Anda di halaman 1dari 14

PROFIL PELAYAN GPM

Panggilan Pelayanan GPM


Apa Itu ?
• Panggilan pelayanan GPM tidak lain adalah Amanat Pelayanan GPM yang dirumuskan bertumpu pada
pengakuan GPM sbb : “YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN DAN KEPALA GEREJA TUHAN ATAS
SEJARAH BANGSA-BANGSA DAN ALAM SEMESTA DAN JURUSELAMAT DUNIA “
• Berdasarkan Pengakuan tersebut, dirumuskanlah Amanat Pelayanan GPM sbb : “Memberitakan Injil
kepada segala mahkluk di segala tempat dan masa serta pada segala kondisi “.

Tekanan pada segala mahkluk : indikasi kemajemukan dalam masyarakat termasuk dimensi lingkungan sebagai
pendukung kehidupan manusia.
Di segala masa : mengindikaskan pekerjaan penginjilan adalah berkelanjutan tanpa berhenti.
Di segala tempat/ situasi dan kondisi : bukan saja bagi mereka yang haus berita pengampunan dan pertobatan,
tetapi juga terlibat dalam perjuangan pelanggaran HAM, penegakkan keadilan, pengentasan kemiskinan,
kebodohan dll.
Implementasi Amanat Pelayanan GPM
1. Pekabaran Injil ke dalam dan keluar gereja.
2. Ibadah Jemaat, Pembritaan Firman Allah, dan pelayanan zakramen Kudus.
3. Pendidikan, Pelayanan kasih, keadilan dan perdamaian (diakonia).
4. Pembinaan kemandirian di bidang teologi, daya dan dana.
5. Pelayanan penggembalaan dan disiplin gerejawi (pastoral)
6. Pendidikan katekisasi
7. Pendidikan agama kristen di sekolah dari Taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi
8. Pembinaan umat di dalam keluarga-keluarga jemaat, di antara kelompok kategorial, fungsional, profesional,
dan sektoral
9. Pelestarian lingkungan hidup
10. Hubungan dan kerja sama oikumenis
11. Hubungan dan kerjasama dengan Pemerintah
12. Hubungan dan kerja sama dengan golongan lain yang berbasis keagamaan, sosial, politik, ekonomi, dll.
13. Bentuk-bentuk pelayanan lainnya yang sesuai dengan Amanat Pelayanan Gereja.

Penyelenggaraan Pelayanan Berpolakan Kehidupan Yesus sbb:


a. Hamba : yang taat mengosongkan diri-NYA untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
b. Imam : yang rela berkorban tanpa pamrih demi tugas-tugas pelayanan, perdamaian, di antara gereja,
masyarakat dan sesama manusia.
c. Nabi : yang menaklukan segala sesuatu ke bawah penilaian Firman Allah terutama untuk menegakan
keadilan, kebenaran, kesejahteraan umat manusia, gereja, masyarakat, bangsa dan negara.
d. Gembala : yang menjalankan tugas-tugas, kepemimpinan dan pelayanan Gereja di bawah arahan dan
tuntunan Gembala Yang Baik.

1
Pengorganisasian Pelayanan GPM
Bidang Sub Bidang Ruling
1.1.1 Pembinaan Anak Remaja dan Katekisasi
1.1.2 Pembinaan Pemuda
1.1.3 Pembinaan Kemitraan laki-laki dan
1.1 Sub Bidang Pembinaan Warga perempuan
1. Bidang Pemberdayaan Gereja
1.1.4 Pembinaan Warga Gereja Senior
Teologi dan Pembinaan 1.1.5 Pembinaan Keluarga
Umat 1.1.6 Pembinaan Warga Gereja Profesional
1.2.1 Pembinaan Peribadahan Jemaat dan
1.2 Sub Bidang Peribadahan dan Musik Gerejawi
Pastoral
1.2.2 Pembinaan Pastoral Konseling
2.1 Sub Bidang Pemberitaan Injil 2.1.1 Pemberitaan Injil
2.2.1 Pelayanan Hukum, HAM dan
Demokrasi
2. Bidang Pemberitaan
2.2.2 Pelayanan pendidikan
Injil dan Pelayanan
2.2 Sub Bidang Pelayanan Kasih 2.2.3 Pelayanan Kesehatan
Kasih
2.2.4 Pemberdayaan Ekonomi Umat
2.2.5 Pemberdayaan di bidang Sosial-Politik-
budaya
3.1.1 Pembinaan Kerja Sama Lintas Gereja
3.1 Pengembangan kerjasama antar
agama dan gereja 3.1.2 Pembinaan Kerja Sama antar Agama dan
3. Pengembangan Aliran Kepercayaan
Oikumene Semesta 3.2 Lingkungan hidup dan 3.2.1 Lingkungan Hidup dan Keutuhan
Penanganan Bencana Alam dan Ciptaan
Sosial 3.2.2 Penanganan Bencana Alam dan Sosial
4.1 Penataan dan pengembangan 4.1.1 Pembinaan Administrasi dan
4. Penataan dan daya dukung organisasi Manajemen
pengembangan 4.2.1 Pembinaan Kepegawaian
Kelembagaan 4.2 Penataan dan pengembangan
personalia 4.2.2 Pengembangan Staf
Bidang Sub Bidang Ruling
4.3.1 Pembinaan Sistem dan Manajemen
Keuangan
4.3 Penataan dan pengembangan 4.3.2 Pembinaan Penggunaan dan
keuangan Pengendalian Keuangan Gereja
4.3.3 Pembinaan Sumber-Sumber Keuangan
Gereja
4.4 Penataan dan pengembangan
4.4.1 Pengembangan Infrastruktur
infrastruktur
4.5 Pengembangan kapasitas
4.5.1 Pembinaan Aparatur Pelayan
pelayan
4.6.1 Penelitian, Perencanaan dan
Pengembangan
4.6 Penelitian dan Pengembangan
4.6.2 Pengendalian Program
4.6.3 Pengelolaan Hubungan Kerja Sama
4.7 Penataan dan Pengembangan 4.7.1 Pengelolaan Informasi
Informasi, Dokumentasi dan 4.7.2 Dokumentasi dan Publikasi
Komunikasi 4.7.3 Komunikasi Pelayanan

2
3
Profil Pelayan GPM
• Terwujudnya pelayan yang memiliki kesadaran akan tugas panggilan dan pengutusannya, memiliki
wawasan, komitmen dan perhatian yang sungguh terhadap tugas pelayanan gereja, dalam rangka hidup
berjemaat, bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Wujud kapasitasnya :
1. Memiliki karakter kepemimpinan yg melayani.
2. Memiliki kematangan dan kecerdasan intelektual dan emosional.
3. Memiliki kematangan dan ketahanan moral, etik dan spiritual.
4. Memiliki Kematangan ketahanan politik
5. Memiliki Kematangan ketahanan kultural dan ekonomis.
6. Memiliki kesadaran pluralis, serta bijak pemenuhan panggilan pelayanan di
tengah masyarakat majemuk.
7. Memiliki wawasan sosio-religius demi mendorong terwujudnya peace and trust building dalam
rangka pemulihan Maluku.
Konkritnya :
1. Pelayan yg memiliki ketahanan spiritual : hidupnya ditandai dengan kesetiaan kepada Firman Allah.
2. Pelayan yg memiliki kehidupan moral yg benar , karena itu dapat diteladani (jujur, dapat dipercaya,
berbudipekerti, dll)
3. Memiliki kesadaran bahwa tanggung jawab pelayanannya adalah panggilan Tuhan dan kepercayaan
yang diberikan jemaat, karena setia melakukan semua kewajibannya.
4. Memiliki rasa cinta kepada tugas pelayanannya.
5. Memiliki kepekaan sosial terhadap sesama, serta menjunjung tinggi nilai-nilai hidup bersama dalam
masyarakat.
6. Setia dalam melakukan kewajiban selaku warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
serta berbagai perundangan dan peraturan lainya.
7. Memiliki kemampuan untuk menghormati, serta berkomunikasi dengan beragam komunitas yang ada,
baik antar denominasi gereja, agama, maupun suku, budaya dan etnis.
8. Berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya yang dipandang relevan dalam membangun kehidupan ke
depan.
9. Memahami dan mampu menerapkan pola kepemimpinan melayani. Yang ditandai dengan kemampuan
memajukan pertumbuhan warga jemaat.
10. Memiliki kemampuan kerja kolegial demi mewujudkan kepemimpinan gereja yang Presbiterial Sinodal.
11. Loyal kepada visi, missi , dan semua ketentuan GPM yang ada.
12. Memiliki kecerdasan intelektual yang memadai .

PENGERTIAN – PENGERTIAN DASAR BAGI SEORANG PELAYAN

• Motivasi dasar melayani : Iman yg memiliki dua kemungkinan. Pertama, kita percaya kepada Tuhan dan
Kedua, Tuhan yang mempercayai kita.
• Allah tidak memperhitungkan kesempurnaan kita, tetapi menekankan kesungguhan dan kejujuran kita.
Kel. 33 :1-17.
• Yang paling Allah inginkan dari kita adalah “hubungan”. Kej. 6:9 Nuh yg bergaul dengan Allah. Hubungan
menuntun kepada kerahasiaan melayani……
• Semakin kita akrab dengan Allah, kita semakin peduli dengan hal-hal yg Allah peduli.
• Pemberian terbesar yg dapat kita lakukan bagi pelayanan adalah dengan memberi waktu kita.
• Tanda pemanggilan kita adalah ketika kita melakukan apa yang tidak kita sukai, dan hal itu menjadi
tantangan dan kesempatan untuk berkembang dalam pelayanan…..
• Gereja akan terus ada di alam semesta, begitu juga peranan kita di dalamnya. Gereja memerlukan
peranan kita sama seperti Tuhan memerlukan kita bagi kelangsungan ciptaannya.
• Gereja merupakan rencana Allah bagi dunia. Tuhan tidak membentuk gereja untuk sekedar mencari
kemualian-Nya, melainkan kepentingannya agar dunia dipelihara.
• Persekutuan gereja lebih penting dari individu manapun. Ke dalam persekutuan tersebut Tuhan
menyatakan kehendak-Nya.
• Tidak ada apapun di bumi ini yang lebih penting bagi Allah, selain gereja-Nya. Efesus 4 : 3 kesatuan
jemaat ….
• Yesus memangil kita bukan saja untuk datang kepada Dia, melainkan untuk pergi bagi Dia. Pergi adalah
penting bagi penetapan rencananya bagi dunia.
• Yesus tidak berjanji untuk membangun pelayanan kita, teapi Yesus berjanji untuk membangun gereja-
NYA. Efesus 2 : 10. Ketika Yesus membangun gereja , saat itulal pelayanan kita dibangun.
• Tubuh Kristus membutuhkan kita, sebab Allah memberikan peran yang unik di dalam keluarga-Nya, dan
peran itu dinamakan PELAYANAN. Untuk melengkapinya Allah meletakkan karunia-karunia khusus bagi
kita masing-masing.
• Kita harus bersungguh-sungguh mengasihi gereja, sekalipun ada ketidaksempurnaannya. Efesus 4 : 2.

4
• Kita melindungi persekutuan bila kita menghargai orang-orang yang melayani kita sebagai pemimpin.
Ibrani 13:17 ajakan untuk taat kepada pemimpin yg melayani….
• Pelayanan kita yang paling efektif, berasal dari luka kita yang terdalam. Cf. Gideon dengan rendah diri
dan kurang percaya diri diubah menjadi kuat. Haki 6 :12
• Pelayanan diawali dengan keterbukaan. Semakin kita meruntuhkan benteng kita, menyingkapkan topeng
kita, dan menceriterakan pergumulan-pergumulan kita, Allah semakin mampu memakai kita untuk
melayani orang lain.
• Jika kita ingin agar Allah memakai kita, kita harus mengenal siapa Allah dan mengenal siapa kita.
Pengakuan Paulus kami adalah manusia biasa sama seperti kamu…..Kis 14 :15.
• Pelayan-pelayan yang sejati tidak berusaha memanfaatkan Allah demi tujuan-tujuan mereka. Mereka
membiarkan Allah memakai mereka untuk tujuan-tujuan-Nya. Mat 5:41
• Kesempatan-kesempatan besar sering menyamar di dalam tugas-tugas kecil. Matius 25 : 23
• Tidak ada pertumbuhan tanpa perubahan; tidak ada perubahan tanpa ketakutan atau kehilangan; tidak
ada kehilangan tanpa rasa sakit.

5
KHUSUS PERANGKAT PELAYANAN JEMAAT
Jenis Perangkat Pelayanan GPM : Bab II Pasal 2
1. Perangkat Fungsional terdiri dari : pendeta dan atau, penatua, dan diaken.
2. Perangkat Struktural terdiri dari :
a. Jabatan 2 struktural dalam gereja pada aras jemaat , klasis, dan Sinode.
b. Jabatan-jabatan struktural pada lembaga/badan gerejawi di luar organisasi GPM berdasarkan penugasan
MPH GPM.

Fungsi dan Tugas Penatua : Pasal 4


1. Bersama pendeta dan atau penginjil dan diaken bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah,
pemberitaan firman dan pelayanan sakramen.
2. Bersama pendeta dan atau penginjil dan diaken, melaksanakan pelayanan penggembalaan bagi anggota
jemaat.
3. Melaksanaan pembinaan umat, baik secara kategorial, fungsional, profesional maupun sektoral.
4. Membina kehidupan warga jemaat yang tertib dan teratur, di mana persekutuan orang-orang percaya
terpelihara sebagai basis pelaksanaan pelayanan gereja dalam arti yang luas.
5. Bersama pendeta dan atau penginjil dan diaken, bertanggung jawab atas pelayanan Katekhisasi,
Pemeberitaan Injil, Pendidikan Agama Kristen di sekolah
6. Melaksanakan fungsi organisasi dalam GPM sesuai ketentuan Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan
GPM yang berlaku.

Fungsi dan Tugas Diaken : Pasal 5


1. Bersama pendeta dan atau penginjil dan penatua, bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah,
pembritaan firman dan pelayanan sakramen.
2. Bersama pendeta dan atau penginjil dan penatua, melaksanaan pelayanan penggembalaan bagi anggota
jemaat.
3. Membina potensi dan karunia yang diberikan Tuhan bagi anggota jemaat agar dimanfaatkan secara baik
dan bertanggungjawab dalam memenuhi Amanat pelayanan gereja.
4. Bertanggungjawab atas pelaksanaan pelayanan kasih dan keadilan, serta perdamaian dalam arti yang
seluas-luasnya.
5. Bersama pendeta dan atau penginjil dan penatua, bertanggungjawab atas pelaksanaan Katekhisasi,
Pemberitaan Injil, Pendidikan Agama Kristen di sekolah.
6. Melaksanakan fungsi organisasi dalam GPM sesuai ketentuan Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan
GPM yang berlaku.

Fungsi dan tugas Ketua Majelis Jemaat


- Memimpin seluruh kegiatan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan gereja di lingkungan jemaat.
- Bersama Wkl.Ketua, memimpin Sidang Jemaat dan rapat-rapat MJ.
- Memberi nasehat dan mendorong terselenggaranya tugas persekutuan, kesaksian dan pelayanan gereja di
seluruh jemaat.
- Bersama sekretaris, mewakili kepentingan jemaat terhadap instansi-instansi lain atau pihak luar, dengan
catatan untuk hal-hal yg bersifat prinsipil terlebih dahulu meminta petunjuk dan nasehat BPK atau BPH sinode.
- Bertanggungjawab penuh terhadap pendayagunaan harta milik gereja, baik yg bergerak atau tidak bergerak,
dengan catatan setiap pengalihan hak atas barang atau menjadikan jaminan kepada pihak lain harus melalui
persetujuan BPH Sinode, setelah mendengar saran dan pendapat BPK.
- Berfungsi selaku otorisator yg adalah atasan langsung Bendaharawan jemaat sesuai peraturan
Perbendaharaan GPM.

6
Fungsi Wkl. Ketua MJ :
• Melaksanakan tugas Ketua apabila Ketua tidak berada di tempat/berhalangan atau dinyatakan pensiun.
• Bersama Ketua mengawasi program pelayanan jemaat.
• Bersama Ketua, Sekretaris, Wkl. Sekretaris bertanggung jawab atas pelaksanaan sidang/rapat jemaat dan
kegiatan sekretariat lainnya.
• Bersama Bendahara dan Wkl. Bendahara bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan (penerimaan,
penyimpanan, pengeluaran dll) sesuai keputusan rapat Majelis Jemaat, bila Ketua tidak berada di tempat atau
dinyatakan pensiun.
• Bersama Ketua dan Pendeta Jemaat melaksanakan tugas-tugas pastoralia termasuk pelayanan sakramen.
• Bersama Ketua, Sekretaris/Wkl. Sekretaris bertanggung jawab ke instansi Pemerintah atau lainnya.
• Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai Amanat/rekomendasi persidangan atau rapat.

Fungsi dan Tugas Sekretaris dan Wkl. Sekretaris :


Sekretaris :
a. Bersama Ketua/Wkl.Ketua, bertanggung jawab atas Sidang Jemaat dan rapat-rapat MJ.
b. Mengambil notulen Sidang Jemaat dan rapat-rapat MJ serta memberi pedoman pelaksanaan keputusan
rapat kepada seksi-seksi pelayanan serta perangkat penyelengara pelayanan gereja lainnya di jemaat.
c. Bersama Ketua/Wkl.Ketua mewakili kepentingan jemaat terhadap instansi-instansi atau pihak di luar
gereja.
d. Memimpin seluruh pekerjaan di lingkungan sekretariat jemaat bersama Wkl.Sekretaris.
Wkl. Sekretaris :
a. Bersama Sekretaris memimpin seluruh pekerjaan di lingkungan sekretariat jemaat.
b. Membantu Sekretaris mengatur pelaksanaan Sidang Jemaat dan rapat-rapat Majelis Jemaat, mengambil
notulen Sidang Jemaat dan rapat-rapat MJ, serta memberi pedoman pelaksanaan kepada semua seksi
pelayanan.
c. Melaksanakan sebagian tugas yang dilaksanakan berdasarkan pembagian tugas dengan Sekretaris.
d. Melaksanakan fungsi dan tugas Sekretaris, apabila Sekretaris berhalangan atau tidak berada di tempat.

Fungsi dan Tugas Bendahara dan Wkl. Bendahara :


Bendahara :
a. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang atau barang/surat-surat berharga atas perintah otorisator
(fungsi ordonatur), dengan catatan untuk jumlah yg melebihi ketentuan yg berlaku dalam gereja,
diperlukan persetujuan sekurang-kurangnya PHMJ.
b. Mengatur pendayagunaan harta milik gereja di lingkungan jemaat atas petunjuk Majelis Jemaat atau
sekurang-kurangnya PHMJ.
c. Mengawasi harta milik gereja di lingkungan jemaat
d. Memberi laporan berkala tentang keadaan keuangan gereja, baik dalam Sidang Jemaat maupun rapat-
rapat MJ.
Wkl. Bendahara :
a. Bersama Bendahara mengatur pengelolaan harta milik gereja baik yg bergerak maupun tidak bergerak.
b. Membantu Bendahara melaksanakan pengujian (auditing) terhadap kelayakan masuk-keluarnya uang
dari seksi-seksi pelayanan, Sektor, maupun Unit-unit pelayanan Jemaat.
c. Membantu Bendahara menyiapkan laporan-laporan keuangan jemaat
d. Melaksanakan tugas Bendahara bilamana Bendahara berhalangan atau tidak berada di tempat.

Fungsi dan Tugas Anggota, Susunan PHMJ :


Anggota :
a. Menghadiri Sidang Jemaat dan rapat-rapat MJ
b. Memimpin Seksi Pelayanan dan Sektor Pelayanan sesuai dengan pembagian tugas dalam rapat MJ yg
ditetapkan dengan SK Majelis Jemaat.
c. Bertanggung jawab atas pekerjaan pelayanan yang dipercayakan kepadanya, serta melaporkan secara
periodik seluruh perkembangan pelayanan di seksi atau Sektor pelayanan kepada MJ baik secara lisan
maupun tulisan.

7
Susunan PHMJ : Kep No 16/BPL/XXV/2003
Ketua MJ, Wkl. Ketua, Sekretaris, Wkl.Sekretaris, Bendahara/Wkl. Bendahara, Anggota (para pendeta yg
ditetapkan dengan SK MPH Sinode di Jemaat).

Tugas Anggota PHMJ :


a. Bersama Ketua melaksanakan tugas-tugas persekutuan, kesaksian, dan pelayanan gereja di lingkungan
jemaat.
b. Bersama Ketua dan Wkl. Ketua, melaksanakan tugas pengawas terhadap ajaran gereja.
c. Bersama Ketua dan Wkl.Ketua mengkoordinasikan dan melaksanakan program pelayanan jemaat.
d. Dapat memimpin Sidang Jemaat atau Rapat MJ apabila ditugaskan oleh PHMJ.

Fungsi dan Tugas Sekretariat dan Seksi Pelayanan : Pasal 7,8.


Sekretariat Jemaat :
1. Di dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya, Majelis Jemaat dibantu oleh sekretariat.
2. Sekretariat jemaat dipimpin oleh Sekretaris dan Wkl.Sekretaris Majelis Jemaat, dan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan :
• Menyimpan dan memelihara arsip-arsip dan dokumen gereja di lingkungan jemaat.
• Melaksanakan kegiatan korespondensi dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar gereja dengan
ketentuan harus sepengetahuan atau persetujuan BPK dan atau BPH Sinode GPM.
• Melaksanakan semua kegiatan administrasi di jemaat berdasarkan Peraturan Pokok GPM tentang
jemaat.

Seksi Pelayanan :
• Seksi pelayanan berfungsi dan bertugas sebagai perangkat pelaksana program yg bertanggung jawab
kepada MJ berdasarkan bidang-bidang pelayanan dalam PIP/RIPP GPM.
• Seksi pelayanan dipimpin oleh seorang Ketua Seksidengan tugas memimpim pelaksanaan program-
program pelayanan sesuai besar-kecilnya jemaat dan potensi warga jemaat yang tersedia.

Fungsi dan Tugas Sektor Pelayanan : Pasal 9


1. Sektor pelayanan adalah bagian dalam jemaat yang mencakup unit-unit pelayanan.
2. Jumlah sektor pelayanan disesuaikan dengan luasnya wilayah pelayanan jemaat, dengan ketentuan
setiap sektor pelayanan mewadahi sebanyak-banyaknya lima unit pelayanan.
3. Sektor pelayanan dipimpin oleh Badan Koordinasi Pelayanan (Bakopel) Sektor yg bersifat koordinatif dan
terdiri dari seorang Koordinator yg adalah Penatua, dibantu oleh anggota Majelis Jemaat di Sektor dan
Ketua-ketua wadah pelayanan dalam Sektor.
4. Badan Koordinasi Pelayanan Sektor berfungsi dan bertugas untuk :
• Melaksanakan ibadah dan pembritaan firman di lingkungan Sektor
• Melaksanakan kunjungan keluarga dan atau pelayanan penggembalaan enggota jemaat
• Menghimpun potensi anggota jemaat untuk kegiatan pelayanan dalam arti luas
• Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan Sektor untuk membahas program jemaat dan mempersiapkan
utusan ke Sidang Jemaat.
• Bertanggung jawab atas tugas tersebut kepada Majelis Jemaat.
Fungsi dan Tugas Unit Pelayanan : Pasal 10
• Unit Pelayanan adalah salah satu bagian dalam Sektor pelayanan yg meliputi sejumlah Kepala Keluarga
(KK) anggota Jemaat.
• Unit Pelayanan terdiri dari minimal 15 KK dan maksimal 25 KK
• Majelis Jemaat bertugas sebagai pendaping di Unit pelayanan
• Koordinator unit pelayanan adalah pengurus di tingkat unit pelayanan yg terdiri dari angota Sidi gereja yg
memenuhi kriteria, berdedikasi, mampu dan dapat diteladani oleh anggota jemaat lainnya. Pengurus Unit
Pelayanan terdiri dari : Ketua, Wkl.Ketua, Sekretaris, Wkl Sekretaris, Bendahara, Wkl Bendahara,
Anggota yg mewakili unsur: Pria, Wanita, Pemuda, Anak-Remaja di tingkat Unit Pelayanan.
• Masa Kerja Koordinator Unit Pelayanan adalah 3 tahun.
• Koordinator Unit Pelayanan bertugas :
a. Melaksanakan ibadah dan pembritaan firman di lingkunan Unit.
b. Melakukan kunjungan keluarga dan pelayanan penggembalaan kepada anggota jemaat.
c. Menghimpun potensi anggota jemaat untuk kegiatan pelayanan dalam arti yg luas.
d. Menyelenggarakan pertemuan jemaat di Unit untuk membahas program pelayanan jemaat.
e. Koordinator Unit bertanggung jawab kepada Majelis Jemaat.
Badan Pembantu Pelayanan di Jemaat: Pasal 18
• Badan Pembantu Permanen dibentuk untuk jangka waktu yg lama dengan tugas membantu Majelis
jemaat dalam pelaksanaan program pelayanan dan kesaksian jemaat. Contoh : Komisi dan badan
permanen.
• Badan Pembantu Sementara : dibentuk untuk melaksanakan kegiatan gereja dalam jangka waktu
tertentu. Contoh : Panitia-panitia yg bersifat temporer.

8
Pengawasan dan Pengendalian pada Jenjang Jemaat : Pasal 22
• Demi daya guna dan hasil guna seluruh perangkat pelayanan dalam memenuhi fungsi dan tugasnya :
maka pengawasan dan pengendalian dilakukan dalam bentuk : Pengawasan Melekat ( Build in control)
dan Pengawasan fungsional.
• Pengawasan Melekat untuk jenjang jemaat di atur sebagai berikut : Majelis Jemaat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan fungsi dan tugas seluruh perangkat pelayanan gereja di lingkungan
jemaat.
• Pengawasan atas fungsi dan tugas Majelis Jemaat dilakukan oleh Persidangan Jemaat.
• Pengawasan intern setiap unit kerja pada jenjang jemaat , dilakukan oleh pimpinan unit kerja dimaksud.
• Setiap kegiatan pengawasan berpedoman pada Tata Gereja, Peraturan Gereja, serta Ketetapan Sidang-
sidang gerejawi.
• Pengawasan Fungsional : dilakukan oleh Tim Verifikasi khusus untuk pengelolaan keuangan dan harta
milik gereja, berdasarkan tata Gereja dan Peraturan gereja yg berlaku.
• Pengendalian terhadap pelaksanaan program pelayanan diselenggarakan dalam bentuk :
1. Langsung oleh pimpinan unit kerja.
2. Tidak langsung yg dilakukan melalui rapat-rapat teknis/koordinasi dengan berpedoman pada Tata
Gereja, Peraturan Gereja, serta petunjuk-petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Badan Pimpinan
Gereja

9
VISI DAN MISI
GPM

1. VISI

Menjadi gereja yang memiliki kualitas iman dan karya secara utuh untuk bersama-sama dengan
semua umat manusia dan ciptaan Allah mewujudkan kehidupan yang berkeadilan, damai, setara, dan
sejahtera sebagai tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia.

Gereja

Gereja di sini mencakup pengertian:


1. Gereja sebagai eksistensi manusia yang mengaku percaya dan beriman kepada Tuhan. Di sini manusia
dilihat secara eksistensial sebagai citra Allah (imago Dei) yang bertanggung jawab mengembangkan
kehidupannya di bumi dalam relasi yang kreatif, konstruktif, dan positif dengan ciptaan-ciptaan lainnya.
Manusia menghormati hidupnya dan hidup seluruh ciptaan sebagai pemberian Tuhan yang dirawat bersama-
sama dalam hubungan yang harmonis dan utuh bagi kelangsungan hidup bersama. Imannya dilandaskan
pada keyakinan bahwa Tuhan juga mengambil ruang dan berkarya di dalam hidup manusia melalui Yesus
dan Roh Kudus yang terus berkarya sepanjang sejarah manusia, gereja dan dunia ini. Dalam tradisi
Protestan Reformasi konsepsi itu dipahami sebagai keesaan Allah yang berkarya dengan beraneka ragam
ekspresi dan fungsi, yang membuka ruang bagi manusia sebagai gereja untuk mewujudkan tanggung
jawabnya dalam berbagai bidang kehidupan secara kreatif dan fungsional. Pemahaman ini dilandaskan pada
pesan alkitabiah tentang Allah Pencipta dan Allah Sejarah yang disaksikan oleh umat Israel-Alkitab, Allah
yang membumi dalam karya profetis Yesus Kristus, dan Allah pemberi hikmat dalam kuasa Roh Kudus yang
berkarya melalui kebudayaan dan peradaban manusia secara terus-menerus.
2. Gereja sebagai institusi yang mengatur penggunaan simbol-simbol keagamaan sebagai ekspresi iman
jemaatnya. Iman kepada Allah Tritunggal itu merupakan domain batiniah dalam diri manusia sebagai gereja.
Sebagai makhluk simbolik manusia selalu terdorong untuk mengekspresikan dimensi-dimensi batiniah
melalui simbol-simbol dalam kebudayaannya. Simbol-simbol tersebut berupa tanda-tanda dan ritual-ritual.
Dengan demikian, manusia beriman menciptakan dan memberi makna terhadap simbol-simbol tertentu
sebagai pernyataan identitas imannya secara eksplisit. Dalam arti ini, gereja merupakan persekutuan
manusia beriman yang menyepakati simbol-simbol tertentu sebagai ekspresi imannya. Kesepakatan tersebut
bermuara pada terlembaganya simbol-simbol itu dalam suatu institusi gerejawi yang berakar pada ruang dan
waktu tertentu. Gereja merupakan institusi keimanan yang partikular dan kontekstual.

Memiliki Kualitas Iman dan Karya secara Utuh

Gereja sebagaimana yang dipahami di atas mengemban tanggung jawab ganda:


1. Memberitakan kebenaran imannya yang terus-menerus diasah melalui berbagai aktivitas ritual (pembacaan
Alkitab, meditasi kristiani, doa, ibadah) untuk menyelami makna batiniah hubungan manusia dengan Allah
yang transenden. Aktivitas ritual ini penting agar manusia beriman tidak terperangkap dalam materialisme
yang mendangkalkan relasi-relasi eksistensial dengan Allah dan seluruh ciptaan.
2. Secara proaktif bekerja bagi kesejahteraan seluruh umat manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti
penguatan ekonomi kerakyatan, penguatan hubungan sosial, pendidikan politik, pengembangan budaya,
memperluas kesempatan pendidikan, advokasi pembangunan, kesejahteraan sosial, kesehatan masyarakat,
pemberdayaan kaum miskin, keadilan sosial, dan hak-hak asasi manusia.
Kedua dimensi tanggung jawab gereja ini bersifat integratif-dialektis. Oleh karena itu, gereja tidak hanya
membatasi dirinya pada aspek-aspek spiritualitas ritualistik saja tetapi memperluas karyanya secara sadar dan
terencana bagi pengembangan kehidupan manusia yang utuh dan berkualitas tinggi sebagai perwujudan citra
Allah yang mulia. Sebaliknya, gereja tidak membiarkan dirinya berfungsi sebagai institusi sosial-politik-ekonomi
belaka yang hanya berorientasi pada karya kemanusiaan tanpa suatu landasan etika dan teologis. Pemahaman
inilah yang menjadi kekuatan gereja untuk berfungsi secara dialektis (kritis terhadap diri sendiri berdasarkan
landasan teologis panggilannya). Dialektika fungsi gerejawi memperkuat posisi tawar gereja agar tetap setia
pada identitasnya sebagai citra Allah (imago Dei) berhadapan dengan entitas-entitas lain (misalnya: negara) di
sekitar kehidupannya.
Bersama-sama dengan Semua Umat Manusia dan Ciptaan Allah

Kata “bersama-sama” secara sengaja dan sadar digunakan dalam perumusan visi GPM sebagai komitmen
bahwa tanggung jawab membangun kehidupan di dunia ini tidak dapat dilakukan sendirian atau secara
individual. Gereja berkomitmen untuk terbuka bekerja sama secara proaktif dengan semua pihak yang juga
berkehendak baik membangun kehidupan yang lebih baik dan berkualitas tinggi di dunia. Untuk maksud itu pula
gereja mengupayakan suatu jejaring kerja sama (networking) yang terencana berlandaskan visi teologis dan
misi kemanusiaan pada aras lintas-denominasi, lintas-organisasi, lintas-budaya, lintas-agama, lintas-ideologi,
lintas-etnis, lintas-negara. Dalam semangat itu, pluralitas dan perbedaan dihayati sebagai anugerah Allah yang
mesti dikelola secara bijak, kritis, positif, dan kreatif.
Keterbukaan gereja itu dilandaskan pada dimensi kemanusiaan sebagai citra Allah yang majemuk.
Gereja menolak segala bentuk ideologi, teologi, dan praktik yang diskriminatif antar-jenis kelamin, antaretnis,
antaragama, dan antarbangsa; serta menentang segala jenis kekerasan oleh orang atau kelompok lain yang
merasa diri “mayoritas” atau “kuat” terhadap orang atau kelompok lain yang dicap “minoritas” atau “lemah”
hanya berdasarkan perbedaan identitas yang dimiliki (warna kulit, bentuk fisik, bahasa dan tradisi budaya,
pilihan beragama atau berkeyakinan).

10
Melalui keterbukaan dan kesetaraan relasional antarmanusia, gereja menyadari bahwa hubungan-
hubungan eksistensial dengan lingkungan hidup akan terpelihara dan tidak dikorbankan hanya demi
kepentingan ekonomi modal (kapitalisme) segelintir manusia. Gereja secara sadar bertindak proaktif
melestarikan alam dan mengatasi kerusakan lingkungan hidup (penggundulan hutan, pemanasan global,
kelangkaan sumber daya hayati, pencemaran tanah, air, dan udara) yang berdampak pada instabilitas
hubungan antarkelompok manusia.

Mewujudkan kehidupan yang berkeadilan, damai, setara, dan sejahtera sebagai tanda-tanda Kerajaan
Allah di dunia

“Kehidupan yang berkeadilan, damai, setara, dan sejahtera” merupakan kualitas-kualitas beriman dan bergereja
yang hendak dicapai (end-in-mind) oleh gereja dalam perjalanan dan penatalayanannya. Berbagai kualitas
tersebut adalah cerminan dari kualitas hidup menggereja secara internal sekaligus kualitas hidup sosial bersama
dengan semua pihak yang berkehendak baik membangun kehidupan di dunia.
“Keadilan” menunjuk pada keseimbangan relasional yang didasarkan atas penghargaan terhadap setiap
hak hidup seluruh ciptaan. “Damai” mengacu pada inisiasi untuk mengelola pluralitas dan perbedaan yang
menjadi hakikat manusia sebagai sumber daya membangun kehidupan bersama yang kreatif dan konstruktif.
“Setara” merefleksikan kapasitas manusia untuk mengembangkan kehidupannya berdasarkan prinsip-
prinsip egalitarianisme. Manusia pada hakikatnya berdiri setara di hadapan Allah Sang Pencipta.
“Sejahtera” merupakan akibat dari pengelolaan berbagai sumber daya hayati dan sumber daya sosial
yang memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (makanan, pakaian, perumahan,
pendidikan dasar, pekerjaan dan upah yang layak).
“Kerajaan Allah” adalah refleksi iman gereja bahwa tugas dan panggilannya di dunia terarah pada suatu
visi teologis yang melintasi perjalanan sejarah (kesadaran historis), realistis terhadap konteks masa kini
(kontekstual), dan menjangkau kondisi-kondisi yang diharapkan di masa depan (visioner-antisipatif). Allah
memanggil gereja untuk mewujudkannya di dunia. Dunia mengacu pada konteks lokal, nasional, dan global.
Konteks lokal kepulauan jemaat-jemaat GPM menjadi dasar dan orientasi utama penatalayanan kelembagaan
dan spiritualitas umat Kristen di Maluku di sini dan kini (hic et nunc).

2. MISI

Mengembangkan kapasitas gereja secara integral untuk memenuhi amanat panggilan sebagai gereja
Kristus yang hidup di Kepulauan Maluku dalam konteks pelayanan di Indonesia dan dunia.

Misi ini dapat dijabarkan secara operasional, melalui:


Misi Pertama, Mengembangkan kapasitas gereja secara integral
Sesuai amanat PIP/RIPP GPM 2005-2015, kapasitas gereja yang dimaksud meliputi:
 Kapasitas Umat, dengan variabel pengembangan meliputi: umat memiliki ketangguhan dan kematangan
secara teologis, intelektual, moral-etis, sosial, kultural, ekonomis, politis, sehingga mampu berperan secara
berdayaguna dan berhasilguna dalam setiap lingkup tugasnya: berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
 Kapasitas Pelayan (Pendeta, Penginjil, Pengajar, Penatua, Diaken), dengan variabel pengembangan
meliputi: memiliki kesadaran akan tugas, panggilan dan pengutusannya, memiliki wawasan yang luas
(pengetahuan), komitmen, dan perhatian terhadap tugas gereja, memiliki kematangan kepemimpinan,
kecerdasan intelektual dan emosional, ketahanan etik dan spiritual, kematangan politik, kematangan kultural
dan ekonomis, kesadaran pluralis, kesadaran oikumenis
 Kapasitas Lembaga, dengan variabel pengembangan meliputi: pelayanan gereja diselenggarakan secara
sistematis, terencana, terukur, melalui pola pengorganisasian yang jelas dan transparan, profesional,
mencakup kelembagaan dan organisasi gereja.

Ketiga kapasitas ini harus dibentuk secara integral melalui rangkaian kegiatan pembinaan (aparatur dan umat)
serta penataan organisasi (manajemen pelayanan). Dengan demikian, secara operasional, setiap program
pembinaan dan pengembangan di setiap aras gereja mesti memiliki kesamaan gerak dan tindakan agar ketiga
aspek itu dapat dicapai secara bersama-sama.

Misi Kedua, Memenuhi Amanat Panggilan sebagai Gereja Kristus yang hidup di Kepulauan Maluku
Bertitik tolak dari Bab IV Pasal 7 ayat [2] Tata Gereja GPM, mengenai “Amanat Panggilan Gereja (GPM)”, yakni:
a. Pekabaran Injil di dalam dan ke luar Gereja
b. Ibadah Jemaat, Pemberitaan Firman Allah, dan Pelayanan Sakramen Kudus (Baptisan Kudus dan
Perjamuan Kudus)
c. Pendidikan, Pelayanan Kasih, Keadilan dan Perdamaian (diakonia)
d. Pembinaan kemandirian di bidang Teologi, Daya dan Dana
e. Pelayanan penggembalaan (pastoralia) dan disiplin gerejawi
f. Katekhisasi
g. Pendidikan Agama Kristen di sekolah Taman Kanak-kanak sampai ke Perguruan Tinggi
h. Pembinaan umat di dalam keluarga-keluarga Jemaat di antara kelompok kategorial, fungsional, profesional
dan sektoral
i. Pelestarian lingkungan hidup
j. Hubungan dan kerjasama oikumenis
k. Hubungan dan kerjasama dengan Pemerintah
l. Hubungan dan kerjasama dengan golongan-golongan lain yang berbasis keagamaan, sosial, politik,
ekonomi, dan lain-lain
m. Bentuk-bentuk pelayanan lainnya yang sesuai dengan Amanat Pelayanan Gereja;

11
Maka pelayanan GPM harus dapat mengembangkan Amanat Pelayanan dimaksud secara terukur. Seluruh
amanat pelayanan itu perlu dijalankan dalam kesadaran bersama mengenai keberadaan GPM di Kepulauan
Maluku (mencakup Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara), dengan memperhatikan karakteristik kepulauan
dan kebudayaan masing-masing sub-etnik, serta dinamika sosial-budaya, politik, pemerintahan, dalam konteks
otonomi daerah, pergumulan agama-agama (relasi antarumat beragama), denominasi, dll.

Misi ini dijalankan melalui aktifitas pembinaan umat, pemberitaan firman, pelayanan kasih ( diakonia), tugas
bersaksi, dan pemberdayaan jemaat (oikonomia).

Misi Ketiga, Pelayanan di Indonesia dan dunia


Misi ini merupakan bagian dari kehadiran GPM dalam persekutuan gereja-gereja di Indonesia, Asia, dan Dunia
yang sarat akan berbagai isu, dan perlu diresponi sebagai gereja (kesadaran sosial dan berteologi).
Kematangan GPM sebagai gereja teruji pada saat GPM mampu membangun sikap teologi [berteologi] di tengah
seluruh pusaran persoalan sosial yang kompleks di Indonesia dan dunia.
Misi ini hendak mengembangkan persaudaraan semesta sebagai gereja, melalui berbagai rangkaian
kerjasama oikumenis dan kerjasama lain yang berdampak pada pengembangan mutu layanan dan sumberdaya
gereja (GPM).

12
Membangun Doa Pelayanan

• Tanggung jawab pelayan khusus adalah melengkapi orang kudus bagi pembangunan Tubuh Kristus.
Dengan demikian doa pelayanan adalah doa yg menuntun warga jemaat bagi pembangunan Tubuh
Kristus.
• Maksudnya, doa yang membangun tanggung jawab warga jemaat sebagai orang beriman. Doa yang
memungkinkan mereka berdiam di dalam Kristus, karena itu berhubungan dengan Allah.
• Doa pelayanan menempatkan yang dilayani berhadapan dengan Tuhan. Yang dilayani harus memiliki
Iman yang besar sebagai prasyaratnya. Kendati yang dilayani harus beriman, pelayanpun harus memiliki
iman yang besar. Karena itu, mengawali pelayanan doa orang yang dilayani harus dituntun untuk beriman
kepada Allah di dalam Kristus.

Dua kepentingan doa pelayanan

• Pertama, doa itu menjadi sarana untuk menjangkau “janji Allah” kepada umat, karena itu berkaitan
dengan berlakunya kehendak Allah dalam kehidupan. Atas dasar itu, semua kesulitan hidup harus
menjadi materi doa. Pelayan yang membawakan doa perlu memahami semua kesulitan yang dihadapi
umat, melalui kesulitan yang didoakan, intervensi kehendak Allah berlaku bagi hidup. Intervensi
kehendak Allah tersebut, berwujud kasih karunia-NYA untuk menolong umat menyelesaikan kesulitannya.
• Kedua, doa yang dibawakan menjadi jalan pertobatan dan pembaharuan hidup. Maksudnya, doa menjadi
pesan pemberitaan firman untuk dijalani dalam hidup demi kesulitan yang sementara dihadapi. Doa yang
tidak memberi pesan pembritaan untuk pertobatan, merupakan doa yang tidak menjangkau kedalam
hidup umat. Doa yang relevan harus menjangkau ke kedalaman kesulitan hidup.
3 langkah awal dalam doa pelayanan

1. Persiapan : merupakan tahapan yang harus dilewati seorang pelayan. Tahapan ini dilakukan dalam
bentuk doa memohonkan kekuatan Roh Kudus untuk mengajarnya dapat berdoa, serta
memantangkannya untuk membawakan doa pelayanan. Persiapan dapat dilakukan juga dalam bentuk
berpuasa.
2. Mempelajari permasalahan umat yang dilayani. Doa pelayanan biasanya terkait dengan permasalahan
umat yang dihadapi, karena itu permasalahan itu perlu dipelajari. Selain itu, tahap ini juga bermaksud
menangkap apa yang diharapkan umat dengan masalah yang dihadapinya. Bentuknya adalah dilakukan
dialog dengan umat yang akan didoakan.
3. Mempelajari bacaan Alkitab sebagai firman Allah yang terkait dengan kesulitan dan harapan umat yang
dilayani. Langkah ini penting guna memberi dasar dan arah bagi doa pelayanan

3 Langkah lanjutan

• Langkah membawakan doa pelayanan: Pelayan dapat menggunakan buku-buku pembantu untuk mencari
pokok-pokok doa yang terkait dengan kesulitan dan harapan umat yang didoakan.
• Langkah rencana tindak lanjut : bersama yang didoakan menetapkan apakah doa perlu dilakukan lagi
sesuai perkembangan kasus, apakah bantuan pelayan lain, serta bentuk pelayanan lainnya.
• Langkah perenungan pelayan: langkah ini bermaksud untuk pembelajaran bagi pengembangan diri
pelayan dari permasalahan yang dilayani. Pelayan melakukan perenungan untuk mengetahui
kelemahannya, hal baru yang ditemukan dalam pelayanan doa itu, dan yang terpenting merumuskan
pengertiannya sendiri bagi pengembangan iman dari pelayanan doa tersebut.

13
APA ITU KHOTBAH/RENUNGAN KONTEKSTUAL DAN TRANSFORMATIF
Khotbah/Renungan kontekstual adalah khotbah yang memberi tempat yang pantas terhadap kekayaan konteks
umat yang mendengar khotbah itu. Kekayaan konteks yang dimaksudkan itu adalah:
 Kenyataan-kenyataan hidup dalam konteks masyarakat dan jemaat (ekonomi, sosial, agama, politik,
keamanan, dll).
 Nilai-nilai budaya yang merupakan jatidiri dari komunitas masyarakat itu.
Renungan kontekstual menjadikan pendengar dan konteksnya sebagai titik berat dari Renungan. Dan
berbasis dari bahan Alkitab. Namun harus menjadi catatan bahwa renungan bukan merupakan uraian tentang
bahan Alkitab itu sendiri, apalagi hanya berputar-putar di sekitar latar belakang dan tafsiran dari bahan tersebut.
Tentu saja tafsiran dan latar belakang itu penting, tapi keduanya merupakan pekerjaan penafsiran yang tidak
mesti diangkat seluruhnya menjadi materi khotbah. Melalui pekerjaan penafsiran, pengkhotbah menemukan
kekayaan berupa norma, nilai, pandangan teologi, atau pun petunjuk praktis yang mesti diformulasikan dalam
bahasa dan situasi konkrit umat, supaya umat benar-benar disapa dalam khotbah itu.
Khotbah/renungan kontekstual itu harus pula transformatif. Ia tidak hanya memuat informasi keagamaan
tertentu. Ia harus juga memiliki kekuatan transformatif, yakni kekuatan untuk mendorong terjadinya perubahan di
dalam diri pendengar. Dengan kata lain, ia harus mendorong terjadinya pertobatan dan pembaruan hidup. Agar
khotbah memiliki daya transformatif, maka isi khotbah harus kaya dengan norma, nilai atau pandangan teologis
yang bisa dijadikan pegangan hidup. Dalam kaitan ini, maka nilai-nilai atau pandangan-pandangan teologi yang
tidak memiliki daya transformatif, harus dikritisi.
Khotbah/renungan tidak boleh berisi informasi kognitif semata, tetapi harus mengandung tawaran-tawaran nilai
atau konsep teologis yang transformatif.

2 MENGAPA MESTI KONTEKSTUAL DAN TRANSFORMATIF.


2.1. Khotbah/ Renungan adalah salah satu sarana pemberitaan Firman Tuhan. Melalui
khotbah/renungan, pemahaman, sikap dan perilaku iman umat dibangun, ditumbuhkan, diarahkan,
ditransformasikan sesuai Firman Tuhan.

3 BAGAIMANA MENYUSUN DAN MENGANTARKAN KHOTBAH KONTEKSTUAL DAN


TRNSFORMATIF

MENYUSUN KHOTBAH/RENUNGAN CARA KLASIK


Secara tradisional khotbah biasanya disusun berdasarkan kerangka:
 Pendahuluan
 Tafsiran
 Aplikasi

kerangka khotbah kontekstual dan transformatif itu bagaimana? Ada dua kerangka/bangun khotbah kontekstual
dan transformatif, yang bisa dikembangkan:
(1) Kerangka Khotbah Petrus dalam Kis. 2: 16-40. Kerangka dimaksud adalah:
 Identifikasi masalah real kontekstual (realita masalah, sebab/akar masalah, dampak, dll)
 Tawaran konsep yang bersumber dari Kitab Suci yang telah diramu dengan kekayaan konteks
 Implementasi konsep dalam rangka pemecahan masalah

(2) Kerangka zig-zag. Rincian kerangka dimaksud adalah:


 Konsep/nilai yang terkandung dalam nas bacaan (hasil tafsiran) dibahas secara tekstual, kemudian
 langsung diikuti dengan Implementasi nilai tersebut dalam realitas konteks yang konkrit. (begitu
selanjutnya bagi setiap nilai )

MENGANTARKAN KHOTBAH
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penyusunan khotbah dan pada saat mengantarkan khotbah:
 Bahasa khotbah: komunikatif, tidak berbelit-belit, jelas diucapkan, tidak terburu-buru
 Mimik wajah harus pula sesuai dengan makna kata-kata atau kalimat yang diucapkan
 Waktu atau lamanya sebuah khotbah: 10-12 menit (untuk ibadah Unit, dst.); 15-20/25 menit (untuk
ibadah minggu). Untuk waktu, sebaiknya memperhitungkan daya konsentrasi pendengar khotbah.
Ramuan dan penyampaian yang menarik, juga sangat mempengaruhi minat pendengar khotbah.
Walau hanya hal-hal praktis, namun bila diperhatikan dengan baik, maka akan semakin menambah
daya tarik dari khotbah tersebut bagi para pendengarnya.
Semoga materi ini bermanfaat!

14

Anda mungkin juga menyukai