Anda di halaman 1dari 4

A.

Identitas Jurnal
Judul Jurnal : The Development of a Questionnaire to Measure
Students’ Motivation Towards Science Learning
Nama Jurnal : International Journal of Science Education
Nama Peneliti : Hsiao-Lin Tuana, Chi-Chin Chin and Shyang-Horng
Shieh
Tahun, Vol, Hal : 2012, Vol. 27(6), 639–654

B. Format Review Jurnal


1. Pendahuluan
Tujuan pendidikan sains adalah untuk meningkatkan kemampuan
sains semua siswa; yaitu, untuk membantu siswa memahami konsep-
konsep ilmu penting, memahami sifat ilmu, serta mewujudkan relevansi
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan (Dewan Riset
Nasional, 1996). Dengan demikian, penelitian yang dilakukan dalam
pengajaran ilmu pengetahuan seharusnya tidak hanya mengatasi kognisi
siswa, tetapi juga komponen afektif. Para peneliti mulai menekankan
pentingnya komponen afektif dalam mempelajari konsep belajar siswa
(Duit dan Treagust 1998, Lee 1989, Lee dan Brophy 1996, Pintrich et al.
1993, Strike dan Posner 1983, 1992, Barat dan pinus 1983).
Dalam komponen afektif, motivasi belajar siswa berperan penting
dalam proses perubahan konseptual mereka (Lee 1989, Lee dan Brophy
1996, Pintrich dkk 1993), berpikir kritis, strategi pembelajaran (Garcia
dan Pintrich 1992, Kuyper dkk 2000, Wolters 1999) dan prestasi belajar
sains (Napier dan Riley 1985). Sebuah penelitian mengenai motivasi
mengungkapkan berbagai faktor motivasi, seperti persepsi diri dari
kemampuan, usaha, orientasi tujuan intrinsik, nilai tugas, self-efficacy,
tes kecemasan, pembelajaran mandiri, orientasi tugas dan strategi belajar
(Garcia 1995, Garcia dan Pintrich 1995, Nolen dan Haladyna 1989,
Pintrich dan Blumenfeld 1985).

1
Meskipun telah ada banyak kuesioner motivasi, namun kuesioner-
kesioner tersebut mengukur motivasi siswa untuk semua bidang. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah kuesioner
motivasi siswa khususnya motivasi belajar siswa dalam bidang sains.

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah
alat ukur atau kuesioner yang dapat mengukur motivasi siswa terhadap
pelajaran sains.

3. Konsep atau Teori yang Digunakan


Berdasarkan teori konstruktivis (Mintzes dkk, 1998; von
Glasersfeld, 1998), siswa berperan aktif dalam membangun pengetahuan
baru. Ketika siswa merasa berharga dan adanya tugas-tugas belajar yang
bermakna, mereka secara aktif akan terlibat dalam tugas-tugas belajar,
menggunakan strategi pembelajaran aktif untuk mengintegrasikan
pengetahuan yang sudah ada dengan pengalaman baru.
Pintrich dkk (1993) menekankan bahwa tujuan belajar siswa,
nilai-nilai pembelajaran, dan self efficacy berperan penting dalam
mempengaruhi siswa untuk membangun dan merekonstruksi konsepsi
ilmu mereka. Dengan kata lain, ketika siswa menyadari bahwa mereka
mampu, maka siswa tersebut akan termotivasi untuk belajar. Ketika
siswa memiliki tujuan prestasi, maka mereka akan termotivasi secara
instrinsik, mereka akan berusaha meningkatkan kompetensi mereka
sendiri (Deci dan Ryan, 1991).
Lingkungan belajar terdiri strategi pengajaran guru, kegiatan
kelas, dan hubungan siswa-guru dan interaksi siswa-siswa yang akan
mempengaruhi motivasi individu dalam belajar (Brophy, 1998; Pintrich
dan Schunk 1996). Huang dan Waxman (1995) menemukan siswa
dengan motivasi yang berbeda akan memiliki persepsi yang berbeda
terhadap lingkungan belajar. Hanrahan (1998) juga menunjukkan bahwa

2
pengajaran guru dan hubungan guru-murid akan mempengaruhi motivasi
belajar siswa.

4. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan enam faktor motivasi dalam penyusunan
skala ini. Faktor-faktor tersebut yaitu self-efficacy, active learning
strategies, science learning value, performance goal, achievement goal,
dan learning environment stimulation. Setelah menyusun enam skala
tersebut, peneliti juga menyesuaikan item dari beberapa kuesioner
motivasi yang relevan, seperti MSLQ (Pintrich dkk, 1991), Patterns of
Adaptive Learning Survey (Midgley dkk, 1993), dan Multidimensional
Motivational Instrument (Uguroglu dkk, 1981).

5. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan stratified random sampling untuk
mengidentifikasi 15 SMA di pusat Taiwan. Masing-masing satu kelas 7,
8 dan 9 secara random dipilih dari masing-masing sekolah untuk
mengerjakan kuesioner SMTSL. Total dari keseluruhan subjek dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 1407 siswa.

6. Hasil Penelitian
Pada keseluruhan kuesioner menunjukkan nilai Cronbach alpha
sebesar 0.89 dan untuk masing-masing skala, nilai alpha bergerak dari
0.70 sampai 0.89. Terdapat hubungan yang signifikan (p < 0.01) antara
kuesioner SMTSL dengan science attitudes siswa, dan juga dengan nilai
hasil tes semester sebelumnya dan semester yang sedang berlangsung.
Ada perbedaan skor SMTSL pada siswa yang memiliki motivasi yang
rendah dan yang memiliki motvasi tinggi. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa kuesioner SMTSL telah memenuhi syarat validitas
dan reliabilitas.

3
7. Kelebihan dan Kekurangan
Kualitas tulisan cukup baik dan sistematis serta adanya relevansi
keilmuan peneliti dengan penelitian yang dilakukannya. Alat ukur yang
dihasilkan dari penelitian ini juga dirasa cukup efektif untuk mengukur
motivasi belajar siswa dalam bidang sains.

8. Saran
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan
alat ukur ini, disarankan agar dapat mempertimbangkan faktor-faktor
lainnya yang juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai