Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

“IBU HAMIL”

D
I
S
U
S
U
N

oleh:

 Lusiana Tamba : 12011225


 Mesra febrina : 13011186
 Syarifah Aulia : 13011191

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)


HANGTUAH PEKANBARU
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah untuk mata kuliah
Gizi Daur Hidup dengan judul “IBU HAMIL” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah salah satu tugas mata kuliah Gizi
Daur Hidup pada semester VI.

Saya menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.


Saran dan kritik membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan
penulisan makalah selanjutnya kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Masa kehamilan

merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh

kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR),lahir premature, sehingga bisa berdampak pada rendahnya status gizi pada bayi.Gizi
ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang dikandungnya.

Bayi merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Kekurangan gizi pada masa bayi
dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, social, dan intelektual
yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Selain itu kekurangan
gizi dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi.

Badan kesehatan dunia WHO dan UNICEF menyatakan terjadinya gagal tumbuh
akibat kurang gizi pada masa bayi mengakibatkan terjadinya penurunan IQ 11 point lebih
rendah dibanding anak yang tidak kurang gizi.

Gizi kurang dan gizi buruk saat ini terjadi hampir di semua Kabupaten dan Kota di
Indonesia yaitu 110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan
prevalensi di atas 30%. Kondisi gizi buruk berpotensi terhadap angka kematian.

Hal ini dilihat dari tingginya jumlah kasus gizi buruk yang meninggal di Indonesia
selama tahun 2005 yaitu 286 balita. Angka ini diperkirakan lebih tinggi dari yang sebenarnya
karena data ini berdasarkan laporan yang terdata dari 7 propinsi. Kasus-kasus kematian balita
akibat gizi buruk yang tidak dilaporkan diyakini masih banyak.

Pola asuh makan pada bayi meliputi pemberian gizi yang cukup dan seimbang melalui
pemberian ASI dan MPASI. Pada bayi pemberian ASI dan MPASI yang tidak benar
ditengarai sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan gizi kurang. Manfaat ASI untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi sudah dibuktikan secara akurat yaitu untuk imunitas
tubuh, ekonomis, psikologis, praktis dan lain-lain.

Pemberian ASI secara eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan lain
direkomendasikan selama 6 bulan. Sedangkan MPASI direkomendasikan setelah usia bayi 6
bulan seiring dengan bertambahnya kebutuhan gizi bayi dan menurunnya produksi ASI.

Usia yang dimaksud dengan 1.000 hari pertama kehidupan adalah dimana pertama
kali bertemunya sel telur dengan sel sperma yang merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini
bayi tidak memperoleh asupan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan
berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang, baik pada saat ini
maupun masa selanjutnya.

Gizi yang terkandung pada seorang ibu sebelum dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gizi ibu normal pada masa
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat dengan berat
badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan
gizi ibu sebelum dan selama hamil.

Cara yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat
bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak
ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis
(KEK) dan Anemia gizi. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita
KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu
akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh
memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil, menyusui, masa pertumbuhan
anak dan balita, serta masa puber. Sebab lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat
besi di dalam tubuh.
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih
besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.
Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah
mengalami gangguan kesehatan.

Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru. Sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran
pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan antara lain :

1) Apa pengaruh kelebihan gizi pada bayi yang dilahirkan?


2) Apa pengaruh kekurangan gizipada bayi yang dilahirkan?
3) Bagaimanakah cara memilih gizi yang baik untuk ibu hamil?

C. Tujuan Penelitian

Makalah ini disusun dengan tujuan bagi penulis secara khusus dan bagi masyarakat
pada umumnya antara lain :

1) Untuk mendeskripsikan pengaruh kelebihan gizi pada bayi yang dilahirkan.


2) Untuk mendeskripsikan pengaruh kekurangan gizi pada bayi yang dilahirkan.
3) Untuk memperoleh informasi tentang cara gizi yang baik untuk ibu hamil.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Gizi Pada Ibu Hamil

Tujuan penataan gizi pada wanita hamil adalah untuk menyiapkan :Cukup kalori,

protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan

zat gizi ibu, janin, serta plasenta. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak

jaringan tubuh bukan lemak. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat

baku selama hamil.

Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan
mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan
berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, dan memperoleh cukup
energi untuk menyusui serta merawat bayi kelak. Perawatan gizzi yang dapat mengurangi
atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah.

Tabel kebutuhan zat gizi wanita hamil yang dihitung berdasarkan persentasi
peningkatan asupan zat gizi diatas kebutuhan wanita tidak hamil.

Zat Gizi % Zat Gizi %


Kalori 14% Folate 122%

Protein 68% Vitamin B12 10%

Vitamin D 100% Kalsium 50%

Vitamin E 25% Fosfor 50%

Vitamin K 8% Magnesium 14%

Vitamin C 17% Besi 100%

Thiamin 36% Seng 25%

Riboflavin 23% Yodium 17%

Niacin 13% Selenium 18%


Vitamin B6 27%

Tabel Tambahan Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil

Nutrisi Kebutuhan tidak hamil/hari Tambahan kebutuhan hamil/hari

Kalori 2000-2200 kalori 300-500 kalori


Protein 75 gram 8-12 gram
Lemak 53 gram Tetap
Fe 28 gram 2-4 gram
Ca 500mg 600mg
Vit A 3500 IU 500 IU
Vit C 75 gram 30 mg
Asam folat 180 gram 400 mg

Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh status gizi janin. Status gizi janin
ditentukan oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status
gizi ibu pada waktu konsepsi. Status gizi ibu pada waktu konsepsi dipengeruhi oleh keadaan
social dan ekonomi ibu sebelum hamil,keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran jika
yang dikandung bukan anak pertama, paritas, dan usia kehamilan pertama.

Status gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan kesehatan dan
status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil,
derajat pekerjaan fisik, asupan pangan, pernah tidaknya terjangkit penyakit infeksi.

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan


energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat
gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang
seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi
dan Kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira
80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra
sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution).

Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak
36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak
26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi
energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia
selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh
besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan
lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang


trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi
tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan
volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester
III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.Karena banyaknya
perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan
sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III.

Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk
trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak
termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan
pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama
hamil.

Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat,
bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta
janin.

Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI menganjurkan


penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan
protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3
g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di
bawah 15 tahun). Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian)
pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil
olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat
Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk
mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan
seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan
janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan
kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45
tahun).

B. Kekurangan Gizi Pada Ibu Hamil

Nutrisi tepat dan seimbang pada makanan yang di konsumsi ibu hamil di butuhkan
bukan hanya untuk menjaga kesehatan fisik saja, tetapi berdampak pada kesehatan janin,
persiapan persalinan, pemulihan pasca bersalin, hingga persiapan menyusui. Ibu hamil
dengan status gizi baik akan terhindar dari berbagai resiko sepanjang kehamilan hingga
bersalin.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai resiko pada kehamilan,
janin, dan persalinan. Pada janin resiko yang dapat terjadi diantaranya keguguran, bayi lahir
mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, berat badan lahir rendah, serta bayi baru lahir dengan
status kesehatan rendah.

Dampak dari kekurangan gizi saat hamil juda dapat terjadi ketika ibu menghadapi
persalinan, seperti persalinan sulit, prematur, pendarahan setelah persalinan, dan persalinan
dengan operasi. Ibu hamil yang kekurangan gizi sulit untuk melahirkan normal karena
kondisinya cenderung lemah dan kurang tenaga untuk melahirkan secara normal.

Tanda dari ibu hamil yang kekurangan gizi dapat di kenali dari berat badan selama
kehamilan. Jika selam kehamilanya tidak menunjukan kenaikan berat badan sesuai pola yang
berlaku, ini menandakan ibu hamil kekurangan gizi.
Penambahan berat badan perlu merujuk kepada KMS ( Kartu Menuju Sehat ) ibu
hamil. Pada trismester pertama kenaikan berat badan normalnya adalah 1 kg sampai 2 kg atau
350 gr sampai 400 gr / minggu. Sementara pada trismerter kedua dan ketiga sebaiknya ibu
hamil mengalami kenaikan berat badan 340 gr sampai 500 gr / minggu.

Ibu hamil yang kekurangan gizi akan cenderung lemah, merasa pusing, dan kurang
nafsu makan. Jika hal ini terjadi selama kehamilan, resiko yang dapat muncul adalah
pendarahan. Ibu hamil juga beresiko tinggi terkena infeksi selain mengalami anemia.

Secara spesifik bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil maka akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini. Kurang gizi
pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.

Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih dikenal
dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi juga dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi.

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar.Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi
ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar
Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.

Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I
pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang
Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah
menderita anemia gizi.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti
ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK
pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik,
misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang
dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.

Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat (2010)menunjukkan bahwa KEK
pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko
relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai
resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA
lebih dari 23 cm. Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang dilahirkan dapat
dipengaruhi oleh status gizi ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil.
Status gizi ibu sebelum hamil juga cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat
hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang
(kurus) sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal).

Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan kadar Hb
ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat
badan bayi yang dilahirkan. Sedangkan penelitian Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan
bahwa anemia pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk melahirkan BBLR.

Hal ini mungkin karena belum berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun
fisiologis ibu. Selanjutnya pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl atau anemia berat
ditemukan secara statistik tidak nyata melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati
mempunyai resiko 3,081 kali. Dari hasil analisa multivariat dengan memperhatikan masalah
riwayat kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat
mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
yang tidak menderita anemia berat.

C. Kelebihan Gizi Pada Ibu Hamil

Kelebihan gizi bukan istilah yang umum, istilah umumnya mungkin malnutrisi
(lebih/kurang, seringnya kurang). Apakah yang dimaksud kegemukan? Padahal orang yang
overweight/obese biasanya justru kurang gizi karena mereka menumpuk lemak dari
makanan-makanan yang mengandung kalori kosong (tinggi kalori, kosong nutrisi).Kelebihan
nitrisi juga bisa dapat terjadi, misalnya : Kelebihan zat besi (haemochromatosis) yang dapat
diakibatkan genetic atau efek samping transfuse darah dan kelebihan vitamin, akibat
konsumsi multivitamin.

Biasanya akan dibuang lewat urine (biasanya warna urine akan kuning menyala
setelah konsumsi multivitamin). Sayur dan buah semua bagus untuk kesehatan termasuk
kesehatan kulit.

Akan tetapi kombinasi super jika dikonsumsi secara variasi agar semua efek baiknya
(yang bervariasi antar buah dan sayur) dapat diserap tubuh setiap hari sebagai bagian dari
healthy diet. Saran saya untuk mengonsumsi 1 sayur/buah merah, orange dan hujau tiap hari.
Jika bisa diet-nya bisa berwarna seperti peangi untuk memaksimalkan semua fitonutrient dan
antioksidant ada di dalam diet anda.

D. Makanan Yang Baik Untuk Ibu Hamil

Saat hamil, sebaiknya bunda lebih memperhatikan makanan yang dikonsumsi sehari-
hari. Walaupun sedang mengandung jabang bayi, bukan berarti makan sekaligus 2 porsi.
Hati-hati berat badan yang naik secara berlebihan. Sebaiknya makan dalam jumlah wajar dan
pilih menu bermutu untuk kesehatan bunda dan janin di perut. Sebaiknya konsumsi : Ikan
laut mengandung banyak omega 3 yang baik untuk perkembangan otak.

Namun jika bunda tidak yakin dengan kualitas ikan laut akibat air laut yang tercemar,
coba ganti dengan ikan darat. Kebutuhan omega 3 bisa dipenuhi melalui sumplemen anjuran
dokter. Telur,pilih yang difortifikasi omega 3. Sayuran, pilih yang berwarna, jika perlu pilih
jenis organik. Daging, pilih yang segar dan bermutu baik. Batasi makan daging bagian jeroan,
seperti paru, babat dan usus karena kolesterolnya tinggi, Buah-buahan, pilih yang segar dan
berwarna karena vitaminnya lebih banyak. Cuci bersih kulit buah dengan sabun khusus buah
dan sayur, untuk membuang lapisan lilin.

Sumber karbohidrat, beras merah kebih unggul dari beras putih sebab kandungan
seratnya lebih banyak, vitamin dan mineralnya 2-3 kali lebih banyak (di antaranya vitamin B)
dan zat besinya lebih tinggi. Untuk roti, pilih dari gandum (whole wheat), bukan tepung putih
karena seratnya lebih banyak, dan Minyak goring, pilih minyak zaitun jenis untuk
menggoreng. Jika pakai minyak goreng kelapa sawit, gunakan minyak baru, jangan bekas
(jelantah) karena mengandung zat benzena yang mencetus kanker.

Sebaiknya menghindari konsumsi: Makanan mentah atau setengah matang,


seperti: telur mentah, daging setengah matang, kerang mentah, sashimi, sushi mentah, dan
lain-lain. Juga, hindari makanan olahan dari telur mentah, seperti dressing untuk salad dan
mayonnaise segar. Bahan pangan mentah atau setengah matang mungkin saja tercemar
kuman penyakit, sehingga menimbulkan infeksi. Misalnya, bakteri Listeria (mengakibatkan
keguguran atau janin meninggal dalam kandungan), bakteri Salmonella (memicu keguguran),
parasit Toksoplasma(janinberkondisi abnormal), sertabakteriE.Coli (merusakususdanginjal)
,ikanhiu, sushi mentah, seafood yang diasapkan, serta jenis ikan apapun yang berasal dari laut
atau sungai yang telah terpolusi,Kafein dan the herbal secaraberlebihan. Kafeinbisa
“menembusplasenta” serta akan mempengaruhi detak jantung serta system pernapasan janin.

Bahkan beberapa studi menyebutkan, minum kopi secara berlebihan erat


kaitannyadengan berat badan lahir bayi dan meningkatkan resiko mengalami keguguran dan
yang meninggal saat lahir.Hati-hati dengan beberapa teh herbal yang diramu dengan daun
raspberry atau rosemary, sebab bisa memicu terjadinya kontraksi, Keju dan produk susu
mentah atau belum dipasteurisasi. Seperti: susu mentah, keju lunak seperti
keju Brie,Camembert, Feta, Blue Cheese, dan Roquefort (kecuali pada label tertera dibuat
dari susu yang telah dipasteurisasi).

 Produk dari susu mentah atau belum dipasteurisasi (dipanaskan sampai suhu
60°C selama 30 menit untuk membunuh bakteri) bisa mengandung sejumlah kuman,
yaitu Listeria, Salmonella, E.coli, dan lain-lain, yang menyebabkan penyakit yang ditularkan
melalui makanan. Minuman alkohol, soda dan minuman lainnya yang kandungan gulanya
tinggi. Air putih dan jus buah segar adalah minuman paling baik dikonsumsi siapa pun,
terutama bagi ibu hamil.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan


A. Faktor fisik : kehamilan pada usia Tua,kehamilan multiple,kehamilan dengan
HIV.Riwayat kesehatan,status gizi,gaya hidup,perokok/alkoholik,hamil diluar
nikah/kehamilan yang tidak diinginkan dapat juga mempengaruhi kehamilan.
B.Faktor psikologis : stresor internal dan eksternal ( dimana stresor internal
meliputi stres ibu yang berasal dari diri ibu sendiri dan stressol eksternal yang berasal dari
luar bentukny sangat bervariasi contoh ekonomi.

F. Perubahan dan Adaptasi psikologis pada kehamilan


A. Trimester l : mual,muntah,lemah,lelah,dan pembesaran payudara. Akibatnya ibu
merasa tidak sehat dan merasakan kekecewaan,penolakan,kecemasan dan kesedihan.
B. Trimester ll : merasa sehat dan mengharapkan bayinya.ibu sudah menerima
kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih
kontruksi.pengenalan pada pergerakan fetus,pertumbuhan dan pembesaran abdomen serta
gerakan bayi saat di USG,membuat gambaran tersebut nyata.
C. Trimester lll : ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu,ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta
ketidaknormalan bayinya.

G. Peran bidan dalam persiapan psikologis ibu hamil trimester l,ll,lll

1. Mempelajari keadaan lingkungan penderita


2. Informasi dan pendidikan kesehatan
3.adaptasi pada lingkungan tempat bersalin

H. Suplementasi Asam Folat Pada Ibu Hamil

Asam folat penting bagi perkembangan janin,terutama terkait sistem saraf. Oleh
karena itu asupan asam folat yang cukup amat penting untuk ibu hamil lakukan bahkan sejak
sebelum kehamilan mengingat perkembangan sistem saraf terjadi diawal-awal kehamilan.Jika
memungkinkan,asam folat paling baik diberikan sejak 2 bulan sebelum kehmilan,saat masih
dalam tahap merencanakan kehamilan. Jika belum diberikan,sesegera mungkin kita dapat
mengandung. Selain untuk perkembangan saraf,sebagaimana disebut diatas,asam folat juga
berperan penting dalam produksi sel darah merah.

Pada kondisi defisiensi asam folat,yang dapat bermanifestasi pada anemia makrositik
hiperkrom( yang mana dapat juga terdapat keterlibatan defisiensi Vit B12),kita dapat
memberikan asam folat 1x2mg dan Vit B12 1x250-1000ug.

I. Gerakan seribu hari pertama Kehidupan


Masalah gizi dan kesehatan bukan disebabkan terutama oleh faktor genetik tetapi
faktor lingkungan hidup yang ddapat diperbaiki dengan fokus pada masa 1000
HPK.
Pentingnya 1000 HPK yakni :
1. Dampak jangka pendek
Perkembangan otak,pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan,metabolisme
glukosa,lipids,protein hormon/receptor/gen.
1.Dampak jangka panjang
kognitif dan prestasi belajar,kekebalan kapasitas kerja,diabetes,obesitas, penyakit
jantung,stroke,kanker,disabilitas lansia,dan pembuluh darah.

J. Pengertian spina bifida dan Anenchephaly


Spina bifida merupakan cacat lahir yang mana ditandai dengan terbentuknya celah
pada tulang belakang bayi. Kelainan ini dipicu oleh pembentukan tulang belakang yang tidak
sempurna pada bayi selama alam kandungan.penykitny disebut neural tube defect ( NTD)
penyebab dibalik spina bifida belum diketahui secara pasti. Namun para pakar menduga ada
beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicunya :
kekurangan asam folat,faktor keturunan,jenis kelamin,obat-obatan tertentu,dan obesitas.
diagnosisnya spina biifida dapat diperiksa dahulu melalui tes darah dan usg.

Anencephaly merupakan gangguan cephalic yang dihasilkan dari cacat pada tabung
saraf yang terjadi pada waktu rostral (kepala) bagian akhir dari tabung saraf gagal
menutup,biasanya terjai 23 dan 26 hari setelah terjadinya pembuahan mengakibatkan
sebagian besar dari otak,tengkorak dan kulit kepala tidak ada.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa makanan dan Gizi

seimbang merupakan makan yang cukup mengandung karbonhidrat dan lemak sebagai

sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai

zat pengatur.

Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama ibu hamil, namun tidak semua kebutuhan

nutrisi meningkat secara propesional. Karena ibu hamil merupakan kelompok yang cukup

rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap

proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan.

Ibu hamil membutuhkan tambahan energi dan zat gizi yang simbang untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin dengan tetap mempertahankan kebutuhan zat gizi ibu.
Jika ibu hamil mengalami kekurangan gizi akan menimbulkan masalah baik pada ibu
maupaun pada janin yang dikandungnya.

Kekurangan gizi juga akan memgakibatkan keguguran, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan bayi lahir dengan BBLR.Beberapa penelitian
membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian BBLR cukup besar pada ibu
hamil, apalagi kondisi gizi ibu sebelum hamil buruk.

Masalah gizi kurang pada ibu hamil ini dapat dilihat dari prevalensi Kekurangan
Energi Kronis (KEK) dan kejadian anemia. Untuk memperkecil resiko BBLR diperlukan
upaya mempertahankan kondisi gizi yang baiik pada ibu hamil. Upaya yang dilakukan berupa
pengaturan konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan, pemeriksaan kadar
Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil.

3.2  Saran

1) Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan


berupa penyuluhan bagi ibu hamil mengenai gizi seimbang pada masa kehamilan agar
dapat mengurangi kekurangan gizi pada ibu hamil.
2) Bagi ibu hamil agar rajin menmeriksakan kehamilannya secara rutin (minimal 1 bulan
sekali) untuk menjaga agar kenaikan berat badan tetap terjaga dengan cara
menimbang badan. Supaya kurangnya gizi pada ibu hamil cepat teratasi.
3) Bagi ibu hamil sebaiknya makan makanan yang benar-benar bergizi agar ibu dan
janinnya selalu sehat.

DAFTAR RUJUKAN

Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

http://health.detik.com/read/2013/05/28/123952/2257849/1307/adakah-efek-samping-dari-
kelebihan-gizi

http://www.masbied.com/search/akibat-kelebihan-nutrisi-pada-ibu-hamil

http://www.zwitsal.co.id/kehamilan/pregnancy-archive/159-ibu-hamil-boleh-makan-apa?
gclid=COCCz_iR5LoCFe2n4godvQgAfg

http://www.scribd.com/doc/24313905/Makalah-Gizi-Tentang-Anemia-Pada-Ibu-Hamil#

http://www.seputarduniawanita.com/2013/11/dampak-kekurangan-gizi-pada-ibu-hamil.html

http://yulieamal10.blogspot.com/2012/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kurang.htm

Anda mungkin juga menyukai