Anda di halaman 1dari 20

Sejarah Peradaban Islam Masa Bani Umayyah

Disusun oleh:

Zahrotun Nisa’ - 20322044


Muhammad Wildan Aftandi Ali - 20322048
Nurul Syifatul Aeni - 20322056
Afnan Martua Muslih -20322083
Nur Azizah Salma Tsara - 20322096
Rosidatul Firdausi - 20322099
Ananda Reyhan Saputra - 20322103
Nuril Badriyah- 20322141

Dosen Pengampu:

Ali Mahmud Ashshiddiqi, S.Pd. M.A.

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, hanya dengan Rahmat dan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan beliaulah
kita bisa menikmati Iman dan Islam. Alhamdulillah kami telah menyusun makalah
pembelajaran berjudul “Dinasti Bani Umayyah”.

Makalah dengan judul di atas kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Islam Ulil Albab. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk. Ali
Mahmud Ashshiddiqi, S.Pd. M.A. selaku dosen mata kuliah Islam Ulil Albab sekaligus
pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Semoga buah karya kami
ini bisa bermanfaat bagi kita semua amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis
agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 30 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah...................................................................................... 6
2.2 Perkembangan Dinasti Umayyah ............................................................................................ 7
2.2.1 Bidang Administrasi Pemerintahan................................................................................. 7
2.2.2 Bidang Ekonomi. ............................................................................................................ 8
2.2.3 Bidang Sains dan Peradaban ........................................................................................... 8
2.2.4 Bidang Politik Kenegaraan ............................................................................................. 9
2.3 Faktor Pendukung Kemajuan Bani Umayyah ....................................................................... 10
2.3.1 Faktor Internal ............................................................................................................... 10
2.3.2 Faktor Eksternal ............................................................................................................ 10
2.4 Proses Runtuhnya Dinasti Umayyah..................................................................................... 11
2.4.1 Faktor Runtuhnya Dinasti Umayyah............................................................................. 11
2.5 Tokoh-Tokoh Dinasti Umayyah ........................................................................................... 14
2.6 Hikmah Sejarah ..................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdirinya Dinasti Umayyah tidak lepas dari sebuah peristiwa penting yakni
peristiwa Amaal-Jamaah(rekonsiliasi umat Islam) yang terletak di Maskin, dekat
Madain, Kufah pada tahun 41H/661M. Perdamaian tersebut terjadi pada masa Ali bin
Abi Thalib, yang kemudian perdamaian tersebut diambil alih oleh Hasan bin Ali.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, sistem demokrasi yang telah dibangun
saat Khulafaur Rasyidin diganti dengan sistem monarki alias berdasarkan keturunan.
Diangkatnya Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah menjadi khalifah, karena pemimpin
yang sebelumnya Khalifah Usman bin Affan wafat karena dibunuh. Banyak
pergejolakan, dan penolakan terhadap pemerintahan Ali bin Abi Thalib, utamanya
antara pendukung Ali bin Abi Thalib dengan golongan Muawiyah bin Abu Sofyan yang
dimana merupakan sekutu utama Usman bin Affan. Mereka meminta agar Ali bin Abi
Thalib mengusut pembunuhan Usman bin Affan, sehingga Ali pun menyanggupinya
dan akan menuntaskan kasus ini dengan sangat hati hati.
Pergejolakan ini berakhir, ketika pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipegang oleh
Hasan bin Ali yang menggantikan Ali bin Abi Thalib yang meninggal karena dibunuh
oleh Abdurrahman bin Ibnu Muljam ketika beliau sedang salat subuh. Hasan bin Ali
pada saat itu menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah dengan tiga syarat utama
kepada Muawiyah, yaitu selalu menjaga nama baik Ali bin Abi Thalib, menjaga nama
baik keluarganya, dan setelah habis masa kepemimpinan nya Muawiyah harus
menyerahkan kepemimpinannya kepada para muslimin melalui musyawarah. Dan pada
saat itu, Muawiyah datang ke Kaffah untuk dilantik oleh Hasan kemudian beliau
langsung menuju ke kota Damaskus dan menjadikannya sebagai ibu kota Dinasti Bani
Umayyah. arsitektur, dan lain-lain dimana kemajuan-kemajuan tersebut sangat
berpengaruh dalam perkembangan agama Islam di India.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana perkembangan dan kemajuan Dinasti Umayyah?
3. Apa saja faktor runtuhnya Dinasti Umayyah?
4. Siapa saja tokoh yang memimpin pada Dinasti Umayyah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Umayyah
2. Mengetahui perkembangan dan kemajuan Dinasti Umayyah
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah
4. Mengetahui tokoh-tokoh yang memimpin Dinasti Umayyah

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah didirikan oleh salah satu pemimpin besar Quraisy yang
bernama Muawiyah bin Abu Sofyan. Nama Bani Umayyah diambil dari nama
Umayyah Ibnu Abdi Manaf, salah seorang tokoh ternama pada persukuan jahiliyah.
Pada awal perkembangan Islam, sebagian besar keluarga Umayyah menentang keras
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW Ini. Namun, keluarga Bani Umayyah
menyerah dan menyatakan diri untuk masuk Islam setelah Nabi Muhammad dan umat
Islam berhasil menaklukkan Makkah. Muawiyah sendiri telahmasuk Islam sebelum
peristiwa Fathul Makkah. Ketika masa kekhalifaan Abu Bakar, Ustman dan Umar,
Muawiyyah dipercaya untuk menjadi gubernur di wilayah Syam dimana Damaskus
adalah ibu kotanya.

Ketika Ustman terbunuh, Muawiyah menuntut Ali bin Abi Thalib yang saat itu
berkuasa sebagai khalifah untuk mengupas tuntas siapa saja yang terlibat dalam
pembunuhan tersebut. Namun sebelum Ali berhasil menemukan dan menghukum
pelaku pembunuhan Ustman, Muawiyah tidak mau lagi mengakui kekhalifaan Ali pada
saat itu. Oleh karena ini, Muawiyah dianggap pemberontak oleh Ali dan Perang Shiffin
pun terjadi.

Kekhalifaan Bani Umayyah dimulai dan berdiri ketika Muawiyah bin Abu
Sofyan berkuasa. Hal tersebut tepat setelah tragedi pembunuhan Ali oleh abdurrahman
bin Muljam, golongan Khawarij yang kecewa dengan keputusan Ali pada peristiwa
Tahkim (penawaran damai). Pihak Muawiyah semakin diuntungkan dengan
pembaiatan Hasan bin Ali oleh orang-orang Madinah. Hasan mengalah dan
memberikan kekuasaan khalifa kepada Muawiyah dengan beberapa syarat, antara lain:

a) Muawiyah tidak menaruh dendam kepada penduduk Madinah, Hijaz, dan


Irak.
b) Muawiyah harus membayar hutang-hutangnya kepada Hasan dan Husein.
c) Setelah Muawiyah, pemilihan dan pengangkatan khalifah harus diserahkan
lagi kepada Hasan dan kaum muslimin.

6
Bani Umayyah merupakan kelanjutan dari Khulafaur Rasyidin yang memiliki
kejayaan Islam selama 90 tahun dengan 14 kali pergantian khalifah yang dipilih secara
monarki heridetis (turun-temurun) sehingga Bani Umayyah menjadi pemerintahan
pertama dalam Islam yang menggunakan sistem monarki. Setelah peristiwa
pembunuhan Ali, Mu’awiyah menjadi penguasa pertama yang dipercayai mayoritas
masyarakat untuk menyebarkan Islam ke penjuru dunia. Langkah pertama yang ia
lakukan saat itu adalah memindahkan ibu kota dari madinah ke Damaskus, kemudian
mengadakan ekspansi dan memperluas wilayah. Dalam sejarah, Bani Umayyah
memberikan kontribusi yang sangat besar sehingga masa tersebut merupakan salah satu
faktor penyebab kemajuan dan kejayaan perkembangan Peradaban Islam di dunia1.

2.2 Perkembangan Dinasti Umayyah


Kerajaan Islam mengalami perkembangan terbesarnya pada masa Dinasti
Umayyah. Tidak hanya perkembangan dalam aspek luas wilayah kekuasaan saja, tetapi
juga perkembangan pada aspek atau bidang-bidang lain saat itu. Bidang-bidang yang
mengalami perkembangan pada zaman ini diantaranya adalah pada bidang administrasi
pemerintahan, bidang ekonomi, sains dan peradaban, serta bidang politik negara2.

2.2.1 Bidang Administrasi Pemerintahan.


Pada masa Bani Umayyah, sistem yang dianut oleh pemerintahan Bani
Umayyah bukan lagi sistem demokratis, seperti yang pernah digunakan pada masa
Khulafa al-Rasyidin yang menerapkan sistem demokratis. Pada masa Dinasti Bani
Umayyah ini mengalami suatu perubahan. Alasan yang dapat dipahami adalah karena
kebanyakan khalifah yang ada pada masa Dinasti Bani Umayyah dapat dikatakan
bukanlah orang-orang yang ahli dalam bidang keagamaan. Walaupun begitu, terdapat
juga khalifah yang ahli dalam bidang agama dan merujuk kepada sistem yang telah
dilaksanakan oleh Mu’awiyah sebagai khalifah pertama. Untuk mengatasi hal tersebut,
permasalahan tentang keagamaan diserahkan kepada ulama yang terdiri dari Qadhi dan
Hakim3.

Selanjutnya dalam hal administrasi pemerintahan, Dinasti Bani Umayyah


membuat Diwan (Departemen) yang diantaranya adalah :

1
Prof. M. Abdul Karim, 2019, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
2
Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, M. Ag , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosfis), hal. 84)
3
Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, M. Ag , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosfis), hal. 85)

7
1. Diwan Rasail : Yang berfungsi dalam mengurus surat-surat kenegaraan.
Diwan ini terbagi menjadi dua yaitu Sekretariat Negara Pusat dan
Sekretariat Provinsi.
2. Diwan al-Kharaj : Berfungsi dalam mengurus pajak.
3. Diwan al-Barid : Berfungsi sebagai badan intelejen yang bertugas
sebagai penyampai rahasia daerah pada pemerintahan pusat.
4. Diwan al-Khatam : Berfungsi sebagai dewan pencatatan peraturan yang
telah dikeluarkan oleh seorang khalifah. Pencetus dari dewan ini adalah
Mu’awiyah..

2.2.2 Bidang Ekonomi.


Kemajuan dalam bidang ekonomi juga menjadi salah satu perkembangan atau
pencapaian yang diraih oleh Dinasti Bani Umayyah. Perkembangan ini ditandai dengan
adanya Baitul Mal yang sangat berperan bagi perkembangan ekonomi pada masa itu.
Selain itu, adanya perluasan wilayah pada daerah-daerah yang yang subur dan kaya
akan sumber daya, juga menjadi salah satu faktor berkembangnya ekonomi pada masa
Dinasti Bani Umayyah. Khalifah dan para pejabat negara serta militer juga
mendapatkan harta rampasan yang melimpah dari daerah-daerah yang telah ditaklukan
pada masa itu.

Pada Masa Bani Umayyah jugalah mulai dikenalkan sistem Qatasi dan Sawafi,
yaitu sistem dalam hal pengelolaan sewa tanah. Karena adanya sistem ini, mulai banyak
muncul orang kaya Islam baru. Hal ini juga sangat mempengaruhi dalam
berkembangnya investasi pemasukan negara.

Lalu pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan, mulailah dicetak uang
sebagai media atau alat tukar dalam sistem perdagangan. Uang ini terbuat dari emas
dan perak yang dihiasi oleh ayat-ayat dari Al-Quran4.

2.2.3 Bidang Sains dan Peradaban


Masa Bani Umayyah menjadi awal mula dari perkembangan ilmu dan
peradaban Islam, yang nantinya akan berhasil pada masa Daulah Abasiyyah. Dinasti
Bani Umayyah pada umumnya memiliki kultur yang berbeda dari daerah yang telah
ditaklukannya. Namun kemudian berbagai kultur mulai mempengaruhi dan

4
(Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, MAg , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis), hal. 87)

8
berkombinasi dengan kultur dari Agama Islam yang muncul pada abad XIV. Hal ini
dapat menunjukan bahwa Dinasti Bani Umayyah sudah menyadari hal-hal yang
bermanfaat dari kultur yang dimiliki oleh daerah yang telah ditaklukan mereka pada
saat itu. Berbagai kultur yang berhasil mempengaruhi kultur pada Dinasti Bani
Umayyah adalah berasal dari Persia,Yunani, dan Syria, serta beberapa daerah lainnya
yang berhasil ditaklukan saat itu5.

Perpaduan kultur ini berhasil terwujud dengan baik pada masa Dinasti Bani
Umayyah dengan cara mereka saat itu menekuni ilmu-ilmu agama, Lexikografi
(menyusun kamus MJI), paramasastra dan penulisan sejarah, yang nantinya hal ini
dapat menjadi langkah awal dalam perkembangan ilmu dan peradaban Islam.

Selain ilmu agama yang terus dikembangkan pada masa itu, mereka juga mulai
mengembangkan ilmu-ilmu lain di luar dari bidang keagamaan, yaitu pada bidang
pengobatan, ilmu hisab, dan juga berbagai ilmu lainnya. Selain itu juga dilakukannya
penerjemahan buku-buku dari bahasa Latin ke dalam bahasa Arab.

Kemajuan-kemajuan ini berhasil dilakukan oleh Dinasti Bani Umayyah karena


dipengaruhi oleh berbagai kultur-kultur yang ada pada daerah-daerah yang berhasil
mereka taklukan seperti Byzantium (Romawi Timur) dan juga Persia, sehingga
membawa dampak positif terhadap berkembangnya peradaban Bani Umayyah dalam
bidang sistem pemerintahan, ekonomi, dan juga ilmu pengetahuan.

2.2.4 Bidang Politik Kenegaraan


Sistem politik pada masa Bani Umayyah merupakan sistem kombinasi yang
pertama antara Chauvinisme dan Militerisme dalam aspek pemerintahan. Militer Bani
Umayyah dikenal dengan kedisiplinannya dalam sejarah peperangan, oleh karena itu
terdapat strategi besar terhadap penaklukan serta usaha perluasan wilayah-wilayah
baru. Namun yang menjadi penguasa Mu’awiyah pertama bukannlah orang yang
paham dalam soal agama maka dari itu diangkatlah Qodhi atau hakim untuk
menjalankan masalah keagamaan yang berdasarkan pada al Quran dan Hadist sebagai
pegangan yang pertama, sehingga pemimpin hanya berkfokus dalam hal pemerintahan
dan politik.

5
(Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, MAg , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis), hal. 88)

9
2.3 Faktor Pendukung Kemajuan Bani Umayyah
2.3.1 Faktor Internal
a) Luas Wilayah

Bani Umayyah membawa kemajuan pesat dalam menaklukan banyak wilayah


sebagai negara Islam. Wilayah kekuasaan yang diperoleh pun benar-benar luas
dibandingkan pada masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin, yaitu mulai dari
negeri Sind sampai Spanyol. Wilayah-wilayah tersebut digunakan sebagai perluasan
penyebaran dakwah Islam agar terus berkembang keseluruh dunia yang bersamaan
dengan perkembangan teknologi.

b) Kekuatan Militer

Watak kaum muslimin yang menyukai kebiasaan berperang dikalangan orang


Arab dengan hakekat ajaran Islam itu mendorongnya untuk melakukan ekspansi dan
perluasan wilayah. Banyaknya pengalaman tempur menambah wawasan pengetahuan
dan keterampilan dalam hal pertahanan. Kekuatan ini dapat menaklukan beberapa
Negara Adikuasa Bizantium dan mampu menghancurkan Negara Persia.

c) Ekonomi dan Politik

Pada masa ini pembangunan ekonomi ditujukan untuk semua masyarakat, baik
masyarakat yang baru ditaklukan atau bukan. Masyarakat memiliki rasa puas terhadap
kerja dan kebijakan pemerintah dikarenakan pembangunan sarana-sarana ekonomi
yang menyeluruh seperti pertanian, transportasi, pengairan dan lain-lain. Demikian juga
dalam sistem politik, Bani Umayyah menggunakan sistem perpaduan Islam dengan
dengan Bizantium Persia yang dimana sesuai dengan Chauvinism dan militersm
sehingga membawa pengaruh besar bagi pemerintahannya, yaitu Negara Adikuasa.

2.3.2 Faktor Eksternal


Bani Umayyah yang semula sangat berkuasa sewaktu-waktu mengalami
kelemahan dan kemunduran yang mengancam keutuhan kaumnya. Hancurnya Negara
Persia dan Byzantium disebabkan oleh persaingan yang tidak sehat. Terjadi peperangan
secara terus menerus yang disebabkan oleh dukungan dan bantuan mawali terhadap
Negara Persia. Peperangan tersebut mengakibatkan banyaknya pengorbanan dan
kerugian besar dari masing-masing pihak. Sehingga masyarakat jajahan Bizantium

10
timbul rasa benci yang akibat sikap serta perbuatan yang semena-mena dari pihak
penjajah.

2.4 Proses Runtuhnya Dinasti Umayyah


Kelompok terbesar yang menentang pemerintahan keluarga Bani Umayyah
sejak awal adalah kelompok Syiah, yaitu para pengikut Ali bin Abi Thalib serta
keturunannya yang merupakan Ahlulbait (keturunan Nabi Muhammad SAW yang
berasal dari anak dan menantunya, Fatimah dan Ali). Selain kelompok Syiah,
pemerintahan Bani Umayyah juga mendapat penentangan dari orang-orang Khawarij
yang merupakan orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib, karena
merasa tidak puas terhadap hasil tahkim atau arbitrase dalam penyelesaian
persengketaan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah.

Usaha dalam menekan kelompok oposisi terus dijalankan oleh penguasa bani
Umayyah bersamaan dengan usaha memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga
Afrika Utara dan Spanyol. Setelah beberapa tahun kemudian keadaan umat Islam
tenteram dalam satu kesatuan pemerintahan di bawah kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah, mulailah kaum Syi’ah mengadakan pemberontakan. Kekuasaan Islam yang
telah dibangun oleh Rasululllah atas dasar dari persamaan dan persaudaraan telah
ditinggalkan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah pada masa-masa akhir
pemerintahannya. Masa kejayaan Dinasti Umayyah berakhir pada masa pemerintahan
Hisyam ibnu Abdul Malik (724-743). Dengan kematian Hisyam pada 743 M, rezim
Umayyah memasuki fase kemuduran. Empat penggantinya, kecuali Marwan II yang
menjadi khalifah terakhir, namun dia tidak bemoral .

2.4.1 Faktor Runtuhnya Dinasti Umayyah


a. Rusaknya Moral para Khalifah Dinasti Umayyah

Setelah Hisyam wafat, praktek-praktek menyimpang di lingkungan istana


menjadi semakin parah. Kejayaan yang diraih pada masa sebelumnya, menyebabkan
para khalifah gemar berfoya-foya dengan kemewahan. Lebih parah lagi perilaku
menyimpang itu sudah menjadi fenomena umum. Keluarga khalifah sudah tidak lagi
berdarah Arab murni. Yazid III (744) adalah khalifah pertama yang lahir dari seorang
budak. Dua khalifah penerusnya juga lahir dari seorang mantan budak yang
dimerdekakan. Rusaknya peradaban terutama menyangkut minuman keras, perempuan
dan nyanyian telah menjadi virus di masyarakat dan mulai menggerogoti pemuda Arab.

11
b. Kekacauan Suksesi Kepemimpinan

Keadaan semakin menjadi kacau ketika mereka dihadapkan pada suksesi


kepemimpinan. Tidak adanya aturan yang pasti dan tegas tentang peralihan kekuasaan
secara turun-temurun menimbulkan gangguan yang serius di tingkat negara. Di antara
14 khalifah Umayyah, hanya empat khalifah-Muawiyah I, Yazid I, Marwan I dan Abdul
Malik yang berhasil mewariskan kekuasaan kepada anak-anaknya. Persoalan menjadi
semakin rumit dengan munculnya tradisi baru yang diperkenalkan oleh pendiri keluarga
Marwan yang menunjuk anaknya Abdul Malik sebagai penggantinya, kemudian diikuti
oleh anaknya yang lain Abdul Aziz.

c. Melemahnya Kekuatan Militer Suriah

Faktor lain yang menyebabkan kemunduran Dinasti Umayyah adalah faktor


dari militer pemerintahan dari kalangan penduduk Suriah yang merasa kelelahan.
Beberapa khalifah Umayyah berusaha meningkatkan peranan militer Suriah untuk
menguasai kelompok Arab lainnya dan memperkuat pasukan tempur pada beberapa
wilayah perbatasan imperium dengan tentara-tentara yang cepat dan profesional. Pusat-
pusat militer mengirimkan tentara Suriah untuk menghadapi perlawanan-perlawanan
dari daerah yang diduduki. Pada tahun 740, Yunani telah berhasil mengalahkan serbuan
pasukan Arab di Acrazas, Anatolia dan berhasil menghancurkan sebagian besar militer
Suriah.

d. Perpecahan di Masyarakat

Dinasti Umayyah yang tidak pernah lepas dari persaingan antara suku-suku
Arab Utara yang diwakili oleh Suku Qays dan suku-suku Arab Selatan juga diwakili
oleh Suku Kalb. Sejak awal pendirian dinasti, dua suku itu terus bertarung untuk
memperebutkan suatu kekuasaan. Saat persaingan telah mencapai puncaknya pada
masa kemuduran, sehingga pada periode ini para khalifah merupakan pemimpin
kelompok tertentu dan bukan pemegang kedaulatan atas sebuah kerajaan yang utuh.
Pertikaian turun temurun di setiap wilayah antara dua kelompok semakin menjadi-jadi
yang mengakibatkan ekspansi muslim menjadi lambat hingga berakhir. Potensi
perpecahan antara suku etnis dan kelompok politik yang berkembang semakin kuat
menjadi sebab utama dalam terjadinya gejolak politik dan kekacauan yang mengganggu
stabilitas negara.

12
e. Kemunculan Kelompok-Kelompok Pemberontak

Faktor lain yang menjadi sebab utama jatuhnya kekhalifahan Umayyah adalah
munculnya berbagai kelompok yang memberontak kekuasaan mereka. Kelompok
Syiah, yang tidak pernah menyetujui pemerintahan Dinasti Umayyah dan tidak pernah
memaafkan kesalahan mereka terhadap Ali dan Husain, kini semakin kuat dibanding
dengan masa-masa sebelumnya. Pengabdian dan ketaatan mereka terhadap keturuan
Ahlu Bait berhasil menarik simpati publik. Di sekeliling mereka berkumpul orang-
orang yang merasa tidak puas, baik dari sisi politik, ekonomi, ataupun sosial, terhadap
pemerintahan Dinasti Umayyah. Kekuatan destruktif lainnya dimulai dari pergerakan
aktif untuk meyerang Dinasti Umayyah. Keluarga Abbas, para keturunan paman Nabi,
al-Abbas ibn Abdul Muthalib ibn Hasyim, mulai menegaskan tuntutan mereka untuk
menduduki pemerintahan. Pada 9 Juni 747 M, pemberontakan dimulai ketika seorang
pendukung Abbasiyah, Abu Muslim, seorang mantan budak Persia, mengibarkan
bendera hitam. Bendera itu yang pada awalnya merupakan warna bendera perang
Rasulullah, namun kini menjadi lambang Abbasiyah. kemudian Nashr ibn Sayyar,
gubernur Umayyah di Khurasan, segera meminta bantuan kepada Marwan II.

Meskipun secara strategi perang unggul, keadaan sudah sangat parah dan sulit
untuk diperbaiki kembali. Pengaruh Dinasti Umayyah dengan cepat mulai terbenam
seiring bertambah panasnya pemberontakan. Satu demi satu kota-kota penting
Umayyah jatuh, dimulai dari ibukota Khurasan, Marw, kemudian diikuti pada 749
dengan jatuhnya Kufah yang menyerah kepada pemberontak tanpa perlawanan yang
berarti. Pada hari Kamis 30 Oktober 749, pengakuan publik diberikan di masjid kepada
Abu al-Abbas sebagai khalifah. Dengan demikian, khalifah Abbasiyah eprtama telah
diangkat. Keinginan dan semangat untuk menang sepertinya sudah tidak lagi dimiliki
oleh pasukan Suriah, sehingga kekalahan merekapun sangatt bisa dipastikan. Orang-
orang Abbasiyah kini berencana memusnahkan keluarga Dinasti Umayyah. Bahkan,
jenderal mereka, Abdullah, tidak ragu-ragu menghabisi orang-orang yang dekat dengan
keluarga istana. Pelarian Abdurrahman ibn Muawiyah ibn Hisyam ke Spanyol dimana
tempat dibangunnya Dinasti Umayyah baru di Andaluisia. Dengan jatuhnya Dinasti
Umayyah, kejayaan dan hegemoni Suriah berakhir. Orang Suriah sudah sangat
terlambat untuk menyadari bahwa pusat pengaruh Islam telah hilang dan lepas dari
tangan mereka dan berpindah tempat ke timur. Meskipun mereka sudah berupaya
melakukan perlawanan militer untuk meraih kembali kekuasaan, semua upaya mereka

13
sia-sia. Dan pada akhirnya mereka hanya bisa me gharapkan kedatangan seorang
sufyani yang bisa di sebut juga sebagai juru selamat yang ditunggu-tunggu guna untuk
membawa mereka keluar dari pengekangan orang-orang irak yang selalu menindas
mereka. Namun, jatuhnya Dinasti Umayyah memiliki arti yang lebih dari itu. Periode
Arab murni dalam sejarah Islam telah berakhir dan era kerajaan Arab murni dan kini
sedang bergerak cepat menuju akhir. Pada tahun pada tahun 750 M. Di Irak, Bani
Umayyah mengalami kekalahan dan khalifah Marwan Ibn Muhammad lari ke Mesir.
Namun kemudian ia malah terbunuh di sana pada tahun 132 H./750 M.

2.5 Tokoh-Tokoh Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan pertama setelah era Khulafaur
Rasyidin dalam sejarah Islam. Nama dinasti ini diambil dari Umayyah bin 'Abd asy-
Syams atau Muawiyah bin Abu Sufyan alias Muawiyah I, salah seorang sahabat Nabi
Muhammad, lalu menjadi khalifah yang memimpin pada 661-680 Masehi.

Secara garis besar, era Kekhalifahan Umayyah terbagi atas dari dua periode utama,
yakni tahun 661-750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode
756-1031 M di Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.
Berikut adalah beberapa tokoh pada masa Bani Umayyah yang terkenal, antara lain :

1. Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680M)

Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Manaf merupakan pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah. Lahir
empat tahun menjelang Rasulullah berdakwah di kota Makkah. Muawiyah diangkat
menjadi salah seorang panglima perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin
Jarrah. Kaum Muslimin berhasil menaklukkan Palestina, Syiria (Suriah), dan Mesir dari
tangan imperium Romawi Timur. Berbagai kemenangan terjadi pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab. Ketika Usman bin Affan menjabat sebagai khalifah
menggantikan Umar, Muawiyah diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Syiria dan
Palestina yang berkedudukan di Damaskus menggantikan alifah Ali bin Abi Thalib, ia
dicopot dari jabatan sebagai gubernur. Sehingga Muawiyah melakukan pemberontakan
pada masa itu, dengan alasan ingin menuntut balas atas kematian Utsman, bahkan ia
menuduh bahwa Ali terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan.
Sedangkan Ali beranggapan bahwa kepemimpinan Muawiyah sebagai gubernur
Damaskus banyak melakukan penyelewengan, selain itu Muawiyah juga berambisi

14
menduduki jabatan Khalifah. Lalu Muawiyah melakukan pemberontakan sehingga
terjadilah perang Shiffin. Peperangan ini diakhiri dengan perdamaian. Namun sayang
dalam peristiwa ini, pihak Muawiyah melakukan tipu muslihat atas saran dari Amr bin
Ash. Setelah peristiwa tahkim, pihak Ali merasa dirugikan dan pendukung Ali terpecah
menjadi 2 kelompok yaitu Syi’ah dan Khawarij. Orang-orang Khawarij melakukan
rencana hendak membunuh 3 orang yang dianggap sebagai dalang perpecahan umat
Islam yaitu (Muawiyah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, Ali bin Abi Thalib). Namun
rencana tersebut gagal hanya orang yang bertugas membunuh Ali berhasil, sehingga
Ali terbunuh.

2. Yazid Ibn Muawiyyah (680-683M)

Yazid Ibn Muawiyyah menjabat khalifah pada usia 34 tahun, menggantikan


ayahnya Muawiyyah Ibn Abi Sufyan. Ia merupakan khalifah kedua dalam dinasti Bani
Umayyah, yang lahir pada tahun 22 hijriah.Yazid dilahirkan dan dibesarkan dalam
kehidupan istana yang penuh dengan kemewahan. Ia menerima jabatan langsung dari
ayahnya, hal ini sangat berbeda sebagaimana yang terjadi pada masa Khulafaur
Rasyidun yang dipilih oleh kaum muslimin secara musyawarah. Namun demikian,
sebagian besar penduduk Palestina dan Suriah mendukungnya. Wilayah Mesir dan
pesisir utara Afrika penduduknya juga menyatakan baiat terhadap Yazid. Sementara di
Basrah yang saat itu ibukota Iran dan Khurasan serta Kufah ibu kota Irak pada saat itu
belum menunjukkan reaksi. Sedangkan wilayah Hijaz, terutama penduduk Mekkah dan
Madinah menentang keras kekhalifahan Yazid.

Yazid merupakan khalifah yang kurang mampu mengurusi pemerintahannya,


sehingga pada masanya itu banyak terjadi kekacauan dan ketidak stabilan
pemerintahan. Masa pemerintahan Yazid Ibn Muawiyyah dikenal dengan empat noda
yang sangat hitam sepanjang sejarah Islam, empat noda yang dimaksdukan itu adalah:

a) Pembunuhan Husain ibn Ali bin Abi Talib, cucu Nabi Muhammad saw.
b) Pelaksanaan al-Ibahat terhadap kota suci Madinah al-Munawwarah.
c) Penggempuran terhadap bait Allah hingga bagian terbesar dari bangunannya
roboh.
d) Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang Kebiri untuk barisan
pelayan rumah tangga di dalam istana.
3. Marwan Ibnu Al-Hakam (683-685M)

15
Marwan bin Hakam bukanlah sosok baru dalam catur perpolitikan kala itu.
Sebelumnya, ia pernah menjabat penasihat Khalifah Utsman bin Affan. Pengaruhnya
tidak kecil terhadap kebijakan pemerintahan. Tak sedikit kebijakan yang ditelurkan
Khalifah Utsman kental aroma kekeluargaan. Beberapa gubernur kala itu banyak yang
diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Misalnya, jabatan gubernur
di Mesir yang dipegang oleh Amr bin Ash, diganti oleh Abdullah bin Sa’ad. Abu
Ubaidah bin Jarrah yang berhasil menaklukkan wilayah Syria dan Palestina dari tangan
Romawi, jabatannya digantikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Sa’ad bin Abi
Waqqash yang berhasil menaklukkan wilayah Irak dan Iran dari tangan Persia,
jabatannya digantikan oleh Ziyad bin Abihi. Begitu pun dengan beberapa wilayah lain.
Sebagian besar para pemimpinnya diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga
Umayyah. Kebijakan ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari pengaruh Marwan bin
Hakam, mengingat kondisi Khalifah Utsman yang sudah lanjut usia kala itu.Kebijakan
yang tidak terjadi sebelumnya itu, melahirkan berbagai ketidakpuasan. Gejolak muncul
di beberapa tempat. Puncaknya, Khalifah Utsman terbunuh. Marwan bin Hakam
melarikan diri ke Damaskus dengan membawa pakaian Utsman yang berlumuran
darah. Lantaran merasa tidak puas dengan kebijakan Khalifah Ali yang tidak segera
mengusut pembunuh Utsman, menyebabkan semakin keruhnya suasana.Terjadilah
Perang Shiffin antara Khalifah Ali dan Muawiyah. Dari sana lahir kelompok Khawarij,
yang merasa tak puas dengan kedua belah pihak, serta berniat membunuh Ali bin Abi
Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin Ash yang dianggap sebagai penyebab
segala kekeruhan.Khalifah Ali terbunuh. Hasan bin Ali yang hanya menjabat Khalifah
selama beberapa bulan, menyerahkan jabatannya kepada Muawiyah. Pada masa inilah,
Marwan diserahi jabatan gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di
Madinah. Begitu penduduk Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin
Zubair, Marwan melarikan diri ke Damaskus.Dengan demikian, sosok Marwan bin
Hakam tidak begitu diterima oleh para sahabat dan tabiin kala itu. Bahkan beberapa
ahli sejarah seperti Adz-Dzahabi seperti dikutip Suyuthi dalam Tarikhul Khulafa’-nya
tidak memasukkan Marwan sebagai khalifah.

4. Umar bin Abdul Aziz (717-720M)

Sulaiman digantikan oleh Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa yang
menonjol karena sangat berbeda dengan para pendahulunya, dan pemerintahannya yang
singkat itu dipandang oleh banyak orang Islam nsebagai satu-satunya titik cerah di

16
dalam satu abad pemerintahannya yang tidak bertuhan dan kezaliman yang berlumuran
darah.

Pemerintahan Umar jelas sekali meninggalkan semua kemegahan dunia yang


selalu ditunjukkan oleh bani umayah. Ketika ia menerima jabatan sebagai khalifah,
tukang-tukang kuda kerajaan membawa kehadpannya kuda-kuda yang paling baik
untuk dipilih. Akan tetapi, dia lebih menyukai kudanya yang sederhana. Dia
memerintahkan semua kuda dari istal kerajaan dilelang kepada umum dan hasil
penjualan itu diserahkan kepada baitul mal. Dia juga menyuruh istrinya
mengembalikan semua perhiasan dan hadiah-hadiah berharga yang diperoleh dari ayah
dan saudara-saudaranya kepada perbendaharaan Negara dan istrinya menurut tanpa
mengomel. Kemudian di menyeru kepada kerabat bani umayah untuk menyerahkan
harta kekayaan mereka kepada Negara. Kebun Fedak, yang menjadi hak milik Nabi
suci yang telah diambil oleh Marwan, diberikan kembali kepada ahli waris Nabi. Dia
memerintahkan untuk menghentikan kebiasaan mengutuk kenangan suci Khalifah Ali
dan anak cucunya dimimbar. Harta kekayaan tertentu dikembalikan kepada keluarga
Talhah.

Meskipun seorang muslim yang taat, dia sangat toleran terhadap orang-orang
Kristen dan orang-orang Yahudi. Umar meninggal dunia dalam usa 39 tahun dan
dimakamkan di Dair Simon dekat Hims.

2.6 Hikmah Sejarah


Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus mempelajari tentang peradaban-
peradaban Islam yang ada di dunia ini. Dalam mempelajari sejarah peradaban Islam di
dunia tersebut, banyak sekali hikmah yang akan kita dapatkan. Salah satunya yaitu, kita
bisa meneladani sifat atau karakter positif dari para pemimpin yang berkuasa dan
menjalankan pemerintahan Dinasti Umayyah ini. Seperti meniru sifat Khalifah Umar
bin Abdul Aziz yang memiliki sikap adil, jujur, religius, serta tegas sehingga dia
menjadi pemimpin yang paling disegani dan memajukan negerinya hingga sangat
makmur. Kita harus meneladani dan mengimplementasikan karakter para pemimpin
pemimpin yang hebat ke dalam diri kita agar menjadi insan yang lebih baik dengan
berperilaku insan Ulil Albab.

Selain itu, dengan mempelajari Sejarah Dinasti Umayyah ini kita bisa menjadi
orang-orang yang memiliki pemikiran terbuka. Maksudnya adalah terbuka akan hal

17
baru dan bukan hanya terpaku pada tradisi yang sudah turun temurun muncul di suatu
masyarakat. Kita dapat mencontoh para tokoh Dinasti Umayyah dimana mereka sangat
terbuka akan kultur-kultur baru yang mereka dapatkan dari daerah-daerah yang telah
mereka taklukkan, seperti kultur dari Romawi Timur dan Persia. Sehingga Dinasti
Umayyah menjadi sebuah masa kejayaan dan kemajuan bagi Kerajaan Islam saat itu.
Seperti kemajuan pada bidang pemerintahan dan politik, Ekonomi, seni, dan juga Ilmu
dan peradaban.

18
BAB 3

PENUTUP
Bani Umayyah (bahasa Arab: Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan
Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang
memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (Ibu Kota di Damaskus); serta
dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini
dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani
Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah.

Muawiyah adalah pendiri Dinasti Umayah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn
Harb ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abdu Manaf. Sebagai keturunan dari Abdu Manaf,
Muawiyah memiliki hubungan kerabat dengan nabi Muhammad SAW. Dan masa Dinasti
Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah
diperoleh pada masa Dinasti ini yakni dalam bidang administrasi. Serta peninggalan peradaban
islam pada masa Dinasti Umayyah ada yang berbentuk fisik (bangunan-bangunan , sarana-
sarana umum, dan sebagainya) dan nonfisik (intelektual dan ilmu pengetahuan).

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman Khulafa
ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di penjuru empat
mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol,
seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak,
Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet Rusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Prof. M Abdul Karim “Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam” cet 8 Yogyakarta 2019
Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, MAg, “Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif,
dan Filosofis”
Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 2 Juli-Desember 2012
https://www.yukbelajar.id/latar-belakang-berdirinya-dinasti-umayyah/
http://makalahirfan.blogspot.com/2019/06/asal-usul-dinasti-umayyah.html
https://brainly.co.id/tugas/5232918#:~:text=Berdirinya%20dinasti%20Umayyah%20dilatarb
elakangi%20oleh,dalam%20perjalanan%20sejarah%20umat%20Islam.
https://republika.co.id/berita/p08psz396/khulafaur-rasyidin-masa-kepimimpinan-
pascarasulullah-saw

20

Anda mungkin juga menyukai