Judul
Creative Thinking in Mathematics Curriculum: An Analytic Framework
Hadar & Tirosh
Latar Belakang
Pendidikan matematika saat ini mempromosikan pengajaran berpikir kreatif untuk
mengembangkan pemahaman konseptual yang mendalam dalam matematika. Bahkan berpikir
kreatif dipandang sebagai esensi dari matematika. Karena itu, banyak negara memasukkan
keterampilan berpikir kreatif sebagai tujuan dalam kurikulum mereka.
Pengajaran berpikir kreatif dalam matematika menuntut penggabungan berpikir kreatif
dengan materi kurikulum sebagai sumber utama pengajaran dan pembelajaran. Untuk itu, guru
harus mampu mempertimbangkan kemampuan materi kurikulum untuk merangsang dan
mendukung berpikir kreatif. Materi dalam kurikulum hendaklah mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat dalam kognitif dan keterampilan, karena siswa memainkan peran
dominan dalam pembelajaran, memengaruhi apa dan bagaimana matematika diajarkan.
Dengan demikian, perlu adanya pengembangan kerangka kerja untuk menganalisis
bagaiamana materi kurikulum mendukung pengajaran berpikir kreatif dalam matematika.
Kerangka kerja ini mengelompokkan jenis tugas berdasarkan kurikulum yang mendukung
pengembangan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika. Kerangka kerja ini berguna
untuk mendeteksi dan mengukur variasi keterampilan berpikir kreatif dalam bahan kurikulum
yang berbeda.
Masalah
1. Bagaimana kerangka kerja untuk menganalisis keterampilan berpikir kreatif dalam
kurikulum matematika?
2. Bagaimana penerapan kerangka kerja ke dalam buku teks matematika SD?
Hasil
Kerangka kerja ini mencakup sembilan kategori di bawah tiga tema menyeluruh: berpikir
lateral, berpikir divergen dan berpikir konvergen-integratif. Meskipun tema CT tercakup, buku
pelajaran memberikan lebih banyak kesempatan untuk terlibat dengan CT dalam matematika di
kelas satu daripada di kelas lain, tetapi kurikulum menetapkan tujuan CT yang sama untuk semua
siswa. Selanjutnya, buku-buku teks memiliki penekanan yang tidak selalu sesuai dengan
penekanan pada kurikulum resmi. Kerangka yang diusulkan memungkinkan penilaian materi
kurikulum, faktor mediasi penting antara kurikulum dan pengajaran. Ini dapat menunjukkan
kegiatan dan materi mana yang mempromosikan pengembangan CT siswa dan mana yang tidak.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah menyajikan analisis data kualitatif dengan cukup
lengkap, argumen yang disampaikan logis dan memberikan bukti yang valid dan terpercaya.
Temuan menunjukkan bahwa semua kategori creative thinking termuat dalam kurikulum
tetapi buku teks tidak selalu sesuai dengan penekanan kurikulum. Selain itu juga diperlukan
faktor mediasi yang menjembatani antara kurikulum dan buku teks.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak menunjukkan kekurangan dan keterbatasan
penelitian yang dilakukan. Selain itu juga tidak menyebutkan tahun dan nama kurikulum
yang dianalisis.
Judul
Improving Science Attitude and Creative Thinking through Science Education Project: A Design,
Implementation and Assessment
Şener, Tür, & Taş
Latar Belakang
Sains telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita melalui manifestasinya
dalam segala bidang. Sains merupakan cara untuk memahami dan menjelaskan fenomena alam.
Sains sebagai salah satu cara untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai wujud rasa ingin tahu
terhadap fenomena alam. Berbagai pertanyaan tersebut muncul bahkan sejak masa kanak-kanak.
Menjaga rasa ingin tahu anak menjadi salah satu tugas guru dan saintis. Caranya dengan
mempersiapkan kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi anak-anak terhadap sains,
kegiatan yang dapat mereka hubungkan dengan kehidupan sehari-hari dan kegiatan yang
memungkinkan mereka untuk membentuk pengalaman belajar yang dapat mereka transfer ke
situasi baru. Dengan menunjukkan contoh kegiatan kepada anak-anak dari berbagai bidang sains,
kita harus membuat mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari alam dan mereka
membutuhkan sains untuk memahami alam. Sains dan pendidikan tentang alam sangat penting
untuk membantu perkembangan anak-anak, memengaruhi perilaku mereka, mengembangkan
minat mereka, mengajari mereka cara berpikir yang lebih efektif dan meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah mereka (SVET, 2007). Kegiatan pendidikan alam membantu siswa untuk
berinteraksi langsung dengan alam dan memahami berbagai aspek dunia alami (Palmerg & Kuru,
2000).
Anak-anak belajar paling baik ketika mereka bertanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri dan ketika mereka terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Karena sains berhubungan
dengan dan memeriksa peristiwa kehidupan nyata, siswa memerlukan pengalaman yang dapat
mereka ikuti secara aktif. Dengan demikian, program pendidikan sains yang kaya akan metode
dan teknik pengajaran yang diikuti oleh siswa secara aktif, memungkinkan platform untuk diskusi
dan mengarahkan siswa untuk berpikir dan memproduksi akan efektif dalam pembelajaran.
Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari proyek MMS terhadap sikap
terhadap sains dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Pertanyaan penelitiannya sebagai berikut:
1. Perubahan apa yang diamati pada sikap siswa sebelum dan sesudah proyek untuk pelajaran
sains?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara sikap siswa perempuan dan laki-laki terhadap
pelajaran sains?
3. Perubahan apa yang diamati pada tingkat berpikir kreatif sebelum dan sesudah proyek siswa?
4. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara tingkat berpikir kreatif siswa perempuan dan
laki-laki?
5. Apa pandangan umum dan rekomendasi siswa dalam hal proses proyek?
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis pre-
eksperimen. Desain yang dipilih adalah one-group pretest-posttest. Sampel adalah 50 siswa kelas
tujuh di Kota Samsun, Turki. Sampe dipilih tidak secara acak dengan teknik convinience
sampling. Sampel merupakan siswa yang tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat ekonomi
yang rendah. Instrumen yang digunakan adalah angket skala sikap, tes, dan wawancara terbuka.
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji beda dua rata-rata dengan bantuan
SPSS, sedangkan analisis konten digunakan untuk data kualitatif.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan sikap siswa terhadap pembelajaran sains sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan proyek MMS.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap siswa terhadap pembelajaran sains sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan proyek MMS berdasarkan gender. Tetapi, baik sikap siswa
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah sebuah penelitian kuantitatif dengan desain pre-
eksperimental yang lengkap serta menjelaskan keterbatasan penelitian.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak adanya bagian pembahasan yang
menghubungkan temuan dengan pemikiran peneliti dan penelitian ahli lainnya.
Judul
Pre-Service Primary School and Pre-School Teachers’ Perception of Individual
Entrepreneurship and Opinions about Their Creative Thinking Tendency
Canses Tican
Latar Belakang
Globalisasi, perkembangan iptek, dan dinamika pasar tenaga kerja berpengaruh terhadap
pendidikan. Hal ini direspon oleh banyak negara dengan melakukan reformasi kurikulum untuk
mempersiapkan anak-anak agar mampu bersaing dan sukses dalam pekerjaan dan kehidupannya
di abad 21 ini. Untuk itu, para siswa perlu dibekali dengan berbagai kemampuan seperti berpikir
kritis, pemecahan masalah, berpikir kreatif, kewirausahaan, komunikasi dan kolaborasi, serta
keterampilan TIK.
Keterampilan dan kompetensi abad 21 telah masuk pada kurikulum mahasiswa calon guru
di Turki. Dengan harapan bahwa mahasiswa calon guru yang memiliki keterampilan abad 21
akan mampu mengajarkan dan melatihkan kepada para siswanya. Selain itu, jumlah mahasiswa
calon guru di fakultas pendidikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sementara jumlah
lowongan posisi guru terbatas. Sehingga tidak mungkin semua lulusan dapat bekerja di bidang
yang sesuai dengan pendidikannya. Mengantisipasi hal ini, maka mahasiswa calon guru harus
memiliki kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan kewirausahaan agar mampu menemukan
pekerjaan di bidang lain jika tidak mendapat pekerjaan sebagai guru.
Masalah
1. Bagaimana persepsi mahasiswa calon guru tentang keterampilan kewirausahaan individual
mereka?
2. Apakah persepsi mahasiswa calon guru tentang keterampilan kewirausahaan individual
mereka sangat bervariasi dipengaruhi oleh gender dan keikutsertaan seminar/kursus tentang
kewirausahaan?
3. Bagaimana kecenderungan berpikir kreatif mahasiswa calon guru?
Metodologi
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode survei
tunggal, survei relasional, dan perbandingan sebab akibat. Populasi penelitian ini adalah
mahasiswa calon guru dari Fakultas Pendidikan Universitas Mugla Sitki Kocman yang berjumlah
815 orang. Sampel yang diambil adalah 496 mahasiswa dari empat tingkat kelas dimasukkan ke
tingkat yang sama dengan metode cluster sampling proporsional. Dari sampel penelitian itu, 75%
perempuan, 25% laki-laki, 63% dari PGSD, 37% dari PGTK, dan 17% pernah mengikuti
kursus/seminar kewirausahaan. Instrumen yang digunakan untuk pengumpul data yaitu angket
skala sikap tentang persepsi kewirausahaan dan kecenderungan berpikir kreatif. Analisis data
yang digunakan adalah uji t sampel independen, uji Mann Whitney, dan analiisis korelasi.
Hasil
Temuan dari hasil analisis mengungkapkan bahwa:
1. Kewirausahaan individual dan kecenderungan berpikir kreatif sangat bervariasi tergantung
pada perbedaan gender dan keikutsertaan dalam kursus/seminar tentang kewirausahaan.
2. Persepsi tentang kewirausahaan dan kecenderungan berpikir kreatif tidak bervariasi secara
signifikan tergantung pada adanya lembaga.
3. Persepsi kewirausahaan individu dan kecenderungan berpikir kreatif berada pada level di atas
medium.
4. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara persepsi kewirausahaan dan kecenderungan
berpikir kreatif.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah merupakan penelitian kuantitaif dengan desain yang
cukup banyak yaitu deskriptif, korelasional, causal komparatif.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak menyajikan kelemahan dan keterbatasan
penelitian.
Judul
Fostering Children’s Creative Thinking Skills With the 5-I Training Program
Gu, Dijksterhuis, Ritter
Latar Belakang
Berpikir kreatif adalah keterampilan penting di abad 21. Dalam lingkup masyarakat,
keterampilan berpikir kreatif menjadi pendorong untuk terciptaan artistik, inovasi teknis, dan
penemuan ilmiah. Secara pribadi, keterampilan berpikir kreatif berguna untuk mengatasi masalah
dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Di tingkat organisasi, berpikir kreatif menjadi
sumber daya penting untuk menjadi inovatif dan kompetitif di pasar global. Terakhir, di tingkat
persekolahan, berpikir kreatif diperlukan siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan baru.
Dengan demikian secara keseluruhan, penting untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif
kepada siswa agar mampu menghadapi dunia yang kompleks dan cepat berubah.
Terdapat dua cara berpikir kreatif yaitu berpikir divergen dan berpikir konvergen. Berpikir
divergen adalah kemampuan untuk menemukan banyak solusi yang mungkin dengan mencari
dari arah yang berbeda, sedangkan berpikir konvergen adalah kemampuan untuk melihat ke
segala arah untuk menghasilkan solusi tunggal yang benar. Baik pemikiran divergen maupun
pemikiran konvergen sangat penting bagi munculnya solusi kreatif. Namun, ketika datang ke
kelas, tampaknya cara berpikir yang berbeda dipandang kurang penting. Norma-norma kelas
tetap terstruktur dan orang-orang fokus pada tes standar. Akibatnya, siswa umumnya diajarkan
untuk menemukan solusi tunggal yang tepat untuk suatu masalah, bukannya ditantang untuk
mengeksplorasi secara bebas dan berpikir kreatif.
Sebagian besar peneliti sepakat bahwa kreativitas memiliki sifat yang beragam. Menurut
teori 4Ps, kreativitas memiliki empat aspek yaitu karakteristik individu (person), proses kognitif
yang terlibat dalam perilaku kreatif (process), pengaruh lingkungan (pers), dan hasil kreatif
(product). Keempat aspek tersebut saling ketergantungan sehingga perbedaan pada aspek-aspek
ini akan mempengaruhi kinerja kreatif seseorang. Untuk itu diperlukan upaya untuk
menumbuhkan potensi kreatif individu yang komprehensif.
Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan program pelatihan kreativitas dari
pendekatan yang komprehensif, dan untuk menguji secara ilmiah efektivitas program pelatihan.
Secara khusus, program pelatihan saat ini berfokus pada keterampilan berpikir divergen anak-
anak, yaitu, kemampuan untuk menghasilkan ide-ide dari berbagai perspektif. Tiga tugas berpikir
yang berbeda digunakan untuk mengukur kinerja kreatif anak-anak dengan menggunakan
perbandingan pretest dan posttest. Kami berhipotesis bahwa program pelatihan kreativitas dapat
meningkatkan kinerja kreatif anak-anak.
Metodologi
Desain yang digunakan adalah pre-posttest within-subjects design. Pretest dilakukan secara
individual dan membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Setelah pretest, anak-anak memulai
pelatihan 2 jam. Di setiap kelompok pelatihan, ada dua pelatih, satu bekerja sebagai pelatih utama
dan yang lainnya membantu. Semua pelatih telah dilatih tentang pengetahuan teoritis dan
instruksi latihan dari program pelatihan 5-I. Saat memberikan pelatihan, pelatih diminta untuk
mengikuti protokol yang sama. Delapan latihan diatur dalam urutan logis yang memungkinkan
anak-anak untuk meningkat melalui pelatihan, dari latihan sederhana dan pasif menuju latihan
kompleks dan aktif. Setelah pelatihan, anak-anak melakukan posttest secara individual; posttest
berlangsung sekitar 15 menit.
Sampel dalam penelitian ini adalah 172 anak dari dua SD di Belanda. Sampel berusia 7-12
tahun yang terdiri atas 77 siswa laki-laki dan 95 siswa perempuan. Untuk mengukur kemampuan
berpikir kreatifnya diberikan melalui tiga tugas kreativitas yaitu tugas penggunaan alternatif,
tugas menggambar, dan tugas menebak.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan pada semua tindakan (yaitu,
kelancaran, jarang, kreativitas, elaborasi dan resistensi terhadap penutupan prematur) di posttest
dibandingkan dengan pretest, kecuali untuk fleksibilitas. Temuan saat ini membuktikan bahwa
hipotesis program pelatihan 2 jam meningkatkan kemampuan berpikir anak yang berbeda.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah menyajikan temuan yang berbeda tentang
fleksibilitas dalam berpikir kreatif, pemaparan implementasi kerangka 4P sangat lengkap,
dan menyampaikan batasan penelitian.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah -
Latar Belakang
Abad 21 menuntut tersedianya SDM yang berkualitas agar mampu bersaing secara global.
SDM yang berkualitas tentunya dihasilkan dari proses pendidikan yang berkualitas pula.
Pendidikan yang berkualitas melengkapi siswa dengan kemampuan berpikir, yang salah satunya
adalah berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghadirkan ide-ide baru
yang mengejutkan dan berharga dalam banyak hal. Indikator berpikir kreatif yaitu kelancaran,
fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan pemikiran metaforis.
Keterampilan berpikir kreatif siswa yang berbeda satu sama lain memerlukan kondisi
belajar yang sesuai untuk mengembangkannya. Peran guru adalah menyiapkan kondisi belajar
agar keterampilan berpikir kreatif siswa dapat berkembang dengan optimal. Karena berpikir
kreatif juga salah satu dasar dari sains, maka pembelajaran sains dapat menjadi wahana
berkembangnya keterampilan berpikir kreatif.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif
dalam sains adalah model inkuiri. Model ini memiliki empat tingkat yang dibedakan berdasarkan
jumlah intervensi guru terhadap siswa. Penggunaan salah satu level inkuiri di kelas tidak bisa
mengakomodir semua siswa yang memiliki perbedaan karakteristik yang beragam. Untuk itu,
Differentiated Science Inquiry (inkuiri sains yang dibedakan) dapat digunakan untuk
memfasilitasi pengembangan berpikir kreatif siswa yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang
berbeda-beda. Penerapan Differentiated Science Inquiry juga dapat dibantu dengan penggunaan
mind map. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
Differentiated Science Inquiry Integrated with Mind Map terhadap keterampilan berpikir kreatif
siswa.
Masalah
Tujuan penelitian ini yaitu menyelidiki:
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan pretest–
posttest nonequivalent control group design. Variabel bebas penelitian ini adalah model
pembelajaran (DSI, DSIMM, dan konvensional) dan gender (pria dan wanita), sedangkan
variabel dependen adalah keterampilan berpikir kreatif siswa. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas VII SMP di Kediri yang tersebar di 51 sekolah. Tiga sekolah dipilih
secara acak. Jumlah sampel 96 siswa yang terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok
eksperimen 1, kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 32
siswa. Instrumen untuk mengukur keterampilan berpikir kreatifnya adalah tes esai yang divalidasi
oleh dua dosen dan dua guru. Tes diberikan kepada siswa dalam pretest dan postest. Analisis data
yang digunakan yaitu Analisis Covariat (Ancova).
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan kemampuan berpikir kreatif
siswa untuk model yang berbeda. Kemampuan berpikir kreatif yang tertinggi ditunjukkan oleh
siswa yang diajarkan menggunakan model DSIMM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa ada perbedaan kemampuan ber[ikir kreatif diantara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa
laki-laki mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang lebih tinggi dari pada siswa perempuan.
Hal ini agaknya karena perbedaan pada antomi otak yang mempengaruhi pola belajar dan
aktifitas siswa.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah merupakan penelitian kuantitatif dengan kuasi
eksperimen yang lengkap.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak menyampaikan kelemahan dan keterbatasan
penelitian.
Judul
The Correlation Between Critical and Creative Thinking Skills on Cognitive Learning Results
Siburian, Corebima, Ibrohim, & Saptasari
Latar Belakang
Kurikulum sekolah berorientasi untuk menciptakan generasi yang unggul sesuai dengan
tuntutan kehidupan abad 21. Salah satu tuntutan abad 21 adalah keterampilan berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Karenanya, kedua keterampilan tersebut perlu dilatihkan dan dikembangkan
melalui pembelajaran yang bermakna, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Strategi inkuiri merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi hal itu.
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat korelasi antara keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif. Oleh karena itu,
penting untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengungkapkan korelasi antara keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif pada implementasi
strategi pembelajaran inkuiri dan mengetahui besarnya kontribusinya.
Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan korelasi antara berpikir kritis dan keterampilan
berpikir kreatif pada hasil pembelajaran kognitif siswa dalam strategi pembelajaran inkuiri dan
mengungkapkan kontribusi keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif
terhadap hasil belajar kognitif siswa.
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deksriptif korelasional dengan
menggunakan One Grup Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian adalah semua mahasiswa
pascasarjana Prodi Pendidikan Biologi Uviversitas Jambi. Sampel penelitian adalah mahasiswa
yang mengambil mata kuliah sains lingkungan berjumlah 52 orang yang terdiri dari 6 mahasiswa
laki-laki dan 46 mahasiswa perempuan.
Hasil
Hasil analisis regresi linier berganda mengungkapkan keterampilan pemikiran kritis dan
keterampilan berpikir kreatif dapat secara efektif meningkatkan hasil belajar kognitif. Ini
menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif terhadap hasil belajar kognitif. Implementasi pembelajaran inkuiri
terbukti memiliki potensi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keterampilan berpikir
kritis dan keterampilan berpikir kreatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah memberikan bukti keterbuhungan antara dua
kemampuan berpikir yaitu kritis dan kreatif dengan lengkap.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah ketidaksesuaian jenis dan desain penelitian, serta
tidak menyampaikan kelemahan dan keterbatasan penelitian.
Judul
The Effect of Using Synectics Model on Creative Thinking and Metacognition Skills of Junior
High School Students
Suratno, Komaria, Yushardi, Dafik, & Wicaksono
Latar Belakang
Proses pembelajaran di abad 21 seyogyanya memungkinkan siswa menguasai pengetahuan
dan berbagai keterampilan untuk dapat bersaing dalam ekonomi global. Untuk itu paradigma
pembelajaran mulai bergeser dari teacher centered kepada student centered. Pembelajaran yang
berorientasi student centered diyakini dapat mendorong siswa untuk menghasilkan informasi
yang memiliki nilai atau makna untuk mengembangkan keterampilan baru, seperti keterampilan
berpikir kritis, pemecahan masalah, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan metakognisi,
komunikasi, kolaborasi, inovasi, dan keterampilan lainnya. Keuntungan lainnya adalah dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan aspirasi siswa yang unik serta menjadikan mereka
sebagai pembelajar mandiri.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi student centered adalah model synectics.
Model Synectics cocok untuk digunakan dalam pembelajaran IPA karena memprioritaskan
kegiatan analogi atau metafora dan menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks
kehidupan nyata yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan mendapatkan lebih banyak
pengalaman dalam menginterpretasikan masalah dan membangkitkan berbagai ide untuk
memecahkan berbagai masalah, terutama yang terjadi dalam pelajaran sains. Proses pembelajaran
sains terdiri dari observasi, eksperimen, dan menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif.
Proses itu memungkinkan siswa untuk memahami subjek lebih mudah, memiliki sikap positif
terhadap pengetahuan dan untuk meningkatkan pemikiran kreatif mereka.
Masalah
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui pengaruh model synectics terhadap keterampilan berpikir kreatif.
2. Mengetahui pengaruh model synectics terhadap keterampilan metakognisi.
Metodologi
Metode yang digunakan adalah mix method dengan menggabungkan metode kuantitatif dan
kualitatif. Metode kuantitatif bertujuan untuk menganalisis data yang diambil dari tes rubrik
keterampilan berpikir kreatif dan kuesioner tentang keterampilan metakognisi setelah penerapan
model sinektik, sedangkan metode kualitatif bertujuan untuk menganalisis data yang diambil dari
pengamatan dan wawancara dengan siswa yang dipilih. Metode penelitian kuantitatif
menggunakan kuasi eksperimen dengan one group pretest posttest design.
Populasi dalam penelitian adalah 612 siswa SMP kelas VII. Sampel penelitian adalah 242
siswa yang berasal dari tiga SMP dan dikelompokkan ke dalam delapan kelompok yakni empat
kelompok eksperimen dan empat kelompok kontrol. Instrumen penelitian berupa soal tes essai
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif, sedangkan kuesioner digunakan untuk
mengukur keterampilan metakognisi. Selain tes, pengumpulan data juga dilakukan melalui
observasi dan wawancara. Analisis data dengan korelasi dan regresi.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Model synectics memiliki efek pada keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan
metakognisi.
2. Terdapat korelasi kuat antara pemikiran kreatif dan keterampilan metakognisi. Berdasarkan
persamaan garis regresi, diketahui pengaruh keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan
metakognisi, bahwa setiap peningkatan 1 poin dalam skor keterampilan metakognisi
menghasilkan peningkatan 0,8847 dalam keterampilan berpikir kreatif.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah merupakan penelitian kuantitatif yang
menggabungkan antara kuasi eksperimen dan korelasional. Bukti yang diberikan logis dan
mendukung.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah menyebutkan identitas sampel, tidak menyajikan
kelemahan dan keterbatasan penelitian.
Judul
Developing the Mathematics Learning Management Model for Improving Creative Thinking in
Thailand
Sriwongchai, Jantharajit, & Chookhampaeng
Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu berpikir yang sekaligus menjadi alat penting untuk
meningkatkan potensi berpikir siswa. Sebagian besar guru kurang memiliki kemampuan untuk
fokus pada upaya meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Padahal keterampilan
berpikir kreatif memegang peranan penting dalam kehidupan.
Penelitian ini mempresentasikan pengembangan model manajemen pembelajaran untuk
mempromosikan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika untuk tingkat
menengah. Model manajemen pembelajaran itu diciptakan dari mengintegrasikan beberapa ide
penting dan prinsip-prinsip pembelajaran, untuk mempromosikan pemikiran kreatif melalui
berbagai kegiatan yang mendukung pemikiran yang berbeda.
Masalah
1. Untuk menganalisis keadaan saat ini dan masalah pembelajaran matematika dengan siswa
sekolah menengah yang relevan untuk mengembangkan model manajemen pembelajaran
dalam meningkatkan pemikiran kreatif.
2. Untuk menilai efektivitas model manajemen pembelajaran matematika dalam meningkatkan
berpikir kreatif untuk siswa sekolah menengah dalam perspektif berikut:
a. Belajar untuk efisiensi proses manajemen pembelajaran matematika dalam meningkatkan
pemikiran kreatif siswa sekolah menengah.
b. Perbandingan pemikiran kreatif dan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah
pembelajaran berdasarkan pada model manajemen pembelajaran matematika.
c. Perbandingan pemikiran kreatif siswa antara mereka yang belajar dalam kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil
Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Sebagian besar guru yang relevan dalam pembelajaran matematika tidak fokus untuk
meningkatkan pemikiran kreatif, dan kurang menggunakan strategi untuk melibatkan
pemikiran yang berbeda.
2. Model ini dirancang melalui metodologi R&D, yang terdiri dari: a) prinsip dan konsep
teoretis, b) tujuan pembelajaran, c) proses pembelajaran, d) sistem sosial, e) prinsip respons, f)
sistem pendukung. Sedangkan, kegiatan dalam proses pembelajaran terdiri dari a) keterlibatan
dan pemahaman pengetahuan sebelumnya, b) menghadapi masalah dengan pemikiran yang
bijaksana, c) menganalisis alternatif dan menyelidiki solusi, d) memodifikasi pola berpikir, e)
menyimpulkan dan mengevaluasi pemikiran kreatif.
3. Model manajemen pembelajaran matematika efektif meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif dan prestasi belajar siswa.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah menyajikan uraian data yang lengkap dan temuan
yang berbeda.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak menyajikan kelemahan dan keterbatasan
penelitian.
Judul
Effectiveness of Gamification of Web-Based Learning in Improving Academic Achievement and
Creative Thinking Among Primary School Students
Secham Aljariwi
Latar Belakang
Revolusi teknologi mempengaruhi pendidik untuk terus berusaha memperbarui dan
meningkatkan sistem pendidikan di semua tingkatan. Salah satunya melalui penerapan metode
pembelajaran yang mampu mengimbangi tantangan dan pembaruan. Metode yang sesuai dengan
tujuan tersebut adalah gamification.
Gamification berarti menerapkan prinsip-prinsip game ke dalam konteks non-game untuk
meningkatkan keterlibatan pengguna program. Ini bukan permainan, tetapi proses yang bermakna
yang memanfaatkan prinsip dan gagasan permainan untuk mengembangkan interaksi di banyak
orang. Gamifikasi menggunakan serangkaian konsep yaitu motivasi, pekerjaan, umpan balik,
kesetiaan, kerja sama, dan kompetensi pada bagian dari peserta. Gamifikasi juga dapat
dikombinasikan dengan web.
Gamification berbasis web diyakini dapat meningkatkan prestasi akademik dan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Hal ini terjadi karena selama mengikuti pembelajaran
gamification berbasis web, motivasi dan aktivitas siswa mengalami peningkatan karena siswa
aktif melalui permainan. Dengan demikian penelitian ini bertujuan mengetahui efek dari
gamification berbasis web terhadap prestasi akademik dan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Masalah
1. Seberapa efektif gamification pembelajaran berbasis web dalam meningkatkan prestasi
akademik siswa sekolah dasar?
2. Seberapa efektif gamification pembelajaran berbasis web dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif siswa?
Hasil
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik
antara rata-rata skor prestasi akademik dan berpikir kreatif antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen yang menggunakan gamifikasi berbasis web mampu meningkatkan
prestasi akademik dan berpikir kreatif siswa lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah menyajikan langkah pembelajaran gamifikasi web
yang cukup jelas dan rasional.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak menyajikan kelemahan dan keterbatasan
penelitian.
Judul
Chemistry Teachers’ Views of Creativity
Akkanat & Gökdere
Latar Belakang
Perkembangan sosial hanya mungkin terjadi melalui akumulasi pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru. Hal ini mendukung apresiasi terhadap ide-ide kreatif yang memungkinkan
pembangunan ekonomi dan sosial. Pentingnya ide-ide kreatif ini direspon oleh banyak negara
dengan memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan.
Kreativitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide dan perilaku,
produk atau ide yang baru dan bermanfaat, dan cenderung dilihat sebagai kapasitas yang
kompleks pada campuran individu, situasional dan variabel budaya. Guru adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi kreativitas siswa. Dengan demikian, pandangan guru tentang kreativitas
mejadi sangat penting karena mempengaruhi pengembangan kreativitas siswa.Mengetahui
pandangan guru tentang kreativitas, variabel yang terkait dengan kreativitas dan praktik
mengenai kreativitas menjadi fokus dalam penelitian ini.
Masalah
1. Bagaimana pandangan guru kimia tentang kreativitas?
2. Bagaimana guru kimia mendefinisikan kreativitas?
3. Menurut guru kimia, variabel manakah yang efektif untuk mengembangkan kreativitas?
4. Menurut guru kimia, apa karakteristik orang kreatif?
5. Menurut guru kimia, apa karakteristik dari produk kreatif?
Metodologi
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi untuk
mengeksplorasi ide guru kimia tentang kreativitas karena fenomenologi berfokus pada fakta yang
kita sadari tetapi tidak memiliki pemahaman yang dalam dan rinci tentang hal tersebut. Sampel
Hasil
1. Guru kimia umumnya menyebutkan ide-ide baru, penyelesaian masalah dan ranah kreativitas
saat mengidentifikasi kreativitas.
2. Kreativitas adalah spesifik domain sementara beberapa yang lain menyebutkan bahwa tidak
ada yang namanya kreativitas umum, orang hanya dapat berkreasi di domain tertentu.
3. Guru menggunakan banyak karakteristik individu yang kreatif diantaranya individu yang
cerdas dan berbakat.
4. Variabel yang efektif untuk meningkatkan kreativitas adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
5. Pandangan guru kimia tentang karakteristik produk kreatif yaitu harus asli, ergonomis, praktis,
fungsional, terbuka untuk interpretasi, lengkap dan terperinci.
Komentar
Keunggulan dari artikel jurnal ini adalah menyajikan penelitian kualitatif dengan jenis
fenomenologi yang cukup lengkap dan menarik.
Kelemahan dari artikel jurnal ini adalah tidak menyajikan kelemahan dan keterbatasan
penelitian.