Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Bahan Jalan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, manusia sering
melakukan pergerakan dari suatu tempat ke tempat yang lain demi memenuhi
kebutuhan. Sehingga dibutuhkan ketersediaan akan prasarana yang menunjang
kegiatan tersebut, seperti jalan. Dengan adanya prasarana tersebut juga dapat
menunjang suatu daerah agar lebih maju dari sebelumnya. Perkerasan jalan
merupakan hal yang utama untuk menunjang dalam bertransportasi secara aman,
nyaman dan mudah, maka dari itu dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan
layak untuk dipergunakan.
Perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat pada umumnya
baik digunakan untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang,
seperti jalan perkotaan, jalan dengan sistem utilitas terletak di bawah perkerasan
jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap (Sukirman,
2010).
Aspal adalah material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan
hasil dari industri perminyakan. Aspal merupakan material untuk perekat, yang
berwarna coklat gelap hingga hitam, dengan unsur pokok yang dominan adalah
bitumen. Dalam SNI 03-1737-1989, aspal keras didefinisikan sebagai suatu jenis
aspal minyak yang merupakan residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan
hampa udara, yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk padat, sedang
aspal cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir
berbentuk cair. Aspal ini terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan bahan
pelarut (Christady, 2010:143).

1
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dilakukannya Praktikum Bahan Jalan adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pada waktu dan suhu berapa aspal mulai mengeluarkan nyala api
dan terbakar.
2. Mengetahui pada waktu dan suhu berapa aspal dan ter mulai lembek.
3. Menentukan nilai kekerasan aspal.
4. Mengetahuikadar aspal optimum dalam campuran berbagai perbedaan kadar
aspal yang digunakan.
5. Menentukan ketahanan terhadap kelelehab dari campuran aspal.

1.3 RUANG LINGKUP PRAKTIKUM


Ruang lingkup yang dilakukan pada Praktikum Bahan Jalan adalah sebagai
berikut.
1. Pengujian Garegat, antara lain:
1) Analisis Pencampuran dan Joint Mix Formula.
2. Pengujian aspal, antara lain:
1) Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup.
2) Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter.
3) Pengujian Penetrasi.
3. Pembuatan Campuran Aspal, antara lain:
1) Pencetakan Benda Uji.

2
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

1.4 STANDAR PENGUJIAN


Standar pengujian yang dipakai pada Praktikum Bahan Jalan adalah sebagai
berikut.
Tabel 1.1 Standar Pengujian Aspal
No. Jenis Tes Standar Acuan
Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Dengan SNI 2433:2011
1
Cleveland Open Cup ASTM D 92-02b
2 Pengujian Titik Lembek Aspal Dan Ter SNI 2434:2011
3 Pengujian Penetrasi SNI 2456:2011
4 Analisis Pencampuran Dan Joint Mix Formula SNI 03-6893-2002
5 Pencetakan Benda Uji AASHTO T 245-90

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan laporan pada Praktikum Bahan Jalan adalah sebagai
berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup praktikum, standar pengujian,
dan sistematika penulisan.
BAB 2 PENGUJIAN ASPAL
Berisi tentang pengujian aspal, latar belakang, dan tujun dilakukannya
pengujian tersebut.
BAB 3 PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran selama Praktikum Bahan Jalan.

3
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

BAB 2
PENGUJIAN ASPAL

2.1 PENDAHULUAN
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan
meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang
kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil
pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).
Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan.
Aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu dan kembali
membeku jika temperatur turun. Kandungan aspal terdiri dari 80% karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi,
nikel dan vanadium. Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan
atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam
yang ditemukan bersama-sama material lain.

2.2 PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN


CLEVELAND OPEN CUP
2.2.1 Maksud
Pengujian titik nyala dan titik bakar dilakukan untuk mengetahui pada waktu
dan suhu berapa aspal mulai mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan
dengan menggunakan cleveland open cup.

4
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.2.2 Landasan Teori


Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal berguna untuk mengetahui
temperatur di mana aspal mulai menyala, dan temperatur dimana aspal mulai
terbakar. Data ini dibutuhkan sebagai informasi penting dalam proses pencampuran
demi keselamatan dalam bekerja. Pengujian dilakukan dengan mencetak contoh
semen aspal di dalam cawan cleveland yang terbuat dari kuningan. Cawan diletakkan
di atas pelat pemanas dan dimasukkan termometer pengukur temperatur. Temperatur
di mana aspal terlihat menyala singkat merupakan temperatur titik nyala, dan
temperatur dimana aspal mulai menyala selama minimal 5 detik dinamakan titik
bakar (Sukirman, 2003).
Aspal memiliki titik nyala dan titik bakar pada suhu tertentu. Menurut SNI
06-2433-1991 halaman 1, titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat
kurang dari 5 detik pada suatu titik di atas permukaan aspal, sedangkan titik bakar
adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang- kurangnya 5 detik pada suatu titik pada
permukaan aspal.

2.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian titik nyala dan titik bakar dengan
cleveland open cup adalah sebagai berikut.
1. Cawan kuningan (Cleveland open cup)
2. Termometer
3. Nyala penguji, adalah nyala api yang dapat diatur dan memberikan nyala
dengan diameter 3,2-4,88 dengan Panjang 7,5 cm
4. Pemanas, terdiri dari logam untuk meletakkan cawan cleveland
5. Pembakaran gas atau tungku

5
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

6. Stopwatch
7. Barometer, untuk mengukur tekanan udara

Gambar 2.1 Alat Cleveland Open Cup

Tabel 2.1 Keterangan Ukuran Cleveland Open Cup


Ukuran
Bagian Alat
Minimum (mm) Maksimum (mm)
A Diameter 3,2 4,8
B Radius 152 -
C Diameter 1,6 -
D - 2
E 6 7
F Diameter 0,8 -

6
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan pada pengujian titik nyala dan titik bakar dengan
cleveland open cup adalah sebagai berikut.
1. Letakan cawan diatas kompor pemanas tetap dibawah titik tengah cawan.
2. Letakan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.
3. Pasanglah termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm
diatas dasar dan terletak satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan
titik poros penguji. Kemudian aturlah titik poros termometer sehingga terletak
pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi.
4. Nyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3,2 – 4,8 mm, atau
nyala api penguji seukuran dengan ujung pipa api penguji.
5. Lakukan pemanasan awal dengan temperatur antara 14 – 17°C/menit sampai
benda uji mencapai temperatur 56°C di bawah titk nyala perkiraan.
6. Kemudian kurangi pemanasan hingga kecepatan kenaikan temperatur antara 5 –
6°C/menit sampai benda uji mencapai temperatur 28°C dibawah titik nyala
perkiraan.
7. Menggunakan nyala penguji pada waktu temperatur benda uji mencapai lebh
kurang 28°C dibawah titik nyala perkiraan dan lintaskan api penguji setiap
kenaikan temperatur 2°C. Lintaskan api penguji mengikuti garis lengkug yang
mempunyai jari-jari minimum 150 mm ± 1 mm. Api penguji harus bergerak
horizontal dan jarak dengan tepi atas cawan tidak lebih dari 2 mm.
8. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam satu detik. Ulangi setiap kenaikan 2°C.
9. Lanjutkan pengujian diatas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.
10. Lanjutkan pembacaan suhu sampai terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik
diatas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada termometer dan catat.

7
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.2.5 Data Percobaan


Data yang diperoleh berdasarkan pada pengujian titik nyala dan titik bakar
dengan cleveland open cup adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Data Waktu Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
Open Cup
Keterangan
No. Parameter
Waktu Suhu
Contoh dicairkan
1 Pembukaan contoh Mulai jam : 8:00 110°C
Selesai Jam : 10:30
Pemanasan sampai Contoh dipanaskan
2 56°C di bawah titik Mulai jam : 10:30 110°C
nyala perkiraan Selesai Jam : 10:55
56°C - 28°C di Contoh dipanaskan
3 bawah titiknyala Mulai jam : 10:55 225°C
perkiraan Selesai Jam : 11:02
Contoh dipanaskan
4 28°C - titik nyala Mulai : 11:02 236°C
Selesai : 11:04

8
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Tabel 2.3 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup

Titik
°C Di Bawah Titik
No Waktu °C Nyala/Titik
Nyala Perkiraan
Bakar
1 56 0'0'' 200
2 51 0'22" 205
3 46 1'10" 210
4 41 2'10" 215
5 36 3'12" 220
6 31 4'12" 225
7 26 5'06" 230
8 21 6'05" 235
9 16 6'32" 240
10 11 7'35" 245
11 6 8'35" 250
12 1 9'35" 255

2.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada pengujian titik nyala dan titik bakar
dengan cleveland open cup adalah sebagai berikut.

Titik nyala/ titik bakar terkoreksi = suhu terbaca + 0,03 (760 – tekanan
barometrik terukur) Pada pemeriksaan ganda (duplo) sebagai titik nyala benda uji
yangdapat memenuhi syarat toleransi sebagai berikut:

Tabel 2.4 Batas Toleransi Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland
Open Cup
Titik Nyala dan Titik Ulangan oleh satu Ulangan oleh beberapa
Bakar orang orang dengan satu alat
dengan satu alat
Titik nyala 79ºC400ºC < 8ºC < 18ºC)
Titik bakar < 8ºC) < 14ºC)

9
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

LABORATORIUM BAHAN JALAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.5 Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup

Titik
°C Di Bawah Titik
No Waktu °C Nyala/Titik
Nyala Perkiraan
Bakar
1 56 0'0'' 200
2 51 0'22" 205
3 46 1'10" 210
4 41 2'10" 215
5 36 3'12" 220
6 31 4'12" 225
7 26 5'06" 230
8 21 6'05" 235 236/6:05
9 16 6'32" 240
10 11 7'35" 245 242/7:14
11 6 8'35" 250
12 1 9'35" 255

10
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.2.7 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian titik nyala dan titik bakar dengan cleveland
open cup yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa titik nyala terjadi
pada suhu 236°C dalam waktu 6 menit 5 detik dan titik bakar pada suhu 242°C
dalam waktu 7 menit 14 detik.

11
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3 PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER


2.3.1 Maksud
Pengujian titik lembek aspal dan ter dilakukan untuk mengetahui pada waktu
dan suhu berapa aspal dan ter mulai lembek dengan menggunakan ring and ball test.

2.3.2 Landasan Teori


Pengujian titik lembek aspal dan ter dilakukan karena pelembekan
(softening) bahan-bahan aspal dan ter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu,
tetapi lebih merupakan perubahan gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu,
setiap prosedur yang dipergunakan untuk menentukan titik lembek aspal atau ter,
hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu pada percobaan
hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus. Metode Ring and
Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini, dapat mengukur titik
lembek bahan semisolid sampai solid.
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan
kepekaan aspal terhadap suhu. Pengertian yang dimaksud dengan titik lembek adalah
suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun, sehingga aspal
tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi 25,4 mm,
sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu (SK SNI M-20-1990-F).

2.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian titik lembek aspal dan ter adalah
sebagai berikut.
1. Cincin kuningan
2. Bola baja
3. Termometer
4. Penjepit
12
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

5. Alat pengarah bola


6. Dudukan benda uji, lengkap dengan bola baja dan pelat dasar yang mempunyai
jarak tertentu
7. Bejana gelas

Gambar 2.2 Alat Pengujian Titik Lembek

13
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan pada pengujian titik lembek aspal dan ter adalah sebagai
berikut.
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ± 25 gram.
2. Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas kedudukan dan letakan pengrah bola
di atanya. Kemudia masukan selurh peralatan tersebut ke dalam bejan gelas.
3. Isi bejana dengan air suling yang telah dipanaskan antara 30°C sampai dengan
80°C, temperatur pemanasan bejana gelas mulai pada suhu (5±1)°C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 – 108 mm.
4. Letakan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua benda uji
(kurang lebih 12,7 mm daru tiap cincin).
5. Periksa dan atur jaraj antara permukaan pelat dasar benda uji sehingga menjadi
25,4 mm.
6. Letakan bola baja yang telah dikondisikan dalam bejan gelas menggunakan
penjepit diatas alat pengarah bola.
7. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C/menit. Untuk 3 menit
pertama, perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5°C. Apabila
kecepatan pemanasan melebihi ketentuan, maka pengujian diulang.

14
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3.5 Data Percobaan


Data yang diperoleh berdasarkan pada pengujian titik lembek aspal dan ter
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6 Data Waktu Pengujian Titik Lembek Asal dan Ter

Keterangan
No. Parameter
Waktu Suhu
Contoh dipanaskan

1 Pembukaan contoh Mulai jam : 8:00 110°C

Selesai Jam : 8:30

Diamkan suhu Ruangan

2 Mendinginkan Contoh Mulai jam : 8:30 25°C

Selesai Jam : 8:45

Direndam suhu 25°C

3 Merendam Contoh Mulai jam : 8:45 5°C

Selesai Jam : 9:00


Direndam suhu 25°C
4 Mencapai suhu Mulai : 9:00 50°C
pemeriksaan
Selesai : 9:30

15
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada pengujian titik lembek aspal dan ter adalah
sebagai berikut.
Menghitung dan mencatat suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar.
Mencatat suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata-arata dan
bulatkan sampai 0,5C terdekat untuk tiap percobaan ganda. Spesifikasi Bina Marga
tentang titik lembek untuk aspal keras pen 40 (ring and ball test) adalah minimum 51C
dan Maksimum 63C, sedangkan untuk pen 60 adalah minimum 48C dan maksimum
58C

16
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

LABORATORIUM BAHAN JALAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.7 Hasil Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

Nomor Contoh
No Suhu Yang Diamati Waktu Suhu Titik Lembek
1 2 1 2
1 0°C 0 25°C
2 5°C 5'11" 30°C
3 10°C 6'14" 35°C
4 15°C 7'15" 40°C
5 20°C 8'19" 45°C
6 25°C 9'10" 50°C
7 30°C
8 35°C
9 40°C
10 45°C
11 50°C 50°C

17
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian titik lembek aspal dan ter yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa aspal mulai mengalami pelembekan dalam waktu 9
menit 10 detik dengan suhu 50°C, hal ini sesuai dengan dengan SNI 2434:2011 yang
menyatakan titik lembek aspal dan ter berkisar antara 30°C sampai 80°C.

18
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4 PENGUJIAN PENETRASI


2.4.1 Maksud
Pengujian penetrasi dilakukan untuk menentukan nilai kekerasan aspal
dengan melakukan pengujian penetrasi menggunakan alat penetrometer.

2.4.2 Landasan Teori


Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya
tidak ditnjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon aspal
tersebut diperkenalkan beberapa parameter, salah satunya adalah Pen (penetrasi).
Nilai ini menggambarkan kekerasan asapl pada suhu standar yaitu 25° C , yang
diambila dari pengukur kedalaman penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam
rentang waktu standar (5 detik).
Penetrasi sangat sensitive terhadap suhu, pengukuran di atas suhu kamar
menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun
sedemikian rupa hingga dihasilakan nila grafik antara suhu dan penetrasi. Penetrasi
index dapat ditentukan dari grafik tersebut. Nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam
nilai yang merupakan kelipatan 0,1 mm nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal
maikin tinggi nilai penetrasi makin lunak aspal tersebut begitu sebaliknya. Aspal
yang penetrasinya rendah digunakan untuk daerah yang bercuaca panas dan lalu lintas
dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin dan lalu lintas rendah.

2.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian penetrasi adalah sebagai berikut.
1. Penetrometer atau alat penetrasi
2. Pemegang jarum
3. Pemberat
4. Jarum penetrasi, terbuat dari stainless steel HRC 54-60 mm
5. Cawan
6. Bak perendam
19
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

7. Tempat air untuk benda uji


8. Pengatur wakru atau stopwatch
9. Termometer

Gambar 2.3 Penetrometer

2.4.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan pada pngujian penetrasi adalah sebagai berikut.
1. Letakan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukan tempat air tersebut
ke dalam bak perendam yang bersuhu 25°C. Diamkan dalam bak tersebut
selama 1 – 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 – 2 jam untuk benda uji besar.
2. Periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dengan
bersihkan jarum penertasi dengan toluene atau pelarut lain, kemudian keringkan
jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada megang jarum.
3. Letakan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100
± 0,1 gram).

20
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

4. Pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
5. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
benda uji, kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum
penunjuk berimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch (5 ± 0,1) detik bila
pembacaan stopwatch lebih dari (5 ± 0,1) detik, maka hasil tersebut tidak
berlaku.
7. Putarlah arloji penetrometer, kemudia bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikunya.
9. Lakukan pekerjaan 1 – 8 di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang
sama dengan ketentuan setiap titk pemeriksaan berjarak satu sama lain dan dari
tepi dinding lebih dari 1 cm.
2.4.5 Data Percobaan
Data yang diperoleh berdasarkan pada pengujian penetrasi adalah sebagai
berikut.
Tabel 2.8 Data Percobaan Pengujian Penetrasi

No. Penetrasi pada suhu 24 ºC l ll


1. Pengamatan 1 (mm) 46,000 30,000
2. Pengamatan 2 (mm) 34,000 24,000
3. Pengamatan 3 (mm) 30,000 14,000

21
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan pada pengujian penetrasi adalah sebagai berikut.
Tahapan perhitungan pegujian penetrasi yaitu melaporkan angka penetrasi
rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-kurangnya 3 pembacaan dengan ketentuan
dibawah ini.
Tabel 2.9 Ketentuan Hasil dan Toleransi Pengujian Penetrasi
Hasil penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 249 > 250
Toleransi 2 4 12 20

Pemeriksaan harus diulang apabila terdapat perbedaan antar masing-masing


pembaca melebihi toleransi. Aspal degan penetrasi kurang dari 350 dapat diuji
dengan alat-alat dan cara pemeriksaan ini, sedangkan aspal dengan penetrasi antara
350 – 500 perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
Perhitungan yang dilakukan pada pengujian penetrasi pada sampel 1 adalah
sebagai berikut.
1. Jumlah Penetrasi = Pengamatan 1 + Pengamatan 2 + Pengamatan 3
= 46,000 + 34,000 + 30,000
= 10,000

2. Rata-rata Penetrasi =

= 36,667

22
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Perhitungan yang dilakukan pada pengujian penetrasi pada sampel 2 adalah


sebagai berikut.
1. Jumlah Penetrasi = Pengamatan 1 + Pengamatan 2 + Pengamatan 3
= 30,000 + 24,000 + 14,000
= 68,000

2. Rata-rata Penetrasi =

= 22,667

23
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

LABORATORIUM BAHAN JALAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
Jalan Kelapa Dua Wetan, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur

Tabel 2.8 Data Percobaan Pengujian Penetrasi

No. Penetrasi pada suhu 24 ºC l ll


1. Pengamatan 1 (mm) 46,000 30,000
2. Pengamatan 2 (mm) 34,000 24,000
3. Pengamatan 3 (mm) 30,000 14,000

24
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.4.7 Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengujian penetrasi yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai rata-rata penetrasi pada sampel 1 yaitu sebesar 36,667 dan
pada sampel 2 sebesar 22,667. Berdasarkan pada tabel persyaratan toleransi
pengujian penetrasi untuk sampel 1 dan 2 didapatkan hasil penetrasi sebesar 0 – 49
dengan toleransi sebesar 2, sehingga pengujian penetrasi telah memenuhi syarat yang
telah ditentukan.

25
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

2.5 ANALISIS PENCAMPURAN DAN JOIN MIX FORMULA


2.5.1 Maksud
Mengetahui kadar aspal optimum dalam campuran dengan berbagai
perbedaan kadar aspal yang digunakan.

2.5.2 Landasan Teori

26
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai