Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
Yogyakarta
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, hanya dengan Rahmat dan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan perjuangan beliaulah
kita bisa menikmati Iman dan Islam. Alhamdulillah kami telah menyusun makalah
pembelajaran berjudul “Dinasti Bani Umayyah”.
Makalah dengan judul di atas kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Islam Ulil Albab. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk. Ali
Mahmud Ashshiddiqi, S.Pd. M.A. selaku dosen mata kuliah Islam Ulil Albab sekaligus
pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Semoga buah karya kami
ini bisa bermanfaat bagi kita semua amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis
agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdirinya Dinasti Umayyah tidak lepas dari sebuah peristiwa penting yakni
peristiwa Amaal-Jamaah(rekonsiliasi umat Islam) yang terletak di Maskin, dekat
Madain, Kufah pada tahun 41H/661M. Perdamaian tersebut terjadi pada masa Ali bin
Abi Thalib, yang kemudian perdamaian tersebut diambil alih oleh Hasan bin Ali.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, sistem demokrasi yang telah dibangun
saat Khulafaur Rasyidin diganti dengan sistem monarki alias berdasarkan keturunan.
Diangkatnya Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah menjadi khalifah, karena pemimpin
yang sebelumnya Khalifah Usman bin Affan wafat karena dibunuh. Banyak
pergejolakan, dan penolakan terhadap pemerintahan Ali bin Abi Thalib, utamanya
antara pendukung Ali bin Abi Thalib dengan golongan Muawiyah bin Abu Sofyan yang
dimana merupakan sekutu utama Usman bin Affan. Mereka meminta agar Ali bin Abi
Thalib mengusut pembunuhan Usman bin Affan, sehingga Ali pun menyanggupinya
dan akan menuntaskan kasus ini dengan sangat hati hati.
Pergejolakan ini berakhir, ketika pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipegang oleh
Hasan bin Ali yang menggantikan Ali bin Abi Thalib yang meninggal karena dibunuh
oleh Abdurrahman bin Ibnu Muljam ketika beliau sedang salat subuh. Hasan bin Ali
pada saat itu menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah dengan tiga syarat utama
kepada Muawiyah, yaitu selalu menjaga nama baik Ali bin Abi Thalib, menjaga nama
baik keluarganya, dan setelah habis masa kepemimpinan nya Muawiyah harus
menyerahkan kepemimpinannya kepada para muslimin melalui musyawarah. Dan pada
saat itu, Muawiyah datang ke Kaffah untuk dilantik oleh Hasan kemudian beliau
langsung menuju ke kota Damaskus dan menjadikannya sebagai ibu kota Dinasti Bani
Umayyah. arsitektur, dan lain-lain dimana kemajuan-kemajuan tersebut sangat
berpengaruh dalam perkembangan agama Islam di India.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana perkembangan dan kemajuan Dinasti Umayyah?
3. Apa saja faktor runtuhnya Dinasti Umayyah?
4. Siapa saja tokoh yang memimpin pada Dinasti Umayyah?
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Ketika Ustman terbunuh, Muawiyah menuntut Ali bin Abi Thalib yang saat itu
berkuasa sebagai khalifah untuk mengupas tuntas siapa saja yang terlibat dalam
pembunuhan tersebut. Namun sebelum Ali berhasil menemukan dan menghukum
pelaku pembunuhan Ustman, Muawiyah tidak mau lagi mengakui kekhalifaan Ali pada
saat itu. Oleh karena ini, Muawiyah dianggap pemberontak oleh Ali dan Perang Shiffin
pun terjadi.
Kekhalifaan Bani Umayyah dimulai dan berdiri ketika Muawiyah bin Abu
Sofyan berkuasa. Hal tersebut tepat setelah tragedi pembunuhan Ali oleh abdurrahman
bin Muljam, golongan Khawarij yang kecewa dengan keputusan Ali pada peristiwa
Tahkim (penawaran damai). Pihak Muawiyah semakin diuntungkan dengan
pembaiatan Hasan bin Ali oleh orang-orang Madinah. Hasan mengalah dan
memberikan kekuasaan khalifa kepada Muawiyah dengan beberapa syarat, antara lain:
6
Bani Umayyah merupakan kelanjutan dari Khulafaur Rasyidin yang memiliki
kejayaan Islam selama 90 tahun dengan 14 kali pergantian khalifah yang dipilih secara
monarki heridetis (turun-temurun) sehingga Bani Umayyah menjadi pemerintahan
pertama dalam Islam yang menggunakan sistem monarki. Setelah peristiwa
pembunuhan Ali, Mu’awiyah menjadi penguasa pertama yang dipercayai mayoritas
masyarakat untuk menyebarkan Islam ke penjuru dunia. Langkah pertama yang ia
lakukan saat itu adalah memindahkan ibu kota dari madinah ke Damaskus, kemudian
mengadakan ekspansi dan memperluas wilayah. Dalam sejarah, Bani Umayyah
memberikan kontribusi yang sangat besar sehingga masa tersebut merupakan salah satu
faktor penyebab kemajuan dan kejayaan perkembangan Peradaban Islam di dunia1.
1
Prof. M. Abdul Karim, 2019, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam
2
Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, M. Ag , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosfis), hal. 84)
3
Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, M. Ag , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosfis), hal. 85)
7
1. Diwan Rasail : Yang berfungsi dalam mengurus surat-surat kenegaraan.
Diwan ini terbagi menjadi dua yaitu Sekretariat Negara Pusat dan
Sekretariat Provinsi.
2. Diwan al-Kharaj : Berfungsi dalam mengurus pajak.
3. Diwan al-Barid : Berfungsi sebagai badan intelejen yang bertugas
sebagai penyampai rahasia daerah pada pemerintahan pusat.
4. Diwan al-Khatam : Berfungsi sebagai dewan pencatatan peraturan yang
telah dikeluarkan oleh seorang khalifah. Pencetus dari dewan ini adalah
Mu’awiyah..
Pada Masa Bani Umayyah jugalah mulai dikenalkan sistem Qatasi dan Sawafi,
yaitu sistem dalam hal pengelolaan sewa tanah. Karena adanya sistem ini, mulai banyak
muncul orang kaya Islam baru. Hal ini juga sangat mempengaruhi dalam
berkembangnya investasi pemasukan negara.
Lalu pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan, mulailah dicetak uang
sebagai media atau alat tukar dalam sistem perdagangan. Uang ini terbuat dari emas
dan perak yang dihiasi oleh ayat-ayat dari Al-Quran4.
4
(Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, MAg , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis), hal. 87)
8
berkombinasi dengan kultur dari Agama Islam yang muncul pada abad XIV. Hal ini
dapat menunjukan bahwa Dinasti Bani Umayyah sudah menyadari hal-hal yang
bermanfaat dari kultur yang dimiliki oleh daerah yang telah ditaklukan mereka pada
saat itu. Berbagai kultur yang berhasil mempengaruhi kultur pada Dinasti Bani
Umayyah adalah berasal dari Persia,Yunani, dan Syria, serta beberapa daerah lainnya
yang berhasil ditaklukan saat itu5.
Perpaduan kultur ini berhasil terwujud dengan baik pada masa Dinasti Bani
Umayyah dengan cara mereka saat itu menekuni ilmu-ilmu agama, Lexikografi
(menyusun kamus MJI), paramasastra dan penulisan sejarah, yang nantinya hal ini
dapat menjadi langkah awal dalam perkembangan ilmu dan peradaban Islam.
Selain ilmu agama yang terus dikembangkan pada masa itu, mereka juga mulai
mengembangkan ilmu-ilmu lain di luar dari bidang keagamaan, yaitu pada bidang
pengobatan, ilmu hisab, dan juga berbagai ilmu lainnya. Selain itu juga dilakukannya
penerjemahan buku-buku dari bahasa Latin ke dalam bahasa Arab.
5
(Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, MAg , Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis), hal. 88)
9
2.3 Faktor Pendukung Kemajuan Bani Umayyah
2.3.1 Faktor Internal
a) Luas Wilayah
b) Kekuatan Militer
Pada masa ini pembangunan ekonomi ditujukan untuk semua masyarakat, baik
masyarakat yang baru ditaklukan atau bukan. Masyarakat memiliki rasa puas terhadap
kerja dan kebijakan pemerintah dikarenakan pembangunan sarana-sarana ekonomi
yang menyeluruh seperti pertanian, transportasi, pengairan dan lain-lain. Demikian juga
dalam sistem politik, Bani Umayyah menggunakan sistem perpaduan Islam dengan
dengan Bizantium Persia yang dimana sesuai dengan Chauvinism dan militersm
sehingga membawa pengaruh besar bagi pemerintahannya, yaitu Negara Adikuasa.
10
timbul rasa benci yang akibat sikap serta perbuatan yang semena-mena dari pihak
penjajah.
Usaha dalam menekan kelompok oposisi terus dijalankan oleh penguasa bani
Umayyah bersamaan dengan usaha memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga
Afrika Utara dan Spanyol. Setelah beberapa tahun kemudian keadaan umat Islam
tenteram dalam satu kesatuan pemerintahan di bawah kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah, mulailah kaum Syi’ah mengadakan pemberontakan. Kekuasaan Islam yang
telah dibangun oleh Rasululllah atas dasar dari persamaan dan persaudaraan telah
ditinggalkan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah pada masa-masa akhir
pemerintahannya. Masa kejayaan Dinasti Umayyah berakhir pada masa pemerintahan
Hisyam ibnu Abdul Malik (724-743). Dengan kematian Hisyam pada 743 M, rezim
Umayyah memasuki fase kemuduran. Empat penggantinya, kecuali Marwan II yang
menjadi khalifah terakhir, namun dia tidak bemoral .
11
b. Kekacauan Suksesi Kepemimpinan
d. Perpecahan di Masyarakat
Dinasti Umayyah yang tidak pernah lepas dari persaingan antara suku-suku
Arab Utara yang diwakili oleh Suku Qays dan suku-suku Arab Selatan juga diwakili
oleh Suku Kalb. Sejak awal pendirian dinasti, dua suku itu terus bertarung untuk
memperebutkan suatu kekuasaan. Saat persaingan telah mencapai puncaknya pada
masa kemuduran, sehingga pada periode ini para khalifah merupakan pemimpin
kelompok tertentu dan bukan pemegang kedaulatan atas sebuah kerajaan yang utuh.
Pertikaian turun temurun di setiap wilayah antara dua kelompok semakin menjadi-jadi
yang mengakibatkan ekspansi muslim menjadi lambat hingga berakhir. Potensi
perpecahan antara suku etnis dan kelompok politik yang berkembang semakin kuat
menjadi sebab utama dalam terjadinya gejolak politik dan kekacauan yang mengganggu
stabilitas negara.
12
e. Kemunculan Kelompok-Kelompok Pemberontak
Faktor lain yang menjadi sebab utama jatuhnya kekhalifahan Umayyah adalah
munculnya berbagai kelompok yang memberontak kekuasaan mereka. Kelompok
Syiah, yang tidak pernah menyetujui pemerintahan Dinasti Umayyah dan tidak pernah
memaafkan kesalahan mereka terhadap Ali dan Husain, kini semakin kuat dibanding
dengan masa-masa sebelumnya. Pengabdian dan ketaatan mereka terhadap keturuan
Ahlu Bait berhasil menarik simpati publik. Di sekeliling mereka berkumpul orang-
orang yang merasa tidak puas, baik dari sisi politik, ekonomi, ataupun sosial, terhadap
pemerintahan Dinasti Umayyah. Kekuatan destruktif lainnya dimulai dari pergerakan
aktif untuk meyerang Dinasti Umayyah. Keluarga Abbas, para keturunan paman Nabi,
al-Abbas ibn Abdul Muthalib ibn Hasyim, mulai menegaskan tuntutan mereka untuk
menduduki pemerintahan. Pada 9 Juni 747 M, pemberontakan dimulai ketika seorang
pendukung Abbasiyah, Abu Muslim, seorang mantan budak Persia, mengibarkan
bendera hitam. Bendera itu yang pada awalnya merupakan warna bendera perang
Rasulullah, namun kini menjadi lambang Abbasiyah. kemudian Nashr ibn Sayyar,
gubernur Umayyah di Khurasan, segera meminta bantuan kepada Marwan II.
Meskipun secara strategi perang unggul, keadaan sudah sangat parah dan sulit
untuk diperbaiki kembali. Pengaruh Dinasti Umayyah dengan cepat mulai terbenam
seiring bertambah panasnya pemberontakan. Satu demi satu kota-kota penting
Umayyah jatuh, dimulai dari ibukota Khurasan, Marw, kemudian diikuti pada 749
dengan jatuhnya Kufah yang menyerah kepada pemberontak tanpa perlawanan yang
berarti. Pada hari Kamis 30 Oktober 749, pengakuan publik diberikan di masjid kepada
Abu al-Abbas sebagai khalifah. Dengan demikian, khalifah Abbasiyah eprtama telah
diangkat. Keinginan dan semangat untuk menang sepertinya sudah tidak lagi dimiliki
oleh pasukan Suriah, sehingga kekalahan merekapun sangatt bisa dipastikan. Orang-
orang Abbasiyah kini berencana memusnahkan keluarga Dinasti Umayyah. Bahkan,
jenderal mereka, Abdullah, tidak ragu-ragu menghabisi orang-orang yang dekat dengan
keluarga istana. Pelarian Abdurrahman ibn Muawiyah ibn Hisyam ke Spanyol dimana
tempat dibangunnya Dinasti Umayyah baru di Andaluisia. Dengan jatuhnya Dinasti
Umayyah, kejayaan dan hegemoni Suriah berakhir. Orang Suriah sudah sangat
terlambat untuk menyadari bahwa pusat pengaruh Islam telah hilang dan lepas dari
tangan mereka dan berpindah tempat ke timur. Meskipun mereka sudah berupaya
melakukan perlawanan militer untuk meraih kembali kekuasaan, semua upaya mereka
13
sia-sia. Dan pada akhirnya mereka hanya bisa me gharapkan kedatangan seorang
sufyani yang bisa di sebut juga sebagai juru selamat yang ditunggu-tunggu guna untuk
membawa mereka keluar dari pengekangan orang-orang irak yang selalu menindas
mereka. Namun, jatuhnya Dinasti Umayyah memiliki arti yang lebih dari itu. Periode
Arab murni dalam sejarah Islam telah berakhir dan era kerajaan Arab murni dan kini
sedang bergerak cepat menuju akhir. Pada tahun pada tahun 750 M. Di Irak, Bani
Umayyah mengalami kekalahan dan khalifah Marwan Ibn Muhammad lari ke Mesir.
Namun kemudian ia malah terbunuh di sana pada tahun 132 H./750 M.
Secara garis besar, era Kekhalifahan Umayyah terbagi atas dari dua periode utama,
yakni tahun 661-750 M berpusat di Damaskus (kini ibu kota Suriah), kemudian periode
756-1031 M di Cordoba seiring berkuasanya kekuatan muslim di Spanyol, Andalusia.
Berikut adalah beberapa tokoh pada masa Bani Umayyah yang terkenal, antara lain :
Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Manaf merupakan pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah. Lahir
empat tahun menjelang Rasulullah berdakwah di kota Makkah. Muawiyah diangkat
menjadi salah seorang panglima perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin
Jarrah. Kaum Muslimin berhasil menaklukkan Palestina, Syiria (Suriah), dan Mesir dari
tangan imperium Romawi Timur. Berbagai kemenangan terjadi pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab. Ketika Usman bin Affan menjabat sebagai khalifah
menggantikan Umar, Muawiyah diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Syiria dan
Palestina yang berkedudukan di Damaskus menggantikan alifah Ali bin Abi Thalib, ia
dicopot dari jabatan sebagai gubernur. Sehingga Muawiyah melakukan pemberontakan
pada masa itu, dengan alasan ingin menuntut balas atas kematian Utsman, bahkan ia
menuduh bahwa Ali terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan.
Sedangkan Ali beranggapan bahwa kepemimpinan Muawiyah sebagai gubernur
Damaskus banyak melakukan penyelewengan, selain itu Muawiyah juga berambisi
14
menduduki jabatan Khalifah. Lalu Muawiyah melakukan pemberontakan sehingga
terjadilah perang Shiffin. Peperangan ini diakhiri dengan perdamaian. Namun sayang
dalam peristiwa ini, pihak Muawiyah melakukan tipu muslihat atas saran dari Amr bin
Ash. Setelah peristiwa tahkim, pihak Ali merasa dirugikan dan pendukung Ali terpecah
menjadi 2 kelompok yaitu Syi’ah dan Khawarij. Orang-orang Khawarij melakukan
rencana hendak membunuh 3 orang yang dianggap sebagai dalang perpecahan umat
Islam yaitu (Muawiyah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, Ali bin Abi Thalib). Namun
rencana tersebut gagal hanya orang yang bertugas membunuh Ali berhasil, sehingga
Ali terbunuh.
a) Pembunuhan Husain ibn Ali bin Abi Talib, cucu Nabi Muhammad saw.
b) Pelaksanaan al-Ibahat terhadap kota suci Madinah al-Munawwarah.
c) Penggempuran terhadap bait Allah hingga bagian terbesar dari bangunannya
roboh.
d) Pertama kalinya memakai dan menggunakan orang-orang Kebiri untuk barisan
pelayan rumah tangga di dalam istana.
3. Marwan Ibnu Al-Hakam (683-685M)
15
Marwan bin Hakam bukanlah sosok baru dalam catur perpolitikan kala itu.
Sebelumnya, ia pernah menjabat penasihat Khalifah Utsman bin Affan. Pengaruhnya
tidak kecil terhadap kebijakan pemerintahan. Tak sedikit kebijakan yang ditelurkan
Khalifah Utsman kental aroma kekeluargaan. Beberapa gubernur kala itu banyak yang
diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Misalnya, jabatan gubernur
di Mesir yang dipegang oleh Amr bin Ash, diganti oleh Abdullah bin Sa’ad. Abu
Ubaidah bin Jarrah yang berhasil menaklukkan wilayah Syria dan Palestina dari tangan
Romawi, jabatannya digantikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Sa’ad bin Abi
Waqqash yang berhasil menaklukkan wilayah Irak dan Iran dari tangan Persia,
jabatannya digantikan oleh Ziyad bin Abihi. Begitu pun dengan beberapa wilayah lain.
Sebagian besar para pemimpinnya diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga
Umayyah. Kebijakan ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari pengaruh Marwan bin
Hakam, mengingat kondisi Khalifah Utsman yang sudah lanjut usia kala itu.Kebijakan
yang tidak terjadi sebelumnya itu, melahirkan berbagai ketidakpuasan. Gejolak muncul
di beberapa tempat. Puncaknya, Khalifah Utsman terbunuh. Marwan bin Hakam
melarikan diri ke Damaskus dengan membawa pakaian Utsman yang berlumuran
darah. Lantaran merasa tidak puas dengan kebijakan Khalifah Ali yang tidak segera
mengusut pembunuh Utsman, menyebabkan semakin keruhnya suasana.Terjadilah
Perang Shiffin antara Khalifah Ali dan Muawiyah. Dari sana lahir kelompok Khawarij,
yang merasa tak puas dengan kedua belah pihak, serta berniat membunuh Ali bin Abi
Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin Ash yang dianggap sebagai penyebab
segala kekeruhan.Khalifah Ali terbunuh. Hasan bin Ali yang hanya menjabat Khalifah
selama beberapa bulan, menyerahkan jabatannya kepada Muawiyah. Pada masa inilah,
Marwan diserahi jabatan gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di
Madinah. Begitu penduduk Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin
Zubair, Marwan melarikan diri ke Damaskus.Dengan demikian, sosok Marwan bin
Hakam tidak begitu diterima oleh para sahabat dan tabiin kala itu. Bahkan beberapa
ahli sejarah seperti Adz-Dzahabi seperti dikutip Suyuthi dalam Tarikhul Khulafa’-nya
tidak memasukkan Marwan sebagai khalifah.
Sulaiman digantikan oleh Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa yang
menonjol karena sangat berbeda dengan para pendahulunya, dan pemerintahannya yang
singkat itu dipandang oleh banyak orang Islam nsebagai satu-satunya titik cerah di
16
dalam satu abad pemerintahannya yang tidak bertuhan dan kezaliman yang berlumuran
darah.
Meskipun seorang muslim yang taat, dia sangat toleran terhadap orang-orang
Kristen dan orang-orang Yahudi. Umar meninggal dunia dalam usa 39 tahun dan
dimakamkan di Dair Simon dekat Hims.
Selain itu, dengan mempelajari Sejarah Dinasti Umayyah ini kita bisa menjadi
orang-orang yang memiliki pemikiran terbuka. Maksudnya adalah terbuka akan hal
17
baru dan bukan hanya terpaku pada tradisi yang sudah turun temurun muncul di suatu
masyarakat. Kita dapat mencontoh para tokoh Dinasti Umayyah dimana mereka sangat
terbuka akan kultur-kultur baru yang mereka dapatkan dari daerah-daerah yang telah
mereka taklukkan, seperti kultur dari Romawi Timur dan Persia. Sehingga Dinasti
Umayyah menjadi sebuah masa kejayaan dan kemajuan bagi Kerajaan Islam saat itu.
Seperti kemajuan pada bidang pemerintahan dan politik, Ekonomi, seni, dan juga Ilmu
dan peradaban.
18
BAB 3
PENUTUP
Bani Umayyah (bahasa Arab: Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan
Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang
memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (Ibu Kota di Damaskus); serta
dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Cordoba. Nama dinasti ini
dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani
Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah.
Muawiyah adalah pendiri Dinasti Umayah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn
Harb ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abdu Manaf. Sebagai keturunan dari Abdu Manaf,
Muawiyah memiliki hubungan kerabat dengan nabi Muhammad SAW. Dan masa Dinasti
Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah
diperoleh pada masa Dinasti ini yakni dalam bidang administrasi. Serta peninggalan peradaban
islam pada masa Dinasti Umayyah ada yang berbentuk fisik (bangunan-bangunan , sarana-
sarana umum, dan sebagainya) dan nonfisik (intelektual dan ilmu pengetahuan).
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian
tertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman Khulafa
ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di penjuru empat
mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol,
seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriyah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak,
Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet Rusia.
19
DAFTAR PUSTAKA
Prof. M Abdul Karim “Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam” cet 8 Yogyakarta 2019
Prof. DR.H.AH. Zakki Fu’ad, MAg, “Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif,
dan Filosofis”
Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 2 Juli-Desember 2012
https://www.yukbelajar.id/latar-belakang-berdirinya-dinasti-umayyah/
http://makalahirfan.blogspot.com/2019/06/asal-usul-dinasti-umayyah.html
https://brainly.co.id/tugas/5232918#:~:text=Berdirinya%20dinasti%20Umayyah%20dilatarb
elakangi%20oleh,dalam%20perjalanan%20sejarah%20umat%20Islam.
https://republika.co.id/berita/p08psz396/khulafaur-rasyidin-masa-kepimimpinan-
pascarasulullah-saw
20