Anda di halaman 1dari 151

Hai Sobat Pembelajar

Bagaimana pembelajarannya?

E-LEARNING
Menarik kan?
Berikut ini Kang Edu berikan
kompilasi materi yang telah Sobat
PENGENALAN MANAJEMEN RISIKO
pelajari pada mata pelajaran ini.

Untuk melihat kompilasi materinya,


silahkan scroll ke bawah ya…
E-LEARNING
PENGENALAN PRO UKI
TAHUN 2020
Evaluasi Pengendalian Intern
Tingkat Entitas (EPITE):
KONSEP
Setelah mempelajari materi ini Sobat diharapkan mampu
menjelaskan kegiatan Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat
Entitas/Unit Kerja (EPITE) sesuai dengan KMK Nomor
940/KMK.09/2017
1 KONSEP EPITE
AGENDA
PROSES
2 PELAKSANAAN EPITE

PROSES PELAKSANAAN
3 PEMANTAUAN KODE ETIK
Submateri 1
Konsep EPITE
KEYAKINAN MEMADAI
Three lines of defense

Berkelanjutan
Evaluasi terpisah UKI (Lini II)
Tindak lanjut

PPITA
EPITE [EKR]+[PPU]

Laporan Efektivitas PI
GAMBARAN UMUM PEMANTAUAN
PENGENDALIAN INTERN
(KMK 940/2017) Pernyataan
Manajemen
Pemantauan Pengendalian Intern oleh UKI

Pemantauan oleh UKI


(Evaluasi Terpisah)

Evaluasi Pengendalian Pemantauan Pengendalian


EPITE Intern Tingkat Entitas Intern Tingkat Aktivitas PPITA

Menilai pengendalian- Memastikan kecukupan


pengendalian yang mempunyai rancangan, kepatuhan
pengaruh luas/menyebar ke pengendalian utama, dan
seluruh kegiatan/proses dalam efektivitas implementasinya
suatu organisasi (pengendalian
tingkat entitas)
Jenis Pemantauan Pengendalian Intern
Diterapkan terhadap
penerapan unsur-unsur
Evaluasi pengendalian intern
Pengendalian
Diterapkan pada level
Intern Tingkat Dilaksanakan setidaknya
proses bisnis (transactional Entitas dua tahun sekali
level) dengan memilih
proses bisnis tertentu Hasilnya akan
berdasarkan pertimbangan berpengaruh terhadap
faktor risiko pengambilan sampel
pada kegiatan PPITA
Dapat dilaksanakan setiap
hari, setiap minggu, setiap
Pemantauan
Pengendalian
dua minggu, atau setiap Intern Tingkat
bulan atas suatu proses Aktivitas
bisnis sesuai dengan
risikonya
PENGERTIAN EPITE
- perekrutan, pelatihan, dan promosi pegawai
- prosedur penilaian risiko organisasi
- pembagian tugas untuk mengurangi risiko kecurangan (fraud)
- sistem informasi mengenai kinerja organisasi
- evaluasi berkala atas pengendalian intern
TUJUAN EPITE
menentukan efektivitas pengendalian
intern tingkat entitas dalam
menciptakan lingkungan yang
mendukung efektivitas pengendalian
tingkat kegiatan/ aktivitas
Pelaksana dan Lingkup EPITE

Eselon I
tanpa UKI-E1 Seluruh unit Kerja Unit Eselon I
unit
vertikal

Pelaksana
Pemantauan
Lingkup unit kerja kantor
UKI-P pelayanan
Eselon I
memiliki
UKI-W Lingkup unit kerja kantor wilayah
unit
vertikal
UKI-E1 Lingkup unit kerja kantor pusat
Waktu Pelaksanaan EPITE

EPITE dilakukan minimal


sekali dalam dua tahun perubahan kepemimpinan

perubahan proses bisnis


yang strategis

atau apabila terdapat kondisi- perubahan struktur


kondisi yang dapat mempengaruhi organisasi
pengendalian intern tingkat entitas
seperti:
Ringkasan
EPITE adalah evaluasi yang dilakukan terhadap pengendalian-pengendalian
yang mempunyai pengaruh luas/menyebar ke seluruh kegiatan/proses dalam
suatu organisasi (pengendalian tingkat entitas).
EPITE diterapkan terhadap penerapan unsur-unsur pengendalian intern, dan
dilaksanakan setidaknya sekali.

EPITE bertujuan untuk menentukan efektivitas pengendalian intern tingkat


entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas
pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas.

14
Submateri 2
Proses Pelaksanaan EPITE
Proses EPITE
Penyusunan Perumusan nilai
program kerja sementara, temuan, Perumusan
evaluasi dan rekomendasi EPITE kesimpulan akhir

Pelaksanaan evaluasi Penguatan EPITE


faktor pengendalian melalui pemantauan
(Reviu, wawancara, penerapan kode etik
survei, observasi)
PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
EPITE
• harus mendefinisikan dengan jelas langkah-langkah
kerja pelaksanaan EPITE

• dapat disusun pada saat awal tahun anggaran


maupun beberapa saat sebelum kegiatan EPITE
direncanakan untuk dilaksanakan.
FORMAT
PROGRAM KERJA EPITE
PELAKSANAAN EVALUASI
FAKTOR PENGENDALIAN
PELAKSANAAN EVALUASI FAKTOR PENGENDALIAN

Reviu dokumen: Wawancara:


mempelajari dokumen- diskusi dengan pegawai
yang bertanggung jawab
dokumen terkait terhadap rancangan atau
pelaksanaan unsur-unsur implementasi
pengendalian intern pengendalian
Evaluasi dilakukan terhadap
setiap faktor dari kelima unsur
pengendalian intern dengan Survei:
Observasi: menggunakan salah satu atau
mengamati secara cermat mengajukan serangkaian
kombinasi dari beberapa teknik pertanyaan tertulis untuk
pegawai/pejabat, kondisi
mendapatkan tanggapan
lingkungan, dan pelaksanaan dari pegawai/pejabat
kegiatan unit kerja terkait lima terkait unsur pengendaian
unsur pengendalian intern intern unit kerja

Penggunaan teknik bersifat saling melengkapi agar diperoleh keyakinan yang


kuat dalam mengambil kesimpulan.
REVIU DOKUMEN
KERTAS KERJA PENDUKUNG REVIU DOKUMEN
DALAM RANGKA EPITE
[NAMA UNIT KERJA]
Disusun oleh/tanggal/paraf: …………………………………
Direviu oleh/tanggal/paraf: …………………………………..

No. Butir EPITE Dokumen Validasi Kesimpulan

(1) (2) (3) (4) (5)

Informasi Tambahan: ………………………………… (a)

Keterangan
(1) : diisi nomor urut;
(2) : diisi butir EPITE yang dievaluasi dengan reviu dokumen;
(3) : diisi nama dokumen yang direviu;
(4) : diisi pendapat evaluator apakah dokumen tersebut dapat diyakini sebagai dokumen pendukung;
(5) : diisi kesimpulan “ya” apabila diyakini dokumen mendukung pernyataan butir EPITE dan diisi kesimpulan “tidak” apabila diyakini dokumen tidak mendukung
pernyataan butir EPITE tersebut;
(a) : diisi informasi lain-lain yang relevan, misalnya adanya kesalahan ketik dalam penomoran dokumen namun dapat diyakini bahwa dokumen tersebut valid, dll.;
WAWANCARA
KERTAS KERJA
WAWANCARA EPITE
[NAMA UNIT KERJA]
Disusun oleh/tanggal/paraf: …………………………………
Direviu oleh/tanggal/paraf: …………………………………..

No. Uraian Pertanyaan dan Jawaban

Wawancara dengan Responden (Pimpinan/Pegawai)


1. Apakah kepada Saudara telah dilakukan sosialisasi yang memadai tentang kewajiban, larangan, dan sanksi dalam kode etik
dan/atau aturan perilaku lainnya, termasuk kepada pegawai baru?
Jawaban: …...............................................................................
2. Apakah pimpinan unit kerja Saudara memberi keteladanan dengan menerapkan integritas dan nilai-nilai etika dan
mendorong bawahan untuk menerapkannya pula?
Jawaban: …...............................................................................

42. Apakah menurut Saudara setiap pengabaian tersebut telah mendapat persetujuan dari pimpinan unit kerja Saudara?
Jawaban: …...............................................................................

Kesimpulan hasil Wawancara


..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
.............................................................................
SURVEI
SURVEI
OBSERVASI
TABEL OBSERVASI EPITE
[NAMA UNIT KERJA]

Disusun oleh/tanggal/paraf: …………………………………


Direviu oleh/tanggal/paraf: …………………………………..

Hasil
Tgl. No. Butir EPITE Keterangan Kesimpulan
Observasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Apakah pimpinan unit kerja telah memperhatikan pemisahan tugas
(segregation of duties) untuk mengurangi risiko terjadinya kecurangan
atau tindakan yang tidak layak?
Apakah unit kerja telah mengatur pembatasan akses atas aset dan
aplikasi yang dimiliki?

dst.

Keterangan
(1) : diisi tanggal pelaksanaan observasi;
(2) : diisi nomor urut butir-butir EPITE yang diobservasi pada tanggal tersebut;
(3) : diisi butir-butir EPITE yang diobservasi pada tanggal tersebut. Urutan butir-butir EPITE bisa acak sesuai pelaksanaan observasi;
(4) : diisi hasil-hasil pelaksanaan observasi. Misalnya untuk “Apakah ada alat komunikasi efektif yang menginformasikan hal-hal penting kepada seluruh
pegawai?”, hasilnya dapat berupa: alat komunikasi majalah/bulletin intern, chat groups, mailing list, dll.;
(5) : diisi keterangan atas isian Kolom (4) tersebut yang perlu dijelaskan (optional);
(6) : diisi kesimpulan “ya” apabila mendukung adanya butir EPITE tersebut dan “tidak” apabila tidak mendukung adanya butir EPITE tersebut.
PERUMUSAN NILAI SEMENTARA,
TEMUAN, DAN REKOMENDASI
PERUMUSAN NILAI SEMENTARA, TEMUAN,
DAN REKOMENDASI EPITE

Nilai sementara diperoleh dari persentase


total skor terhadap jumlah faktor yang
dievaluasi dengan rentang 0% s.d. 100%

nilai sementara
pengendalian intern
tingkat entitas, Temuan menguraikan kondisi
temuan, dan pelanggaran dan/atau penyimpangan
rekomendasi untuk terhadap penerapan pengendalian
perbaikan diperoleh intern, penyebab, dan akibatnya.
dari hasil evaluasi

Rekomendasi menguraikan
saran-saran perbaikan dan
rencana aksi yang diperlukan
HASIL EPITE
CONTOH

Kantor Y melaksanakan EPITE terhadap 50 faktor pengendalian intern dan


diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 6 faktor yang tidak dilaksanakan.

Jumlah faktor yang dievaluasi: 50


Jumlah faktor yang tidak dilaksanakan: 6
Jumlah faktor yang dilaksanakan: 44

Nilai EPITE sementara = 44 x 100% = 88%


50
PENGGUNAAN HASIL EVALUASI LAIN

Hasil Penilaian Pengendalian Hasil Penilaian Maturitas


Intern atas Pelaporan SPIP
Keuangan (PIPK) dapat digunakan dengan dilakukan
konversi:
dapat digunakan tanpa dilakukan
konversi Nilai akhir yang diperoleh
X 100%
Nilai maksimal

Nilai yang kurang optimal pada setiap


Hasil Penilaian Lain yang
substansinya dapat Fokus Penilaian dalam metode
dipersamakan dengan EPITE penilaian maturitas SPIP, yaitu nilai 0
(nol) s.d. 2 (dua), dinyatakan sebagai
dilakukan konversi temuan EPITE.
PENGUATAN EPITE MELALUI
PEMANTAUAN PENERAPAN KODE
ETIK
Pengendalian memperkuat sikap, tingkah laku, dan perbuatan
Tingkat Entitas pegawai yang sesuai dengan kode
etik
Lingkungan
Pengendalian
mewujudkan

Penegakan
Integritas & dilakukan dengan pemantauan
Nilai Etika penerapan kode etik pegawai

minimal satu kali dalam setahun


(Lampiran III KMK Nomor 940/KMK.09/2017)
SURVEI OBSERVASI
kuesioner yang berisi pertanyaan Pengamatan secara intensif untuk
minimal seputar kode etik pejabat/ mendapatkan gambaran nyata suatu
pegawai Kemenkeu yang dipantau objek pemantauan

PENGAWASAN DIAM-DIAM
(SURVEILLANCE)
METODE INSPEKSI MENDADAK

dilakukan secara diam-diam tanpa PEMANTAUAN melihat secara langsung dan


spontan atas penerapan kode etik
pemberitahuan sama sekali kepada pegawai, baik di kantor sendiri
objek yang dipantau KODE ETIK maupun di kantor pihak lain terkait.

FACILITATED TEAM MEETING


(FTM)
Mengundang stakeholder atau pihak
yang berkepentingan yang memiliki
informasi terkait dengan pelayanan
dan/atau sikap, tingkah laku, dan
perbuatan pegawai
KRITERIA
Lebih dari 75% pegawai telah
>75% menjalankan seluruh kode etik
yang ditetapkan

Tidak ada pelanggaran kode etik yang


berdampak kecurangan (fraud) atau
PENERAPAN KODE ETIK
BERHASIL
0 yang berdampak non kecurangan
(fraud) dengan pengaruh signifikan
EMPAT KEMUNGKINAN KONDISI

Tidak ada pelanggaran kode etik


Lebih dari 75% pegawai telah yang berdampak kecurangan (fraud) NILAI
KONDISI menjalankan seluruh kode etik atau yang berdampak non PENGURANG
yang telah ditetapkan kecurangan (fraud) dengan pengaruh EPITE
signifikan

Kondisi 1 Tercapai Tercapai -0%

Kondisi 2 Tidak tercapai Tercapai -10%

Kondisi 3 Tercapai Tidak tercapai -20%

Kondisi 4 Tidak Tercapai Tidak tercapai -30%


CONTOH

Kantor Y melaksanakan pemantauan penerapan kode etik tahun 2020. Dari hasil
pemantauan tersebut diperoleh informasi bahwa terdapat 23% pegawai belum
menerapkan seluruh kode etik dan terdapat 5 pelanggaran kode etik yang
berdampak non fraud tetapi pengaruhnya signifikan.

Berapa nilai pengurang EPITE sementara?

Persentase pegawai yang menerapkan kode etik: 77%  kriteria 1 terpenuhi


Fraud/non fraud dengan pengaruh signifikan: ada  kriteria 2 tidak terpenuhi.
Nilai pengurang EPITE: -20%
PERUMUSAN
KESIMPULAN AKHIR
EPITE
KESIMPULAN

NILAI EPITE HASIL DARI KESIMPULAN NILAI EPITE


SEMENTARA PEMANTAUAN KODE ETIK AKHIR

Nilai EPITE sementara -0%, -10%, -20%, -30% Rendah (0% – 33%)
pada tahun X dapat Sedang (34% – 63%)
dijadikan nilai EPITE Tinggi (64% – 100%)
sementara tahun X dan
tahun X + 1
NILAI AKHIR EPITE

Nilai akhir EPITE disampaikan kepada kepala kantor dengan


tembusan UKI di tingkat atasnya dilampiri dengan nilai EPITE
sementara melalui suatu nota dinas pengantar yang
ditandatangani oleh pimpinan UKI terkait.
KESIMPULAN AKHIR EPITE

Menunjukkan tingkat penerapan pengendalian intern tingkat entitas dan


digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sampel
PPU.

Semakin tinggi hasil EPITE, semakin kecil sampel yang perlu diambil pada
PPU.

Apabila dalam suatu tahun tertentu tidak dilakukan EPITE, penentuan


jumlah sampel PPU periode tersebut menggunakan hasil EPITE tahun
sebelumnya.
Ringkasan
EPITE dilaksanakan dalam 5 tahapan, yaitu penyusunan program kerja EPITE,
evaluasi faktor pengendalian, perumusan nilai sementara, penguatan melalui
pemantauan penerapan kode etik, dan perumusan kesimpulan akhir EPITE.
Nilai sementara diperoleh dari persentase faktor yang dijalankan dibandingkan
dengan faktor yang dievaluasi.
Hasil pemantauan penerapan kode etik menjadi nilai pengurang EPITE
sementara.
Kesimpulan akhir EPITE mempengaruhi jumlah sampel yang diambil dalam
PPU.

41
Submateri 3
Proses Pelaksanaan Pemantauan
Penerapan Kode Etik
EPITE: Konsep

Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sri Wahyuni
Widyaiswara Ahli Madya

Pusdiklat Keuangan Umum


Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan
Sobat Pembelajar, pada Submateri 1 dan 2 kita telah mempelajari konsep EPITE dan
proses pelaksanaan EPITE. EPITE adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana
pemantauan untuk menilai efektivitas pengendalian intern tingkat entitas dalam menciptakan
lingkungan yang mendukung efektivitas pengendalian intern tingkat aktivitas. EPITE
diterapkan terhadap penerapan 5 unsur pengendalian intern.
EPITE dilakukan setidaknya dua tahun sekali dan hasilnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan sampel pada kegiatan PPITA.
EPITE dilaksanakan dalam 5 tahapan, yaitu
1. penyusun program kerja evaluasi
2. pelaksanaan evaluasi faktor pengendalian
3. perumusan nilai sementara, temuan, dan rekomendasi EPITE
4. penguatan EPITE melalui pemantauan penerapan kode etik
5. perumusan kesimpulan akhir.
Hasil pemantauan penerapan kode etik menjadi faktor pengurang nilai EPITE sementara
dan menghasilkan nilai EPITE akhir.

Pada materi ini kita akan secara khusus membahas Pemantauan Penerapan Kode Etik
sebagai penguatan EPITE.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------
1. Pembagaian Tugas dan Tanggung Jawab
Dalam pemantauan penerapan kode etik terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab
antara pimpinan unit kerja dan Unit Kepatuhan Internal (UKI).
a. Pimpinan unit kerja
Pimpinan unit kerja memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) melakukan internalisasi penerapan kode etik pada unit di lingkungan kerjanya
secara berkala;
2) memberikan contoh penerapan kode etik pada unit di lingkungan kerjanya dalam
berperilaku sehari-hari;
3) melakukan pengawasan penerapan kode etik terhadap pegawai di unitnya;
4) memberikan dukungan terhadap pemantauan penerapan kode etik kepada Unit
Kepatuhan Internal di lingkungan kerjanya;
5) memanfaatkan dan menindaklanjuti hasil pemantauan penerapan kode etik dalam
rangka meningkatkan pengendalian intern di lingkungan unit kerjanya; dan

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 1


6) memberikan sanksi moral atau tindakan pembimbingan dengan bijak terhadap
pelanggar kode etik melalui atasan langsung pegawai yang bersangkutan.

b. Pelaksana pemantauan (UKI)


UKI memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) memberikan contoh penerapan kode etik pada unit eselon I di lingkungan kerjanya
dalam berperilaku sehari-hari
2) menyusun rencana kerja pemantauan penerapan kode etik, termasuk memilih
objek pemantauan dan menentukan jadwal pelaksanaan pemantauan, serta
menentukan penggunaan metode/perangkat pemantauan penerapan kode etik
3) melaksanakan pemantauan penerapan kode etik pada unit eselon I masing-masing
dengan menggunakan perangkat pemantauan yang diatur dalam KMK Nomor
940/KMK.09/2017 tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa perangkat
pemantauan dapat dikembangkan berdasarkan kondisi pada saat pelaksanaan
pemantauan.
4) menyusun dan menyampaikan laporan kepada manajemen atau unit kerja yang
dipantau dengan tembusan kepada pimpinan UKI
5) melakukan evaluasi terhadap pemantauan penerapan kode etik yang telah
dilakukan pada unit eselon I masing-masing.
Tanggung jawab pemantauan penerapan kode etik merupakan tanggung jawab UKI. UKI-
E1 dapat melakukan pemantauan atas penerapan kode etik di lingkungan kantor wilayah
dan kantor pelayanan, sedangkan UKI-W dapat melakukan pemantauan atas penerapan
kode etik di lingkungan kantor pelayanan.

2. Ruang Lingkup Pemantauan


Ruang lingkup pemantauan penerapan kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan
meliputi
a. seluruh pegawai Kementerian Keuangan
b. penerapan sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai berdasarkan kode etik yang
telah ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan
Pegawai Kementerian Keuangan wajib bersikap dan berpedoman pada etika yang diatur
dalam bentuk kewajiban dan larangan dalam melaksanakan tugas kedinasan dan
kehidupan sehari-hari.
Kewajiban dan larangan tersebut dituangkan dalam keputusan pimpinan unit eselon I
mengenai kode etik yang sekurang-kurangnya memuat ketentuan sebagai berikut:

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 2


a. etika dalam bernegara, yaitu etika Pegawai Kementerian Keuangan dalam kehidupan
bernegara dan menjalankan tugas kedinasan dengan prinsip menghindari
pertentangan kepentingan (conflict of interest);
b. etika dalam berorganisasi, yaitu etika pegawai Kementerian Keuangan dalam
berhubungan dengan organisasi Kementerian Keuangan dan organisasi lain di luar
Kementerian Keuangan.
c. etika dalam bermasyarakat, yaitu etika Pegawai Kementerian Keuangan dalam
berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya;
d. etika terhadap diri sendiri, yaitu etika pegawai Kementerian Keuangan dalam
berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak; serta
e. etika terhadap sesama pegawai Kementerian Keuangan, yaitu etika dalam
berhubungan di antara pegawai Kementerian Keuangan.
Etika tersebut dapat merupakan bagian dari disiplin pegawai Kementerian Keuangan

3. Tahapan Kegiatan Pemantauan Penerapan Kode Etik


Untuk dapat melaksanakan pemantauan dengan baik, pelaksana pemantauan harus
melakukan tahapan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan
evaluasi.
a. Perencanaan
Langkah-langkah dalam tahapan perencanaan meliputi
1) Pemilihan Objek Pemantauan
Yang menjadi objek pemantauan penerapan kode etik adalah pegawai atau
kelompok pegawai yang akan dipantau penerapan kode etiknya. Pemilihan objek
pemantauan ini ditentukan berdasarkan pertimbangan pelaksana pemantauan,
misalnya adanya pengaduan atau keluhan dari pihak terkait atau meningkatnya
risiko suatu pekerjaan yang dapat disebabkan oleh perubahan proses bisnis
dan/atau interaksi dengan pihak ketiga.
Pemilihan objek pemantauan dilakukan pada akhir tahun sebelum tahun
pelaksanaan pemantauan sebagai bahan perencanaan pemantauan dan dapat
diperbaiki pada tahun berjalan bila terdapat kejadian signifikan yang mempengaruhi
pertimbangannya.
Objek pemantauan terbagi menjadi namun tidak terbatas pada
- Pegawai yang berada di lingkungan kantor sendiri; dan
- Pegawai yang bertugas di kantor pihak lain terkait

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 3


Pemantauan yang dilakukan terhadap pegawai yang bertugas di kantor pihak lain
terkait dilakukan paling lambat 20 hari kerja setelah pegawai tersebut kembali ke
kantor sendiri.
2) Penentuan Metode Pemantauan
Metode pemantauan ditentukan berdasarkan sumber informasi yang dapat berupa
pengaduan ataupun sumber lainnya. Metode-metode yang dapat dilakukan berupa
survei, observasi, Facilitated Team Meeting (FTM), dan metode lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
3) Penyusunan Program Kerja
Program kerja yang disusun mencakup objek pemantauan, tujuan, sumber
informasi, jadwal pelaksanaan, metode, perangkat yang digunakan, dan
pelaksanaan pemantauannya. Program kerja dapat diperbaiki pada tahun berjalan
bila terdapat kejadian signifikan yang mempengaruhi pemantauan.
Berikut ini adalah format program kerja pemantauan penerapan kode etik.

PROGRAM KERJA PEMANTAUAN PENERAPAN KODE ETIK


[UNIT KERJA] [TAHUN]
No. Objek Tujuan Sumber Jadwal Metode Perangkat Pelaksana
Pelaksanaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1.
2.
dst

Keterangan:
(1) : diisi nomor urut;
(2) : diisi objek pemantauan misalnya Seksi MSKI dll,;
(3) : diisi tujuan pemantauan, misalnya untuk memastikan penerapan “etika
berorganisasi” pada Seksi MSKI;
(4) : diisi sumber informasi diperolehnya dugaan adanya pelanggaran “etika
berorganisasi”;
(5) : diisi jadwal pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik;
(6) : diisi metode pemantauan seperti “observasi”, “wawancara:, dll.;
(7) : diisi perangkat yang diperlukan seperti checklist perilaku, kamera, voice
recorder, dll.;
(8) : diisi pelaksana pemantauan.

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 4


4) Perancangan Perangkat Pemantauan
Perangkat pemantauan dirancang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan program
kerja yang telah disusun dan dapat berupa checklist perilaku, kuesioner, surat
konfirmasi, panduan FTM, serta perangkat pendukung seperti tape recorder dan
kamera.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik pada tiap-tiap unit eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun,
dengan menggunakan salah satu atau kombinasi metode dan perangkat berikut.
1) Survei
Dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu sikap, tingkah laku, dan
perbuatan berdasarkan kode etik yang diterapkan oleh pejabat/pegawai
Kementerian Keuangan yang sedang bertugas di kantor pihak lain terkait.
Perangkat yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan
minimal seputar kode etik pejabat/pegawai yang dipantau.
Pelaksana pemantauan memastikan bahwa kuesioner tepat sasaran, baik dari sisi
waktu maupun responden. Survei dilaksanakan paling lambat 20 hari kerja setelah
pegawai yang menjadi objek pemantauan selesai bertugas. Subjek yang dipilih
sebagai responden adalah orang-orang yang dalam kesehariannya berinteraksi
langsung dengan pegawai yang dipantau selama masa penugasan, termasuk juga
pimpinan unit tempat pegawai yang dipantau tersebut bertugas.
Apabila hasil kuesioner menunjukkan hal-hal yang bersifat negatif, pelaksana
pemantauan melakukan wawancara kepada responden terkait untuk mengetahui
gambaran perilaku yang dianggap negatif oleh responden secara lebih dalam agar
tidak terjadi salah persepsi dalam pengisian kuesioner yang dapat berakibat
menimbulkan fitnah atau mendapatkan informasi lain yang dapat mengonfirmasi
hasil kuesioner tersebut.
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara tersebut, pelaksana pemantauan
wajib meminta tanggapan kepada atasan langsung dari pegawai yang dipantau
terkait dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dinilai oleh responden
sebagai pelanggaran kode etik. Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner,
wawancara, dan tanggapan dituangkan dalam kertas kerja pemantauan untuk
diolah lebih lanjut menjadi laporan.

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 5


2) Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara intensif untuk
mendapatkan gambaran nyata suatu objek pemantauan yang dilakukan terhadap
pegawai yang berada di lingkungan kantor bersangkutan. Observasi dilakukan
minimal selama satu hari kerja untuk mendapatkan hasil pandangan yang lebih
objektif dan sedapat mungkin tanpa disadari oleh objek pemantauan. Observasi
dapat dilakukan secara langsung maupun dengan memanfaatkan peralatan seperti
closed-circuit television (cctv) dan/atau peralatan lainnya.
Pelaksana pemantauan menuangkan isi laporan observasi yang akan disampaikan
kepada pimpinan unit dengan memberikan gambaran sikap, tingkah laku, dan
perbuatan menyimpang yang paling sering dilakukan oleh pegawai terkait dengan
kode etik agar pimpinan/atasan langsung menjalankan peran supervisinya.
3) Pengawasan diam-diam (Surveillance)
Surveillance merupakan kegiatan pemantauan kepatuhan terhadap kode etik
pegawai yang dilakukan secara diam-diam tanpa pemberitahuan sama sekali
kepada objek yang dipantau. Metode ini dilakukan terhadap pegawai yang diduga
secara sengaja dan terus menerus melakukan pelanggaran kode etik, meskipun
telah diberi teguran dan/atau pembinaan oleh atasan langsungnya.
Surveillance dapat digunakan oleh pelaksana pemantauan apabila menerima
pengaduan/keluhan, baik dari atasan langsung maupun dari rekan sejawat ataupun
pihak lain terkait, ataupun bila terdapat informasi yang diperoleh dari observasi atau
hasil survei. Metode ini dapat digunakan atas inisiatif pimpinan UKI yang bersifat
proaktif.
Ada tiga tahapan dalam surveillance, yaitu
a) Persiapan:
- menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain surat tugas dan perangkat
pemantauan yang telah dibuat oleh pimpinan unit; dan
- menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti voice recorder, kamera, alat
tulis, dan lain-lain.
b) Pelaksanaan:
- mendatangi unit kerja terkait yang akan dipantau secara diam-diam tanpa
pemberitahuan sama sekali;
- melakukan pemantauan sesuai dengan perangkat yang telah disusun;
- mengumpulkan data, dokumen, dan/atau informasi;
- mengolah data, dokumen, dan/atau informasi yang telah diperoleh.

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 6


c) Pelaporan:
- menyiapkan bahan penyusunan laporan;
- menyusun laporan dan rekomendasi pemantauan;
- menyampaikan laporan dan rekomendasi kepada pihak terkait.
4) Inspeksi Mendadak
Inspeksi mendadak dilakukan untuk melihat secara langsung dan spontan atas
penerapan kode etik pegawai di lokasi-lokasi sebagai berikut namun tidak terbatas
pada:
a) lingkungan kantor sendiri;
b) kantor pihak lain terkait.
Sidak hanya dapat digunakan oleh pelaksana pemantauan apabila mendapat
arahan langsung dari pimpinan unit eselon I atau pimpinan satker atau pimpinan
UKI-E1 pada waktu-waktu tertentu yang dinilai berisiko terjadinya pelanggaran kode
etik, misalnya menjelang libur hari raya atau pada hari kerja yang diapit hari libur.
5) Facilitated Team Meeting (FTM)
Metode FTM dilakukan dengan mengundang stakeholder atau pihak yang
berkepentingan yang memiliki informasi terkait dengan pelayanan dan/atau sikap,
tingkah laku, dan perbuatan PNS dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta
pergaulan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan stakeholder tersebut.
6) Pemantauan Bentuk Lainnya
Pemantauan bentuk lain dilaksanakan dengan objek pemantauan sesuai dengan
instruksi dan kebijakan masing-masing pimpinan unit eselon I yang dilaksanakan
apabila sudah terdapat rencana kegiatan terkait dengan penerapan kode etik
seperti penilaian tingkat kepatuhan penerapan kode etik dan disiplin, dan
pekan/bulan kode etik.
Dalam hal dipandang pelaksanaan pemantauan lebih efektif bila dilakukan oleh UKI
pada satu tingkat di atasnya, maka unit eselon I dapat mengatur hal tersebut.

c. Pelaporan
1) Penelaahan Hasil Pemantauan
Pelaksana pemantauan menelaah hasil pemantauan dengan mempertimbangkan
validitas data, misalnya data yang diperoleh dari hasil observasi hanya dapat
dikatakan valid bila proses pengamatannya dilakukan tanpa disadari oleh objek
pemantauan. Penelaahan hasil pemantauan dituangkan dalam kertas kerja
simpulan pemantauan penerapan kode etik berikut.

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 7


2) Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemantauan
Pelaksana pemantauan wajib menyusun laporan hasil pemantauan pada saat tugas
pemantauan berakhir yang ditandatangani oleh pimpinan UKI. Pelaksana
pemantauan wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan penerapan kode etik
kepada manajemen atau unit yang dipantau dan ditembuskan kepada pimpinan unit
kerja segera setelah laporan selesai, selambat-lambatnya lima hari kerja setelah
tugas pemantauan dilakukan.
Laporan hasil pemantauan disusun dalam bentuk bab dan setidaknya memuat
a) Sampul judul
b) Daftar Isi
c) Ringkasan Hasil Pemantauan
d) Dasar Hukum

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 8


e) Tujuan Pemantauan
f) Ruang Lingkup Pemantauan
g) Metode Pemantauan
h) Gambaran Umum
i) Uraian Hasil Pemantauan
j) Hal-hal Lain yang Perlu Diungkapkan (jika ada)
k) Lampiran (jika ada)

d. Evaluasi
1) Pelaksana pemantauan melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemantauan
penerapan kode etik, dengan membandingkan rencana dengan realisasinya,
pemanfaatan hasil pemantauan, aksi dan reaksi pegawai yang dipantau terhadap
pelaksanaan maupun hasil pemantauan, serta hal-hal yang terjadi dalam
pelaksanaan pemantauan yang perlu mendapat perhatian.
2) Pelaksana pemantauan wajib melaksanakan evaluasi terhadap unitnya sendiri
untuk melihat seberapa besar peran dan dukungan UKI dalam peningkatan
penerapan kode etik. Evaluasi dilakukan dengan melihat seberapa sering UKI
melakukan sosialisasi dan apakah setiap pegawai sudah mengetahui dan
memahami penerapan kode etik pada unit eselon I masing-masing.
3) Pengetahuan dan pemahaman kode etik harus terus menerus dibangun agar
kesadaran pegawai dalam menerapkan kode etik tumbuh dengan sendirinya, bukan
karena merasa dipantau.
4) Pelaksana pemantauan juga wajib mengevaluasi dirinya sendiri dengan melihat
seberapa baik contoh yang ditunjukkan oleh pelaksana pemantauan dalam
menerapkan kode etik.
5) Evaluasi dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun dengan salah satu atau
kombinasi dari metode survei dan FTM.

*****

E-LEARNING PENGENALAN PRO UKI │ EPITE: KONSEP 9


Ringkasan

Pemantauan penerapan kode etik merupakan tanggung jawab UKI.


Pemantauan kode etik dilaksanakan melalui tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi.
Terdapat 5 metode yang dapat digunakan, yaitu survei, observasi, surveillance,
inspeksi mendadak, dan Facilitated Team Meeting.

43
SELESAI
44
PELATIHAN
PENGUATAN, REVITALISASI, DAN OPTIMALISASI
UNIT KEPATUHAN INTERNAL (PRO UKI)

MODUL
EVALUASI PENGENDALIAN INTERN
TINGKAT ENTITAS (EPITE):
KONSEP DAN SIMULASI

Oleh:
Amelia Rose
Widyaiswara Ahli Muda

dan

Theresia Vera Yuliastanti


Widyaiswara Ahli Madya

Widyaiswara Pusdiklat Keuangan Umum

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN UMUM
JAKARTA
2018
PELATIHAN PRO UKI | EPITE i
IDENTITAS MODUL
Judul Modul:
Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas:
Konsep dan Simulasi

Penulis:
Amelia Rose
Widyaiswara Ahli Muda
&
Theresia Vera Yuliastanti
Widyaiswara Ahli Madya

Digunakan untuk:
Pelatihan Penguatan, Revitalisasi, dan Optimalisasi
Unit Kepatuhan Internal (PRO UKI)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum


Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Cetakan Pertama:
2018

PELATIHAN PRO UKI | EPITE ii


DAFTAR ISI

IDENTITAS MODUL ..................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ........................................................................... viii
PETA KONSEP MODUL ................................................................................................ x
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. DESKRIPSI SINGKAT ........................................................................................................ 1
B. PRASYARAT KOMPETENSI .............................................................................................. 2
C. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR ....................................................... 2
D. RELEVANSI MODUL ........................................................................................................ 3
KEGIATAN BELAJAR I .................................................................................................4
DEFINISI DAN KONSEP DASAR EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS ...... 4
INDIKATOR .......................................................................................................................... 4
A. URAIAN DAN CONTOH ................................................................................................... 4
B. LATIHAN ....................................................................................................................... 12
C. RANGKUMAN ............................................................................................................... 12
D. TES FORMATIF.............................................................................................................. 14
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT............................................................................ 17
KEGIATAN BELAJAR II ............................................................................................... 18
PELAKSANAAN EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS ............................ 18
INDIKATOR ........................................................................................................................ 18
A. URAIAN DAN CONTOH ................................................................................................. 18
B. LATIHAN ....................................................................................................................... 34
C. RANGKUMAN ............................................................................................................... 34
D. TES FORMATIF.............................................................................................................. 36
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT............................................................................ 39

PELATIHAN PRO UKI | EPITE iv


KEGIATAN BELAJAR III .............................................................................................. 40
PELAKSANAAN PEMANTAUAN PENERAPAN KODE ETIK DAN NILAI AKHIR EPITE ............ 40
INDIKATOR ........................................................................................................................ 40
A. URAIAN DAN CONTOH ................................................................................................. 40
B. LATIHAN ....................................................................................................................... 65
C. RANGKUMAN ............................................................................................................... 65
D. TES FORMATIF.............................................................................................................. 68
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT............................................................................ 70
PENUTUP ................................................................................................................. 71
TES SUMATIF............................................................................................................ 74
KUNCI JAWABAN ..................................................................................................... 81
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 86

PELATIHAN PRO UKI | EPITE v


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Format Program Kerja EPITE .......................................................... 19


Tabel 2.2 Format Review Dokumen EPITE ................................................................. 23
Tabel 2.3 Contoh Format Kertas Kerja Wawancara EPITE ........................................... 24
Tabel 2.4 Contoh Kuesioner Survei EPITE .................................................................. 26
Tabel 2.5 Contoh Format Kertas Kerja Survei EPITE ................................................... 27
Tabel 2.6 Contoh Format Kertas Kerja Observasi EPITE .............................................. 28
Tabel 2.7 Contoh Format Kertas Kerja EPITE .............................................................. 30
Tabel 2.8 Pemberian Skor pada Kertas Kerja EPITE .................................................... 31
Tabel 2.9 Penghitungan Nilai Sementara EPITE.......................................................... 32
Tabel 3.1 Format Program Kerja Pemantauan Penerapan Kode Etik ........................... 45
Tabel 3.2 Format Kuesioner Survei Pemantauan Penerapan Kode Etik ....................... 48
Tabel 3.3 Format Kertas Kerja Survei Pemantauan Penerapan Kode Etik .................... 49
Tabel 3.4 Format Lembar Observasi Pemantauan Penerapan Kode Etik ..................... 51
Tabel 3.5 Format Lembar Surveillance Pemantauan Penerapan Kode Etik .................. 52
Tabel 3.6 Format Lembar Inspeksi Mendadak untuk Pemantauan Penerapan Kode
Etik ......................................................................................................... 54
Tabel 3.7 Format Lembar FTM Pemantauan Penerapan Kode Etik.............................. 55
Tabel 3.8 Format Contoh Laporan Pelaksanaan Penerapan Bulan Kode Etik .............. 58
Tabel 3.9 Format Kertas Kerja Simpulan Pemantauan Penerapan Kode Etik ............... 59

PELATIHAN PRO UKI | EPITE vi


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Posisi EPITE di dalam Pemantauan Pengendalian Internal ........................ 6


Gambar 1.2 Perbedaan Posisi EPITE pada KMK 32/2013 dan KMK 940/2017 ............. 10
Gambar 3.1 Posisi Pemantauan Penerapan Kode Etik dalam EPITE ............................ 41
Gambar 3.2 Contoh Tahapan Pelaksanaan Pekan/Bulan Kode Etik untuk
Pemantauan Penerapan Kode Etik .................................................... 57
Gambar 3.3 Penentuan Nilai EPITE ............................................................................ 64
Gambar 3.4 Penggunaan Lanjutan Nilai EPITE ........................................................... 64

PELATIHAN PRO UKI | EPITE vii


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Evaluasi Pengendalian Internal merupakan perangkat dalam Sistem Pemantauan


Internal di Kementerian Keuangan. Pada Pelatihan Penguatan, Revitalisasi, dan
Optimalisasi Unit Kepatuhan Internal, alur penyampaian dan pembahasan materi
dilaksanakan menurut skema sebagaimana pada gambar berikut.

Konsep Pengendalian Internal

Konsep Dasar Pemantauan Pengendalian Internal di


Kementerian Keuangan

Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas

PPITA-Tahap Perencanaan

PPITA-Tahap Pelaksanaan

PPITA-Tahap Pelaporan

Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pengenalan Risiko Kecurangan

Optimalisasi Pemantauan melalui Softskill

Topik EPITE dibahas di bagian awal, setelah membahas Konsep Pengendalian


Internal dan Konsep Pemantauan Pengendalian Internal di Kementerian Keuangan,
sebagai dasar untuk membahas langkah selanjutnya dalam Pemantauan Pengendalian

PELATIHAN PRO UKI | EPITE viii


Internal, yaitu Pemantauan Pengendalian Internal Tingkat Aktivitas, yang akan dibahas
tersendiri membentuk tiga mata pelajaran lain.

Memahami cara Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas dapat dibantu


dengan melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul ini. Agar lebih mudah
memahami isi modul, sebaiknya Anda melakukan hal-hal sebagai berikut.

1. Membaca dan memahami literatur-literatur tentang Sistem Pengendalian Internal


dan Pemantauan Pengendalian Internal, khususnya di lingkungan instansi
pemerintahan dan Kementerian Keuangan.
2. Membaca dan memahami Keputusan Menteri Keuangan Nomor 940/KMK.01/2014
tentang Pengendalian Internal di Lingkungan Kementerian Keuangan.
3. Membaca Deskripsi Singkat untuk memahami garis besar isi modul.
4. Membaca Prasyarat Kompetensi untuk mencocokkan kemampuan Anda dengan
syarat kemampuan awal untuk membaca modul ini.
5. Membaca Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mengetahui kecakapan
yang ingin dicapai melalui modul ini.
6. Membaca Relevansi Modul untuk memahami kegunaan modul.
7. Membaca Indikator untuk mengetahui kompetensi yang ingin dicapai oleh setiap
Kegiatan Belajar.
8. Membaca dengan cermat semua topik dalam Uraian dan Contoh.
9. Mengerjakan semua latihan yang tersedia.
10. Membaca Rangkuman yang tersedia untuk lebih meningkatkan pemahaman.
11. Mengerjakan Tes Formatif yang tersedia kemudian mempergunakan Umpan Balik
dan Tindak Lanjut untuk mengukur kemampuan yang telah Anda kuasai.
12. Mempelajari kembali Uraian dan Contoh apabila nilai Anda masih kurang.
13. Mendiskusikan soal kasus yang tersedia dengan teman Anda agar lebih memahami
materi.
14. Mengerjakan Tes Sumatif untuk mengetahui tingkat kompetensi Anda secara
keseluruhan. Apabila hasil tes sumatif Anda mengindikasikan nilai baik, maka Anda
dinyatakan telah berhasil menguasai kompetensi yang ingin dicapai melalui modul
ini.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE ix


PETA KONSEP MODUL

Definisi dan Definisi dan Tujuan


Konsep Dasar
EPITE
(KB I) Pelaksana, Ruang Lingkup dan
Waktu Pelaksanaan

Penyusunan Program Kerja


Pelaksanaan
EPITE EPITE
(KB II) Pelaksanaan

Kertas Kerja dan


Kesimpulan
Sementara

Pelaksanaan Gambaran Umum


Pemantauan Pemantauan
Penerapan Kode Etik
Kode Etik dan Nilai
Akhir
(KB III) Tahap Perencanaan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pelaporan

Tahap Evaluasi

Nilai Akhir EPITE

PELATIHAN PRO UKI | EPITE x


PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas ini merupakan sarana


belajar mandiri bagi peserta Pelatihan Penguatan, Revitalisasi, dan Optimalisasi Unit
Kepatuhan Internal (PRO UKI) Kelas Reguler, atau bagi siapapun yang tertarik
mempelajari materi ini. Modul membahas pengertian dan tata cara Evaluasi
Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE) bagi pegawai di lingkungan Kementerian
Keuangan, termasuk pemantauan penerapan kode etik sebagai langkah pendukung
untuk mendapatkan informasi apakah pengendalian internal tingkat entitas sudah
berjalan dengan baik. Pelaksanaan EPITE merupakan rangkaian pertama dari kegiatan
pengendalian internal di lingkungan Kementerian Keuangan.

Pembahasan tentang pelaksanaan EPITE dibagi atas tiga kegiatan belajar.


Kegiatan belajar pertama membahas tentang Definisi dan Konsep Dasar EPITE, yaitu
tentang definisi dan tujuan EPITE serta bagaimana lingkup pelaksanaan dan waktu
pelaksanaan EPITE di Kementerian Keuangan.

Pada kegiatan belajar kedua, dibahas tentang Pelaksanaan EPITE, dari


Penyusunan Program Kerja, kemudian proses pelaksanaannya, dilanjutkan dengan
penyusunan Kertas Kerja dan Kesimpulan Sementara EPITE.

Kegiatan belajar ketiga membahas tentang Pelaksanaan Pemantauan


Penerapan Kode Etik yang akan menentukan Nilai Akhir EPITE, di dalamnya terdapat
pembahasan tentang Gambaran Umum Pelaksanaan Pemantauan Penerapan Kode
Etik dan unit yang menjadi pelaksananya. Dilanjutkan dengan pembahasan tahap-
tahap pemantauan penerapan kode etik, dari mulai tahapan perencanaan, tahapan
pelaksanaan,tahapan pelaporan, tahapan evaluasi dan terakhir bagaimana kriteria
keberhasilan penerapan kode etik untuk mendapatkan nilai akhir EPITE setelah
pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik tersebut dilaksanakan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 1


B. PRASYARAT KOMPETENSI

Peserta pelatihan yang mempelajari modul ini adalah yang telah memiliki
pengetahuan tentang Konsep Dasar Pengendalian Internal Pemerintah yang tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, serta Konsep Dasar Pemantauan Pengendalian Internal
Kementerian Keuangan sesuai Keputusan Kementerian Keuangan Nomor
940/KMK.09/2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Internal dan
Pedoman Pemantauan Pengendalian Internal di Lingkungan Kementerian Keuangan

C. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

1. Standar Kompetensi

Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul ini peserta


diharapkan mampu melaksanakan Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas
dalam kerangka Kegiatan Pengendalian Internal di Lingkungan Kementerian
Keuangan dengan benar.

2. Kompetensi Dasar

Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul ini, peserta


diklat diharapkan mampu:

a. Menjelaskan:
1) Definisi dan tujuan EPITE;
2) Pelaksana, lingkup dan waktu pelaksanaan EPITE;
b. Mempraktikkan:
1) Penyusunan Program Kerja;
2) Pelaksanaan EPITE;
3) Penyusunan kertas kerja dan kesimpulan sementara;
c. Menerapkan:
1) Gambaran umum dan pelaksana pemantauan penerapan kode etik;
2) Kriteria Keberhasilan penerapan kode etik dan hubungannya dengan nilai
akhir EPITE.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 2


D. RELEVANSI MODUL

Modul ini bermanfaat sebagai sarana belajar untuk memahami dan


melaksanakan satu bagian sistem pemantauan pengendalian internal di lingkungan
Kementerian Keuangan. Manfaat modul ini secara khusus adalah untuk membantu
peserta mengerti dan mempraktikkan pelaksanaan evaluasi pengendalian internal di
lingkungan Kementerian Keuangan sebagai langkah awal untuk pemantauan
pengendalian internal selanjutnya.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 3


KEGIATAN BELAJAR I

DEFINISI DAN KONSEP DASAR


EVALUASI PENGENDALIAN INTERN
TINGKAT ENTITAS

INDIKATOR
Setelah melaksanakan pembelajaran Kegiatan Belajar 1 ini peserta diharapkan
mampu menjelaskan tentang Definisi dan Konsep Dasar EPITE, yaitu tentang
definisi dan tujuan EPITE serta bagaimana lingkup pelaksanaan dan waktu
pelaksanaan EPITE di Kementerian Keuangan dengan baik.

A. URAIAN DAN CONTOH

1. Definisi dan Tujuan Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas

Sebelum masuk kepada pembahasan mengenai pengertian Evaluasi


Pengendalian Intern Tingkat Entitas yang selanjutnya disingkat dengan EPITE, mari
kita mengulang terlebih dahulu pengertian tentang pengendalian internal.

Pengendalian internal merupakan proses yang integral pada tindakan dan


kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
dari suatu organisasi, khususnya organisasi pemerintah, untuk memberikan
keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau SPIP diatur dalam PP Nomor


60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Di dalamnya
terdapat lima faktor yaitu Lingkungan Pengendalian; Penilaian Risiko; Kegiatan
Pengendalian; Informasi dan Komunikasi; dan Pemantauan. Faktor Pemantauan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 4


kemudian dibahas lebih rinci karena merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
manajemen untuk menilai kualitas sistem pengendalian internal. Pemantauan
pengendalian internal harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu
dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera
ditindaklanjuti.

Selanjutnya di lingkungan Kementerian Keuangan, aturan yang berlaku dan


mengacu kepada PP 60 Tahun 2008 adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor
940/KMK.09/2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan
Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian
Keuangan.

Tujuan pemantauan pengendalian internal adalah sebagai berikut:

a. membantu pimpinan unit kerja untuk meningkatkan penerapan pengendalian


internal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi;
b. memastikan pengendalian utama dijalankan sesuai dengan sistem, prosedur,
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
c. memastikan kecukupan rancangan pengendalian internal.

Pelaksanaan pemantauan pengendalian internal dalam organisasi


pemerintah, khususnya di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan melalui 3
(tiga) cara, yaitu proses pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak
lanjut hasil rekomendasi audit dan hasil review lainnya.

Pemantauan berkelanjutan (on going monitoring) merupakan pemantauan


atas Pengendalian Internal yang melekat dalam aktivitas operasi normal suatu
entitas, yaitu meliputi aktivitas pengelolaan dan pengawasan rutin, dan tindakan
lainnya yang dilaksanakan pemilik pengendalian dalam rangka pelaksanaan
tugasnya.

Evaluasi terpisah (separate evaluation) merupakan penilaian atas mutu


kinerja pengendalian internal dengan ruang lingkup dan frekuensi tertentu
berdasarkan pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur pemantauan
berkelanjutan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 5


Evaluasi terpisah dapat dilaksanakan oleh orang yang terlatih dan terpisah
dari operasi (auditor internal) atau orang dalam organisasi yang sebagai bagian
dari tugas rutinnya bertanggung jawab untuk mengawasi proses atau memantau
operasi pengendalian tertentu (pelaksana pemantauan, dalam hal ini Unit
Kepatuhan Internal/UKI). Salah satu proses evaluasi terpisah yang dilakukan oleh
organisasi adalah EPITE.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang bagaimana pelaksanaan EPITE,


ada baiknya kita membahas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
Pengendalian Internal Tingkat Entitas.

Pengendalian Internal Tingkat Entitas adalah suatu proses Pengendalian


Internal di dalam organisasi yang memastikan bahwa arahan manajemen tertinggi
di dalam suatu organisasi dilaksanakan dengan baik (en.wikipedia.org).

Gambar 1.1 Posisi EPITE di dalam Pemantauan Pengendalian Internal

Sumber: Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 6


Pengendalian internal tingkat entitas juga dapat menggambarkan budaya
organisasi, di mana standar baku pengelolaan organisasi; analisa pengelolaan
anggaran; standar integritas; dan standar penegakan peraturan serta kode etik
profesional ditetapkan. Pada tingkat entitas juga tergambar nilai-nilai dan
kebijakan yang dianut oleh organisasi tersebut.

Pengendalian tingkat entitas seharusnya menjadi landasan untuk


pengendalian-pengendalian lainnya di organisasi, karena pengendalian tersebut
menggambarkan bagaimana pemimpin tertinggi organisasi tersebut
mengendalikan budaya organisasi dan juga menjaga akuntabilitas organisasi.

Setelah memahami pengertian pengendalian internal tingkat entitas, maka


mari kita telaah lebih lanjut apa yang dimaksud dengan EPITE, khususnya di
lingkungan Kementerian Keuangan, yang diatur dalam KMK 940 tahun 2017.

Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (entity level), atau


EPITE, merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana pemantauan untuk
menilai efektivitas pengendalian internal tingkat entitas dalam menciptakan
lingkungan yang selanjutnya dapat mendukung efektivitas pengendalian internal
tingkat aktivitas. Evaluasi ini dilakukan terhadap pengendalian-pengendalian yang
mempunyai pengaruh luas/menyebar ke seluruh kegiatan/proses dalam suatu
organisasi, yang dilaksanakan dengan tujuan, oleh, dan pada waktu sebagaimana
diatur dalam KMK nomor 940 tahun 2017.

Tujuan EPITE adalah untuk untuk menentukan efektivitas pengendalian


tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas
pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas.

Contoh Pengendalian Internal Tingkat Entitas yang dapat


dievaluasi melalui EPITE, yaitu :
1. Proses perekrutan, pelatihan, dan promosi pegawai;
2. Prosedur penilaian risiko organisasi;
3. Prosedur pembagian tanggung jawab dan tugas untuk
mengurangi risiko kecurangan;
4. Penerapan sistem informasi mengenai kinerja organisasi.
5. Proses evaluasi berkala atas Pengendalian Internal

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 7


Evaluasi dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima faktor pengendalian
internal yaitu Lingkungan Pengendalian; Penilaian Risiko; Kegiatan Pengendalian;
Informasi dan Komunikasi; serta Pemantauan, dengan menggunakan salah satu
atau kombinasi dari beberapa teknik yang bersifat saling melengkapi sesuai
dengan kebutuhan di lapangan.

2. Pelaksana, Lingkup, dan Waktu Pelaksanaan EPITE

Pengaturan pelaksana Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas beserta


lingkup objek yang dievaluasi adalah sebagai berikut:
a. Unit Kepatuhan Internal Tingkat Pelayanan (UKI-P) mengEvaluasi Pengendalian
Intern Tingkat Entitas unit kerja kantor pelayanan.
b. Unit Kepatuhan Internal Tingkat Wilayah (UKI-W) mengEvaluasi Pengendalian
Intern Tingkat Entitas unit kerja kantor wilayah.
c. Unit Kepatuhan Internal Eselon I (UKI-EI) mengEvaluasi Pengendalian Intern
Tingkat Entitas unit kerja kantor pusat bagi unit eselon I yang memiliki unit
vertikal atau mengEvaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas seluruh unit
kerja unit eselon I bagi unit eselon I yang tidak memiliki unit vertikal.

Pelaksanaan EPITE dilakukan minimal sekali dalam dua tahun atau apabila
terdapat kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pengendalian internal tingkat
entitas, seperti:
a. Perubahan kepemimpinan
Bila terjadi perubahan kepemimpinan dalam suatu organisasi, maka perlu
dilakukan EPITE untuk memahami pengaruh dari pemimpin yang baru atas
proses pengendalian internal yang dilakukan;
b. Perubahan proses bisnis yang strategis
Bila terjadi perubahan signifikan atas proses bisnis yang berlangsung di dalam
organisasi, khususnya proses bisnis yang sifatnya strategis atau menjadi
karakteristik organisasi tersebut, maka perlu dilakukan EPITE untuk melihat
dampak atas perubahan tersebut atas Pengendalian Internal yang dijalankan,
atau karena perlu diputuskan ulang terkait komponen Pengendalian Internal
tingkat entitas yang perlu dievaluasi; dan/atau

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 8


c. Perubahan struktur organisasi
Perubahan struktur organisasi dapat menyebabkan adanya jabatan-jabatan
baru dan juga jabatan-jabatan hilang. Perubahan tersebut selanjutnya akan
menyebabkan perubahan pada komponen pengendalian internal yang ada di
dalam organisasi. Konsekuensinya perlu dilaksanakan EPITE meskipun EPITE
terdahulu belum lewat dari 2 (dua) tahun.

3. Perbedaan Konsep EPITE pada Pemantauan Pengendalian Internal di Lingkungan


Kementerian Keuangan antara KMK Nomor 32/KM.09/2013 dan KMK Nomor
940/KMK.09/2017

Peraturan tentang Pemantauan Pengendalian Internal di Lingkungan


Kementerian Keuangan, yaitu KMK Nomor 940/KMK.09/2017 diterbitkan untuk
menggantikan KMK Nomor 32/KMK.09/2013 tentang Kerangka Kerja Penerapan
Pengendalian Intern dan Pedoman Teknis Pemantauan Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan.

Pada KMK sebelumnya, ada dua bagian utama dalam proses Pemantauan
Pengendalian Internal, yaitu Pemantauan Pengendalian Utama atau PPU; dan
Pemantauan Efektifitas Implementasi dan Kecukupan Rancangan atau PEIKR.
EPITE adalah bagian dari PEIKR bersama dengan adalah Efektifitas Implementasi
(EI) dan Kecukupan Rancangan (KR) yang dilaksanakan secara berturut-turut.
Kesimpulan hasil EPITE dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan
besar sampel pemantauan efektifitas implementasi.

Sedangkan pada KMK Nomor 940/KMK.09/2017, EPITE merupakan bagian


pertama yang berdiri sendiri dari Pemantauan Pengendalian Internal. Sementara
PEIKR menjadi bagian dari Pemantauan Pengendalian Internal Tingkat Aktivitas
atau PPITA, yang merupakan bagian kedua dari Pemantauan Pengendalian
Internal (selain EPITE). Nilai akhir EPITE dijadikan sebagai dasar pengambilan
sampel untuk PPITA. Artinya konsep pada KMK Nomor 940/KMK.09/2017 dalam
pelaksanaan Pemantauan Pengendalian Internal, pemantauan/evaluasi di tingkat
unit/entitas dilakukan terlebih dahulu pada tahap awal sebagai dasar pelaksanaan
pemantauan pengendalian di tingkat kegiatan/aktivitas. Untuk lebih jelasnya,

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 9


perbedaan posisi EPITE di KMK Nomor 32/KMK.09/2013 dan KMK Nomor
940/KMK.09/2017 dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Perbedaan Posisi EPITE pada KMK 32/2013 dan KMK 940/2017

Sumber: Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

Perbedaan lain di KMK Nomor 940/KMK.09/2017, ada langkah pemantauan


pelaksanaan kode etik yang menjadi bagian dari proses EPITE tersebut untuk
mendapatkan nilai akhir, sedangkan di KMK Nomor 32/KMK.09/2013, penilaian
pelaksanaan kode etik tersebut tidak ada.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 10


Selain itu, apabila EPITE belum dilakukan, maka dapat digunakan EPITE jenis
lain (dalam hal sudah dilaksanakan), yaitu dari hasil Pengendalian Internal
Pelaporan Keuangan (PIPK) atau dari prsoes pengukuran maturitas SPIP oleh
BPKP.

Perbedaan berikutnya adalah, di KMK Nomor 940/KMK.09/2017, kertas


kerja untuk melaksanakan teknik-teknik yang digunakan dalam EPITE (wawancara,
survei, observasi dan review dokumen) sudah dibakukan, sementara di peraturan
sebelumnya, pembakuan kertas kerja tersebut belum ada sehingga pelaksana
pemantauan diminta merancang sendiri.

Perlu diperhatikan bahwa teknik- teknik yang dipakai untuk melakukan


EPITE tersebut, yaitu wawancara, observasi, survei dan review dokumen masih
sama antara KMK Nomor 32/KMK.09/2013 dan KMK Nomor 940/KMK.09/2017.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 11


B. LATIHAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pengendalian Internal Tingkat Entitas!


2. Jelaskan posisi Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas di dalam Pemantauan
Pengendalian Internal di Lingkungan Kementerian Keuangan
3. Beri beberapa contoh Pengendalian Internal Tingkat Entitas yang perlu dievaluasi
dengan EPITE!
4. Jelaskan satu kondisi yang menyebabkan perlu dilakukan EPITE walaupun EPITE
sebelumya kurang dari dua tahun!
5. Jelaskan dua perbedaan antara EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 dan KMK
32/KM.09/2013!

C. RANGKUMAN

1. Pengendalian internal rnerupakan proses yang integral pada tindakan dan


kegiatan yang dilakukan secara terus rnenerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai dari suatu organisasi untuk memberikan keyakinan yang memadai atas
tercapainya tujuan organisasi.
2. Tujuan pemantauan Pengendalian Internal secara adalah untuk:
a. membantu pimpinan unit kerja,
b. memastikan pengendalian utama dijalankan dengan sesuai, dan
c. memastikan kecukupan rancangan Pengendalian Internal.
3. Pelaksanaan pemantauan pengendalian internal di lingkungan Kementerian
Keuangan dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu proses pemantauan berkelanjutan,
evaluasi terpisah, dan tindak lanjut hasil rekomendasi audit dan hasil review
lainnya.
4. Evaluasi terpisah dapat dilaksanakan oleh orang yang terlatih dan terpisah dari
operasi (auditor internal) atau Unit Kepatuhan Internal/UKI).
5. Salah satu proses evaluasi terpisah yang dilakukan oleh organisasi adalah Evaluasi
Pengendalian Intern Tingkat Entitas.
6. Pengendalian Internal Tingkat Entitas adalah suatu proses pengendalian internal
di dalam organisasi yang memastikan bahwa arahan manajemen tertinggi di
dalam suatu organisasi dilaksanakan dengan baik

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 12


7. Tujuan EPITE dilakukan adalah untuk untuk menentukan efektivitas pengendalian
tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas
pengendalian tingkat kegiatan/aktivitas.
8. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas dilakukan minimal sekali dalam dua
tahun atau apabila terdapat kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi
pengendalian internal tingkat entitas, seperti:
a. perubahan kepemimpinan;
b. perubahan proses bisnis yang strategis;
c. perubahan struktur organisasi.
9. Perbedaan EPITE di KMK Nomor 940/KMK.09/2017 dengan KMK sebelumnya yaitu
KMK Nomor 32/KMK.09/2013 adalah:
a. Posisi EPITE yang tadinya merupakan bagian dari PEIKR, sekarang berdiri
sendiri menjadi tahap awal Pemantauan Pengendalian Internal, yang menjadi
dasar untuk pengambilan sampel proses Pemantauan Pengendalian Internal
Tingkat Aktifitas (PPITA)
b. Ada proses pemantauan pelaksanaan Kode Etik sebagai bagian dari EPITE
c. Mengenal pengukuran EPITE dalam bentuk lain
d. Ada kertas kerja baku untuk pelaksanaan teknik-teknik dalam EPITE

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 13


D. TES FORMATIF

I. Benar-Salah

1. B-S Faktor Pengendalian dibahas lebih rinci karena merupakan kegiatan yang
paling penting di antara kelima faktor Pengendalian Internal.
2. B-S EPITE adalah bagian dari proses evaluasi terpisah.
3. B-S EPITE menurut KMK 940/KMK.09/2017 merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh pelaksana pemantauan untuk menilai efektivitas
Pengendalian Internal tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang
selanjutnya dapat mendukung efektivitas Pengendalian Internal Tingkat
Aktivitas.
4. B-S EPITE dilakukan terhadap kegiatan pengendalian yang tidak terlalu signifikan
pengaruhnya dalam organisasi.
5. B-S Bila terjadi reorganisasi, tidak perlu dilakukan EPITE bila sebelumnya sudah
dilakukan dalam kurun kurang dari dua tahun.

II. Pilihan Ganda

1. Berikut ini yang bukan pelaksanaan pemantauan pengendalian internal dalam


organisasi pemerintah adalah….
a. pemantauan berkelanjutan
b. pemantauan publik
c. evaluasi terpisah
d. tindak lanjut rekomendasi audit dan review lainnya
2. Berikut ini yang merupakan ciri evaluasi terpisah adalah….
a. penilaian atas mutu kinerja pengendalian internal dengan ruang lingkup dan
frekuensi tertentu
b. merupakan aktifitas pengelolaan rutin
c. dilakukan oleh pemilik pengendalian
d. melekat dalam aktifitas operasi normal suatu entitas
3. Berikut ini yang tidak menggambarkan Pengendalian Internal Tingkat Entitas
adalah….
a. memastikan bahwa arahan manajemen tertinggi di dalam suatu organisasi
dilaksanakan dengan baik

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 14


b. menggambarkan budaya organisasi
c. perlu menetapkan kecukupan rancangan pengendalian
d. menjadi landasan pengendalian lainnya dalam organisasi
4. Berikut ini yang bukan contoh pengendalian internal tingkat entitas adalah….
a. SOP penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang di KPPBC
b. perekrutan pegawai
c. pembagian tanggung jawab dan tugas
d. penerapan sistem informasi kinerja
5. Unit yang bertanggung jawab mengevaluasi pengendalian internal tingkat seluruh
unit kerja eselon I adalah….
a. UKI unit kerja masing-masing
b. UKI yang berada di level atasnya
c. UKI Eselon I
d. Itjen
6. Hal berikut yang tidak memerlukan dilakukan EPITE bila belum dua tahun masa
pelaksanaan EPITE sebelumnya, yaitu….
a. perubahan kepemimpinan
b. promosi dan mutasi pegawai
c. perubahan proses bisnis yang strategis
d. reorganisasi
7. Dalam KMK Nomor 32/KMK.09/2017, EPITE adalah bagian dari….
a. PPITA
b. PPU
c. EKR
d. PEIKR
8. Bagian utama pada Pemantauan Pengendalian Internal menurut KMK Nomor
940/KMK.09/2017 adalah….
a. EPITE dan PPITA
b. PPU dan PEIKR
c. EPITE dan PEIKR
d. EPITE dan PPU

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 15


9. Pernyataan berikut yang bukan merupakan perbedaan antara EPITE di KMK Nomor
940/KMK.09/2017 dan KMK Nomor 32/KMK.09/2013 adalah….
a. EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 berdiri sendiri
b. ada EPITE jenis lain
c. teknik pelaksanaan EPITE
d. kertas kerja baku untuk setiap jenis teknik yang digunakan
10. Berikut ini yang tidak termasuk teknik dalam pelaksanaan EPITE adalah….
a. survei
b. review dokumen
c. wawancara pihak ketiga
d. observasi

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 16


E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Anda dapat menilai tingkat penguasaan Anda akan materi pada kegiatan belajar ini
dengan cara:

1) mencocokkan jawaban tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini,
2) mengukur tingkat penguasaan dengan rumus:

jumlah jawaban benar


TINGKAT
= X 100%
PENGUASAAN
jumlah soal

3) menilai tingkat penguasaan Anda dengan kriteria di bawah ini.

TINGKAT PENGUASAAN PREDIKAT

Persentase 90% - 100% BAIK SEKALI

Persentase 76% - 89,99% BAIK

Persentase 65% - 75,99% CUKUP

Persentase kurang dari 65% KURANG

Anda dinyatakan berhasil menguasai materi kegiatan belajar ini apabila hasil
pengukuran mendapatkan predikat baik dan baik sekali. Namun apabila ternyata
nilai tersebut belum dicapai, Anda harus mempelajari ulang materi di modul ini.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 17


KEGIATAN BELAJAR II

PELAKSANAAN EVALUASI
PENGENDALIAN INTERN TINGKAT
ENTITAS

INDIKATOR
Setelah melaksanakan pembelajaran kegiatan belajar 2 ini peserta diharapkan
mampu menerapkan pelaksanaan EPITE, dari penyusunan program kerja,
kemudian pelaksanaannya, dilanjutkan dengan penyusunan kertas kerja dan
kesimpulan sementara EPITE dengan baik.

A. URAIAN DAN CONTOH

1. Penyusunan Program Kerja EPITE

Program kerja EPITE harus mendefinisikan dengan jelas langkah-langkah


kerja pelaksanaan EPITE. Program kerja EPITE dapat disusun pada saat awal tahun
anggaran maupun beberapa saat sebelum kegiatan EPITE direncanakan untuk
dilaksanakan.

Sebagai tahap perencanaan dari pelaksanaan EPITE yang akan kita lakukan,
maka Program kerja EPITE perlu disusun sedemikian rupa agar matang sebelum
EPITE dijalankan. Proses perencanaan ini adalah langkah penting karena tim
pelaksana EPITE antara lain perlu merumuskan tujuan kegiatan; ruang lingkup dan
faktor-faktor di dalam Pengendalian internal yang perlu dipantau; teknik apa yang
akan digunakan; waktu pelaksanaan; siapa responden yang akan dihubungi;
bagaimana pembagian tugas; siapa Pejabat/Pegawai yang akan dijadikan objek
pelaksanaan EPITE; dokumen apa yang dibutuhkan; bagaimana penarikan
kesimpulan suatu teknik; dan sebagainya.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 18


Mengapa penyusunan program kerja ini harus dilakukan di awal dan
direncanakan dengan matang? Supaya proses pelaksanaan EPITE dapat berjalan
dengan lancar, tidak perlu lagi memikirkan atau membahas dengan rinci faktor-
faktor yang diperlukan pada setiap tahap pelaksanaan evaluasi. Namun dalam
pelaksanaan evaluasi, apabila diperlukan, pembahasan ulang atau merubah suatu
faktor tetap dapat dilakukan.

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penyusunan program kerja ini


sudah dibakukan dalam KMK Nomor 940/KMK.09/2017 sehingga pegawai yang
melaksanakan EPITE dapat mengikuti langkah-langkah tersebut sebagai berikut
sebagaimana contoh pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Contoh Format Program Kerja EPITE

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

Format Program Kerja EPITE dapat diunduh pada http://bit.ly/KertasEPITE.


Pada format tersebut harus diisi nama unit kerja tempat EPITE dilaksanakan, serta
tanggal pelaksanaan. Dalam format tersebut terdapat tiga kolom. Kolom pertama

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 19


membahas langkah kerja yang akan dilakukan dalam pelaksanaan EPITE; kolom
kedua berupa kolom rencana, dimana pelaksana pemantauan atau tim dapat
menuliskan rencana apa yang akan dilakukan terkait setiap langkah tersebut; dan
pada kolom ketiga dapat dituliskan keterangan, misalnya terkait pelaksanaan
aktual dari setiap langkah yang diambil, atau bila terjadi perubahan dari rencana
awal.

Langkah program kerja EPITE pertama adalah mengelompokkan butir EPITE


berdasarkan teknik yang akan digunakan; kemudian menyiapkan perangkat
berupa dokumen, penyusunan survei, alat-alat yang digunakan untuk survei,
tempat survei, dan sebagainya; dilanjutkan dengan menentukan pihak atau
responden yang sesuai dengan teknik EPITE yang akan dilaksanakan. Langkah-
langkah yang dicantumkan dalam format Program Kerja EPITE itu dapat ditambah
atau diganti apabila diperlukan.

Sekali lagi, penentuan langkah program kerja ini harus matang sebelum
atau di awal pelaksanaan EPITE. Tujuannya agar proses evaluasi menjadi efisien,
baik dari segi waktu maupun sumberdaya; tepat sasaran; dan dapat memberi
keyakinan memadai tentang pelaksanan pengendalian internal tingkat entitas unit
yang dievaluasi.

2. Pelaksanaan EPITE

Pelaksanaan EPITE dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima faktor


pengendalian internal, yang kemudian dijabarkan ke dalam 50 (lima puluh) butir
EPITE, dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik yang
bersifat saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapangan, yaitu dengan
review dokumen, survei EPITE, wawancara, atau observasi.

a. Review dokumen EPITE

Review dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen


yang berhubungan dengan pelaksanaan faktor-faktor pengendalian internal.
Review dokumen dilakukan bila diperlukan bukti hitam di atas putih tentang
suatu faktor pengendalian internal, khususnya dalam butir EPITE tertentu.
Pada proses review, dokumen tersebut diuji validitasnya. Terkait pengujian

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 20


validitas ini, pelaksana pemantauan tentu perlu memiliki pemahaman
mendalam akan kegiatan yang di-review dokumennya. Hal ini perlu dipastikan
dalam proses penentuan program kerja EPITE di awal. Dari hasil validasi
dokumen tersebut kemudian disimpulkan apakah dokumen tersebut
mendukung proses pengendalian internal yang sedang dievaluasi atau tidak.

Misalnya apabila EPITE dilakukan terkait proses promosi pegawai, maka


dokumen yang di-review dan divalidasi dapat berupa surat-surat keputusan
terkait pegawai, seperti kenaikan pangkat; ada atau tidaknya hukuman disiplin;
penghargaan; hasil assessment center dan sebagainya.

Teknik review dokumen dapat memberikan hasil yang relatif akurat


dalam proses EPITE, dan dapat memberikan gambaran umum tentang tingkat
tata tertib unit yang dievaluasi, khususnya dalam pengarsipan dokumen-
dokumen strategisnya. Karena itu review dokumen dapat dilakukan berdiri
sendiri (tanpa bantuan teknik lain) untuk mengevaluasi satu butir EPITE atau
dapat digunakan untuk memperkuat teknik lainnya.

Di dalam KMK Nomor 940/KMK.09/2017, terdapat 50 (lima puluh) butir


EPITE yang merupakan penjabaran 5 (lima) faktor pengendalian internal. Dari
kelima puluh butir tersebut, beberapa di antaranya disarankan untuk
dievaluasi menggunakan teknik review dokumen. Dari faktor Lingkungan
Pengendalian antara lain terkait sosialisasi tentang integritas, nilai etika, dan
perilaku etis; sanksi terhadap pelanggar kode etik; pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi; dan kesesuaian jumlah pegawai dengan analisis
beban kerja.

Evaluasi terhadap faktor Penilaian Risiko, antara lain terkait identifikasi


risiko dalam pencapaian tujuan; analisis dan evaluasi risiko; dan penanganan
risiko. Dari faktor Aktifitas Pengendalian antara lain terkait perbandingan
antara kinerja yang direncanakan dan kinerja yang dicapai; pelaporan capaian
kinerja; evaluasi pencapaian IKU; dan tindak lanjut atas kinerja yang tidak
tercapai.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 21


Untuk faktor Informasi dan Komunikasi, antara lain terkait penyediaan
informasi yang rinci dan tepat waktu bagi orang yang tepat; back up data
secara rutin; saluran komunikasi ke atas dan ke seluruh bagian organisasi; dan
strategi pelaksanaan dan jadwal kegiatan komunikasi dan informasi. Terakhir
dari faktor Pemantauan, yang disarankan untuk dilakukan review dokumen
antara lain adanya prosedur yang dapat mendeteksi pengendalian yang
diabaikan; review atas pelaksanaan pengendalian; dan pengabaian
pengendalian internal.

Dapat dilihat bahwa semua butir yang disarankan untuk di-review


dokumennya memerlukan bukti hitam di atas putih untuk mengetahui apakah
faktor pengendalian internal sudah dilakukan atau belum.

Sebagai contoh, dalam proses review dokumen terkait perbandingan


antara kinerja yang direncanakan dan kinerja yang dicapai, maka
dokumen yang diperlukan untuk review adalah Kontrak Kinerja
Pegawai, Manual IKU, dan data Capaian Kinerja Pegawai terkait.

Namun teknik review dokumen terhadap butir-butir yang disarankan


tersebut tidak perlu dilakukan apabila teknik yang lain sudah cukup untuk
pengambilan kesimpulan. Sebaliknya butir-butir yang tidak disarankan tetap
dapat di-review dokumennya apabila diperlukan.

Pelaksanaan review dokumen dituangkan dalam kertas kerja pendukung


review dokumen sebagaimana format dalam contoh Tabel 2.2. Dalam kertas
kerja tersebut dapat ditambah informasi yang relevan, misalnya salah ketik,
perbedaan yang tidak signifikan, dan sebagainya.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 22


Tabel 2.2 Format Review Dokumen EPITE

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

b. Wawancara EPITE

Wawancara dilakukan melalui diskusi dengan Pegawai yang bertanggung


jawab terhadap rancangan atau implementasi pengendalian dalam rangka
mengumpulkan bukti mengenai efektivitas pengendalian tingkat entitas.

Penentuan pegawai yang bertanggungjawab terhadap rancangan atau


implementasi pengendalian sudah ditentukan dalam tahap penyusunan
program kerja. Namun dalam pelaksanaannya, dimungkinkan penambahan
objek pegawai yang akan diwawancarai apabila diperlukan. Demikian pula
dengan butir-butir yang akan ditanyakan.

Wawancara dapat menjadi sarana mengumpulkan informasi kesesuaian


pelaksanaan kebijakan dengan target yang diharapkan. Pelaksanaan
wawancara berupa diskusi dengan pegawai sesuai dengan butir-butir pada
kertas kerja wawancara yang dituangkan sebagaimana contoh pada Tabel 2.3.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 23


Format lengkap kertas kerja teknik wawancara sejumlah butir yang disarankan
sesuai KMK Nomor 940/KMK.09/2017 juga dapat diunduh pada
http://bit.ly/KertasEPITE.

Tabel 2.3 Contoh Format Kertas Kerja Wawancara EPITE

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

Untuk satu pegawai, diperlukan satu lembar kertas kerja wawancara.


Ada 42 (empat puluh dua) butir pertanyaan yang disarankan untuk ditanyakan
sesuai KMK 940/KMK.09/2017. Tetapi tidak semua butir pertanyaan harus
ditanyakan. Butir pertanyaan wawancara tidak perlu ditanyakan apabila faktor
yang dicakup oleh pertanyaan tersebut sudah dirasa cukup dievaluasi dengan
teknik lain (review dokumen, survei, atau observasi). Sebaliknya, pertanyaan
dapat ditambah sendiri sesuai kebutuhan.

Dalam pelaksanaan wawancara, pelaksana pemantauan dapat


mengajukan pertanyaan lebih lanjut berdasarkan jawaban dari objek
wawancara, guna menggali lebih banyak informasi. Pertanyaan lanjutan
tersebut harus dicatat di dalam lembar kertas kerja wawancara.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 24


Kesimpulan hasil wawancara untuk setiap objek wawancara ditulis di
bagian bawah lembar pertanyaan. Apabila ada lebih dari satu Pegawai objek
wawancara, maka kesimpulan apakah suatu butir EPITE dilaksanakan dibuat
setelah pelaksana pemantauan berdiskusi/rapat di akhir pelaksanaan EPITE.

Contoh pertanyaan lebih lanjut pada butir “Apakah pimpinan unit


Saudara memberikan contoh keteladanan dengan menerapkan
integritas dan nilai-nilai etika dan mendorong bawahannya
menerapkan pula?”. Bila jawabannya “Ya”, maka dapat diajukan
pertanyaan lebih lanjut “Dapatkah Saudara memberikan gambaran
atau contoh nilai-nilai etika dan integritas yang pernah dilakukan
pimpinan unit Saudara tersebut?, dan seterusnya.

Teknik wawancara dapat dilakukan satu per satu, atau satu ke lebih dari
satu orang, misalnya untuk tujuan memperkuat jawaban atau membantu
mengingat. Untuk mempermudah dokumentasi, dapat digunakan alat rekam
(recorder), namun hal tersebut perlu mendapat persetujuan dari objek yang
diwawancara.

Perlu diingat bahwa dalam teknik wawancara tetap diperlukan etika


berkomunikasi dan pendekatan yang baik. Tujuannya agar objek wawancara
mau bekerja sama dan terbuka sehingga hasil evaluasi dengan teknik
wawancara ini optimal.

c. Survei EPITE

Survei dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis


untuk mendapatkan tanggapan dari pegawai/pejabat mengenai hal-hal yang
terkait dengan 5 (lima) faktor pengendalian internal di dalam suatu unit kerja.
Setiap responden survei mendapat kuesioner sebagaimana contoh format
kuesioner survei pada Tabel 2.4. Format lengkap kuesioner survei EPITE juga
dapat dilihat pada http://bit.ly/KertasEPITE.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 25


Tabel 2.4 Contoh Kuesioner Survei EPITE

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

Dalam pelaksanaan survei, perlu ditentukan berapa jumlah responden


yang sesuai, unit asal pegawai, serta berapa lembar kertas kerja survei yang
akan disebar. Langkah ini harus selesai pada perencanaan program kerja.
Sebelum pelaksanaan, pegawai responden perlu diberikan semacam
penjelasan tentang tujuan pelaksanaan survei.

Dalam mengisi survei, responden tidak perlu mengisi identitas pribadi,


cukup unit kerja, masa kerja di unit, dan masa kerja pimpinan unit. Responden
mengisi survei dengan memilih satu dari lima opsi jawaban terkait masing-
masing butir pernyataan survei. Pilihannya adalah antara Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), dan Sangat Setuju (S).

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 26


Butir-butir pernyataan dikelompokkan berdasarkan kaitannya dengan
lima faktor pengendalian internal. Apabila ada pernyataan survei yang dinilai
tidak relevan dengan unit yang dievaluasi, pernyataan tersebut dapat
dihilangkan dari lembar survei. Keputusan apakah suatu pernyataan relevan
atau tidak, ditentukan dalam perencanaan program kerja.

Hasil pelaksanaan survei dituangkan dalam kertas kerja rekapitulasi


survei EPITE sebagaimana contoh format dalam Tabel 2.5, di mana nilai setiap
jawaban: STS = 1, TS = 2, R= 3, S= 4 dan SS= 5. Jawaban untuk setiap butir
dirata-ratakan sejumlah responden, untuk membuat simpulan. Apabila nilai
rata-rata simpulan di atas 3,75 berarti butir pengendalian internal tersebut
dilakukan, dan bila di bawah 3,75 berarti butir pengendalian internal tersebut
tidak dilakukan. Format lengkap kertas kerja rekapitulasi survei dapat diunduh
pada http://bit.ly/KertasEPITE.

Tabel 2.5 Contoh Format Kertas Kerja Survei EPITE

Simpulan
<3,75 :tidak, ≥4: Ya

Simpulan
<3,75 :tidak, ≥4: Ya

Sumber: diolah dari KMK Nomor 940/KMK.09/2017

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 27


Apabila seorang responden menjawab hampir seluruh butir pernyataan
dengan angka yang ekstrem (STS semua atau SS semua), maka pelaksana
pemantauan dapat menelusuri identitas si responden untuk ditanyai lebih
lanjut (in depth interview) untuk menjelaskan alasan jawaban tersebut.
Tujuannya untuk menggali informasi penting yang mungkin mendasari
jawaban ekstrem tersebut

d. Observasi EPITE

Observasi dilakukan dengan mengamati secara cermat pegawai/pejabat,


kondisi lingkungan, dan pelaksanaan proses bisnis di suatu unit kerja terkait
dengan lima faktor pengendalian internal. Lokasi, objek, durasi, waktu, dan
cara pelaksanaan observasi harus sudah ditentukan dalam langkah
perencanaan program kerja, dan harus disetujui oleh pihak dari unit yang
dipantau. Artinya pelaksanaan observasi dilakukan dengan sepengetahuan
pimpinan unit yang dipantau. Pelaksanaan observasi dituangkan dalam kertas
kerja pendukung observasi sebagaimana contoh format pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Contoh Format Kertas Kerja Observasi EPITE

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 28


Format lengkap kertas kerja observasi sesuai KMK Nomor
940/KMK.09/2017 dapat diunduh pada http://bit.ly/KertasEPITE. Butir-butir
EPITE yang diobservasi pada tautan tersebut dapat ditambah apabila
diperlukan, atau dapat dihilangkan dalam hal tidak diperlukan. Penentuan
butir EPITE yang diperlukan untuk observasi, termasuk penambahan
pertanyaan, dilakukan dalam langkah perencanaan program kerja.
Penambahan butir pertanyaan dapat dilakukan pada saat proses observasi,
sepanjang disepakati oleh pihak yang diobservasi.

Untuk pertanyaan “Apakah ada alat komunikasi efektif yang


menginformasikan hal-hal penting kepada seluruh pegawai?”, hasil
observasi dapat berupa alat komunikasi majalah/buletin internal,
chat group, mailing list, dll.

Hasil observasi diisi dengan keterangan apakah didapat informasi yang


mendukung/tidak mendukung butir EPITE yang diamati/diobservasi. Apabila
hasil observasi mendukung adanya pelaksanaan butir EPITE tersebut, maka
ditulis kesimpulan “Ya”, dan bila tidak mendukung maka ditulis kesimpulan
“Tidak”. Akan lebih baik bila di kertas kerja observasi tersebut dapat diberi
keterangan lebih lanjut atas penarikan kesimpulan.

3. Kertas Kerja dan kesimpulan sementara EPITE.

Berdasarkan evaluasi menggunakan keempat teknik yang sesuai, dan sudah


dipilih pada saat membuat rencana kerja, akan diperoleh nilai sementara EPITE,
temuan, dan rekomendasi untuk perbaikan.

Hasil pelaksanaan EPITE dari setiap teknik yang sudah dilaksanakan


berdasarkan kertas kerja masing-masing (review dokumen, wawancara, survei
dan/atau observasi) dituangkan ke lembar kertas kerja EPITE sebagaimana contoh
format pada Tabel 2.7. Format lengkap Kertas Kerja EPITE yang memuat 50 butir
pernyataan EPITE dapat dilihat pada tautan http://bit.ly/KertasIndukEPITE.

Ada butir EPITE yang disarankan menggunakan keempat teknik, ada yang
disarankan hanya menggunakan tiga, dua, atau satu teknik saja. Pada format

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 29


Kertas Kerja EPITE ada kotak yang dihitamkan pada setiap butir untuk teknik
EPITE. Artinya butir tersebut tidak disarankankan untuk dievaluasi dengan teknik
tersebut, namun apabila pelaksana pemantauan memandang perlu, teknik
tersebut tetap boleh dilakukan.

Perlu diperhatikan, apabila ada butir penyataan yang dianggap tidak


relevan dengan unit yang dievaluasi, maka butir tersebut tidak perlu dievaluasi
sama sekali. Penentuan relevansi suatu butir pernyataan dengan unit yang
dievaluasi ditentukan dalam perencanaan program kerja di awal pelaksanaan
EPITE. Artinya bila ada butir yang tidak relevan, maka jumlah total butir yang
dievaluasi berjumlah kurang dari 50.

Tabel 2.7 Contoh Format Kertas Kerja EPITE

Sumber : Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

Untuk setiap teknik yang digunakan pada setiap butir pernyataan, diberi
tanda “V” apabila butir tersebut dilaksanakan oleh unit yang dievaluasi, dan diberi
tanda “X” apabila butir tersebut dianggap tidak dilaksanakan. Kemudian pada

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 30


kolom skor ditulis angka 1 bila butir itu dilaksanakan dan ditulis angka 0 bila tidak
dilaksanakan, yang merupakan angka keseluruhan untuk semua teknik yang
digunakan. Artinya bila ada satu atau dua lebih teknik yang menghasilkan tanda
“V” untuk satu butir pernyataan, angka skor tetap 1.

Apabila pada satu butir pernyataan ada sekaligus tanda “V” dan tanda “X”
(berdasarkan teknik yang berbeda), maka perlu diputuskan bersama di antara
pelaksana pemantauan, skor apa yang akan diberikan, apakah 1 atau 0. Artinya
teknik yang dianggap memberikan kesimpulan lebih kuat dijadikan sebagai
penentu angka skor. Penjelasan pemberian skor pada Kertas Kerja EPITE dapat
dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Pemberian Skor pada Kertas Kerja EPITE

Sumber : Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI


Skor 0 (nol) untuk satu butir EPITE dianggap sebagai temuan, yaitu
kekurangan/kelemahan yang terjadi dalam pengendalian internal tingkat entitas,

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 31


khususnya untuk butir tersebut. Pelaksana pemantauan perlu menuliskan apa
yang menjadi penyebab temuan, hal apa yang mungkin diakibatkan oleh temuan
tersebut, serta rekomendasi apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya.

Nilai sementara EPITE diperoleh dari pembagian total skor (sebagai


pembilang) terhadap jumlah butir yang dievaluasi (sebagai penyebut, nilai
maksimum 50) kemudian dikali 100 %, menghasilkan rentang nilai 0% (nol per
seratus) s.d. 100% (seratus per seratus). Sekali lagi, butir/faktor yang dievaluasi
jumlahnya kurang dari 50 apabila dianggap ada butir yang tidak relevan dengan
unit yang dievaluasi. Untuk lebih jelasnya cara penghitungan dapat dilihat pada
Tabel 2.9 berikut:

Tabel 2.9 Penghitungan Nilai Sementara EPITE

Sumber : Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

Dari hasil evaluasi akan diperoleh nilai sementara pengendalian internal


tingkat entitas; temuan; dan rekomendasi untuk perbaikan. Temuan sementara
EPITE menguraikan kondisi pelanggaran dan/atau penyimpangan terhadap

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 32


penerapan pengendalian internal, akibat, dan penyebabnya, sementara
rekomendasi menguraikan saran-saran perbaikan dan rencana aksi yang
diperlukan.

Dalam hal pada tahun tersebut tidak dilakukan EPITE, maka (jika ada) dapat
dipakai hasil evaluasi lain sebagai nilai EPITE sementara, yaitu:

a. Hasil Penilaian Pengendalian internal atas Pelaporan Keuangan (PIPK) dapat


digunakan tanpa dilakukan konversi.
b. Hasil Penilaian Maturitas SPIP dapat digunakan dengan dilakukan konversi
sebagai berikut:

Nilai yang kurang optimal dalam metode penilaian maturitas SPIP pada setiap
Fokus Penilaian yaitu nilai 0 (nol) s.d. 2 (dua) dinyatakan sebagai temuan EPITE.
c. Hasil penilaian Iain yang substansinya dapat dipersamakan dengan EPITE
dilakukan konversi dengan metode yang selaras.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 33


B. LATIHAN

1. Jelaskan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam perencanaan program


kerja EPITE!
2. Sebutkan 4 teknik pelaksanaan EPITE!
3. Bagaimana langkah pelaksanaan wawancara dalam EPITE?
4. Kapan sebaiknya dilakukan review dokumen dalam EPITE?
5. Bagaimana mendapatkan nilai EPITE sementara?

C. RANGKUMAN

1. Program kerja EPITE harus mendefinisikan dengan jelas langkah-langkah kerja


pelaksanaan EPITE dan perlu disusun sedemikian rupa agar matang sebelum
EPITE dijalankan.
2. Penentuan langkah program kerja ini harus matang sebelum atau di awal
pelaksanaan EPITE. Tujuannya agar proses evaluasi menjadi efisien, baik dari segi
waktu maupun sumberdaya; tepat sasaran; dan dapat memberi keyakinan
memadai tentang pelaksanan pengendalian internal tingkat entitas unit yang
dievaluasi.
3. EPITE dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima faktor pengendalian internal,
yang kemudian dijabarkan ke dalam 50 (lima puluh) butir EPITE.
4. Teknik yang dilakukan dalam EPITE adalah review dokumen, survei EPITE,
wawancara, dan observasi.
5. Review dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan pelaksanaan faktor-faktor pengendalian internal.
6. Survei dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis untuk
mendapatkan tanggapan dari pegawai/pejabat mengenai hal-hal yang terkait
dengan 5 (lima) faktor pengendalian internal di dalam suatu unit kerja.
7. Observasi dilakukan dengan mengamati secara cermat pegawai/pejabat, kondisi
lingkungan, dan pelaksanaan proses bisnis di suatu unit kerja terkait dengan lima
faktor pengendalian internal.
8. Berdasarkan evaluasi menggunakan ke-4 teknik yang sesuai, dan sudah dipilih
pada saat membuat rencana kerja, akan diperoleh nilai sementara EPITE, temuan,
dan rekomendasi untuk perbaikan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 34


9. Perlu diperhatikan apabila ada butir penyataan yang dianggap tidak relevan
dengan unit yang dievaluasi, maka butir tersebut tidak perlu dievaluasi sama
sekali.
10.Nilai sementara EPITE diperoleh dari pembagian total skor (sebagai pembilang)
terhadap jumlah butir yang dievaluasi (sebagai penyebut, nilai maksimum 50)
kemudian dikali 100%.
11.Dalam hal pada tahun tersebut tidak dilakukan EPITE, maka (jika ada) dapat
dipakai hasil evaluasi lain sebagai nilai EPITE sementara.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 35


D. TES FORMATIF

Pilihan Ganda

1. Berikut ini pernyataan yang tidak tepat mengenai waktu penyusunan Program Kerja
EPITE:
a. disusun di awal tahun anggaran
b. disusun beberapa saat sebelum kegiatan epite dilaksanakan
c. merumuskan tujuan, ruang lingkup dan faktor-faktor yang dipantau
d. tidak dapat dirubah ketika epite sedang dilaksanakan
2. Contoh langkah menyiapkan perangkat dalam penyusunan Program kerja EPITE
adalah….
a. menentukan pihak yang akan dimintai keterangan
b. mengelompokkan butir-butir EPITE berdasarkan teknik yang akan digunakan
c. menyiapkan daftar dokumen
d. menentukan teknik EPITE yang akan digunakan
3. Mengapa perencanaan Program Kerja EPITE harus matang?
a. supaya efektif dan efisien
b. supaya tidak perlu banyak teknik yang digunakan
c. supaya nilai EPITE tinggi
d. supaya unit yang dievaluasi mau bekerjasama
4. Dari faktor Informasi dan Komunikasi, butir yang disarankan untuk direview
dokumennya adalah….
a. perlindungan bagi pegawai terkait penyampaian informasi negatif
b. keberadaan alat komunikasi efektif untuk menyampaikan hal-hal penting
c. keberadaaan saluran komunikasi yang terbuka dan efektif dengan masyarakat
d. keberadaan saluran komunikasi ke atas dan ke seluruh bagian organisasi
5. Wawancara diperlukan dalam proses EPITE dalam hal….
a. diperlukan bukti hitam di atas putih untuk mengevaluasi pengendalian
internal
b. diperlukan masukan dari beberapa responden
c. diperlukan pengamatan atas pelaksanaan pengendalian internal
d. diperlukan diskusi dengan pegawai yang bertanggung jawab terhadap

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 36


rancangan atau implementasi pengendalian
6. Berapa butir pertanyaan yang disarankan dalam KMK 940/KMK.09/2017 untuk
ditanyakan dalam wawancara terkait EPITE?
a. 50
b. 42
c. 30
d. 45
7. Setiap jawaban "Ragu-Ragu" dalam survei EPITE bernilai….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
8. Berikut ini yang tidak terkait dengan observasi untuk EPITE:
a. mengamati kondisi lingkungan kerja
b. mengamati pegawai
c. mengamati pelaksanaan proses bisnis
d. mengamati pengguna jasa
9. Butir pernyataan terkait lima faktor Pengendalian Internal dalam Kertas Kerja EPITE
berjumlah….
a. 50
b. 42
c. 30
d. 45
10. Hasil evaluasi yang dapat digunakan sebagai pengganti nilai EPITE bila EPITE belum
dilaksanakan, yaitu….
a. hasil audit laporan keuangan oleh BPK
b. hasil survei kesehatan organisasi
c. hasil penilaian maturitas SPIP
d. hasil survei kepuasan pengguna jasa

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 37


Benar-Salah

1. B-S Dalam pelaksanaan survei, butir pernyataan dalam kuesioner dianggap


dilaksanakan oleh unit yang dievaluasi bila nilai rata-rata hasil surveinya di
atas 3.
2. B-S Observasi dilakukan untuk mendapatkan bukti hitam di atas putih dalam
pelaksanaan Pengendalian Internal.
3. B-S Butir pernyataan dalam Kertas Kerja EPITE ada yang disarankan untuk
dievaluasi dengan satu teknik saja.
4. B-S Bila ada butir yang tidak relevan dalam kertas kerja EPITE dengan unit yang
dievaluasi, maka butir tersebut tidak perlu dievaluasi.
5. B-S Penilaian Maturitas SPIP dilakukan oleh Inspektorat Jenderal.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 38


E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Anda dapat menilai tingkat penguasaan Anda akan materi pada kegiatan belajar ini
dengan cara:

1) mencocokkan jawaban tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang


terdapat pada bagian akhir modul ini;
2) mengukur tingkat penguasaan dengan rumus:

jumlah jawaban benar


TINGKAT
= X 100%
PENGUASAAN
jumlah soal

3) menilai tingkat penguasaan Anda dengan kriteria di bawah ini.

TINGKAT PENGUASAAN PREDIKAT

Persentase 90% - 100% BAIK SEKALI

Persentase 76% - 89,99% BAIK

Persentase 65% - 75,99% CUKUP

Persentase kurang dari 65% KURANG

Anda dinyatakan berhasil menguasai materi kegiatan belajar ini apabila hasil
pengukuran mendapatkan predikat baik dan baik sekali. Namun apabila ternyata
nilai tersebut belum dicapai, Anda harus mempelajari ulang materi di modul ini.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 39


KEGIATAN BELAJAR III

PELAKSANAAN PEMANTAUAN
PENERAPAN KODE ETIK DAN NILAI
AKHIR EPITE

INDIKATOR
Setelah melaksanakan pembelajaran kegiatan belajar 3 ini peserta diharapkan
mampu menerapkan tentang gambaran umum pelaksanaan pemantauan
penerapan kode etik dan hubungannya dengan EPITE. Dilanjutkan dengan
tahap-tahap pemantauan penerapan kode etik, dari mulai tahapan
perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan pelaporan, tahapan evaluasi dan
terakhir bagaimana kriteria keberhasilan penerapan kode etik untuk
mendapatkan nilai akhir EPITE dengan tepat.

A. URAIAN DAN CONTOH

1. Gambaran Umum dan Pelaksanaan

Penerapan kode etik merupakan bagian dari faktor Lingkungan


Pengendalian yang memiliki pengaruh luas dan bagian dari Pengendalian Intern
Tingkat Entitas yang penting dalam organisasi Kementerian Keuangan. Hal ini juga
berperan dalam menciptakan tata kelola yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme.

Pemantauan penerapan kode etik perlu dilakukan dalam rangka menjaga


keberhasilan penerapan kode etik dan penguatan pengendalian intern tingkat
entitas. Pemantauan kode etik dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun yang

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 40


tata caranya diatur dalam Pedoman Teknis Pemantauan Penerapan Kode Etik
Lampiran III KMK Nomor 940/KMK.09/2017.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan pemantauan penerapan kode etik yaitu
terwujudnya sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai yang sesuai dengan kode
etik sehingga Pengendalian Intern Tingkat Entitas akan semakin kuat, terutama
pada faktor Lingkungan Pengendalian dimana kode etik merupakan salah satu
komponen penyusunnya. Gambar 3.1 menunjukkan posisi pemantauan
penerapan kode etik dalam Pelaksanaan EPITE.

Gambar 3.1 Posisi Pemantauan Penerapan Kode Etik dalam EPITE

Sumber: Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

Keberhasilan penerapan kode etik dapat diwakili paling tidak dengan 2


(dua) kriteria yaitu:

a. Lebih dari 75% (tujuh puluh lima per seratus) pegawai telah menjalankan
seluruh kode etik yang ditetapkan; dan
b. Tidak ada pelanggaran kode etik yang berdampak kecurangan (fraud) atau
yang berdampak non kecurangan (fraud) dengan pengaruh signifikan.

Tugas dan tanggung jawab terkait dengan pelaksanaan pemantauan


penerapan kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan sebagai berikut:

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 41


a. Pimpinan Unit Kerja
1) melakukan internalisasi penerapan kode etik pada unit di lingkungan
kerjanya secara berkala;
2) memberikan contoh penerapan kode etik pada unit di lingkungan kerjanya
dalam berperilaku sehari-hari;
3) melakukan pengawasan penerapan kode etik terhadap pegawai di unitnya;
4) memberikan dukungan terhadap pemantauan penerapan kode etik kepada
Unit Kepatuhan Internal (UKI) di lingkungan kerjanya;
5) memanfaatkan dan menindaklanjuti hasil pemantauan penerapan kode etik
dalam rangka meningkatkan pengendalian intern di lingkungan kerjanya;
6) memberikan sanksi moral atau tindakan pembimbingan dengan bijak
terhadap pelanggar kode etik melalui atasan langsung pegawai yang
bersangkutan.
b. Pelaksana Pemantauan
1) memberikan contoh penerapan kode etik pada unit eselon I di lingkungan
kerjanya dalam berperilaku sehari-hari;
2) menyusun rencana kerja pemantauan penerapan kode etik, termasuk
memilih objek pemantauan dan menentukan jadwal pelaksanaan
pemantauan, serta menentukan penggunaan metode/perangkat
pemantauan penerapan kode etik;
3) melaksanakan pemantauan penerapan kode etik pada unit eselon I masing-
masing dengan menggunakan perangkat pemantauan sebagaimana diatur
dalam pedoman ini, namun tidak menutup kemungkinan bahwa perangkat
pemantauan dapat dikembangkan berdasarkan kondisi pada saat
pelaksanaan pemantauan;
4) menyusun dan menyampaikan laporan kepada manajemen atau unit kerja
yang dipantau dengan tembusan kepada pimpinan UKI; dan
5) melakukan evaluasi terhadap pemantauan penerapan kode etik yang telah
dilakukan pada masing-masing unit eselon I.

Tanggung jawab pemantauan penerapan kode etik merupakan tanggung


jawab UKI pada unit kerja terkait. UKI E-l dapat melakukan pemantauan atas

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 42


penerapan kode etik di lingkungan kantor wilayah dan kantor pelayanan, dan UKI-
W dapat melakukan pemantauan atas penerapan kode etik di lingkungan kantor
pelayanan.

Ruang lingkup pemantauan penerapan kode etik di lingkungan Kementerian


Keuangan dilakukan terhadap seluruh pegawai Kementerian Keuangan; dan atas
penerapan sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai berdasarkan kode etik
yang telah ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan. Pegawai
Kementerian Keuangan wajib bersikap dan berpedoman pada etika yang diatur
dalam bentuk kewajiban dan larangan dalam melaksanakan tugas kedinasan dan
kehidupan sehari-hari.

Kewajiban dan larangan tersebut dituangkan dalam keputusan yang harus


dibuat oleh pimpinan unit selevel eselon I mengenai kode etik yang minimal
memuat ketentuan sebagai berikut:

a. etika dalam bernegara, yaitu etika pegawai Kementerian Keuangan dalam


kehidupan bernegara dan menjalankan tugas kedinasan dengan prinsip
menghindari pertentangan kepentingan;
b. etika dalam berorganisasi, yaitu etika pegawai Kementerian Keuangan dalam
berhubungan dengan organisasi Kementerian Keuangan dan organisasi Iain di
luar Kementerian Keuangan;
c. etika dalam bermasyarakat, yaitu etika pegawai Kementerian Keuangan dalam
berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya;
d. etika terhadap diri sendiri, yaitu etika pegawai Kementerian Keuangan dalam
berpikir, berkata, berperilaku, dan bertindak;
e. etika terhadap sesama pegawai Kementerian Keuangan, yaitu etika dalam
berhubungan diantara pegawai Kementerian Keuangan;
f. etika tersebut dapat merupakan bagian dari disiplin pegawai Kementerian
Keuangan.

Untuk dapat melaksanakan pemantauan dengan baik, pelaksana


pemantauan harus melaksanakan tahapan kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan,
Pelaporan, dan Evaluasi.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 43


2. Tahapan Perencanaan

Tahap Perencanaan Pemantauan Penerapan Kode Etik meliputi Pemilihan


Objek Pemantauan, Penentuan Metode Pemantauan, Penyusunan Program Kerja
dan Penyusunan Program Kerja.

a. Pemilihan Objek Pemantauan

Pemilihan objek pemantauan yaitu pegawai atau kelompok pegawai


yang akan dipantau penerapan kode etiknya, ditentukan berdasarkan
pertimbangan pelaksana pemantauan, seperti adanya pengaduan/keluhan dari
pihak terkait atau meningkatnya risiko suatu pekerjaan yang dapat disebabkan
oleh perubahan proses bisnis dan/atau interaksi dengan pihak ketiga.

Pemilihan objek pemantauan dilakukan pada akhir tahun sebelum tahun


pelaksanaan pemantauan sebagai bahan perencanaan pemantauan dan dapat
diperbaiki pada tahun berjalan bila terdapat kejadian signifikan yang
mempengaruhi pertimbangannya.

Objek pemantauan terbagi menjadi, namun tidak terbatas pada:

1) Pegawai yang berada di lingkungan kantor sendiri;


2) Pegawai yang bertugas di kantor pihak Iain terkait.

Pemantauan yang dilakukan terhadap pegawai yang bertugas di kantor


pihak lain terkait dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah
pegawai tersebut kembali ke kantor sendiri.

b. Penentuan Metode Pemantauan

Metode pemantauan ditentukan berdasarkan sumber informasi yang


dapat berupa pengaduan ataupun sumber lainnya. Metode-metode yang
dapat digunakan berupa survei, observasi, surveillance, inspeksi mendadak,
Facilitated Team Meeting (FTM), dan pemantauan bentuk lainnya sesuai
kebutuhan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 44


Contoh tujuan pemantauan penerapan Kode Etik: “Memastikan
penerapan etika bermasyarakat, termasuk penegakan integritas
terkait dengan hubungannya dengan pengguna jasa pada KPPBC
Tipe B Marunda”

c. Penyusunan Program Kerja

Program kerja yang disusun mencakup objek pemantauan, tujuan,


sumber informasi, jadwal pelaksanaan, metode, perangkat yang digunakan,
dan pelaksana pemantauannya. Program kerja dapat diperbaiki pada tahun
berjalan bila terdapat kejadian signifikan yang mempengaruhinya.

Format program kerja pemantauan penerapan kode etik dapat dilihat


pada Tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Format Program Kerja Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK 940/KMK.09/2017

d. Perancangan Perangkat Pemantauan

Perangkat pemantauan dirancang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan


program kerja yang telah disusun dan dapat berupa checklist perilaku,

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 45


kuesioner, surat konfirmasi, panduan , serta perangkat pendukung seperti tape
recorder dan kamera.

3. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik pada masing-masing unit di


bawah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan paling sedikit
satu kali dalam satu tahun, dengan salah satu atau kombinasi metode dan
perangkat. Dalam hal dipandang lebih efektif, pelaksanaan pemantauan dapat
dilakukan oleh UKI satu tingkat di atasnya, dengan pengaturan oleh UKI Eselon I.

Perangkat pemantauan pelaksanaan kode etik adalah sebagaimana berikut:

a. Survei

Survei dilakukan untuk mengumpulkan data primer, yaitu sikap, tingkah


laku, dan perbuatan berdasarkan kode etik yang diterapkan oleh
pejabat/pegawai Kementerian Keuangan yang sedang bertugas di kantor pihak
lain terkait. Perangkat yang digunakan merupakan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan, minimal seputar kode etik pejabat/ pegawai
Kementerian Keuangan yang dipantau.

Pelaksana pemantauan memastikan bahwa kuesioner tepat sasaran baik


dari sisi waktu maupun responden. Survei dilaksanakan paling lambat 20 (dua
puluh) hari kerja setelah pegawai yang menjadi objek pemantauan selesai
bertugas.

Subjek yang dipilih sebagai responden merupakan orang-orang yang


dalam kesehariannya berinteraksi langsung dengan pegawai yang dipantau
selama masa penugasan, termasuk juga pimpinan unit di tempat pegawai yang
dipantau tersebut bertugas. Setiap responden menerima lembar survei dengan
format kuesioner sebagaimana pada Tabel 3.2, dan memilih 4 (empat) opsi
jawaban : Ya, Kadang-kadang, Tidak, atau Tidak Tahu, untuk setiap butir
pertanyaan dalam kuesioner.

Penentuan jumlah responden, siapa saja yang menjadi responden dan


penambahan pertanyaan pada kuesioner dilakukan oleh pelaksana

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 46


pemantauan sesuai kebutuhan, dan sudah ditentukan pada tahap
perencanaan.

Apabila hasil kuesioner menunjukkan hal-hal yang bersifat negatif,


pelaksana pemantauan melakukan wawancara kepada responden terkait
untuk mengetahui lebih dalam mengenai gambaran perilaku yang dianggap
negatif oleh responden agar tidak terjadi salah persepsi dalam pengisian
kuesioner yang dapat berakibat menimbulkan fitnah atau mendapatkan
informasi lain yang dapat mengkonfirmasi hasil kuesioner tersebut.

Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara tersebut, pelaksana


pemantauan wajib meminta tanggapan kepada atasan langsung dari pegawai
yang dipantau terkait sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dinilai oleh
responden sebagai pelanggaran kode etik. Data atau informasi yang
didapatkan dari pengisian kuesioner, wawancara, dan tanggapan dituangkan
dalam kertas kerja pemantauan untuk diolah lebih lanjut menjadi laporan.

Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara tersebut, pelaksana


pemantauan wajib meminta tanggapan kepada atasan langsung dari pegawai
yang dipantau terkait sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dinilai oleh
responden sebagai pelanggaran kode etik. Data atau informasi yang
didapatkan dari pengisian kuesioner, wawancara, dan tanggapan dituangkan
dalam kertas kerja pemantauan untuk diolah lebih lanjut menjadi laporan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 47


Tabel 3.2 Format Kuesioner Survei Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

Kesimpulan diambil berdasarkan skor rata-rata (dibagi berdasarkan


jumalh responden) untuk setiap pertanyaan, yaitu 2 untuk jawaban “Ya”, nilai
1 untuk jawaban “Kadang-Kadang”, nilai 0 untuk jawaban “Tidak” dan
dianggap tidak relevan (N/A) untuk jawaban “Tidak Tahu”. Responden yang
menjawab “Tidak Tahu” dikeluarkan dari penghitungan rata-rata skor.

Untuk setiap butir pernyataan kuesioner, unit tersebut dianggap “Tidak


patuh” bila nilai rata-rata = 0, ”Kurang patuh” jika nilai rata-rata >0 s.d 1, dan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 48


“Patuh” jika nilai rata-rata >1. Format kertas kerja hasil survei dapat dilihat
pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Format Kertas Kerja Survei Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK 940/KMK.09/2017

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan intensif untuk mendapatkan


gambaran nyata kemungkinan terjadinya pelanggaran kode etik oleh suatu
objek pemantauan, misalnya suatu unit eselon IV pada suatu unit Eselon III.
Observasi dilakukan terhadap pegawai yang berada di objek pemantauan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 49


Penentuan objek observasi ditentukan pada tahap perencanaan,
sumbernya dapat diperoleh dari laporan unitnya sendiri atau berdasarkan
informasi terpercaya lain yang didapat pelaksana pemantauan.

Observasi dilakukan minimal selama satu hari kerja untuk mendapatkan


hasil pandangan yang lebih objektif dan sedapat mungkin tanpa disadari oleh
pegawai objek pemantauan. Observasi dapat dilaksanakan secara langsung
maupun memanfaatkan peralatan seperti closed-circuit television (CCTV) dan/
atau peralatan lainnya.

Pelaksana pemantauan menuangkan isi laporan observasi yang akan


disampaikan kepada pimpinan unit dengan memberikan gambaran sikap,
tingkah laku, dan perbuatan menyimpang terkait kode etik yang paling sering
dilakukan oleh pegawai agar pimpinan/atasan langsung menjalankan peran
supervisinya ke dalam lembar observasi sebagaimana Tabel 3.4.

Dalam lembar observasi antara lain ditulis objek/unit yang diobservasi;


periode pelaksanaan observasi; peraturan dan larangan yang berlaku pada unit
yang diobservasi; jumlah pegawai objek pemantauan yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan dan larangan yang berlaku; serta bagaimana
kondisi pelanggaran yang terjadi. Nama-nama pegawai pelanggar dapat
ditambahkan sebagai lampiran lembar observasi. Tidak ketinggalan juga perlu
dicantumkan nama dan paraf pelaksana pemantauan sebagai bentuk tanggung
jawab dan jaminan kebenaran atas pelaksanaan observasi tersebut.

c. Pengawasan Diam-Diam (Surveillance)

Surveillance merupakan kegiatan pemantauan kepatuhan terhadap kode


etik pegawai yang dilakukan secara diam-diam tanpa pemberitahuan sama
sekali kepada objek yang dipantau. Metode ini dilakukan terhadap pegawai
yang diduga secara sengaja dan terus-menerus melakukan pelanggaran kode
etik, meskipun telah dilakukan teguran dan/ atau pembinaan oleh atasan
langsungnya.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 50


Tabel 3.4 Format Lembar Observasi Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber : diolah dari KMK 940/KMK.09/2017

Surveillance dapat digunakan oleh pelaksana pemantauan apabila


menerima pengaduan/keluhan, baik dari atasan langsung maupun dari rekan
sejawat ataupun pihak Iain terkait, ataupun bila terdapat informasi yang
diperoleh dari observasi atau hasil survei. Metode ini dapat digunakan atas
inisiatif pimpinan UKI yang bersifat proaktif.

Tahapan surveillance:

1) Persiapan:
a) menyiapkan dokumen yang diperlukan, antara lain surat tugas dan
perangkat pemantauan yang telah dibuat oleh pimpinan unit;
b) menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti: voice recorder, kamera,
alat tulis, dan lain-lain.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 51


2) Pelaksanaan:
a) mendatangi unit kerja terkait yang akan dipantau secara diam-diam
tanpa pemberitahuan sama sekali;
b) melakukan pemantauan sesuai dengan perangkat yang telah disusun;
c) mengumpulkan data, dokumen, dan/ atau informasi;
d) mengolah data, dokumen, dan/ atau informasi yang telah diperoleh.
3) Pelaporan:
a) menyiapkan bahan penyusunan laporan;
b) menyusun laporan dan rekomendasi pemantauan;
c) menyampaikan laporan dan rekomendasi kepada pihak terkait.

Hasil proses surveillance dituangkan dalam lembar surveillance


sebagaimana Format Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Format Lembar Surveillance Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 52


d. Inspeksi mendadak :

Inspeksi mendadak atau sidak dilakukan untuk melihat secara langsung


dan spontan atas penerapan kode etik pegawai di lokasi-lokasi sebagai berikut
namun tidak terbatas pada:

1) lingkungan kantor sendiri; dan


2) kantor pihak lain terkait.

Pimpinan dan seluruh pegawai dari unit yang akan disidak tidak boleh
tahu akan pelaksanaan sidak tersebut, sehingga rencana sidak harus dijaga
kerahasiaannya sampai dengan saat pelaksanaan. Tujuannya adalah hasil yang
diperoleh benar-benar menunjukkan keadaan yang sesungguhnya tanpa
kemungkinan campur tangan unit yang disidak.

Sidak hanya dapat digunakan oleh pelaksana pemantauan apabila


mendapat arahan langsung dari pimpinan unit eselon I masing-masing atau
pimpinan satker atau pimpinan UKI eselon I pada waktu-waktu tertentu yang
dinilai berisiko terjadinya pelanggaran penerapan kode etik, misalnya
menjelang libur hari raya atau pada hari kerja yang diapit dengan hari libur.

Pelaksanaan sidak utamanya ditujukan untuk mengetahui tingkat disiplin


berdasarkan kehadiran Pegawai di unit yang di sidak, khususnya di waktu atau
hari seperti yang disebutkan di atas. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan
silang dengan daftar hadir dan surat menyurat terkait kehadiran pegawai.

Namun apabila tujuannya untuk menilai tingkat integritas, pelaksanaan


sidak dapat dilakukan sampai ke pemeriksaan ruang tugas, meja kantor dan
laci pegawai, sepanjang metode tersebut memang diperintahkan dalam Surat
Tugas pelaksanaan sidak. Hasil Sidak dituangkan dalam Format Sidak
sebagaimana Tabel 3.6.

Walaupun sifatnya mendadak, perlu dijaga agar pelaksanaan sidak tidak


menimbulkan konflik, sehingga tetap perlu dilakukan dengan cara yang santun
dan baik serta tetap menjaga azas praduga tak bersalah.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 53


e. Facilitated Team Meeting

Metode Facilitated Team Meeting atau FTM dilakukan dengan cara


mengundang stakeholder atau pihak yang berkepentingan yang memiliki
informasi terkait dengan pelayanan dan/atau sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta
pergaulan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan stakeholder tersebut.

Tabel 3.6 Format Lembar Inspeksi Mendadak untuk Pemantauan


Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

Pelaksanaan FTM ditujukan untuk menggali lebih lanjut informasi yang


disampaikan oleh stakeholder tersebut, untuk menghindari fitnah atau
miskomunikasi antara stakeholder dengan pegawai dari unit yang dipantau.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 54


Pelaksanaan FTM dilakukan dalam bentuk diskusi tanya jawab dengan pemberi
informasi yang difasilitasi oleh pelaksana pemantauan.

Pelaksanaan FTM dituangkan dalam Format Lembar FTM sebagaimana


Tabel 3.7. berikut.

Tabel 3.7 Format Lembar FTM Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber : diolah dari KMK Nomor 940/KMK.09/2017

Dalam hal informasi yang disampaikan oleh stakeholder sifatnya negatif


dan dapat dipercaya kebenarannya, maka kerahasiaan informasi tersebut
harus dijaga guna menghindari agar tidak terjadi hal yang merugikan
stakeholder tersebut di masa depan. Jaminan tersebut perlu disampaikan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 55


kepada stakeholder/pemberi informasi agar mereka sukarela dan terbuka
dalam FTM.

f. Pemantauan Bentuk lainnya

Pemantauan bentuk lain dilaksanakan terhadap objek pemantauan


sesuai instruksi dan kebijakan masing-masing pimpinan unit eselon I yang
dilaksanakan apabila sudah terdapat rencana kegiatan terkait penerapan kode
etik. Contoh pemantauan bentuk lain adalah penilaian tingkat kepatuhan
penerapan kode etik dan disiplin, dan pekan/bulan kode etik.

Penilaian tingkat kepatuhan penerapan kode etik biasanya dilakukan


oleh unit di luar unit yang dipantau, bahkan dapat dilakukan oleh unit
di luar unit eselon I, misalnya oleh Itjen atau BPK/BPKP, dengan
standar kepatuhan kode etik yang dibuat oleh unit penilai.
Bulan/pekan kode etik dilaksanakan dalam periode waktu tertentu
setiap tahun, dan dapat dilakukan beberapa kali sekali setahun pada
saat-saat tertentu. Utamanya ditujukan untuk menilai tingkat disiplin
Pegawai, misalnya dari kerapian berpakaian, kehadiran, disiplin di jam
kerja, kerapian ruang kerja, dan sebagainya.

Pemantauan bentuk lainnya perlu dilaksanakan dengan tahapan-


tahapan yang terencana. Misalnya untuk tahapan pekan/bulan kode etik
dilaksanakan sebagaimana contoh pada Gambar 3.2.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 56


Gambar 3.2 Contoh Tahapan Pelaksanaan Pekan/Bulan Kode Etik untuk
Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK 940/KMK.09/2017

Hasil pemantauan bentuk lain seperti bulan/pekan kode etik kemudian


dilaporkan. Dalam menuangkan isi laporan pemantauan bentuk lain, pelaksana
pemantauan cukup menginformasikan kepada pimpinan unit bahwa
penerapan kegiatan pemantauan tersebut didokumentasikan/
diadministrasikan dengan baik, dengan mengacu pada contoh lembar
pemantauan bentuk lain seperti pada Tabel 3.8.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 57


Tabel 3.8 Format Contoh Laporan Pelaksanaan Penerapan Bulan Kode Etik

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

4. Tahapan pelaporan

Tahapan pelaporan dilakukan setelah seluruh metoda untuk pemantauan


pelaksanaan kode etik selesai dilakukan. Pada tahap pelaporan ini akan didapat
kesimpulan yang akan digunakan untuk menentukan nilai akhir pelaksanaan
EPITE. Pada tahap pelaporan pemantauan pelaksanaan kode etik, terdapat
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan, yaitu:

a. Penelaahan Hasil Pemantauan


1) Pelaksana pemantauan menelaah hasil pemantauan yang telah dituangkan
dalam kertas kerja dengan mempertimbangkan validitas data, misalnya
data yang diperoleh dari hasil observasi hanya dapat dikatakan valid bila
proses pengamatannya dilakukan tanpa disadari oleh objek pemantauan.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 58


2) Penelaahan hasil pemantauan dituangkan dalam kertas kerja simpulan
pemantauan penerapan kode etik dengan format sesuai Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Format Kertas Kerja Simpulan Pemantauan Penerapan Kode Etik

Sumber: KMK Nomor 940/KMK.09/2017

b. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemantauan

Pelaksana pemantauan wajib menyusun laporan hasil pemantauan pada


saat tugas pemantauan berakhir yang ditandatangani oleh pimpinan UKI.
Pelaksana pemantauan wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan
penerapan kode etik segera setelah laporan selesai, selambat-lambatnya lima
hari kerja setelah tugas pemantauan dilakukan kepada manajemen atau unit

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 59


yang dipantau dan ditembuskan kepada pimpinan unit kerja. Laporan hasil
pemantauan disusun dalam bentuk bab dan setidaknya memuat:

1) Sampul (Cover) judul, yaitu berisi judul utama dan subjudul. Judul utama
memuat uraian ringkas tema pemantauan dan nama unit/kegiatan yang
dipantau, sedangkan subjudul menjelaskan topik dari simpulan hasil
penugasan pemantauan yang paling penting untuk disampaikan kepada
pemimpin dan stakeholder dengan menggunakan bahasa yang santun.
Antara judul utama dan subjudul dipisahkan dengan tanda titik dua (:).
2) Daftar Isi
3) Ringkasan Hasil Pemantauan, yaitu berisi hasil pemantauan secara ringkas
yang meliputi simpulan dan rekomendasi (jika ada).
4) Dasar hukum, yaitu berisi dasar kewenangan Unit Kepatuhan Internal
melakukan penugasan dan surat tugas beserta susunan tim.
5) Tujuan Pemantauan, yaitu berisi pernyataan mengenai apa yang akan
dicapai dari pemantauan yang dilakukan. Tujuan pemantauan harus
dipertimbangkan secara hati-hati, dinyatakan secara jelas, dan sesuai
dengan metode pemantauan yang dilaksanakan.
6) Ruang Lingkup Pemantauan, yaitu berisi batasan pemantauan yang memuat
bidang/kegiatan yang dilakukan pemantauan, lokasi, sampel, dan periode
waktu pemantauan.
7) Metode pemantauan, yaitu berisi penjelasan mengenai pendekatan yang
digunakan dalam penugasan pemantauan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
8) Gambaran umum, yaitu berisi uraian tentang latar belakang dan kegiatan
yang menjadi tema pemantauan dan isu-isu/hal-hal penting yang terkait di
dalamnya dengan tujuan untuk memahami kegiatan yang menjadi sasaran
pemantauan, termasuk fakta-fakta, statistik, serta istilah yang digunakan.
9) Uraian hasil pemantauan, yaitu berisi uraian secara jelas simpulan serta
saran tindakan perbaikan yang disampaikan kepada pihak yang dipantau
dan tanggapan atas saran tersebut. Setiap simpulan diberi: judul simpulan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 60


dan sedapat mungkin didukung dengan data kuantitas, gambar dalam
bentuk tabel, diagram, matriks, foto, flowchart, dan Iain-lain.

Penyajian simpulan meliputi fakta/kejadian, ketentuan yang


mengatur/kriteria yang disepakati/best practices/standar/rencana/norma
yang telah ditetapkan, penyebab, dan dampak yang ditimbulkan serta
rekomendasi. Poin terpenting dalam simpulan adalah informasi mengenai
pelaksanaan kode etik di unit yang dipantau, yaitu jumlah pegawai yang
melakukan pelanggaran kode etik (apakah di atas 75 % dari populasi) dan
apakah ada temuan yang bersifat fraud atau non-fraud tapi berdampak
signifikan. Selain itu dituliskan juga rekomendasi berisi langkah-langkah
yang sebaiknya dilakukan.

Fraud berarti temuan pelanggaran kode etik yang bersifat kecurangan


yang disengaja. Jenis dan penyebab terjadinya fraud sangat banyak
ragamnya. Penjelasan terkait fraud ini akan dibahas pada modul
tersendiri.

10) Hal-hal Lain yang Perlu Diungkapkan (jika ada), tergantung situasi dan
kondisi yang ada di lapangan yang perlu mendapat perhatian dari
pimpinan terkait etika dalam berorganisasi.
11) Lampiran (jika ada), dapat berupa tabel ketaatan etika dalam
berorganisasi pada setiap subbagian/seksi dan/atau diagram untuk
memperjelas, dan lain-lain yang diperlukan.

5. Tahapan evaluasi

Pelaksana pemantauan melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemantauan


penerapan kode etik. Evaluasi tersebut dilakukan dengan membandingkan
rencana dengan realisasinya, pemanfaatan hasil pemantauan, aksi dan reaksi
pegawai yang dipantau terhadap pelaksanaan maupun hasil pemantauan, serta
hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan pemantauan yang perlu mendapat
perhatian.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 61


Pelaksana pemantauan wajib melakukan evaluasi terhadap unitnya sendiri
untuk melihat seberapa besar peran dan dukungan UKI dalam peningkatan
penerapan kode etik. Evaluasi dilakukan dengan melihat seberapa sering UKI
melakukan sosialisasi dan apakah setiap Pegawai sudah mengetahui dan
memahami tentang penerapan kode etik pada unit eselon I masing-masing.

Pengetahuan dan pemahaman mengenai penerapan kode etik harus terus


menerus dibangun agar kesadaran pegawai dalam menerapkan kode etik tumbuh
dengan sendirinya, bukan karena merasa dipantau.

Pelaksana pemantauan juga wajib mengevaluasi dirinya sendiri dengan


melihat seberapa baik contoh yang ditunjukkan oleh pelaksana pemantauan
dalam menerapkan kode etik pada unit eselon I masing-masing.

Evaluasi dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun dengan salah satu
atau kombinasi dari metode survei dan FTM.

6. Kriteria Keberhasilan Penerapan Kode Etik dan Nilai Akhir EPITE Setelah
Pemantauan Penerapan Kode Etik

Hasil pemantauan penerapan kode etik mempunyai dampak yang besar


terhadap keberhasilan penerapan pengendalian intern pada suatu unit kerja. Hasil
pemantauan penerapan kode etik tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
penentuan nilai EPITE akhir. Hasil negatif dari kesimpulan pemantauan penerapan
kode etik akan mengurangi nilai EPITE Sementara.

Rumus Nilai EPITE akhir:

Nilai EPITE Sementara - Hasil dari Kesimpulan Pemantauan Penerapan


Kode Etik

Nilai EPITE Sementara pada tahun X dapat dijadikan nilai EPITE Sementara
tahun X dan nilai EPITE Sementara tahun X+ 1. Hasil negatif dari kesimpulan
pemantauan penerapan Kode Etik mengacu pada kriteria dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Kriteria pertama : Lebih dari 75% Pegawai telah menjalankan seluruh Kode Etik
yang ditetapkan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 62


Jika tidak tercapai, nilai sementara EPITE dikurangi 10%
b. Kriteria kedua: Tidak ada pelanggaran Kode Etik yang berdampak kecurangan
(fraud) atau yang berdampak non kecurangan (fraud) dengan pengaruh
signifikan
Jika tidak tercapai, nilai sementara EPITE dikurangi 20%
c. Jika kedua kriteria tidak tercapai seluruhnya atau tidak dilaksanakan
pemantauan Kode Etik sama sekali, maka nilai pengurangnya 30% (tiga puluh
per seratus);
d. Jika seluruh target tercapai, maka tidak ada nilai pengurang.

Nilai EPITE akhir dikategorikan ke dalam tiga tingkatan kesimpulan EPITE


sebagai berikut:

a. rendah, apabila nilai EPITE akhir kurang dari 34% (tiga puluh empat per
seratus);
b. sedang, apabila nilai EPITE akhir 34% (tiga puluh empat per seratus) s.d 63%
(enam puluh tiga per seratus); dan
c. tinggi, apabila nilai EPITE akhir lebih dari 63% (enam puluh tiga per seratus).

Nilai EPITE akhir tersebut disampaikan kepada kepala kantor/pimpinan unit


yang dievaluasi dengan tembusan kepada UKI di tingkat atasnya dilampiri dengan
Nilai EPITE Sementara melalui suatu surat pengantar yang ditandatangani oleh
pimpinan UKI terkait.

Kesimpulan EPITE tersebut menunjukkan tingkat penerapan pengendalian


intern tingkat entitas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan besaran sampel Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) yang
dilakukan secara sampling, dengan ketentuan semakin tinggi hasil evaluasi
pengendalian intern tingkat entitas, semakin kecil sampel yang perlu diambil pada
PPU.

Apabila dalam suatu tahun tertentu tidak dilakukan evaluasi pengendalian


tingkat entitas maka penentuan sampel PPU periode tersebut menggunakan hasil
evaluasi pada tahun sebelumnya. Contoh penerapan penentuan besaran sampel

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 63


pemantauan pengendalian utama yang dilakukan secara sampling misalnya dalam
pengujian keandalan pengendalian utama.

Seperti sudah dibahas pada Kegiatan Belajar sebelumnya, apabila terdapat


faktor EPITE yang mendapat nilai 0 (nol), maka perlu dirumuskan temuan dan
rekomendasinya. Temuan EPITE tersebut akan dipertimbangkan dalam
penyusunan kesimpulan efektivitas pengendalian intern secara keseluruhan yang
menguraikan kondisi pelanggaran dan/atau penyimpangan terhadap penerapan
pengendalian intern, akibat, dan penyebabnya.

Pada Gambar 3.3 dapat dilihat ilustrasi keseluruhan penentuan nilai EPITE
dan pada Gambar 3.4 dapat dilihat penggunaannya lebih lanjut.

Gambar 3.3 Penentuan Nilai EPITE

Sumber : Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

Gambar 3.4 Penggunaan Lanjutan Nilai EPITE

Sumber : Bahan Ajar Pelatihan PRO UKI

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 64


B. LATIHAN

1. Jelaskan tugas dan tanggungjawab pemimpin unit kerja dalam pelaksanaan


pemantauan penerapan Kode Etik!
2. Jelaskan jenis-jenis kode etim yang minimal harus adal dalam aturan terkait Kode
Etik yang ditandatangani pimpinan unit eselon I
3. Jelaskan tahapan dalam pelaksanaan pemantauan Kode Etik
4. Jelaskan 3 teknik pemantauan pelaksanaan kode eti yang Anda pahami
5. Jelaskan cara menentukan nilai dari hasil pemnatauan penerapan Kode Etik dan
nilai akhir EPITE.

C. RANGKUMAN

1. Pemantauan penerapan Kode Etik perlu dilakukan dalam rangka menjaga


keberhasilan penerapan Kode Etik dan penguatan pengendalian intern tingkat
entitas
2. Pimpinan unit kerja dan pelaksana pemantauan sama-sama memilik tugas dan
tanggungjawab dalam penerapan Kode Etik
3. Ruang lingkup pemantauan penerapan Kode Etik di lingkungan Kementerian
Keuangan dilakukan terhadap seluruh Pegawai Kementerian Keuangan; dan atas
penerapan sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai berdasarkan Kode Etik
yang telah ditetapkan
4. Kewajiban dan larangan tersebut dituangkan dalam keputusan yang harus dibuat
oleh pimpinan unit selevel eselon I mengenai Kode Etik yang minimal memuat
etika bernegara, etika bermasyarakat etika berorganisasi, etika terhadap diri
sendiri dan etika etika terhadap sesama Pegawai Kementerian Keuangan.
5. Tahapan perencanaan dalam pemantauan penerapan Kode Etik terdiri atas
pemilihan objek pemantauan, penentuan metode pemantauan, penyusunan
program kerja dan perancangan perangkat pemantauan
6. Pelaksanaan pemantauan dapat dilakukan melalui metoda survei, observasi,
surveillance, sidak, facilitated team meeting, dan pemantauan bentuk lain.
7. Survei dilakukan untuk mengumpulkan data primer, yaitu sikap, tingkah laku, dan
perbuatan berdasarkan Kode Etik yang diterapkan oleh pejabat/Pegawai
Kementerian Keuangan yang sedang bertugas.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 65


8. Observasi merupakan kegiatan pengamatan intensif untuk mendapatkan
gambaran nyata kemungkinan terjadinya pelanggaran Kode Etik oleh suatu objek
pemantauan.
9. Metode surveillance dilakukan terhadap Pegawai yang diduga secara sengaja dan
terus-menerus melakukan pelanggaran Kode Etik, meskipun telah dilakukan
teguran dan/ atau pembinaan oleh atasan langsungnya.
10.Inspeksi mendadak dilakukan untuk melihat secara langsung dan spontan atas
penerapan Kode Etik Pegawai di lokasi-lokasi tertentu.
11.Metode Facilitated Team Meeting dilakukan dengan cara mengundang
stakeholder atau pihak yang berkepentingan yang memiliki informasi terkait
dengan pelayanan dan/atau sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri
Sipil dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari yang
berhubungan dengan stakeholder tersebut.
12.Pemantauan bentuk lain dilaksanakan terhadap objek pemantauan sesuai
instruksi dan kebijakan masing-masing pimpinan unit eselon I.
13.Pada tahap pelaporan akan didapat kesimpulan yang akan digunakan untuk
menentukan nilai akhir pelaksanaan EPITE.
14.Poin terpenting dalam simpulan adalah informasi mengenai pelaksanaan Kode
Etik di unit yang dipantau, yaitu jumlah Pegawai yang melakukan pelanggaran
Kode Etik (apakah di atas 75 % dari populasi) dan apakah ada temuan yang
bersifat fraud atau non-fraud tapi berdampak signifikan.
15.Pelaksana pemantauan wajib melakukan evaluasi pelaksanaan pemantaun Kode
Etik terhadap unitnya sendiri untuk melihat seberapa besar peran dan dukungan
UKI dalam peningkatan penerapan Kode Etik.
16.Hasil pemantauan penerapan Kode Etik tersebut akan sangat berpengaruh
terhadap penentuan nilai EPITE akhir.
17.Nilai EPITE akhir dikategorikan ke dalam tiga tingkatan kesimpulan EPITE sebagai
berikut:
a. rendah, apabila nilai EPITE akhir kurang dari 34% (tiga puluh empat per
seratus);
b. sedang, apabila nilai EPITE akhir 34% (tiga puluh empat per seratus) s.d 63%
(enam puluh tiga per seratus); dan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 66


c. tinggi, apabila nilai EPITE akhir lebih dari 63% (enam puluh tiga per seratus).
18.Kesimpulan EPITE tersebut menunjukkan tingkat penerapan pengendalian intern
tingkat entitas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
besaran sampel pemantauan pengendalian utama (PPU) pada Pemantauan
Pengendalian Internal Tingkat Aktivitas (PPITA).

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 67


D. TES FORMATIF

BENAR-SALAH

1. B-S Pemantauan penerapan Kode Etik minimal dilakukan sekali dalam setahun.
2. B-S Pemantauan penerapan Kode Etik bertujuan memperkuat pengendalian
Internal tingkat entitas dari faktor Lingkungan Pengendalian
3. B-S Kode etik yang wajib dipedomani oleh Pegawai Kementerian Keuangan
minimal disusun dan ditandatangai oleh Menteri.
4. B-S Program kerja pemantauan penerapan Kode Etik dapat diperbaiki pada tahun
berjalan bila terdapat kejadian signifikan yang mempengaruhinya.
5. B-S Pelaksanaan pemantauan penerapan Kode Etik hanya dapat dilakukan oleh
UKI di unit tersebut .
6. B-S Apabila hasil kuesioner survei menunjukkan hal-hal yang bersifat negatif,
pelaksana pemantauan melakukan wawancara kepada responden terkait
untuk mengetahui lebih dalam mengenai gambaran perilaku yang dianggap
negatif oleh responden agar tidak terjadi salah persepsi.
7. B-S Observasi sedapat mungkin tidak diketahui oleh objek pemantauan.
8. B-S Surveillance dilakukan terhadap objek pemantauan sebelum dilakukan
peneguran.
9. B-S Temuan yang tidak bersifat fraud tidak perlu diperhatikan.
10. B-S Hasil negatif dari kesimpulan pemantauan penerapan kode etik akan
mengurangi nilai EPITE Sementara.

Pilihan Ganda

1. Pemantauan penerapan Kode Etik menguatkan pengendalian internal tingkat


entitas di faktor….
a. informasi dan komunikasi
b. aktifitas pengendalian
c. lingkungan pengendalian
d. pemantauan
2. Contoh etika dalam bernegara yaitu….
a. mengindari konflik kepentingan dalam bertugas
b. menjaga kesopanan dalam berkata-kata

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 68


c. tidak menyebar fitnah yang dapat merusak nama sesama pegawai
Kementerian Keuangan
d. menjaga integritas dalam berhubungan dengan pengguna jasa
3. Suatu jawaban dalam survei pemantauan penerapan kode etik dianggap tidak
relevan dan respondennya harus dikeluarkan dari penghitungan apabila
jawabannya….
a. Tidak
b. Ya
c. Kadang-Kadang
d. Tidak Tahu
4. Observasi dilakukan dalam durasi minimal….
a. satu hari kerja
b. satu minggu
c. satu bulan
d. tiga hari kerja
5. Apabila hasil pemantauan penerapan kode etik menyimpulkan bahwa kurang dari
75 persen pegawai menerapkan kode etik, namun tidak ada temuan fraud atau non
fraud yang bersifat signifikan, maka nilai pengurang untuk EPITE sementara
adalah....
a. 20%
b. 0%
c. 10%
d. 30%

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 69


E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Anda dapat menilai tingkat penguasaan Anda akan materi pada kegiatan belajar ini
dengan cara:

1) mencocokkan jawaban tes formatif Anda dengan kunci jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini;
2) mengukur tingkat penguasaan dengan rumus:

jumlah jawaban benar


TINGKAT
= X 100%
PENGUASAAN
jumlah soal

3) menilai tingkat penguasaan Anda dengan kriteria di bawah ini.

TINGKAT PENGUASAAN PREDIKAT

Persentase 90% - 100% BAIK SEKALI

Persentase 76% - 89,99% BAIK

Persentase 65% - 75,99% CUKUP

Persentase kurang dari 65% KURANG

Anda dinyatakan berhasil menguasai materi kegiatan belajar ini apabila hasil
pengukuran mendapatkan predikat baik dan baik sekali. Namun apabila ternyata
nilai tersebut belum dicapai, Anda harus mempelajari ulang materi di modul ini.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 70


PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Tujuan pemantauan Pengendalian Internal adalah sebagai berikut:
a. Membantu pimpinan unit kerja untuk meningkatkan penerapan Pengendalian
Internal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi;
b. Memastikan pengendalian utama dijalankan sesuai dengan sistem, prosedur,
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
c. Memastikan kecukupan rancangan Pengendalian Internal.
2. Pelaksanaan Pemantauan Pengendalian Internal dalam Organisasi Pemerintah,
khususnya di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan melalui 3 (tiga) cara,
yaitu proses pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut hasil
rekomendasi audit dan hasil review lainnya.
3. Salah satu proses evaluasi terpisah yang dilakukan oleh organisasi adalah Evaluasi
Pengendalian Intern Tingkat Entitas.
4. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (entity level), yang
selanjutnya disingkat EPITE, merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pelaksana
pemantauan untuk menilai efektivitas Pengendalian Internal tingkat entitas dalam
menciptakan lingkungan yang selanjutnya dapat mendukung efektivitas
Pengendalian Internal tingkat aktivitas.
5. Perbedaan utama EPITE di KMK Nomor 940/KMK.09/2017 dengan Keputusan
sebelumnya yaitu pada posisi EPITE pada pemantauan pengendalian internal,
kertas kerja yang digunakan, adanya EPITE jenis lain dan adanya pemantauan
penerapan kode etik.
6. Sebagai tahap perencanaan dari pelaksanaan EPITE yang akan kita lakukan, maka
Program kerja EPITE perlu disusun sedemikian rupa agar matang sebelum EPITE
dijalankan.
7. Pelaksanaan EPITE dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima faktor pengendalian
internal, yang kemudian dijabarkan ke dalam 50 (lima puluh) butir EPITE, dengan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 71


menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik yang bersifat saling
melengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapangan, yaitu dengan review dokumen,
survei EPITE, wawancara, atau observasi.
8. Berdasarkan evaluasi menggunakan ke-4 teknik yang sesuai, dan sudah dipilih pada
saat membuat rencana kerja, akan diperoleh nilai sementara EPITE, temuan, dan
rekomendasi untuk perbaikan.
9. Nilai sementara EPITE diperoleh dari pembagian total skor (sebagai pembilang)
terhadap jumlah butir yang dievaluasi (sebagai penyebut, nilai maksimum 50)
kemudian dikali 100%, menghasilkan rentang nilai 0% (nol per seratus) s.d. 100%
(seratus per seratus).
10. Pemantauan penerapan kode etik perlu dilakukan dalam rangka menjaga
keberhasilan penerapan kode etik dan penguatan pengendalian intern tingkat
entitas.
11. Ruang lingkup pemantauan penerapan kode etik di lingkungan Kementerian
Keuangan dilakukan terhadap seluruh pegawai Kementerian Keuangan; dan atas
penerapan sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai berdasarkan kode etik yang
dituangkan dalam keputusan yang harus dibuat oleh pimpinan unit selevel eselon I
mengenai kode etik.
12. Pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik pada masing-masing unit di bawah
unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan paling sedikit satu kali
dalam satu tahun, dengan salah satu atau kombinasi metode dan perangkat.
13. Tahapan pelaporan dilakukan setelah seluruh metoda untuk pemantauan
pelaksanaan kode etik selesai dilakukan. Pada tahap pelaporan ini akan didapat
kesimpulan yang akan digunakan untuk menentukan nilai akhir pelaksanaan EPITE.
14. Poin terpenting dalam simpulan dalam laporan adalah informasi mengenai
pelaksanaan kode etik di unit yang dipantau, yaitu jumlah pegawai yang melakukan
pelanggaran kode etik (apakah di atas 75 % dari populasi) dan apakah ada temuan
yang bersifat fraud atau non-fraud tapi berdampak signifikan. Selain itu dituliskan
juga rekomendasi berisi langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan.
15. Hasil negatif dari kesimpulan pemantauan penerapan kode etik akan mengurangi
nilai EPITE Sementara.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 72


16. Kesimpulan EPITE tersebut menunjukkan tingkat penerapan pengendalian intern
tingkat entitas dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
besaran sampel pemantauan pengendalian utama (PPU) pada Pemantauan
Pengendalian Internal Tingkat Aktifitas.

B. IMPLIKASI

Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE) merupakan tahapan yang


penting dalam pemantauan pengendalian internal karena bertujuan untuk menilai
efektivitas pengendalian internal di level unit, yang akan menciptakan lingkungan
pengendalian guna mendukung efektivitas pengendalian internal tingkat aktivitas.

EPITE perlu dilakukan dengan perencanaan yang tepat dan teknik yang sesuai, dan
juga didukung dengan pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik sebagai bagian
dari penguatan pengendalian internal tingkat entitas.

C. TINDAK LANJUT

Setelah memahami cara mendapatkan nilai akhir EPITE untuk mendapatkan


gambaran kondisi pengendalian internal tingkat unit, selanjutnya Anda dapat masuk ke
bagian berikutnya dari pemantauan pengendalian internal, yaitu di tingkat aktivitas.
Pada tahap awal akan dibahas Perencanaan Pemantauan Pengendalian Internal Tingkat
Aktifitas (PPITA) yang salah satu prosesnya ditentukan dari nilai akhir EPITE.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 73


TES SUMATIF

A. PILIHAN BERGANDA
1. Aturan yang berlaku di Kementerian Keuangan terkait Pemantauan Pengendalian
Internal adalah….
a. KMK Nomor 32/KMK.09/2013
b. KMK Nomor 940/KMK.09/2017
c. KMK Nomor 467/KMK.01/2014
d. KMK Nomor 454/KMK.01/2011
2. EPITE termasuk kepada Pemantauan Pengendalian Internal kategori….
a. evaluasi terpisah
b. pemantauan berkelanjutan
c. tindak lanjut hasil audit dan review lainnya
d. pengawasan melekat
3. Dalam KMK Nomor 940/KMK.09/2017, dua bagian terbesar dalam pemantauan
pengendalian internal adalah….
a. PPU dan PEIKR
b. EPITE dan PPITA
c. EPITE dan PPU
d. semua pernyataan di atas salah
4. Pengendalian tingkat entitas seharusnya menjadi landasan untuk pengendalian-
pengendalian lainnya di organisasi karena….
a. menggambarkan bagaimana pemimpin tertinggi organisasi tersebut
mengendalikan budaya organisasi dan juga menjaga akuntabilitas organisasi
b. melekat dalam aktivitas operasi normal suatu entitas
c. menjamin tercapainya tujuan organisasi
d. semua pernyataan di atas benar

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 74


5. Pernyataan berikut yang bukan tujuan pemantauan pengendalian internal adalah
sebagai berikut….
a. membantu pimpinan unit kerja untuk meningkatkan penerapan pengendalian
internal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
b. memastikan pengendalian utama dijalankan sesuai dengan sistem, prosedur,
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
c. memastikan kecukupan rancangan pengendalian internal
d. memastikan proses bisnis unit kerja memberikan kinerja yang memuaskan
pengguna jasa
6. Dalam KMK Nomor 940/KMK.09/2017, pemantauan pengendalian internal tingkat
entitas dilakukan dengan….
a. EPITE dan PPU
b. EPITE dan pemantauan penerapan kode etik
c. EPITE dan PEIKR
d. EPITE dan PPTIK
7. Contoh EPITE adalah….
a. pemantauan atas nilai capaian IKU di KPP Pajak Setiabudi 3
b. Pemantauan atas penerbitan SP2D di KPPN II Jakarta
c. Pemantauan atas penerbitan SPM di Sekretariat BPPK
d. Pemantauan atas penerbitan SPTNP di KPU BC Tanjung Priok
8. Kondisi yang tidak memerlukan pelaksanaan EPITE sebelum kurun dua tahun
berikut ini adalah….
a. terbitnya tatalaksana organisasi yang baru
b. penambahan pegawai baru lebih dari 50 orang dalam satu KPP
c. pergantian Kepala Kantor
d. penambahan tugas pokok dari unit yang bersangkutan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 75


9. Perbedaan EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 dan KMK 32/KMK.09/3013 sebagai
berikut, kecuali….
a. EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 berdiri sendiri
b. EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 harus dilengkapi dengan pemantauan
penerapan Kode Etik
c. EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 dilengkapi dengan teknik pemantauan baru
d. EPITE di KMK 940/KMK.09/2017 dilengkapi kertas kerja untuk setiap teknik
pemantauan
10. Kegiatan berikut ini bukanlah langkah dalam perencanaan program kerja EPITE:
a. perumusan tujuan kegiatan
b. pengelompokan butir-butir EPITE
c. merancang pertanyaan lebih lanjut atas jawaban survei
b. menentukan pihak yang akan dimintai keterangan
11. Proses review dokumen atas penerapan manajemen risiko dilakukan terhadap
dokumen….
a. manual IRU
b. SOP proses bisnis strategis
c. skep Pengelola Kinerja
d. piagam audit ISO
12. Butir pertanyaan dari faktor Lingkungan Pengendalian berikut ini disarankan
dievaluasi dengan teknik review dokumen, kecuali….
a. Apakah pimpinan unit kerja memberi keteladanan dengan menerapkan
integritas dan nilai-nilai etika dan mendorong bawahan untuk menerapkannya
pula?
b. Apakah telah dilakukan sosialisasi yang memadai tentang kewajiban, larangan,
dan sanksi dalam kode etik dan/atau aturan perilaku lainnya, termasuk kepada
pegawai baru?
c. Apakah pimpinan unit kerja memberikan sanksi kepada pegawai yang
melanggar kode etik dan/atau aturan perilaku lainnya?
d. Apakah unit kerja menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pegawai?

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 76


13. Tujuan wawancara dalam EPITE adalah….
a. memperoleh bukti hitam di atas putih atas pelaksanaan pengendalian internal
tingkat entitas
b. mengumpulkan informasi kesesuaian pelaksanaan kebijakan dengan target
yang diharapkan melalui berdiskusi dengan pegawai
c. mendapat tanggapan tertulis untuk mendapatkan kesimpulan apakah suatu
butir EPITE dilaksanakan atau tidak
d. mendapat kesimpulan tentang pegawai/pejabat, kondisi lingkungan, dan
pelaksanaan proses bisnis di suatu unit kerja terkait dengan lima faktor
pengendalian internal dengan cara mengamati secara cermat.
14. Apabila seorang responden menyatakan "Tidak Setuju" atas suatu pernyataan
dalam butir EPITE pada kuesioner survei, maka butir tersebut mendapat nilai….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
15. Bila hasil survei menyimpulkan suatu kegiatan Pengendalian Internal dilaksanakan,
artinya nilai rata-rata hasil survei butir EPITE untuk kegiatan tersebut adalah….
a. lebih dari 3.75
b. 3,75
c. lebih dari 2,75
d. lebih dari 1
16. Butir EPITE "Apakah pimpinan unit kerja memberi keteladanan dengan menerapkan
integritas dan nilai-nilai etika dan mendorong bawahan untuk menerapkannya
pula?" disarankan untuk dievaluasi dengan teknik….
a. review dokumen dan survei
b. wawancara dan observasi
c. wawancara dan survei
d. review dokumen dan wawancara

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 77


17. Arti kotak hitam pada Kertas Kerja EPITE dibawah kolom teknik EPITE adalah…
a. teknik tersebut dilarang untuk digunakan untuk evaluasi butir EPITE terkait
b. teknik tersebut diharuskan untuk digunakan untuk evaluasi butir EPITE terkait
c. teknik tersebut disarankan untuk digunakan pada evaluasi buitr EPITE terkait
d. teknik tersebut disarankan untuk tidak digunakan tetapi boleh digunakan jika
perlu untuk evaluasi butir EPITE terkait
18. Bila suatu butir pernyataan pada Kertas Kerja EPITE skornya 0, maka hal tersebut
dianggap sebagai….
a. kesalahan
b. fraud
c. temuan EPITE
b. pelanggaran
19. Keberhasilan penerapan kode etik ditandai dengan dua indikator, yaitu….
a. indeks kepuasan pengguna jasa dan tidak terjadi fraud
b. pegawai yang menerapkan Kode Etik di atas 75 % dan tidak terjadi fraud
c. penghargaan WBK dan WBBM
d. semua pernyataan di atas benar
20. Memanfaatkan dan menindaklanjuti hasil pemantauan penerapan kode etik dalam
rangka meningkatkan pengendalian intern di lingkungan kerjanya, adalah tugas dan
tanggungjawab dari….
a. pelaksana pemantauan
b. seluruh pegawai
c. pimpinan unit yang dievaluasi
d. pimpinan unit UKI
21. Laporan hasil pemantauan penerapan kode etik setidaknya memuat hal-hal berikut,
kecuali….
a. cover
b. daftar isi
c. dasar hukum
d. kesaksian

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 78


22. Langkah berikut tidak termasuk dalam tahap perencanaan pemantauan penerapan
kode etik:
a. pemilihan objek pemantauan
b. penentuan metode pemantauan
c. penyusunan program kerja
d. penentuan responden yang tidak relevan
23. Jawaban survei pemantauan penerapan Kode Etik "Kadang-Kadang" diberi nilai….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 0
24. Pegawai suatu unit dianggap Kurang Patuh terhadap penerapan kode etik dalam
suatu pernyataan survei bila nilai rata-ratanya….
a. 0
b. besar dari 0 s.d. 1
c. kecil dari 1
d. kecil dari 0
25. Hasil EPITE sementara suatu unit adalah 65%, kemudian berdasarkan pemantauan
penerapan kode etik didapat bahwa kurang dari 75% pegawai menerapkan kode
etik dan tidak ada temuan fraud atau non fraud yang signifikan, maka nilai akhir
EPITE unit tersebut masuk kepada kategori….
a. tinggi
b. sedang
c. rendah
d. sangat rendah

B. BENAR-SALAH

1. B - S Fraud berarti pelanggaran Kode Etik yang bersifat disengaja.


2. B - S Penyampaian rekomendasi untuk butir pertanyaan dengan skor 0 dalam
kertas kerja EPITE adalah opsional.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 79


3. B - S Evaluasi terhadap pelaksanaan pemantauan penerapan kode etik
dilaksanakan minimal satu kali dalam satu tahun dengan salah satu atau
kombinasi dari metode survei dan FTM.
4. B - S Pelaksana pemantauan wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan
penerapan kode etik segera setelah laporan selesai, selambat-lambatnya lima
belas hari kerja setelah tugas pemantauan dilakukan.
5. B - S Evaluasi terpisah merupakan penilaian atas mutu kinerja pengendalian
internal dengan ruang lingkup dan frekuensi tertentu.
6. B - S EPITE dalam KMK Nomor 32/KMK.09/2013 tidak berdiri sendiri tetapi bagian
dari PEIKR.
7. B - S Pada KMK Nomor 940/KMK.09/2017, pelaksanaan EPITE merupakan langkah
lanjutan dari Pemantauan Pengendalian Internal tingkat aktivitas.
8. B - S Walaupun sudah dibakukan, kertas kerja EPITE dapat dirubah sesuai
kebutuhan.
9. B - S Suatu teknik EPITE tetap harus dilaksanakan walaupun teknik yang lain sudah
memberikan hasil kesimpulan yang kuat terkait apakah suatu butir
pengendalian internal dilaksanakan atau tidak.
10. B - S Jumlah butir pertanyaan dalam kertas kerja wawancara EPITE tidak boleh
ditambah atau dikurangi.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 80


KUNCI JAWABAN

SOAL FORMATIF:

Kegiatan Belajar I

I. Benar - Salah
1. S
2. B
3. B
4. S
5. S

II. Pilihan ganda


1. b 6. b
2. a 7. d
3. c 8. a
4. a 9. c
5. c 10. c

Kegiatan Belajar II

I. Pilihan Ganda
1. d 6. b
2. c 7. c
3. a 8. d
4. d 9. a
5. d 10. c

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 81


II. Benar - Salah
1. S
2. S
3. B
4. B
5. S

Kegiatan Belajar III

I. Benar - Salah
1. B 6. B
2. B 7. B
3. S 8. S
4. B 9. S
5. S 10. B

II. Pilihan Berganda


1. c
2. a
3. d
4. a
5. a

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 82


TES SUMATIF
I. Pilihan Berganda
1. b 14. b
2. a 15. a
3. b 16. c
4. a 17. d
5. d 18. c
6. b 19. b
7. a 20. c
8. b 21. d
9. c 22. d
10. c 23. a
11. a 24. b
12. a 25. b
13. b

II. Benar - Salah


1. B 11. B
2. S 12. S
3. B 13. B
4. S 14. S
5. B 15. S

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 83


DAFTAR ISTILAH

Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE): kegiatan yang dilaksanakan oleh
pelaksana pemantauan untuk menilai efektivitas pengendalian internal tingkat
entitas dalam menciptakan lingkungan yang selanjutnya dapat mendukung
efektivitas Pengendalian Internal tingkat aktivitas.

Review dokumen: pelaksanaan pemantauan EPITE dengan mempelajari dokumen-


dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan faktor-faktor pengendalian
internal.

Wawancara: pelaksanaan pemantauan EPITE melalui diskusi dengan pegawai yang


bertanggung jawab terhadap rancangan atau implementasi pengendalian dalam
rangka mengumpulkan bukti mengenai efektivitas pengendalian tingkat entitas.

Survei: pelaksanaan pemantauan EPITE dengan mengajukan serangkaian pertanyaan


tertulis untuk mendapatkan tanggapan dari pegawai/pejabat mengenai hal-hal
yang terkait dengan 5 (lima) faktor pengendalian internal di dalam suatu unit
kerja.

Observasi: pelaksanaan pemantauan EPITE dengan mengamati secara cermat


pegawai/pejabat, kondisi lingkungan, dan pelaksanaan proses bisnis di suatu unit
kerja terkait dengan lima faktor pengendalian internal.

Nilai sementara EPITE : pembagian total skor (sebagai pembilang) terhadap jumlah butir
yang dievaluasi kemudian dikali 100%, menghasilkan rentang nilai 0% (nol per
seratus) s.d. 100% (seratus per seratus).

Pemantauan penerapan Kode Etik: pemantauan terhadap penerapan sikap, tingkah


laku, dan perbuatan pegawai berdasarkan kode etik yang dituangkan dalam
keputusan yang harus dibuat oleh pimpinan unit selevel eselon I mengenai kode
etik.

Metode surveillance: pemantauan penerapan kode etik melalui pemantaun secara


diam-diam terhadap Pegawai yang diduga secara sengaja dan terus-menerus

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 84


melakukan pelanggaran kode etik, meskipun telah dilakukan teguran dan/atau
pembinaan oleh atasan langsungnya.

Inspeksi mendadak: pemantauan penerapan kode etik untuk melihat secara langsung
dan spontan atas penerapan kode etik pegawai di lokasi-lokasi tertentu.

Metode Facilitated Team Meeting: pemantauan penerapan kode etik dengan cara
mengundang stakeholder atau pihak yang berkepentingan yang memiliki
informasi terkait dengan pelayanan dan/atau sikap, tingkah laku, dan perbuatan
Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta pergaulan hidup
sehari-hari yang berhubungan dengan stakeholder tersebut.

Nilai akhir EPITE: Nilai sementara EPITE dikurangi hasil pemantauan pelaksanaan kode
etik.

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 85


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah

Keputusan Kementerian Keuangan Nomor 940/KMK.09/2017 Tentang Kerangka Kerja


Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di
Lingkungan Kementerian Keuangan

PELATIHAN PRO UKI | EPITE 86

Anda mungkin juga menyukai