Laporan Praktikum PH Suatu Larutan
Laporan Praktikum PH Suatu Larutan
DISUSUN OLEH :
KABUPATEN BADUNG
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Teori asam basa mulai berkembang pada tahun 1884 yang dikembangkan oleh Svante
Arrhenius. Menurutnya, jika zat asam dan basa dilarutkan dalam air, maka keduanya akan
mengalami proses penguraian menjadi ion-ion. Berdasarkan pemikiran tersebut Arhhenius
menerangkan teori asam basanya sebagai berikut :
A. Asam
Asam adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+.
Akibat kelebihan ion H+ maka air yang sudah ditambahkan zat asam disebut sebagai larutan
asam. Reaksi ionisasi zat asam dalam air adalah sebagai berikut :
Contohnya adalah reaksi ionisasi asam sulfat ( H2SO4 ) dalam air, sehingga diklasifikasikan
sebagai zat asam :
B. Basa
Basa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH-.
Akibat kelebihan ion OH- maka air yang sudah ditambahkan zat basa disebut sebagai larutan
basa. Reaksi ionisasi zat basa dalam air adalah sebagai berikut:
Contohnya pada reaksi ionisasi natrium hidroksida dalam air, sehingga diklasifikasi sebagai
zat yang bersifat basa :
Berikut adalah tabel yang menyajikan sifat asam dan basa secara umum :
5 Melepas ion H+ jika dilarutkan dalam air Melepas ion OH- jika dilarutkan dalam air
( berdasarkan teori Arrhenius ) ( menurut teori Arrhenius )
6 Memiliki nilai pH dibawah 7 ( 0 ≤ pH < 7 ) Memiliki nilai pH lebih dari 7 ( 7 < pH≤14 )
Lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika
dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
kadar pH dalam larutan yang ada. Semua asam dan basa mempunyai sifat tertentu, tidak
semua asam mempunyai sifat yang sama demikian juga pada basa.
Sumber : https://jenggaluchemistry.wordpress.com
2.4 Indikator Universal
Indikator universal adalah gabungan dari beberapa jenis indikator. Setiap komponen
indikator universal akan memberikan warna tertentu yang bergantung dan memiliki
keterkaitan dengan nilai pH larutan yang diuji. Indikator universal ini dapat berupa kertas dan
larutan. Penentuan pH larutan dilakukan dengan penambahan larutan indicator universal dan
mengamati perubahan warna yang terjadi. Penggunaan kertas indikator universal dilakukan
dengan meneteskan larutan yang pH-nya akan diukur. Variasi warna pada kertas indikator
yang dihasilkan lalu dibandingkan dengan suatu kode warba untuk menentukan pH larutan.
Sumber : https://jenggaluchemistry.files.wordpress.com
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
Setelah melakukan praktikum terhadap semua larutan, maka didapat hasil sebagai berikut :
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini kami memperoleh data yang ditunjukkan seperti tabel diatas,
kami dapat mengklasifikasikan setiap larutan yang sudah diuji kedalam jenis asam, basa, atau
netral berdasarkan perubahan warna lakmus yang digunakan. Seperti yang telah disebutkan
pada bab II sebelumnya mengenai sifat asam dan basa, asam memiliki sifat untuk
memerahkan warna lakmus ( memerahkan lakmus biru ) dan memiliki rentangan pH kurang
dari tujuh dan lebih dari atau sama dengan nol ( 0 ≤ pH < 7 ) . Sedasngkan basa memiliki
sifat untuk membirukan warna lakmus ( membirukan lakmus merah ) dan memiliki rentangan
pH lebih dari tujuh dan kurang dari atau sama dengan empat belas ( 7 < pH≤14 ). Untuk zat
yang tidak mempengaruhi perubahan warna lakmus dan memiliki pH sama dengan tujuh
( pH = 7 ) digolongkan sebagai zat yang netral. Berdasarkan hal tersebut kami dapat
menggolongkan sifat larutan yang telah kami uji berdasarkan perubahan warna lakmus yang
terjadi sebagai berikut :
Berdasarkan hasil praktikum ini terdapat beberapa hasil yang sedikit menyimpang
dari landasan teori yang kami jadikan acuan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4 diatas.
Nilai pH menyimpang dari kaidah yang seharusnya, karena sifat netral memiliki pH = 7.
Dari permasalahan ini kami mendapat beberapa faktor penyebab penyimpangan ini, antara
lain :
Dari keempat faktor diatas, faktor yang paling mendominasi penyebab hal ini adalah
faktor alat dan faktor perlakuan yang salah saat praktikum. Hal ini berdasarkan pada proses
praktikum yang hanya menggunakan 2 buah gelas kimia untuk menuangkan larutan yang
akan diuji, sedangkan larutan yang diuji sejumlah 12 jenis larutan, untuk menyikapi hal ini
kami mencuci gelas kimia setelah menguji larutan dan menuangkan larutan yang lain
kedalam gelas kimia tersebut. Dalam hal ini besar kemungkinan menimbulkan penyimpangan
nilai pH dan perubahan warna pada kertas lakmus karena banyak larutan yang secara tidak
langsung telah bereaksi satu sama lain sehingga mengganggu sifat asli dari zat tersebut. Maka
dari itu kami memperoleh hasil yang sedikit menyimpang dari landasan teori yang sudah ada.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini kami memiliki beberapa kesimpulan berrdasarkan data hasil praktikum,
yaitu :
5.2 Saran
Saran dalam praktikum ini agar saat melaksanakan praktikum alat yang digunakan
(khususnya gelas kimia) agar disediakan khusus 1 untuk masing-masing larutan yang akan
diuji, selain itu sebaiknya takaran konsentrasi larutan yang digunakan telah ditentukan
dengan pasti agar tidak terjadi perbedaan data praktikum dengan data secara teori yang benar.
Ditambah juga dengan keadaan indikator warna pada indikator universal sebaiknya dalam
kondisi yang baik agar mudah dibaca nilai pH zat yang diuji. Hal ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/larutan-asam-basa/teori-asam-
basa/teori-asam-dan-basa-arrhenius/,diakses 30 Januari 2015
LAMPIRAN
Gb. Hasil praktikum terhadap larutan NaOH, air sabun dan H2SO4 menggunakan kertas lakmus dan
indikator universal