net/publication/328926076
CITATIONS READS
0 2,703
1 author:
Agus Kesuma
Universitas Mulawarman
8 PUBLICATIONS 9 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Agus Kesuma on 14 November 2018.
II. PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pajak
Adapun tarif pajak yang berlaku sesuai dengan pasal 17 UU PPh. No. 36 / 2008 adalah
sebagai berikut :
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta 5%
rupiah) (lima persen)
di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima 15%
puluh juta rupiah) (lima belas persen)
di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus 25%
juta rupiah) (dua puluh lima persen)
di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30%
(tiga puluh persen)
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%
(dua puluh delapan persen), dan akan menjadi 25% ( dua puluh lima persen ) pada
tahun 2010.
Bagi Wajib Pajak Badan besarnya pajak penghasilan dihitung dari Penghasilan Kena
Pajak ( PKP ) dikalikan dengan tarif PPh badan yang berlaku. Semakin besar PKP maka
semakin besar pajak yg harus dibayar. Karena tarif yg sudah ditentukan oleh negara, maka
WP hanya bisa berupaya meminimalkan PKP. PKP itu sendiri dalam WP badan biasanya
identik dengan perolehan Laba perusahaan, yg mana untuk menghitung laba secara sederhana
adalah sebagai berikut :
Pendapatan - Biaya = Laba ( Rugi )
Pada saat pendapatan lebih tinggi dari pada biaya maka perusahaan mengalami laba,
sebaliknya pada saat biaya yang lebih tinggi dari pendapatan, maka perusahaan mengalami
rugi.
Dari ilustrasi sederhana tersebut bisa dikatakan upaya untuk mengecilkan laba bisa
dilakukan dengan cara menekan atau menunda penghasilan dan atau memperbesar biaya yang
diperkenankan untuk mengurangi penghasilan sehingga dengan Laba yang kecil maka pajak
yang dibayar juga akan ikut kecil.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya perencanaan pajak ( Mardiasmo,
1992 ) antara lain adalah :
1. Penghematan kas keluar, perencanaan pajak dapat menghemat pajak yang merupakan
biaya bagi perusahaan
2. Mengatur aliran kas ( cash flow ), perencanaan pajak dapat mengestimasi kebutuhan
kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat
menyusun anggaran kas secara lebih akurat.
Berikut ini adalah upaya-upaya yang dapat dipertimbangkan untuk menghemat pajak
dalam rangka perencanaan pajak :
2. Menekan penghasilan. Strategi ini secara sederhana dapat dikatakan upaya untuk
mengecilkan penghasilan secara legal. Meskipun ada konsekuensi berkaitan dengan
cashflow perusahaan tapi strategi ini bisa dilakukan dengan cara melakukan transaksi
secara kredit atau penjualan cicilan. Diasumsikan dengan cara mengalokasikan
penghasilan yang lebih kecil, maka laba yang dihasilkan juga akan bisa ditekan
sehingga pajak yang dibayar juga akan lebih rendah.
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif seharusnya yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp 4.800.000.000,- (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Penghitungan PPh
terutang atas penghasilan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Contoh 1):
Peredaran bruto PT ABCD dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 4.500.000.000,-
dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 500.000.000,-.
Penghitungan pajak yang terutang yaitu seluruh Penghasilan Kena Pajak yang
diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak
Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT ABCD
tidak melebihi Rp4.800.000.000,-.
Pajak Penghasilan yang terutang = 50% x 28% x 500.000.000,- =
Rp 70.000.000,-
Contoh 2):
Peredaran bruto PT XYZ dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 30.000.000.000,-
dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 3.000.000.000,-. Penghitungan Pajak
Penghasilan yang terutang:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas
= (Rp 4.800.000.000,- : Rp 30.000.000.000,-) x Rp 3.000.000.000,-
= Rp 480.000.000,-
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas
= Rp 3.000.000.000,- – Rp 480.000.000,- = Rp 2.520.000.000,-
Pajak Penghasilan yang terutang
= (50% x 28% x Rp 480.000.000,-) + (28% x Rp2.520.000.000,-)
= Rp 67.200.000,- + Rp 705.600.000,-
= Rp772.800.000,-
Jadi dengan melakukan pembagian usaha ke skala yang lebih kecil berdasarkan
divisi/jenis pekerjaan diharapkan mampu memberikan penghematan pajak yang
diinginkan
4. Pemilihan bentuk badan usaha yang sesuai untuk memperoleh penghematan pajak.
Contohnya adalah memilih bentuk usaha perseroan terbuka dan modalnya terdiri atas
saham yang diperdagangkan di Bursa Effek minimal 40% sehingga memperoleh
fasilitas pengurangan pajak sebanyak 5%. Hal ini juga diatur dalam UU PPh terutama
pasal 17 yang mengatur tentang tarif PPh yaitu Bagi Wajib Pajak badan dalam
negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya. Wajib Pajak tersebut
dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif ya n g
s e h a r u s n ya . Contoh: Jumlah Penghasilan Kena Pajak dalam tahun pajak 2009
Rp 1.000.000.000,-, maka Pajak Penghasilan yang terutang = 28% x Rp
1.000.000.000,- = Rp. 280.000.000,- akan tetapi apabila WP berbentuk perseroan
terbuka sebagaimana dikehendaki dalam UU PPh, maka besarnya PPh yang terutang =
(28% - 5%) x Rp1.000.000.000,- = Rp 230.000.000,- sehingga dengan pemilihan
bentuk usaha yang sesuai dapat menghemat pajak hingga 5%, yang mana dalam kasus
ini bisa menghemat hingga Rp 50.000.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sambodo, 1999. Kewajiban Perpajakan Bagi Badan Usaha dan Orang Pribadi. Tinjauan
Dari Sisi Wajib Pajak. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta
Aris Aviantara, 2009. Manajemen Perpajakan yang Ekonomis, Efisien, dan Efektif
Karang Jaka Pratama, 2009. Praktik Perencanaan Pajak ( Tax Planning ) Sebagai Upaya
Penghematan Pajak Pada Wajib Pajak Badan / Studi Empiris Wajib Pajak Badan
Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
William Perez, 2009. Tax Planning Basics 3 Ways to Reduce Your Taxes.
Yusdianto Prabowo, 2004. Akuntansi Perpajakan Terapan. Edisi Revisi. Grasindo. Jakarta