Di Susun Oleh :
2. Etiologi
Menurut Nugroho (2012), beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab antara lain:
a. Cacat bawaan : an encefalus
b. Defisiensi sulfatese plasenta
c. Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai tokolitik anti prostaglandin:
albutamol, progestin, asam mefenamat, dan sebagainya.
d. Menurut Hanifa dalam Norma dan Dwi (2013), faktor lain adalah hereditas, karena
post matur/ post date seiring dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
e. Karena saraf uterus, tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
mengakibatkan kontraksi uterus. Pada keadaan tidak ada tekanan pada pleksus,
seperti kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi sehingga
diduga sebagai penyebab kehamilan postterm.
(Maryunani dan Sari, 2013)
3. Diagnosis
Menurut Manuaba dkk (2012), dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengetahui tanggal haid terahir, sehingga perkiraan tanggal lahir dapat ditentukan
dengan rumus neagle.
b. Melalui perkiraan aktivitas janin dalam rahim.
c. Membandingkan dengan kehamilan orang lain yang sudah bersalin.
d. Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air ketuban berkurang.
e. Pemeriksaan USG, dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat
diukur dengan teliti tanpa bahaya.
(Norma dkk, 2013).
f. Pemeriksaan rontgenologik, dengan pemeriksaan ini pada janin matur dapat
ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian distal femur dan bagian proksimal
tibia, diameter bipariental kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah
kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongen terhadap janin (Nugroho, 2012).
g. Pemeriksaan sitologi liquor amnion. Amnioskopi dan pemeriksaan pH-nya dibawah
7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin (Nugroho, 2012).
4. Manifestasi klinis
a. Keadaan klinis dapat ditemukan: gerakan janin yang jarang, secara subyektif kurang
dari 7x/20 menit atau secara obyektif kurang dari 10x/20 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:
1) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2) Stadium II: seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
3) Satdium III: seperti stadium I disertai pewarnaan pada kuku, kulit, dan tali pusat
(Nugroho, 2012).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:
a. Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42 minggu, berat janin,
evaluasi hasil USG, dan kematangan servik uteri.
b. Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu), yaitu mengharap proses
persalinan tanpa rangsangan dari luar, dengan tetap melakukan evaluasi kesejahteraan
janin yang adekuat.
c. Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam 500
cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes, dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan
tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30
tetes kontraksi maksimal telah tercapai, mka tetesan dipertahannkan. Apabila terjadi
kegagalan, ulangi induksi dengan selang aktu 24-48 ja, atau lakukan operasi seksio
sesarea (Maryunani dan Eka, 2013).
d. Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan elektronik jantung janin,
memberi oksigen bila ditemukan keadan jantung yang abnormal, memperhatikan
jalanya persalinan, dan segera setelah bayi lahir harus diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi (Saifuddin, 2009).
e. Langsung dengan seksio sesarea
Tinjauan umum tentang Induksi Persalinan
1. Pengertian induksi persalinan
a. Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik
secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim
sehingga terjadi persalinan (Wiknjosastro, 2007).
b. Induksi adalah tindakan/langkah untuk memulai persaliann yang sebelumnya belum
terjadi, bisa secara mekanik maupun kimiawi (farmakologik) (Nugroho, 2012).
2. Indikasi
a. Berdasarkan Chamberlain dkk (2012), postmatur (ketika kehamilan melampaui
tanggal taksiran partus) masih menduduki tempat pertama dalam daftar, diikuti oleh
dugaan hambatan apertumbuhan janin, dan hipertensi maternal.
b. Menurut Nugroho (2012), indikasi untuk induksi adalah:
1) Penyakit hipertensi pada kehamilan.
2) Diabetes mellitus
3) Ketuban pecah dini, janin viable
4) Gangguan pertumbuhan intrauterine
5) Isoimunisasi
6) Kematian janin dalam kandungan
3. Kontraindikasi
a. Insufisiensi plasenta
b. Cacat rahim, misal riwayat seksio sesarea, dan enukleasi miom.
c. Grade multipara.
d. Gemelli
e. Disproporsi sefalopelvis
f. Plasenta previa
g. Letak lintang atau obliq
h. Gawat janin
i. Presentasi bokong murni
4. Komplikasi
Menurut Liu (2008), beberapa komplikasi dari induksi diantaranya:
a. Kegagalan induksi
Kegagalan induksi menggambarkan keadaan ketika aktivitas uterus yang efektif tidak
terjadi atau tidak dipertahankan.
b. Infeksi intrauterus
Setelah ketuban pecah infeksi intrauterus dan janin mungkin terjadi.
c. Prolaps tali pusat
Komplikasi ini lebih mungkin terjadi jika bagian presentasi janin tidan menempel
dengan baik pada serviks atau jika terdapat polihidramnion.
5. Metode induksi
Metode yang digunakan Nugroho (2012) untuk induksi persalinan, sebagai berikut:
a. Induksi secara farmakologis
Metode induksi secara farmakologis meliputi prostaglanding (PEG1:
misoprostol) dan oksitosin. Misoprostol dapat diberikan secara vaginal, oral (buccal),
atau sublingual. Misoprostol tidak bisa digunakan untuk stimulasi, dan tidak boleh
digunakan untuk induksi persalinan dengan riwayat operasi sesar (SC).
b. Titrasi/ drip oksitosin dosis rendah
Titrasi oksitosin 2,5—5 IU dalam dekstrose 5% 500 ml, diberikan secara drip
sampai maksimal 2 botol (1000 ml). Bila setelah 3 botol tidak terjadi kontraksi atau
belum tercapai skor bishop >5, maka pasien diistirahatkan selama 24 jam kemudian
diulangi lagi. Bila 2 seri induksi ternyata tidak ada kontraksi atau tidak tercapai skor
bishop >5, maka induksi dapat disebut gagal.
c. Insersi foley intrauterine
d. Stimulasi dengan amniotomi dan stipping
1) Amniotomi/ ARM (artificial rupture of the membranes) dikerjakan apabila
penderita benar-benar sudah dalam persalinan, kepala janin telah masuk dalam
panggul dan membuka sekurang-kurangnya 2-3 cm.
2) Stripping/ sweeping yaitu melepaskan atau memisahkan selaput kantong ketuban
dari segmen bawah uterus dengan cara:
a) Manual: dengan jari tengah/ telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis
hingga di atas os. Uteri internum dan bergerak melingkar untuk melepaskan
selaput ketuban dari segmen bawah rahim.
b) Dengan balon kateter foley yang dipasang di dalam segmen bawah uterus
melalui kanalis servikalis, diisi cairan (dapat sampai 100cc pada foley no. 24)
bertujuan mendorong selaput ketuban di daerah bawah uterus sampai terlepas
(bukan untuk dilatasi serviks).
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. P G2P1A0
UMUR 36 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI SEROTINUS DI RSU
ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
I. TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
b. Tanda-tanda persalinan
Kontraksi sejak tanggal 13 maret 2017 pukul 17.45 WIB, frekuensi 2x dalam
10 menit selama 25 detik, kekuatan sedang, lokasi nyeri pada perut bagian bawah.
c. Riwayata menstruasi
1) Menarche : ibu mengatakan haid pertama 13 tahun
2) Siklus : ibu mengatakan jarak haidnya 28 hari
3) Lama : ibu mengatakan lama haidnya 7 hari
4) Banyaknya : ibu mengatakan ganti pembalut 2-3x/ hari
5) Teratur/tidak : ibu mengatakan haidnya teratur
6) Sifat darah : ibu mengatakan darah haidnya merah encer disertai gumpalan.
7) Disminorhoe : ibu mengatakan kadang-kadang merasa nyeri perut bagian bawah
d. Riwayat perkawinan
1) Status perkawinan : Sah, kawin 1 kali
2) Kawin/menikah : umur 27 tahun, suami umur 23 tahun
3) Lamanya : 9 tahun, anak 1 orang
h. Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit sekarang
Ibu mengatakan sedang tidak sakit apapun seperti batuk, pilek, demam.
2) Riwayat penyakit sistemi
a) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri dada sebelah kiri atau
berdebar-debar, cepat lelah, berkeringat dingin saat beraktivitas ringan
b) Gijal : ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada pinggang kanan/kiri
c) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak napas
d) TBC : ibu mengatakan tidak pernah sakit batuk lebih dari 15 hari
e) Hepatitis : ibu mengatakan anggota tubuhnya tidak pernah terlihat kuning.
f) DM : ibu mengatakan tidak pernah mudah lapar/ haus/ BAK >4x di malam
hari.
g) Hipertensi : ibu mengatakan tekanan darahya tidak pernah >140/90 mmHg.
h) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang
i) Lain-lain : ibu mengatakan tidak memiliki peyakit lainnya seperti HIV-AIDS,
PMS
5) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.
B. INTERPRETASI DATA
Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.10 WIB
1. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, letak
memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan hodge I, inpartu kala I fase laten
dengan kehamilan serotinus.
Data Dasar:
DS :
a. Ibu mengatakan bernama Ny. P berumur 36 tahun
b. Ibu mengatakan ini kehamilan ke-2 dan belum pernah keguguran sebelumnya.
c. Ibu mengatakan hari pertama haid terahir pada 20 Mei 2016.
d. Ibu mengatakan perkiraan lahir bayinya tanggal 27 Februari 2017
DO :
a. Keadaaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD: 120/80 mmHg R: 20x/menit
N : 80x/menit S: 36,7 C
d. Kontraksi : Sedang, 2x dalam 10 menit selama 25 detik
e. Leopold I : TFU: 2 jari dibawah processus xyphoideus.
Bagian fundus teraba bulat, lunak (bokong)
f. Leopold II
Kana : teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas)
Kiri : teraba panjang, keras seperti papan (punggung)
g. Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, melenting, dan keras, (kepala)
h. Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul, penurunan hodge
I (4/5 bagian).
i. TFU Mc Donald : 31 cm
j. TBJ : (31-11) x 155 = 3100 gram
k. DJJ : 136x/ menit
l. Vagina Toucher : portio tebal, pembukaan 2 cm, kulit ketuban
utuh, presentasi kepala, penurunan hodge I.
2. MASALAH
Ibu mengatakan cemas karena kehamilannya sudah lewat perkiraan lahir.
3. KEBUTUHAN
Memberikan support mental pada ibu agar tidak cemas dalam menghadapi persalinannya.
C. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Pada ibu mengalami partus lama
2. Pada janin mengalami IUFD
D. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
1. Infus RL 20 tetes/menit
2. Induksi oxytocin drip 5 IU dengan 20 tetes/menit.
E. RENCANA TINDAKAN
Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.15 WIB
1. Beritau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman
3. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.
4. Ajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi
5. Anjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan minum) pada ibu di antara HIS.
6. Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi
7. Observasi kemajuan persalinan
8. Berikan terapi sesuai advice dokter drip oxytocin 5 IU 20 tetes per menit, dan mengganti
cairan infus saat habis.
9. Observasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali pada pemasangan cairan infus pertama,
obserfasi DJJ dan kontraksi setiap 15 menit sekali pada pemasangan cairan infus kedua.
F. PELAKSANAAN
Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.20 WIB
1. 19.20 WIB Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dan janin
dalam keadaan baik, namun belum ada pembukaan, dan belum ada tanda-tanda kemajuan
persalinan.
2. 19.23 WIB Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman seperti jalan-jalan (bila
kuat), tidur miring kiri/kanan.
3. 19.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu sebelum pembukaan
lengkap agar tidak terjadi pembengkakan jalan lahir/ kehabisan tenaga sebelum
persalinan .
4. 19.27 WIB Mengajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi yaitu dengan tarik napas
panjang dari hidung dan hembuskan secara perlahan dari mulut.
5. 19.30 WIB Menganjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan minum) pada ibu
di antara HIS, sebagai penambah energi untuk tenaga saat meneran.
6. 19.35 WIB Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi:
a. Partus set:
1) 1 klem tali pusat
2) Umbilical klem
3) Gunting tali pusat
4) ½ kocher
5) Kassa steril
6) Kateter
7) Gunting episiotomi
b. Heacting set:
1) Jarum steril
2) Benang steril (catgut)
3) Kassa steril
4) Kom berisi betadine
5) Pinset anatomis
c. Alat resusitasi:
1) Penghisap lendir
2) Sungkup
d. Pakaian ibu:
1) Jarik
2) Pakaian bersih
3) Celana dalam
4) Pembalut
e. Pakaian bayi:
1) Popok
2) Baju
3) Bedong
4) Topi
7. 19.45 WIB Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi: nadi, suhu, respirasi setiap 30
menit sekali dan tekanan darah, pembukaan serviks setiap 4 jam sekali.
8. 19.47 WIB Memberikan terapi sesuai advice dokter dengan mengganti cairan infus drip
oxytocin 5 IU saat cairan infus habis dengan tetesan 20 tetes per menit.
9. 19.50 WIB Mengobservasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali.
10. 23.00 WIB Melakukan pemeriksaan dalam ke dua
11. 01.00 WIB Melakukan pemeriksaan dalam ke tiga
G. EVALUASI
Tanggal: 14 Maret 2017 pukul: 01.05
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu sudah memilih posisi yang nyaman (miring kiri)
3. Ibu bersedia untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.
4. Sudah diajarkan pada ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi.
5. Ibu bersedia makan dan minum pada pukul 20.15 WIB dengan jenis: sepotong roti dan minum
1 gelas teh hangat pada sela-sela HIS.
6. Telah disiapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi.
7. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan dengan hasil: (terlampir)
8. Telah dilakukan observasi DJJ dan kontraksi dengan hasil: (terlampir)
9. Telah dilakukan pemeriksaan dalam ke dua pada pukul 23.00 WIB dengan hasil: Portio tipis,
pembukaan 8 cm, kulit ketuban utuh, presentasi kepala, UUK jam 1, penurunan hodge III.
10. Telah dilakukan pemeriksaan dalam ke tiga dengan hasil: Portio tidak teraba, pembukaan 10
cm, kulit ketuban sudah pecah, presentasi kepala, UUK jam 12, penurunan hodge IV.
DATA PERKEMBANGAN I
KALA II
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.00 WIB
S : Subyekif
1. Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng semakin kuat
2. Ibu mengatakan ingin mneran
3. Ibu mengatakan merasa ingin BAB
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD :120/80 mmHg N: 82x/ menit
R : 22x/ menit S: 36.7C
4. HIS : 4x dalam 10 selama 45 detik
5. DJJ : 136x/ menit, teratur.
6. Inspeksi pemeriksaan tanda gejala kala II:
a. Ada tekanan dari anus
b. Perinium menonjol
c. Vulva membuka
7. Pemeriksaan dalam
a. Portio : tidak teraba
b. Pembukaan : 10 cm
c. Ketuban : sudah pecah
d. Presentasi : belakang kepala
e. Posisi : UUK jam 12
f. Penurunana : hodge IV
8. Ekstremitas kanan atas terpasang infur RL drip oxytocin 5 IU dengan tetesan
20 tpm.
A : Assesment
Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, inpartu kala II dengan induksi atas
indikasi serotinus.
P : Planning
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.05 WIB
1. Memberitau ibu bahwa hasi pemeriksaan pembukaan sudah lengkap dan akan
dipimpin bersalin.
2. Memeriksa kembali partus set.
3. Mengatur posisi ibu dengan dorsal recumbent yaitu kaki ditekuk dan telapak
kaki menapak di tempat tidur, tangan berada pada pergelangan kaki.
4. Mengajarkan pada ibu cara meneran yang benar yakni saat ada kontraksi ibu
meneran dengan kepala menunduk, dan meneran tanpa bersuara, sedang mata
tetap membuka.
5. Melakukan pertolongan persalinan kala II
a. Menggunakan celemek
b. Mencuci tangan 6 langkah dengan air mengalir
c. Meletakkan kain bersih di atas perut ibu
d. Meletakkan underpad di bawah bokong ibu
e. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
f. Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perinium dengan tangan kanan dengan dilapisi kain bersih.
g. Melahirkan kepala bayi, tangan kiri berada di vertek untuk menahan
kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal, dan menganjurkan ibu
meneran saat ada kontraksi.
h. Setelah kepala bayi lahir, periksa lilitan tali pusat dan menunggu bayi
melakukan putaran paksi luar.
i. Meletakkan tangan penolong secara biparetal pada kepala bayi dengan
tangan terkuat berada di atas, dengan perlahan gerakkan kepala bayi ke
bawah dan distal hingga bahu depan lahir, kemudian gerakkan ke atas dan
distal hingga bahu belakang lahir.
j. Menggeser tangan kanan ke arah perinium ibu untuk menyangga kepala
bayi, sedang tangan kiri menyusuri badan bayi hingga ujung kaki.
EVALUASI
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.15 WIB
1. Ibu sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap dan siap dipimpin bersalin.
2. Partus set sudah diperiksa dan sudah lengkap.
3. Posisi ibu sudah diatur dengan posisi dorsal recumbent.
4. Sudah diajarkan pada ibu cara meneran yang benar dan ibu sudah paham.
5. Telah dilakukan pertolongan persalinan kala II, bayi lahir spontan pukul 01.15 WIB, jenis
kelamin perempuan, gerakan aktif, usaha napas baik, menangis spontan, warna kulit kemerahan,
BB: 3000 gram, PB: 48 cm, LK/LD: 30/31 cm, anus berlubang APGAR score 8.
DATA PERKEMBANGAN II
KALA III
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.16 WIB
S : Subyekif
1. Ibu mengatakan bahagia atas klahiran anaknya.
2. Ibu mengatakan masih merasa mules-mules.
O : Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 22x/ menit
N : 84x/ menit S : 36.7C
4. Palpasi uterus : Tidak teraba jain ke dua
5. Kontraksi : Keras
6. TFU : Setinggi pusat
7. Ekstremitas kanan atas terpasang infur RL drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm
8. Inspeksi tanda-tanda pelepassan plasenta
A : Assesment
Ny. P G2P1A0 umur 36 tahun, inpartu kala III dengan induksi atas indikasi serotinus.
P : Planning
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.20 WIB
1. Menyuntikkan oxy 5 IU secara IM pada 1/3 paha atas lateral dalam waktu kurang dari
1 menit setelah bayi lahir dan jelaskan pada ibu tujuan dari tindakan yakni agar ari-ari
cepat lahir.
2. Memastikan tanda pelepasan plasenta.
3. Membantu persalinan plasenta
a. Memindah klem 5-6 cm di depan vulva
b. Melakukan penegangan tali pusat setiap ada kontraksi menggunakan tangan kanan ke
arah bawah sejajar lantai dengan telapak tangan menghadap ke atas, sedang tangan kiri
berada di atas simfisis mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial).
c. Lakukan dorsokranial hingga plasenta lepas, minta ibu meneran dan penolong
membantu menegangka tali pusat mengikuti poros jalan lahir.
d. Bila tali pusat bertambah panjang, maka pindahkan klem 5-6 cm di depan vulva,
kemudian lakukan penegangan tali pusat kembali.
e. Setelah plasenta berada pada introitus vagina, lahirkan plasenta menggunakan kedua
tangan dengan memutar plasenta searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin.
f. Melakukan massase pada perut ibu selama 15 detik.
g. Memeriksa kelengkapan plasenta dan letakkan pada tempat yang telah disediakan
(kendil).
4. Memeriksa kemungkinan adanya laserasi pada jalan lahir
EVALUASI
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.25 WIB
1. Ibu sudah disuntik oxytocin 5 IU secara IM pada 1/3 paha atas lateral.
2. Telah terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat bertambah panjang, terdapat
semburan darah tiba-tiba dari jalan lahir, uterus globular.
3. Plasenta lahir spontan pada pukul 01.25 WIB, selarut ketuban utuh, kotiledon lengkap,
panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat.
4. Terdapat laserasi derajat II.
EVALUASI
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.40 WIB
1. Telah dilakukan observasi keadaan umum ibu dengan hasil:
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20x/ menit
N : 80x/ menit S : 36.7 C
2. Perinium sudah dijahit dengan tehnik jelujur
3. Ibu sudah disibin dengan air DTT dan sudah gantai pakaian.
4. Telah dilakukan observasi TD, nadi, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan, dengan hasil:
Tabel. 4.2 Observasi Kala IV
II. PEMBAHASAN
Pada pengkajian ini penulis akan membandingkan antara hasil studi kasus dengan teori.
Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus di lahan. Dari hal
tersebut penulis dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang ada
menggunakan langka-langkah manajemen kebidanan yaitu:
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Nurasiah dkk,
2014). Keluhan utama ibu bersalin dengan serotinus dan keluarga yakni merasa cemas
bilamana kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan. (Prawirohardjo,
2009). Data obyektif pada bersalin dengan serotinus dari hasil pemeriksaan umum
didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat badan menurun
(Nugroho, 2012). Pada pemeriksaan sistematis didapatkan hasil pemeriksaan lingkar
perut mengecil, TFU mengalami penurunan, DJJ <120x/menit atau >160x/menit
(Nugroho, 2012). Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan seperti USG, KTG,
amnioskopi/amniotomi, atau sitologi vagina (Norma dan Dwi, 2013).
Pada kasus didapati data dasar subyektif Ny. P dengan keluhan utama merasa
cemas karena kehamilannya sudah melewati perkiraan lahir, dan kenceng-kenceng pada
perut bagian bawah. Pada data obyektif didapati keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, dan tidak mengalami penurunan berat badan. Lingkar perut tidak
mengecil, TFU tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal. Sedang pada pemeriksaan
penunjang hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb:11,3 gr/dl,
leukosit:13,5 ribu/ul, trombosit:208 ribu/ul, HBSag: Non Reaktif, golongan darah: A.
Pada langkah ini penulis menemukan beberapa kesenjangan yaitu pada data
obyektif dan pemeriksaan sistematis (lingkar perut, TFU dan DJJ), dan pada pemeriksaan
penunjang.
B. Interpretasi Data
Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik (Walyani, 2014).
Diagnosa kebidanan dengan kasus serotinus: Ny..., umur...tahun, G...P...A...,
hamil... minggu, letak..., presentasi..., punggung..., bagian terbawah janin masuk...
bagian, dengan kehamilan serotinus inpartu kala I fase... Masalah yang mungkin timbul
pada ibu bersalin dengan serotinus adalah perasaan cemas (Prawirohardjo, 2009).
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan serotinus yakni memberi informasi dan edukasi
tentang kehamilan serotinus serta memberi support mental dari keluarga dan tenaga
kesehatan (Manuaba dkk, 2012).
Dari data yang diperoleh saat penulis melakukan pengkajian dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan yaitu Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang,punggung kiri, presentasi kepala, penurunan
hodge I, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan serotinus. Masalah dari kasus Ny. P
adalah Ibu mengatakan cemas karena kehamilannya sudah lewat perkiraan lahir.
Kebutuhan yang diperlukan Ny. P yakni memberikan support mental pada ibu agar tidak
cemas dalam menghadapi persalinannya.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik lahan.
C. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi (Walyani, 2014).
Berdasarkan teori yang ada diagnosa potensial yang ditemukan pada kasus ibu
bersalin denga induksi atas indikasi serotinus yakni pada janin dapat menyebabkan janin
besar, pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, keluarnya mekonium akibat
oligohidramnion, kelaian cairan amnion yang mengakibatkan tali pusat tertekan hingga
menyebabkan kematian janin mendadak (saifuddin, 2009). Pada ibu mengakibatkan
kecemasan, persalinan traumatis, angka kejadian seksio sesarea meningkat akibat
pertimbangan persalinan lama, terjadi tanda gawat janin, infertilitas, kesalahan letak janin
(Nugroho, 2012).
Pada kasus Ny. P dengan bersalin serotinus, diagnosa potensial tidak mucul
sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktik lahan.
D. Tindakan Segera
Pada langkah ini mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter
untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain (Walyani,
2014).
Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus yaitu
kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi titrasi oksitosin 2,5—5 IU dalam
dekstrose 5% 500 ml, diberikan secara drip sampai maksimal 2 botol (1000 ml) dan
pemantauan pada denyut jantung janin (DJJ) menggunakan doppler laenec (Nugroho,
2012).
Pada kasus Ny. P tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter
SpOG untuk pemberian terapi yaitu Infus RL 500 ml drip oxytocin 5 IU dengan tetesan
20 tpm.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan yaitu pemberian terapi yaitu Infus RL 500
ml drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm.
E. Rencana Tindakan
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya (Walyani, 2014).
Rencana tindakan yang diberikan dalam asuhan bersalin dengan serotinus
menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:
1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42 minggu, berat
janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik uteri.
2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu), yaitu mengharap
proses persalinan tanpa rangsangan dari luar, dengan tetap melakukan evaluasi
kesejahteraan janin yang adekuat.
3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam
500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes, dengan maksimal 40 tetes/menit.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal.
Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan
dipertahankan. Bila terjadi kegagalan, ulangi induksi dengan selang waktu 24-48
jam, atau lakukan operasi seksio sesarea. (Maryunani dan Eka, 2013).
4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan elektronik jantung
janin, memberi oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal,
memperhatikan jalanya persalinan, dan segera setelah bayi lahir harus diperiksa
terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.
(Saifuddin, 2009).
5) Langsung dengan seksio sesarea
Dalam perencanaan asuhan pada kasus Ny. P bersalin dengan induksi atas
indikasi serotinus pada kala I: kolaborasi dengan dokter SpOG, mengobservasi
KU dan vital sign ibu. Mengobservasi DJJ dan HIS setiap 30 menit, melakukan
induksi persalinan dengan RL 500 ml drip oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer
laktat dengan tetesan 20 tpm, memberitau ibu cara relaksasi yang
benar,menyiapkan partus set, heacting set, pakaian ibu dan bayi serta
menganjurkan ibu meneran ketika pembukaan sudah lengkap. Kala II melakukan
pertolongan persalinan. Kala III melakukan manajemen aktif kala III. Kala IV
melakukan observasi TD, nadi, kontraksi, TFU, perdarahan dan kandung kemih
setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit sekali pada 1 jam
kedua.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik lahan yaitu:
melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml drip oxytocin 5 IU dalam 500 cc
ringer laktat dengan tetesan 20 tpm.
F. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat dapat
dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lain
(Walyani, 2014).
Pelaksanaan pada kasus Ny. P dengan bersalin serotinus dilaksanakan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibuat.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik lahan yaitu:
melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml drip oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer
laktat dengan tetesan 20 tpm.
G. Evaluasi
Melakukan evaluasi dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
diagnosa/masalah (Walyani, 2014).
Evaluasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus menurut
Manuaba (2010) meliputi: Keadaan umum dan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu,
nadi, respirasi) normal, Input dan output cairan seimbang, Induksi persalinan berhasil,
terjadinya kemajuan persalinan, bayi lahir dengan selamat, Ibu sehat, plasenta lahir
lengkap, tidak terjadi perdarahan.
Pada kasus bersalin dengan serotinus evaluasi dilakukan secara sitematis untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. Hasil yang diperoleh adalah :
Keadaan umum Ny. P baik, TD: 120/80mmHg, R: 22x/menit, N: 84x/menit, S: 36.7 C.
Bayi lahir
spontan pukul 01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, BB 3000 gram, PB 48 cm,
LK 30 cm, LD 31 cm, anus berlubang, cacat (-), APGAR score: 8-9-10, plasenta lahir
spontan pukul 01.20 WIB, selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, panjang tali pusat ±
40 cm, perdarahan ± 80 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat laserasi
perinium derajat II, keadaan umum ibu baik, jumlah darah yang dikeluarkan dari kala I-
IV ± 200 cc, kandung kemih kosong.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan
praktik lahan.
DOKUMENTASI SAAT PEMBAHASAN MATERI