Anda di halaman 1dari 11

LAB KEKUATAN BAHAN Waktu : 13.00 – 16.

00 WIB
LAB STRUKTUR Tanggal : 18 September 2019
Hari : Rabu

PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN


PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL

Kelompok 2

Rafi Raihan Gunawan F44160003


Anggy Aruna D. F44160013
Muhammad Fattahudin F44160031
Thariq Ziyad F44160040
Risky Ramadan F44160047
Ahmad Lani F44160054
Triyogo Aleksandria F44160062
M Riva Algar F44160072
Zalfa Maulida F44160097

Dosen Pengajar :
Sekar Mentari, S.T., M.T

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Maksud dan Tujuan


Pengujian titik lembek aspal meliputi penentuan titik lembek aspal antara
30°C sampai dengan 157oC menggunakan alat cincin dan bola yang direndam
pada air suling (untuk titik lembek antara 30°C sampai dengan 80oC), direndam
pada gliserin (untuk titik lembek di atas 80°C sampai dengan 157oC) atau
direndam pada Ethylene Glycol (untuk titik lembek antara 30°C sampai dengan
110oC).
Pengujian titik lembek aspal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai hasil uji
titik lembek aspal yang berkisar antara 30oC sampai 200oC dengan menggunakan
metode ring and ball yang dinyatakan dalam satuan derajat celcius (°C). Bola baja
akan turun dengan aspal sehingga menyentuh pelat dasar yang diletakkan cincin.
Hasil pegujian titik lembek aspal yang dilakukan kemudian dapat digunakan
untuk menetukan kepekaan aspal terhadap suhu.

2. Teori Singkat
Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi berupa campuran antara agregat
dan bahan ikat yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas yang berada di
atasnya. Agregat yang biasanya dipakai pada perkerasan jalan antara lain batu
pecah, batu belah, batu kali dan filler. Bahan ikat yang dipakai antara lain adalah
aspal dan semen. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. (Sukirman S 2003)
Aspal adalah bahan semi padat yang terdiri dari hidrogen dan karbon yang
tersusun menjadi fraksi hidrokarbon. Fraksi tersebut dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu fraksi padat dan fraksi cair. Fraksi padat larut dalam fraksi cair yang
disebut malten. Malten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu nitrogen base,
acidafit I, acidafit II, dan parafin. Perbandingan antara jumlah nitrogen base dan
acidafit I dengan jumlah acidafit II dan parafin disebut parameter komposisi
malten yang menentukan ketahanan aspal terhadap abrasi (Suroso 2007).
Asphalt Concrete atau beton aspal adalah jenis perkerasan yang terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan atau tanpa bahan tambahan. Material
dicampur di tempat pencampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi,
dihamparkan, dan dipadatkan. Beton aspal merupakan jenis perkerasan terbaik
dari perkerasan lentur. (Sukirman S 2003)
Menurut AASHTO Guide for Design of Pavement Structures, 1993 struktur
perkerasan lentur, umumnya terdiri atas: lapis pondasi bawah (subbase course),
lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course). Susunannya
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1 Susunan Perkerasan Jalan


Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious) berwarna
hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam
ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah material
berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semi padat, dengan unsur utama
bitumen sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak
bumi, atau material organik lainnya. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi
fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakn produk
kimiawi. Dari ketiga material pengikat diatas, aspal merupakan material yang
umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali
bitumen disebut pula sebagai aspal (Sukirman S 2003). Sedangkan material aspal
tersebut berwarna coklat tua hingga hitam dan bersifat melekat, berbentuk padat
atau semi padat yang didapat dari alam dengan penyulingan minyak (Krebs RD
dan Walker RD 1971).
Titik lembek adalah temperatur dimana suatu lapisan aspal setebal 5 mm
akan melunak sepanjang 25,4 mm saat diberikan beban berupa bola baja
berdiameter 9,53 mm seberat 3,5 mg. Aspal dengan titik lembek yang tinggi
kurang peka terhadap perubahan temperatur tetapi lebih baik untuk bahan
pengikat konstruksi perkerasan. Syarat minimum untuk titik lembek sebesar 50°C.
BAB II
METODOLOGI

1. Peralatan dan Benda Uji


1.1 Peralatan
Peralatan, bahan, dan benda uji yang digunakan pada praktikum tersaji pada
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Daftar peralatan yang digunakan pada praktikum

No. Alat Gambar

1 Thermometer

Sumber : SNI 2434:2011 Cara uji titik lembek aspa dengan


cincin dan bola (ring and ball)

2 Cincin Kuningan

Sumber : SNI 2434:2011 Cara uji titik lembek aspa dengan


cincin dan bola (ring and ball)
3 Bola Baja

4 Alat Pengarah Bola

5 Bejana Gelas
D = 18,5 cm; h = 12 cm
6 Dudukan Benda Uji

7 Penjepit

1.2 Benda Uji


.Benda uji yang digunakan adalah aspal. Metode persiapan benda uji adalah
sebagai berikut.
1. Contoh benda uji dipanaskan secara perlahan sambil diaduk terus menerus
hingga cair dan dapat dituang. Suhu pemanasan ter tidak melebihi 56oC
dan untuk aspal tidak melebihi 100oC, waktu pemanasan tidak boleh
melebihi 30 menit di atas kompor atau tidak lebih dari 2 jam di dalam
oven.
2. Dua cincin dipanaskan sampai suhu tuang, kemudian diletakkan di atas
pelat kuningan yang telah diberi lapisan campuran tale/sabun.
3. Tuang contoh ke dalam dua buah cincin, kemudian diamkan pada suhu
5oC selama 30 menit.
4. Ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah
dipanaskan ketika contoh telah dingin.

2 Prosedur Percobaan
Pelaksanaan praktikum pengujian titik lembek aspal dilakukan dengan
langkah seperti pada Gambar 1 berikut.
Mulai

Bejana diisi dengan air suling baru

Benda uji dipasang dan diatur lalu diletakkan bola di atasnya

Gambar 1 Diagram alir penelitian


A

Seluruh peralatan dimasukkan ke dalam bejana gelas

Jarak antara permukaan pelat dan benda uji diatur

Termometer diletakkan di antara benda uji

Bejana dipanaskan pada suhu konstan lalu kenaikan suhu dan kondisi
benda uji diamati

Selesai

Gambar 2 Diagram alir praktikum

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Praktikum
Data praktikum yang didapat tersaji pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Hasil pengamatan
Waktu Suhu Pada Kondisi Ring 2 Suhu Pada Kondisi Ring 3
(menit) Ring 2 (ᵒC) Ring 2 (ᵒC)
Start Suhu awal 5ᵒC Kondisi awal Suhu awal 5ᵒC Kondisi awa;
3 32,4 Belum ada perubahan 34 Belum ada perubahan
4 35 Belum ada perubahan 36 Belum ada perubahan
5 37,5 Belum ada perubahan 39,8 Belum ada perubahan
6 39,8 Mulai penurunan pada 42 Mulai penurunan pada
aspal aspal
7 42,5 Pertambahan 45 Pertambahan
penurunan penurunan
8 45 Pertambahan 47 Makin besar
penurunan penurunannya
9 47 Aspal turun 59,3 Hampir menyentuh
melengkung lempengan
10 49,5 Makin besar 54 Aspal jatuh
penurunannya
11 52 Hampir menyentuh
lempengan
11,28 53,5 Aspal jatuh
2. Analisis
2.1 Analisis Percobaan
Pengujian titik Lembek ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kapan aspal mulai melembek dan digunakan dalam mengelompokan aspal yang
nantinya akan digunakan dalam medesign perkerasan jalan/ aspal suhu berapa
yang cocok digunakan dalam campuran dan dengan suhu lingkungan semakin
besar titik lembek, semakin besar nilai penetrasinya maka semakin tinggi nilai
daktalitas / atau titik lembek. Pengujian titik lembek dilakukan degan
menggunakan dua buah ring sampel yang diberi label Ring 2 dan Ring 3.
Pengujian pada Ring 2 dilakukan oleh Kelompok 2 dan pengujian Ring 3
dilakukan oleh Kelompok 3. Pegujian dilakukan selama 12 menit.

1.2 Analisis Data


Praktikum ini menbandingkan titik lembek yang dihasilkan oleh ring 2 dan
ring 3. Pada ring 2 aspal mulai turun pada menit ke-6 pada saat suhu 39.8oC. Dari
hasil praktikum didapatkan bahwa sampel aspal pada Ring 2 memiliki titik
lembek sebesar 53.5oC sedangkan, sampel aspal pada Ring 3 memiliki titik
lembek 53oC. Sampel pada Ring 2 mencapai titik lembek dengan waktu yang
lebih lama (11,32 menit) dari pada sampel pada Ring 3 (10 menit). Disamping itu,
kondisi titik lembek pada Ring 1 berada pada suhu yang lebih tinggi dari Ring 4,
yaitu sebesar 53.5oC untuk Ring 1 dan 53oC untuk Ring 4. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

1.3 Analisis Kesalahan


Menurut Metode Bina Marga titik lembek untuk campuran aspal pen 60
yang diisyaratkan adalah 48°C - 58°C , aspal pen 40 adalah min 51°C dan max
63°C. Di dalam SNI2434:2011 tentang cara uji titik lembek aspal dengan alat
cincin dan bola menunjukkan bahwa untuk aspal yang biasa digunkan pada
perkerasan jalan yaitu aspal pen 60 mempunyai titik lembek dari 48°C sampai
dengan 58°C. Hasil pengujian didapat aspal ring 2 mulai melembek pada suhu
39°C dan aspal ring 3 mulai melembek pada suhu 42°C. Hal ini menunjukkan
bahwa aspal yang di uji tidak sesuai dengan standard dan tidak dapat digunakan
sebagai bahan pekerasan jalan, karena hasil pengujiannya kurang dari batas suhu
yang sesuai dengan ketentuan sehingga di khawatirkan aspal tersebut akan mudah
meleleh sebelum mencapai suhu extrimnya.

BAB IV
KESIMPULAN

Hasil praktikum didapatkan bahwa sampel aspal pada Ring 2 memiliki titik
lembek sebesar 53.5oC sedangkan, sampel aspal pada Ring 3 memiliki titik
lembek 53oC. Menurut Metode Bina Marga titik lembek untuk campuran aspal
pen 60 yang diisyaratkan adalah 48°C - 58°C , aspal pen 40 adalah min 51°C dan
max 63°C. Hasil pengujian didapat aspal ring 2 mulai melembek pada suhu 39°C
dan aspal ring 3 mulai melembek pada suhu 42°C. Hal ini menunjukkan bahwa
aspal yang di uji tidak sesuai dengan standard dan tidak dapat digunakan sebagai
bahan pekerasan jalan, karena hasil pengujiannya kurang dari batas suhu yang
sesuai dengan ketentuan.
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. 1993. Guide for Design Of Pavement Structures. Washington DC
(US): AASHTO.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2434-2011 : Cara Uji Titik
Lembek Aspal Dengan Cincin dan Bola (Ring and Ball). Jakarta (ID) : BSN.
Kerbs RD, Walker RD. 1971. Highway Materials. New York (US) : McGraw
Hill.
Sukirman S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Bandung (ID) : Nova.
Suroso WT. 2007. Peningkatan Kinerja Campuran Beraspal dengan Karet Alam
dan Karet Sintetis. Bandung (ID) : Laporan Penelitian Jurnal Puslitbang
Jalan.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi praktikum

Anda mungkin juga menyukai