticum).
0,70 mL terjadi tremor pada beberapa Pada menit ke 9 mulai terlihat
detik setelah pemberian ekstrak yang ketidaknormalan seperti jantung berdebar
ditandai dengan otot berkedut dan kencang serta kaki belakang menjadi
menunjukan gerakan kulit yang cepat lemas dan sedikit lumpuh. Kemungkinan
(OECD, 2000). Sejantunya pada mencit 3 penyebab kelumpuhan pada kaki mencit
dengan volume pemberian 0,69 mL ini yaitu berhubungan dengan sistem saraf
memperlihatkan tanda-tanda gejala klinis yang mengendalikan gerakan mengalami
seperti gelisah, detak jantung cepat, bulu kerusakan sehingga terjadi kegagalan saat
berdiri. Gejala seperti detak jantung cepat mengendalikan otot-otot pada kaki.
dapat disebabkan mencit panik/cemas Tercatat pada menit ke 24 mencit
segera setelah diberikan perlakuan mengalami kematian sehingga dapat
sehingga gejala ini belum dapat disimpulkan dosis 1,89 g/kgbb sudah dapat
disimpulkan sebagai akibat dari pemberian menimbulkan efek kematian, namun masih
ekstrak bunga cengkeh (Syzygium dilihat pada mencit yang selanjutnya. Pada
aromaticum) selain itu, 5 menit setelah mencit 2 dengan volume pemberian 0,80
pemberian ekstrak bunga cengkeh mL tidak mengalami kematian, hanya saja
(Syzygium aromaticum) mencit kembali terjadi gejala berupa jantung yang
beraktifitas sebagaimana biasa. Mencit 4 berdebar kencang namun setelah beberapa
dengan volume pemberian 0,68 mL menit mencit beraktifitas sebagaimana
tercatat beberapa gejala klinis yang sama biasa. Pada mencit 3 dengan volume
seperti pada mencit 3 seperti bingung dan pemberian 0,73 mL mengalami lemas,
gelisah namun 5 menit setelah pemberian kaki belakang menjadi lumpuh dan lemas.
ekstrak bunga cengkeh (Syzygium Gejala ini bisa terjadi karena adanya
aromaticum) mencit beraktifitas gangguan pada sistem saraf yang
sebagaimana biasa. Pada mencit 5 dengan mengendalikan gerakan seperti tangan dan
kaki mengalami kegagalan dalam Pada kelompok IV dengan dosis 3,78
mengendalikan otot-otot sehingga mencit g/kgbb dengan rata-rata volume pemberian
menjadi lumpuh. Setelah 10 menit sebanyak 0,86 mL semua mencit
mengalami kelumpuhan dan kurangnya mengalami kematian dengan beberapa
aktifitas, mencit 3 mengalami kematian gejala toksik seperti pada mencit 1 lemas,
sehingga dapat disimpulkan kematian terjadi penurunan aktifitas, nafas
mencit diakibatkan pemberian ekstrak melambat. Mencit 2 terjadi gejala toksik
bunga cengkeh (Syzygium aromaticum). seperti lemas, terjadi penurunan aktifitas,
Pada cengkeh terdapat kandungan nafas setengah-setengah. Mencit 3 terjadi
flavonoid sehingga dapat diperkirakan gejala toksik berupa lemas, terjadi
menjadi penyebab mengganggu sistem penurunan aktifitas dan nafas melambat.
saraf. Menurut Sandhar (2011), flavonoid Mencit 4 juga terlihat beberapa gejala
mempunyai cara kerja mengganggu sistem toksik seperti lemas, terjadi penurunan
saraf. Pada mencit 4 dengan volume aktifitas, nafas melambat dan pada mencit
pemberian 0,73 mL mengalami kematian 5 juga terjadi gejala toksik seperti nafas
pada 30 menit setelah pemberian ekstrak melambat, terjadi penurunan aktifitas dan
namun sebelum mencit mati tercatat terjadi nafas setengah-setengah. Semua mencit
gejala toksik berupa kejang-kejang dan mengalami kematian pada menit 10-30
jantung berdebar kencang. Konvulsi atau menit setelah pemberian ekstrak sehingga
kejang-kejang ditandai dengan otot tubuh dapat disimpulkan dosis IV merupakan
mengalami fluktuasi konstraksi dan dosis yang berbahaya karena dapat
peregangan dengan sangat cepat sehingga membunuh mencit dalam kurung waktu
menyebabkan gerakan mencit yang tidak yang cepat.
terkendali. Hal ini dikarenakan dosis yang Menurut Marlinda dkk (2012),
sudah dikategorikan mempunyai efek senyawa aktif yang terdapat dalam
toksik. Pada mencit 5 dengan volume tanaman obat hampir selalu toksik apabila
pemberian 0,73 mL mencit tidak diberikan dalam dosis tinggi. Semua
mengalami kematian namun mengalami keracunan terjadi akibat reaksi antara zat
gelisah serta terjadi gejala toksik awal beracun dengan reseptor dalam tubuh
seperti lemas. Setelah 15 menit setelah (Katzung, 2002). Pemberian oral ekstrak
pemberian ekstrak bunga cengkeh etanol bunga cengkeh menyebabkan zat
(Syzygium aromaticum) mencit aktif yang terdapat dalam ekstrak bunga
beraktivitas sebagaimana biasa. cengkeh terabsorbsi dalam saluran
pencernaan kemudian mengalami proses
distribusi dan metabolisme. Produk aromaticum) sebesar 1,75 g/kg.bb dan
metabolisme yang bersifat toksik bekerja termasuk ke dalam kategori sedikit toksik.
sebagai inhibitor enzim untuk tahap Pemberian bahan uji ektrak menimbulkan
metabolisme selanjutnya. Reaksi antara zat gejala toksik berupa aktifitas jantung
aktif dengan reseptor dalam organ efektor menurun, kejang-kejang, terjadi penurunan
menyebabkan timbulnya gejala keracunan aktifitas gerak, nafas melambat, tremor.
(Donatus, 1998).
Dari hasil pengamatan dapat 6. DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa pada dosis I mencit Agoes. G. 2007. Teknologi Bahan Alam,
tidak mengalami kematian (0%), pada ITB Press: Bandung.
dosis II (0%) pada dosis III mengalami Angelina Marissa, Hartati S, Indah D.
kematian sebanyak 3 mencit dari jumlah Dewijanti, Sofna D.S. Banjarnahor,
mencit sebanyak 5 dengan persentase dan Lia Meilawati, 2008. Penentuan
LD50 Daun Cinco (Cyclea
kematian 60% sedangkan pada dosis IV
barbatamiers.) Pada Mencit. Pusat
semua mencit mengalami kematian Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu
sehingga persentase kematian yaitu 100% Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Kawasan Puspiptek, Tangerang
sehingga urutan kematian pada uji
15314, Indonesia.
toksisitas akut yaitu 0,0,3,5. Berdasarkan
Badan POM, 2014. Peraturan Kepala
tabel weil harga r 0,0,3,5 mempunyai nilai
Pengawas Obat dan Makanan
f (factor) yaitu 0,90000. Kemudian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
dianalisis data kematian berdasarkan tabel 2014 Tentang Pedoman Uji
weil sehingga nilai LD50 dari ekstrak Toksisitas Nonklinik secara in vivo.
Badan Pengawas Obat dan Makanan
bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) Republik Indonesia: Jakarta.
didapatkan 1,75 g/kg.bb dimana
Barile F. 2005. Clinical Toxicology:
berdasarkan derajat ketoksikan termasuk principles and mechanism. Crs
pada kategori sedikit toksik dengan nilai press: Washington DC.
rentang LD50 yaitu sebesar 1,2 g/kgbb – Bhowmik D, dkk. 2012. Journal of
2,4 g/kgbb (Thompson and Weil, 1952). Pharmacolognosy and
Phytochemistry: Recent Trend in
Indian Tradisional Herbs Syzygium
5. PENUTUP Aromaticum and its Health Benefits.
Department of Pharmaceutical
Kesimpulan Sciences, Karpagam University:
Nilai LD50 hasil pengujian toksisitas India.
akut ekstrak bunga Cengkeh (Syzygium
Bulan, R. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol Fakultas Kedokteran Universitas
dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. Lampung.
Program Studi Teknik Kimia,
FMIPA: Universitas Sumatera Utara. Faridha Yenny Nonci, Muh. Rusdi, Isrul
Zul Fajrin La Mohan L, 2014. Uji
Departemen Kesehatan RI, 1979. Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Klika
Farmakope Indonesia Edisi III. Jambu Mede (Anacardium
Direktorat Jendral Pengawas Obat occidentale l.) Pada Mencit Jantan
dan Makanan: Jakarta. (Mus musculus). Jurusan Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Departemen Kesehatan RI, 1989. Materia Islam Negeri Alauddin Makassar.
Medika Indonesia Jilid V. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Francisco D., Fernandes R.C., Oliveira P,
Makanan: Jakarta. 2014. Clove (Syzygium
Aromaticum): A Precious Spice.
Departemen Kesehatan RI, 1999. Cara Laboratory of R&D on
Pengelolaan Simplisia Yang Baik. Pharmaceutical Processes: Brazil.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan: Jakarta. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia,
Penuntun Cara Modern
Departemen Kesehatan RI. 2000. Menganalisis Tumbuhan.
Parameter Standar Umum Ekstrak Terjemahan K. Padmawinata dan I.
Tumbuhan Obat. Derektorat Jendral Soediro. ITB, Bandung.
Pengawasan Obat dan Makanan:
Jakarta. Hasim F, Batubara I And Suparto Irma H,
2016. The Potency Of Clove
Departemen Kesehatan RI, 2000. Pedoman (Syzygium aromaticum) Essential
Pelaksanaan Uji Klinik Obat Oil As Slimming Aromatherapy By
Tradisional. Direktorat Pengawasan In Vivo Assay. International Journal
Obat Tradisional: Jakarta. of Pharma and Bio Sciences. Bogor
Donatus I.A., 1998. Toksikologi Dasar. Agricultural University, Bogor:
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
Gadjah Mada: Yogyakarta. Hedrich, J. H., J. Baker, R. Lindsay, &
Donatus, I.A., 2005, Toksikologi Dasar S.H. weisbroth. 2006. The
Edisi 2. Rasmedia Grafika. Fakultas Laboratory rat. Elsevier Ind.,
Farmasi, Universitas Gadjah Mada: Oxford.
Yogyakarta. Hendriani, R. 2007. Uji Toksisitas
Fadli, Muhammad Yogie, 2015. Uji Subkronis Kombinasi Ekstrak Etanol
Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Buah Mengkudu (Morinda citrifolia
Sambung Nyawa (gynura linn.) dan Rimpang Jahe Gajah
procumbens (lour.) merr) Terhadap (Zingiber Officinale rosc.) Pada
Gambaran Hispatologi Lambung Tikus Wistar. Karya Ilmiah yang
Pada Tikus Galur Sprague dawley. Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran.
Hodgson, E., Levi P.E. 2000. A Textbook Lee Kwang-Geun and Shibamoto
of Modern Toxicology 2nd Ed. Takayuki, 2001. Antioxidant
McGraw-Hill Higher Education: Property Of Aroma Extract Isolated
Singapore. From Clove Buds [Syzygium
Aromaticum (L.) Merr. Et Perry].
Indriyati Wiwiek dkk, 2016. Uji Toksisitas Department Of Environmental
Akut Ekstrak Etanol Benalu Mangga Toxicology, University Of
(Dendrophthoe petandra) Terhadap California.
Mencit Swiss Webster. Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Leela, N. K., and Sapna, V. P. (2008).
Fakultas Farmasi, Universitas Clove. In: Parthasarathy, V.A.,
Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat. Chempakam, B., Zachariah, T.J.
(Eds). Chemistry of spices. CAB
Jenova Rika, 2009. Uji Toksisitas Akut International, Cambridge, USA.
Yang Diukur Dengan Penentuan
LD50 Ekstrak Herba Putri Malu Loomis T.A, 1987. Essential Toxicology
(Mimosa pudica l.) Terhadap Mencit 3nd. Lea & Febiger: Philadelpia.
balb/c. Laporan Akhir Penelitian
Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Loomis, T.A and A.W. Hayes, 1996.
Loomis’s Essential Toxicology 4nd
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang. ed. California Press.

Lu, F C., 1995, Toksikologi Dasar Asas,


Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar
dan Klinik. Sjabana D, Isbadianti SE, Organ Sasaran dan Penilaian
Basori A, Soedjak NM, uno I, Risiko, (Alih bahasa: Edi Nugroho).
Edisi kedua. UI Press: Jakarta.
Rhamadani, Zakaria PS, penerjemah dan
penyunting. Jakarta Salemba Mansur, 2008. Toksikologi dan Distribusi
Medika. Terjemahan dari: Basic dan agent Toksik Edisi 2. UI Press:
Clinical Pharmacology Ed ke-8. Jakarta.
Kim, H. M., Lee, E. H., Hong, S. H., Song, Marliana, S.D, Suryanti, V, dan Suyono.
H. J., Shin, M. K., Kim, S. H., & 2005. Skrining Fitokimia dan
Shin, T. Y. (1998). Effect of Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Syzygium aromaticum extract on Komponen Kimia Buah Labu Siam (
immediate hypersensitivity in rats. Sechium edule Jacq.Swartz.) dalam
Journal of Ethnopharmacology. Ekstrak Etanol. Biofarmasi 2(1) 26-
Wonkwang University and Woosuk 31, Februari 2005, ISSN: 1693-
University: South Korea. 2242. Jurusan Biologi FMIPA UNS
Surakarta.
Koirewoa Y. A, Fatimawali, Wiyono W.
I,, 2012. Isolasi Dan Identifikasi Marlinda M, Sangi MS, Wuntu AD. 2012.
Senyawa Flavonoid Dalam Daun Analisis senyawa metabolit sekunder
Beluntas (Pluchea Indica L.). dan uji toksisitas ekstrak etanol biji
Program Studi Farmasi FMIPA buah alpukat (Persea americana
UNSRAT: Manado. Mill). Jurnal MIPA UNSRAT.
Meles K.D, 2010. Peran Uji Praklinik prostodonsia. Fakultas Kedokteran
Dalam Bidang Farmakologi. Pusat Gigi. Universitas Jember.
Penerbitan dan Percetakan Unair
(AUP). Perpustakaan Universitas Nassar Mahmoud et al, 2017. Chemical
Airlangga: Surabaya. Constituents of Clove (Syzygium
aromaticum, fam. Myrtaceae) and
Milind Parle and Deepa Khanna, 2011. their antioxidant activity. National
Clove: A Champion Spice. Guru Research Centre, Cairo: Egypt.
Jambheshwar University of Science
Nurdjannah, Nanan. 2004. Diversifikasi
and Tehcnology: India.
Penggunaan Cengkeh. Balai Besar
Milind Parle and Deepa Khanna, 2011. Penelitian dan Pengembangan Pasca
Pro-Cholinergic, Hypo- Panen Pertanian Indonesian Center
Cholesterolemic and Memory for Agricultural Postharvest
Improving Effect of Clove. Guru Research and Development: Bogor.
Jambheshwar University of Science
OECD, 1981. Acute Oral Toxicity.
and Tehcnology: India.
Guidline for testing of chemicals.
Muhtadi, Andi Suhendi, Agus Triyono dan
Agus Ulinuha, 2015. Introduksi OECD, 2000. OECD Series on Testing
and assessment No.24. Guidance
Teknologi Tepat Guna Untuk
Perbaikan Proses Produksi Dan Document on Acute Oral Toxicity
Testing. Paris: OECD Environment
Pengembangan Usaha Jamu Herbal
Di Cv. Arba’in Jaya Mandiri Directorate, Environment, Health
Surakarta. Fakultas Farmasi, and Safety Division.
Universitas Muhammadiyah Porter William, 2000. Rats and Mice:
Surakarta: Surakarta. Introduction and Use in Research.
Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan USA : Washington University.
Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Prasetyo, 2013. Pengelolaan Budidaya
Aktif. Program Studi Farmasi Tanaman Obat-Obatan (Bahan
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Simplisia). Badan Penerbitan
Alauddin: Makassar. Fakultas Pertanian UNIB: Bengkulu.
Mutschler E. 1991. Dinamika Obat Ed ke- Priya. K Bhanu, Kotakadi Venkata S And
5. Mathilda B, Widianto, Josthna. P, 2013. Antimutagenic
Penerjemah. Terjemahan dari Activity Of Syzygium Aromaticum
Arzneimittel wiirkungen 5 Vollig extract In Mice Using Bone Marrow
neurbear beitete und Micronucleus Test. Tirupati: India.
evwiterteauflage. Penerbit ITB:
Bandung. Radji, M & Harmita. 2004. Buku Ajar
Analisis Hayati. Departemen
Naini amiyatun, 2004. Uji Toksisistas Akut Farmasi FMIPA UI: Depok.
Ekstrak Daun Psidium Guava Linn
(Daun Jambu Biji) Terhadap Mencit
(Mus musculus). Bagian
Radji, M & Harmita. 2008. Buku Ajar Sutarno, 2015. Biodiversitas Indonesia:
Analisis Hayati Edisi 3. Departemen Penurunan dan upaya pengelolaan
Farmasi FMIPA UI: Depok. untuk menjamin kemandirian
bangsa. Jurusan Biologi, FMIPA,
Seidemann. 2005. World Spice Plants Universitas Sebelas Maret.
Economic, Usage, Botany Surakarta.
Taxonomy. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg: New York. Syam aswin khaliq, 2016. Uji Toksisitas
Akut Ekstrak Etanol Daun Kayu
Setyowati dkk, 2014. Skrining Fitokimia Hitam (Diospyros celebica B.)
dan Identifikasi Komponen Utama Terhadap Mencit (Mus musculus).
Ekstrak Metanol Kulit Durian Skripsi. Fakultas Kedokteran dan
(Durio zibethinur Murr.) Varietas Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Petruk. Kimia Organik Bahan Alam. Negeri Alauddin Makassar: Samata
Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Goa.
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta: Thomas A.N.S, 2007. Tanaman Obat
Indonesia. Tradisional 2. Kanisius: Yogyakarta.

Sandhar Harleen Kaur, Bimlesh Kumar, Thompson dan Weil CS. 1952. Tables for
Sunil Prasher, Prashant Tiwari, Convenient Calculation of Median
Manoj Salhan, Pardeep Sharma, EffectiveDose (LD50 or ED50)
2011. A Review of Phytochemistry And Instructions in Their Use.
and Pharmacology of Flavonoids. Biometrics 8:249-263.
International Pharmaceutic Sciencia.
Tjitrosoepomo, 2005. Taksonomi
Lovely School of Pharmaceutical
Sciences, Lovely Professional Tumbuhan Obat-Obatan. Universitas
University, Jalandhar-Delhi G.T. Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Road (NH-1), Phagwara. Punjab: Towaha J. 2012. Manfaat Eugenol
India. Cengkeh dalam Berbagai Industri Di
Shukri Radhiah, Mohamed Suhaila, Indonesia. Balai Penelitian Tanaman
Industri dan Penyegar: Jawa Barat.
Mustapha Noordin Mohamed, 2010.
Cloves Protect The Heart, Liver And Utami dan Puspaningtyas, 2013. The
Lens Of Diabetic Rats. Universiti Miracle of Herbs. PT Agromedia
Putra Malaysia, Selangor: Malaysia. Pustaka: Jakarta.
Sundari Ida, 2010. Identifikasi Senyawa Vijayasteltar Liju, Nairb Gopakumar G,
Dalam Ekstrak Etanol Biji Buah Maliakelb Balu, Kuttan Ramadasan,
Merah (Pandanus Conoideus Krishnakumar, 2016. Safety
Lamk.). Skripsi. Fakultas Assessment Of A Standardized
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Polyphenolic Extract Of Clove Buds:
Alam Universitas Sebelas Maret Subchronic Toxicity And
Surakarta: Surakarta. Mutagenicity Studies. Amala Cancer
Research Centre, Amala Nagar PO,
Trichur 680555: India.

Vitasari, E W. 2013. Antihiperlipidemia


Ekstrak Etanol Batang Kayu Kuning
(Arcangelisia flafa (L.) Merr.)
Terhadap Tius Putih Galur Wistar
Yang Diinduksi Pakan Tinggi
Lemak. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi “Yayasan Farmasi”.
Semarang.

Voight, T. 1994. Pelajaran Teknologi


Farmasi. Gadjah Mada University
Press: Fakultas Farmasi, Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta.

Wirasuta I Made Agus G dan Niruri


Rasmaya, 2016. Toksikologi Umum.
Buku Ajar. Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam: Universitas Udayana.

Wiryowidagdo, 2005. Kimia &


Farmakologi Bahan Alam Edisi 2.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai