Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERSIAPAN PERSALINAN, TANDA PERSALINAN, TANDA BAHAYA


KEHAMILAN DI RUANG VK RSU HAJI SURABAYA

Oleh

Yunila Rahmah
Dwi Ayu Zantyka
Qonita Hanifah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LAPORAN PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Persalinan


Sub Pokok bahasan : Persiapan persalinan, tanda persalinan, tanda bahaya kehamilan
Sasaran : Pengunjung di Al-Aqsa lantai 3
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang tunggu VK RSU Haji Surabaya
Hari/tglPelaksanaan : Rabu, 19 Februari 2020
Jam Pelaksanaan : 08.00 s/d selesai

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah proses penyuluhan ini diharapkan peserta dapat memahami konsep dasar tentang
persiapan persalinan, tanda persalinan, dan tanda bahaya kehamilan

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian persalinan, persiapan persalinan
2. Menyebutkan tentang macam-macam tanda bahaya kehamilan dan tanda persalinan.
3. Melakukan Hand Hygiene

III. Target
1. Pasien dapat menjawab pertanyaan seputar persiapan persalinan, tanda persalinan,
tanda bahaya kehamilan
2. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang diberikan.

IV. Materi
(terlampir)

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. Media
1. Leaflet
2. Powerpoint

VII. Pengorganisasian
 Penyaji : Yunila
 Moderator : Dwi
 Fasilitator : Qonita
 Notulen : Dwi
 Dokumentasi : Qonita

VIII. Kegiatan Penyuluhan


N
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
O
1 Pra Pembukaan Menjawab salam
Interaksi a) Membuka kegiatan dengan Mendengarkan
2 menit mengucapkan salam pembukaan yang
b) Memperkenalkan diri disampaikan oleh
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan moderator
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
2 Interaksi Pelaksanaan Mendengarkan,memperh
10 menit Penyampaian materi oleh pemateri : atikan materi yang
a) Menjelaskan pengertian persalinan dan disampaikan
persiapan persalinan
b) Menjelaskan tentang tanda-tanda
persalinan
c) Menjelaskan tentang tanda bahaya
kehamilan
3 Post Penutup Mendengarkan dengan
Interaksi a) Tanya jawab seksama dan menjawab
8 menit Memberikan kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk bertanya tentang materi
yang kurang dipahami
b) Menjelaskan kesimpulan dari materi
penyuluhan
c) Ucapan terimakasih
d) Salam penutup
Lampiran
Materi Penyuluhan
Persiapan Persalinan, Tanda – Tanda Persalinan, Tanda Bahaya Persalinan

A. Persiapan, Tanda-Tanda, dan Tanda Bahaya Persalinan


1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses fisiologis dimana uterus mengeluarkan atau berupaya
mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih melalui
jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. Persalinan normal adalah
proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), Pada janin
letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta
dan seluruh proses kelahiran itu maksimal 18 jam untuk primigravida tanpa tindakan dan
7-8 jam untuk multigravida tanpa tindakan serta tanpa komplikasi.
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus
ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumara (2009), persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kejalan lahir.
2. Tahapan persalinan
Kala I yaitu dimulai dengan waktu serviks membuka karena his, kontraksi uterus
teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
lendir darah dan berakhir setelah pembukaan serviks lengkap yaitu bibir porsio tidak
dapat diraba. Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada akhir kala I. Terdapat fase
laten berlangsung selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam. Peristiwa yang penting
dalam kala ini adalah keluar lendir darah (bloody show), terbukanya vaskular pembuluh
darah serviks. Pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. Kala II
berlangsung selama 2 jam dimulai dengan pembukaan serviks yang lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala III dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Ini ditandai dengan perdarahan baru atau kadang kala dari tidak disertai
perdarahan. Kala IV dimulai dengan observasi selama 2 jam postpartum.
3. Persiapan Sebelum Persalinan
Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum persalinan, yakni:
a) Mengetahui perkiraan tanggal persalinan. Menanyakan kepada bidan dan dokter
tanggal perkiraan persalinan. Suami atau keluarga mendampingi ibu saat periksa
kehamilan
b) Memastikan ibu hamil sudah menyepakati amanat persalinan dalam stiker P4K dan
sudah ditempelkan di depan rumah ibu hamil.
c) Siapkan tabungan untuk biaya persalinan. Siapkan JKN dengan medaftarkan diri ke
kantor BPJS kesehatan setempat
d) Menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan.
e) Merencanakan tempat melahirkan dan siapa yang akan menolong.
f) Merencanakan alat kontrasepsi KB yang akan digunakan kelak setelah persalinan,
berdiskusi dengan petugas kesehatan tentang alat kontrsepsi yang sesuai.
g) Menyiapkan pendonor jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
h) Menyiapkan KTP, KK, dan keperluan lain untuk ibu dan bayi yang akan dilahirkan
4. Tanda-tanda Persalinan
Tanda dan gejala :
a) Kontraksi uterus yang semakin lama, semakin sering dan teratur dengan jarak
kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
b) Keluar cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
c) Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan:
1) Pelunakan serviks
2) Penipisan dan pembukaan serviks
d) Keluarnya air ketuban.
5. Tanda Bahaya Persalinan
Ada beberapa parameter yang digunakan untuk menilai tanda bahaya dalam
persalinan (Depkes, 2008), yaitu :
a) Perdarahan lewat jalan lahir
Perdarahan pada kehamilan lanjut (usia kehamilan > 20 minggu) meskipun snagat
sedikit dapat menjadi ancaman bagi ibu dan janin. Ibu perlu segera mendapatkan
pertolongan Nakes.
b) Ibu mengalami kejang
Tekanan darah meningkat tanpa pemeriksaan tensi sulit diketahui, tetapi apabila ibu
merasa bengkak pada kaki yang tidak hilang setelah di istirahatkan, bengkak pada
punggung tangan, bengkak paa kelopak mata atau bagian tubuh lainnya segera
hubungi Nakes karena kemungkinan ibu terancam preeklamsia (keracunan
kehamilan).
c) Ketuban berwarna keruh dan berbau
Air ketuban keruh (mekonium) dapat membahayakan janin. Meconium yang masuk
ke janin dapat menyebabkan masalah pernafasan yang serius yaitu MAS (Mekonium
Aspiration Syndrome). Mekonium bisa terhirup sebagian atau seluruhnya keparu –
paru bayi selama masih dalam kandungan atau saat melahirkan. Hal ini menyebabkan
penyumbatan saluran pernapasan janin. Akibatnya terjadi pembengkakan disaluran
pernapasan janin yang menyebabkan bayi sulit bernafas.
d) Tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalan lahir (tali pusat menumbung)
Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi kepala namun bisa
juga karena letak lintang, letak sungsang, presentasi bokong terutama bokong kaki.
Tali pusat menumbung tidak membahayakan ibu namun bisa menggancam janin. Tali
pusat yang tertekan saat menyebabkan penurunan detak jantung bayi dan
terhambatnya asupan aliran darah ke janin. Sehingga janin dapat kekurangan nutrisi
dan suplai oksigen dari ibu. Selain itu, penekanan terhadap tali pusat CO2 menumpuk
dalam aliran darah janin yang dapat menyebabkan asidosis pernafasan.
e) Ibu tidak kuat mengejan
Mengejan akan sangat membantu otot rahim menuju jalan lahir. Kemampuan seorang
ibu untuk mengejan dengan benar akan menentukan keadaan bayi yang
akandilahirkan. Penyebab kurangnya ibu untuk mengejan antara lain usia yang lebih >
35 tahun, keadaan kesehatan ibu yang kurang optimal, misalnya kurang gizi selama
hamil, ibu yang serng melahirkan dengan jarak yang terlalu dekat, rasa ketakutan dan
trauma mental pada saat proses persalinan yang lalu sehingga pada saat ibu mengejan
ibu panik, ibu kelelahan selama melalui tahap demi tahap proses persalinan.
f) Bila ibu sangat gelisah atau kesakitan hebat
Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat harus diwaspadai. Perawatan
pendukung selama persalinan mempunyai efek positif baik secara emosional maupun
fisiologis terhadap ibu dan janin. Sehingga ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi
dan intervensi dalam proses persalinan.

B. Suami Siaga
1. Pengertian Suami Siaga
Suami siaga yaitu kewaspadaan suami untuk menjaga kesehatan dan keselamatan
istrinya yang sedang hamil sampai dengan persalinannya. Suami siaga senantiasa siap
memberikan yang terbaik untuk istri dan janinnya, sebagai suami siaga harus siap dan
ikhlas untuk memeriksakan kehamilan istrinya dan ikut mempersiapkan persalinan
dengan tenaga medis (Nurani, 2003).
Suami siaga adalah seorang suami dengan istri yang sedang hamil diharapkan siap
mewaspadai setiap resiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan
hal-hal yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera mengantar ke
rujukan terdekat bila ada tanda-tanda komplikasi kehamilan (Lemar, 2006).
Suami siaga adalah kondisi kesiagaan suami untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan istri dalam merencanakan dan menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas
terhadap (Nikita, 2010). Pengertian suami siaga secara rinci adalah :
Siap :
a) Secara mental. Ketika ibu sedang menghadapi persalinan, suami mempersiapkan
mentalnya untuk memberikan dukungan atau semangat kepada istri.
b) Secara fisik, suami mempersiapkan untuk menjaga dan melindungi istrinya.
c) Secara material, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya.
Antar :
Suami mengantarkan istri ketika ia merasakan adanya tanda-tanda dan gejala persalinan.
Jaga :
Suami menjaga istri ketika menghadapi persalinan (Syafrudin, 2009).
Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang hamil
diharapkan siap mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri
tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera
mengantar ke rujukan terdekat bila ada tanda-tanda komplikasi kehamilan.
Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga, harus dibekali dengan pengetahuan
tentang beberapa hal berikut :
a) Upaya menyelamatkan ibu hamil.
b) 3 TERLAMBAT, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan di
fasilitas kesehatan.
c) 4 TERLALU, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu banyak
anak dan terlalu dekat usia kehamilan.
d) Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas, serta pentingnya pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan
secara tepat.
e) Transportasi siaga dan pentingnya rujukan.
Dengan demikian perhatian suami dan keluarga bertambah dalam memahami dan
mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih sayang pada istri terutama pada
saat sebelum kehamilan, selama kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan.
2. Partisipasi suami sebagai suami siaga
a) Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri yang sedang hamil.
1) Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri.
2) Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas
kesehatan terdekat minimal 4 kali.
3) Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia dan memperoleh
istirahat yang cukup.
4) Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan seperti darah tinggi, kaki bengkak,
perdarahan, konsultasi dalam melahirkan, infeksi dan sebagainya.
5) Menyiapkan biaya transportasi.
6) Melakukan rujukan ke fasilitras kesehatan yang lebih lengkap sedini mungkin bila
terjadi hal- hal yang menyakut kesehatan kehamilan dan kesehatan janin misal
perdarahan.
7) Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) sesuai dengan kemampuan
dan kondisi daerah masing-masing.
b) Merencanakan persalinan yang aman
1) Menentukan tempat pertolongan persalinan.
2) Menginformasikan keluhan kehamilan istri kepada petugas kesehatan.
3) Menginformasikan riwayat kehamilan istri
4) Mengetahui tanda-tanda istri yang akan melahirkan seperti keluarnya cairan air
bening dari vagina, dan mulai terasa sakit di perut.
5) Mengetahui hal-hal yang harus dipersiapkan oleh istri menjelang persalinan
6) Mendukung upaya rujukan paska persalinan bila diperlukan
c) Menghindariketerlambatan dalam pertolongan medis
Partisipasi suami yang dioperlukan oleh istri pada saat hamil antara lain suami harus
dapat menghindari 3T (Terlambat) yaitu : terlambat mengambil keputusan, terlambat
ke tempat pelayanan dan terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat
pelayanan dan terlambat memeproleh pertolongan medis. Sehingga suami hendaknya
waspada dan bertindak jika melihat tanda-tanda bahaya kehamilan.
Untuk meghindari kematian ibu hamil yang disebabkan oleh komplikasi akibat
kehamilan (perdarahan, infeksi, dll) maka partisipasi suami sangat diharapkan yang
dapat terwujudnya dalam bentuk suami siaga yaitu :
1) Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika melihat
tanda bahaya kehamilan
2) Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor darah
jika dieprlukan
3) Jaga, suami hendaknya mendampinmgi istri selama proses dan selesai persalinan.
d) Membantu Perawatan Ibu dan Bayi Setelah Persalinan
Partisipasi suami dalam hal ini antara lain :
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan masa nifas
2) Mengetahui apa yang yang perlu diperhatikan untk menjaga kebersihan istri pada
nifas
3) Mengingatkan dan mendorong istri agar memebrikan ASI Ekslusif tanpa susu
formnual dan makanan tambahan lain selama enam bulan kepada anaknya
4) Menemani istri untuk membawa bayinya mendapatkan imuniasi sebelum bayti
umur 1 bulan dan seterusya untum mendapatkan imunisai lengkap
5) Memotivasi istri agar menyusi bayinya selama 2 tahun
6) Merencanakan dan menentukan salah satu alat / cara kontrasepsi untuk mengatur
jarak kelahiran
7) Memotivasi istri nagar memperhatikan makanan dan gizi yang dibutuhkan oleh
ibu dan bayi
8) Memberikan motivasi istri untuk memeriksakan kesehatn ibu dan bayi secara rutin
ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
9) Memotivasi atau mengajak istri agar aktif dalam kegiatan Bina Keluarga Balita
(BKB) di lingkungannya (Drs. Bambang Agus Suryono, MM, 2008).
3. Langkah menjadi Suami Siaga
a) Pertama. Suami menyediakan kebutuhan semua kebutuhan pangan istri demi
pertumbuhan janin dengan cara memberikan tambahan vitamin, penambah darah,
serta kalsium. Suami rajin mengontrol pola makan istri, menyediakan makanan ekstra
berkualitas dan memberikan motivasi kepada istri untuk rajin mengkonsumsi
makanan makan bergizi tersebut.
b) Kedua. Suami memberikan kasih sayang dan perhatian, serta berperan dan turut
menjaga kesehatan kejiwaan istri agar tetap stabil, tenang dan bahagia. Memberikan
perhatian penuh kepada istri misalnya, mendiskusikan perkembangan yang terjadi
pekan demi pekan, bersama-sama mencari informasi mengenai kehamilan dan
pendidikan anak, menemani istri untuk memeriksakan kehamilan setiap bulan,
mendiskusikan rencana-rencana ke depan bagi calon bayi, hingga menyempatkan diri
secara rutin mengelus perut istrinya sambil mengucapkan kalimat kasih sayang.
c) Ketiga : Suami memberikan hak-hak istimewa kepada istri selama hamil, seperti :
mengambil sebagian dari tugas istri bila anda tidak memilki seorang pembantu
dengan mencuci pakaian atau menyetrika baju.
d) Keempat : Suami mengajak istri untuk mendengarkan irama musik klasik, karena
suara-suara lembut bisa merangsang pertumbuhan otak dan kecerdasan anak.
e) Kelima : Suami ikut terlibat dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran janin, misalnya
menyediakan biaya persalinan, kebutuhan hidup calon bayi hingga kesehatan ibu.
f) Keenam : Suami membantu kesiapan dan kekuatan mental istri untuk melahirkan,
suami harus memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istri menghadapi
masa sulit ini. Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas
pelatihan prenatal (pendidikan prakelahiran) yang diselenggarakan di rumah sakit,
hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri.
g) Ketujuh : Suami ikut hadir saat proses kelahiran, karena kehadiran suami meski
sekedar menemani, memegang tangan akan memberikan dorongan dan menambah
kekuatan mental ekstra bagi istri.
DOKUMENTASI PENYULUHAN
LEAFLET
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPKKR: Jakarta


Eny Retna Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurani, Meytha Winarso, inang. Gerakan Partisipatif Ibu Hamil, Menyusui dan Bayi.
Syafrudin Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas, Jakarta: EGC.
Lamar, Martin. 2006. Suami, Warga, dan Bidan Siaga.
Sumara. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Jakarta:
Fitramaya
Suryono, Bambang Agus. 2008. Partisipasi Suami.
Yulifah, Johan Tri. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai