Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipersensitivitas Gigi
Hipersensitivitas gigi didefinisikan sebagai suatu rasa ngilu tajam yang
tidak dapat dianggap sebagai suatu kerusakan pada gigi maupun respon
patologis.13 Rasa ngilu yang dialami terkadang cukup sulit digambarkan,
tetapi pada umumnya dilaporkan sebagai suatu rasa ngilu tajam tetapi
singkat karena terbukanya dentin yang merupakan suatu respon pulpa
terhadap termal panas maupun dingin, taktil, osmotik, atau kimiawi tanpa
adanya keterlibatan suatu bakteri.6, 14 Rasa sakit dari hipersensitivitas gigi
ditimbulkan oleh adanya suatu rangsangan dan akan berkurang saat
rangsangan itu dihilangkan.13
1. Etiologi
Penyebab hipersensitivitas gigi dapat diklasifikasikan sebagai rasa
ngilu karena adanya suatu kavitas, dan rasa ngilu tanpa adanya suatu
kavitas.5 Rasa ngilu karena adanya suatu kavitas, antara lain adalah
hilangnya struktur enamel dan sementum, misalnya karena karies,
prosedur preparasi mahkota yang mengurangi struktur enamel atau
sementum, karies pada permukaan akar, dan keausan gigi yang
merupakan suatu kehilangan permukaan gigi secara progresif yaitu,
atrisi, erosi, abrasi, abfraksi; ngilu tanpa adanya suatu kavitas
umumnya karena resesi gingiva yang menyebabkan terpaparnya
permukaan akar.13,15
a. Karies
Karies gigi adalah penyakit infeksi mulut yang merupakan suatu
proses demineralisasi pada jaringan keras gigi oleh karena adanya
interaksi asam yang berasal dari makanan yang mengandung gula
dan bakteri kariogenik di dalam mulut yang terfermentasi dalam

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

4
jangka waktu yang lama.5 Karies menyebabkan demineralisasi
yang mengakibatkan adanya struktur gigi yang hilang yang
menyebabkan munculnya rasa ngilu pada gigi.13,16
b. Atrisi
Atrisi merupakan kehilangan struktur permukaan gigi yaitu berupa
keausan pada permukaan insisal atau oklusal gigi yang disebabkan
oleh adanya kontak antar gigi.6 Atrisi dapat disebabkan karena
bruxism yaitu clenching dan grinding pada gigi. Jika atrisi gigi
semakin parah, enamel akan benar-benar aus dan menyebabkan
terbukanya dentin yang biasanya terlihat dengan adanya garis
berwarna kecoklatan, sehingga terjadi peningkatan resiko terhadap
hipersensitivitas gigi.13,17
c. Abrasi
Abrasi adalah kehilangan struktur permukaan gigi, umumnya pada
bagian servikal yang disebabkan oleh adanya gesekan benda-benda
asing, misalnya sikat gigi yang kasar, atau pasta gigi abrasif yang
diaplikasikan dengan cara penyikatan gigi yang tidak benar.17,18
Kehilangan struktur permukaan gigi ini menyebabkan
13
meningkatnya rasa ngilu pada gigi.
d. Abfraksi
Abfraksi merupakan hilangnya struktur permukaan gigi berupa
kerusakan pada bagian servikal gigi yang disebabkan oleh
kekuatan oklusi eksentrik yang menyebabkan terbentuknya
cekungan tajam berbentuk huruf-V yang seringkali disebabkan
karena bruxism.13,19 Kehilangan struktur gigi pada bagian servikal
ini menyebabkan meningkatnya rasa ngilu pada gigi.13
e. Erosi
Erosi adalah hilangnya struktur permukaan gigi karena proses
kimia yang tidak melibatkan suatu bakteri.13 Erosi merupakan
demineralisasi sebagian email atau dentin akibat asam yang berasal
dari ekstrinsik maupun intrinsik, seperti konsumsi makanan atau

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

5
minuman asam yang dapat menurunkan pH saliva di dalam rongga
mulut sehingga menyebabkan terjadinya demineralisasi yang
menyebabkan terbukanya dentin dan rasa ngilu pada gigi.13,20
f. Resesi Gingiva
Resesi gingiva merupakan kondisi permukaan akar gigi yang
terbuka karena terjadinya migrasi dari margin gingiva ke cemento
enamel junction (CEJ). Jarak antara margin gingiva dan CEJ inilah
yang menunjukkan tingkat dari resesi. Resesi gingiva antara lain
dapat disebabkan karena penyakit periodontal dan cara penyikatan
gigi yang salah atau terlalu agresif. Resesi gingiva dapat
berpengaruh terhadap hipersensitivitas gigi karena terpaparnya
dentin, hal ini berkaitan dengan terlihatnya gigi klinis yang
panjang bila dibandingkan dengan gigi yang lain.21
2. Mekanisme
Dalam upaya memahami mekanisme penjalaran hipersensitivitas
gigi, berbagai macam teori telah dikembangkan, salah satu teori yang
paling awal adalah dentin diinervasi oleh karena itu syaraf dipicu
secara langsung oleh rangsangan. Sebuah teori lebih lanjut yang
dikembangkan oleh Rapp R, et al (1968) yaitu:
a. Mekanisme transduksi odontoblas
Odontoblas secara embriologis berasal dari sel-sel mesenkim yang
diturunkan dari syaraf. Odontoblas bertindak sebagai sel reseptor
yang bertindak sebagai perantara perubahan pada odontoblas
melalui sambungan sinaptik dengan syaraf. Hal ini bisa
memberikan sensasi ngilu dari ujung syaraf yang terletak pada
perbatasan dentin dan pulpa.22
b. Teori Hidrodinamik
Teori hidrodinamik merupakan penjelasan yang paling diterima
saat ini, yaitu mengenai transmisi rangsangan dari permukaan luar
dentin ke pulpa.22 Teori hidrodinamik pertama kali dikembangkan
oleh Gysi pada abad ke-19, pada teori ini dikatakan terdapat aliran

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

6
cairan yang keluar di sepanjang tubulus dentin. Gysi mengatakan
bahwa rangsangan pada permukaan dentin meningkatkan
perubahan aliran cairan yang akhirnya memicu syaraf pulpa.22
Pada tahun 1960-an Brannstrom menjelaskan bahwa, rangsangan
dari permukaan luar dentin akan menyebabkan pergerakan cairan
pada tubulus dentin. Pergerakan cairan pada tubulus dentin ini
menyebabkan terbentuknya suatu tekanan pada ujung syaraf dalam
tubulus dentin yang mentransmisikan rasa sakit dengan cara
merangsang syaraf pada pulpa.13 Berdasarkan teori hidrodinamik,
maka dasar pemikiran dari perawatan hipersensitivitas gigi adalah
menghalangi penjalaran suatu rangsangan dengan cara menutup
tubulus dentin yang terbuka.5
3. Diagnosis
Untuk melakukan perawatan hipersensitivitas gigi, diperlukannya
suatu diagnosis yang tepat, karena hipersensitivitas gigi mempunyai
suatu kondisi yang mirip dengan kondisi lain seperti karies, fraktur
pada gigi, restorasi dalam keadaan buruk atau yang baru dilakukan,
serta pulpitis reversibel.23,24 Untuk mendapatkan diagnosis
hipersensitivitas gigi yang pasti, beberapa hal yang harus dilakukan
adalah mengevaluasi, menyelidiki, dan membandingkan dengan gigi
lainnya untuk menghilangkan kemungkinan penyebab rasa sakit pada
gigi lainnya yang dapat menyebabkan kebingungan, selain itu suatu
riwayat klinis dan pertanyaan yang diajukan oleh seorang dokter gigi
dapat membantu mengumpulkan informasi penting yang akan
membantu dalam perawatan.24 Sebelum melakukan diagnosis pasti
dari hipersensitivitas gigi, penyebab rasa sakit pada gigi yang lain
harus dikesampingkan.
Beberapa teknik untuk menegakkan diagnosis yaitu, adanya respon
ngilu pada gigi terhadap suatu tekanan untuk menunjukkan adanya
suatu radang atau penyakit periodontal, adanya rasa sakit saat
menggigit suatu stik untuk menunjukkan adanya fraktur pada gigi,

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

7
serta penggunaan cahaya untuk menunjukkan adanya fraktur pada
gigi.23 Metode klinis sederhana untuk mendiagnosis hipersensitivitas
gigi dapat menggunakan aliran udara, menggunakan exploratory
probe pada dentin yang terpapar dengan gerakan dari arah mesial ke
distal, serta memeriksa semua gigi pada area di mana pasien
mengeluhkan rasa sakit.10 Metode lain untuk mendiagnosis
hipersensitivitas gigi yaitu dapat menggunakan electric pulp test
(EPT), dimana alat ini dapat digunakan sebagai sensibility test pada
gigi. Hipersensitivitas gigi merupakan suatu kondisi yang sangat
responsif terhadap stimulus yang dapat ditentukan menggunakan
sensibility test tersebut.25
EPT merupakan alat untuk mengukur vitalitas pulpa gigi dengan
mengirimkan arus listrik yang meningkat melalui gigi untuk
merangsang respon sensorik. Angka yang ditunjukkan pada EPT
tergantung dari merk EPT yang digunakan, namun seringkali pada
angka 1-80, jika pasien merasakan sensasi sebelum angka mencapai
80 maka pulpa masih dalam keadaan vital, sedangkan jika pasien tidak
merasakan sensasi sampai angka 80 maka pulpa dalam keadaan tidak
vital. Dalam menggunakan EPT hal pertama yang dilakukan adalah
mengeringkan dan mengisolasi gigi sebelum melakukan pengujian
untuk mengurangi kemungkinan arus yang mengalir di sepanjang
permukaan gigi yang basah ke jaringan gingiva dan menciptakan
respon positif palsu.26 Cara penggunaannya adalah setelah diisolasi,
oleskan pasta gigi sebagai suatu konduktor pada bagian gigi yang
akan diukur yaitu bagian bukal, setelah itu letakkan EPT pada gigi dan
diatur angka pada EPT mulai dari yang terkecil dan terus naik ke
angka yang lebih besar hingga timbulnya suatu rasa ngilu pada gigi.27
4. Perawatan
Dalam menangani hipersensitivitas gigi terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan yaitu, rencana perawatan mencakup penilaian lebih
lanjut, dental health education (DHE) kepada pasien, serta

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

8
perawatannya.13 Pada hipersensitivitas gigi yang disebabkan oleh
adanya suatu kavitas, diperlukan restorasi dalam penanganannya,
misalnya dengan menggunakan bahan semen ionomer kaca ataupun
komposit. Pada hipersensitivitas gigi yang disebabkan bukan karena
suatu kavitas, diperlukan perawatan seperti pemberian agen
desensitisasi. Terdapat dua klasifikasi cara pemberian agen
desensitisasi dalam menangani hipersensitivitas gigi yaitu, klasifikasi
berdasarkan mekanisme aksi dari teori hidrodinamik dan at home atau
in-office.5
a. Klasifikasi berdasarkan mekanisme aksi dari teori hidrodinamik:
1) Klasifikasi berdasarkan mekanisme aksi dari teori
hidrodinamik yang pertama adalah mencegah depolarisasi syaraf
yang mengganggu transmisi syaraf ke pulpa, proses ini menjadi
dasar untuk produk berbasis garam kalium.13
2) Klasifikasi yang kedua yaitu dengan cara mencegah
rangsangan memblok aliran cairan tubulus dengan menutup
lubang tubulus dentin atau pengurangan diameter lumen
tubulus.13
b. Klasifikasi dengan agen desensitisasi at home atau in-office
Klasifikasi dengan agen desensitisasi at home meliputi obat kumur,
permen karet, dan pasta gigi. Sebagian besar pasta gigi
mengandung garam kalium atau potassium, sodium fluoride,
strontium chloride, dibasic sodium citrate, formaldehyde, sodium
monofluorphosphate, dan stannous fluoride. Garam kalium bekerja
dengan cara difusi di sepanjang tubulus dentin dan mengurangi
rangsangan serabut syaraf intradental dengan cara menghalangi
aksi aksonik. Hasil terapi agen desensitisasi at home ini harus
ditinjau setiap 3-4 minggu, jika tidak ada hasil yang baik, terapi
agen desensitisasi in-office harus dilakukan. Terapi agen
desensitisasi in-office dilakukan pada tempat praktik dokter gigi
yang biasanya diaplikasikan oleh dokter gigi tersebut.28 Terapi

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

9
agen desensitisasi in-office diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
berdasarkan lamanya waktu setting seperti, semen ionomer kaca
atau komposit, dan bukan berdasarkan lamanya waktu setting
seperti, oxalates, varnishes. 29

B. Pasta Gigi
Berdasarkan American Dental Association, pasta gigi merupakan
suatu pasta yang diaplikasikan menggunakan sikat gigi sebagai suatu
bahan untuk membersihkan, menjaga estetika, dan menjaga kesehatan
gigi. Pasta gigi digunakan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
yang berfungsi sebagai bahan abrasif yang membantu menghilangkan
plak, sisa-sisa makanan, menghilangkan halitosis, mencegah karies gigi,
peradangan pada gusi, serta meredakan hipersensitivitas gigi. Terdapat
beberapa klasifikasi dari pasta gigi yaitu, pasta gigi untuk pencegahan dan
perawatan karies; pasta gigi untuk pencegahan dan perawatan penyakit
periodontal; pasta gigi untuk whitening dan bleaching; pasta gigi dengan
tujuan tertentu; pasta gigi untuk perawatan hipersensitivitas gigi.30
Mekanisme dari pasta gigi hipersensitivitas gigi dibagi menjadi dua yaitu
analgesic toothpastes dan dentine tubule blocking toothpastes.
1. Analgesic toothpastes
Pasta gigi yang mengandung garam kalium mengandung tingkat
ekstraseluler K+ yang tinggi, sehingga dapat mencegah polarisasi
kembali membran sel syaraf dan menghambat transmisi impuls tanpa
menyebabkan perubahan pada pulpa. Pasta gigi dengan kandungan
garam kalium juga memiliki sifat pengoksidasi sehingga dapat
menghalangi tubulus dentin dengan cara mengkristalisasinya. Efek
analgesik pada pasta gigi dapat ditingkatkan dengan menambahkan zat
tambahan, ukuran partikel yang dapat menembus tubulus dentin, serta
yang cukup stabil jika terjadi iritasi secara mekanis maupun kimiawi.30

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

10
2. Dentine tubule blocking toothpastes
Senyawa fluorida dapat menghalangi tubulus dentin, stannous fluoride
memiliki kemampuan untuk menghalangi tubulus dentin dan
membentuk lapisan pelindung pada permukaan gigi, dengan
menciptakan reaksi Sn2+ dengan senyawa natrium, kalsium, dan fosfat.
Selain itu, dengan menambahkan ion kalsium dan fosfat,
digabungkannya dengan ion fluorida di permukaan enamel, sebagai
tambahan dalam menghambat tubulus dentin, untuk mengurangi
hipersensitivitas gigi. Penggabungan ion ini terbilang cukup sulit,
karena cenderung bereaksi dalam tabung pasta gigi dan membentuk
senyawa yang tidak efektif. Pasta gigi dengan kandungan garam kalium
juga dapat menghambat tubulus dentin dengan adanya suatu bahan
abrasif pada pasta gigi.30

C. Pasta Gigi Hipersensitivitas Gigi


1. Pasta gigi kalium nitrat
Pasta gigi berbasis garam kalium merupakan pasta gigi yang paling
umum digunakan pasien untuk meredekan hipersensitivitas gigi.
Garam kalium meliputi kalium nitrat, kalium sitrat, dan kalium klorida
telah digunakan sebagai agen desensitisasi sebagai bahan untuk
menghilangkan rasa tidak nyaman pada gigi. Ion kalium diyakini
memiliki efek depolarisasi pada konduksi syaraf elektrik, yang
menyebabkan rangsangan pada serabut syaraf berkurang, sehingga
mengurangi sensasi rasa ngilu pada pasien.31 The United States Food
and Drug Administration (FDA) telah meninjau data klinis tentang
keampuhan pasta gigi berbasis kalium nitrat 5% terhadap
keefektifannya dalam meredakan hipersensitivitas gigi, serta telah
mengklasifikasikan pasta gigi berbasis kalium nitrat sebagai agen
desensitisasi yang aman dan efektif dalam meredakan hipersensitivitas
Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

11
gigi. Pasta gigi berbasis kalium nitrat digunakan setidaknya dua kali
sehari selama dua minggu untuk menghasilkan perkiraan tingkat
sensitivitas pada gigi, dan dalam periode waktu yang lebih lama, yaitu
4-8 minggu untuk menunjukkan tingkat penghilang rasa ngilu yang
lebih signifikan.
Strontium chloride 10% adalah bahan pembloking tubulus dentin
pertama yang digunakan dalam pasta gigi. Pasta gigi ini masih dapat
ditemukan, namun sebagian besar telah dikalahkan oleh pasta gigi
berbasis garam kalium karena pasta gigi berbasis garam kalium lebih
efektif dalam mengurangi hipersensitivitas gigi daripada strontium
chloride. Pasta gigi berbasis kalium juga mengandung fluorida untuk
perlindungan kavitas pada gigi, selain itu juga mengandung beberapa
bahan lain untuk memberi manfaat tambahan, seperti mengontrol
karang gigi, dan pemutihan gigi.32
2. Pasta gigi Eugenia caryophyllus
Eugenia caryophyllus bisa ditemukan pada beberapa macam
tumbuhan, seperti kemangi, pala, kayu manis, dan lemon, namun
seringkali diambil dari tanaman cengkeh.11 Minyak yang diekstraksi
dari tanaman cengkeh dikenal dengan nama eugenol yang bisa di
ekstraksi dari tunas, daun, atau batangnya.12 Nama eugenol diambil
dari nama ilmiah tanaman cengkeh itu sendiri, yaitu Eugenia
aromaticum atau Eugenia caryophyllata .11 Eugenia caryophyllus
mengandung tingkat tinggi dari eugenol yaitu dengan konsentrasi
antara 60-90%.12
Dalam pengobatan, Eugenia caryophyllus atau eugenol ini
digunakan sebagai obat antiseptik dan anastesi, hal ini diyakini bisa
menghilangkan rasa sakit dengan cara dioleskan ke kulit atau ke
bagian tubuh yang terluka. Dalam bidang kedokteran gigi, eugenol
seringkali diaplikasikan pada gigi berlubang, sebagai bahan restoratif,
sebagai bahan yang dioleskan pada gusi sebelum memakai gigi tiruan,
serta untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat pulpitis

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

12
maupun hipersensitivitas gigi.11,33 Eugenol adalah komponen minyak
cengkeh yang memainkan peran penting dalam kebersihan gigi dan
mulut, yaitu digunakan sebagai bahan perasa, bahan untuk
menghilangkan iritasi, serta sebagai bahan anastesi lokal.11 Eugenia
caryophyllus atau eugenol dalam minyak cengkeh ini juga seringkali
digunakan sebagai bahan dasar dari pasta gigi.34
Eugenol seringkali dikombinasikan dengan zinc oxide sebagai
bahan pulp capping, perawatan saluran akar, dan tumpatan
sementara.33 Eugenol yang diaplikasikan pada dentin dalam bentuk
zinc oxide eugenol (ZOE), dan sebagian kecil dari eugenol ini berdifusi
melalui dentin ke pulpa. Pada konsentrasi yang lebih rendah, eugenol
memiliki efek anastesi lokal, dan anti-inflamasi pada pulpa gigi,
dengan demikian penggunaan ZOE sebagai bahan tumpat sementara
dapat mempermudah penyembuhan pada pulpa.11 Pada penelitian yang
dilakukan oleh Aishwarya (2014), dikatakan bahwa minyak cengkeh
akan mendominasi mekanisme utama perifer, dan kandungan eugenol
yang terdapat di dalam minyak cengkeh diyakini dapat menekan
reseptor sensorik rasa ngilu pada gigi. Eugenol tidak hanya digunakan
sebagai bahan pulp capping, perawatan saluran akar, tumpatan
sementara, dan bahan pada pasta gigi saja, namun juga digunakan
sebagai bahan penyedap ataupun perasa dalam berbagai produk
kosmetik dan makanan.33
Eugenol dianggap aman sebagai bahan pada makanan.35 Komite
World Health Organization (WHO) tentang bahan makanan telah
mengizinkan asupan eugenol harian yang dapat diterima sebesar 2,5
mg / kg berat badan untuk manusia. Hal ini dianggap non-karsinogenik
dan non-mutagenik, hal ini diakui aman oleh Food and Drug
Administration (FDA).33 Penggunaan eugenol sangat bervariasi,
namun penggunaan eugenol dalam meredakan gigi sensitif bisa
berbahaya terutama dalam dosis yang tidak dianjurkan, untuk itu tidak
dianjurkan dikonsumsi untuk semua orang.12

Perbedaan Pengaruh Pasta Gigi Berbahan Dasar Kalium Nitrat dan Eugenia caryophyllus terhadap Hipersensitivitas Gigi
Canti Ardhanari Putri

13

Anda mungkin juga menyukai