d72d0 Modul 5 Pengawasan Mutu Pekerjaan Jalan
d72d0 Modul 5 Pengawasan Mutu Pekerjaan Jalan
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
A. Umum I-1
B. Ruang Lingkup I-2
C. Pengertian I-2
D. Pendelegasian Kewenangan I-5
DAFTAR PUSTAKA
Pengawasan Mutu Pekerjaan Jalan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Pengawasan yang baik adalah satu aspek penting untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan pembangunan jalan, utamanya keberhasilan dalam meningkatkan mutu hasil
pelaksanaannya.
Materi Pengawasan Pekerjaan Fisik ini dipersiapkan dalam rangka memberikan acuan
kepada para pengawas pekerjaan fisik di lapangan dalam melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan agar memenuhi spesifikasi teknis
yang dipersyaratkan dan sesuai dengan rencana teknis jalan (Detailed Engineering
Design ), sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan
teknis yang ditetapkan.
Pelaksanaan pengawasan pekerjaan pembangunan jalan meliputi kegiatan penyiapan,
pengerjaan dan pengakhiran pekerjaan fisik. Kegiatan pengawasan menjadi salah satu
tahapan yang tidak kalah pentingnya sebagai proses pengendalian terhadap pelaksanaan
pekerjaan fisik. Salah satu upaya mendasar dalam mewujudkan prasarana jalan yang
berkualitas adalah peningkatan kegiatan pengendalian mutu (quality control) oleh Direksi
Pekerjaan maupun Direksi Teknis.
Fungsi dasar pengawasan atau supervisi pekerjaan konstruksi, mempunyai beberapa
wujud karakter antara lain:
1. Quality Control yaitu mengamankan seluruh komponen secara menyeluruh dan
mendetail (tidak secara random) untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
dan selalu dilengkapi daftar simak apa yang akan diperiksa.
2. Quality Assurance yaitu suatu kegiatan yang sistematik dan terencana yang
ditetapkan dalam sistem mutu, untuk menyakinkan apakah proses Quality Control
cukup terarah sesuai sasaran dan cukup efektif, secara random dilakukan kontrol
pengamanan kualitas sebagai sarana counter check.
3. Safety Control yaitu menekankan pada pengamanan dalam seluruh proses
pekerjaan yang terlibat, secara teknis lebih banyak kearah mengamankan struktur
pekerjaan dan langkah pengendalian resiko dalam cara pelaksanaan (kemungkinan
kecelakaan, kebakaran dll).
4. Observasi berkala yaitu mengamankan tercapainya sasaran desain dengan segala
konsep, metode, asumsi, perilaku struktur, urutan pelaksanaan, dan observasi cermat
serta detail.
Untuk itu diperlukan suatu manual atau pedoman pengawasan pekerjaan konstruksi sesuai
ketentuan teknis yang disyaratkan, sebagai acuan dalam implementasi kegiatan
pengawasan di lapangan.
B. Ruang Lingkup
Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam pengawasan dan pengendalian mutu
pembangunan jalan adalah meliputi :
1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan atau Pre Construction Meeting (PCM);
2. Prosedur Penyusunan Rencana Mutu;
3. Penyiapan Gambar Kerja (Shop Drawing);
4. Pemeriksaan Pengajuan Memulai Pekerjaan (Request)
5. Pengawasan Pelaksanaan Fisik
a. Drainase Jalan;
b. Pekerjaan Badan Jalan;
c. Pekerjaan Tanah;
d. Pondasi Jalan;
e. Lapisan Perkerasan;
f. Bangunan Pelengkap Jalan;
6. Pengendalian Mutu;
7. Pemeriksaan Pengukuran dan Validasi Pekerjaan Konstruksi Jalan;
8. Serah Terima Awal Pekerjaan;
C. Pengertian
1. Mutu
Yang dimaksud dengan Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan (kinerja) untuk memenuhi
kebutuhan yang ditentukan pengguna jasa (konsisten dengan spesifikasi).
2. Manajemen Mutu
Yang dimaksud dengan Manajemen Mutu adalah seluruh fungsi manajemen untuk
melaksanakan kebijakan mutu yang meliputi proses perencanaan, implementasi dan
pengawasan.
3. Sistem Mutu
Yang dimaksud dengan Sistem Mutu adalah meliputi struktur organisasi, tatalaksana
(prosedur), proses pelaksanaan dan sumber daya untuk menjalankan manajemen
mutu.
4. Rencana Mutu
Yang dimaksud dengan Rencana Mutu adalah dokumen yang memuat rencana kerja,
sumber daya dan tahapan aktifitas untuk suatu pekerjaan proyek tertentu.
5. Rencana Mutu Kontrak
Yang dimaksud dengan Rencana Mutu Kontrak adalah suatu dokumen sistem
manajemen mutu konstruksi yang disusun oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dalam kontrak yang digunakan untuk menjamin bahwa spesifikasi teknis
yang melekat pada kontrak dapat dipenuhi sebagaimana mestinya.
6. Rencana Mutu Proyek
Yang dimaksud dengan Rencana Mutu Proyek adalah suatu dokumen sistem
manajemen mutu konstruksi yang disusun oleh Direksi Pekerjaan sebagai wakil
Pengguna Jasa dalam rangka menjamin mutu konstruksi yang digunakan sebagai
panduan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan proyek agar sasaran tercapai sesuai
perencanaannya.
7. Jaminan Mutu (Quality Assurance)
Yang dimaksud dengan Jaminan Mutu (Quality Assurance) adalah seluruh kegiatan
yang sistimatik dan terencana yang ditetapkan dalam sistem mutu dan
didemontrasikan bila perlu, untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai
bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu.
8. Perubahan Pekerjaan
Yang dimaksud dengan Perubahan Pekerjaan adalah suatu kondisi pekerjaan yang
tidak sesuai dengan gambar rencana sehingga memerlukan penyesuaian kuantitas
dan harga agar dapat dicapai pekerjaan secara keseluruhan, yang dapat
menyebabkan pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang.
9. Pekerjaan Tambah
Yang dimaksud dengan Pekerjaan Tambahan adalah suatu tambahan pekerjaan
yang terjadi sebagai akibat kondisi lapangan, yang tidak dapat
dielakkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan.
10. Pekerjaan Kurang
Yang dimaksud dengan Pekerjaan Kurang adalah berkurangnya volume pekerjaan
yang karena alasan tertentu dipandang tidak perlu/tidak dapat dilaksanakan
walaupun sudah tercantum di dalam kontrak.
11. Percepatan Waktu
Yang dimaksud dengan Percepatan Waktu adalah kondisi yang memungkinkan bagi
Direksi Pekerjaan untuk memerintahkan penyelesaian pekerjaan oleh Penyedia Jasa
lebih cepat dari waktu rencana dalam Kontrak.
Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK)
BAB II
PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA MUTU
A. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan sebagai referensi untuk mengevaluasi Rencana Mutu Kontrak
sebagai dokumen yang berisi tentang prosedur dan sumber daya yang diperlukan, yang
harus diterapkan oleh Penyedia Jasa pada suatu kegiatan proyek dengan hasil pekerjaan dan
proses pekerjaan pada kontrak tertentu.
B. RUANG LINGKUP
Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Penyedia jasa harus memiliki rencana mutu,
dokumen mutu dibedakan sebagai berikut :
2.1.Rencana Mutu Unit Kerja (RMU) merupakan dokumen rencana penetapan kinerja
sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan yang disusun oleh Unit Kerja
Eselon I sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin mutu.
2.2. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP) merupakan dokumen sistem manajemen mutu
pelaksanaan yang disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS dan PPK dalam rangka menjamin
mutu.
2.3. Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan dokumen sistem manajemen mutu yang
disusun oleh Penyedia Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka menjamin mutu.
Dalam pelatihan ini yang dibahas lebih detail hanya Rencana Mutu Kontrak (RMK) untuk
Penyedia Jasa saja, sedangkan untuk Rencana Mutu Unit Kerja (RMU) dan Rencana Mutu
Pelaksanaan (RMP) tidak diuraikan dalam buku ini.
C. ACUAN
a. Peraturan Menteri PU Nomor 43/PRT/M/2007.
b. Peraturan Menteri PU Nomor 34/PRT/M/2006.
c. Peraturan Menteri PU Nomor 04/PRT/M/2009.
d. SNI Nomor 19-9001-2001 tentang Sistem Manajemen Mutu Persyaratan.
e. Dokumen Kontrak.
D. DEFINISI
a. Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Yang dimaksud RMK disini adalah Dokumen Rencana kegiatan Penyedia Jasa, yang
memerincikan proses dan operasional yang mengarahkan menunjukkan kemampuan
organisasi dalam dan mengendalikan sumberdayanya untuk mencapai tujuan yang
berkaitan mutu.
b. Penyedia Jasa
Adalah Organisasi yang memiliki ikatan kerja dengan pelanggan yang diatur dengan
kontrak kerja, dan mempunyai kewajiban memberikan produk atau jasanya kepada
pelanggannya (Pengguna Jasa),
c. Produk Tidak Sesuai atau ketidak sesuaian
Hasil suatu proses yang tidak mencapai ketentuan persyaratan yang ditetapkan, baik
dalam lingkungan internal maupun eksternal. Produk tidak sesuai dapat berupa antara
lain, produk, atau jasa perorangan atau organisasi.
d. Sasaran Mutu
Yaitu Sesuatu yang dicari atau dituju, yang berkaitan dengan mutu.
e. Kepuasan Pelanggan
Persepsi Pelanggan tentang derajat telah dipenuhinya persyaratan pelanggan.
f. Pelanggan
Pihak lain baik perorangan maupun organisasi, pada tahapan selanjutnya yang
menggunakan hasil proses dari tahap sebelumnya.
E. KETENTUAN UMUM
o Evaluasi RMK dilakukan oleh Pengguna Jasa pada saat dilaksanakannya Pre
Construction Meeting.
o Disahkan oleh Pengguna Jasa (Ka SNVT) dan dicek oleh PPK.
o Dibuat sebagai acuan pelaksanaan kegiatan.
o RMK adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat berubah sesuai kebutuhan
pada saat kegiatan berjalan, dengan tetap ,memperhatikan kaidah kaidah
penyusunan dan persetujuan.
o RMK harus disosialisasikan, dipahami oleh semua unsur yang terlibat dalam kegiatan
organisasi penyedia jasa.
o Evaluasi RMK dilakukan oleh Pengguna Jasa pada saat dilaksanakannya
Pre Construction Meeting.
Pastikan Sasaran Mutu merupakan gambaran nyata, tujuan dari masing masing level pada
organisasi maupun induk organisasi Penyedia Jasa.
e. Informasi Proyek
Pastikan informasi proyek disajikan secara sistimatis dapat berupa tabel yang menjelaskan
tentang aspek antara lain ;
1. Pemilik Proyek.
2. Direksi Pekerjaan
3. Alamat lengkap Direksi Pekerjaan.
4. Sumber Dana.
5. Proporsi Dana (jika ada).
6. Lokasi Proyek.
7. Nama Paket.
8. Nomor Kontrak dan tanggal.
9. Biaya.
10. Cara pembayaran.
11. Jangka waktu pelaksanaan konstruksi
12. Nomor dan tanggal SPMK.
13. Tanggal mulai pekerjaan.
14. Tanggal akhir pekerjaan.
15. Masa Pemeliharaan.
16. Pelaksana Pekerjaan.
17. Alamat lengkap Pelaksana Pekerjaan.
18. Pengawas Pekerjaan.
19. Alamat lengkap Pengawas Pekerjaan.
20. Nomor dan tanggal Kontrak Pengawasan Pekerjaan.
f. Lingkup Proyek
Harus ada penjelasan lingkup proyek, yang dapat memberikan gambaran, bahkan kepada
pihak luar sekalipun yang tidak terlibat langsung, untuk secara cepat memahami apa yang
akan dikelola oleh proyek dan hasil akhir yang harus dicapai. Penjelasan dapat disajikan
dalam bentuk redaksional dan disertai dengan sketsa (bilamana perlu) sebagai tambahan
penjelasan, penjelasan cukup pada elemen elemen yang utama saja.
Dengan demikian penyedia jasa harus memiliki mekanisme yang mengatur tatacara tersebut,
dengan cara menyediakan format yang berkaitan dengan kegiatan yang disyaratkan.
s. Daftar Kriteria penerimaan
Jika sesuai, Kriteria Penerimaan dibuat dalam suatu daftar untuk memudahkan bagi yang
memerlukan, melihat persyaratan yang diminta tanpa harus melihat pada referensi aslinya,
yang adakalanya berupa buku tebal atau yang jumlahnya tidaksedikit. Daftar Kriteria
Penerimaan setidaknya meliputi nomor urut, nomor verifikasi, kegiatan, kriteria penerimaan
dan rujukannya. Nomor verifikasi adalah nomor sesuai pada bagan alir pelaksanaan pekerjaan
yang menunjukkan kegiatan pengecekan atau penyesuaian dengan persyaratan. Kriteria
penerimaan adalah persyaratan atau ketentuan dari Dokumen Kontrak dan lampirannya,
sedangkan rujukan menunjukkan sumber persyaratan lengkap dengan nomor atau edisi serta
pasal yang berkaitan.
t. Daftar Gambar Kerja
Seluruh gambar kerja harus didaftarkan perkategori, diprediksi sebelum kegiatan dimulai.
Gambar kerja yang telah selesai diberi catatan jika gambar tersebut dapat dipergunakan
sebagai "gambar terlaksana". Daftar gambar setidaknya mengidentifikasikan nomor, nama dan
judul gambar serta tempat penyimpanannya.
Distribusi gambar harus diatur sehingga tidak ada penggunaan yang keliru akibat pemakaian
gambar yang tidak sesuai.
Lampiran 3.1
Daftar Simak Evaluasi Rencana Mutu Kontrak
NO PEMERIKSAAN JENIS PEMERIKSAAN URAIAN
BAB III
PEMERIKSAAN PENGAJUAN MEMULAI PEKERJAAN (REQUEST)
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan Pemeriksaan terhadap Pengajuan Mulai Pekerjaan (Request)
yang diajukan oleh Penyedia Jasa bertujuan untuk memastikan kesiapan lapangan
dan sumber daya yang akan digunakan serta kesiapan Penyedia Jasa untuk
melaksanakan pekerjaan yang diajukannya. Melalui pemeriksaan terhadap Request,
maka Direksi Teknis dapat merencanakan penugasan Tim Supervisi yang diperlukan
untuk itu.
Dibawah ini ada 3 (tiga) jenis buku/tempat pencatatan request:
1. Agenda Request dan Validasi adalah Buku tempat Sekretaris mencatat masuk
dan keluarnya suatu Request sejak Request diterima dari Penyedia Jasa sampai
Request disimpan sebagai Arsip setelah hasil pelaksanaan divalidasi.
2. Lembar Kendali Request adalah tempat Supervision Engineer mencatat
pergerakan Data Pendukung Request selama proses pemeriksaan Request.
3. Formulir Pemeriksaan Request adalah tempat Chief Inspector dan Quality
Engineer mencatat hasil pemeriksaaan atas Data Pendukung Request.
B. Ruang Lingkup
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kesiapan lapangan, tenaga kerja, bahan dan
peralatan yang dicantumkan pada Formulir Request beserta Data Pendukung seperti
gambar kerja, estimasi kuantitas dan lainnya yang diajukan oleh Penyedia Jasa.
C. Ketentuan
1. Formulir Request beserta Data Pendukungnya seperti gambar kerja (shop
drawing) diterima oleh Direksi Teknis di Kantornya, selambat-lambatnya dalam
waktu 2 x 24 jam sebelum Penyedia Jasa memulai pelaksanaan di lapangan.
2. Segera setelah menerima Formulir Request dan Data Pendukungnya, Direksi
Teknis harus memeriksa kelengkapan berkas, kesiapan lapangan dan kesiapan
Penyedia Jasa.
3. Direksi Teknis harus menyediakan waktu yang cukup bagi Direksi Pekerjaan
untuk pengambilan keputusan atas rekomendasi yang dibuatnya.
4. Apabila pada tanggal rencana pelaksanaan pekerjaan belum ada keputusan
dari Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa dapat memulai pekerjaan dibawah
PENANGGUNG
No KEGIATAN REKAMAN
JAWAB
2. Mengevaluasi Hasil Pemeriksaan dan catatan-catatan
pada Data Pendukung, serta mendiskusikannya
dengan Chief Inspector dan Quality Engineer.
3. Membuat Catatan / Rekomendasi kepada Direksi
Pekerjaan serta membubuhkan tanda tangan pada
Formulir Request.
4. Apabila isi Rekomendasi kepada Direksi Pekerjaan
tidak untuk penolakan, segera memberitahukan
kepada Chief Inspector untuk menugaskan Inspector
agar pada saatnya siap melakukan pengawasan
pekerjaan Penyedia Jasa.
5. Menyerahkan Formulir Request, Data Pendukung dan
Hasil Pemeriksaan kepada Direksi Pekerjaan.
4. Direksi 1. Menerima Formulir Request, Data Pendukung dan Formulir
Pekerjaan Hasil Pemeriksaan dari Supervision Engineer. Request
2. Mempelajari dan mendiskusikan dengan Supervision
Engineer tentang isi Catatan / Rekomendasi pada
Formulir Request.
3. Membuat keputusan menyetujui atau menolak
Request dengan memberi Catatan / Kesimpulan dan
membubuhkan tanda tangan pada Formulir Request.
4. Menyerahkan Formulir Request, Data Pendukung, dan
Hasil Pemeriksaan kepada Supervision Engineer.
5. Direksi Teknis 1. Menerima Formulir Request, Data Pendukung dan Lembar Kendali
/Supervision Hasil Pemeriksaan dari Direksi Pekerjaan. Request
Engineer 2. Apabila keputusan Direksi Pekerjaan adalah
penolakan, segera memberitahukan penolakan kepada
Penyedia Jasa.
3. Membuat catatan distribusi berkas pada Lembar
Kendali Request.
4. Menyerahkan Lembar Kendali Request, Formulir
Request, Data Pendukung, dan Hasil Pemeriksaan
kepada Sekretaris.
PENANGGUNG
No KEGIATAN REKAMAN
JAWAB
6. Sekretaris 1. Menerima Lembar Kendali Request, Formulir Request, Agenda Request
Data Pendukung beserta Hasil Pemeriksaan dari dan Validasi
Supervision Engineer.
2. Membuat catatan pada Agenda Request dan Validasi.
3. Mendistribusikan Data Pendukung dan Hasil
Pemeriksaan sesuai catatan distribusi berkas dari
Supervision Engineer.
4. Menyimpan Lembar Kendali Request dan Formulir
Request.
START
KONTRAKTOR
MENGAJUKAN (REQUEST)
UNTUK PEKERJAAN
CHIEF INSPECTOR
BANDINGKAN MEMERIKSA KESIAPAN
KONTRAKTOR & KESIAPAN
LAPANGAN
TIDAK
OK ?
YA
LAKUKAN PEKERJAAN
DILAPANGAN DENGAN
DIAWASI INSPEKTOR
PERBAIKI
D IC A T A T D A N
D IS IM P A N M A S UKKA N LAKUKAN PROSES
KE S IS T E M PENGUJIAN BAHAN JADI
D O KUM E N T A S I A R S IP
( F ILE ) UN T UK D A T A DAN BAHAN OLAHAN
P E N D UKUN G ( B A C K-
TIDAK
DITERIMA?
YA
M A S UKKA N KE
S IS T E M
VERIFIKASI
D O KUM E N T A S I
A R S IP ( F ILE )
SELESAI
BAB IV
PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI JALAN
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan Pengawasan Pekerjaan Pembangunan Jalan adalah
pekerjaan pengendalian pekerjaan dilapangan dan penjaminan pelaksanaan
pekerjaan tersebut oleh Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis agar hasil pekerjaan
Penyedia Jasa sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditetapkan di dalam
kontrak.
Materi Pengawasan Pekerjaan Fisik ini dipersiapkan dalam rangka memberikan acuan
kepada para pengawas pekerjaan fisik di lapangan untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan Kontraktor/Penyedia Jasa agar memenuhi spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan, sesuai dengan Detailed Engineering Design (DED) yang dibuat,
sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan standar yang berlaku.
Penyelenggaraan pengawasan pekerjaan pembangunan jalan meliputi tahap
perencanaan dan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing
tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran. Tahap
pengawasan menjadi salah satu tahap yang tidak kalah pentingnya sebagai proses
pengendalian terhadap pelaksanaan pekerjaan fisik. Salah satu upaya mendasar
dalam mewujudkan prasarana jalan yang berkualitas adalah peningkatan kegiatan
pengendalian mutu (quality control) oleh Direksi Pekerjaan maupun Direksi Teknis.
Fungsi dasar pengawasan/supervisi pekerjaan konstruksi, mempunyai beberapa
wujud karakter antara lain:
1. Instruksi Lapangan adalah memo tempat Direksi Teknis mencatat instruksi /
pengarahan kepada Penyedia Jasa.
2. Lembar Monitoring Penerimaan Material adalah lembar pemeriksaan tempat
Inspector mencatat hasil pengawasan penerimaan material di lokasi pekerjaan.
3. Lembar Pemeriksaan Pekerjaan adalah lembar pemeriksaan tempat Inspector
mencatat hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
4. Lembar Pemeriksaan Pengujian adalah lembar pemeriksaan tempat Lab.
Technician mencatat hasil pengawasan pelaksanaan pengujian mutu pekerjaan.
5. Buku Komunikasi adalah buku tempat Direksi Teknis mencatat semua kegiatan,
rencana kegiatan dan kondisi lapangan. Berfungsi sebagai alat komunikasi
antar personil Direksi Teknis.
B. Ruang Lingkup
Lingkup pekerjaan pengawasan/supervisi jalan secara umum adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis pada ruas jalan dan jembatan
yang ditangani agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi
teknik, sehingga terhindar dari resiko kegagalan konstruksi .
2. Melaksanakan pengawasan teknis terhadap pekerjaan di lapangan secara
profesional, efektif dan efisien, pada setiap tahapan kegiatan dan memahami
prosedur atau metode pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengendalian mutu pekerjaan dilapangan dengan menerapkan prosedur kerja,
uji mutu bahan olahan dan hasil pekerjaan pada setiap tahapan kegiatan
pekerjaan sesuai persyaratan dalam dokumen kontrak.
4. Menyiapkan laporan progress pekerjaan dilapangan, dan sistem administrasi
pekerjaan serta membuat rekomendasi setiap permasalahan yang timbul
dilapangan.
5. Membuat laporan teknis (bila diperlukan) pada setiap terjadinya perubahan
kinerja pekerjaan.
6. Monitoring secara berkala dan mengevaluasi performa/kinerja hasil pekerjaan
dilapangan.
7. Verifikasi progres fisik dan progres keuangan yang diajukan oleh penyedia jasa
konstruksi (kontraktor).
Pekerjaan yang dapat dimulai pelaksanaannya hanya pekerjaan yang Request-nya
telah diterima oleh Direksi Teknis. Dalam tahapan aktivitas konstruksi, Direksi Teknis
akan melakukan aktivitas pengawasan teknis terhadap pekerjaan Penyedia Jasa
(Kontraktor), dari aktivitas pengendalian mutu sejak proses pengolahan bahan
hingga prosedur kerja sampai hasil pekerjaan dapat terlaksana sesuai ketentuan.
Pekerjaan dilaksanakan dengan mengutamakan keselamatan kerja.
Team Supervisi akan membantu dan mengarahkan Penyedia Jasa agar :
1. Pekerjaan selesai tepat waktu (Pengendalian Waktu).
2. Pekerjaan selesai tepat biaya (Pengendalian Biaya).
3. Pekerjaan selesai dengan hasil sesuai yang disyaratkan (Pengendalian Mutu)
4. Pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas
(Pengaturan Lalu Lintas).
C. Ketentuan
1. Lembar Pemeriksaan dan Lembar Monitoring tersedia dikantor Direksi Teknis
dan harus dibawa oleh personil yang bersangkutan, diisi pada saat melakukan
pengawasan dan disimpan sampai proses validasi dilakukan.
2. Instruksi Lapangan dibuat rangkap 2 (dua), asli diberikan kepada Penyedia
Jasa dan salinan disimpan sebagai arsip.
3. Buku Komunikasi harus berada di kantor Direksi Teknis dan diisi setiap hari
oleh setiap personil Direksi Teknis sesuai dengan kegiatan dan kondisi di lokasi
pekerjaan yang diawasinya.
4. Semua personil Direksi Teknis harus membaca Buku Komunikasi setiap pagi
untuk mengetahui tugas masing-masing.
5. Inspector harus mengawasi dari waktu ke waktu pelaksanaan pekerjaan di
lokasi pekerjaan.
6. Lab. Technician harus mengawasi dari waktu ke waktu pelaksanaan pengujian
mutu pekerjaan di lokasi pekerjaan dan di laboratorium
7. Lab. Technician harus meminta copy lembar pengujian yang telah
ditandatangani bersama.
8. Chief Inspector secara berkala melakukan pengawasan kegiatan Inspector di
lokasi pekerjaan.
9. Quality Engineer secara berkala melakukan pengawasan kegiatan Lab.
Technician di lokasi pekerjaan dan di laboratorium.
10. Semua peralatan yang digunakan harus sesuai dengan yang diusulkan dan
telah disetujui dalam pemeriksaan Request pekerjaan bersangkutan.
PENANGGUNG
No KEGIATAN REKAMAN
JAWAB
peringatan atau instruksi penghentian
pekerjaan tergantung dari sifat
penyimpangan yang dilakukan.
Apabila tidak ada instruksi/catatan atau
instruksi/catatan telah dilaksanakan,
awasi pelaksanaan pekerjaan.
PENANGGUNG
No KEGIATAN REKAMAN
JAWAB
3. Chief Inspector Cek dan evaluasi metode kerja yang
(Quantity diajukan oleh penyedia jasa sesuai
Engineer) dengan ketentuan.
Cek persiapan kondisi lapangan dan
peralatan yang akan digunakan serta
material sesuai dengan kebutuhan
lapangan (dengan menggunakan daftar
simak), pastikan peralatan kerja layak
digunakan.
Pengawasan selama proses pekerjaan
dilaksanakan dan pastikan tidak
mengalami penyimpangan.
Evaluasi hasil pekerjaan dan pastikan
hasil pekerjaan sesuai ketentuan yang
disyaratkan.
F. Lampiran-Lampiran
Instruksi Kerja
Bagan alir Pengawasan
Daftar Simak Pengujian Mutu
Contoh Formulir Monitoring Penerimaan Bahan
Contoh Formulir Pemeriksaan Pekerjaan
Contoh Percobaan Penghamparan dan Pemadatan Campuran Aspal Panas
Contoh Formulir Pemeriksaan Pekerjaan
Contoh Formulir Pemeriksaan Pengujian
PEMADATAN
Temp. Tebal
AWC
ACC
No. Jam
NA
Dlm Truk Gembur Temp PARAF
Rit Hampar Temp. Pas Temp.
(°C) ( cm ) Pass (° Pass
(°C) s (°C)
C)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Catatan :
ACC : Acceptable / Diterima
AWC : Acceptable with Comment
Diterima dengan Catatan
NA : Not Acceptable / Ditolak
Rekomendasi :
CHIEF INSPECTOR
Tanggal :
BAB V
PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah
mengamankan seluruh komponen secara menyeluruh dan mendetail (tidak secara
random) untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dan selalu dilengkapi
daftar simak apa yang akan diperiksa.
Materi ini merupakan panduan tentang kelengkapan administrasi proyek terhadap
semua pengujian (quality control) dan spesifikasi yang penting (major work) yang
tercantum dalam Spesifikasi Teknis, meliputi arti penting dari pengujian mutu dalam
hubungannya dengan kinerja jalan, dengan tingkat bagian penting sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi Pelaksana Pekerjaan Pembangunan Jalan yang disusun
secara praktis.
Semua unsur proyek yaitu Penyedia Jasa Pelaksana, Konsultan Pengawas dan
Pemimpin Kegiatan harus benar-benar menguasai isi materi Pengendalian Mutu dan
harus memastikan bahwa manajemen Penyedia Jasa pelaksana telah cukup terlatih.
Pelaksana Pekerjaan Pembangunan Jalan harus benar-benar menguasai buku
spesifikasi yang mengatur jenis dan metode-metode pengujian yang disyaratkan dan
frekuensi pengujian minimum yang diperlukan. Juga menguraikan berapa nilai dari
hasil pengujian yang sebanding dengan bahan atau pembuatannya yang memenuhi
atau tidak memenuhi syarat.
Sama pentingnya, pelaksana perlu mengetahui dan memahami Spesifikasi agar
mampu memberi penilaian kapan harus dilakukan tambahan pengujian untuk
mencegah terjadinya pekerjaan yang tidak memuaskan.
Kontraktor) adalah cocok dan memuaskan. Ini jelas sangat penting bahwa
bahan-bahan untuk pengujian kualitas (Batas Atterberg, Gradasi, CBR, dll.)
dilaksanakan dan dilaporkan dengan baik kepada Pemimpin Proyek /
Pengawas Teknik sebelum dan sesudah bahan-bahan itu dikerjakan.
b. Pengendalian mutu pengerjaan (atau penerimaan)
Dilaksanakan untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan dari Kontraktor
memenuhi standar yang telah ditentukan. Hasil dari pekerjaan tersebut
(seperti kadar aspal efektif, tingkat kepadatan, dll.) diperlukan oleh
Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik untuk menentukan apakah
pekerjaan itu diterima atau tidak.
Catatan penting: yang perlu mendapat perhatian bagi 3 unsur proyek
(Pemimpin Kegiatan – Konsultan Pengawas – Kontraktor) adalah : Hindari
penolakan (rejected) pekerjaan setelah produk terpasang.
3. Pengendali Mutu harus memastikan semua pengujian yang diperlukan menurut
spesifikasi atau menurut keperluan Pemimpin Kegiatan / Pengawas Teknik
dilaksanakan secepat mungkin, semua keputusan / hasil dicatat dengan
sempurna, disimpan, dan secepatnya akan diserahkan kepada Pengendali Mutu
Lapangan supaya pekerjaan berkualitas jelek (tidak diterima) dapat diketahui
lebih dini. Untuk mencapai tujuan diatas, Pengendali Mutu harus melaksanakan
tugas berikut :
a. Mengawasi terus-menerus Lab. Technician Kontraktor dalam melaksanakan
pengujian yang telah ditentukan, pengawasan pengambilan bahan contoh,
ketelitian pengujian, pelaporan.
b. Memberi petunjuk kepada staff Kontraktor dimana contoh yang cocok harus
diambil dan menentukan bahwa frekuensi pengambilan contoh dan
pengujian adalah mencukupi dan memenuhi persyaratan frekuensi yang
ditetapkan.
c. Tentukan bahwa semua pengujian pada semua material dan pekerjaan
lapangan telah dicatat dengan sempurna oleh Lab. Technician Kontraktor
kedalam Laporan Harian dan disimpan secara tersendiri, simpanan terpisah
yang terdiri dari semua laporan-laporan dan hasil-hasil pengujian.
d. Pastikan bahwa Lab. Technician Kontraktor melaporkan hasil-hasil dari
semua pengujian dengan menggunakan formulir laboratorium standar.
e. Serahkan ringkasan Laporan Mingguan untuk semua hasil pengujian kepada
Pengawas Teknik Lapangan bersama dengan saran-saran mengenai
Untuk setiap bin diperlukan peralatan pengambilan contoh bahan dan ember
untuk setiap bin dalam mendapatkan contoh bahan. Alat terbaik untuk
pengambilan contoh bahan adalah kotak logam dengan ukuran kira-kira
panjang 30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 10 cm, yang dilengkapi dengan
pegangan.
Ambil contoh bahan dari setiap bin, ratakan kelebihan agregat dengan
menyikat bagian atas kotak setelah masing-masing diisi. Kira-kira 3 atau 4 kali
jumlah material yang diperlukan untuk pengujian harus diambil dari masing-
masing bin. Hindarkan tercampurnya contoh bahan dari bin yang berbeda.
Tempatkan masing-masing pada kantong bin tersendiri.
Tata cara pengambilan contoh bahan dari hot bin, dengan menjatuhkan
agregat melalui kotak penimbang dan pugmill kedalam truck, atau
menempatkan shovel dibawah lubang curahan, merupakan metoda yang tidak
teliti dalam pengambilan contoh bahan dan tidak boleh digunakan.
5. Kontainer contoh agregat aspal
Kantong contoh bahan yang mampu menampung 30 kg agregat digunakan
untuk menyerahkan contoh bahan ke laboratorium. Label contoh bahan
dilampirkan pada kantong untuk tanda pengenal contoh.
6. Mengurangi ukuran contoh bahan agregat
Biasanya tata cara pengambilan contoh bahan memerlukan pengambilan
agregat dengan kuantitas yang lebih besar dari pada ukuran sebenarnya yang
digunakan untuk pengujian. Dalam hal ini ukuran contoh bahan tersebut harus
dikurangi, disamping masih tetap mewakili keseluruhan material. Hal ini
dikerjakan dengan membagi-baginya. Pembagian merupakan tata cara yang
paling tepat jika menggunakan alat pembagi mekanis untuk memperkecil
contoh bahan.
Contoh alat pembagi : jenis riffle. Peluncur dengan arah yang berlawanan.
Aliran material yang merata melintang pada arah keseluruhan lebar peluncur,
akan dibagi diantara 2 kotak penampung.
7. Pengambilan contoh bitumen
AASHTO T 40 mencakup pengambilan contoh bitumen. Petugas Pengendali
Mutu harus memeriksa AMP (Asphalt Mixing Plant) Kontraktor apakah
dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk dapat dengan mudah
mengambil contoh yang mewakili.
Contoh bahan aspal semen diperoleh dengan alat pengambilan contoh bahan,
keran-keran yang melengkapi truck-truck tangki pengangkut atau tangki-tangki
distribusi. Ada berbagai jenis alat-alat pengambilan contoh bahan yang telah
disetujui.
Contoh bahan dituangkan dari alat pengangkut atau tangki-tangki distributor
kedalam kontainer contoh bahan. Tempat penyimpanan ini harus baru, bersih
dan kering. Tempat-tempat tersebut tidak boleh dicuci atau dibilas.
Untuk mendapatkan contoh bahan bitumen, ikuti langkah-langkah berikut ini :
a. Petugas Pengendali Mutu harus ada pada waktu truck pengangkut tiba di
lokasi AMP atau distributor bitumen tiba di jalan. Petugas Pengendali Mutu
harus menunggu sampai tidak kurang sepertiga tetapi tidak lebih dari dua
pertiga bitumen tersebut dibongkar dari tangki pengangkut, lalu alirkan
tidak kurang 4 liter material dari keran (alat pengambilan contoh bahan)
sebelum mengambil samplenya. Alirkan 4 liter atau lebih material tersebut
untuk menjamin bahwa keran dalam keadaan bersih dan buang setiap sisa
cairan yang tercecer. Disini terjamin bahwa contoh bahan tersebut
representatif.
b. Sekarang Petugas Pengendali Mutu mengambil cukup material untuk
mengisi tempat contoh bahan. Juga disyaratkan untuk memperoleh 1
contoh bahan untuk check. Tidak diperkenankan memindahkan contoh
bahan dari satu tempat ke tempat lainnya.
c. Petugas Pengendali Mutu harus segera memberi label kontainer-kontainer
contoh. Label contoh harus berisi informasi sebagai berikut:
Nama Pemasok :
Nomor Truck :
Jenis bitumen :
Hari / waktu :
Nomor kontrak :
Tiap contoh bahan harus juga diberi nomor, yang harus terlihat pada label.
12. Segregasi agregat
Material yang akan digunakan dalam konstruksi jalan sebaiknya se-seragam
mungkin. Tetapi terdapat beberapa alasan mengapa ini tidak selalu terjadi.
Bahan-bahan mentah, seperti kerikil sungai bisa bermacam-macam, unit
pemecah batu atau pencampur bisa berlaku tidak menentu atau material
menjadi terpisah-pisah. Segregasi terjadi jika bagian-bagian berbeda dari
campuran material sebagian terpisah seperti material dalam timbunan
persediaan, pengangkutan atau penghamparan.
Kejadian segregasi bisa terjadi pada timbunan agregat, pada aspal campuran
panas dan di-truck atau selama penghamparan.
Karena material dalam sebuah borrow pit atau dalam sebuah timbunan stock
bervariasi dari titik ke titik, Petugas Pengendali Mutu harus mengawasi dengan
cermat untuk memastikan bahwa contoh-contoh yang diambil tersebut adalah
benar-benar mewakili keadaan material yang diambil dari sumbernya.
Jika bahan itu mengalami segregasi berat, ia tidak boleh digunakan, dalam hal
mana adalah tidak beralasan untuk mengambil contoh dan menguji bahan
tersebut. Sebaliknya Petugas Pengendali Mutu harus memberitahu Pemimpin
Proyek / Pengawas Teknik untuk menolak usulan Kontraktor dalam
menggunakan sumber tersebut kecuali material dicampur kembali secara
merata dan ditimbun kembali dengan cara sedemikian rupa sehingga akan
mengurangi segregasi lagi.
Tak dapat diberikan penekanan yang terlalu tinggi bahwa hasil pengujian
adalah sepenuhnya bergantung pada keahlian pengambilan contoh yang
mewakili. Mengawasi prosedur pengujian dengan cermat hanya membuang
waktu saja jika staff yang mengambil contoh tidak diawasi dan dilatih dengan
cermat.
Untuk mendapatkan contoh bahan yang mewakili dari stock pile normal (tidak
terlalu ter-segregasi) gunakan sekop berujung persegi yang sisinya
dibengkokkan keatas untuk membentuk sekop dan papan rata yang bersih.
Ikuti langkah-langkah berikut ini :
Pilih tempat pengambilan contoh bahan pada tempat penimbunan dan
masukkan papan kedalam timbunan diatasnya dengan tegak.
Buang agregat pada daerah miring dibawah papan hingga diperoleh tempat
yang rata dan horizontal untuk pengambilan contoh.
Masukkan sekop kedalam daerah yang mendatar dan pindahkan satu sekop
penuh agregat, kerjakan dengan hati-hati jangan sampai jatuh butiran-
butirannya. Tempatkan agregat kedalam ember.
Ulangi langkah-langkah ini untuk ketiga tempat lokasi pengambilan contoh
bahan pada tempat penimbunan. Yakinkan bahwa tempat pengambilan contoh
bahan tidak satu garis vertikal. Hal ini harus berpencar disekitar timbunan atau
terpencar dimanapun dalam timbunan itu yang harus terwakili oleh contoh
bahan ini.
6. Analisa saringan :
- Dari setiap hotbin Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Campuran agregat panas Lihat grading 2 test Setiap hari produksi
7. Ekstraksi :
- Analisa saringan Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Kadar aspal JMF 1 test Setiap 200 ton
7. Suhu campuran :
- Pencampuran uji Marshall Sesuai jenis aspal 2 kali Per hari
- Pemadatan benda uji Marshall Sesuai jenis aspal 2 kali Per hari
- Pencampuran max. di AMP Sesuai jenis aspal 1 kali Setiap 1 jam
- Dari AMP ke Truck Sesuai jenis aspal 1 kali Setiap 1 jam
- Hotmix di paver Sesuai jenis aspal 1 kali Setiap 1 jam
- Breakdown rolling Sesuai jenis aspal 1 kali Setiap 1 jam
- Secondary rolling Sesuai jenis aspal 1 kali Setiap 1 jam
- Finishing rolling Sesuai jenis aspal 1 kali Setiap 1 jam
8. Analisa saringan :
- Dari setiap hotbin Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Campuran agregat panas Lihat grading 2 test Setiap hari produksi
9. Ekstraksi :
- Analisa saringan Lihat grading 1 test Setiap 200 ton
- Kadar aspal JMF 1 test Setiap 200 ton
G. DAFTAR SIMAK :
DAFTAR 1. : DAFTAR SIMAK PENGAWASAN PEKERJAAN TANAH DASAR
2. CBR. 6%
1. CBR. 10 %
Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Dilaksanakan, approved.
Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas < 10 %
4. Batas cair < 35 %
5. Bagian yang lunak <5%
6. CBR. 50 %
7. Rongga dlm agregat pd kepadatan max. > 10 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
5. Pemadatan
V. TOLERANSI DIMENSI
2. Kerataan memanjang. 2 cm
4. Ketebalan minimum. T – 1 cm
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam Check
X : Tidak dilaksanakan, disapproved. List ini, diberlakukan secara tersendiri
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas < 10 %
4. Batas cair < 35 %
5. Bagian yang lunak <5%
6. CBR. 60 %
7. Rongga dlm agregat pd kepadatan max. > 10 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X : Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas <6%
4. Batas cair < 25 %
5. Bagian yang lunak <5%
6. CBR. 80 %
7. Rongga dlm agregat pd kepadatan max. > 14 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5. Pemadatan
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Permukaan dan ketinggian akhir. 1 cm
2. Kerataan memanjang. 1 cm
4. Ketebalan minimum. T – 1 cm
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
X : Tidak dilaksanakan, disapproved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 %
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
5. Material aspal. AC-10 atau AC-20
6. Kadar aspal 6,0 – 7,0 %
7. Toleransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari (400 t)
2. Temperatur campuran. Setiap 1 jam
3. Uji Marshall. 2 contoh per hari (400 t)
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (400 t)
5. Extraction test. 2 contoh per hari (400 t)
6. Core drill. 2 titik per lane per 100 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca.
2. Penyiapan permukaan.
3. Pengangkutan dan penyerahan hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. Sambungan-sambungan.
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. T – 0,5 cm
2. Kerataan permukaan. 1 cm
3. Ketinggian akhir. 1 cm
4. Kemiringan/kelandaian.
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 %
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
5. Material aspal. AC-10 atau AC-20
6. Kadar aspal > 6,7 %
7. Toleransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari (400 t)
2. Temperatur campuran. Setiap 1 jam
3. Uji Marshall. 2 contoh per hari (400 t)
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (400 t)
5. Extraction test. 2 contoh per hari (400 t)
6. Core drill. 2 titik per lane per 100 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca.
2. Penyiapan permukaan.
3. Pengangkutan dan penyerahan hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. Sambungan-sambungan.
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. T – 0,5 cm
2. Kerataan permukaan. 0,5 cm
3. Ketinggian akhir. (+) 1 cm & (-) 0,5 cm
4. Kemiringan/kelandaian.
Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Dilaksanakan, approved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
9. Pemadatan
10. Drainase
Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Dilaksanakan, approved.
Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas < 10 %
4. Batas cair < 35 %
5. Bagian yang lunak <5%
6. CBR. 50 %
7. Rongga dlm agregat pd kepadatan max. > 10 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5. Pemadatan
V. TOLERANSI DIMENSI
2. Kerataan memanjang. 2 cm
4. Ketebalan minimum. T – 1 cm
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam Check
List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas < 10 %
4. Batas cair < 35 %
5. Bagian yang lunak <5%
6. CBR. 60 %
7. Rongga dlm agregat pd kepadatan max. > 10 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5. Pemadatan
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Permukaan dan ketinggian akhir. 1 cm
2. Kerataan memanjang. 2 cm
4. Ketebalan minimum. T – 1 cm
Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Dilaksanakan, approved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi < 40 %
3. Indeks plastisitas <6%
4. Batas cair < 25 %
5. Bagian yang lunak <5%
6. CBR. 80 %
7. Rongga dlm agregat pd kepadatan max. > 14 %
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Pengujian awal 3 contoh
3
2. Pengujian ulang/rutin setiap 1.000 m
Indeks plastisitas 5 test
Gradasi 5 test
Kepadatan kering max. laboratorium. 1 test
CBR 1 test
3. Test kepadatan sand cone. 100 %
4. Jumlah test kepadatan sand cone. Setiap jarak 200 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca
2. Kondisi stock material (kering atau basah).
3. Pemeriksaan tebal hamparan.
4. Kadar air pemadatan.
5. Pemadatan
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Permukaan dan ketinggian akhir. 1 cm
2. Kerataan memanjang. 1 cm
4. Ketebalan minimum. T – 1 cm
Keterangan :
Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
V : Dilaksanakan, approved. Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 %
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
5. Material aspal. AC-10 atau AC-20
6. Kadar aspal 6,0 – 7,0 %
7. Toleransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari (400 t)
2. Temperatur campuran. Setiap 1 jam
3. Uji Marshall. 2 contoh per hari (400 t)
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (400 t)
5. Extraction test. 2 contoh per hari (400 t)
6. Core drill. 2 titik per lane per 100 m
III PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca.
2. Penyiapan permukaan.
3. Pengangkutan dan penyerahan hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. Sambungan-sambungan.
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. T – 0,5 cm
2. Kerataan permukaan. 1 cm
3. Ketinggian akhir. 1 cm
4. Kemiringan/kelandaian.
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
I. MATERIAL KONSTRUKSI
1. Gradasi. Lihat persyaratan
2. Abrasi. < 40 %
3. Sodium sulphate soundness test < 12 %
4. Coating & stripping. > 95 %
5. Material aspal. AC-10 atau AC-20
6. Kadar aspal > 6,7 %
7. Toleransi komposisi campuran & Lihat persyaratan
temperatur
8. Sifat campuran. Lihat persyaratan
II. PENGENDALIAN MUTU
1. Analisa saringan. 2 contoh per hari (400 t)
2. Temperatur campuran. Setiap 1 jam
3. Uji Marshall. 2 contoh per hari (400 t)
4. Kepadatan 98 % 2 contoh per hari (400 t)
5. Extraction test. 2 contoh per hari (400 t)
6. Core drill. 2 titik per lane per 100 m
III. PERALATAN
1. Jenis dan jumlah sesuai atau tidak.
IV. TATA CARA PELAKSANAAN
1. Cuaca.
2. Penyiapan permukaan.
3. Pengangkutan dan penyerahan hotmix.
4. Penimbangan di truck scale.
5. Batang perata tepi.
6. Penghamparan dan pembentukan.
7. Pemadatan.
8. Sambungan-sambungan.
V. TOLERANSI DIMENSI
1. Ketebalan. T – 0,5 cm
2. Kerataan permukaan. 0,5 cm
3. Ketinggian akhir. (+) 1 cm & (-) 0,5 cm
4. Kemiringan/kelandaian.
Keterangan :
V : Dilaksanakan, approved. Persyaratan lain yang tidak tercantum dalam
Check List ini, diberlakukan secara tersendiri
X : Tidak dilaksanakan, disapproved.
DAFTAR PUSTAKA