00 WIB
LAB STRUKTUR Tanggal : 18 September 2019
Hari : Rabu
Kelompok 2
Dosen Pengajar :
Sekar Mentari, S.T., M.T
2. Teori Singkat
Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi berupa campuran antara agregat
dan bahan ikat yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas yang berada di
atasnya. Agregat yang biasanya dipakai pada perkerasan jalan antara lain batu
pecah, batu belah, batu kali dan filler. Bahan ikat yang dipakai antara lain adalah
aspal dan semen. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. (Sukirman S 2003)
Aspal adalah bahan semi padat yang terdiri dari hidrogen dan karbon yang
tersusun menjadi fraksi hidrokarbon. Fraksi tersebut dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu fraksi padat dan fraksi cair. Fraksi padat larut dalam fraksi cair yang
disebut malten. Malten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu nitrogen base,
acidafit I, acidafit II, dan parafin. Perbandingan antara jumlah nitrogen base dan
acidafit I dengan jumlah acidafit II dan parafin disebut parameter komposisi
malten yang menentukan ketahanan aspal terhadap abrasi (Suroso 2007).
Asphalt Concrete atau beton aspal adalah jenis perkerasan yang terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan atau tanpa bahan tambahan. Material
dicampur di tempat pencampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi,
dihamparkan, dan dipadatkan. Beton aspal merupakan jenis perkerasan terbaik
dari perkerasan lentur. (Sukirman S 2003)
Menurut AASHTO Guide for Design of Pavement Structures, 1993 struktur
perkerasan lentur, umumnya terdiri atas: lapis pondasi bawah (subbase course),
lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course). Susunannya
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
1 Thermometer
2 Cincin Kuningan
5 Bejana Gelas
D = 18,5 cm; h = 12 cm
6 Dudukan Benda Uji
7 Penjepit
2 Prosedur Percobaan
Pelaksanaan praktikum pengujian titik lembek aspal dilakukan dengan
langkah seperti pada Gambar 1 berikut.
Mulai
Bejana dipanaskan pada suhu konstan lalu kenaikan suhu dan kondisi
benda uji diamati
Selesai
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Praktikum
Data praktikum yang didapat tersaji pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Hasil pengamatan
Waktu Suhu Pada Kondisi Ring 2 Suhu Pada Kondisi Ring 3
(menit) Ring 2 (ᵒC) Ring 2 (ᵒC)
Start Suhu awal 5ᵒC Kondisi awal Suhu awal 5ᵒC Kondisi awa;
3 32,4 Belum ada perubahan 34 Belum ada perubahan
4 35 Belum ada perubahan 36 Belum ada perubahan
5 37,5 Belum ada perubahan 39,8 Belum ada perubahan
6 39,8 Mulai penurunan pada 42 Mulai penurunan pada
aspal aspal
7 42,5 Pertambahan 45 Pertambahan
penurunan penurunan
8 45 Pertambahan 47 Makin besar
penurunan penurunannya
9 47 Aspal turun 59,3 Hampir menyentuh
melengkung lempengan
10 49,5 Makin besar 54 Aspal jatuh
penurunannya
11 52 Hampir menyentuh
lempengan
11,28 53,5 Aspal jatuh
2. Analisis
2.1 Analisis Percobaan
Pengujian titik Lembek ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kapan aspal mulai melembek dan digunakan dalam mengelompokan aspal yang
nantinya akan digunakan dalam medesign perkerasan jalan/ aspal suhu berapa
yang cocok digunakan dalam campuran dan dengan suhu lingkungan semakin
besar titik lembek, semakin besar nilai penetrasinya maka semakin tinggi nilai
daktalitas / atau titik lembek. Pengujian titik lembek dilakukan degan
menggunakan dua buah ring sampel yang diberi label Ring 2 dan Ring 3.
Pengujian pada Ring 2 dilakukan oleh Kelompok 2 dan pengujian Ring 3
dilakukan oleh Kelompok 3. Pegujian dilakukan selama 12 menit.
BAB IV
KESIMPULAN
Hasil praktikum didapatkan bahwa sampel aspal pada Ring 2 memiliki titik
lembek sebesar 53.5oC sedangkan, sampel aspal pada Ring 3 memiliki titik
lembek 53oC. Menurut Metode Bina Marga titik lembek untuk campuran aspal
pen 60 yang diisyaratkan adalah 48°C - 58°C , aspal pen 40 adalah min 51°C dan
max 63°C. Hasil pengujian didapat aspal ring 2 mulai melembek pada suhu 39°C
dan aspal ring 3 mulai melembek pada suhu 42°C. Hal ini menunjukkan bahwa
aspal yang di uji tidak sesuai dengan standard dan tidak dapat digunakan sebagai
bahan pekerasan jalan, karena hasil pengujiannya kurang dari batas suhu yang
sesuai dengan ketentuan.
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. 1993. Guide for Design Of Pavement Structures. Washington DC
(US): AASHTO.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2434-2011 : Cara Uji Titik
Lembek Aspal Dengan Cincin dan Bola (Ring and Ball). Jakarta (ID) : BSN.
Kerbs RD, Walker RD. 1971. Highway Materials. New York (US) : McGraw
Hill.
Sukirman S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Bandung (ID) : Nova.
Suroso WT. 2007. Peningkatan Kinerja Campuran Beraspal dengan Karet Alam
dan Karet Sintetis. Bandung (ID) : Laporan Penelitian Jurnal Puslitbang
Jalan.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi praktikum