LAPORAN
UJI TITIK LEMBEK ASPAL
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Bahan
Perkerasan di Laboratorium Bahan Perkerasan
Mata Kuliah:
Konstruksi Jalan Raya
Dosen Pengampu:
Faqih Maarif, M.Eng
Kata Pengantar
Disusun Oleh:
Ricky Darmawan (14505241055)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
2
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
A. Jenis Pengujian
1
B.Kajian Teori 1
C.Alat dan Bahan 3
1. Alat 3
2. Bahan 9
D. Langkah Kerja
12
E.Penyajian Data 13
F. Pembahasan 14
G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum
18
H. Kesimpulan
18
I. Saran-Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL
3
Tabel 2. Data hasil pengujian titik lembek bola 1 (B1) 13
Tabel 3. Data hasil pengujian titik lembek bola 2 (B2) 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Baskom 3
4
Gambar 2. Bejana perendam 4
Gambar 3. Cincin kuningan 4
Gambar 4. Termometer 5
Gambar 5. Alat tulis 5
Gambar 6. Stopwatch 6
Gambar 7. Palu 6
Gambar 8. Kain lap 7
Gambar 9. Cawan 7
Gambar 10. Kompor listrik 7
Gambar 11. Bola baja 8
Gambar 12. Dudukan benda uji 8
Gambar 13. Pelat alas 9
Gambar 14. Pengarah bola 9
Gambar 15. Piring 9
Gambar 16. Sendok 10
Gambar 17. Aspal 11
Gambar 18. Kerosene 11
Gambar 19. Es batu 12
Gambar 20. Grafik hubungan suhu (C) dan waktu (detik) B1 17
Gambar 21. Grafik hubungan suhu (C) dan waktu (detik) B2 18
DAFTAR LAMPIRAN
5
Gambar 2. Proses memasukkan aspal cair dalam cincin kuningan
Gambar 3. Proses kontroling suhu bejana perendam
Gambar 4. Proses kontroling suhu benda uji
Gambar 5. Peletakan benda uji dalam dudukan benda uji
6
A. Jenis Pengujian
B. Praktikum kali ini adalah berjudul pengujian titik lembek
aspal. Metode yang digunakan adalah metode ring and ball. Pengujian ini
bertujuan untuk menemukan titik kelembekan aspal yang menggunakan
alat berupa bola-bola besi sebagai medianya. Dengan mengetahui tingkat
kelembekan aspal maka dapat diketahui tingkat ketahanan aspal ketika
digunakan di lapangan.
C. Kajian Teori
D. Menurut RSNI 2456 (2011:iii) aspal merupakan bahan
pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan
keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan utama
pembuatan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan
persyaratan mutu aspal adalah titik lembek aspal yang bertujuan untuk
mencari tahu konsistensi aspal berdasarkan sifat viskoelastisnya.
E. Menurut RSNI 06-2434 (1991:1) aspal sebagai bahan
viskoelastik tanpa penentuan titik lembek yang tepat, secara perlahan
menjadi kurang viskos dan encer bila temperatur meningkat. Untuk alasan
ini, maka pengujian titik lembek harus diuji dengan cara uji yang baku.
Titik lembek di dalam persyaratan aspal, untuk konsistensi dalam
pengiriman atau suplai. Titik lembek dapat sebagai indikasi
kecenderungan aspal melunak akibat kenaikan temperatur pada perkerasan
jalan.
F. Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam
cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar
yang terletak dibawah cincin pada ketinggian 1inchi ( 2,44 mm ), sebagai
kecepatan akibat pemanasan (SNI 06-2434-1991:1).
G. Menurut SNI 06-2434 (1991:1), titik lembek aspal dan ter
berkisar antara 30-200C. Dalam pengujian titik lembek ini diharapkan
titik lembek hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaan jalan sehingga
tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan, untuk itu
1
dilakukan usaha untuk mempertinggi titik lembek antara lain dengan
menggunakan filler terhadap campuran beraspal.
H. Berdasarkan RSNI 06-2434 (1991:1), mengenai cara uji
titik aspal lembek dengan alat cincin dan bola (ring and ball), pengujian
ini dimaksudkan untuk menentukan angka dari titik lembek aspal yang
berkisar antara 30-157C. Cara uji penentuan titik lembek aspal antara 30-
157C menggunakan alat cincin dan bola yang direndam pada air suling
(untuk titik lembek antara 30-80C), direndam pada gliserin (untuk titik
lembek diatas 80-157C) atau direndam pada Ethylene Glycol (untuk titik
lembek antara 30-110C).
I. Di dalam bahan ajar bahan bangunan II (2012:49) tentang
aspal nilai hasil uji pada standar ini dinyatakan dalam satuan derajat
celcius (C). Spesifikasi bina marga tentang titik lembek untuk aspal
keras pen 40 adalah 51C (minimum) dan 63C (maksimum). Untuk
aspal yang biasa digunakan pada perkerasan jalan, yaitu aspal pen 60
mempunyai temperatur titik lembek dari 48-58C. Pengujian titik lembek
ini penting dalam prasyarat aspal, yang mengindikasikan aspal cenderung
melunak pada kenaikan temperature pada perkerasan jalan.
J. Menurut bahan ajar bahan bangunan II (2012:49)
percobaan ini dilakukan karena pelembekan bahan aspal dan ter, tidak
terjadi secara langsung suhu tertentu, tetapi bertahap seiring penambahan
suhu. Oleh sebab itu setiap prosedur yang digunakan hendaknya mengikuti
sifat dasar tersebut artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya
berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus yaitu dengan
penambahan suhu 5C/menit.
K. Menurut SNI 06-2434 (1991:1) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengujian titik lembek antara lain:
1. Kualitas dan jenis cairan penghantar.
2. Berat bola besi.
3. Jarak antara ring dengan aspal plat besi.
4. Besarnya suhu pemanasan.
L. Aplikasi dari nilai titik lembek antara lain dapat digunakan
sebagai:
2
1. Bersama-sama dengan nilai Penetrasi digunakan untuk menentukan PI
(Penetration Index) yang merupakan tingkat kepekatan aspal terhadap
temperatur.
2. Menentukan modulus bahan aspal dengan menggunakan nomogram
Van Der Poel.
3. Menentukan sifat kelelahan dari lapisan aspal dan agregat.
Q.
R. Gambar 1. Baskom
b. Bejana perendam
S. Bejana perendam adalah gelas kimia tahan panas,
mempunyai ukuran diameter dalam tidak kurang dari 85mm dan
3
tinggi tidak kurang dari 120mm dari dasar bejana yang mendapat
pemanasan.
T.
U.
V. Gambar 2. Bejana perendam
c. Cincin kuningan
W. Alat utama yang digunakan adalah benda berupa cincin
yang terbuat dari kuningan sejumlah dua buah. Berfugsi sebagai
tempat aspal sekaligus benda uji lainnya yaitu bola-bola baja ketika
dipanaskan di dalam bejana perendam nantinya.
X.
Y.
d. Termometer
Z. Termometer digunakan untuk mengukur suhu yaitu
pada saat sebelum dan saat aspal akan dicari kapan waktu titik
lembeknya. Pada saat benda uji akan dimasukkan ke dalam bejana
perendam untuk dipanaskan maka perlu ada kontrol terhadap
perubahan suhu yang terjadi. Dan setelah bejana perendam
dipanaskan maka termometer harus selalu diamati karena besar
kecilnya kenaikan suhu dalam waktu tertentu turut mempengaruhi
dari hasil akhir pengujian nantinya.
4
AA. Termometer harus diletakkan sesuai panduan agar
bagian bawah gelembung termometer sejajar dengan bagian
bawah dari cincin pada jarak 1mm dari cincin, tidak menyentuh
cincin atau alat pemegang cincin. Selama pengujian termometer
tidak boleh diganti.
AB.
e. Alat tulis
AD. Alat tulis yang digunakan berupa pena dan selembar
kertas. Alat tersebut digunakan untuk mencatat suhu, hasil
pengujian, serta lamanya waktu pengujian yang telah dilakukan.
Karena nilai yang dihasilkan untuk tiap percobaan berbeda-beda
maka harus dilakukan pencatatan agar tidak terjadi kesalahan.
AE.
AF. Gambar 5. Alat tulis
5
AH.
AI. Gambar 6. Stopwatch
g. Palu
AJ. Palu digunakan untuk menghancurkan es batu agar menjadi
bongkahan-bongkahan kecil yang bisa masuk bejana perendam dan
larut dalam air.
AK.
AL. Gambar 7. Palu
h. Kain lap
AM. Digunakan untuk membersihkan aspal yang menempel
pada alat setelah digunakan untuk pengujian. Dan juga berfungsi
sebagai pembersih apabila tangan praktikan kotor akibat aspal dan
kerosone.
6
AN.
AO. Gambar 8. Kain lap
i. Cawan
AP. Cawan berfungsi sebagai wadah untuk aspal yang akan
dipanaskan. Cawan yang digunakan pada saat pengujian adalah
cawan contoh terbuat dari logam berbentuk silinder dengan dasar
rata berdiameter 5cm.
AQ.
AR. Gambar 9. Cawan
j. Kompor listrik
AS. Kompor listrik digunakan untuk memanaskan cawan yang
berisi aspal yang masih beku. Serta memanaskan aspal yang telah
dimasukkan ke dalam bejana perendam untuk diukur tingkat
kelembekannya.
AT.
AU. Gambar 10. Kompor listrik
k. Bola baja
7
AV. Bola baja merupakan media yang digunakan sebagai alat
untuk menentukan titik lembek aspal. Dua bola baja dengan
diameter
AW. 9,5mm, setiap bola mempunyai berat 3,5gram 0,05gram.
AX.
AY. Gambar 11. Bola-bola baja
BB.
BC. Gambar 12. Dudukan benda uji
m. Pelat alas
BD. Pelat alas berbentuk persegi berukuran 15cm x 15cm yang
terbuat dari kawat besi yang membentuk jejaring. Berfungsi
sebagai alas dari bejana perendam ketika dipanaskan.
8
BE.
BF. Gambar 13. Pelat alas
n. Pengarah bola
BG. Pengarah bola terdiri atas dua pengarah bola yang terbuat
dari bahan kuningan, untuk meletakkan bola di tengah cincin, satu
untuk setiap bola, bentuk dan dimensinya disesuaikan dengan bola
besi agar dapat masuk melewatinya.
o. Piring
BJ. Piring berfungsi sebagai tatakan untuk meletakkan
cawan. Untuk berjaga-jaga apabila aspal di dalam cawan yang
dipanaskan akan meluap dan tumpah ke kompor listrik. Dan piring
yang digunakan terbuat dari seng sehingga mampu menghantarkan
panas dengan baik dari kompor listrik ke cawan. Juga digunakan
untuk wadah ketika benda uji didinginkan.
BK.
BL.Gambar 15. Piring
9
p. Sendok
BM. Untuk memudahkan dan mempercepat proses
pencairan aspal perlu dilakukan pengadukan agar seluruh partikel
dapat mencair. Dan juga agar supaya aspal dapat mengeluarkan
oksigen didalamnya. Maka diperlukan suatu alat untuk mengaduk.
Pengaduk cukup menggunakan sendok. Juga digunakan sebagai
alat untuk menuangkan aspal dari cawan ke cincin kuningan.
BN.
BO. Gambar 16. Sendok
2. Bahan
BP. Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian ini
adalah aspal sebagai bahan utama dan kerosene serta es batu sebagai
bahan pendukung. Aspal yang digunakan adalah aspal dari pasaran
yang kemudian dipanaskan di dalam cawan yang sudah mengeras lalu
setelah mencair dituangkan ke dalam cincin kuningan. Sedangkan es
batu harus dipecahkan terlebih dahulu. Berikut ini merupakan bahan-
bahan yang diggunakan dalam pengujian kali ini.
a. Aspal
BQ. Benda uji adalah aspal sebanyak 50gram yang
bersih dan bebas dari air serta minyak ringan. Benda uji yang
digunakan adalah aspal yang telah mencair setelah dipanaskan di
dalam cawan. Aspal yang telah dipanaskan hingga mencair serta
kehilangan seluruh oksigen di dalamnya kemudian dituangkan
dalam cincin kuningan.
10
BR.
BS. Gambar 17. Aspal
BU.
BV. Gambar 18. Kerosene
c. Es batu
BW. Dalam pengujian ini es batu digunakan sebagai bahan
utama untuk membantu proses penurunan suhu benda uji. Pecahan
dari es batu dimasukkan dalam bejana perendam dan aspal yang
berada di dalam cincin kuningan untuk menjaga suhu agar tetap
berada pada kisaran 5C.
11
BX.
12
r. Alat dan laboratorium dibersihkan.
13
9
EF. EG. 842 EH. 50 EI.
10
EJ. EK. 933 EL. 55 EM.
11
EN. EO. 960 EP. 56 EQ. Titik
12 lembek
ER.
ES.
ET.
EU.
EV.
EW. Tabel 3. Data hasil pengujian titik lembek bola 2 (B2)
EX. EY. Waktu EZ. Su FA. Keter
N (detik) hu (C) angan
o
FB. FC. 0 FD. 5 FE.
1
FF. FG. 158 FH. 10 FI.
2
FJ. FK. 252 FL. 15 FM.
3
FN. FO. 347 FP. 20 FQ.
4
FR. FS. 425 FT. 25 FU.
5
FV. FW. 509 FX. 30 FY.
6
FZ. GA. 597 GB. 35 GC.
7
GD. GE. 675 GF. 40 GG.
8
GH. GI. 762 GJ. 45 GK.
9
GL. GM. 842 GN. 50 GO.
10
GP. GQ. 933 GR. 55 GS.
11
GT. GU. 960 GV. 56 GW.
12
GX. GY. 962 GZ. 57 HA. Titik
14
13 lembek
HB.
HC. Pembahasan
HD. Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam
cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar
yang terletak dibawah cincin pada ketinggian 1inchi (2,44mm), sebagai
kecepatan akibat pemanasan.
HE. Pengujian ini merupakan kelanjutan dari praktikum
sebelumnya yaitu pemanasan bahan bitumen dan pengujian penetrasi.
Aspal memiliki banyak sifat-sifat fisik yang melekat dari padanya. Salah
satunya adalah disebut sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur. Pada
dasarnya seluruh aspal memiliki sifat termoplastik yaitu menjadi lebih
keras (memadat) apabila temperatur menurun. Sebaliknya aspal akan
melunak apabila mengalami kenaikan suhu.
HF. Aspal juga memiliki sifat viskoelastik, sebagai bahan
viskoelastik tanpa penetuan titik lembek yang tepat, secara perlahan
menjadi kurang viskos dan encer bila temperatur meningkat. Untuk alasan
ini, maka pengujian titik lembek harus diuji dengan cara uji yang baku.
Titik lembek di dalam persyaratan aspal, untuk konsistensi dalam
pengiriman atau suplai. Titik lembek dapat dijadikan sebagai indikasi
kecenderungan aspal melunak akibat kenaikan temperatur pada perkerasan
jalan.
HG. Dengan mengetahui suhu dimana aspal mulai lembek
dengan menggunakan alat ring and ball dimana suhu ini akan menjadi
acuan dilapangan atas kemampuan aspal menahan suhu yang terjadi untuk
tidak lembek sehingga dapat mengurangi daya lekat. Salah satu jenis
pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah titik lembek
aspal yang bertujuan untuk mencari tahu konsistensi aspal berdasarkan
sifat viskoelastisnya.
HH. Titik lembek aspal dan ter berkisar antara 30-200C. Dalam
pengujian titik lembek ini diharapkan titik lembek hendaknya lebih tinggi
dari suhu permukaan jalan sehingga tidak terjadi pelelehan aspal akibat
15
temperatur permukaan jalan, untuk itu dilakukan usaha untuk
mempertinggi titik lembek antara lain dengan menggunakan filler terhadap
campuran beraspal.
HI.Metode pengujian yang dilakukan kali ini adalah uji titik aspal lembek
dengan alat cincin dan bola (ring and ball). Pengujian ini dimaksudkan
untuk menentukan angka dari titik lembek aspal yang berkisar antara 30-
157C. Nilai hasil uji pada standar ini dinyatakan dalam satuan derajat
celcius (C). Pengujian titik lembek ini penting dalam prasyarat aspal,
yang mengindikasikan aspal cenderung melunak pada kenaikan temperatur
pada perkerasan jalan.
HJ. Percobaan titik lembek aspal dan ter yang dilaksanakan pada
tanggal 22 Maret 2017 ini bertujuan untuk mengetahui titik lembek dari
sampel uji aspal. Titik lembek menggambarkan kecenderungan aspal
untuk melunak dalam suhu tertentu. Percobaan ini dilakukan untuk dua
buah benda uji. Tahap awal percobaan yaitu menyiapkan benda uji yaitu
aspal yang digunakan oleh pratikan saat itu telah disiapkan sebelumnya
oleh pihak laboran. Selanjutnya meletakkan dua buah benda uji yang
berada di dalam ring ke dudukannya dan meletakkan bola besi di atasnya.
HK. Kemudian disiapkan air dingin dalam bejana gelas dengan cara
memasukan bongkahan es batu ke dalam air sampai mencapai suhu yang
disyaratkan yaitu suhu 5C yang dikontrol dengan menggunakan
termometer. Setelah suhu air dipastikan konstan 5C maka tahap
selanjutnya adalah memasukan peralatan yang berisi sampel kedalam air
dingin dalam bejana gelas tersebut selama 10-15menit. Pengontrolan suhu
air tetap dilakukan selema perendaman benda uji. Apabila suhu air dingin
naik, maka harus ditambahkan es batu ke dalam air dingin untuk
mengembalikan suhu menjadi 5C. Pengontrolan suhu dimaksudkan agar
aspal memilik suhu awal yang sama dengan air sebelum dilakukan
pemanasan.
HL. Setelah waktu perendaman 15menit, maka tahapan selanjutnya
adalah mengangkat bejana perendam yang berisi air dingin 5C dan benda
uji dan meletakkannya diatas kompor listrik yang sudah panas. Setelah itu
16
kompor listrik dinyalakan dan pemanasan dimulai. Proses pemanasan
diteruskan sampai aspal melembek ke bawah dan menyentuh plat dasar
dari dudukan benda uji. Selama pemanasan, diamati kenaikan suhu selama
selang waktu 1 menit. Suhu yang tercatat pada saat aspal mencapai pelat
dasar disebut titik lembek. Untuk kedua benda uji yang digunakan suhu
untuk menyatakan titik lembeknya menunjukkan nilai yang sedikit
berbeda yaitu 56 dan 57C dengan waktu yang sedikit berbeda pula.
HM. Kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur
berhubungan dengan kepekaan terhadap lama waktu pelaksanaan
perkerasan jalan dan perubahan temperatur sepanjang masa pelayanan
jalan. Aspal yang mengandung lilin (wax) lebih peka terhadap temperatur
dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin. Kepekaan
temperatur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi
retak/mengeras. Parameter pengukur kepekaan aspal terhadap temperatur
adalah indeks penetrasi (Penetration Index=PI). Nilai PI antara -1 dan +1
adalah nilai PI yang umum dimiliki oleh aspal yang digunakan untuk
material perkerasan jalan.
HN. Dalam pengujian ini didapatkan nilai titik lembek aspal rata-rata
adalah 56,5C. Perhitungannya untuk nilai titik lembek rata-rata adalah:
56+ 57
HO. =
2
HP. = 56,5C
HQ. Nilai PI
HR. Rumus:
20500 A
HS. = A=
50 A +1
HW. Keterangan:
HX. PI = Indeks penetrasi
17
HY. Pen 25C = Nilai penetrasi pada suhu 25C
HZ. Apabila dilihat hubungan waktu dan suhu dengan grafik adalah
sebagai berikut:
IA.
60
50
40
30
Suhu (C)
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Waktu (detik)
Bola B1
IB. Gambar 20. Grafik hubungan suhu (C) dan waktu (detik) B1
IC.
18
ID.
60
50
40
30
Suhu (C)
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Waktu (detik)
Bola B2
IE. Gambar 21. Grafik hubungan suhu (C) dan waktu (detik) B2
IH.Kesimpulan
19
II. Dari praktikum pengujian titik lembek ini didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Teknis
a. Alat dan bahan yang digunakan serta metode yang dilakukan sudah
sepenuhnya mengikuti panduan dari SNI.
b. Perbedaan hasil akhir dari pengujian B1 dan B2 yang tidak
mencolok menunjukkan bahwa pengujian yang dilakukan sudah
benar. Hal ini sesuai karena keduanya memang berasal dari sumber
yang sama.
c. Kenaikan suhu tiap 5C adalah tidak konsisten pada kisaran waktu
1menit melainkan bervariasi.
d. Uji titik lembek aspal dengan menggunakan metode ring and ball
berguna untuk menentukan titik lembek suatu aspal yang nantinya
dipakai dalam perkerasan jalan.
2. Non Teknis
a. Aspal yang diuji pada percobaan ini memiliki titik lembek 56,5C.
b. Pengujian ini berhubungan dengan pengujian penetrasi yaitu
bersama-sama dengan nilai penetrasi digunakan untuk mencari
Penetration Index yang merupakan tingkat kepekatan aspal
terhadap temperatur.
c. Angka Penetration Index aspal tersebut adalah 0,9 atau masih
termasuk aspal yang biasa digunakan untuk perkerasan jalan.
IJ. Saran
IK. Saran untuk dosen pengampu, kepala jurusan, teknisi lab yaitu:
1. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar alangkah
baiknya apabila alat di laboratorium segera ditambah sehingga hasil
kerja mahasiswa bisa dipertanggungjawabkan serta memberi manfaat
bagi masyarakat baik perencana atau pun kontraktor dan utamanya
bagi pengguna jalan raya.
IL.
IM.
IN.
IO.
20
IP.
IX.
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.
JD.
JE.
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.
JN.
JO.
JP. LAMPIRAN
21
JQ.
JT.
JU. Gambar 2. Proses memasukkan aspal cair dalam cincin kuningan
JV.
JW.
JX. Gambar 3. Proses kontroling suhu bejana gelas
JY.
JZ.
22
KA.
KB. Gambar 4. Proses kontroling suhu benda uji
KC.
KD. Gambar 5. Peletakan benda uji dalam dudukan benda uji
KE.
KF.
KG.
KH.
KI.
KJ.
KK.
23
KL. LEMBAR KONSULTASI
KM.
KN. KO. Tangga KQ. Par
KP. Keterangan
NO l af
KR. KT. KV. KX.
KU. 23 KW.
KS. Maret 2017
1
KY.
24