BAB I
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(PENETRATION OF BITUMINOUS MATERIALS)
1.1. Pendahuluan
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun
demikian perilaku / respon material aspal tersebut terhadap suhu pada prinsipnya
membentuk suatu spektrum tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa (engineering), ragam dari komposisi unsur penyusun
aspal biasanya tidak ditinjau lebih lanjut. Untuk menggambarkan karakteristik
ragam respon material aspal tersebut diperkenalkan beberapa parameter, yang salah
satunya adalah nilai PEN (Penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan aspal
pada suhu standar 25oC yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum
standar dengan beban standar (50 sampai 100 gr) dalam rentang waktu yang juga
standar (5 detik).
1.2. Tujuan
KELOMPOK 14
2
KELOMPOK 14
3
4. Cawan
KELOMPOK 14
4
7. Termometer
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat
menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan.
Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah
penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal (RSNI
06-2456-1991). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi
bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum
penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu
tertentu.
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal
atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan.
KELOMPOK 14
5
Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran
sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu
disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban
yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991). Aspal
keras/panas (Aspalt cement, AC) adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair
dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temperatur
ruang). Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai
penetrasinya yaitu:
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.
2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70.
3. AC pen 80/100, yaitu AC dengan penertrasi antara 80-100.
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300.
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu
lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di
Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70 dan 85-
100 (Silvia Sukirman, 1999).
Viskositas
250±50 500±100 1000±200 2000±400 3000±600 4000±800
60 °C
Viskositas
125 175 250 300 350 400
135 °C
Penetrasi 220 140 80 60 50 40
Titik Nyala 163 177 219 232 232 232
Kelarutan
pada 99 99 99 99 99 99
trichloroethene
Kehilangan
- 1 1 0.5 0.5 0.5
Berat
Sumber: AASHTO, 1980
KELOMPOK 14
6
KELOMPOK 14
7
3. Menuangkan benda uji kedalam cawan dan diamkan 1,5 sampai 2 jam.
KELOMPOK 14
8
KELOMPOK 14
9
KELOMPOK 14
10
Dari percobaan penetrasi bahan bitumen yang telah dilakukan, diperoleh data
hasil percobaan sebagai berikut:
Tabel 1.3. Data Hasil Percobaan Penetrasi Bitumen
No Penetrasi Pada 25 ̊C Benda Uji 1 Benda Uji 2
1 Pengamatan 1 51 52
2 Pengamatan 2 54 54
3 Pengamatan 3 53 54
4 Pengamatan 4 53 51
5 Pengamatan 5 52 52
Sumber : Data Hasil Percobaan
1.7. Perhitungan
Dari data yang telah didapatkan, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
1. Benda Uji I
51 + 54 + 53 +53 + 52
Rata-rata Nilai penetrasi =
5
= 52,6
2. Benda Uji II
52 + 54 + 54 + 51 + 52
Rata-rata Nilai penetrasi =
5
= 52,6
3. Rata-Rata
52,6 + 52,6
Nilai rata-rata Penetrasi =
2
= 52,6
KELOMPOK 14
11
1.8. Analisis
Besarnya nilai penetrasi sampel 1 untuk 5 kali pengamatan berurutan adalah 51,
54, 53, 53, dan 52 dengan nilai rata-rata penetrasi sebesar 52,6, sedangkan untuk
sampel 2 dengan jumlah pengamatan yang sama didapat nilai penetrasi secara
berurutan sebesar 52, 54, 54, 51, dan 52 dengan nilai rata-rata penetrasi sebesar
52,6. Didapatkan hasil penetrasi aspal pertamina sebesar 52,6. Jadi, berdasarkan
tingkat kekentalannya aspal dengan nilai PEN 40/50 termasuk AC pen 40/50,
yaitu AC dengan penetrasi antara 40-59 menurut SNI 06-2456-1991. Aspal ini
dapat digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas sedang hingga tinggi, dan
daerah dengan cuaca iklim panas, karena material aspal yang keras.
1.9. Kesimpulan
1.10. Saran
KELOMPOK 14