Anda di halaman 1dari 146

URGENSI DA’I

UNTUK NEGERI

Menebar kebaikan mengambalikan keagungan Islam

ROSALIA ANANTA
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Seandainya ada 100 orang pejuang Islam, pastikan salah


seorangnya adalah kamu. Seandainya ada 10 orang
pejuang Islam, pastikan salah seorangnya adalah kamu.
Seandainya hanya tinggal seorang pejuang Islam, pastikan
dia ialah kamu.

- Syeikh Abu al- A’la al- Maududi

ii | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

KATA PENGANTAR

‫ﺻ ْﺤﺒِ ِﻪ‬
َ ‫ َو َﻋﻠَﻰ آﻟِ ِﻪ َو‬.َ‫ﺴﻼَمُ َﻋﻠَﻰ اﻷَﻧْﺒِﻴَﺎ ِء وَاﻟْﻤ ُْﺮ َﺳﻠِ ْﻴﻦ‬
‫ﺼﻼَةُ وَاﻟ ﱠ‬
‫ واﻟ ﱠ‬.َ‫َب اﻟْﻌَﺎﻟَ ِﻤ ْﻴﻦ‬
‫اﻟْ َﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠ ِﻪ ر ﱢ‬
ُ‫ أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن ﻻَ إِﻟَﻪَ إِﻻﱠ اﷲُ َو أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًا َﻋ ْﺒ ُﺪﻩُ َوَرﺳ ُْﻮﻟُﻪ‬.َ‫أَ ْﺟ َﻤ ِﻌ ْﻴﻦ‬
Bismillahirahmanirrahim.

Alhamdulillahi Rabbil’Aalamiin. Saya panjatkan puji syukur atas


kehadirat Allah Subhanallahuta’ala yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya sehingga saya dapat menyusun buku ini dengan baik. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallhu
‘alaihi wassalam yang telah gigih memperjuangkan agama Islam, yang
menjadi suri tauladan bagi umat manusia, menuntun kita dari zaman
kegelapan menuju jalan yang terang benderang ini yakni agama Islam,
agama yang paling mulia disisiNya.

Ungkapan rasa syukur saya yang pertama tentu kepada Allah ‘azza
wajalla yang telah memberikan segala kenikmatan sehingga saya dalam
keadaan Iman dan Islam, sehat wal ‘afiat sampai akhirnya saya dapat
menulis sedikit pengetauhan yang sudah saya dapatkan agar menjadi ilmu
yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Ungkapan rasa syukur selanjutnya kepada kedua orang tua saya, ayah
Anwar dan ibunda Asmalia yarham. Keduanya adalah sosok guru terhebat
bagi saya, mereka yang telah merawat saya dengan penuh kasih sayang dan
kelembutan tak pernah kenal lelah untuk membiaya sekolah saya hingga
saat ini tak pernah berkeluh kesah beliau merawat dengan sangat ikhlas dan
semoga dibalas diakhirat kelak.

Ungkapan syukur berikutnya kepada KH. Fathur Rahman, M. Pd. I


selaku direktur pondok pesantren eLKISI beliau pendakwah hebat yang
pernah saya kenal, berkat beliau juga saya mondok di sebuah pondok yang
sangat istimewa ini. Selanjutnya berterimakasih juga kepada para Asatidzah
yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan buku ini. Terutama pada

Urgensi Da’i untuk Negeri | iii


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

pembimbing saya Ustadzah Kholishotul fuadah, M. Pd yang telah sabar


dalam membimbing saya sehingga dapat menulis buku dengan baik.

Ungkapan syukur juga saya ucapkan kepada teman-teman


seperjuangan saya yang telah banyak mendukung dan membantu. Saya
menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan. Buku ini masih jauh dari
kata sempurna, maka saya dengan senang hati jika ada pembaca yang bisa
membantu untuk menyempurnakan buku ini. Akhirnya hanya kepada Allah
saya berserah diri dan memohon ampunan atas kelemahan dan kesalahan
saya.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi saya
sendiri. Aamiin.

Mojokerto, 18 Desember 2020

Rosalia Ananta
iv | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

URGENSI DA’I UNTUK NEGERI

KATA PENGANTAR......................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................... v

PENDAHULUAN ........................................................................... vii

BAB I DAKWAH ILALLAH ................................................................ 1

A. Pengertian Dakwah .................................................................. 1


B. Kaidah dan Prinsip Dakwah ..................................................... 9
C. Tujuan Dakwah ....................................................................... 22
D. Unsur Dakwah......................................................................... 27

BAB II SEPUTAR DA’I MENURUT ISLAM ......................................... 41

A. Tinjauan umum da’I................................................................ 41


1. Pengertian da’I............................................................ 41
2. Keutumaan seorang da’I............................................. 43
3. Tugas dan tujuan da’i berdakwah .............................. 44
B. Tantangan da’i berdakwah diera globalisasi .......................... 47
1. Mengenal globalisasi .................................................. 47
2. Masyarakat Dakwah di era globalisasi........................ 49
3. Problematika globalisasi dan solusinya ...................... 52
C. Karakter da’i ideal menurut Al-qur’an.................................... 55
1. Memiliki kekuatan spiritual ........................................ 55
2. Kekuatan spiritual intelektual..................................... 57
3. Kekuatan moral (akhlak)............................................. 60

BAB III WASPADAILAH KESALAHAN DA’I DALAM BERDAKWAH .... 70

A. Kesalahan niat dalam berdakwah........................................... 70

Urgensi Da’i untuk Negeri | v


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

B. Bersemangat tapi tanpa ilmu .................................................. 77


C. Menyelisihi Al-qur’an dan As-sunnah..................................... 87
D. Berdakwah secara pemaksaan tanpa kebijaksanaan ............. 96

BAB IV METODE PENYAMPAIAN DA’I DALAM BERDAKWAH ........ 97

A. Metode dakwah Rasulullah .................................................... 99


1. Metode dakwah periode Mekkah .................................... 99
2. Metode dakwah periode Madinah................................. 102
B. Metode dakwah di era globalisasi ........................................ 110

BAB V URGENSI MENELADANI TOKOH DAKWAH TERDAHULU ..... 115

A. Nawawi al- Bantani .............................................................. 115


B. Hasyim Asy’ari ...................................................................... 118
C. Hamka .................................................................................. 121
D. Imam Zarkasyi....................................................................... 124
E. Wahid Hasyim....................................................................... 127
F. Rohana Kuddus..................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 132

BIOGRAFI PENULIS.......................................................................... x

vi | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

PENDAHULUAN

S
esungguhnya beruntung manusia yang mendapatkan anugrah
dari Allah berupa hidayah iman dan Islam. Tiada sesuatu
kemuliaan apapun di dunia ini kecuali yang lebih indah dan
agung dari pada-Nya. Terlebih Islam adalah agama yang paling mulia dan
diridhoi oleh Allah, sebagai agama yang diridhoi Allah Tuhan semesta alam,
Islam adalah jalan yang lurus (ash-shirat al-mustaqim). Setiap umat
Islampun mempunyai kewajiban beribadah dan mengamalkannya, salah
satu caranya yaitu dengan berdakwah.

Melihat keadaan zaman sekarang ini dunia mulai kacau, kerusakan


dimana-mana, penyebab utamanya adalah kurangnya dakwah. Dunia sangat
butuh para da’i, para pemimpin (imam) yang benar diikuti dan selalu
menebarkan kebaikan, dapat mengembalikan keagungan Islam, bukan para
da’i yang menyimpang agama, yang hanya mengingatkan namun tidak
paham akan ilmunya, para da’i yang mengajak kerusakan dan menyebar
luaskannya, yang hanya memikirkan perkara duniawi.

Kita sekarang hidup di era yang sangat tajam, semakin meruncing


dengan godaan, semakin memuncaknya kemaksiatan. Jika pemimpin
menyaksikan betapa masih banyaknya puta-putri negeri ini yang
kesehariaanynya anyala berpangku tangan, pulang sekolah terus
menganggur, tidak ada pekerjaan, hidupnyapun tidak teratur, tidak sesuai
syari’at, dalam segi lisannya pun perkataannya jorok dan ngawur, bakan
zaman sekarang lelaki dan perempuan bercampur, Al- Qur’an menjadi
pajangan, pengajian jadi tontonan sedangkan kebebasan jadi tuntunan.
Melihat perkembangan zaman saat ini sangatlah mengerikan, kini saatnya
para pemuda turut menyukseskan dakwah yang dibawa Rasulullah
sholallahu ‘alaihi wassalam, dengan cara berdakwah. Menjadi da’i harapan
bangsa dan nusantara.

Urgensi Da’i untuk Negeri | vii


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Mengingat pentingnya da’i, saya menulis buku ini yang berjudul


“Urgensi Da’i untuk Negeri” maksud dari judulnya ialah tertuju pada muslim
dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliyah pokok bagi
tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa’ad, mubaligh mustamin (juru penerang)
yang menyeru mengajak dan memberi pelajaran agama islam. Tak hanya itu
buku ini juga memaparkan tentang beberapa kesalahan para da’i dalam
menyampaikan dakwahnya guna memberitahu umat muslim serta
mewaspadainya, jangan sampai kita melakukan kekeliruan dalam
berdakwah, contohnya dalam niatan, metode penyampaian dan lain
sebagainya.

Dakwah menyeru dalam kebaikan beramar ma’ruf nahi munkar. Istilah


ini tidaklah asing ditelinga, sangatlah popular dibandingan istilah dakwah
yang lainnya. Ia merupakan salah satu iktiar (upaya) untuk menegakkan
kalimat Allah di muka bumi ini yaitu dengan berbuat yang baik dan
mencegah yang munkar. Islam datang menuntun manusia untuk
memperkenalkan mana yang ma’ruf dan mana yang munkar, sebab itu
ma’ruf dan munkar tidak dapat dipisahkan dari pendapat umum, jika ada
perbuatan ma’ruf maka seluruh masyarakat umumnya menyetujui,
membenarkan, memuji. Namun jika ada perbuatan munkar, seluruh
masyarakat akan menolak, membenci dan tidak menyukainya. Sesuai
dengan firman Allah Ta’ala dalam QS. Ali- Imran: 110

‫ﷲ‬
ِ ‫ﱠﺎﺳﺘَﺄْ ُﻣﺮُوﻧَﺒِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮُوﻓ َِﻮﺗَـ ْﻨـﻬ َْﻮﻧَـ َﻌﻨِﺎﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜﺮَِوﺗـ ُْﺆِﻣﻨـ ُْﻮﻧَﺒِﺎا‬
ِ ‫ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻤ َﺨ ْﻴﺮاُﱠﻣ ٍﺔاُ ْﺧ ِﺮ َﺟ ْﺘﻠِﻠﻨ‬
“kamu adalah sebaik-baik ummat, dilahirkan untuk (kemaslahatan)
manusia, kamu mengajak kepada kebaikan, dan kamu mencagah dari
kemungkaran,serta kamu beriman kepada Allah.”

Islam adalah agama dakwah keberadaannya untuk disebarluaskan dan


diperkenalkan kepada umat melalui aktifitas dakwah, bukan dengan
paksaan, kekerasan, tidak pula dengan kekuatan pedang. Hal ini dapat kita
pahami bahwasannya islam adalah agama perdamaian, cinta kasih, agama
yang mengakui hak kewajiban individu.

viii | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Karena itu, wajiblah ada jamaah muslimin yang berkerja keras,


menggerakkan orang-orang untuk berbuat yang ma’ruf dan menjauhi yang
munkar, agar masyarakat lebih tinggi nilainya, dalam menyampaikan ajakan
kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar itulah yang dinamakan
dakwah. Setiap manusia mempunyai kewajiban untuk berdakwah, sebab
tanpa adanya dakwah kerusakan akan merajalela, dengan adanya umat yang
berdakwah, agama menjadi hidup, tidak menjadi seolah-olah mati.

Dalam buku ini juga menjelaskan terkait dengan cara berdakwah yang
baik dan benar, dengan metode yang digunakan oleh Rasulullah sholallahu
‘alaihi wassalam dahulu, dan memaparkan juga metode di era globalisasi
saat ini, karena dalam berdakwah kita arus menggunakan metode yang
benar yang tepat agar dapat mencapai apa yang dituju dalam berdakwah,
dalam buku ini juga memberi penjelasan tentang berbagai tantangan da’i
dalam berdakwah di era globalisas juga disertakan cara mengatasinya,
dalam bab terakhir dipaparkan kisah perjuangan para da’i terdahulu yang
sangatlah gigih memperjuangkan agama Islam. Karena dakwah sangatlah
penting dalam dunia, apalagi dalam kondisi saat ini.

Urgensi Da’i untuk Negeri | ix


Rosalia Ananta

I
DAKWAH ILALLAH

A. PENGERTIAN DAKWAH

D
akwah merupakan kewajiban yang syar’i bagi setiap umat
tanpa terkecuali. Apabila dikatakan ‘’dakwah ilmiyah”
maksudnya ialah risalah terakhir yang diturunkan Nabi
Muhammad sholallahu‘alaihi wassalam sebagai wahyu dari Allah yang
dinamakan Al-quran tidak ada kebatilan didalamnya baik di depan atau
belakangnya, kalamnyapun bernilai mukjizat, dan seseorang yang akan
membacanya mendapatkan pahala.1

Islam adalah agama risalah untuk manusia seluruhnya. Umat Islam


adalah amanah untuk menyampaikan risalah dengan cara berdakwah baik
kepada umat ataupun perseorangan dan menurut kemampuan masing-
masing. Ulama’ menjelaskan bahwasanya hukum dakwah itu fardhu kifayah,
jika dilakukan di negara yang telah ada para da’i yang menegakkanya.
Seluruh umat terkena kewajiban untuk berdakwah dengan kemapuannya

1
Jumu’ah Amin Abdul Aziz, terjemahan Adus salam, Fikih Dakwah, PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA, Solo 2010, hal.9
Urgensi Da’i untuk Negeri | 1
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

masing-masing. Dakwah bisa menjadi fardhu ‘ain apabila disuatu tempat


tidak ada orang yang melakukannya.

Dakwah adalah satu kata yang tidak asing lagi ditelinga kita, dari
sudut bahasa, dakwah artinya mengajak atau menyeru. Adapun istilah
dakwah yang biasa kita gunakan memiliki pengertian yang lebih khusus yaitu
mengajak dan menyeru manusia ke jalan Allah ‫(ﷻ‬da’watun naas ilallah). Ini
artinya sangat luas, yakni mengajak dari kekafiran kepada keimanan, dari
kesesatan kepada petunjuk, dari kebodohan kepada ilmu, dari syirik kepada
tauhid, dari kehidupan jahiliyah kepada kehidupan Islami, dari kemaksiatan
kepada ketaatan, dari bid’ah kepada sunnah, dari keburukan kepada
kebaikan.2
Adapun yang kita ajak adalah manusia seluruhnya, saudara terdekat
kita. Orang kafir kita dakwahi agar mendapatkan hidayah keimanan dari
Allah. Bahkan harusnya sesama muslim pun perlu didakwahi karena ternyata
masih sangat banyak umat muslim yang suka melanggar ajaran agama.

Pada dasarnya dakwah itu wajib bagi semua orang. Allah‫ﷻ‬berfirman


dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 110:

‫ﷲ‬
ِ ‫ﱠﺎﺳﺘَﺄْ ُﻣﺮُوﻧَﺒِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮُوﻓ َِﻮﺗَـ ْﻨـﻬ َْﻮﻧَـ َﻌﻨِﺎﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜﺮَِوﺗـ ُْﺆِﻣﻨـ ُْﻮﻧَﺒِﺎا‬
ِ ‫ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻤ َﺨ ْﻴﺮاُﱠﻣ ٍﺔاُ ْﺧ ِﺮ َﺟ ْﺘﻠِﻠﻨ‬
“kamu adalah sebaik-baik ummat, dilahirkan untuk (kemaslahatan)
manusia, kamu mengajak kepada kebaikan, dan kamu mencagah dari
kemungkaran,serta kamu beriman kepada Allah.”

Allah ‫ﷻ‬juga berfirman dalam QS. Ali-Imran ayat 104, yang berbunyi:

‫ِﻚ ُﻫ ُﻢ‬
َ ‫ُوف َوﻳَـ ْﻨـﻬ َْﻮ َن َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوأُوﻟﺌ‬
ِ ‫َوﻟْﺘَ ُﻜ ْﻦ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ أُﱠﻣﺔٌ ﻳَ ْﺪﻋُﻮ َن إِﻟَﻰ اﻟْ َﺨ ْﻴ ِﺮ َوﻳَﺄْ ُﻣﺮُو َن ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ‬
‫اﻟْ ُﻤ ْﻔ ِﻠﺤُﻮ َن‬

2
Dr. Hammam Abdurrahim said, Qowa’idud Dakwah Ilallah, PT ERA ADICITRA INTERMEDIA,
Solo 2013, hal.79.
2 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru


kepada kebaikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa dakwah yaitu menyeru orang-orang


untuk berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar mereka
adalah golongan orang-orang yang beruntung.

Ad-Dahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para


mujahidin yang terpilih, dan para ulama.

:‫َﺎل‬
َ ‫وﻟْﺘَ ُﻜ ْﻨ ِﻤ ْﻨ ُﻜ ْﻤﺄُﱠﻣﺔٌﻳَ ْﺪﻋُﻮﻧَِﺈﻟَﯩﺎﻟْ َﺨ ْﻴ ِﺮﺛُ ﱠﻤﻘ‬:َ
َ ‫ِﻮ َﺳﻠﱠﻢ‬
َ ‫ﺼﻠﱠﯩﺎﻟﻠﱠ ُﻬ َﻌﻠَْﻴﻬ‬
َ ‫ُﻮﻻﻟﻠﱠ ِﻬ‬
ُ ‫ﻗَـ َﺮأَ َرﺳ‬:ُ‫ﻗَﺎﻷََﺑُﻮ َﺟ ْﻌ َﻔﺮٍاﻟْﺒَﺎﻗِﺮ‬
"‫ﺳﻨﱠﺘِﻲ‬
ُ ‫"اﻟْ َﺨ ْﻴـﺮُاﺗﱢـﺒَﺎﻋِﺎﻟﻘُﺮآﻧ َِﻮ‬

Abu Ja'far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. membacakan


firman-Nya: Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan. (Ali Imran: 104) Kemudian beliau bersabda:
Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur'an dan
sunnahku.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dalam


sebuah hadis dari Abu Hurairah. Rasulullah sholallahu‘alaihi wassalam
bersabda dalam haditsnya yang berbunyi:

‫ﺿ َﻌﻔُﺎ‬
ْ ‫وذَﻟِﻜَﺄ‬،ِ
َ ‫ﻓَﺈﻧْـﻠَ ْﻤﻴَ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻌ َﻔﺒِ َﻘ ْﻠﺒِﻪ‬،ِ‫ﻓَﺈﻧْـﻠَ ْﻤﻴَ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻌ َﻔﺒِﻠِﺴَﺎﻧِﻪ‬،‫َﻣ ْﻨـ َﺮأَﯨ ِﻤ ْﻨ ُﻜ ْﻤ ُﻤ ْﻨ َﻜﺮًاﻓَـ ْﻠﻴُـﻐَﻴـ ْﱢﺮُﻫﺒِﻴَﺪﻩ‬
‫َل‬
ٍ ‫َﺮد‬
ْ ‫َﻮرَا َءذَﻟِ َﻜ ِﻤﻨَﺎﻹﻳﻤَﺎﻧِ َﺤﺒﱠﺔُﺧ‬
َ ‫"وﻟَْﻴﺴ‬
َ :ٍ‫ َوﻓِﻴﺮِوَاﻳَﺔ‬."ِ‫ﻹﻳﻤَﺎن‬

”Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia


mencegahnya dengan tangannya; dan jika ia tidak mampu, maka dengan
lisannya; dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang

Urgensi Da’i untuk Negeri | 3


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”. Di dalam riwayat lain


disebutkan: Dan tiadalah di belakang itu iman barang seberat biji sawi pun.

Hadits ini menjelaskan tentang tahapan untuk mencegah


kemungkaran yaitu pertama dengan kekuaasaan atau tangan yang kita
miliki, kita harus menggunakan untuk menegakkan suatu kebenaran
Misalnya, seorang kepala negara yang mengambil suatu kebijakan atas
suatu permasalahan yang sedang melanda negaranya. Maka kebijakan
kepala negara tersebut bisa dikategorikan sebagai pengubah suatu keadaan
dengan menggunakan kekuasaannya atau tangan.

Kedua dengan lisannya, dengan lisan kita dapat menyampaikan suatu


nasehat, jika tidak mampu mengubahnya dengan nasehat, jangan sampai
kita terjerumus dalam kemaksiatan tersebut. Mencegah dengan lisanpun
kita bias memulainya dengan kata-kata yang lembut, menyentuh hati,
penuh kasih sayang dan ekspresi cinta, tanpa menyebut nama pelaku
kemungkaran, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
Sekaligus lebih efektif, kemungkaran dapat diatasi dengan kata-kata yang
lembut dan sederhana bukan dengan kata yang kasar, keras dan memaksa.
Sesuatu yang tersembunyi terkadang lebih efektif dari pada yang secara
terang-terangan.

Baik buruknya perilaku seseorang juga dapat dilihat dari lisannya,


dalam kesehariannya ia lebih sering berdzikir kepada Allah atau dipenuhi
dengan suatu hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat dalam kehidupan dan
akhirat, dari sinilah kita harus senantiasa membasahi lisan kita dengan
dzikrullah.

Terakhir dengan hati, hati ini harus senantiasa berharap untuk dapat
mengubah kemungkaran. Namun hal ini menandakan tingkatan iman kita
sangat rendah sekali. Sebab pengingkaran dalam hati merupakan dasar yang
melandasi tangan dan lisan, barangsiapa yang mengingkar keduanya pasti
hati juga mengingkarinya. Melakukan kemungkaran dengan hati maksudnya
secara hati kita kesal, terhadap orang yang belaku kemunkaran, maka dari

4 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

itu seseorang harusnya mencegah kemungkaran terhadap hati tersebut


dengan menjaga jangan sampai berpikiran hal yang buruk tersebut.

Amar makruf nahi munkar menjadi tanggung jawab bersama


keseluruhannya, bukan tanggung jawab ssecara individu dalam masyarakat
islam saja, melaikan tanggung jawab bersama berlaku untuk semua orang
entah tua ataupun muda. Sebagaimana sabda Nabi sholallahu‘alaihi
wassalam: “manro’aa minkum munkaran falyughoyyirhu” yang barangsiapa
salah seorang dari kalian yang melihat suatu kemunkaran hendaklah ia
merubahnya. Kata man dari potongan ayat tersebut berarti untuk umum,
bagi siapapun yang melihatnya, menegakkan amar makruf nahi munkar
adalah kewajiban dalam syari’at islam. Derajat tinggi dalam nahi munkar
adalah dengan tangannya namun yang terendah adalah dari hatinya.

Karakteristik Amar makruf ialah disampaikan dengan penuh kasih


sayang, hikmah, kebaikan terhadap sesama termasuk mengembangkan sisi
positif terhadap masyarakat, sebab amar makruf tidak akan terwujud
kecuali dilakukan dengan orang yang selalu berlaku baik terhadap
masyarakat, berbeda dengan nahi munkar, mecegah seseorang berbuat
keburukan, orang-orang yang selalu menentang kebaikan dan mendukung
keburukan, seseorang yang mencegahnya harus mempunyai pengaruh yang
kuat dan daya paksa yang hebat, yang membuat sipelaku jerah terhadapnya,
karena suatu kemungkaran mmempunyai unsur kebodohan, ucapan yang
tercela, perilaku yang bejad serta moral yang rendah, dan disini kita harus
berupaya untuk merubahnya meski secara perlahan-perlahan. Jangan
sampai kita terjerumus ikut dalam kemunkaran tersebut.3

Proses amar makruf dan nahi mungkar secara bertahap tidak akan
langsung dapat mengubahnya, ibarat membalikkan tangan. Berikut
beberapa tahap amar makruf:

1. Tahapan pertama

3
Ibid, hal 83
Urgensi Da’i untuk Negeri | 5
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Ketika da’i mengucapkan sebuah ucapan diwaktu ia berdakwah


dengan lembut, penuh kasih sayang dan sedikit pengertian tentang
sebuah kemungkaran, namun dalam masyarakat berbeda awal
dipikiran mereka itu adalah sebuah hinaan, celaan, bahkan salah satu
pasti pernah berpikir bahwa itu sebuah caci dan makian terhadap
masyarakat. Namun disisi itu pasti kita juga dicaci maki, dihina, atau
sebagai timbal baliknya, sebuah kebiasaan yang bertentangan bagi
kehidupan mereka. Fenomena tersebut sama persis pada zaman
Rasulullah sholallahu‘alaihi wassalam yang pertama kali dakwah
ketika mendirikan sholat di tengah masyarakat, responnya juga
mencela dan menghina beliau.

2. Tahapan kedua

Ditahap ini apabila kebaikan sudah disampaikan secara terus-


menerus, sudah sebaiknya kita melakukan pembelaan terhadapnya,
sepatutnya kita melakukan penjagaan kebenaran terhadap Islam dan
aturan Allah. Selalu menanamkan benih kebenaran terhadap
masyarakat serata tidak boleh bosan terhadap atuaran. Hal ini
dilakukan hingga orang-orang yang melakukan kemungkaran merasa
terbiasa untuk selalu melakukan kebaikan.

3. Tahapan ketiga

Pembela kebenaran harus menjadi pondasinya, selalu kokoh jangan


sampai goyah sedikitpun, menetapkan simbol-simbol kebaikan.
Selalu sabar, tabah menghadapi cobaan dalam menegakkan
kebaikan, karena sebuah kebaikan pasti akan ada pembencinya.
Seseorang penegak kebaikan jangan takut untuk dibenci umat.
Meskipun dibenci didunia diakhirat Allah akan memuliakanmu.
Penegak kebaikan harus lurus tidak boleh mudah terpengaruh orang
lain. Serulah kebaikan dan tolak kemungkaran dengan sikap acuh
dalam kemungkaran.

4. Tahapan keempat
6 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Tahap keempat adalah tahapan penerimaan dan keridhoan hingga


kebaikan tersebut benar-benar menjadi asas dalam masyarakat yang
kokoh, ketika amar makruf nahi mungkar sudah dilakukan secara
terus menerus dan sudah terbiasa melakukannya kita harus
menerima dan memohon keridhoan terhadap Allah. Karena Allah lah
tempat meminta segala sesuatu.

5. Tahapan kelima

Tahapan yang terahir ialah muncullah keimanan, semangat,


kemenangan serta kekuatan terhadap agama Islam. Adanya
peralihan tahapan ke tahapan selanjutnya merupakan suatu hal
positif dalam dakwah. Tahapan ini sangat wajar ketika hendak
menanamkan kebaikan terhadap sesama, hal ini membutuhkan
suatu proses tidak akan bisa langsung terwujud secara cepat, tidak
pula bisa dicapai dengan hanya satu langkah.

Begitu juga terhadap proses mencegah kemungkaran, semua pun


ada prosesnya tidak dapat langsung dengan cepat, namun proses mencegah
kemungkaran adalah kebalikannya dari proses amar makruf nahi mungkar.
Pelaku kemunkaran puas dengan perubahan yang terus bertahap, sebelum
kemunkaran itu mengakar dibenak manusia.

Dalam hadits Rasulullah menjelaskan:

:ُ‫َﺎﻻ ِْﻹﻣَﺎ ُﻣﺄَ ْﺣ َﻤﺪ‬


َ‫ﻗ‬
‫ َﻋ ْﻨـ َﻌ ْﺒﺪِاﻟﻠﱠ ِﻬ ْﺒﻨِ َﻌ ْﺒﺪِاﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤﻨِﺎ‬،‫أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧِﻴ َﻌﻤْﺮوﺑْـﻨُﺄَﺑِﻴ َﻌ ْﻤﺮٍو‬،ٍ‫أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎإِ ْﺳﻤَﺎﻋِﻴﻠُْﺒـﻨُ َﺠ ْﻌ َﻔﺮ‬،‫َﺎﺷ ِﻤﻲﱡ‬
ِ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳﻠَْﻴﻤَﺎﻧُﺎﻟْﻬ‬
:‫َﺎل‬
َ ‫ِﻮ َﺳﻠﱠ َﻤﻘ‬
َ ‫ﺼﻠﱠﯩﺎﻟﻠﱠ ُﻬ َﻌﻠَْﻴﻬ‬
َ ‫أَﻧﱠﺎﻟﻨﱠﺒِﻴﱠ‬،ِ‫ َﻋ ْﻨ ُﺤ َﺬﻳْـ َﻔﺔَﺑْﻨِﺎﻟْﻴَﻤَﺎن‬،‫ْﻷَ ْﺷ َﻬﻠِﻲﱢ‬
‫ﺛُ ﱠﻤﻠَﺘَ ْﺪ‬،ِ‫ُﻮﺷ َﻜﻨﱠﺎﻟﻠﻬُﺄﻧْـﻴَْﺒـ َﻌﺜَـ َﻌﻠَْﻴ ُﻜ ْﻤ ِﻌﻘَﺎﺑًﺎ ِﻣ ْﻨ ِﻌ ْﻨ ِﺪﻩ‬
ِ ‫أ َْوﻟَﻴ‬،ِ‫َﻮﻧـﱠ َﻌﻨِﺎﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜﺮ‬
ُ ‫ْﺴﻴﺒِﻴَﺪِﻫﻠَﺘَﺄْ ُﻣ ُﺮﻧﱠﺒِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮُوﻓِﻮﻟَﺘَـ ْﻨـﻬ‬
ِ ‫"وَاﻟﱠﺬِﻳﻨَـﻔ‬
."ْ‫َﺠﻴﺒُـﻠَ ُﻜﻢ‬
ِ ‫ﻋُﻨﱠـ ُﻬﻔَﻼﻳَ ْﺴﺘ‬

Urgensi Da’i untuk Negeri | 7


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Imam Ahmad mengatakan: telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-


Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Abdullah ibnu Abdur
Rahman Al-Asyhal, dari Huzaifah ibnul Yaman, bahwa Nabi Saw. pernah
bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-
Nya, kalian benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan
melarang perbuatan mungkar, atau hampir-hampir Allah akan mengirimkan
kepada kalian siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian benar-benar berdoa
(meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.4

Dalam ayat dan sabda Nabi diatas dapat disimpulkan bahwasannya


dakwah berarti menyeru berbuat yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
Dakwah berarti sangat luas, kewajiban yang dipikul oleh tiap manusia.
Setiap orang wajib mengingatkan saudara yang lain jika berbuat suatu
kemaksiatan, janganlah takut demi kebaikan, ketika ada seorang muslim
melihat kemungkaran dan dibiarkan begitu saja maka dosalah ia,
pemahaman seperti ini, sebetulnya semua orang bisa berdakwah. Dakwah
bukanlah monopoli para ustadz atau kyai. Siapapun bisa berdakwah, dari
yang muda sampai yang tua pun wajib berdakwah, tentu saja sesuai dengan
kapasitas dan kemampuannya masing-masing.

Inilah makna dari sabda Rasulullah sholallahu‘alaihi wassalam:


”Ballighuu ‘annii walau aayat”, ‘Sampaikan dariku meski hanya satu ayat.’
Ini artinya, jika engkau tahu satu ayat, sampaikan satu ayat. Jika engkau
tahu dua ayat, sampaikan dua ayat, demikian seterusnya. Tujuannya agar
nukilan dari Nabi sholallahu‘alaihi wassalam dapat segera tersambung dan
tersampaikan seluruhnya, dalam hadits Rasulullah sholallahu‘alaihi
wassalam menerangkan juga bahwasannya yang hadir hendaknya
menyampaikan kepada yang tidak hadir. Hal ini menunjukkan bukti wajib
untuk berdakwah.

Jangan sampai kita tahu satu ayat atau lebih tetapi kita diam saja
atau bahkan menyembunyikannya, amalkan ilmu walau sedikit. Janganlah

4
Hadits ini dari Imam Ahmad dan diriwayatkan oleh Imam Muslim.
8 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

engkau sesekali menyembunyikan ilmu yang engkau miliki, karena Allah


akan melaknat orang yang menyembunyikan ilmu. Dalam firmanNya yang
artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
melaknati.”

Ibnu katsir mengatakan, bahwa ini adalah ancaman yang keras buat
orang yang menyembunyikan apa yang telah disampaikan oleh rasul-rasul
berupa keterangan-keterangan yang jelas yang bertujuan benar serta
petunjuk yang bermanfaat bagi had manusia, sesudah dijelaskan oleh Allah
Swt. kepada hamba-hamba-Nya melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada
rasul-rasul-Nya.

Telah disebutkan dalam hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah


pernah bersabda:

‫ْﺠ َﻤﻴـ َْﻮﻣَﺎﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔﺑِﻠِﺠَﺎ ٍﻣ ِﻤ ْﻨـﻨَﺎ ٍر‬


ِ ‫أُﻟ‬،ُ‫ﺴﺌِﻠ َﻌ ْﻨ ِﻌ ْﻠ ٍﻤ َﻔ َﻜﺘَ َﻤﻪ‬
ُ ‫َﻣ ْﻨ‬

”Barangsiapa yang ditanya mengenai suatu ilmu, lalu ia


menyembunyikannya, niscaya dia akan disumbat kelak di hari kiamat
dengan tali kendali dari api neraka” 5



B. KAIDAH PRINSIP DAKWAH

Kegiatan menyeru manusia kejalan kebaikan dan menghindari


kemungkaran ini tentu tidak serta merta begitu saja, ada rambu-rambu yang
harusnya diketahui para da’i, hal ini agar dakwah dapat diterima secara luas
oleh masyarakat (objek dakwah).

5
Hadis musnad melalui berbagai jalur yang satu sama lainnya saling memperkuat predikat ,
dari Abu Hurairah
Urgensi Da’i untuk Negeri | 9
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Dalam dunia dakwah seorang da’i hendaknya harus mempunyai


kaidah prinsip yang akan digunakan dalam proses dakwahnya. Adapun
prinsip itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak, dsb. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
prinsip dakwah adalah suatu kebenaran yang dijadikan pokok dasar berpikir
dan bertindak seorang da’i dalam melakukan dakwahnya. Banyak para da’I
sekarang yang belum seberapa paham akan kaidah dan prinsip dakwah
sehingga cara menyeru kebenaran kurang tepat. Perlu kita ketahui apa saja
rambu-rambu kaidah dalam dakwah itu?

a. Membesarkan hati sebelum menjelaskan

Para da’i hendaknya menyampaikan kabar gembira sebelum


berdakwah sebelum menyampaikan ancamannya, agar hati tertutup bisa
terbuka. Dai juga harus bisa memahami kondisi objek yang akan mereka
dakwahi, sehingga dia tidak menakut nakuti mereka sebelum
menyampaikan kabar gembira. Seperti yang dicontohkan Nabi
sholallahu‘alaihi wassalam ketika mengajak ‘Adi bin Hatim masuk Islam,
berbicara dengan sesuatu yang dapat membuat objek dakwah tertarik pada
dakwah ini. Para da’I hendaknya menyampaikan kebajikan, Apabila dia
sudah melihat kebajikan pada objek dakwahnya, hendaklah dia
mendorongnya untuk terus meningkatkan.

Dalam hadits Nabi sholallahu‘alaihi wassalam, mengisahkan tentang


si pembunuh yang telah membunuh seratus jiwa namun ia sudah memiliki
niatan untuk bertaubat dan ia diambil oleh malaikat rahmat karena jaraknya
lebih dekat ke tempat yang baik walau hanya sejengkal, dapat disimpulkan
bahwasannya Janganlah sekali-kali memberi kesan kepada seseorang bahwa
dia telah banyak bermaksiat, dosanya besar dan ia tidak akan diampuni.
Namun berilah kabar gembira kepadanya, agar dia senantiasa bertaubat.
Karena Allah sangat suka menerima taubat seorang hambanya yang berbuat
dosa sebelum matahari terbit dari barat.

Menanamkan kesan pertama kali bahwa dirinya juga manusia biasa


sebagaimana mereka, terkadang benar terkadang salah. Maka, agamalah
10 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

sebagai nasihat, bagi Allah, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan
orang-orang awam. Setelah menyampaikan targhib, hendaklah dilanjutkan
dengan mengenalkan kepada mereka hakikat dunia dan pengaruhnya,
sehingga menjadikan landasan mereka tak terlalu terikat olehnya. Jiwa
manusia, sebagaimana dia ditundukkan dengan cara memberi dorongan, dia
juga harus ditundukkan dengan cara diberi peringatan dan ancaman. Karena
peringatan ini akan mampu menjauhkan mereka dari perbuatan hina dan
tercela. Dengan demikian, dai telah berinteraksi dengan fitrah manusia
tanpa membenturkannya dengan benturan yang keras, tetapi melatih dan
mengobatinya, sehingga fitrah itu kembali seperti semula sebagaimana
pertama kali diciptakan Allah.6

b. Memberi keteladanan sebelum berdakwah.

Hendaklah para da’i memberikan contoh dan keteladanan terlebih


dahulu sebelum ia memulai untuk berdakwah, hendaklah menjadi suri
tauladan bagi masyarakat sehingga risalah Nabi akan tersampaikan dengan
baik dalam langkah-langkah mereka. Berbahaya jika agama telah diubah
menjadi profesi umat, bukan lagi sebagai akidah yang serius serta mampu
memotivasi da’i, karena perilaku dan amal seorang da’i adalah gambaran
dari dakwahnya. Mereka berbicara tidak sesuai dengan hatinya, mereka
memerintahkan namun tidak melakukannya sendiri mereka berbicara yang
tidak sesuai dengan hati, mereka memerintah namun tidak melakukannya
sendiri. Melarang mereka namun mereka mengabaikannya. Mengubah
kalam demi hawa nafsunya, memberi fatwa sesuai nash namun berbeda
dengan hakikat agama.

Sesuai dengan pembahasan yang pertama, jangan sampai agama


dijadikan profesi, karena Allah memperingatkan hal ini sesuai dengan QS.Al-
Baqarah(2):44

‫ْﻮأَﻧْـﺘُ ْﻤﺘَْﺘـﻠُﻮﻧَﺎﻟْ ِﻜﺘَﺎﺑَﺄَﻓَﻼﺗَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن‬


َ ‫ﺴ ُﻜﻤ‬
َ ‫أَﺗَﺄْ ُﻣﺮُوﻧَﺎﻟﻨﱠﺎ َﺳﺒِﺎﻟْﺒِ ﱢﺮَوﺗَـ ْﻨﺴ َْﻮﻧَﺄَﻧْـ ُﻔ‬

6
Jumu’ah Amin Abdul Aziz, terjemahan Adus salam, Fikih Dakwah, PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA, Solo 2010, hal. 177
Urgensi Da’i untuk Negeri | 11
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan


kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab
(Taurat)? Maka tidakkah kalian berpikir?

Menjelaskan bahwasannya jika agama menjadi profesi dakwah akan


muncul tanpa ruh, tidaklah muncul tulus dari hati. Oleh karena itu, para da’i
harus mengekpresikan setiap nilai kebaikan yang hendak desampaikan
dalam dakwah melalui ucapan sekaligus perbuatan.

Seorang da’i ibarat lentera didalam kegelapan malam, ia yang


mampu menyinari dunia, yang menuntun masyarakat kejalan yang baik dan
benar. Tanpa kehadiran da’i, kaum muslimin akan menjadi orang-orang yang
bodoh, dengan kebodohannya mereka akan terombang-ambing oleh hawa
nafsu serta akan terpuruk dalam kesesatan. Mereka adalah para imam
(pemimpin) yang membawa petunjuk dari Nabi bagi umat yang dipimpinnya.
Teladan dalam pembicaraan dan amal. Oleh karena itu harusnya para da’I
mempelajari sifat-sifat dan cerita perjalanan dakwah Rasulullah
shalallahu’alaihi wassalam karena perjalanan hidup beliaulah yang
menceritakan kepribadian yang mulia sehinga menjadi teladan yang baik
bagi manusia. Seperti firman Allah pada QS. Al-Ahzab ayat: 21

‫اﻵﺧ َﺮ َوذَ َﻛ َﺮ اﻟﻠﱠﻪَ َﻛﺜِﻴﺮًا‬


ِ ‫ﺴﻨَﺔٌ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳـ َْﺮﺟُﻮ اﻟﻠﱠﻪَ وَاﻟْﻴـ َْﻮ َم‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ أُﺳ َْﻮةٌ َﺣ‬
ِ ‫ﻟََﻘ ْﺪ ﻛَﺎ َن ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ َرﺳ‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok yang paling besar, yang
menganjurkan kepada kita agar meniru Rasulullah sholallahu‘alaihi
wassalam. dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena
itulah Allah Swt. memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru sikap
Nabi Saw. dalam Perang Ahzab, yaitu dalam hal kesabaran, keteguhan hati,
kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah‫ﷻ‬
Semoga salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada beliau sampai hari
kiamat.
12 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Melalui ayat ini Allah berfirman kepada orang-orang yang merasa


khawatir, gelisah, dan guncang dalam menghadapi urusan mereka dalam
Perang Ahzab:

ٌ‫ﺴﻨَﺔ‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ أُﺳ َْﻮةٌ َﺣ‬
ِ ‫ﻟََﻘ ْﺪ ﻛَﺎ َن ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ َرﺳ‬

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu. (Al-Ahzab: 21)

Yakni mengapa kalian tidak meniru dan mengikuti jejak sifat-sifatnya? Dalam
firman selanjutnya disebutkan:

‫اﻵﺧ َﺮ َوذَ َﻛ َﺮ اﻟﻠﱠﻪَ َﻛﺜِﻴﺮًا‬


ِ ‫ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳـ َْﺮﺟُﻮ اﻟﻠﱠﻪَ وَاﻟْﻴـ َْﻮ َم‬

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)7

Mereka adalah teladan dalam pembicaraan dan amal. Oleh karena


itu, mereka harus mau mempelajari sifat-sifat Rasulullah sholallahu‘alaihi
wassalam. Mereka wajib mempelajari perjalanan hidup Rasulullah
sholallahu‘alaihi wassalam, karena perjalanan hidup beliau menceritakan
kepribadian yang mulia sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi
manusia. Para da’i mengemban tugas para Nabi mereka tidak boleh
berharap selain Ridho Allah. Mereka yang paling berhak diikuti pola
hidupnya dan Petunjuk serta dijadikan teladan baik hidup dan matinya.
Idealnya da’I adalah yang cerdas, bersih otaknya baik dalam muamalah,
istiqomah dalam kebajikan. Sesungguhnya yang ditampilkan para Nabi
adalah kepemimpinan yang bijaksana dan benar. Semua berjalan dengan
petunjuk dari Allah.8

7
Tafsir Ibnu Katsir surat Al-Ahzab ayat 21, diakses pada 10 November 2020
8
Jumu’ah Amin Abdul Aziz, terjemahan Adus salam, Fikih Dakwah, PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA, Solo 2010, hal.155
Urgensi Da’i untuk Negeri | 13
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Dari sini lah, para da’i diwajibkan untuk selalu bersungguh-sungguh


dalam melaksanakan dakwahnya, selalu mengintropeksi diri, sehingga
istiqomah dalam kebaikan dalam ketaatan kepada-Nya. Karena demikianlah
akan tampak pada lahir dan batinnya sama. Da’i selalu muhasabah dalam
segala urusan dan langkahnya. Bahkan dalam diam ia mengintropeksi diri
melihat kekurangan dan keksalahannya. Ia memelihara dirinya dan
membersihkan hatinya serta muhasabah terhadap seluruh anggota
tubuhnya. Senantiasa menjaga perasaan takut jika ia larut dalam angan-
angan semata.

Keteladanan dimulai dari diri sendiri, masyarakat itu seharusnya


memperoleh keteladanan dari pemimpinya agar dapat diikuti langsung
prinsip kebaikannya. Karena keteladanan lebih bermakna dari pada melalui
teori dan lisan seorang da’i. seorang da’i yang sukses yang sedikit berbicara
namun melalui perilaku orang lain akan mencontohnya.

Sebelum mengajak seseorang, seorang mukmin seharusnya


memulainya terlebih dahulu. Ketika ia sudah menjadi da’I bahkan ulama’
kita melakukan dakwah harus dengan hati yang ikhlas, menjadi teladan yang
baik terhadap dakwahnya, jika tidak demikian, tidak aka nada yang
mendengar kata-katanya sama sekali serta tidak akan bermanfaat ilmu yang
dimilikinya. Orang yang melihatnya pun tidak akan hormat kepadanya.9

c. Kenalkan sebelum memberi beban

Para da’i kebanyakan tidak memperhatikan prinsip yang cukup


penting ini, prinsip ini guna untuk persiapan, meluluhkan hati objek dakwah.
Sebagai pengondisian untuk kebenaran yang hendak disampaikan. Upaya
untuk membuat senang dalam mendorong orang lain untuk beramal dengan
kebenaran. Serta menjelaskan tentang besarnya pahala seseorang yang
berbuat demikian.

9
ibid,hal. 154
14 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Para da’i harus mempersiapkan materi yang hendak disampaikan


dalam berdakwah, dan menjelaskan secara rinci apa-apa yang hendak
mereka sampaikan kepada objek dakwah, sebelum da’i membebankan tugas
kepada mereka, da’i juga harus memberi tahu landasan beramal, agar yang
beramal semakin mantap hatinya. Menambah kesungguhan dan ketaatan
kepada-Nya.

Fase pengenalan merupakan bagian penting dalam berdakwah,


Karena sesuatu perbuatan pasti ada perkenalan terlebih dahulu, misal ada
seorang da’i ia berdakwah dengan baik diawal dakwahnya maka orang
setelah itu orang lain akan menganggapnya baik dan benar, dapat menerima
dakwahnya dan senang melaksanakannya.

Tujuan dakwah kita tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki


kesalah, kemungkaran. Sehingga pemahaman ini yang menjadi acuan
utama, tentunya kita tak ingin objek dakwah kita memahami betapa
luhurnya islam yang kita bawa dan sampaikan.

Betapa banyak orang yang menyampaikan suatu ilmu lebih mudah


dipahami oleh orang lain. Ada 3 hal yang membuat hati umat islam tidak
menjadi dengki yaitu

1. Keikhlasan dalam beramal karena Allah.


2. Saling menasehati sesame muslim, para pemimpin umat.
3. Tetap pada jamaah umat islam, karena dakwah meliputi semua
umat.

Seorang da’I wajib memberikan serta menjelaskan kepada objek


dakwah sebelum ia memberikan tugas kepada mereka denagn berbagai
beban diperjalanan, dan perlu diingat sesungguhnya jalan dakwah adalah
menyenangkan, aku dan Rasulku pasti menang, sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Mujadillah: 21). Oleh karena itu da’I wajib
memberi tahukan kepada orang-orang yang menempuh jalan dakwah
tentang urgensi, kepercayaan disepanjang perjalanan itu, agar tidak tersesat
ditengah jalan.10

10
Ibid, hal.260
Urgensi Da’i untuk Negeri | 15
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

d. Memudahkan jangan menyulitkan

Da’i harusnya melihat mad’u (objek dakwah) dengan pandangan


seorang pendidik, yang dipenuhi dengan kasih sayang, pemaaf dan rendah
hati. Bukan memandang objek dakwah dengan kasar, penuh dengan kepura-
puraan, sok alim dan berusaha tampil sangat pintar diantara muka bumi ini.
Apabila dia berbicara ingin slalu dilihat oleh orang dan ingin semua
mendengarkannya. Dari sinilah da’i wajib berbicara dengan manusia sesuai
kadar akal kemapuan, sehingga memudahkan apa-apa yang dipersulit, dan
menjelaskan apa-apa yang belum jelas bagi mereka. Karena kalau demikian
terjadi, maka amalan akan dihapuskan dan sia-sia, sebaliknya tugas
pokoknya adalah memberi kemudahan kepada manusia.

Hendaklah seorang da’i menjadikan jalan mudah dan menyingkirkan


kesulitannya sebagai metode dalam berdakwah, jangan sampai terjadi dan
muncul pendapat yang menentang keras, sebagai tanda bahwa dakwah
yang dia lakukan tidak mendapat respons. Agama ini datang dengan mudah
dan menyingkirkan segala hal kesulitan. Siapa yang mempermudah urusan
kebaikan atau dunia Muslim lainnya. Maka akan dinaungi keberkahan oleh
Allah. Dalam hadits Rasulullah sholallahu‘alaihi wassalam berdo’a, “ya Allah,
barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku,
lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barangsiapa
yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan
mereka, maka mudahkanlah hidupnya.” (HR Muslim).

Bila seorang muslim mempermudah urusan kebaikan orang lain


maka, Allah akan memberi naungan keberkahan atas dirinya. Allah
memberikan kemudahan bagi orang muslim yang memudahkan urusan
orang lain. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah sholallahu‘alaihi
wassalam bersabda: ”Barangsiapa melepaskan kesusahan duniawi seorang
Muslim, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat.

16 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan


memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)11

Dalam hal dakwah, setiap kali Nabi menyuruh sahabatnya untuk


menangani atau menyelesaikan suatu urusan yang itu menyengkut orang
lain, beliau selalu berpesan kepadanya untuk memberi kemudahan, tidak
boleh mempersulit.

Abu Musa Al-Asy’ari menuturkan bahwasanya ketika Rasulullah


mengutus salah seorang sahabatnya untuk menyelesaikan suatu urusan
(berkaitan dengan orang lain), beliau akan berpesan kepadanya,
“Sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta
permudahlah dan janganlah mempersulit.” (HR Muslim).12

Dalam sebuah hadis, sebagaimana terhimpun Musnad Imam Ahmad,


Nabi Muhammad sholallahu‘alaihi wassalam bersabda: “Ajarkanlah,
permudahlah dan jangan mempersulit.” Dalam hadits diatas dijelaskan
bahwasannya jika berdakwah maka jangan dipersulit, permudahlah agar
mad’u paham akan hal yang dijelaskan oleh da’i.

Diantara upaya untuk mempermudah itu adalah sikap sok alim, fasih
dan berlebihan saat ia berbicara. Membuat ilustrasi yang mudah dipahami,
membangkitkan semangat objek dakwah untuk selalu beramar makruf nahi
mungkar, atau menggunakan perbandingan-perbandingan yang serupa.
Seorang da’I juga harus pintar mengambil hati objek dakwah guna
mengarahkan kejalan yang benar menurut Al-qur’an dan As-sunnah.

e. Memberi pemahaman

Da’i sangat butuh akan ilmu untuk disampaikan kepada objek


dakwah, namun bukan sekedar ilmu saja. Dari sinilah, maka mendikte saja
tidaklah cukup jika tidak dipahamkan. Harusnya dengan penalaran yang

11
Ibid, hal.296
12
Diakses dari https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
digest/19/04/25/pqixen458-nabi-muhammad-saw-permudahlah-jangan-mempersulit ,
tanggal 13 November 2020 pada taggal 4 november 2020.

Urgensi Da’i untuk Negeri | 17


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

jelasbukan sekedar mengambil nash disertai ruh dan pemahaman yang


benar menurut agama.

Para da’i hendaklah memberi pemahaman kepada objek dakwah


terhadap apa yang ia dakwahkan. Memahmkan bertujuan untuk si objek
lebih mendalam mempelajari ilmu yang disampaikan, dan imu itu bagi si da’i
juga sangat bermanfaat didalam dunia dan akhirat.

Amalan menuntut adanya pemahaman mendalam tentang pokok-


pokok ajaran Islam maupun cabang-cabangnya, dasar islam maupun detail
ajarannya. Demikian da’i adalah orang yang penuh kebenaran, mempunyai
aktivitas yang baik. Dia mempunyai kepedulian yang besar kepada objek
dakwah. Mengutamakan kemaslahatan umat manusia.

Seorang da’i juga harus memperhatikan keadaan masyarakat yang


hendak menjadi objek dakwah. Kehidupan ini tajam. Begitu ia mendapatkan
fenomena kepusasaan atau keterpurukan moral pada umat, maka segera
bangkit meniupkan ruh keimanan terhadap dirinya, sehingga umat islam
menjadi kuat, penyimpangan menuju kebenaran.

Ada sebuah cerita didalam QS. Al- Anbiya’ ayat 78 dan 79

,ِ‫َﺖ ﻓِﻴ ِﻪ ﻏَﻨَ ُﻢ اﻟْﻘَﻮِْم َوُﻛﻨﱠﺎ ﻟِ ُﺤ ْﻜ ِﻤ ِﻬ ْﻢ ﺷَﺎ ِﻫﺪ‬


ْ ‫ْث إِ ْذ ﻧَـ َﻔﺸ‬
ِ ‫َودَا ُو َد َو ُﺳﻠَْﻴﻤَﺎ َن إِ ْذ ﻳَ ْﺤ ُﻜﻤَﺎ ِن ﻓِﻲ اﻟْﺤَﺮ‬
‫ﺴﺒﱢ ْﺤ َﻦ وَاﻟﻄﱠْﻴـ َﺮ َوُﻛﻨﱠﺎ‬
َ ُ‫َﺎل ﻳ‬
َ ‫ْﺠﺒ‬
ِ ‫ﻓَـ َﻔ ﱠﻬ ْﻤﻨَﺎﻫَﺎ ُﺳﻠَْﻴﻤَﺎ َن َوﻛُﻼ آﺗَـ ْﻴـﻨَﺎ ُﺣ ْﻜﻤًﺎ َو ِﻋ ْﻠﻤًﺎ َو َﺳﺨ ْﱠﺮﻧَﺎ َﻣ َﻊ دَا ُو َد اﻟ‬
‫ﻓَﺎ ِﻋﻠِﻴ َﻦ‬
“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu di rusak oleh kambing-
kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian
kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-
masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami
tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud Dan Kamilah yang melakukannya.”

18 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Ada dua lelaki yang mengadu kepada Daud karena kambingnya slah
satu dari keduanya masuk dan berda dikebunnya, merusak tanaman-
tanaman dikebun tersebut, sampai tanamannya tidak tersisa sedikitpun,
lalu Daud memutuskan untuk pemilik kebun itu mengambil ahli kambing
itu. Kemudian kedualelaki itu keluar menuju kepada Sulaiman. Memberi
tahukan keputussan yang telah ditentukan Daud (ayahnya) tadi.

Kemudian Sulaiman masuk dan menemui Daud serta berkata: “wahai


ayah, seandainya engkau putuskan dengan keputusan selain itu, tentu akan
lebih menguntungkan bagi semuanya.” Daut bertanya: “apa itu?” Sulaiman
menjawab, “pemilik kambing tersebut sebaiknya disuruh merawat kebun itu
hingga tanamannya tumbuh indah kembali. Sementara sipemilik kebun itu
dapat memanfaatkan kambingnya dengan memerah susunya dan
keturunananya. Apabila tanaman itu sudah panen maka dikembalikanlah
kambing tersebut kepada pemiliknya. Demikian juga dengan kebunnya.
Daud berkata kepada anaknya: “engkau telah diberi taufik wahai anakku.”
Dan akhirnya Daud memutuskan hukum kepada keduanya dengan
keputusan tersebut yang diusulkan oleh Sulaiman. Inilah yang dimaksud
firman Allah fahamkan.

Dai keputusan Daud dan Sulaiman itu tadi termasik ijtihad dari
keduanya, dan Allah menyaksiakan hokum tersebut. Allah memberikan
ihlam kepada Sulaiman berupa hokum yang bijaksana, serta memberikan
kepahaman kepadanya dengan kepahaman yang tepat. Seua makhluk Allah
masing-masing sudah diberika hikma dan ilmu sesuai kadarnya.

Pentingnya para da’i pada hikmah yang disertai dengan ilmu,


namun bukan sekedar ilmu saja yang dibutuhkan, dari sinilah transformasi
ilmu (talqin) dengan mendikti saja tidak cukup, butuh pemahaman ilmu yang
disampaikannya, bahkan dengan batas waktu tertentu terkadang dapat
membahayakan objek dakwah.

f. Menjelaskan yang pokok terdahulu

Dalam berdakwah para da’I diperintahkan untuk menjelaskan hal-hal


pokok terlebih dahulu, berdakwah secara bertahap, hal ini merupakan

Urgensi Da’i untuk Negeri | 19


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Sunnah Allah, dalam kehidupan dan wujud keseluruhan. Semua perbuatan


harus melalui tahap demi tahap.

Pokok dalam dakwah sejak diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam hingga hari kiamat tidak akan berubah tetap sama, tidak akan
berubah meski perkembangan zaman. Pokok dakwahnya ialah bahwa umat
diwajibkan memberi tahu tentang tauhid dan tidak ada hal yang
menggugurkan atau menguranginya. Pokok dakwah diantaranya ialah:

1) Untuk bersyahadat. Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah (yang


berhak disembah) dan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad
adalah utusan Allah.
2) Setelah itu diwajibkan atasnya untuk pelaksanaan lima kali sholat
dalam sehari semalam.
3) Setelah mematuhi itu, maka diwajibkannya untuk berzakat. Atas
mereka diambil dari orang kaya dan disalurkan kepada orang yang
miskin.

Hal ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori, itulah pokok dalam berdakwah


yang harus diurutkan seperti demikian ketika kita hendak mendakwahi
orang kafir. Jadi jika kita hendak berdakwah maka jelaskan yang pokok
dahulu sebelum yang bercabang, agar objek dakwah lebih paham akan ilmu
yang hendak da’i jelaskan.

Da’i harus memikirkan hal pokok terlebih dahulu, dengan metode yang
mudah dipahami sehingga pesan dakwah dapat tersampaikan, jangan keluar
dari pergulatan pemikiran yang berpotensi pada hal-hal yang bercabang.
Karena dapat menimbulkan perpecahan. Kita harus kembali pada inti ajaran
agama islam berupa pokok-pokok bukan bercabang. Inti dari Islam berupa
aqidah dan ibadah dengan segala makna yang terkandung didalamnya.

Oleh karena itu da’i ketika berinteraksi dengan objek dakwah harus
berupaya masuk kedalam jiwa dan perasaan mereka. Baru setelah itu
mendapat gerakan hati nuraninya, membangkitkan perasaan mereka
menuju jalan Allah. Ibarat air yang menyegarkan, setelah sekian lama
merasa kehausan, dan menenangkan jiwa setelah sekian waktu mengalami

20 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

kebingungan, serta meluruskan serta mengalami penyimpangan dalam


ajaran islam.13

g. Mendidik

Para da’i lebih baik mengawali dakwahnya dengan mengintropeksi


dirinya dahulu, jangan sampai ia menyalahkan orang lain, menelanjangi,
padahal tabiat seoarang muslim ialah memperlakukan sesame dengan baik
tanpa unsur buruk apapun, dan membenci orang yang berbuat hal
keburukan. Sudah seharusnya da’i berdakwah dengan cara menyejukkan
hati sang mad’u biasa kita sebut dakwah tarbawi.

Sikap seseorang yang merasa benar akan dakwahnya, dan


menyalahkan pendapat orang lain karena merasa pendapannyalah yang
paling benar, dan seringkali mengutarakan tuduhan palsu, sikap inilah yang
membuat tali persaudaraan hancur.

Ketika da’i sudah terikat dengan dorongan hahwa nafsu, ia akan


menggunakan dakwahnya untuk kepentingan pribadinya masing-masing,
padahal da’i yang benar dan lurus adalah mereka yang menjauhi hal-hal
tersebut dalam kehidupannya, tidak hanya materi melainkan jiwa pribadi
seorang da’i, Karena itu semua dapat mengurangi pahala kita.

Berdakwah dengan cara mendidik, dengan perlahan demi perlahan.


Dengan metode yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Berdakwah tidak boleh dengan paksaan harus dengan didikan, agar
hasinya lebih memuaskan, serta memudahkan da’i dalam dakwahnya.
Mendidik bukan prihal kepada anak kecil saja, dewasapun jika masih belum
mengetahui ilmu-ilmu fardhu ‘ain juga harus dididik terlebih dahulu,dengan
penuh kesabaran, ketabahan dan tawakkal.14

Seorang da’i hendaknya membenarkan, mempengaruhi orang lain


untuk berbuat kebaikan. Mulianya akhlak dan pergaulan yang membangun,
bukan merusak, yang meluruskan bukan mencela atau menghina,
mempermalukan orang lain didepan umum. Itulah akhlak seorang da’i.

13
Jumu’ah Amin Abdul Aziz, terjemahan Adus salam, Fikih Dakwah, PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA, Solo 2010, hal. 314
14
Ibid, hal. 345
Urgensi Da’i untuk Negeri | 21
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Mereka mendapatkan ilmu itu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam


yang ditunjukkan kepada orang yang mencambuk seorang budak yang
berbuat zina agar mereka tidak mencercanya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi sholallahu‘alaihi


wassalam, beliau bersabda: “Apabila seorang budak wanita berzina,
kemudian terbukti berzina, maka cambuklah ia sebagai hukuman, dan
jangan ada yang mencerca. Kemudian apabila ia mengulangi untuk yang
kedua kali, maka cambuklah ia dan jangan mencercanya. Kemudian jika ia
mengulangi perbuatan itu untuk ketiga kali, maka juallah dia meskipun
hanya (ditukar) dengan tambang dari rambut. (HR. Bukhori, Muslim)

Begitulah bentuk periklaku seseorang, kepada orang yang di


dakwahinya. Karena kedudukan sanksi sebagai pelajaran agar mereka tidak
mengulanginya lagi. Hal tersebut merupakan metode terakhir dalam
pendidikan, tidak dimaksudkan untuk menghinakan dan melecehkan
seseorang yang berbuat salah atau berbuat buruk. Sanksi sekedar untuk
meluruskan sebagian orang untuk tidak dan jangan mendekatinya, sekedar
meluruskan sebagian orang yang tidak bisa didekati dengan metode
targhibuntuk memperoleh pahala Allah.15



C. TUJUAN DALAM BERDAKWAH


Sesungguhnya orang yang menyembunyikan apa yang telah kami
turunkan berupa ayat-ayat keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah
kami menerangkannya kepada manusia dalam Kitab, mereka itu dialaknat
Allah dan dilaknat pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati. Kecuali
mereka yang bertobat dan menggandakan perbaikan dan menerangkan
kebenaran, maka terhadap mereka itu aku menerima tobatnya, Akulah Yang
Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (Al -Baqarah: 159-160).

15
Fathu Bahri An-Nabiri, Amza, Jakarta 2008. Meniti Jalan Dakwah, hal.238
22 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Ayat ini menjelaskan bahwasannya setiap umat tidak boleh


menyembunyikan ilmu harus berdakwah walau sedikit ilmu namun ia paham
akan ilmu tersebut. Terdapat ancaman keras bagi orang yang
menyembunyikannya. Karena adanya ancaman keras terhadap orang yang
menyembunyikan ilmu, berarti sangatlah penting dalam hal berdakkwah ini.
Sampai Allah memberi ancaman keras. Apa sih sebenarnya tujuan
berdakwah itu?

Pada dasarnya semua perbuatan yang kita lakukan pasti ada maksud
dan tujuan kita melakukan perbuatan tersebut. Tanpa adanya tujuan
sesuatu pekerjaan atau amalan tidak akan bermakna sama sekali, misalnya
kita memakan makanan maka termotivasinya hanya untuk menghilangkan
rasa lapar saja hal itu tidak seberapa terasa. Namun jika kita makan untuk
melakukan hal yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, misalnya makan makanan bertujuan untuk berbuka puasa maka
Subhanallah nikmatnya tiada tara. Mendapatkan kenyang dan pahala
berbuka puasa. Begitu pentingnya tujuan dalam melakukan suatu
perbuatan.

Membahas tujuan dalam berdakwah adalah penting dan pasti


mempunyai dampak positif, yaitu mengajak, mendorong dan merangkul
seseorang untuk melakukan kebaikan. Tujuan ini juga mendorong para da’i
untuk lebih semangat dan berperan aktif dalam penyampaian dakwah,
memperkaya materi dakwah. Para da’i juga harus mempertemukan kembali
fitrah manusia tentang perlunya mengamalkan ajaran islam yang dibawa
Nabi Muhammad.

Secara umum bertujuan untuk menyeru, memanggil umat untuk


kembali kejalan yang benar dengan syari’at dan hukum-hukum Allah, lain
dengan tujuan utama dalam berdakwah, adalah mewujudkan kesejahteraan
hidup didunia dan diakhirat yang diRidhoi oleh Allah. Dengan
menyampaikan nilai-nilai yang mendatangkan kebahagiaan dan
kesejahteraan sesuai dengan segi atau bidang masing-masing.

Tujuan dakwah dalam segi objek dakwah dibagi menjadi empat


yaitu:

Urgensi Da’i untuk Negeri | 23


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

1. Tujuan perseorangan

Yaitu bertujuan untuk membangun, membentuk pribadi-pribadi


muslimah yang berakhlaqul karimah, mempunyai iman yang kuat,
berperilaku sesuai hukum Allah dan syari’at agama islam.

Dengan adanya tujuan ini para da’I lebih mudah untuk menyampaikan
dakwahnya. serta menguntungkan sesama jangan sampai kita
terjerumus dan turut langkah-langkah syeitan. Karena sesungguhnya
syetan adalah musuh bagi kalian.

2. Tujuan untuk keluarga

Dapat membentuk keluarga bahagia, tentram, aman, damai, dan


penuh kasih sayang antara anggota keluarga yang lainnya. Sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Ar-Rum: 21

ً‫ُﺴ ُﻜ ْﻢ أَزْوَاﺟًﺎ ﻟِﺘَ ْﺴ ُﻜﻨُﻮا إِﻟَْﻴـﻬَﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﺑَـ ْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ ﻣ ََﻮ ﱠدةً َوَر ْﺣ َﻤﺔ‬
ِ ‫َوِﻣ ْﻦ آﻳَﺎﺗِِﻪ أَ ْن َﺧﻠَ َﻖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ أَﻧْـﻔ‬
‫َﺎت ﻟِﻘَﻮٍْم ﻳَـﺘَـ َﻔ ﱠﻜﺮُو َن‬
ٍ ‫ِﻚ ﻵﻳ‬
َ ‫إِ ﱠن ﻓِﻲ ذَﻟ‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.

Dalam surat ini dijelaskan bahwasannya Rahmat Allah yang


sempurna kepada anak-anak adam ialah menjadikan pasangan suami-
istri dengan kasih sayang dari pasangan itu. Lelalaki sangat
membutuhkan wanita, ibarat separuh nyawanya. Memegang wanita
karena cinta kepadanya, sayang kepadanya dan anak-anaknya.
Wanitapun butuh perlindungan dari sang suami, memerlukan nafkah
lahir maupun batin. Suami wajib melindungi istri.

3. Tujuan untuk masyarakat.

24 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Untuk membangun masyarakat dunia yang penuh dengan


kedamaian, ketenangan saling tolongh menolong, tegaknya dunia tanpa
diskriminasi dan ekploitasi menghormati satu sama lain. Dakwah yang
kita inginkan dan wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya
adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi:

Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para Rasulullah, yang


memulai dakwah dikalangan masyarakat jahiliyah. Mengajak manusia
untuk memeluk ajaran Islam, menyampaikan wahyu kepada kaumnya
dan memperingatkan mereka dari syirik atau menyekutukan Allah,
jangan sampai salah satu ada diakalangan masyarakat yang berbuat
kesyirikan karena hal tersebut dosa besar.

Dakwah melakukan perbaikan kepada masyarakat Islam yang


terkena musibah. Seperti berbuat kemungkaran bahkan penyimpangan
serta pengabaian masyarakat terhadap segenap kewajiban.

Memelihara kelangsungan dakwah dikalangan masyarakat yang telah


berpegang teguh kebenarannya, yang telah kokoh akan dakwahnya,
menyemangati serta mendukung para da’I untuk selalu istiqomah dalam
berdakwah, pengajaran secara terus-menerus, menyucian jiwa dan
pendidikan.

Tujuan pertamanya membentuk sekelompok orang, karena


membutuhkan suatu jamaah untuk berupaya menegakkan Islam dan
realita kehidupan, sehingga manusia dapat melihat keteladan yang baik
secara langsung dari para da’I ataupun masyarakat lainnya, menyaksikan
keindahan agama Islam, yang tergambar dalam masyarakat muslim.
Pengaruh agama ini tertoreh pada setiap pada setiap orang yang
mengimaninya. Dengan demikian mereka dapat merasakan keagungan
agama ini dan berbondong-bondong untuk memeluk agama Allah.

4. Tujuan untuk umat manusia

Dalam firman Allah yang artinya: “dan tidaklah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’:
Urgensi Da’i untuk Negeri | 25
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

107). Menjelaskan bahwa tujuan dakwah kepada umat manusia adalah


saling tolong menolong kepada sesama, menjadikan bumi tentram,
tenang serta bersahaja. Dengan demikian, keseluruhan umat manusia
dapat menikmati agama islam sebagai Rahmat bagi mereka.

Adapun tujuan dakwah dari segi materinya yaitu:

1. Tujuan akidah

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-ihkaamu yang artinya mengokohkan dan menetapkan. Sedangkan
menurut istilah (terminology) akidah adalah iman yang teguh dan pasti,
yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakini.

Tujuan akidah ini penting bagi kehidupan dunia dan akhirat. Yaitu
tertanamnya suatu akidah yang mantap disetiap hati seeorang, sehingga
keyakinan agama Islam tidak dicampuri dengan hal yang lain, tanpa
adanay rasa keraguan dari hatinya, realisasi dari tujuan agama ini adalah
bagi orang yang belum beriamn agar beriman, bagi iamnnya yang masih
diliputi dengan keraguan menjadi orang yang imanya mantap sepenuh
hati.

2. Tujuan hukum

Kepatuhan setiap orang terhadap hukum-hukum yang telah disyari’atkan


oleh Allah kepada uamatnya, tujuan dakwah ini adalah mengubah
pemikiran orang yang belum beribada menhjadi orang yang mau
beribadah dengan penuh kesadaran, bagi orang yang belum memtuhi
peraturan-peraturan agama Islam menjadi orang yang patuh dengan
kesadaran dalam dirinya sendiri. Kita diwajibkan untuk mematuhi
hukum-hukum Allah.

26 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

3. Tujuan akhlak

Arti dari akhlak adalah tingkah laku, perbuatan yang melekat pada
diri seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara mendasar
untuk melakukan suatu perbuatan, Sementara itu, menurut Imam Al
Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Indonesia dikenal dengan Negara yang menjujung tinggi sopan


santun dan etika dalam kehidupan. Maka peran pendidikan dalam dunia
ini sangatlah penting! Menanamkan danmengajarkan nilaai-nilai akhlak
dan etika. Namum dunia saat ini minimnya akan akhlak dan etika apalagi
didunia remaja. Mereka mulai rusak, merebaknya kebodohan, pengaruh
negative yang muncul karena minimnya ajaran pendidikan agama.

Tujuan akhlak ini adalah terbentuknya pribadi muslim yang luhur, dihiasi
dengan sifat-sifat terpuji dan bersih dari sifat sifat tercela.



D. UNSUR DAKWAH

Islam adala agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong


pemeluknya untuk senantiasa aktif malakukan kegiatan dakwah. Kemajuan
dan kemunduran umat Islam berkaitan erat dengan dakwah yang dilakukan.
Semakin gencar dan tepat dakwa itu disampaikan, maka akan semakin baik
pula hasilnya. Ketepatan dan keberhasilan dakwah akan terwujud sengan
baik apabila ada unsur-unsur terpenuhi dengan baik. Adapun unsur dakwa
tersebut antara lain ialah:

 SEPUTAR DA’I

Urgensi Da’i untuk Negeri | 27


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Da’i merupakan kata bahasa Arab yang diambil dari bentuk mashdar
‫ ﯾﺔ داع‬yang berubah menjadi fail ‫ داﻋﻲ‬yang mempunyai arti yang berdakwah
orang yang mendakwahkan ajaran-ajaran islam. ia adalah seorang yang
terlibat dalam dunia dakwah, menyiarkan, menyeru, dan mengajak orang
lain untuk beriman, berdo’a atau berkehidupan islam baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Ia juga bermakna mu’adzin karena ia mengajak
kepada sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah‫ﷻ‬. Bentuk jamak da’I
adalah Du’at atau Da’uun. Du’at menurut bahasa adalah kata umum
mencakup Du’at kebaikan atau du’at kesesatan. Maka setiap manusia yang
membawa fikroh, mengundang dan mengajak kebaikan kepada orang lain
disebut da’iyah menurut bahasa. Da’iyah pertama kali dalam umat ini adalah
Rasulullah.16

Secara umum kata da’I sering disebutu dengan muballigh (orang


yang menyampaikan agama Islam). namun sebutan ini konotasinya
sangatlah sempit, karena kebanyakan masyarakat mengartikannya sebagai
orang yang menyampaikan dakwahnya dakwahnya hanya melalui lisan saja,
seperti khutbah, kultum dan sebagainya.17

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallama adalah suri tauladan yang


paling sempurna bagi umatnya. Kita sebagai umatnya harus mencontoh hal
yang dilakukan dari Rasulullah termasuk dakwahnya, penjelasan tentang
dakwah yang dilakukan oleh umat Rasulullah terdapat dalam ayat berikut
ini: “siapa yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru
kepada Allah. Mengerjakan amalan yang sholih dan berkata sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri”, dalam ayat ini terdapat
sanjungan dan pujian bagi para du’at karena tidak aka nada satupun yang
lebih baik dari perkataannya disbanding dengan yang lainnya. Tidak lagi
diragukan bahwa definisi ini mencakup seluruh lapisan dari Rasulullah,
ulama’, penguasa setiap umat muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

16
Jumu’ah Amin Abdul Aziz, terjemahan Adus salam, Fikih Dakwah, PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA, Solo 2010, hal.49
17
I’natut Thoifah, M.Pd.I, Malang, Jawa Timur, Managemen Dakwah, Madani press 2015,
hal. 46
28 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Pada dasarnya da’i itu menyalurkan ilmunya. Proses pemutaran ilmu


dari belajar kepada menghajar, dari da’i kepada mad’u dan mad’upun bisa
menjadi da’i. sebenarnya menjadi da’i adalah kewajiban bagi semua umat
muslim tanpa terkecuali.

 SEPUTAR MAD’U

Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik


laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda, miskin ataupun kaya,
muslim ataupun non muslim, semuanya menjadi objek dakwah dari kegiatan
islami, semua berhak menerima ajakan seruan kepada Allah.

Ditinjau dari segi kehidupan psikologis, masing-masing dari golongan


masyarakat tersebut pasti memiliki karaktritis yang berbeda-beda antara
perseorangan dan dengan yang lainnya, sesuai dengan kondisi
lingkungannya

Pengetahuan apa dan bagaimana mad’u, dapat dilihat dari aspek


psikologis, pendidikan, lingkungan sosial, ekonomi, keagamaan, hal ini
merupakan suatu hal pokok dalam dakwah. Karena hal tersebut sangat
membantu dalam pelaksanaan dakwah, terutama dalam tingkatan materi
yang mau diajarkan, serta metode mana yang dipilih dalam mengajarkan,
melalui media apa ia mengajarkan, guna menghadapi mad’u dan proses
dakwahnya.18

Demi mengetahui keadaan masyarakat yang akan menjadi sasaran


dakwah, maka kita juga harus mengetahui seberapa derajat pemikirannya,
menurut Hamza Ya’qub dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain
adalah

1. Umat yang fikirannya kritis, tergolong didalamnya adalah orang-


orang yang berpengetahuan luas, berpendidikan dan ber
pengalaman. Golongan orang ini hanya dapat dipengaruhi dengan
pemikiran yang baik. Dengan kata lain jika menghadapi golongan

18
Fathu Bahri An-Nabiri, Amza, Jakarta 2008. Meniti Jalan Dakwah, hal.230
Urgensi Da’i untuk Negeri | 29
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

inikita harus menyampaikan dakwah dengan gaya bahasa yang dapat


diterima oleh akal sehat mereka, sehingga mampu menerima
kebenaran dan mengamalkannya jika ia mampu.
2. Umat yang mudah dipengaruhi, yaitu masyarakat yang sangat mudah
terpengaruh dengan paham baru (suggestible), tanpa menimbang-
nimbang secara matang hal tersebut benar apa salah yang
dikemukakan kepadanya. Umat ini sedikit berbahaya jika ia terkena
da’I atau penyampai dakwahyang salah atau belum tau ilmunya.
Seharusnya dia harus menimbang-nimbang sesuatu yang didengar
ataupun yang dilihat olehnya, baik dan buruknya perkara tersebut.
3. Umat yang bertaklid: golongan yang masyarakatnya fanatic buta bila
berpegangan pada tradisi dan kebiasaan yang turun menurun.

Sebanding dengan yang diutarakan oleh Hamzah Ya’qub diatas,


Syaikh Muhammad Abduh, dalam tafsir Al Manar menyimpulkan, bahwa
dalam garis besarnya umat yang dihadapi oleh pendakwah bakan dibagi
menjadi 3 golongan, yang masing-masing akan dihadapi dengan cara
yang berbeda pula ketiga golongan tersebut adalah:

a. Golongan pecinta kebenaran, dan dapat berpikir secara kritis,


cepat dan tepat menghadapi arti persoalan, mereka dipanggil
dengan Hikmahyakni dengan alasan-alasan, dengan dalil-dalil dan
hujjah yang dapat diterima oleh golongan mereka.
b. Golongan orang yang masih awam, yaitu orang yang belum dapat
berfikir kritis tentang persoalan, baru belajar akan segala hhal,
belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tiunggi,
mereka ini dipanggil mauizhatul hasanah. Dengan anjuran
didikan yang baik-baik, serta dengan ajaran yang mudah
dipahami agar ia lebih paham dan mengerti suatupersoalan
tersebut.
c. Golongan yang tingkat kecerdasannya berada diantara dua
goongan tersebut. Golongan ini belum dicapai dengan hikmah,
juga tidak sesuai jika dialayani olehgolongan awam. Sala satu
cirinya mereka adalah suka membahas sesuatu, tapi dengan

30 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

batasan tertentu, tidak akan saanggup jika secara mendalam.


Mereka inilah cocok dipanggil dengan mujaddalla billati hiya
ahsan,yaitu dengan bersama, bertukar pikiran, guna mendorong
sesame untuk mampu berfikir secara sehat, pada praktiknya
dialkukan dengan baik.19

Namun tidak demikian, tidaklah berarti bahwa menghadapi orang


awam itu lebih mudah dari pada menghadapi orang yang cerdik.
Memang dalam menghadapi kaum cerdik-cendikiawan itu sangatlah
membutuhkan pemahaman yang mendalam serta ilmu yang sangat luas,
akan tetapi sering kali meraka ini, sekedar sindiran atau qarinah saja,
sudah dapat menangkap apa yang dimaksud.

 MEDIA DAKWAH

Media berasal dari bahasa latin, dan bentuk jamak dari medium yang
berarti perantara dan pengantar. Salah satu bentuk penyaluran dakwah
dengan cara lewat berbagai macam media sesuai dengan situasi dan
kondisi. Media sangat lah banyak macamnya. Media sebagai teknologi
informasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Dakwah memanglah
tidak cukup bila disampaikan dengan lisan saja. Ia harus didukung dengan
keberadaan media, yang menjadi saluran penghubung bagi umat untuk
menyalurkan dakwahnya. yang menjadi elemen visual serta urat nadii
dalam totalitet dakwah itu sendiri.

Media merupakan seperangkat alat modern, yang sering disebut


dengan komunikasi massa. Mengapa pada zaman sekarang keberadaan
media menjadi sangatlah penting? Karena jika hanya melalui lisan, setiap
kata manusia yang terucap hanya dapat didengar dengan jarak dekat, yang
sangat terbatas, sedangkan dengan memanfaatkan media, alat komunikasi
massa, maka jangkauan dakwahpun tidak ada batasa ruang dan waktunya.

19
I’natut Thoifah, M.Pd.I, Malang, Jawa Timur, Managemen Dakwah, Madani press 2015,
hal.48

Urgensi Da’i untuk Negeri | 31


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Adapun media dakwah yang dapat kita manfaatkan ialah:

a. Lisan

Dakwah bil lisan yaitu menyampaikan dakwahnya melalui ucapan,


lisan kita. Kita berdakwah langsung menghadap mad’u. termasuk
dalam dakwah ini adalah ceramah, khutbah, pengajian,
pendidikan, kuliah, diskusi, seminar, nasihat, ajangsana atau yang
lainnya.

b. Tulisan

Dakwah bil qolam yaitu penyampaiaan dakwah melalui tulisan.


Mendakwahkan ajaran Allah dalam bentuk tulisan, seperti saya
sendiri saat ini, tulisan yang antum baca ini juga merupakan
dakwah melalui tulisan, termasuk jenis ini adalah buku-buku,
majalah, Koran, bulletin, brosur, dan sejenis lainnya. Dalam
menampilkan dan membuat sebuah media dakwah ini hendaklah
menggunakan bahasa yang menarik, gaya bahasa yang lancar,
mudah dimengerti kususnya untuk kaum yang masih awam
maupun kaum yang terpelajar.

c. Audio visual

Dakwah melalui media visual ini merupakan suatu cara untuk


menyalurkan dakwahnya yang dapat merangsang penglihatan
serta pendengaran audience. Yang termasuk jenis ini ialah
televise, film, drama, pengajian, teater dan lain sebagainya.
Terkadang pesan yang disampaikan lewat media ini cenderung
lebih mudah dipahami dan mudah diterima oleh audience, bahkan
bisa juga dapat membentuk karakter mad’u, dalam media ini
seseorang lebih suka dalam bentuk hiburan, hal ini cenderung
lebih disukai daripada berdakkwah dengan cara yang kaku, apalagi

32 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

membosankan.Media yang berupa audio visual seperti teater,


film, dan televisi.20

Media ini dapat dipakai untuk menerangkan idea atau pesan


dengan metode modern seperti cerita atau kisah yang dibacakan;
bisa juga berupa pagelaran drama. media ini harus benar-benar
mendapat perhatian,karena kelebihannya yang dapat menggapai
sasaran sampai ke rumahrumah dan bisa dibawa ke mana saja dan
kapan saja. Eksistensi dan keberadaan media dalam hal ini media
dakwah melalui teater, film dan televisi merupakan wasilah media
dakwah yang amat besar manfaatnya, sebab ia termasuk dari
beberapa media sebagai pembentuk opini masyarakat hampir bisa
dikatakan sebagai menu yang istimewa. Masyarakat saat ini
mendambakan informasi actual dan selalu dapat mengikuti
perkembangan dunia. Dakwah melalui media film dan televisi ini
dapat membentuk informasi dakwah islam, semisal penulisan
artikel-artikel tentang keislaman, maupun kisah-kisah sejarah
islam yang dikemas dengan gaya bahasa yang sangat bagus
melalui media audi visual sehingga menarik untuk kita kaji (Aziz,
2004: 150).

Sementara itu problem yang muncul terkait dengan upaya


membangun kesadaran beragama tersebut adalah Pertama,
perkembangan teknologi media film secara perlahan menggeser
kecenderungan masyarakat dari budaya tulis ke budaya dengar
maupun budaya penglihatan. Masyarakat tidak lagi tertarik untuk
mendengarkan sebuah cerita, terutama cerita keagamaan yang
monoton, akan tetapi masyarakat sudah cenderung beralih.

Menyaksikan teks-teks agama dan dalam hal ini media


massa sangat membantu dan masyarakat cenderung menikmati
sajian melalui media film. Kedua, kecenderungan masyarakat
untuk menggali informasi dan pengetahuan agama secara formal

20
Fathu Bahri An-Nabiri, Amza, Jakarta 2008. Meniti Jalan Dakwah, hal. 237
Urgensi Da’i untuk Negeri | 33
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

telah berkurang dan berganti dengan kecenderungan untuk


menggali informasi dan obyek yang memberikan penyegaran.
Dalam hal ini, materi-materi bisa disajikan dalam bentuk media
film yang diburu oleh khalayak luas. Alhasil, tradisi-tradisi agama
yang pada awalnya memberikan penyegaran secara ruhani, secara
perlahan ditinggalkan karena dianggap tidak memberikan
pengaruh psikologis dan bahkan dakwah keagamaan menjadi
rutinitas dan ritual keagamaan yang menjemukan.

d. Uswah dan Qudwah hasanah

Yaitu menyampaikan dakwahnya yang dialkukan dalam


bentuk yang nyata. Tidak banyak berbicara namun banyak
praktiknya, ia tidak menganjurkan, memaksa namun ia langsung
memberi contoh kepada mad’u-nya, contohnya seperti kita
menjenguk saudara yang sakit, menunjukkan budi pekerti yang
luhur, silaturrahim, turut serta dalam bergotong royong
membangun masjid, pondok pesantren, madrasah, unit
kesehatan, dan lain sebagainya. Media ini lebih ampuh karena
mad’u dapat melihat langsung sinergi kerja pendakwah.

e. Lingkungan keluarga

Dalam keluargapun mempunyai konstribusi yang cukup kuat dalam


pelaksanaan dakwah, kelancaran dakwah. Apabila keluarga itu
bernapaskan islami maka akidah dan amaliyahnya akan semakin
kuat, dengan demikian dakwah dalam kelaurga akan terasa lebih
kuat, dan akan berjalan dengan baik. Bahkan dapat mempengaruhi
keluarga yang lainnya. Dalam proses dakwah keluarga juga penting,
karena dapat mendorong, menyemangati kita dalam dakwah kita,
dan kita jika berdakwah harus yang pertama kali didakwahi adalah

34 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

keluarga kita. Karena keluarga adalah orang yang paling dekat


dengan kita, dan megetahui karakter kita.

 MATERI DAKWAH

Materi dakwah ini merupakan pesan dan materi yang akan


disampaikan oleh da’I kepada mad’u, materi ini meliputi ilmu-ilmu agama
ataupun yang lain, guna untuk membimbing, mengamalkan, mendidik
mad’u untuk menuju kejalan kebenaran. Secara garis besar materi dakwah
ini dikelompokkan sebagai berikut:

1. Masalah aqidah

Masalah pokok yang menjadi materi dalam berdakwah adalah akidah


islamiyah. Aspek ini dapat membentuk karakter yang mendekatkan diri
kepada Allah (bertaqorrub), seorang hamba dengan haqkebenaran. Sebab
orang yang tidak mengetahui tentang akidah yang benar akan menimbulkan
kesesatan dalam jalan Allah, oleh karena itu seorang da’I diwajibkan
memiliki akidah yang kuat, bagi seorang da’i masalah akidah harus
diutamakan, karena da’i adalah pemimpin, uswatun hasanah bagi yang
lainya. Aspek akidah ini akan membentuk moral bagi umat muslim. Oleh
karena itu yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah adalah akidah
dan keimanan yang kuat.

Akidah adalah pokok kepercayaan yang ada dalam agama Islam.


akidah islam disebut tauhid, dan merupakan inti dari kepercayaan. Akidah
ini mencakup tentang rukun iman. Allah berfirman dalam QS. An-nisa’ :36

‫وَا ْﻋﺒُﺪُوا اﻟﻠﱠﻪَ وََﻻ ﺗُ ْﺸ ِﺮﻛُﻮا ﺑِ ِﻪ َﺷ ْﻴﺌًﺎ َوﺑِﺎﻟْﻮَاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ إِ ْﺣﺴَﺎﻧًﺎ َوﺑِﺬِي اﻟْﻘ ُْﺮﺑَﻰ وَاﻟْﻴَﺘَﺎﻣَﻰ وَاﻟْ َﻤﺴَﺎﻛِﻴ ِﻦ‬
‫َﺖ أَﻳْﻤَﺎﻧُ ُﻜ ْﻢ‬
ْ ‫ِﻴﻞ َوﻣَﺎ َﻣﻠَﻜ‬
ِ ‫ﺴﺒ‬‫ْﺐ وَاﺑْ ِﻦ اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺐ ﺑِﺎﻟْ َﺠﻨ‬
ِ ‫ﱠﺎﺣ‬
ِ ‫ُﺐ وَاﻟﺼ‬
ِ ‫وَاﻟْﺠَﺎ ِر ذِي اﻟْﻘ ُْﺮﺑَﻰ وَاﻟْﺠَﺎ ِر اﻟْ ُﺠﻨ‬
‫َﺎﻻ ﻓَﺨُﻮرًا‬
ً ‫ﺐ َﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ُﻣ ْﺨﺘ‬
‫ُﺤ ﱡ‬
ِ ‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳ‬

Urgensi Da’i untuk Negeri | 35


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Yang artinyua: “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-


Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak,
karib kerabat. anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang
kalian miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah tuhan semesta alam, tidak
ada yang mepersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka sembahlah
Allah. Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatnya,
kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, hari akhir, dan percaya kepada ketentuan-
ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk (HR. Muslim).

Karena akidah (keimanan) diturunkan terlebih dahulu sebelum


perintah Allah dan ajaran Islam. akidah juga sebagai panutan, akidah dalam
islam juga menuntut bahwasannya hanya Rasulullah adalah panutran yang
paling sempurna, baik, panutan untuk semua makhluk yang ada. Tidak boleh
umat Islam mengikuti selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
tidak akan diterima jika selain dari beliau, karena beliaulah yang telah
menyampaikan syari’at Rabbnya. Tidak diperkenankan mengambil syari’at
jika selain dari beliau (siapapun orangnya), dan dari agama dan ideologi
selain agama Islam atau dari pakar hukum sekaligus. Seorang muslim wajib
mengambil pakar hukum dari beliau. Dalam QS. Al-Hasyr:7 dijelaskan
bahwasannya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan
Apa saja yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dan bertakwalah
kepada Allah Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.

Ciri-ciri yang dapat membedakan antara akidah dengan kepercayaan


yang lainnya adalah: keterbukaan melalui persaksian, cakrawala padangan
yang luas denagn perkenalan bahwa Allah adalah tuhan seluruh alam,
ketaatan antara iman dan Islam antara iman dan perbuatan.

Orang yang memiliki iman yang kuat dan benar (hakiki) akan
cenderung untuk selalu berbuat baik kepada sesama, dan akan menjahui
perbuatan yang jahat, karena perbuatan jahat akan berkonsekuensi pada
36 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

hal-hal yang buruk. Iamn inilah yang berkaitan dengan dakwah, beramar
ma’ruf nahi mungkardikembangkan dan akan menjadi tujuan utama dari
proses dakwah.

2. Masalah syari’at

Syekh Mahmud Syaltut mengartikan bahwa syari’at sebagai hukum-


hukum atau tata aturan yang disyari’atkan oleh Allah bagi hamba-hambanya
untuk diikuti. Syari’at adalah ketentuan agama yang merupakan pegangan
bagi manusia didalam hidupnya untuk meningkatkan kualitas dalam
hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sementara syari’at Islam adalah tata cara peraturan tentang prilaku hidup
manusia untuk mencapai keridhoan Ilahi. Dalam QS. Al-
Jaatsyiah:18“kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”

Materi dakwah bersifat sangatlah luas, dan mengikat seluru umat


Islam. Mengandung dan mencakup kemaslahatan social dan moral. Perkara
ini yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar dan
kejadian secara cermat terhadap hujjah dan dalil-dalil dalam melihat
persoalan perbaruan. Sehingga umat tidak akan terpelosok dalam kejelekan,
karena hal yang diinginkan dakwah adalah kebaikan, merubah
kemungkaran.

Hukum dan syari’ah seperti wajib, haram, sunnah, makhruh dan


mubbah. Hukum tersebut tidak diterangkan klarifikasinya, melainkan
hikmah yang terkandung didalamnya, da’I harusnya menyiapkan ilmu yang
matang dan harusnya jangan hanya menyampaikan suatu masalah, bahkan
harus menyampaikan suatu motivasi dan solusi agar mad’u paham akan
yang disampaikan oleh seorang da’i.

3. Masalah akhlak

Perkara akhlak ini sudah dijelaskan pada tujuan akhlak, namun pada
sub bab ini juga dijelaskan lagi, akan materi yang akan disampaikan para
Urgensi Da’i untuk Negeri | 37
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

da’I, materi ini sangat penting guna membentuk karakter mad’u, pengertian
akhlak adalah suatu kebiasaan, budi pekerti, tingkah laku dan tabi’at.

Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang seseorang yang mengerti


benar akan kebiasaan dan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan
semata-mata taat kepada Allah serta tunduk kepada-Nya. oleh karena itu
seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam tingkah lakunya akan
timbul hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan
kebiasaan akan menyatu.

Berdasarkan pengertian akhlak ini, ajaran akhlak dalam islam sangat


meliputi kualitas perbuatan manusia, yang merupakan ekspresi dari kondisi
kejiwaan, Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan
ukuran yang bersumber dari Allah. Akhlak merupakan ekspresi mulia bagi
seseorang, lebih-lebih para da’i.

Dapat disimpulkan bahwasannya dengan akhlak kita dapat


menjadikan para mad’u agar lebih baik dalam bertingkah laku, perilaku,
serta berakhlak mulia, guna memudahkan para da’I dalam proses
dakwahnya.

4. Masalah muamalah

Hukum muamalah atau jual beli disyari’atkan berdasarkan Al- qur’an


Allah berfirman,
‫َوأَ َﺣ ﱠﻞ اﻟﻠﱠﻪُ اﻟْﺒَـ ْﻴ َﻊ َو َﺣ ﱠﺮَم اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ‬
“padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.”
(QS. Al- Baqarah: 275).

Dalam syari’at Islam sangat diperbolehkan untuk jual beli, namun


sangat dilarang untuk Riba. Agama islam adalah agama yang menegakkan
urusan muamalah dan lebih besar urusannya dari pada ibadah. Ibadah
dalam muamalah diartikan sebagai hubungan dengan Allah dalam rangka
38 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

mengabdi kepada-Nya. Dalam Al-qur’an dan Hadits mencakup roposi


terbesar sumber hukum dengan urusan muamalah. Firman Allah dalam QS.
Ali-Imran: 130, yang menjelaskan tentang riba. Seseorang yang memakan
harta riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapatkan keberuntungan.

Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan, banyak orang akan


diberi ganjaran lebih besar dari pada ibadah yang bersifat perseorangan,
melakukan amal baik dalam bidang kemsyarakatan juga mendapatkan
ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.

Da’I harus menunjukkan sikap yang baik bagi kehidupan bernteraksi.


Sebenarnya, dalam hal ini lah yang lebih utama dan penting dalam
berdakwah. Lebih besar pengaruhnya jika berdakwah melalui sikap dalam
bergaul, dapat dinilai seseorang baik atau tidaknya melalui ibadahnya.

Hikmah disyari’atkannya muamalah ialah: dapat mengantarkan


manusia kepada kecapaiaan kebutuhannyatentang sesuatu yang ada di
tangan saudaranya tanpa kesulitan dan mudarat.

 EFEK DAKWAH

Efek dakwah merupakan respon timbal balik yang dirasakan oleh


mad’u setelah adanya dakwah yang disampaikan oleh para da’i, dengan
materi dakwah, metode dan media yang telah ada. Dalam hal ini terdapat
dua efek yang dirasakan oleh mad’u diantaranya ialah:

1. Efek kognitif, efek ini terjadi jika adanya perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, dirasakan atau dipersepsi khalayak, yang
meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai.
Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan dan informasi.

2. Efek behavioral, lebih merujuk kepada perilaku yang nyata yang


dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, kebiasaan

Urgensi Da’i untuk Negeri | 39


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

“Adapun jika hati kalian bersatu, segala tujuan diarahkan kepda Allah,
segala sesuatunya kalian lakukan karena semata-mata mentaati Allah dan
demi mencari ridha-Nya, maka tak usahlah kalian bersedih hati. Kalian
lebih tinggi, lebih unggul, dan Allah akan selalu menyertai kalian dan
tidak akan menyia-nyiakan amal kalian. Adakah bahaya yang lebih
mengerikan yang akan menimpa kita, selain daripada bahaya hati,
kelemahan jiwa dan semangat, beragamnya hawa nafsu dan
bersilangsengketanya pendapat dan pikiran…”

Syahid Hasan Al Banna

40 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

II
SEPUTAR DA'I MENURUT
AJARAN ISLAM

A. TINJAUAN UMUM TENTANG DA’I

1. Pengertian Da’i
Urgensi Da’i untuk Negeri | 41
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

D
a’i menurut etimologis berasal dari kata bahasa arab yang
berarti orang yang mengajak. Kata lain da’I adalah bentuk
mudzakkar yang berarti orang yang mengajak, sedangkan
muannas disebut daiyah. Sedangkan secara terminology dai adalah orang
yang mengajak orang lain baik langsung ataupun secara tidak langsung, guna
mempersebarluaskan ajaran agama islam. berdakwah melalui lisan, tulisan,
perbuatan atau yang lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Da’I adalah orang


yang kerjanya berdakwah, pendakwah: melalui kegiatan dakwah, para
menyebarluaskan ajaran agama. Dengan kata lain.21 Kata da’I ini sering
disebut dengan Muballigh yang artinya orang yang menyempurnakan ajaran
islam), namun pengertian sempit masyarakat sekarang mengartikan bahwa
dai adalah orang yang menyampaikan ajaran Islam hanya melalui lisan
seperti pencerama, khotib dan sebagainnya, padahal arti da’I sangatlah luas.

Da’I adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan


maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
membentuk suatu organisasi, lembaga guna menyebarkan syari’at agama
islam. Kata da’I umumnya disebut dengan mubaligh yaitu orang yang
menyempurnakan ajaran Allah22, namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit, karena masyarakat umumnya mengartikan
sebagai orang yang menyampaikan ajaran melalui cerama, khotib (orang
yang khutbah) dan sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut trdapat
pengertian dakwah menurut pakar dalam bidang dakwah yaitu

1. Hasyimi, juru dakwah adalah penasihat, pemberi ingat terhadap


keburukan atu kemaksiatan, para pemimpin yang memberi nasihat
dengan baik yang mengarah dan berkhotbah, yang memusatkan jiwa
dan raganya dalam wa’at dan wa’id (berita gembira dan berita siksa).
Dan dalam membicarakan tentang kampong akhirat untuk melepas

21
Kamus Besar Bahasa Indonesia https://kbbi.kemdikbud.go.id/ dikutip pada 18 November
2020
22
Dr.Moh. Ali Aziz, M.Ag, ilmu dakwah, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm.77
42 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

orang-orang yang karam dalam gelombang dunia. Orang yang


terjerumus pada perkara dunia.
2. Nasaraddin Lathief, mendefinisikan bahwa da’I itu ialah muslim dan
muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliyah pokok bagi
tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa’ad, mubaligh mustamin (juru
penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pelajaran agama islam.
3. Muhammad Nasir, Pembawa dakwah merupakan orang yang
memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan
keberuntungan.23

Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang da’I


ialah pembawa kebenaran, sarana menyalurkan kebenaran, mengajak
umat manusia untuk melaksankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya.

Sesungguhnya kita tidak akan pernah bisa memisahkan antara


dakwah dengan da’inya, karena seorang muslim yang berdakwah dengan
pemahaman yang benar, akan tetapi mereja kurang tepat dengan
menyampaikan dakwahnya kepada manusia sama bahayanya kepada
seorang muslim yang tidak memahami ajaran islam dengan pemahaman
yang benar, akan tetapi ia pandai berbicara, pandai berargumen dan baik
dalam menyampaikan.

Oleh karena itu Islam akan menjadi dakwah yang benar apabila
dibawakan oleh seorang dai yang paham dan berakhlaq mulia. Dakwah dan
dai adalah ibarat dua sisi mata uang yang saling membutuhkan, sisi depan
dan belakang pun sama tidak mungkin bisa dipisahkan satu sama lain.

2. Keutaman Seorang Da’i

Dari pengertian da’I diatas sudah sangat jelas jika adanya da’I
sangatlah penting dimasyarakat, melalui dakwah yang dilakukan oleh
seoprang da’I untiuk memperjuangkan agama Islam ini, maka dengan izin
Allah umat akan berhasil mencapai kejayaan dan keagungan menjadi
seorang pemimpin.

23
Dikutip dari jurnal Nur Kholis, 2005
Urgensi Da’i untuk Negeri | 43
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Hal itu hanya dapat dicapai dengan keikhlasan, kesungguhan,


keteguhan kekuatan, keteladanan, serta kecerdasan mereka. Dengan semua
itu Allah akan mewujudkan kebenaran untuk umat ini sehingga menjadi
umat yang baiuki menurut Al-qur’an dan As-sunnah, yuang senantiasa
memerintahkan kebaikan, mencegah dari kemungkaran dan beriman
kepada Allah..

Da’i merupakan penerang cahaya yang menerangi jalan manusia


yang banyak diliputi dengan kebinasaan, kesyirikan dan kedurhakaan. Da’I
harus senantiasa meliputi wajahnya dengan kegembiraan karena yang ia
sampaikan merupakan suatu kabar gembira, pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman berupa kebahagiaan duniawi dan ukhrawi dan
memberikan suatu peringatan kepada orang yangh enggan menerima
tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah‫ ﷺ‬bagaimana mungkin jika
seorang da’I itu tidaklah bergembira dan merasa telah memperoleh karunia
Allah‫ ?ﷻ‬bukankah Allah telah berfirman:

‫ُﻮ‬
َ ‫ِﻚ ﻓَـ ْﻠﻴَـ ْﻔ َﺮﺣُﻮا ﻫ‬
َ ‫ْﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوﺑَِﺮ ْﺣ َﻤﺘِ ِﻪ ﻓَﺒِ َﺬﻟ‬
ِ ‫ﻗُ ْﻞ ﺑَِﻔﻀ‬
‫َﺧ ْﻴـ ٌﺮ ِﻣﻤﱠﺎ ﻳَ ْﺠ َﻤﻌُﻮ َن‬

Katakanlah, ”Dengan karunia Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan itu


mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan.”

3. Tugas Dan Tujuan Da’i Dalam Berdakwah

Tujuannya ialah merubah kemungkaran, merubah situasi orang lain,


perubahan yang dimaksud idak hanya bersifat sementara melainkan bersifat
mendasar berdasarkan keyakinan dan kesadaran. Tujuan da’ I sebenarnya
ialah: mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama islam untuk
meningkatkan takwanya kepada Allah, membina mental agama Islam bagi
mereka yang masih mengkhawatirkan tentang keislaman dan keimanannya,
membina dan memimpin anak agar tidak menyimpang fitrahnya.

44 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Tanpa adanya da’i, meskipun ilmu banyak menumpuk setinggi langit,


namun yang nyata kerusakan dunia akan merajalela, karena ilmu
menumpuk tidak diamalkan, maka dalam hal tersebut sangat dibutuhkan
da’i, yang lurus, sesuai ajaran yang diperintahkan oleh Rasulullah.

Pada dasarnya tugas seorang da’I adalah meneruskan Risalah yang


dibawa oleh Nabi Muhammad, yang berarti hatus menyampaikan ajaran-
ajaran islam yang memuat Al-qur’an dan As-sunnah, dari sinilah sangat
dibutuhkan oleh semua da’I yang benar, yang lurus benar mengajarkan
ilmunya. Guna masyarakat paham dan mengerti dapat mengamalkan apa
yang dajarkan sang da’i.

Sedang fungsi da’I adalah meluruskan akidah, yaitu dengan


menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah sebagai tuhan yang berhak
disembah seluruh alam, memberi pencerahan serta motivasi kepada orang
yang membutuhkannya, untuk beribadah dengan yang baik dan benar,
selalu beramar makruf nahi mungkar menyeru berbuat kebaikan dan
mencegah kemungkaran dan keburukan, menolak budaya yang merusak,
yaitu yang mampu merusak mengubah tradisi dan budaya yang tidak sesuai
syari’at islam menjadi tradisi dan budaya yang sesuai dengan syari’at agama
Islam.

Allah berfirman didalam QS. Al-Ahzab:45-46

‫ﺸﺮًا َوﻧَﺬِﻳﺮًا‬
‫َﺎك ﺷَﺎ ِﻫﺪًا َوُﻣﺒَ ﱢ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ إِﻧﱠﺎ أَ ْر َﺳ ْﻠﻨ‬
﴾۴۵﴿‫َﺳﺮَاﺟًﺎ ُﻣﻨِﻴﺮًا‬
ِ ‫َودَا ِﻋﻴًﺎ إِﻟَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑِِﺈ ْذﻧِِﻪ و‬
Artinya: “wahai Nabi! Sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi
saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi
penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang
meneranginya”

Menurut Ath-Thabari, yakni menjadi saksi atas umatmu dengan apa


yang telah engkau sampaikan kepada nereka, membawa kabar gembira
tentang surga. Seorang dai harus mengetahui bahwa dirinya adalah seorang
da’I, artinya sebelum ia menjadi dai ia perlu mengetahui tugas seorang dai,

Urgensi Da’i untuk Negeri | 45


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

tugas para da’i identic dengan tugas para Rasul, semua tugas-Nya adalah
anutan para da’i, terlebih lagi Nabi Muhammad, sebagai Rasul yang paling
agung.

Menurut KH. Zainuddin MZ, mendakwahkan Islam adalah


memberikan jawaban islam terhadap berbagai macam masalah dalam
kehidupan, dalam artian jawaban itu harus sesuai dengan pertanyaan,
haruslah actual, factual, dan menonjol human interest-nya, serta dapat
menyentuh hati sanubari. Tidaklah berbisik dengan orang yang tuli, atau
tersenyum dengan orang-orang buta. Semuanya harus tegas dan jelas. Dan
itulah tugas seorang da’I memberikan jawaban kepada orang-orang yang
bertanya, memberitahu ilmu kepada orang yang belum mengerti,
memahamkan apa yang belum paham, hal ini perlu dipahami, karena setiap
kasus yang terjadi dalam kehidupan manusia, dan setiap perbuatan yang
dialakukan secara indufidu pasti semuanya mempunyai aturan-aturan yang
sesuai dengan syari’at Islam.24

Syari’at agama islam sangatlah jelas tifdak ada yang bisa


menentangnya, ia cukum menyeluruh dalam aspek kehidupan pribadi
seorang muslimsejak kelahiran hingga kematiannya, mencakup seluruh isi
kehidupannya, baik di rumah, di tempat kerja, di jalan, di masjid dan
sebagainya. Juga mencakup seluruh dimensi lkehidupan. Baik dimensi
rohani, meteri, induvidu, social, keduniaan maupun akhirat dengan
intensitas yang berbeda-beda.

Tugas seorang da’I diantaranya ialah:

1. Meluruskan akidah
yaitu dengan menunjukkan ke Esaan Allah sebagai tuhan yang
berhak disembah
2. Memberi pencerahan serta motivasi
kepada umat yang membutuhkan agar dapat beribadah dengan
ytang baik dan benar.
3. Amar ma’ruf nahi munkar

24
Fathu Bahri An-Nabiri, Amza, Jakarta 2008. Meniti Jalan Dakwah. Hal. 79
46 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

yaitu menyeru kebaikan dan mencegah perbuatan kemunkaran dan


keburukan
4. Menolak hal yang merusak
Menolak budaya yang dapat merusak kebudayaan yang mampu
menguibah tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan syari’at
agama Islam.
5. Membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik serta
membimbing hingga seseorang itu mampu mengendalikan dirinya
sendiri, istiqomah dalam hal tersebut.


B. TANTANGAN DA’I BERDAKWAH DI ERA GLOBALISASI

1. Mengenal globalisasi

Makna globalisasi merupakan zaman dimana arus informasi mengalir


deras keseluruh penjuru dunia secara simultan tanpa memandang
perbrdaan suku, ras maupun budaya serta tanpa memperhatikan ruang dan
waktu. Itulah arus global ketika sudah bergulir diatas dunia ini siapapun
yang tidak terbendung25

Indonesia di era globalisasi dimana masyarakat sudah semakin kritis,


dakwah dijabarkan sebagai gerakan pembebasan dari bentuk eksploitasi
penindasan dan bentuk ketidak adilan dalam sebuah aspek kehidupan. Masa
ini lah masa yang semakin canggih trasformasi dan kapasitas politik yang
lebih modern dimasanya. Dimana masyarakat sekarang berperan sebagai
subyek bukan objek, maka dari itu pada zaman sekkarang sangat dibutuhkan
da’i yang mampu memfasilitasi masyarakat untuk memahami berbagai
masalah kehidupan, menyatakan pendapat serta dapat merencanakan
aspek masa depan, dapat mengevaluasi transformasi global yang kita
kehendaki dan akhirnya masyarakatpun dapat menikmati hasilnya. Selain di
era globalisasi Indonesia juga Negara demokrasi.

25
Dikutip dari jurnal Istina Rakhmawati, Tantangan dakwah di era globalisasi, 2 Agustus
2014
Urgensi Da’i untuk Negeri | 47
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Dunia saat ini khususnya bagi Negara-negara yang berkembang, tak


terkecuali khususnya Negara Indonesia mengalami proses demokrasi. Hal ini
berpengaruh dalam pola hidup dan pola interaksi antar individu maupun
dengan sesama warga Negara. Demokrasi menunutut kebebasan dalam
melakukan segala aktivitas politik, social dan budaya. Demokrasi sendiri itu
artinya adalah pengaruh global sebagai konsekuensi logis dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi dalam
transformasi.26

Demokrasi membawa tingkat kemajuan dari segi apapun, karena itu


da’I juga harus bertambah maju dengan budaya yang dibangunnya. Dari
keterangan tersebut, jelaslah bahwa adanya sebuah perubahan kehidupan
dari klasik menuju kehidupan modern maka dibutuhkan para generasi muda
yang intelek ulama’ dan ulama’ yang intelek untuk melanjutkan estafet
dakwah Rasulullah. Da’i-da’i muda yang merupakan akar yang menjalar dan
kekayaan akan perubahan yang baik menjadi lebih baik dengan
mendakwahkan Islam melalui dakwah modern diera saat ini. Karena
pemuda sekarang adalah pemimpin kelak.

Oleh sebab itu da’i pada zaman sekarang sangat teramat dibutuhkan
melihat bagaimana fungsi dan kedudukan tinggi seorang da’i, dan kita
menyadari bahwasannya menjadi seorang da’i tidaklah mudah bagi semua
orang, apalagi pada zaman sekarang ini. Zaman yang sangat minim akan
adanya seorang da’I, sebenarnya banyak seorang da’I namun mereka belum
tentu mendakwahkan ilmunya dengan benar sesuai dengan Al-qur’an dan
As-sunnah. Menjadi seorang da’I tidaklah mudah tidak akan pernah sunyi
dari ujian dan cobaan yang ditempuhnya, baik ujian dari lahir maupun dari
batin bahkan bisa keduanya. Pasti akan menjumpai beramcam tantangan
dalam menyebar luaskan ajaran Allah ‫ ﷻ‬jadi seorang da’I haruslah sabar
dan tabah dalam segala hal. Allah berfirman:

26
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015, hal.75
48 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

‫ْﺠ ْﻞ ﻟَ ُﻬ ْﻢ َﻛﺄَﻧـﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳـ َْﻮ َم ﻳَـﺮَْو َن ﻣَﺎ‬


ِ ‫ُﻞ وَﻻ ﺗَ ْﺴﺘَـﻌ‬
ِ ‫ﺻﺒَـ َﺮ أُوﻟُﻮ اﻟْﻌَﺰِْم ِﻣ َﻦ اﻟ ﱡﺮﺳ‬
َ ‫ﺻﺒ ِْﺮ َﻛﻤَﺎ‬
ْ ‫ﻓَﺎ‬
‫َﺎﺳﻘُﻮ َن‬
ِ ‫َﻚ إِﻻ اﻟْﻘ َْﻮمُ اﻟْﻔ‬
ُ ‫ﻳُﻮ َﻋﺪُو َن ﻟَ ْﻢ ﻳَـ ْﻠﺒَﺜُﻮا إِﻻ ﺳَﺎ َﻋﺔً ِﻣ ْﻦ ﻧَـﻬَﺎ ٍر ﺑَﻼغٌ ﻓَـ َﻬ ْﻞ ﻳـُ ْﻬﻠ‬
Yang artinya: ”Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar, dan janganlah
kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat
azab yang diancamkan kepada mereka (mereka) seolah-olah tidak tinggal
(di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang
cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik”. (QS. Al- Ahqaaf:
35)

Maka dari sinilah seorang da’I diperintahkan untuk bersabar dalam


menghadapi berbagai macam ujian dari Allah. Setiap kesulitan dan cobaan
pasti akan diberi kemudahan.

Menutut buku Paradigma Dakwah Sayyid Quthub yang ditulis oleh


Dr. A.Ilyas Ismail, MA, beliau mengatakan bahwasannya Sayyib Quthub
mengatakan, secara umum ada enam bentuk tantangan yang biasa dihadapi
para da’i dan pejuang agama Islam.

2. Masyarakat dakwah di era globalisasi

Sebelum membahas lebih dalam tentang masyarakat di era


globalisasi dan dampak adanya globalisasi, kita juga harus paham akan arti
globalisasi di masyarakat, apa sih sebenarnya globalisasi dalam masyarakat
itu?, globalisasi dimasyarakat ialah zaman dimana arus trasformasi mengalir
begitu derasnya mengikuti zaman, hal itu tidak dapat dicegah oleh siapapun,
tanpa memandang suku, budaya tanpa mempehatikan ruang dan waktu.

Peristiwa globalisasi hadir bergantian dan entah sampai kapan hal


tersebut dapat berakhir, perkembangan teknologi informasi saat ini
berkembang begitu pesat, sebagai signal utama di era globalisasi.

Namun kehadiran globslisasi yang begitu gencar ini dapat


memfasilitasi masyarakat sehingga dapat mengakses berbagai macam
sumber informasi, baik baik dan buruk, guna memenuhi kebutuhan kita
sebagai masyarakat yang mengikuti zaman. Sebenarnya tidak hanya itu

Urgensi Da’i untuk Negeri | 49


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

dampak adanya globalisasi dalam masyarakat juga dapat memenuhi


kebutuhan-kebutuhan massa lainnya seperti: entertainment, informal
education sampai kepada masyarakat kelas bawah maupun atas, dan kita
juga dapat memanfaatkannya dengan baik jasa kemajuan teknologi yang
serba canggih saat ini.

Bentuk globalisasi era saat ini bisa dicontohkan misalnya, munculnya


hand phone android pada zaman sekarang ini. Benda itu dapat
menghasilkan manfaat yang begitu banyak, jika kita dapat
memanfaatkannya dengan baik dan benar, namun dapat juga
mengakibatkan hal negative jika pengguna menyalagunakan benda tersebut.
Disamping manfaat media massa yang berefek positif juga kami yakin jauh
lebih besar berdampak negative bagi masyarakat sekarang.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa bahaya akan era globalisasi


saat ini yang dapat mengakibatkan hal negative yang amat besar seperti:

Pertama, umat Islam di Negara kita saat ini sudah hampir tidak
berdaya terhadap upaya internalisasi nilai budaya non Islami saat ini, yang
sangat jelas bertentangan dengan kaidah agama Islam, yang melanggar
aturan-aturan Allah dan syari’at Islam, sebagaimana buktinya pada zaman
sekarang banyak orang non muslim contohnya orang-orang barat yang
masuk kedalam Negara ini lewat media massa yang sangat canggih ini,
barbagai macam hinaat terhadap agama Islam dan anak-anak zaman
sekarangpun menirunya, seperti dalam hal berpakaian, sekarang para orang
tua sudah tidakk mampu melarang anaknya untuk berpakaian ala artiis,
padahal gaya pakaian tersebut sangat tidak sopan lagi sudah melanggar
norma-norma islam.

Terlebih lagi banyak tayangan di televisi yang sangat tidak mendidik


untuk anak, tayangan sinetron dan berbagai acara hoburan lainnya yang
menggunakan pakaian yang bukan lagi melanggar syari’at Islam, bahkan
sudah bertentangan dengan ajaran Islam dalam hal berpakaian.

50 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Padahal dalam ajaran Islam sudah dijelaskan sangat jelas akan adap
berpakaian serta aurat-aurat bagi kaum muslimin Allah berfirman dalam QS.
Al-Ahzab ayat 59:

‫ِﻚ َوﻧِﺴَﺎ ِء اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨِﻴ َﻦ ﻳُ ْﺪﻧِﻴ َﻦ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ﱠﻦ ِﻣ ْﻦ ﺟَﻼﺑِﻴﺒِ ِﻬ ﱠﻦ‬


َ ‫ﻚ َوﺑَـﻨَﺎﺗ‬
َ ‫َاﺟ‬
ِ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻲ ﻗُ ْﻞ ﻷزْو‬
‫ِﻚ أَ ْدﻧَﻰ أَ ْن ﻳـُ ْﻌ َﺮﻓْ َﻦ ﻓَﻼ ﻳـ ُْﺆذَﻳْ َﻦ َوﻛَﺎ َن اﻟﻠﱠﻪُ ﻏَﻔُﻮرًا رَِﺣﻴﻤًﺎ‬
َ ‫ذَﻟ‬
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin, "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Allah‫ ﷻ‬memerintahkan kepada Rasul-Nya agar memerintahkan


kepada kaum wanita yang beriman, khususnya istri-istri beliau dan anak-
anak perempuannya mengingat kemuliaan yang mereka miliki sebagai ahli
bait Rasulullah hendaknyalah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka agar mereka berbeda dengan kaum wanita Jahiliah dan
budak-budak wanita.27

Kedua, pengaruh globalisasi dalam Negara dan masyarakat tidak


hnya dalam hal fashion imitation personal saja, bila hal ini sudah melanda
generasi muda kita dengan berfikiran yang baik tidak akan dapat melanda
lini (garis tengah) masyarakat tercinta kita. Berbagai profesi pada zaman
sekarang juga sangatlah memburuk, bahkan dalam masyarakat sudah terjadi
langsung tanpa memandang sekelilingnya.

Ketiga, melihat era yang begitu tajam saat ini menurut kuantitas
keberagamaan pemeluk agam Islam di Negara kita juga mulai terkikis
imannya. Karena pengaruh budaya non muslim sangatlah berdapak buruk
bagi masyarakat Islam, mengkisnya iman merupakan hal yang tidak wajar
semakin iman terkikis akan habis iman tersebut. Tak hanya mengikis iman
namun juga menggoyahkan iman masyarakat dan bahkan juga dapat
menhilangkan iman bagi orang yang tidak kokoh akan imannya, maka dari

27
Tafsir Ibnu Katsir light QS. Al-Ahzab ayat 59
Urgensi Da’i untuk Negeri | 51
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

itu pentingnya umat Islam untuk memperkokoh imannya agar tidak mudah
tergoyahkan.

Keempat, pada zaman sekarang juga umat Islam lebih menjadi


agama yang beraliran dan terkadang bahkan telalu bebas serta berani
bertindak tanpa batas toleransi beragama. Hal ini yang dapat
membahayakan umat islam secara keseluruhan.

Kelima, melihat pesatnya era globalisasi saat ini juga dapat


menumbuhkan alairan-aliran baru dalam agama Islam khususnya di Negara
Indonesia, seperti adanya nabi-nabi palsu yang kian marak di Negara
Indonesia ini hal tersebut sangat memprihatinkan citra islam dalam
masyarakat.

Indonesia di era globalisasi ini sangatlah berbahaya, kita sebagai da’I


harus pandai-pandai dalam dakwah kita, dapat kita jadikan sebagai
pemikiran beberapa tantangan bagi seorang da’I di era globalisasi dimana
kita harus senantiasa berwaspada tentang hal tersebut, kita harus selalu
berusaha untuk memperbaiki sedikit demi sedikit akan kekeliruan hal itu,
selalu meningkatkan kuantitas dan kualitas keragamaan umat Islam saat ini.
Selalu beramar makruf nahi munkar untuk menghadapi kekejian dan
kelicikan zionis globalisasi saat ini.28

3. Problematika era globalisasi dan solusinya

Problematika di era globalisasi saat ini ialah kesenjangan terhadap


keagamaan upaya mempertahankan Islam sebagaimana yang sangat
diyakini akan kebenarannya, dan realitas yang diakui sesuai dengan
perkembangan zaman, selama umat islam beranggapan bahwasanya segala
urusan dalam kehidupan itu terdapat dalam ajaran serta aturan agama
Islam. Menyediakan berbagai macam solusi, resep untuk menyelesaikan
masalah dalam masyarakat.

28
Dikutip jurnal Istina Rakhmawati SMP Negeri 1 Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia,
th. 2014

52 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Dalam mempertahankan kejayaan agama Islam dengan pandangan


yang begitu sulit untuk mempertahankannya, sedangkan disisi lain ingin dan
timbulnya kesadaran dan keinginan untuk mengembalikan kejayaan agama
Islam, dan menempatkan peran Islam dengan kondisi terhormat dalam
pentas peradaban.

Terdapat empat pemikiran yang saat ini mempengaruhi gerakan-


gerakan modern Islam diantaranya ialah:

1. Pola pikir liberalis


Maksudnya ialah berpemikran secara bebas seluas-luasnya
pemikiran, pemikiran ini sangat bahaya dan sangat banyak juga seseorang
yang sudah terpengaruh dengan pemikiran liberalis ini. Padahal islam sudah
menetapkan tatanan kehidupan social konteporer, tanpa ada kekeliruan dan
kerusuhan yang menggusur tatanan yang lama atau yang sudah mapan.

2. Pola pemikiran nasional

Artinya ingin memperbumikan Islam dengan suatu asumsi, bahwa


Islam sebagai agama Rahmatan lil ‘alamin itu dapat diterapkan dalam
nasionalitas yang berbeda, tanpa mengusur kebudayaan setempat yang
tidak bertentangan dengan prinsip dan kaidah.

3. Pola pikir apologis

Pemikiran yang bermaksud untuk mempertahankan agama Islam


dalam kebenaran yang normative. Idealisasi islam menerapkan suatu hal
yang baku, tidak dapat diubah keberadaanya, dan setiap penyimpangan
terhadapnya adalah bentuk penyelewengan yang harus diakhiri.

4. Pola pemikiran dinamis

Urgensi Da’i untuk Negeri | 53


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Ingin membuat bijakan yang kuat dalam gerakan Islam dengan


pemahaman yang benar tentang agama Islam dan ketaatan yang tinggi
terhadap spiritual, namun memecahkan masalh curtual merupakan daya
adaptasi yang tinggi.29

Maka dari itu kita sebagai da’I harus memiliki strategi agar tetap
dapat berdakwah di era globalisasi, setiap organisasi ataupun individu pasti
memiliki cara khas untuk mencapai keberhasilan, mekipun sangat sulit.
Proses menuju keberhasilan dalam berdakwah sebagai berikut:

visi misi

menetapkan langkah
melakukan evaluasi
keberhasilan dalam
dan perubahan
berdakwah.

memberikan identifikasi objek yang


keunggulan kepada hendak dimasuki
materi yang diajarkan dakwah

Dalam berdakwah kita harus mempuyai strategi pertama, kita harus


mempunyai visi misi, untuk apa kita berdakwah, kedua harus menetapkan
langkah keberhasilan dalam berdakwah, menyiapkan apa-apa yang
dibutuhkan dalam berdakwah, entah dari segi materi ataupun tindakan,
ketiga kita harus mengetahui bagaimana objek atau mad’u ketika hendak
berdakwah kemudian baru kita terjun kedalamnya, keempat harus
memberikan keunggulan materi yang hendak kita ajarkan kepada sang
mad’u, yang terakhir setelah kita melakukan semuanya kita wajib

29
Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman
(Jakarta: Lantabora Press, 2005), hlm. 56
54 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

mengevaluasi kegiatan dakwah kita, dan memberikan perubahan terhadap


yang belum tepat.

Proses komunikasi juga penting dalam berdakwah. Agar tidak miss


cominication terhadap sesama yang mana kominikasi dalam berdakwah
ialah proses perpindahan pengetahuan dalam bentuk gagasan dan informasi
seseorang kepada yang lain, yakni melibatkan: lisan, gerak tubuh, ekspresi
wajah, intonasi dan titik putus vocal dan lainnya.

Globalisasi memang menjadi lokomotif perubahan tata dunia yang


tentu akan menarik gerbong yang berisi budaya, pikiran dan materi. Bahaya
yang paling besar umat zaman sekarang ialah bukan ledakan bom atom,
tetapi perubahan fitnah. Menghadapi era globalisasi ini para da’i harus
mempersiapkan materi-materi dakwah yang mengarah pada antisipasi
kecenderungan-kecendurungan masyarakat, oleh karen itu semuanya harus
disesuaikan dengan kondisi mad’u, agar dapat menghasilkan dakwah yang
benar-benar mampu memperbaiki dan meningkatkan kesadaran yang tulus
dalam menerapkan ajaran-ajaran agama Islam.


C. KARAKTER DA’I IDEAL MENURUT AL-QUR’AN

Da’i atau penyeru dakwah dalam kata lain da’I menjadi cerminan
bagi objek dakwah, karena itu da’i harus memiliki akhlak yang baik kepada
sesama agar dapat mencerminkan hal baik pula terhadap orang yang
hendak didakwahinya, dalam rangka menjadi tauladan bagi sesama da’I
harusnya memiliki karakter sesuai dengan Al-qur’an dan As-sunnah
diantaranya ialah:

1. Memiliki kekuatan spiritual

Seorang da’i harus memiliki wawasan spiritual bersumber dari tiga


kekuatan pokok yaitu iman, ibadah, dan takwa. Ketiganya dapat dipandang

Urgensi Da’i untuk Negeri | 55


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

sebagai bekal ilmu terpenting bagi seorang da’i. berikut ini adalah bekal
yang dapat membentuk kekuatan spiritual seoarang da’i dalam dakwahnya:

a. Bekal iman

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali-Imran ayat 110:

‫ُوف َوﺗَـ ْﻨـﻬ َْﻮ َن َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوﺗـ ُْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوﻟ َْﻮ‬
ِ ‫ﱠﺎس ﺗَﺄْ ُﻣﺮُو َن ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ‬
ِ ‫َﺖ ﻟِﻠﻨ‬
ْ ‫ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ َﺧ ْﻴـ َﺮ أُﱠﻣ ٍﺔ أُ ْﺧ ِﺮﺟ‬
‫ْﻔﺎﺳﻘُﻮ َن‬
ِ ‫ِﺘﺎب ﻟَﻜﺎ َن َﺧﻴْﺮاً ﻟَ ُﻬ ْﻢ ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ُﻢ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨُﻮ َن َوأَ ْﻛﺜَـ ُﺮُﻫ ُﻢ اﻟ‬
ِ ‫آ َﻣ َﻦ أَ ْﻫ ُﻞ اﻟْﻜ‬
”Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik”.

Jika menafsirkan ayat “wa tu’minuna billah” dalam ayat diatas Sayyid
Quthub berkata: ”bekal mereka adalah iman. Perbendaharaan mereka juga
iman, sandaran mereka adalah Allah, semua bekal selain bekal iman pasti
akan habis, adapun setiap sandaran selain sandaran Allah pasti akan roboh.
Maka dari itu pentingnya bekal iman bagi setiap da’i.”

b. Bekal ibadah

Ibadah menurut islam adalah segala sesuatu amalan yang diniatkan


karena Allah Ta’ala, contoh dari ibadah ialah sholat, yang artinya: media
komunikasi antara Tuhan dan manusia, dengan sholat seseorang dapat
memperoleh kekuatan rohani, batin dan kedekatan Hamba kepada
Tuhannya. Itu sebabnya bila tertimpa musibah Rasulullah segera
melaksanakan sholat (sunnah), ia mencari ketenangan melalui sholat.
diantara ibadah yang paling penting dalam pelaksanaan kesuksesan dakwah

56 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

ialah ibadah dimalam hari, sholat disepertiga malam atau sholat tahajud,
maka jagalah sholat kalian.30 Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

‫َﺎﺷﻌِﻴ َﻦ‬
ِ ‫ﺼ ْﺒ ِﺮ وَاﻟﺼﱠﻼةِ َوإِﻧﱠـﻬَﺎ ﻟَ َﻜﺒِﻴ َﺮةٌ إِﻻ َﻋﻠَﻰ اﻟْﺨ‬
‫وَا ْﺳﺘَﻌِﻴﻨُﻮا ﺑِﺎﻟ ﱠ‬

Artinya: “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan


sesungguhnya yang demikian itu amal berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk”. (QS. Al-Baqarah: 45).

Jelas bahwasannya ibadah merupakan hal penting untuk


melaksanakan proses dakwah, dan diharapkan para da’i mendapatkan
pancaran cahaya dan sinarv petunjuk-Nya, sehingga mereka memperoleh
kekuatan dan bekal baru yang diperlukan dalam melaksanakan amanah
menyampaikan ajaran agama Islam dan syari’at-syari’at didalamnya.

c. Bekal taqwa kepada Allah

Bekal ini guna untuk membantu para da’i untuk menghadapi


tantangan, cobaan, godaan yang silih berganti ditengah-tengah perjalanan
yang panjang dan sangat berliku para da’i. agar mampu melaksanakan
dakwahnya dengan lurus dan jelas. Karena dakwah merupakan tugas Allah
kepada setiap manusia, proses perjuangan hamba kepada Tuhan-Nya.

Takwa berfungsi sebagai penerang hati yang gelap, menhilangkan


keraguan dan memperkuat komitmen, dengan takwa pikiran menjadi cerah,
kebenaran menjadi terang dan jalan dakwah menjadi lapang. Takwa
membuat hati menjadi tenang dan t entram. Tekat menjadi kuat pendirian
,menjadi teguh inilah makna taqwa sebagai bekal untuk berdakwah, sebaik-
baik bekal untuk menuju keberhasilan dalam berdakwah ialah dengan izin
dan pertolongan dar Allah.31 Di dalam Al-qur’an banyak sekali yang
menjelaskan tentang takwa kepada Allah ‫ﷻ‬.

30
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, hal.17
31
Ibid, hal.18
Urgensi Da’i untuk Negeri | 57
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

2. Memliliki kekuatan intelektual

a. Memiliki wawasan luas tentang keislaman

Da’i dituntut untuk belajar mendalam mengenahi agama Islam, yang


berkaiatan dengan Al-qur’an dan As-sunnah serta ilmu yang termasuk ilmu
agama lainnya, guna tidak mennyebabkan kesesatan bagi yang lainnya, agar
dapat membenarkan kesalahan-kesalahan yang dihadapi, guna dapat
meluruskan penyimpangan masalah dan hukum syari’at. Para da’i
menyampaikan dakwahnya juga sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.

b. Memiliki wawasan sejarah

Seorang da’i harus memiliki ilmu sejarah, karena sejarah merupakan


laboratorium bagi umat Islam (the history is the laboratorium for muslim).
Jika seorang da’i mempelajari ilmu sejarah maka da’i berati dapat
mempelajari hikmah-hikmah kejadian peristiwa yang perbnah terjadi
dimuka bumi ini. Memahami sejarah juga dapat membantu menuntaskan
problem sejarah masa kini. Selain itu juga bentuk kejujuran keberadaan
dakwah yang menampilkan perkembangan dakwah dan hukum-hukum yang
mengatur dakwah dengan kondisi masyarakat setempat.32

c. Memiliki wawasan humaniora

Seorang da’i juga harus memiliki wawasan humaniora seperti:


psikologi, sosiologi, filsafat, akhlak, pendidikan dan lainnya. Hal ini sangat
membantu dalam proses dakwah, guna menghubungkan ilmu dengan
masalah dakwah. Misalnya ilmu sosiologi penting untuk dakwah, karena
disiplin ilmu ini akan menyediakan sarana untuk masyarakat sebagai medan

32
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015, hal.10
58 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

dakwah, ilmu psikologi guna untuk pendekatan dakwah kepada seseorang,


psikologi baru dikenal pada akhir abad 18 M, tetapi akarnya jauh
menghujam kedalam kehidupan primitive untuk manusia zaman dahulu
kala. Plato mengetakan bahwasannya manusia adalah jiwanya, sedangkan
badannya hanyalah sekedar alat saja. Namun disisi lain Aristoteles
mengatakan bahwa jiw itu adalah fungsi badan sebagaimana penglihatan
adalah fungsi dari mata.

Secara sederhana psikologi sering disebut dengan ilmu yang


mempeljari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya
(Sarlito Wirawan Sarwono, pengantar ilmu psikologi), sedangkan pengertian
ilmu yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriyah manusia dengan
menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti terhadap
rangsangan (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah
laku, dari definisi pertama seakan ilmu psikologi itu sebatas ingin
mengetahui apa yang ada dibalik prilaku manusia, tetapi ada definisi kedua
sudah terbayang jika ilmu psikologi juga bisa digunakan untuk keperluan
yang lebih jauh dari sekedar pengetahuan.33

Ilmu psikologi penting bagi da’i untuk menyampaikan dakwahnya,


untu mencapai keberhasilan dakwah, ukurannya ketika da’i dapat
menyampaikan dakwahnya kepada mad’u dan mad’u menerima apa yang
didakwahkan da’i dalam keadaan utuh. Pengalaman mengajarkan
bahwasannya tidak semua informasi dapat diterima secara utuh, tidak
jarang seorang da’i bekerja keras untuk menyampaikan dakwahnya tetapi
tidak diterima oleh mereka. Maka dari itu dibutuhkan ilmu psikologi agar
dapat melihat karakter seorang mad’u.

d. Memliki wawasan kontemporer

Wawasan konteporer ini merupakan wawasan yang mendesak bagi


setiap da’i, yang dimaksud dengan wawasan konteporer ini adalah wawasan

33
Prof. Dr. H. Achmad Mubarok, MA, Psikologi Dakwah, Madani press, malang 2014. Hal. 3
Urgensi Da’i untuk Negeri | 59
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

yang diterima da’i dari kenyataan hidup dewasa ini, yakni apa yang terjadi
dengan manusia kini, dalam dunia Islam mupun dunia pada umumnya.
Wawasan konteporer yang harus dimiliki oleh setiap da’i diantaranya ialah:

 Pengetahuan tentang dunia Islam dengan kondisi grafis, ekonomi,


politik, sebab-sebab keterbelakangan dan lain-lain.
 Kondisi kekuatan-kekuatan dunia yang memusuhi agama Islam,
seperti: yahudi, salibi; dan komunisme internasional dan tak kalah
pentingnya pemikiran-pemikiran orientalis.
 Situasi madzab-madzab kontemporer.
 Situasi agama-agama kontemporer.
 Situasi pergerakan Islam kontemporer.

Tanpa wawasan yang sebagaimana disebutkan, seorang da’i tidak


akan dapat memberikan penjelasan baik tentang Islam kepada orang lain.
Tidak mendatangkan manfaat bagi umat, memperbaiki umat,
menyembuhkan umat dari pennyakit-penyakit hati dan tak mungkin menjadi
da’i yang berhasil dan professional serta dihargai oleh masyarakat yang
diserunya.34

3. Memiliki kekuatan moral

a. Sederhana dalam semua hal

Banyak orang yang memperturutkan syahwatnya sesuai hawa


nafsunya, tidak dikekang sedikitpun, tidak peduli dengan hinaan semua
orang, atau terkena kutukan dari tuhan karena ia telah dipebudak oleh
syahwat dan hawa nafsunya, maka rusaklah asmani dan rohaninya.

Da’i diperintahkan untuk sederhana dalam segala hal contohnya


dalam hal berpakaian, materi dan lainnya. Orang yang sederhana, meskipun

34
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015, hal.11
60 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

terkena perkara yang diperbolehkan, dia juga sederhana. Ingat sajalah ketika
Rasulullah hidup, diperintahkan kepada umat Islam supaya turut
mengerjakan sholat malam “qiyamul lail” tetapi kemudian, karena ada yang
ingin mencari rizki, berniaga, karena akan pergi kemedan perang, perintah itu
diringankan dari pada yang semula, hanya diberatkan kepada Nabi ‫ﷺ‬.

Orang yang disuruh beribadah di hari jum’at, tapi ibadahnya tidak


menghalangi usaha sehari-hari, bekerjalah dari pagi hingga tengah hari.
Tetapi jika kau mendengar adzan berkumandang hendaklah segera pergi
tinggalkan perniagaanmu segeralah melaksanakan sholat kemudian
kembalilah keperniagaan tersebut lagi. Sedangkan ibadah itu sendiri tidak
boleh melebihi jangka waktu yang sudah disediakan. Segala sesuatu didalam
peribadahan sudah dijelaskan dengan sesuatu yang terang dan sederhana,
tidak boleh dilebihi dari yang telah tertulis. Dalam hal ibadahpun sudah
sangat sederhana bagi muslimin, kecuali utusan Allah.
Dalam berdakwah da’i diharuskan hidup sederhana, menerima apa
yang ada, tidak memaksa, yang harus disederrhanakan selain materi ialah
niat dan tujuannya. Banyak orang menyangka berpakaian yang koyak murah
serta rumahnya kecil sederhana, orang tersebut dikatakan sederhana. Kalau
dari sana diukur dengan kesederhanaan, akan tidak menemukan hakekat
sederhana sebenarnya.

Tujuan sederhana tidak teletak pada lahir, bukan kemestian orang


kaya dan masyhur saja. Jadi “tuan” atau jadi kuli semua harus mempunyai
cita-cita yang sederhana, tujuan menengah. Warna sederhana berlainan dan
berbagai ragam, menurut kesanggupan setiap orang. Tetapi harus kontaknya
yaitu niat tempatnya tegak, diperbaiki.

Tidak usah berniat ingin menjadi da’i yang ingin dipandang oleh
masyarakat, menjadi raja. Tidak perlu bercita-cita ingin pngkat yang tinggi,
gaji yang besar. Perlu diperbaiki adalah niatnya. Sebagai makhluk hidup kita
harus bersahaja bagi kehidupan. Sebagai kaum lelaki kita harus tegak pada
garis laki-laki, sebagai perempuan kita harus menjadi ibu, menjadi saudara
perempuan yang dapat mengobati hati saudara laki-laki, Tidak butuh

Urgensi Da’i untuk Negeri | 61


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

terkenal atau yang lainnya karena itu hanyalah warna hidup belaka, bukan
hakikat hidup. Hakikat hidup ialah tujuan, niat suci dan sederhana itu. Da’i
harsulah sederhana dalam semua hal.35

b. Sabar dalam menghadapi kehidupan

Sabar dapat berarti tabah, tahan ujian, tidak mudah marah, karena
adanya haling rintangan dan hambatan di jalan dakwah, adalah suatu hal
yang niscaya adanya. Allah berfirman:
‫ُوب‬
ِ ‫ْﺲ َوﻗَـ ْﺒ َﻞ اﻟْﻐُﺮ‬
ِ ‫ﺸﻤ‬
‫ُﻮع اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﱢﻚ ﻗَـ ْﺒ َﻞ ﻃُﻠ‬
َ ‫ﺻﺒ ِْﺮ َﻋﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَـﻘُﻮﻟُﻮ َن َو َﺳﺒﱢ ْﺢ ﺑِ َﺤ ْﻤ ِﺪ َرﺑ‬
ْ ‫ﻓَﺎ‬
”Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan
bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenam (nya)”. (QS. Qaaf: 39)

Bila awan kelabu telah menyelimuti kalbu

Serangkaian masalah setinggi gunung salju

Secercah masalah tinggalkan harapan semu

Maka jadikan sabar dan sholat sebagai penopangmu

Ayat didalam Al-qur’an sangat banyak yang menerangkan tentang


sabar. Karena sesungguhnya sabar diperintahkan untuk semua orang
terutama bagi yang mendapat kesusahan didunia.

Laksitaning subroto lan nyipto marang pringo bayaning lampah

35
Prof.Dr. HAMKA, Falsafah hidup, Jakarta republika penerbit, 2015, hal.172
62 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

(jangan takut menghadapi berbagai tantangan apapun untuk bisa


mewujudkan cita-cita dan harapan kita)36

c. Benar tidak dusta (jujur)

Setiap mukmin diperintahkan untuk berkata baik dan jujur dilarang


untuk berdusta, didalam Al-qur’an banyak menjelaskan keutamaan orang
yang berperilaku benar tidak boleh berdusta, dalam firman Allah QS. At-
taubah ayat 119 yang berbunyi:
‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا اﺗﱠـﻘُﻮا اﻟﻠﱠﻪَ َوﻛُﻮﻧُﻮا َﻣ َﻊ اﻟﺼﱠﺎ ِدﻗِﻴ َﻦ‬
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar”.

d. Tawadhu’

Tawadhu’ ialah tidak takabbur (menyombongkan diri), selalu


merendahkan diri penuh cinta kasih, maksud dari merendahkan diri adalah
tidak angkuh dan sombong, congkak dan lainnya.

Diantara sikap tawadhu’ ialah manis dalam bertutur kata, muka


cerah dan ramah ketika bertemu dengan orang lain, tidak kasar dan tidak
mudah untuk memberi hukuman kepada seseorang apabila seseorang itu
salah. Apabia ada seseorang marah dan engkau hadapi dengan sikap yang
tenang sifat ini merupakan uswatun hasanah (keteladanan). Hal ini
dijelaskan pada QS. Asy-Syu’ara’: 215
‫َﻚ ِﻣ َﻦ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨِﻴ َﻦ‬
َ ‫َﻚ ﻟِ َﻤ ِﻦ اﺗﱠـﺒَـﻌ‬
َ ‫ِﺾ َﺟﻨَﺎﺣ‬
ْ ‫وَا ْﺧﻔ‬

“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu


orang-orang yang beriman”.

36
Wejangan Sunan Derajat
Urgensi Da’i untuk Negeri | 63
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

e. Berani dan pantang menyerah

Keberanian dalam berdakwah sangat dibutuhkan jika tidak ada


keberanian dalam dirinya, maka tidak akan jalan dakwah tersebut. Misalnya
kalian mengetahui suatu ilmu namun kalian tidak berani menyampaikan
ilmu tersebut kepada orang lain, maka ilmu itu tidak akan barokah dan
bermanfaat dari sinilah dibutuhkan yang namanya keberanian. Berani
mengamalkan ilmu yang sudah didapatnya. Bisa disebut dengan keberanian
budi.

Keberanian budi, ialah berani menyatakan suatu perkara yang


diyakini atas kebenarannya, walaupun akan dibenci orang lain. Didalam
syarah Islam demikian itu dinamakan amar “ma’ruf nahi munkar”,
menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat.

Dalam masyarakat perlu ada orang-orang yang berani menyatakan


perkara yang dipandang benar, baik dengan sikap menyerang. Misalnya
menyatakan kesalahan perkara-perkara yang biasa dipakai oleh orang, telah
teradat, padahal tidak cocok lagi dengan zaman.

Tidaklah suatu bangsa akan tegak, akan berdiri dengan baik jika
bangsa itu sendiri tidak ada yang berani menyatakan kebenaran. Sebab tiap-
tiap bangsa amat segan mengubah yang lama. Dia hendak menyatakan yang
lama, padahal sudah tidak cocok dengan zamannya. Kalau ada suara baru
mengeritik yang lama, tentu akan mendapatkan sambutan sengit dari si cap
lama tadi, tapi yang berani menyatakan kebenaran mesti akan tahan. Karena
didalam menjatuhkan suatu benteng, orang yang tegak dibarisan pertama
harus terkena peluru bahkan jatuh mati, tetapi kelak senardu barisan
belakang akan berjalan terus di atas bangkai orang-orang berada dibarisan
muka tadi. Maju terus menyerang terus sampai peluru musuh habis,
kemenangan didapat dari perjuangan membawa hasil yang menyenangkan.

Demikianlah orang yang berani menyatakan paham baru. Orang itu


memang selalu datang mendahului zamannya. Rahasia-rahasia orang barat

64 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

negaranya maju ialah dengan adanya keberanian yang berani meyatakan


pikiran dan pendapat kepada orang lain.

Di zaman sekarang, terutama dalam dunia Islam, dan terutama lagi


ditanah air kita yang masih serba kekurangan ini, sangat diperlukan orang-
orang yang berani meyatakan paham, kebenaran. Seperti M. Syafei
Kayutanam yang berani meninggalkan kekayaannya, hidup mewah,
berkorban demi memperbaiki pendidikan anak-anak bangsanya, yang
selama ini menerima pendidikan penjajah. Masti banyak yang seperti Rahma
El Yunisiah, yang berani menjadi janda, karena memeikirkan pendidikan
saudara-saudaranya kaum perempuan. Mesti banyak yang seperti Ir.
Suekarno dengan artikelnya “Memudahkan Pengertian Islam” mampu
menyampaikan pendapat baru, didalam majalah panji Islam (1938). Beliau
telah mengeluarkan beberapa pikiran baru tentang Islam, yang selama ini
belum pernah dikeluarkan oleh orang, jika tidak disampaikan mak bangsa
kita akan terus terpuruk dan tidak maju, terhadap pembaharuan hal
tersebut niscaya banyaklah orang yang menolak tidak setuju, namun jika
tidak berani menyampaikan karena takut bantahan, tentu tidak pernah akan
diketahui dan tidak akan tahu pula bahawa ada yang menyetujui atau
tidaknya.

Banyak orang yang tidak berani menyatakan kebenaran karena takut


dikritik dibenci tertolak dan sebagainya. Jik mnyampaikan kebenaran karena
takut dibenci maka orang tersebut bisa disebut dengan pengecut. Orang
tersebut takut dan membungkam kebenaran karena takut dibenci, hal
tersebut tidaklah dihargai oleh orang.

Orang yang berani menyampaikan kebenaran, tidak


membungkamnya kalau ia memperoleh kawan, adalah kawan yang setia dan
yakin akan pendiriannya, yang tidak ditakuti akan mungkir. Kalau saja ia
memperoleh lawan, kalupun ia tidak tunduk kepadanya tapi dia akan
menghormatinya. Dan kalaupun ada yang memusuhinya ia bukanlah karena
mengakui kebesarannya. Tetapi rasa permusuhan timbul lantaran telah
mengakui lebih dahulu akan kebesarannya.

Urgensi Da’i untuk Negeri | 65


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Kita tidak boleh sunyi terhadap orang yang menyampaikan


kebenaran, yang meluruskan barang-barang yang yang condong, yang
memperbaiki barang yang salah, yang tidak peduli jika akan dibenci oleh
orang, namun kebenarannya tidak akan dapat ditolak. Orang yang biasanya
menolak kebenaran, itu orang yang biasanya mencari-cari kesalahan orang
lain, ia tidak sibuk untuk memperbaiki dirinya sendiri malah sibuk dengan
prilaku orang lain, orang yang suka menyebarkan fitnah kepada orang lain
itu hakikatnya orang yang salah namun tidak mau disalahkan. Orang seperti
itu sangat tidak diperlukan oleh bangsa.37

Apakah kalian tahu? Diantara para orang cerdik, pandai, da’i hebat
terkenal namanya disejarah, pengetahhuannya dijadikan pedoman bagi
banyak orang. Padahal jika dibandingan ilmunya lebih rendah dengan orang
yang ahli namun kurang terkenal, apa yang menyebabkan seseorang dikenal
riwayatnya dan yang seseorang tidak? Padahal yang tidak masuk itu lebih
alim?

Sebabnya adalah karena orang yang sedikit ilmu itu berani


menyampaikannya kepada orang lain, sedangkan yang banyak ilmu mereka
membungkam ilmu tersebut.

Ada sedikit cerita tentang seorang murid yang masih duduk dibangku
SD ia sangat bodoh jika dibandingkan oelh teman-teman lainnya. Nilainya
sangat jelek Ia tidak lulus sekolah, teman-temannya pun semua mengejek
dia. Teman-teman lainnya semua memburu ijazah namun lain dengan dia,
dia keluar dari sekolah dan tidak sekolah lagi.

Dia mengemabara dengan bekal keberaniannya, dia adalah anak


yang sangat berani. Dia berguru kepada penganjur-penganjur yang ternama
dengan keberaniannya. Tahu-tahu luar negeri sudah terlewatkan oleh dia.
Kemudian ia pulang, dipilihlah tempat yang tidak di diami oleh kawan-
kawannya, disana dipergunakan segenap keberaniannya.

37
Prof.Dr. HAMKA, Falsafah hidup, Jakarta republika penerbit, 2015, hal.256
66 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Kira-kira sepuluh tahun kemudian ia kembali ke kampungnya,


mendapati teman-temannya dalam keadaan dahulu yang ada yaitu menjadi
guru, dia pun sekarang sangat maju sudah pintar, ilmunya melebihi teman-
temanya yang lain meskipun ia tidak mempunyai ijazah, dengan tekat
keberaniannya ia mampu menjadi pintar tanpa sekolah namun bersekolah ia
berguru kepenjuru dunia. Kepada sang ahli lainnya.

Teman-temannya semua bertanya, Apakah engkau sudah memiliki


ijazah? Ia menjawab: ”belum, aku belum memiliki ijazah, barang kali ijazah
itu baru saya dapat ketika dialam kubur saja. Tetapi saya sudah mendatangi
berpuluh ijazah dari murid-murid saya”. Demikian jawabannya.

Apa harga segulung diploma, kalau dalam hati yang empunya tidak
ada keberanian? Berates-ratus, beribu-ribu orang yang keluar dari sekolah
setiap tahun, membawa diploma. Tetapi hanya yang berani sanggup
kemuka.

Pengecut, walau banyak ilmu, banyak gulungan diploma, namun


tidak akan pernah menguntungkan masyarakat jika ilmu yang ia cari ia
sembunyikan dan tidak diamalkan kepada masyarakat lainnya. Hal ini yang
mengakibatkan Negara hancur dan bodoh. Kerjanya akan sia-sia tidak akan
ada hasilnya.

Sebab itu, janganlah kalian hanya mencari pangkat yang tinggi


namun hati dan perbuatan tidak mau mengamalkan ilmu yang telah ia
punya, yang telah ia cari dengan sekuat tenaga, bersusah paya demi
mendapatkannya, dengan semudah itu ilmu akan hilang dan tanpa bekas
karena keburukan itu dilakukan.38

f. Disiplin dan bijaksana

38
Ibid, hal. 263
Urgensi Da’i untuk Negeri | 67
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Acuh tak acuh adalah perbuatan yang tidak disukai oleh orang lain.
Oleh karena itu, disiplin dalam artian luas sangat dibutuhkan oleh seorang
da’i, disiplin pada saat melaksanakan tugas dakwahnya, dalam
mengembangkan tugasnya. Begitupun dengan bijaksana dalam menjalankan
tugas sangat berperan untuk menunjang keberhasialan dalam dakwah.39

g. Ramah dan mudah bergaul dengan orang lain

Dakwah dapat diterima jika seorang da’I bersikap ramah, sopan, dan
ringan tangan untuk mengahadapi objek dakwah. Karena dakwah adalah
pekerjaan yang bersifat propaganda kepada orang lain. Harus berperilaku
sopan dan lemah lembut agar dakwah diterima dengan baik. Sesuai firman
Allah di dalam QS. Ali-imran: 159

‫ْﻒ‬
ُ ‫ِﻚ ﻓَﺎﻋ‬
َ ‫ْﺐ ﻻﻧْـ َﻔﻀﱡﻮا ِﻣ ْﻦ ﺣ َْﻮﻟ‬
ِ ‫ﻆ اﻟْ َﻘﻠ‬
َ ‫ْﺖ ﻓَﻈﺎ ﻏَﻠِﻴ‬
َ ‫ْﺖ ﻟَ ُﻬ ْﻢ َوﻟ َْﻮ ُﻛﻨ‬
َ ‫ﻓَﺒِﻤﺎ َر ْﺣ َﻤ ٍﺔ ِﻣ َﻦ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻟِﻨ‬
‫ﺐ‬
‫ُﺤ ﱡ‬
ِ ‫َﻮﱠﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻳ‬
َ ‫ْﺖ ﻓَـﺘـ‬
َ ‫َﻋ ْﻨـ ُﻬ ْﻢ وَا ْﺳﺘَـﻐْﻔ ِْﺮ ﻟَ ُﻬ ْﻢ وَﺷﺎ ِوْرُﻫ ْﻢ ﻓِﻲ ْاﻷَ ْﻣ ِﺮ ﻓَﺈِذا َﻋ َﺰﻣ‬
‫َﻮﱢﻛﻠِﻴ َﻦ‬
َ ‫اﻟْ ُﻤﺘـ‬

”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaralah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, mlaka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Setiap manusai social pasti sangat membutuhkan orang lain maka


butuhnya pergaulan atara orang lain saling bekerja sama. Karena tidak akan

39
Dikutip dari jurnal St. Rahmatiah Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar sittirahmatiah@uin-alauddin.ac.id

68 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

mampu mencukupi kebutuhan hidupnya jika ia hidup sendirian. Lebih-lebih


dalam melaksanakan kewajiban keislaman yang harus dilakukan dengan
bersama.

h. Amanah

Pada hakikatnya sifat amanah ialah sifat yang asasi bagi seorang da’i,
sifat amanah merupakan hiasan bagi para Nabi, para Rasul, dan orang-orang
shalih. Seperti yang telah digambarkan dalam Al-qur’an surat An-Nisa’ ayat
58:

‫ﱠﺎس أَ ْن ﺗَ ْﺤ ُﻜﻤُﻮا ﺑِﺎﻟْ َﻌ ْﺪ ِل‬ ِ ‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ أَ ْن ﺗـ َُﺆدﱡوا ْاﻷ‬
ِ ‫َﻣﺎﻧﺎت إِﻟﻰ أَ ْﻫﻠِﻬﺎ َوإِذا َﺣ َﻜ ْﻤﺘُ ْﻢ ﺑَـ ْﻴ َﻦ اﻟﻨ‬
ً‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻧِ ِﻌﻤﱠﺎ ﻳَ ِﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ِﻪ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻛﺎ َن َﺳﻤِﻴﻌﺎً ﺑَﺼِﻴﺮا‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia memerintahkan agar amanat-


amanat itu disampaikan kepada yang berhak menerimanya.

Di dalam hadis Al-Hasan, dari Samurah, disebutkan bahwa Rasulullah Saw.


telah bersabda:

"‫َﻚ‬
َ ‫ وََﻻ ﺗَ ُﺨ ْﻦ َﻣ ْﻦ ﺧَﺎﻧ‬،‫َﻚ‬
َ ‫"أَ ﱢد ْاﻷَﻣَﺎﻧَِﺔ إِﻟَﻰ َﻣ ِﻦ اﺋْـﺘَ َﻤﻨ‬

Sampaikanlah amanat itu kepada orang yang mempercayaimu, dan


janganlah kamu berkhianat terhadap orang yang berkhianat kepadamu.40

40
Tafsir Ibnu Katsir Al-qur’an surat An-Nisa’ ayat 58
Urgensi Da’i untuk Negeri | 69
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

70 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

III
WASPADAILAH KESALAHAN DA'I DALAM
BERDAKWAH

D
alam berdakwah hendaklah kita mengetahui cara yang benar,
karena semua perbuatan pasti ada caranya sendiri, jangan sampai
kita salah metode dalam berdakwah, banyak da’i jaman sekarang
yang salah akan berdakwah, yang belum sesuai dengan Al-qur’an dan As-
sunnah. Sebelum berdakwah wajiblah seorang da’i untuk mengetahui cara
berdakwah yang baik jangan sampai menyalahi Al-qur’an. Ada beberapa
kesalahan da’i dalam dakwahnya seperti:

A. SALAH NIAT DALAM BERDAKWAH

Diantara hal terpenting dalam berdakwah ialah Niat karena hal ini
yang menentukan keberhasilan da’I dalam berdakwah, berkah atau tidaknya
dapat dilihat dari niat dalam berdakwahnya. Perbuatan apapun harus
disertai dengan niat yang benar, karena Allah semata tidak boleh niat selain
itu. Rasulullah b ersabda dalam haditsnya yang bebunyi:

Urgensi Da’i untuk Negeri | 71


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap


orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang
hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka
hijrahnya kepada yang ia tuju.” [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Hadits ini menjelaskan bahwasannyna setiap amalan benar benar


tergantung pada niatnya. Balasannya sangat mulia jika setiap amalan jika
diniatkan karena Allah ta’ala, berbeda dengan orang yang beramalan namun
diniatkan karena mengejar dunia saja. Maka yang ia dapatkan hanya dunia,
diakhirat mereka akan disiksa oloeh Allah.

Perlu kalian ketahui bahwa berdakwah hanya semata karena Allah


jangan sampai karena hal yang lain seperti, sesorang berdakwah hanya
karena menginginkan imbalan dan materi. Karena sesungguhnya berdakwah
itu bukan sebuah profesi yang jika dilakukan ia mendapatkan gaji atas
perkerjaanya.

Dakwah bukanlah profesi, jika kita perhatikan bahwa dakwah adalah


profesi apakah ada profesi yang menanggung banyak resiko didalamnya?
Dalam dakwah terdapat banyak resiko ancaman, tantangan, mengintai jjiwa,
raga, harta dan keluarga kita. Jika dakwah adlah profesi, hal ini tidak dapat
disandingkan dengan profesi duniawi lainnya dan apapun bentuknya.

Oleh karena itu dakwah bukan lah profesi, niat berdakwah tidak
boleh salah. Tidak boleh hanya meminta imbalan, karena Allahlah Sang
pengatur segalanya termasuk Rezeki kita hanya Allah yang tahu.

Berikut ada beberapa macam imbalan yang harus dihindari bagi seorang
da’i:

Imbalan yang harus dihindari oleh seorang da’i tidak hnya sebatas
uang saja, yang biasanya jika ia selesai berdakwah diberi amplop uang oleh

72 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

sang mad’u, namun juga termasuk fasilitas yang datang dari aktifitas
dakwahnya. Da’i juga tidak boleh menunggu-nunggu ucapan terimakasih
atau imbalan lainnya dari sang mad’u. seharusnya hanya satu yang yang
semestinya diminta oleh da’i ialah apakah dakwahnya merasuk kedalam hati
mad’u. cukup itu saja yang harus difikirkan seorang da’i.

Imbauan tidak meminta imbalan kepada mad’u mengandung hikmah dan


manfaat diantaranya ialah:

Pertama, Bisa jadi mad’u curiga kepada sang da’i bahwa ia


berdakwah lantaran hanya inging mengais rezeki dan keuntungan didalam
dakwahnya. Bisa jadi mereka menduga bahwa si da’i ingin mencari
keuntungan terhadap mad’u, apalagi jiga da’i berasal dari keluarga yang
kurang mampu, golongan orang fakir, terutama dahulu para utusan Allah.41

Pada firman Allah dalam QS. Hud ayat 29 yang berbunyi:

‫ي إِﻻ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوﻣَﺎ أَﻧَﺎ ﺑِﻄَﺎ ِرِد اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا‬


َ ‫َوﻳَﺎ ﻗـَﻮِْم َﻻ أَ ْﺳﺄَﻟُ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻣَﺎﻻ إِ ْن أَ ْﺟ ِﺮ‬
‫إِﻧـﱠ ُﻬ ْﻢ ﻣُﻼﻗُﻮ َرﺑﱢ ِﻬ ْﻢ َوﻟَ ِﻜﻨﱢﻲ أَرَا ُﻛ ْﻢ ﻗـ َْﻮﻣًﺎ ﺗَ ْﺠ َﻬﻠُﻮ َن‬

Dan (dia berkata), "Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda
kepada kalian (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah
dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman.
Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, tetapi aku
memandang kalian suatu kaum yang tidak mengetahui.”

Firman tersebut menjelaskan seakan-akan nabi berdakwah meminta


upah dan imbalan padahal tidak, prasangka tersebut salah, karena sejatinya

41
Dr. Hammam Abdurrahim said, Qowa’idud Dakwah Ilallah, PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA, Solo 2013, hal.148
Urgensi Da’i untuk Negeri | 73
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

tidaklah meminta umbalan papun dari kalian ketika mengusung risalah


dakwah ini.

Kedua, masyarakat sekarang sudah terbiasa dengan jasa-jasa tukang


sihir, perdukunan, yang membawa agama demi meraih keuntungan materi
duniawi, dimana praktiknya kebanyakan menggunakan materi dan lain
sebagainya, maka ketika kita berdakwah jangan lah mengharap materi dan
imbalan karena dapat menguatkan bahwa para da’i benar-benar suci murni
akan dakwahnya, tidak tercampur dengan kejahiliyaan dan kejahatan
lainnya, da’i tidak akan pernah mengharap harga dunia dari aktifitas
dakwahnya, karena mereka semua mempunyai prinsi yaitu: jika kita mencari
perkara Akirat maka perkara dunia akan mengikut juga.42

Ketiga, biasnya amalan yang ada imbalannya berpotensi


mengandung cacat dan kurang kjarena mereka berpatok pada kadar
imbalannya bukan pada prosesnya, padahal agama Allah lebih mulia
dibanding dengan ikatan duniawi apapun. Oleh karena itu dakwah harus
senantiasa disertai dengan keikhlasan, karena ikhlas merupakan hal
terpenting dalam dakwah juga. Dakwah itu berhasil jika semua perkataan,
perbuatan dan niat serta tujuannya benar-benar ikhlas karena Allah, karena
dakwah adalahb ibadah, dan disyari’atkan keikhlasannya mutaba’ah
(mengikuti cara Nabi). 43

Keempat, sebuah pekerjaan yang diimbangi dengan imbalan akan


sangat dipengaruhi oleh siapa yang memberi imbalan, dan kehendak
penyandang dana akan mengintervensi kerja-kerja yang ada. Dunia dakwah
sudah mengenal manusia yang dapat berubah dan berpaling dlam
dakwahnya karena tendensi materi. Adapun para nabi yang mulia dan
orang-orang yang saleh akan selalu memegang prinsip dan rambu-rambu
dakwahnya, memutus harapan orang-orang yang berambisi supaya para da’i
mau mengubah atau melenceng dari prinsip dakwah yang mereka pegang.
42
Ibid, 149
43
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, DARUL HAQ,Jakarta
2018, hal. 29
74 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Kelima, apabila mad’u tau apabila seorang da’i tidak mempunyai


kepentingan pribadi maka jelasla bagi mereka kebenaran dan hakikat
dakwanya, sehingga mad’u pun tertarik teradap dakwah yang disampaikkan.
Berangkat dari al ini, terlibat bahwa Rasulullah merupakan orang yang paling
berpengaruh dalam dakwah, paling terpatri dalam sanubari dan jiwa para
pengikutnya.

Agar da’I independen secara finalsial dan tidak bergantung pada


mad’u, maka arus mempunyai pendapatan sendiri dari luar seperti:
perniagaan, bruh atau profesi yang lain, janganbergantung kepada orang
lain karena belum tentu juga orang berkecukupan juga, jadi bekerja itu bole
saja, asal pekerjaan itu tidak mengggiring pada sebuah ketamakan dan juga
membuang-buang usia demi mengejar terkumpulnya harta semata, padahal
semua rezeki Alla yang mengatur.

Terkadang para da’i ada yang sangat diterima di masyarakat, sangat


dihormati ole masyarakat, kemudian masyarakat mengekspresikan
kecintaan mereka kepada dai dengan cara memberikannya hadiah, mnjalin
hubungan yang intens, memberikan fasilitas dan mengelu-ngelukannya.
Ketika seorang dai menerima al ini maka semua itu akan merendahkan citra
dakwanya sang da’I, menjadi sosok rendah di masyarakat. Sehingga muncul
celaan kesan buruk serta cara dan prilakunya. Da’i sejatinya harus memberi
bukan meminta, mereka adala golobngan yadul ‘ulya dan berjiwa besar.

Semua ini merupakan intergritas harga diri seseorang yang menjadi


unsur utama pembentuk kepribadian umat muslim serta unsur kepercayaan.
harga diri (muru’ah) tidak akan perna bisa dicapai kecuali dengan iffah,
nazzahah, dan shianah. iffah adalah menjauhi dosa-dosa yang diharamkan<
nazzahah adalah menjai ketamaan materi dan posisi yang meraguakan,
sedangkan shiyanah merupakan penjagaan diri dari mengiba dan meminta-
minta belas kasih seseorang.

Yang harus menjadi peratian dalam hal ini adalah orang-orang yang
mempunyai profesi yang mengikat, seperti mengajar, menjadi imam, khotib

Urgensi Da’i untuk Negeri | 75


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

diperbolekan secara syar’i mengambil imbalan dab profesi tersebut. Sebab


ia memamng tdak ada wakrtu lain untuk beralih ke proesi yang lain. Yang
masuk dalam kategori iala yang memegang tanggung jawab yang tingggi,
seperti kepala negara, para pembuat kebijakan ukum, atau aktifitas
sejenisnya.

Kesalahan niat da’i dalam berdakwah tidak anya itu adapula


seseorang yang berdakwah hanya ingin mencari popularitas akan
terjerumus kedalam neraka. Jagalah hati kita dalam berdakwah, jangan
karena sikap acuh, sombong, riya’ dan sikap buruk yang lain, harap selalu
berhati-hati dalam berdakwah.

Namun sebagian orang mungkin sengaja untuk mencari popularitas,


ketenaran. Ada yang mencari dengan prestasinya dan ilmunya sehingga
manfaatnya dapat dirasakan banyak orang dan ia sampai berlaku konyol,
aneh dan ekstem, untuk orang yang seperti ini tidak perlu diperdulikan,
diberitaukan bakan disebar luss kan keaneannya. Al ini bahaya bagi pelaku
dan yang bersangkutan.

Pupularitas dan ketenaran ini juka berakibat pada kemerdekaan diri


kita, dalam artian kita tidak mempunyai privasi yang lebih, dimanapun akan
disorot oleh orang, diperhatiakan dan mencadi baan perbincangan semua
orang. Inilah yang dimaksud dengan kemerdekaan diri.

Ketenaran bisa juga menyeret kita kedalam ketdak iklasan beramal,


mengajarkan sesuatu dengan niatan pamer atau mencari popularitas, setiap
melakukan kebenaran, kita terdorong untuk memperlihatkannya agar
semakin terkenal. Padahal perkara ikhlas dan niat ini sangatlah berat dan
susah.

Hanya ingin dipandang baik oleh orang hanyalah kesenangan


duniawi saja, buruk bagi orang lain tak mengapa asalkan dimata Allah kita
yang terbaik, setiap perbuatan akan diminta pertanggung jawaban diakhirat.
Jangan sesekali mempunyai niatan berdakwah hanya ingin dianggap pintar,
76 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

alim, bahkan dipandang sebagai orang yang sempurna dan berilmu, tak ada
kesempurnaan didunia ini melaikan Allah yang Maha Sempurna. 44

Penyakit ini tergolong kepada Riya’ yang artinya memperlihatkan


suatu amalan kebaikan kepada orang lain. Sifat ini termasuk perbuatan yang
tercela. Dan umat muslim seharusnya tidak melakukan perbuatan ini. Dalam
QS. Al- Baqarah ayat 264:

‫ﺻ َﺪﻗَﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ﱢﻦ وَاﻷذَى ﻛَﺎﻟﱠﺬِي‬


َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗُـ ْﺒ ِﻄﻠُﻮا‬

‫َاب‬
ٌ ‫ﺻﻔْﻮَا ٍن َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺗُـﺮ‬
َ ‫اﻵﺧ ِﺮ ﻓَ َﻤﺜَـﻠُﻪُ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ‬
ِ ‫ﱠﺎس وَﻻ ﻳـ ُْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ وَاﻟْﻴـَﻮِْم‬
ِ ‫ﻳـُْﻨ ِﻔ ُﻖ ﻣَﺎﻟَﻪُ ِرﺋَﺎءَ اﻟﻨ‬
‫ﺴﺒُﻮا وَاﻟﻠﱠﻪُ َﻻ ﻳَـ ْﻬﺪِي اﻟْﻘ َْﻮ َم اﻟْﻜَﺎﻓِ ِﺮﻳ َﻦ‬
َ ‫ﺻ ْﻠﺪًا َﻻ ﻳَـ ْﻘ ِﺪرُو َن َﻋﻠَﻰ َﺷ ْﻲ ٍء ِﻣﻤﱠﺎ َﻛ‬
َ ُ‫ﻓَﺄَﺻَﺎﺑَﻪُ وَاﺑِﻞٌ ﻓَـﺘَـ َﺮَﻛﻪ‬

yang artinya “wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian


menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan itu seperti batu licin yang diatas tanah,
kemudian batu itu tertimpa hujan lebat, lalu menjadialh dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka
usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

Dari ayat ini sudah jelas bahwasannya kita tidak diprbolehkan untuk
riya’, jika kita melakukan hal tersebut maka amal ibadah yang kita lakukan
akan sia-sia, rugi karena pahala kita juga berkurang. Demikian
perumpamaan orang yang beramal namun ia berbuat riya, seperti batu licin
dan dikenai hujan yang lebat itu membuat batu licin yang dikenainya bersih
dan licin, tidak ada sedikit tanah pun padanya, melainkan semuanya lenyap
tak berbekas. Demikian pula halnya amal orang yang riya (pamer),
pahalanya lenyap dan menyusut di sisi Allah, sekalipun orang yang

44
Fathur Rahman, Nasehat bagi para pencari ilmu, 2020, hal.124
Urgensi Da’i untuk Negeri | 77
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

bersangkutan menampakkan amal perbuatannya di mata orang banyak


seperti tanah (karena banyaknya amal).

Dalam mengajarkan ilmu kita juga tidak boleh pilah-pilah orang,


mengajarkan ilmu jika audienya banyak, jumlah orangnya banyak ia
semangat menyampaikannya, jika hanya satu dua orang ia tidak
bersemangat. Maka kita tidak dipebolehkan demikian. Sama saja perbuatan
itu ingin diliat oleh orang banyak, ingin mendapatkan pujian.



“Sesunggunya setiap amalan tergantung pada niatnya. Sertiap


orang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Siapa yang
berhijra karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijranya untuk
Allah dan Rasul-Nya, siapa yang hijrahnya karena mencari
dunia dan wanita yang dinikainya, maka hijrahnya kepada
yang dituju.”

(HR. Bukhori, no. 1 dan Muslim, no. 1907)

B. SEMANGAT TANPA ILMU

Ilmu dalam kamus besar Indonesia dapat diartikan dengan


pengetauhan pada suatu bidang yang disusun dengan metode tertentu yang

78 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang pengetauhan


duniawi, akhirat, lahir batin dan lainnya.45

Ilmu sangatlah penting bagi kehidupan. Dengan ilmu orang yang hina
akan menjadi mulia, orang yang miskin akan menjadi kaya, orang yang jauh
akan menjadi dekat, orang yang pesimis akan menjadi optimis dan orang
yang tersesat akan menjadi selamat.

Ilmu merupakan sebuah anugerah dan juga dasar hukum islam yang
dikaruniai oleh Allah. Maka dari itu mencari ilmu merupakan sebuah
keutamaan yang luar biasa, sebagaimana dalam firman Allah berikut ini:

‫ْﺤ ْﻜ َﻤﺔَ ﻓَـ َﻘ ْﺪ أُوﺗِ َﻲ َﺧ ْﻴـﺮًا َﻛﺜِﻴﺮًا َوﻣَﺎ ﻳَ ﱠﺬ ﱠﻛ ُﺮ إِﻻ‬


ِ ‫ْت اﻟ‬
َ ‫ْﺤ ْﻜ َﻤﺔَ َﻣ ْﻦ ﻳَﺸَﺎءُ َوَﻣ ْﻦ ﻳـُﺆ‬
ِ ‫ﻳـ ُْﺆﺗِﻲ اﻟ‬
‫َﺎب‬
ِ ‫أُوﻟُﻮ اﻷﻟْﺒ‬

“Allah menganugrahkan al-hikmah (kepahaman tentang Al-Qur’an dan As-


sunnah) kepada siapa yang dikehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak dan
hanyalah orang-orang yang berkahlah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman Allah.” QS. Al-Baqarah 269).

Dalam Islam ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting


didalam kehidupan, hal ini dapat diketauhi dari banyaknya dalil-dalil yang
menunjukkan tentang keutamaan ilmu.

Allah berfirman didalam QS.Al-Mujadillah ayat 11:

‫َﺢ اﻟﻠﱠﻪُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َوإِذَا ﻗِﻴ َﻞ‬


ِ ‫ِﺲ ﻓَﺎﻓْ َﺴ ُﺤﻮا ﻳـَ ْﻔﺴ‬
ِ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا إِذَا ﻗِﻴ َﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺗَـ َﻔ ﱠﺴ ُﺤﻮا ِﰲ اﻟْ َﻤﺠَﺎﻟ‬
ٌ‫َﺎت وَاﻟﻠﱠﻪُ ﲟَِﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﺧﺒِﲑ‬
ٍ ‫اﻧْ ُﺸ ُﺰوا ﻓَﺎﻧْ ُﺸ ُﺰوا ﻳـ َْﺮﻓَ ِﻊ اﻟﻠﱠﻪُ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ أُوﺗُﻮا اﻟْﻌِْﻠ َﻢ َد َرﺟ‬

45
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Urgensi Da’i untuk Negeri | 79
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-


lapanglah dalam majelis, " maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu, " maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi juga menjelaskan tentang


keutamaan orang yang berilmu

‫أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧَﺎ ﻋَﺒْ ُﺪ اﻟﻠﱠﻪِ ﺑْ ُﻦ ﻳَﺰِﻳ َﺪ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ ﻋَﺒْ ُﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ُﻦ ِزﻳَﺎ ِد ﺑْ ِﻦ أَﻧْـﻌُ َﻢ ﻋَ ْﻦ ﻋَﺒْ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﺑْ ِﻦ‬
‫ﺴﻴْ ِﻦ ﻓِﻲ‬
َ ِ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻣ ﱠﺮ ﺑِ َﻤ ْﺠﻠ‬
َ ِ‫ُﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬
َ ‫رَاﻓِ ٍﻊ ﻋَ ْﻦ ﻋَﺒْ ِﺪ اﻟﻠﱠﻪِ ﺑْ ِﻦ ﻋَ ْﻤﺮٍو أَ ﱠن َرﺳ‬
َ‫َﺎﺣﺒِﻪِ أَﻣﱠﺎ َﻫﺆَُﻻ ِء ﻓَـﻴَ ْﺪﻋُﻮ َن اﻟﻠﱠﻪ‬
ِ ‫ﻀﻞُ ِﻣ ْﻦ ﺻ‬
َ ْ‫َﺎل ﻛ َِﻼ ُﻫﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ َﺧﻴْ ٍﺮ َوأَ َﺣ ُﺪ ُﻫﻤَﺎ أَﻓ‬
َ ‫ْﺠ ِﺪﻩِ ﻓَـﻘ‬
ِ ‫َﻣ ﺴ‬
‫َوﻳـَ ْﺮﻏَﺒُﻮ َن إِﻟَﻴْﻪِ ﻓَِﺈ ْن ﺷَﺎءَ أَ ْﻋﻄَﺎ ُﻫ ْﻢ َوإِ ْن ﺷَﺎءَ َﻣﻨَـﻌَ ُﻬ ْﻢ َوأَﻣﱠﺎ َﻫﺆَُﻻ ِء ﻓَـﻴَﺘَـﻌَﻠﱠﻤُﻮ َن اﻟْ ِﻔ ْﻘﻪَ أ َْو‬
‫ﺲ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ‬
َ َ‫َﺎل ﺛُ ﱠﻢ َﺟﻠ‬
َ ‫ﺖ ﻣُﻌَﻠﱢﻤًﺎ ﻗ‬
ُ ْ‫ﻀﻞُ َوإِﻧﱠﻤَﺎ ﺑُﻌِﺜ‬
َ ْ‫اﻟْﻌِﻠْ َﻢ َوﻳـُﻌَ ﻠﱢﻤُﻮ َن اﻟْﺠَﺎ ِﻫﻞَ ﻓَـ ُﻬ ْﻢ أَﻓ‬

Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan


kepada kami Abdur Rahman bin Ziyad bin `An'um dari Abdur rahman bin
rafi' dari Abdullah bin 'Amr: Bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam
melewati dua majlis di dalam masjidnya, lalu beliau bersabda: "Keduanya
(majlis) berada dalam kebaikan, dan salah satu dari lainnya lebih utama,
Adapun (satu kelompok) mereka berdo`a kepada Allah dan
mengharapkan (keridlaan) Nya, jika Ia kehendaki, maka akan Ia kabulkan,
dan jika Ia kehendaki pula Ia akan tahan (tidak Ia kabulkan). Adapun
mereka (satu kelompok lainnya) mereka memperdalam fikih dan ilmu
(lain), lalu mereka mengajarkan kepada orang yang belum mengetahui,
mereka inilah yang lebih utama, dan aku diutus untuk menjadi seorang

80 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

pengajar", perawi berkata: 'Kemudian beliau duduk bersama mereka


(yang sedang belajar) ' " 46

Dari (Az Zuhri) ia berkata: “Keutamaan seseorang yang berilmu


dibandingkan seorang mujahid sebanyak seratus derajad (jaraknya seperti
antara) lima ratus tahun yang ditempuh dengan menggunakan kuda yang
larinya sangatlah cepat”. 47(Sunan Darimi)

Hendaklah seorang pendakwah mempunyai ilmu yang luas,


pengetauhan yang sempurna, yang hendak dibawa kemana dakwah
tersebut, mengetauhi dan paham betul tentang Al-qur’an dan As- Sunnah,
sebab dakwah adalah penerangan, sedangkan Al-qur’an dan As-Sunnah
perlu diterangkan terlebih dahulu, karena Al-qur’an adalah petunjuk,
pedoman arah, dan mempunyaib pelajaran dan gaya tarik begitu pula
dengan As-sunnah yang akan dipertanggung jawabkan juga. Maka
sepatutnya da’i harus benar-benar paham akan ilmu yang akan disampaikan.

Ada beberapa ilmu yang harus dipelajari seorang da’I diantaranya:

a. Ilmu/pengetahuan tentang keadaan umat yang akan didakwahinya,


seberapa besar pengetauhan yang mereka miliki
b. Ilmu akhlak yaitu ilmu yang mengupas baik dan buruknya sikap atau
perilaku masyarakat setempat, agar kita dapat mengetahui seberapa
ukur akhlak mereka, yang dapat mempermudah kita berdakwah. Jika
kita melakukan dakwah agar tidak terlalu seram, dianggap terlalu
sulit pemahaman terhadap mereka, dapat merangkai kata yang baik
dan tidak menyakliti hati mad’u karena demikian sangat
berpengaruh bagi keadaan yang diseru.
c. Ilmu jiwa, kepentingan ilmu ini adalah dapat menghadapi pribadi
seseorang, dengan itu kita tau akan watak dan sikap seseorang, hal

46
Dikutip pada https://shareoneayat.com/hadits-darimi-352 tanggal 6 November
2020.

Urgensi Da’i untuk Negeri | 81


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

ini berpengaruh besar bagi kegagalan dan keberhasilan pendakwah.


jika kita mengetahui ilmu ini kita dapat menyelesaikan berbagai
masalah yang ada dalam suatu masyarakat atau majelis dakwah
tersebut.
d. Ilmu politik, ilmu ini juga diperlukan ketika kita berdakwah,
bertujuan untuk mengetauhui dalam perkembangan zaman. Ilmu ini
seringkali dianggap remeh bagi seorang da’i namun ilmu ini juga
menentukan lancar dan tidaknya dakwahnya, da’i dapat mengetahui
susunan negara, dasar negara dan semisalnya.
e. Ilmu social dan bermasyarakat, ilmu ini sangat dibutuhkan karena
membahas, mengkaji, menyelidiki kemajuan dan kemunduran zaman
dimasyarakat sekarang.

Dari ilmu-ilmu diatas terdapat ilmu yang paling penting yaitu ilmu
agama, dikarenakan jika tidak dengan agama tuntunan Al-qur’an dan As-
sunnah semua itru akan salah persepsi dan metodenya. Dengan demikian
ilmu agama yang paling penting dan sangat dibutuhkan oleh seorang da’i.
Mempelajari ilmu agama bukan saat waktu sampingan, jika ada waktu
belajar maka jika sibuk ditinggalkan, jadikan mempelajari ilmu agama
sebagai kewajiban, yang selalu dilakukan setiap waktu jadikan kebutuhan
sehari-hari dalam kehidupan kita, Allah berfirman dalam QS. Al- Mulk : 2

‫ُﻮ اﻟْ َﻌﺰِﻳ ُﺰ اﻟْﻐَﻔُﻮُر‬


َ ‫ْت وَاﻟْﺤَﻴﺎ َة ﻟِﻴَْﺒـﻠ َُﻮُﻛ ْﻢ أَﻳﱡ ُﻜ ْﻢ أَ ْﺣ َﺴ ُﻦ َﻋ َﻤﻼً َوﻫ‬
َ ‫اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ اﻟْﻤَﻮ‬

“Allah yang menciptakan kalian kematian dan kehidupan, dalam rangka


menguji kalian yang paling baik amalannya.”

Dan telah ditafsirkan:

‫ْت وَاﻟْ َﺤﻴَﺎ َة‬


َ ‫اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ اﻟْﻤَﻮ‬

82 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Yang menjadikan mati dan hidup. (Al-Mulk: 2)

Sebagian ulama menyimpulkan dari makna ayat ini bahwa maut itu
adalah hal yang konkret, karena ia adalah makhluk (yang diciptakan). Makna
ayat ialah bahwa Allah-lah yang menciptakan makhluk dari tiada menjadi
ada untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal
perbuatannya, seperti apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman
Allah Swt.:

‫ْﻒ ﺗَ ْﻜ ُﻔﺮُو َن ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ أَﻣْﻮاﺗﺎً ﻓَﺄَﺣْﻴﺎ ُﻛ ْﻢ‬


َ ‫َﻛﻴ‬

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu. (Al-Baqarah: 28)

Keadaan yang pertama dinamakan mati, yaitu al- 'adam (ketiadaan), dan
pertumbuhan ini dinamakan hidup. Karena itulah dalam firman berikutnya
di sebutkan:

‫ﺛُ ﱠﻢ ﻳُﻤِﻴﺘُ ُﻜ ْﻢ ﺛُ ﱠﻢ ﻳُ ْﺤﻴِﻴ ُﻜ ْﻢ‬

kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali. (Al-Baqarah: 28)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu


Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada
kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Khulaid, dari Qatadah
sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang menjadikan mati dan hidup.
(Al-Mulk: 2) Bahwa Rasulullah shalallhu ‘alaihi wassalam pernah bersabda:

Urgensi Da’i untuk Negeri | 83


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

‫ْت َو َﺟ َﻌ َﻞ ْاﻵ ِﺧ َﺮَة دَا َر‬


ٍ ‫ْت َو َﺟ َﻌ َﻞ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ دَا َر َﺣﻴَﺎ ٍة ﺛُ ﱠﻢ دَا َر ﻣَﻮ‬
ِ ‫َل ﺑَﻨِﻲ آ َد َم ﺑِﺎﻟْﻤَﻮ‬
‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ أَذ ﱠ‬
‫َﺟﺰَا ٍء ﺛُ ﱠﻢ دَا َر ﺑَـﻘَﺎ ٍء‬

“Sesungguhnya Allah menghinakan anak Adam dengan mati, dan


menjadikan dunia negeri kehidupan, lalu negeri kematian. Dan Dia
menjadikan akhirat sebagai negeri pembalasan, lalu negeri kekekalan.”

Ma'mar telah meriwayatkan hadis ini dari Qatadah.

Firman Allah Swt.:

‫ﻟِﻴَْﺒـﻠ َُﻮُﻛ ْﻢ أَﻳﱡ ُﻜ ْﻢ أَ ْﺣ َﺴ ُﻦ َﻋﻤَﻼ‬

“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
(Al-Mulk: 2)

Yakni yang terbaik amalnya, seperti yang dikatakan oleh Muhammad


ibnu Ajlan, bahwa dalam hal ini Allah tidak mengungkapkannya dengan
kalimat lebih banyak amalnya. Kemudian disebutkan dalam firman
selanjutnya:

‫ُﻮ اﻟْ َﻌﺰِﻳ ُﺰ اﻟْﻐَﻔُﻮُر‬


َ ‫َوﻫ‬

Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 2)48

Yaitu Mahaperkasa lagi Mahabesar dan Mahakokoh Zat-Nya, selain


itu Dia Maha Pengampun bagi orang yang bertobat dan kembali ke jalan-
Nya sesudah berbuat durhaka terhadap-Nya dan menentang perintah-Nya.

48
Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Mulk ayat 2
84 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Sekalipun Dia Mahaperkasa, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha


Pemaaf, dan Maha Penyantun.

Ilmu pengetahuan tanpa ilmu agama akan lumpuh, ilmu agama


tanpa ilmu pengetahuan akan buta. Secara ilmu agama adalah ilmu yang
paling utama dari ilmu lainnya sebagai penguat dasar-dasar keagamaan yang
telah disampaikan tersirat melalui Al-Qur’an dan As-sunnah. Ilmu agama
sebaiknya juga disampaikan secara berhati-hati, dengan bertahap dengan
ahlinya masing-masing, karena jika tidak demikian akan menimbulkan
kekacauan dalam pikiran, jiwa dan perilaku umat.

Al-qur’an menyatakan bahwasannya pentingnya memahami ilmu


Allah berupa perumpamaan yang hanya diketahui oleh orang yang
berpengetahuan. “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-
pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan
sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau
mereka mengetahui: Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka
seru selain Allah. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”(al-Ankabut: 41-
13)49

Ilmu agama penting untuk menggapai Ridho Allah. Barang siapa yang
mencari dan mempelajari ilmu agama maka akan dicintai dan dimuliakan
oleh-nya. Tujuan mempelajari ilmu adalah dapat membentengi umat dari
kejahilan dan kesesatan agama. “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.” ( At-Taubah: 122)

49
Fahmi Sali, M.A. Tafsir Sesat, GEMA INSANI, Depok, November 2013. hal. 75
Urgensi Da’i untuk Negeri | 85
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Seorang yang berilmu jelas akan ditinggikan derajatnya oleh Allah,


maka sudah sepatutnya kita haus akan ilmu, jangan sampai kita merasa ilmu
kita sudah banyak. Seseorang yang mempunyai ilmu juga harus pandai
menjaganya, diantaranya dengan cara:

 Dengan memurajaah ilmu, yaitu mengulang-ngulang ilmu yang


sudah dipelajari, karena jika tidak melakukan hal demikian maka ilmu
tersebut akan hilang. Memurajaah adalah tradisi para nabi dahulu
untuk mengaktifkan majelisnya. Mengulang-ulang sesuatu yang
dianggap penting sudah bisasa dizaman Rasulullah shalallahu’alaihi
wasallam.
 Menjauhi perkara yang menyebabkan hilangnya ilmu. Seperti:
melakukan perbuatan maksiat penyebab dosa, ia bermajelis dengan
orang-orang yang melupakan Allah terlalu banyak tertawa dan
bergurau.
 Mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Orang yang mengamalkan
ilmu akan dimintakan ampunan baginya hingga ikan paus dilautan
(Sunan Darimi). Allah akan memberikan kemudahan bagi orang yang
mengamalan ilmu, Mulianya orang yang mengamalkan ilmu.
Seseorang yang menyampaikan ilmu dinamakan Da’I.
 Selalu berdo’a kepada Allah agar ilmunya diberkahi, yang membuat
pemiliknya lebih takut kepada Allah, lebih taat kepada ajaran yang
diberikanNya.50

Dengan adanya ilmu seorang da’I dapat menyampaikannya dengan


metode penyampaian sesuai syari’at Islam. Seorang da’I harus paham akan
ilmu yang akan disampaikan dahulu, paham dan benar-benar sesuai Al-
qur’an dan As-sunnah. Jangan sampai kita berdakwah tanpa mempunyai
ilmu yang benar, yang dapat menjerumuskan orang lain kedalam kesesatan.

"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan


ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR.

50
Fathur Rahman. Nasihat Bagi Para Pencari Ilmu, elkisi, 2020. Hal.110
86 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Muslim). Hal ini menunjukkan bahwasannya ilmu yang membuat kita syukur,
dan semakin ingat kepada Allah.

Orang yang berilmu juga memiliki pahala yang kekal, ilmu akan kekal
dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia sudah meninggal dunia.
Disebutkan dalam hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya “jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang
sholeh”

Sebetulnya masih banyak lagi keutamaan-keutamaan ilmu


menunjukkan bahwa jika tidak ada ilmu maka kerusakan dan kebodohan
akan merajalela dimana-mana.

Dengan mengetahui pentingnya ilmu dalam berdakwah kita harus


senantiasa istiqomah dalam mencari ilmu tersebut, perlu pengorbanan
untuk mencarinya, mencari ilmu adalah kewajiban setiap manusia.
Kewajiban ini tidak akan dapat dilakukan jika tidak dilakukan dengan
pengorbanan. Setiap pengorbanan pasti akan ada balasannya tersendiri,
berikut adalah beberapa bentuk pengorbanan: harta, waktu, tenaga dan
fikiran kita. semua itu akan berdampak pahala dan kesuksesan didunia dan
diakhirat. Seseorang tidak akan merasakan benar-benar menguasai ilmu jika
ia tidak pernah merasakan hidup dalam kesusahan, juga dianjurkan mencari
sebanyak-banyaknya ilmu jika kalian masih bujang kagar berkonsentrasi dan
tidak terganggu dengan keadaan apapun, hak-hak keluarga, tidak
memikirkan kehidupan istri, suami, dan anak.

Semangat dalam berdakwah memang sangatlah penting, namun


harus diimbangi dengan kesadaran diri dan kemampuan mengkajinya, mulai
dari membaca Al-qur’an, hadits, dan ilmu fikih lainnya kita harus paham,
seseorang yang berdakwah tapi tidak paham akan ilmunya akan berbahaya
bagi masyarakat.

Fakta dari adanya kekeliruan dalam berdakwah saat ini adalah oleh
mereka yang masih awam, mu’alaf tapi sudah sangat bersemangat padahal
Urgensi Da’i untuk Negeri | 87
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

ilmu mereka belum seberapa mendalam, mereka sangatlah bersemangat,


sampai lupa akan kemampuannya, dan seorang da’I harus slalu mengkaji
dengan benar langsung pada kyai atau orang yang lebih paham akan ilmu,
tidak lah cukup jika berguru dengan buku ataupun internet, serta modal
terjemahan dan mudah menafsirkan segala hal. Prosesnya melalui tahap
demi tahap.

Tujuan mempelajari ilmu adalah membentengi umat dari kejahilan dan


kesesatan agama.” Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At- Taubah: 122)

Maka dari itu jika kita belum seberapa paham akan ilmu maka
pahamilah terlebih dahulu sebelum menyampaikannya, meskipun hendak
menyampaikan hanya satu ayat tidak mengapa, asalkan sudah benar tahu
akan makna dan maksud ayat tersebut. Menghawatirkan akan menyesatkan
yang lain.

Al- Qur’an juga menjelaskan bahwa syarat menjadi pempimpin


adalah memiliki kapasitas ilmu yang memadai untuk mengelola
kemaslahatam public, simak ayat berikut ini, Nabi mereka mengatakan
kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi raja
kalian." Mereka menjawab, "Bagaimana Talut memerintah kami, padahal
kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan
dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata,
"Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa" Allah
memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

88 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

C. MENYELISIHI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

Ketika kita beramal harus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah, apa yang diperintahkan oleh Allah. Harus sesuai dengan Al-
qur’an dan As-sunnah. Jadikalnlah Al- qur’an sebagai “WAY OF LIFE”.

Dari hasil tadabbur ayat Al-qur’an, kita harus siap untuk


mengambil resiko karena sudah mengetahui ilmu di dalamnya. Jika kita
berkomitmen kepada Al-qur’an. Allah menegaskan secara langsung dalam
firmannya:

‫﴾ َوﻟََﻘ ْﺪ ﻓَـﺘَـﻨﱠﺎ‬۲﴿‫س أَ ْن ﻳـُ ْﺘـ َﺮﻛُﻮا أَ ْن ﻳَـﻘُﻮﻟُﻮا آ َﻣﻨﱠﺎ َو ُﻫ ْﻢ َﻻ ﻳـُ ْﻔﺘَـﻨُﻮ َن‬
ُ ‫ﺐ اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫َﺴ‬
ِ ‫أَﺣ‬
﴾۳﴿‫ﺻ َﺪﻗُﻮا َوﻟَﻴَـ ْﻌﻠَ َﻤ ﱠﻦ اﻟْﻜَﺎ ِذﺑِﻴ َﻦ‬
َ ‫اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ِﻣ ْﻦ ﻗَـ ْﺒﻠِ ِﻬ ْﻢ ﻓَـﻠَﻴَـ ْﻌﻠَ َﻤ ﱠﻦ اﻟﻠﱠﻪُ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ‬

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)


mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al- Ankabut: 2-3)

Menghadapi beraneka ragam resiko tersebut sangat penting agar


kita dapat menghadapi dengan penuh kesabaran dan istiqomah hingga
seorang muslim mengahadap Allah ta’ala dengan membawa iman yang
benar.

Pertama, kita harus siap menerima ejekam, hinaan, celaan, dan


pendusta serta menjadi bahan tawaan dari orang-orang yang memusuhi
agama Allah, perhatikan ayat-ayat berikut ini:

“Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang kaya)


dengan sebagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang kaya
itu) berkata, "Orang-orang yang semacam inikah di antara kita yang diberi
anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah
Urgensi Da’i untuk Negeri | 89
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya). (QS.


Al-An’aam: 53).”

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang


dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan
apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling
mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu
kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila
mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, "Sesungguhnya
mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat, " padahal orang-orang
yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.”
(Al- Muthafifin: 29-33)

“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir


menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka
mendengar Al-Qur’an dan mereka berkata, "Sesungguhnya ia (Muhammad)
benar-benar orang yang gila.” (Al- Qolam: 51)

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi


peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, "Ini
adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.” (Shaad: 4)

Kedua, pesiapkan diri anda untuk menjawab segala bentuk


pendiskreditan ajaran agama Islam. sebab musuh-musuh agama selalu
mendiskreditkan ajaran-ajaran Al-qur’an dengan melontarkan keraguan dan
kampanye-kampanye hitam serta menyebarkan argument-argumen lemah
seputar ajaran Islam, diri, dan kepribadian. Itu semua dialakukan secara
massif dengan tujuan menghalangi masyarakat luas untuk merenungi ajakan
dan seruan Al-qur’an. Kitabullah telah merekam segala jenis pendiskreditan
itu, diantaranya didalam QS. Al- furqaan ayat 4 dan 5:

90 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

‫ْﻚ اﻓْـﺘَـﺮَاﻩُ َوأَﻋَﺎﻧَﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻗـ َْﻮٌم آ َﺧﺮُو َن ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺟَﺎءُوا‬


ٌ ‫َﺎل اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ َﻔﺮُوا إِ ْن َﻫﺬَا إِﻻ إِﻓ‬
َ ‫َوﻗ‬
﴾۵﴿‫﴾ َوﻗَﺎﻟُﻮا أَﺳَﺎﻃِﻴ ُﺮ اﻷ ﱠوﻟِﻴ َﻦ ا ْﻛﺘَﺘَﺒَـﻬَﺎ ﻓَ ِﻬ َﻲ ﺗُ ْﻤﻠَﻰ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺑُ ْﻜ َﺮةً َوأَﺻِﻴﻼ‬۴﴿ ‫ﻇُْﻠﻤًﺎ َوزُورًا‬

Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah


kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh
kaum yang lain, " maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu
kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-
dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka
dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.”

Ketiga, kuatkan tekat dan amal untuk terus hidup dibawah naungan
bimbingan Al-qur’an sebagai petunjuk jalan dikala kegelapan, sebagai
penuntun kaum muslimin untuk terus hidup dalam keridhoan Allah, namun
dalam hidup pasti ada tantangan dan ujiannya entah itu dari lahir maupun
dari batin, banyak para musuh Al- qur’an yang akan menghalangi manusia
untuk berbuat kebaikan, mereka tidak pernah mau mendengarkan, mereka
menyibukkan dengan hal-hal yang lainnya, yang menandingi Al-qur’an
bahkan menyamakan Al-qur’an dengan legenda kisah-kisah masa laulu, hal-
hal yang dilaknat oleh Allah.

Sekarang marilah kita bercermin pada sirah Nabawiyah. Yang


menceritakan kisah hidup Rasulullah, dalam menegakkan supremasi dinul
islam, Rasulullah. Beliau yang selalu dikuntit dan dibuntuti orang seperti an-
Nadhr bin Al- Harits. Bahkan ia sengaja pergi berhijrah untuk mendalami
kisah kisah raja Persia dan pahlawan mereka seperti Rustum dan Isfandiyar.
Setiap Rasulullah setelah mengajar di majelis dia membuntuti Rasulullah dan
langsung menggelar pengajian baru dan khutbah, “demi Allah muhammmad
lebih baik dari pada aku dengan mengisahkan para raja dan pahlawan
negeri Persia, ia berkata: dengan apakah Muhammad lebih baik khutbahnya
dari pada aku?”

Dalam perjalanan Islam seterusnya, lebih-lebih di dalam era penuh


fitnah terhadap Islam ini dalam Al-qur’an ini, akan terus bermunculan orang-

Urgensi Da’i untuk Negeri | 91


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

orang dan kelompok yang satu tipe dengan Nadhr bin Al- Harits ini, baik
dikalangan Islam maupun di luar Islam. yang selalu berkampanye hitam dan
selalu memojokkan Al- qur’an.

Sikap pemuda Islam dalam menghadapi tantangan ini, maka kita


harus bersabar dan semakin mengokohkan keimanan kita kepada Allah
semata, sampai Allah memberikan kemenangan atas kaum muslimin, jika
bukan kemenangan nyata di dalam dunia, di akhiratlah kita meraih
kemenangan sejati dengan Ridho Allah.51

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh


kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam
rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan
menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (QS.
An- Nisa’: 175)

(HR. Bukhori, no. 1 dan Muslim, no. 1907)

Dari tulisan diatas menerangkan bahwa Al- qur’an adalah pedoman


umat muslim dan selain itu juga terdapat As-sunnah, yang secara baasa, arti
As- Sunnah ialah jalan atau ajaran. Meliputi jalan yang baik dan buruk
adapun Sunnah yang dimaksud ialah sunna menurut ulama ushul fikih,
yaituberupa dalil-dalil agama yang datang dari Nabi shalallahu ‘alaihi
wassalam yang berupa Al- Qur’an, meliputi perkataan, perbuatan, dan
penetapan nabi.

51
Ibid, hal. 89
92 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Kita sebagai umat muslim harus menaati apa yang dicontohkan oleh
para Nabi kita, menirunya beliau adalah teladan bagi umat muslim sedunia
dan barang siapa yanag berpaling dan tidak menaati Allah Ta’alla dan Rasul-
Nya, itu merupakan sifat-sifat orang kafir. Sesuai firman-Nya dalam QS. Ali-
Imran ayat 32

‫ﺐ اﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳ َﻦ‬
‫ُﺤ ﱡ‬
ِ ‫ُﻮل ﻓَِﺈ ْن ﺗـ ََﻮﻟﱠﻮْا ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳ‬
َ ‫ﻗُ ْﻞ أَﻃِﻴﻌُﻮا اﻟﻠﱠﻪَ وَاﻟ ﱠﺮﺳ‬

Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kalian berpaling,


maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir."

Ayat ini memberikan pengertian bahwa menyimpang dari jalan


ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan perbuatan yang kufur; dan
Allah tidak menyukai orang yang mempunyai sifat demikian, sekalipun ia
mengakui bahwa dirinya cinta kepada Allah dan selalu mendekatkan diri
kepada-Nya, sebelum ia mengikuti Rasul yang ummi penutup para rasul
yang diutus untuk seluruh makhluk jin dan manusia. Karena seandainya para
nabi dan bahkan para rasul atau mereka yang dari kalangan ulul azmi berada di zaman Nabi
Muhammad, maka tiada jalan Lain bagi mereka kecuali mengikuti Nabi
Muhammad, taat kepadanya, serta mengikuti syariatnya. Seperti yang akan
diterangkan nanti dalam tafsir firman-Nya:

‫َوإِ ْذ أَ َﺧ َﺬ اﻟﻠﱠﻪُ ﻣِﻴﺜﺎ َق اﻟﻨﱠﺒِﻴﱢﻴ َﻦ‬

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi. (Ali Imran:
81), hingga akhir ayat.52

Rasulullah shalallau ‘alaihi wassallam bersabda dalam haditsnya:

“Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah; mendengar


dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun (ia) seorang
budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia

52
Tafsir Ibnu Katsir light QS. Ali- Imran ayat 32
Urgensi Da’i untuk Negeri | 93
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagimu berpegang


kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk
dan lurus. Peganglah dan giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua
perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama)
adalah bid’ah, dan semua bid’ah merupakan kesesatan.” 53

Penyebab kebinasaan umat pada zaman sekarang ialah karena


menyelisihi Nabinya. Nabi bersabda dalam haditsnya: “Biarkan aku apa
yang aku tinggalkan. Sesungguhnya orang-orang sebelum engkau binasa
disebabkan oleh pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap
nabi-nabi mereka. Jika aku melarangmu dari sesuatu, maka jauhilah ia,
dan jika aku memerintahkanmu dengan sesuatu maka, lakukanlah
dengan semampumu.” (HR. Bukhori, no. 7.288, dari Abu Hurairah).

Ketahuilah barang siapa yang berpegang teguh pada sunnah


Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam, dia akan mulia dan tinggi di dunia
ini. Namun sebaliknya apabila menyelisihi sunnah Rasulullah
shallallahu’alaihi wassalam dia akan hina dan rendah, Rasulullah
shallallahu’alaihi wassalam bersabda dalam Haditsnya yang artinya: “aku
diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, agar Allah satu-satu-Nya
diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dijadikan rezekiku dibawah
naungan tombakku”54 dijadikan kehinaan dan kerendahan itu atas orang
yang menyelisihi Al-qur’an dan As-sunnah. Jadi taatilah sunnah
Rasulullah jangan sampai engkau menyimpang dari ajaran-Nya, sesuai
dengan firman Allah di dalam QS. An-Nisa’ ayat 80:

ً‫ْﻨﺎك َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ َﺣﻔِﻴﻈﺎ‬


َ ‫ع اﻟﻠﱠﻪَ َوَﻣ ْﻦ ﺗـ ََﻮﻟﱠﻰ ﻓَﻤﺎ أَ ْر َﺳﻠ‬
َ ‫ُﻮل ﻓَـ َﻘ ْﺪ أَﻃﺎ‬
َ ‫َﻣ ْﻦ ﻳُ ِﻄ ِﻊ اﻟ ﱠﺮﺳ‬

53
HR Abu Dawud, no. 4.607; Tirmidzi, 2.676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al
‘Irbadh bin Sariyah
54
HR. Ahmad 2I/50 dan 92, dari Ibnu ‘Umar c. Hadits shahih, lihat Irwa’ al-Ghalil no. 1269)

94 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

”Barang siapa yang menaati rasul, sesungguhnya ia telah menaati


Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya setiap muslim yang


bernyawa wajib menaati sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam,
menaati sunnah-Nya bukan berarti hanya dalam perbuatan tampak,
menaati harus secara lahir dan batin, baik secara tampak ataupun tidak
tampak.

Dalam hal menentang Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam itu


ada empat macam diantaranya ialah:

1. Orang yang tidak meyakini kewajiban menaati perintah Nabi


shallallahu’alaihi wassalam misalnya penentang orang-orang
kafir dan para ahli kitab. Akibatnya merekapun berada dalam
kehinaan dan kerendahan, seperti kaum yahudi yang
tertimpa kehinaan dan kerendahan karena kekufuran
mereka kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam adalah
kufur ‘inad (menentang atau durhaka).

2. Orang-orang yang meyakini, serta taat kepada Rasulullah


shallallahu’alaihi wassalam, namun mereka menyelisihi
Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam dengan melakukan
kemaksiatan yang diyakini kemaksiatan tersebut. Golongan
orang ini juga akan menfdapatkan kehinaan dan kerendahan,
jadi orang jenis kedua ini yang menyilisihi dan menentang
Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam karena dorongan
syahwat semata.

3. Orang yang menyelisihi Al- qur’an dan As-sunnah Rasulullah


shallallahu’alaihi wassalam karena dorongan syubhat,
mereka adalah uhlul ahwa’ (para pengekor hawa nafsu) dan
ahli bid’ah. Mereka semua akan mendapatkan kehinaan

Urgensi Da’i untuk Negeri | 95


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

sesuai dengan tingkatan penentangan mereka terhadap


perintah-perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam.

Ahli bid’ah dan ahlul ahwa’ adalah orang-orang


yang berbuat kebohongan atas nama Allah, kebid’ahan
mereka akan semakin besar, sesuai dengan banyaknya
kebohongan yang mereka perbuat atas nama-Nya. Oleh
karena itu, hukuman bagi mubtadi’ (ahli bid’ah) lebih berat
hukumannya dari pada ahli maksiat, sebab mubtadi’
membuat kedustaat atas nama Allah sekaligus menentang
Rasulullah karena hawa nafsunya.

4. Adapun orang yang menantang Rasulullah dengan tidak


sengaja, diiringi dengan ijtihad atau upaya serius untuk
senantiyasa mengikuti sunnnah Rasul, jenis ini tergolong
tokoh-tokoh ulama’ dan orang-orang sholeh. Mereka tidak
berdosa bahkan jika para ulama terjadi ijtihad, dia
mendapatkan pahala, dan kesalahannya akan dimaafkan.
Meskipun demikian, barang siapa mengetahui perintah
(Sunnah) Rasul dalam permasalahan yang diselisihi (oleh
ulama tersebut), tidak ada penghalang baginya untuk
menerangkan kepada umat bahwa ijtihad/pendapat ulama
tersebut bertentangan dengan perintah (Sunnah) Rasul. Hal
ini dalam rangka nasihat untuk Allah, untuk Rasul-Nya, dan
untuk kaum muslimin secara umum. Jangan sampai
kedudukan ulama yang melanggar Sunnah Rasul tersebut
menghalanginya untuk menerangkan kesalahannya di
hadapan umat. Hendaknya dia katakan bahwa ulama
tersebut memiliki kedudukan, keutamaan, dan kemuliaan,
serta dicintai oleh kaum mukminin55

55
Dinukil secara ringkas dengan sedikit penyesuaian, dari kitab al-Hikam al-Jadirah bi al-
Idza’ah karya al-Imam Zainuddin ‘Abdurrahman bin Rajab al-Hanbali, yang dikenal dengan Ibnu
Rajab al-Hanbali rahimahullah.

96 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Maka dari itu janganlah sesekali kamu menentang ajaran Agama


Islam yang sudah jelas sumbernya darimana. Jangan menentang ajaran
Alla dan Rasul-Nya. Bedakwala sesuai apa yang diajarkan. Oleh Rasululla
sholllahu ‘alaihi wassalam jangan menyimpang darinya. Laknatullah
niscaya datang.



D. Berdakwah secara pemaksaan tanpa kebijaksanaan

‫ﺴ ﺮُوْا‬
‫ﺴ ﺮُوْا وََﻻ ﺗـُﻌَ ﱢ‬
‫ﺸ ﺮُوْا وََﻻ ﺗـُﻨَـ ﱢﻔ ﺮُوْا َوﻳَ ﱢ‬
‫ ﺑَ ﱢ‬.
Rasulullah salllahu ‘alaii wassalam bersabda, “sampaikan kabar gembira
dan jangan membuat orang lain lari serta mempermudalah jangan di
persulit.” (HR. Muslim [1732] dari Abu Musa al Asy’ari r.a.).

Berdasarkan hadits tersebut berdakwah harusalah penuh


kebijaksanaan yaitu memberikan kabar gembira dan mempermudah bukan
dengan paksaan, karena demikian membuat masyarakat lari dan
mempersulit dalam menyampaikan nilai-nilai agama.

Dalam berdakwa tidaklah seorang da’i memaksa objek dakwah untuk


menganut perintahnya, cukup kita menyampaikan ilmu yang kita miliki,
membantu dan mendorong agar menagnut ajarang agama Islam, tidak perlu
seorang da’i berdakwahh secara memaksa, hal tersebut membuat
kurangnya rasa hormat terhadap seorang da’i.

“luaskan bentangan cakrawala kepahamanmu. Bergerak dalam dinamika


dakwah adalah pergerakan yang berdasarkan kepahaman, berlandasan
hujjah, berlandaskan ilmu dan pengetahuan. Tak ada keberhasilan

Urgensi Da’i untuk Negeri | 97


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

dakwah, jika tidak diawali ilmu dan kepahaman. Tidak aka nada
keteguhan di jalan dakwah, jiika tidak memiliki cakrawala pangetauan
yang memadai.”

Cahyadi Takariawan

IV

METODE PENYAMPAIAN DA’I DALAM


BERDAKWAH

M
etode berasal dari baasa Yunani methodos, yang
merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta
berarti melalui, mengikuti, atau sesudah, sedangkan
hodos artinya jalan, arah atau cara. Jadi metode bisa diartikan sebagai
suatu jalan atau cara yang bisa ditempuh, dari pengertian tersebut metode
98 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

dakwa dapat diartiakan sebagai cara-cara yang digunakan oleh seorang da’I
untuk menyampaikan suatu materi, menyukseskan dakwahya.56

Terkadang seorang da’i dalam menyampaikan suatu materi dalam


dakwanya memiliki banyak cara, memerlukan banayak metode dengan
bebrbagai kombinasi. Namun bisa jadi seorang da’i ketika berdakwa
menggunakan metode menurut dia bagus untuk dia, lain dengan objek
dakwahnya, mengaggap dakwah tersebut tidak jelas dalam kajian
keilmuannya sehingga menimbulkan ketidak puasan seorang mad’u dan
tidak membuahkan hasil serta tidak mendapat hormat dari mad’u. hal ini
bisa juga dikarenakan seorang da’i dalam menyampaikan dakwanya terkena
keterbatasan ruang dan waktu, dalam pemilihan materi juga penting dalam
pelaksanaan metode dakwah ole da’i. pemilihan matreri ini harusalah benar-
benar dipikirkan dan dipersiapkan matang-matang. Sesuai dengan kondisi
psikoligi suatu umat pada massa tersebut.

Dakwah juga arus mempelajari psikologi dakwah yang bisa diartkan


sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramal, mengendalikan tangka
laku manusia terkait dengan proses dakwah, mempelajari tentang
karakteristik da’i serta mad’u dalam dakwah. Psikologi dakwah berusaha
menyikap apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang terlibat
dalam dakwah. Guna mengoptimalkan tujuan dalam berdakwah.57

Dalam berdakwah juga harus mengerti problematika kekinian yang


diadapi oleh masyarakat. Risalah Islam diturunkan untuk membantu
mengatasi problematika umat, mencarikan jalan keluar dengan
mengarahkan manusia melaluibimbingan yang lebi berpiak kepada muatan
nilai-nilai moral dan ketuhanan. Karena itulah da’i dibuutukan haruslah
bersifat komunikatif dan interaktif teradap masyarakat. Berbagai macam
masala dapat dihadapi oleh seorang da’i itu merupakan da’i yang baik dan
patut dibuat teladan. Dapat memecahkan masalah dan mencari jalan
solusinya. Problematika daulu dengan yang sekarang tentu berbeda
begitupun dengan metodenya pasti berbeda pula, karena itu dakwah
bersifat manusiawi. Setiap da’i pasti mempunyai cara, inovatif masing-

56
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015. hal. 49
57
Prof.Dr. Achmad Mubarak, MA, Psikologi Dakwah, Madani Malang 2014, Hal.43
Urgensi Da’i untuk Negeri | 99
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

masing untuk menyampaikan dakwah. Namun harus sesuai dengan syari’at


agama Islam tidak menyimpang teradapnya.

A. METODE DAKWAH RASULULLAH

1. Metode dakwah periode Mekkah

 Awal mula dakwah Rasulullah secara sembunyi-sembunyi

Memasuki usia ke empat pulu tahun, disaat Nabi Muhammad


Shalallahu ‘alaihi wassalam sedang berkontemplasi di gua Hira’, pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat jibril muncul dihadapannya,
dan menyampaikan wahyu Allah yang pertama QS. Al Alaq: 1-5:

‫ﱡﻚ ْاﻷَ ْﻛَﺮُم‬


َ ‫﴾ اﻗْـَﺮأْ َوَرﺑ‬۲﴿ ‫اﻹﻧْﺴَﺎ َن ِﻣ ْﻦ َﻋﻠ ٍَﻖ‬
ِْ ‫﴾ َﺧﻠَ َﻖ‬۱﴿ ‫ﱢﻚ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ‬
َ ‫اﻗْـَﺮأْ ﺑِﺎ ْﺳ ِﻢ َرﺑ‬
﴾۵﴿ ‫اﻹﻧْﺴَﺎ َن ﻣَﺎ َﱂْ ﻳـَ ْﻌﻠَ ْﻢ‬
ِْ ‫﴾ َﻋﻠﱠ َﻢ‬۴﴿ ‫﴾ اﻟﱠﺬِي َﻋﻠﱠ َﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻘﻠَ ِﻢ‬۳﴿

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Ini adalah wahyu Allah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam lewat malaikat jibril, ayat yang
mula-mula memerintahkan Nabi menyeru manusia kepada suatu agama,
dan belum pula memberitahukan bahwasanya Nabi adalah utusan-Nya.

100 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Setelah turuynya wayu pertama ini malaikat jibril tidak datang lagi
kepada Nabi Muammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, padahal Nabi
menantikannya dan salalu datang ke gua Hira’, dalam keadaan menanti
itulah turunya wayu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu
berbunyi sebagian berikut: “Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhan mudah bersihkanlah
pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.”

Dengan turunnya perinta itu, mulailah dakwa Nabi Muhammad yang


pertama kali. Yang pertama kali dilakukan Nabi untuk berdakwah ialah
beliau berdakwa secara sembunyi-sembunyi, diam diam dilingkungan
keluarga terdekat kemudian saabat terdekatnya diantaranya ialah: Khadijah
(istri), Ali bin Abi Thalib (sepupu), Abu Bakar (saabat), Zaid (budak yang
diangkat anak), Ummu Aiman (pengasuh). Abu Bakar berhasil mengislamkan
beberapa orang teman di dekatnya, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, Talhah bin Ubaidillah
dan al- Arqam bin Abi al-Arqam.

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam melaksanakan dakwa


secara sembunyi-sembunyi tiga tahun pertama sejak di utrus sebagai Nabi,
selanjutnya dakwa dilakukan secara terang-terangan secara lisan, misalnya
memberi nasihat, memberi peringatan dsb. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-
Hijr ayat 94:

‫ِض َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛِﻴ َﻦ‬


ْ ‫ﺻ َﺪ ْع ﺑِﻤَﺎ ﺗـ ُْﺆَﻣ ُﺮ َوأَ ْﻋﺮ‬
ْ ‫ﻓَﺎ‬

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Sejak turun ayat ini, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam


mulai menyampaikan dakwanya secara terang-terangan secara terbuka,
sebuah langkah pertama untuk memasukkan gagasan agama ke dalam
aktualisasi sosial dan keidupan politik. Satu hal yang terpenting ialah

Urgensi Da’i untuk Negeri | 101


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

bahwasannya kelompok pengikutnya yang pertama ialaa kalangan migran,


kalangan miskin, warga yang lemah dan anak-anak dari kalangan klan kuat
(Alio bin Abi Thalib), mereka kalangan yang paling kecewa terhadap
pergeseran moral dan sosial di Mekkah dan mereka membuktikan pesan
Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai sebuah alternative
yang vital.

 Dakwah Rasulullah secara terang-terangan

Metode Nabi Muhammad secara terang terangan iala pertama,


mengundang bani Abdul Muthalib kerumahnya dan menjelaskan bahwa dia
telah diutus oleh Alla, mendengar penjelasan Nbi Abu Lahab marah sambil
berkata: “celakala engkau! Apakah untuk inika engkau panggil?”. Hal ini
sebab turunnya surat Al- Lahab, kedua undangan terbuka kepda seluruh
masyarakat Quraisy dibukit Shafa. Nabi ingin meliat bagaimana pandangan
masyarakat Quraisy terhadap kepribadian beliau. Masyarakat Quraisy
sepakat bahwasannya nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam adala
orang yang tidak berdusta. Setelah itu nabi mengumumkan kenabiannya.
Ketiga, nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam memproklamasikan ke
Esaan Alla dan mengajarkan kesatuan dan persatuan antara manusia.
Keempat, nabi mengadakan pertemuan kusus dengan orang-orang yang tela
percaya kepada beliau untuk mengajarkan ajaran agama Islam dirumah
Arqam bin Abil Arqam, dan merupakan sekolah Islam yang pertama. Kelima,
beberapa pengikut nabi meninggalkan Mekkah dan mencari perlindungan,
mengungsi ke Euthiopia sebua negeri di sebrang laut merah.58

 Ciri umum dakwah periode Mekkah

58
Dikutip pada jurnal milik Yudika Wahid Firdaus, Komunikasi dakwah Nabi Muhammad
periode mekkah, Januari 2020
102 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Pada periode Mekkah yang berlangsung sekitar sepuluh tahun,


prioriras dakwahnya adala perubahan seorang Arab menjadi seorang
muslim.

Bagi peneliti dakwah Islamiyah Rasulullah pada period Mekka akan


menemukan beberapa ciri umum dakwa tersebut, diantaranya ialah:

1. peratian terhadap penyampaian dakwahnya baik secara tertutup maupun


terbuka, dimulai dari yang terdekat, upaya menyelamatkan manusia dari
lembah kesesatan, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju
terang benerang.
2. perhatian terhadap pendidikan bagi mereka yang sudah menerima seruan
dakwah, usaha pendidikan dan pembinaan akidah mereka sesuai dengan
ajaran Agama Islam dalam rangka membangun kaidah Islam yang kokoh bagi
negara Islam dengan cara:

a. pengajaran agama
b. penerapan Islam dalam kehidupan
c. penanaman makna ukhwah antar sesama muslim
d. saling mengoreksi satu sama lain

3. bertahan untuk tidak menghadapi musuh dengan kekuatan, namun dihadapi


dengan mujahadah dalam berdakwah
4. dakwah yang dinamis, tidak terpaku pada tempat asal dakwah, seperti hijrah
ke Thoif, lalu hijrah ke Madinah.
5. Aktivitas yang berkesinimbungan disertai perancanga untuk dakwah masa
depan, seperti pengirim utusan ke Madinah, baiah Aqabah, mengintruksikan
hijrah serta menyusun rencana hijrah, lalu melaksanakan semua rencana
tersebut dengan cermat setelah mempersiapkan bebrbagai fasilitas yang
dibutuhkan, dengan menyeimbangkan antara sarana dan tawakkal.59

2. Metode dakwah periode Madinah

 Kondisi Madinah sebelum kedatangan Rasulullah


59
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015, hal. 63
Urgensi Da’i untuk Negeri | 103
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Sebelum kedatangan agama Islam, Madinah bernama Yastsrib. Kota


ini merupakan salah satu kota terbesar di provinsi Hijaz. Kota ini merupakan
kota strategis dalam jalur perdagangan antara kota Yaman di selatan dan
Syiria di utara. Selain itu Yatsrib merupakan kota subur di Arab. Sebagai
tempat kehidupan masyarakat untuk bercocok tanam, selain berdagang dan
berternak.

Karena letaknya yang sangat strategis, subur jadi tidak hanya


penduduk Yatsrib yang ada di tempat itu, penduduk lainpun banyak juga,
hampir bisa dipastikan bawa sebagian besar pendatang yang bermigrasi dari
wilayah utara atau selatan. Pada umumnya yang berpinda ke kota ini karena
persoalan politik, ekonomi dan persoalan kehidupan lainnya.

Suku pertama yang menempati Madinah iala suku Amaliyah, tidak


lama kemudian datang lah golongan bangsa Yahudi yang berhasil mnguasai
mereka dan akhirnya menetap di Madinah. Diantara bangsa yang menetap
di Madina iala bani Nadir dan bani Quraidah.

Sementara bangsa Arab juga datang ke Madinahkarena negerinya


dialnda oleh bencana alam, rusaknya gedung Ma’arib yang dibvangun sejak
kekuasaan Ratu Balqis, selain itu alasannya juga Yastrib terkena persoalan
konflik politik yang berkepanjangan yang melanda negara mereka, dua suku
besar yang menetap di Yasyrib ialah suku ‘Aus dan Khajras. Kedatangan
mereka secara massal ternyata mengalakan bangsa Yahudi yang menetap di
kota ini.

Awalnya mereka hidup secara tentram dan berdampingan, saling


menghormati satu sama lain, namun melihat perkembangan selanjutnya
mereka mulai berjahuan, ketika bangsa Arab melebihi kaum Yaudi, mulai
timbul kecurigaan dan ancaman. Ketegangan ini dimulai dari bangsa Yaudi
kepada bangsa Arab. Yahudi melanggar kesepakatan bersama untuk
menjaga perdamaian. Melihat hal tersebut bangsa Arab yang menetap tadi
meminta bantuan militer dari saudara mereka, Bani Ghassan dan

104 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

permintaan tersebut disetujui, bani Ghassan tidak rela jika keturunan


bangsa mereka dikuasai oleh kaum Yahudi.

Kedua suku bangsa Arab ini idup dengan damai. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, terjadi pertikaian antara kedua bangsa Arab ini
sendiri. Konflik berjalan berkepanjngan dan dimenangkan oleh suku bangsa
Khazraj, sementara suku ‘Aus berpihak yang kalah. Akhirnya suku ‘Aus
berkerjasama dengan kaum Quraisy untuk melawan suku Khazraj. Tetapi
usaha mereka gagal. Akirnya ‘aus mencari dukungan dari bani Nadhir dan
bani Quraizhah. Usaa mereka diketahui oleh musunya yaitu kaum khazraj,
untuk itu bangsa Khhazraj meminta bangsa Yaudi untuk mengirimkan 40
pemuda untuk tawanan dan jaminan. Permintaan itupun di penuhi oleh
bangsa Yahudi, meski suda diserahkan suku Khazraj juga tidak percaya dan
meminta kaum Yahudi memili alternative, meninggalkan Madinah atau 40
pemuda tersebut akan dibunuh.

Semula bangsa Yahudi menerima alternative itu membiarkan 40


pemuda dibunuh, meninggalkan Madinah. Namun Ka’ab bin Asad berhasil
membujuk mereka untuk tetap tinggal di Madinah dan membiarkan 40
pemuda tersebut di bunuh, meliat kejengkelan bani Khazraj akhirnya benar
membunuh 40 pemuda tersebut, akibatnya kaum Yaudi marah besarc
terhadapnya, dan kaum Yahudi bergabung bersekutu dengan bani ‘Aus. Aus
dalam pertempuran Bu’ats dimenangkan oleh kaum ‘Aus dan memakan
banyak korban dari bani Khazraj. Tak lama kemudia kedua kelompok ini
berdamai dam membentuk pemerintahan dan mengakkan kebersamaan
ketentraman di Madinah. Kepemimpinan baru diserahkan kepada Abdullah
bin Uyay bin Salul al Khazraj.

Kemudian tidak lama lagi ketika tengah mempersiapkan


pemerintahan datanglah Muhammad, ternyata mayoritas penduduk madina
lebih patu pada peraturanagama Islam. Sebenarnya Abdulla bin Uyay bin
Salul al Khazraj tidak setuju dengan sikap politiknya. Namun karena
mayoritas penduduk Mekkah berpiak kepada suku Quraisy dengan menjalin
kerjasama secara rahasia. Bahkan meninggalkan medan laga bersama
sejumlah pasukannya, tidak mengikuti perang badar bersama pasukan Islam
Urgensi Da’i untuk Negeri | 105
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

yang dipimpin oleh nabi Muhammad. Latar belakang ketidak sukaannya


ialah semula ia diberi kepercayaan untuk memimpin kepemimpinan di
Madinah, namun mengalami kegagalan, realitas politiknya yang menjadi
latar belakang ketidak sukaan ppenolakan masyarakat madina menjelang
kedatangan Islam di Madinah.60

Al- Qur’an telah mnjelaskan dasar- dasar metode dakwah dalam Islam sesuai
dengan firman Alla pada QS. An- Nahl: 125

‫ُﻮ‬
َ ‫ﱠﻚ ﻫ‬
َ ‫ﺴﻨَ ِﺔ َوﺟَﺎ ِدﻟْ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﻟﱠﺘِﻲ ِﻫ َﻲ أَ ْﺣ َﺴ ُﻦ إِ ﱠن َرﺑ‬
َ ‫ْﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ وَاﻟْﻤ َْﻮ ِﻋﻈَ ِﺔ اﻟْ َﺤ‬
ِ ‫ﱢﻚ ﺑِﺎﻟ‬
َ ‫ِﻴﻞ َرﺑ‬
ِ ‫ا ْدعُ إِﻟَﻰ َﺳﺒ‬
‫ُﻮ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﺑِﺎﻟْ ُﻤ ْﻬﺘَﺪِﻳ َﻦ‬
َ ‫ﺿ ﱠﻞ َﻋ ْﻦ َﺳﺒِﻴ ِﻠ ِﻪ َوﻫ‬
َ ‫أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﺑِ َﻤ ْﻦ‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesal dari
jalan-Nya. dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” Ayat ini menjelaskan bahwa berserulah Tuanmu dengan
(metode) hikmah, mauidhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik.

Sesuai dengan ayat diatas metode dakwah yang harus diterapkan


diantaranya ialah:

1. Dakwah bil Hikmah

Merupakan seruan atau ajakan secara bijak, ilosofis, menggunakan


ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau argument yang kuat dan
meyakinkan dengan penuh keadilan, kesabaran, dan ketabahan sesuai
dengan Risalah an-nubuwwah dan ajaran Al- Qur’an atau wahyu Ilahii.
Dengan demikian dakwah bil hikmah adala dakwah sesuai dengan kadar
akal, Bahasa, dan lingkungan masyarakat yang dihadapi.

60
Dikutip http://eprints.walisongo.ac.id/3486/4/091211011_Bab3.pdf pada tanggal 1
Desember 2020.
106 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Sayyid Qutb menjelaskan, bahwa berdakwah dengan metode hikmah


akan terwujud jika 3 faktor dibawah ini diperhatikan yaitu:

 Keadaan dan situasi orang yang didakwahi (objek dakwah atau


mad’u)
 Kadar dan ukuran materi dakwa yang disampaikan agar mereka
tidak keberatan dengan beban materi tersebut, misalnya karena
belum siap menerima materi tersebut. Hal ini tidak dapat
memaksimalkan hasil dakwah para seorang da’i.
 Metode penyampaiaan dakwah, dengan membuat variasi
sedemikian ruapa yang sesuai dengan kondisi saat itu.

2. Dakwah bil Mauidzah al hasanah

Mauidzah al hasanah sering diartikan sebagai nasihat yang baik,


ucapan yang memberikan nasihat-nasihat yang dapat bermanfaat bagi
orang yang mendengarkannya. Maksudnya ucapan para da’i berisikan
petunjuk-petunjuk kearah kebaikan, diterangkan dengan gaya Bahasa yang
sederhana, apa adanya, agar nasehat tersebut masuk kedalam hati sang
objek dakwah, diterima, dicerna, diayati serta enak didengar senantiasa
menghindari segala bentuk kekerasan, Bahasa yang kotor, sikap egois serta
segala sesuatu yang menyinggung hati mad’u.61

Prinsip ini diarahkan teradap mad’u yang kapasitasnya dan


pemikirannya serta pengalamannya masih tergolong kelompok awam,
dalam hal ini peran da’i dalam juru dakwah adalah sebagai pembimbing,
teman dekat yang setia yang menyayangi serta memndorong mereka untuk
berbuat kebaikan, memberikan segala hal yang bermanfaat serta
membahagiakan mad’u. sebagaimana firman Allah yang artinya: “Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat

61
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015, hal. 52
Urgensi Da’i untuk Negeri | 107
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-
akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. (QS.
Ibrahim: 24-25).

Dalam pelaksanaan metode bil Mauidzah al hasanah ini da beberapa


faktor-faktor yang perlu diperhatiakan da’i dalam pelaksanaan dakwahnya
berikut ini

 Tutur kata yang lembut sehingga hal itu akan terkesan dihati.
 Hindari sikap tegar dan kasar.
 Tidak menyebut-nyebut kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang
yang didakwahi, karena bole jadi hal tersebut dilakukan dengan
dasar ketidaktahuan atau dengan niat yang baik.

3. Dakwah bil mujadalah

Dakwah ini artinya suatu uppaya untuk mengajak seseorang menuju


jalan yang benar ke jalan Alla, melalui metode tukar pendapat (debat) yang
dilakuakan oleh dua pihak secara sinergis yang tidak melairkan permusuhan,
dengan tujuan agar lawan dapat memnerima pendapat yang di ajukan
dengan memberi argumentasi dan bukti yang kuat.62

Dakwah dengan cara ini hanyalah diperlukan untuk menghadapi


obyek dakwah yang bersikap kaku dan keras sehingga ia mungkin
membantah, mendebat, dan lain sebagainya. Pendapat ini barang kali
berangkat dari sebuah persepsi bahwa dakwah itu bersifat ofensif, karena ia
berupa mengajak atau mengundang pihak lain.

Sedangkan untuk metode bil mujadalah ini perlu diperhatikan hal-al seperti
berikut:

 Tidak merendahkan piak lawan, apabila menjelek-jelekkan dan lain


sebagainya, sehingga mereka yakin bahwa tujuan diskusi itu bukanla

62
Ibid, hal. 53
108 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

mencari kemenangan, melainkan menunjukkannya agar ia sampai


pada kebenaran.
 Tujuan diskusi hanyala semata-mata menunjukkan kebenaran sesuai
ajaran Alla bukan yang lain.
 Tetap menghormati piak lawan, sebab jiwa manusia tetap memiliki
harga diri. Ia tidak bole merasa kalah dalam berdiskisi, karena harus
diupayakan agar ia tetap merasa dihargai.

Dalam pada itu, Dr. Syeikh Yusuf al-Qardhawi menuturkan, bahwa


dalam diskusi ada dua metode, yaitu metode yang baik (hasan) dan metode
yang lebih baik (ahsan). Al-Qur‟an menggariskan bahwa salah satu
pendekatan dakwah adalah dengan menggunakan metode diskusi yang
lebih baik (ahsan). Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan
menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi
kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan kedua belah pihak
sehingga diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula.

Itulah penafsiran tentang tiga dasar metode dakwah seperti yang


ada dalam Al- Qur’an. Sementara nabi Muhammad telah menafsirkan
dengan penjabaran dan mengaplikasikan tiga dasar metode dakwah beliau
yaitu:

a) Metode personal
b) Metode pendidikan
c) Metode penawaran
d) Metode misi
e) Metode korespodensi
f) Metode diskusi

 Ciri umum dakwah periode Madinah

Masa periode ini dilakukan pembinaan masyarakat Islam dan Islam


tampil menjadi dua kekuatan, yaitu kekuatan dunia dan kekuatan spiritual.
Dalam periode Madinah ini banyak teronbosan dakwah yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad, diantaranya beberapa ciri dakwah periode Madinah ialah:

Urgensi Da’i untuk Negeri | 109


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

1. melanjutkan aktifitas tabligh dalam berdakwwah, serta aktivitas


pendidikan dan penyucian akidah mereka yang menerima seruan, yakni
dengan jalan membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an dan al- Hikmah,
serta memperhatikan juga pembangunan masjid dan takmirnya,
mewujudkan ukhwah yang murni antara kaum Muhajirin dan Ansar
serta mempererat hubungan antara kedua kelompok tersebut.
2. Kosentrasi pada pendirian negara Islam setelah tiga syaratnya utamanya
terpenuhi yaitu: a. kaidah yang solid dari mukminin, b. wilayah yang
sesuai, c. tatanan aturan yang jelas, karena negara merupakan factor
pendukung terbesar bagi dakwah, dam merupaka lembaga resmi
yangaa sangat penting bagi dakwah, dan merupakan lembaga resmi
yang sangat penting bagi dakwah. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Al- Haj ayat 41:

‫ُوف َوﻧَـﻬَﻮْا َﻋ ِﻦ‬


ِ ‫ْض أَﻗَﺎﻣُﻮا اﻟﺼﱠﻼةَ وَآﺗـَﻮُا اﻟ ﱠﺰﻛَﺎةَ َوأَ َﻣﺮُوا ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ‬
ِ ‫اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ إِ ْن َﻣ ﱠﻜﻨﱠﺎ ُﻫ ْﻢ ﻓِﻲ اﻷر‬
‫اﻟْ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوﻟِﻠﱠ ِﻪ ﻋَﺎﻗِﺒَﺔُ اﻷﻣُﻮر‬

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka


bumi niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh
berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.

2. Melaksanakan hukum syari’ah terhadap berbagai kalangan masyarakat


baik secara individu maupun secara kelompok, seperti menegakkan syiar
Islam dan pelaksanaan ketentuan pidana maupun perdata (hudud),
menyelesaikan pertikaian semuanya dalam rangka menegakkan hukum
Allah dimuka bumi ini dari setu segi, dan merupakan percontohan Islm
yang sempurna, yang cocok dan sesuaiuntuk segala jaman dan tempat
dari segi lain.
3. Menyikapi musuh yang berada di sekelilingnya serta hidup secara
berdampingan dibawah bimbingan aturan yang jelas yang mempertegas
tata cara hubunggn interaksionl antara keduanya. Serta memperkenalkan
kepada mereka (para musuh Islam) nilai-nilai kebaikan Islam, disatu sisi

110 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

untuk memulihkan gambaran yang benar dari tatanan yang serta terbit,
dan disisi lain merupakan upaya untuk menegakkan negara Islam yang
sedang tumbuh.
4. Menghadapi musuh yan berusaha menentang, memerangi serta
menteror musuh yang tersembunyi baik dari dalam maupun dari luar
dengan cara mengirimkan pasukan perang baik yang diikuti oleh Rasul
ataupun yang tidak diikuti oleh-Nya serta kesiagaan untuk berperang.

Firman Allah:

‫ْﻞ ﺗـ ُْﺮِﻫﺒُﻮ َن ﺑِ ِﻪ َﻋ ُﺪ ﱠو اﻟﻠﱠ ِﻪ َو َﻋ ُﺪ ﱠوُﻛ ْﻢ وَآ َﺧﺮِﻳ َﻦ‬


ِ ‫َﺎط اﻟْ َﺨﻴ‬
ِ ‫َوأَ ِﻋﺪﱡوا ﻟَ ُﻬ ْﻢ ﻣَﺎ ا ْﺳﺘَﻄَ ْﻌﺘُ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﻗـ ﱠُﻮةٍ َوِﻣ ْﻦ ِرﺑ‬
‫َف إِﻟَْﻴ ُﻜ ْﻢ‬
‫ِﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻳـُﻮ ﱠ‬
ِ ‫ِﻣ ْﻦ دُوﻧِ ِﻬ ْﻢ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَﻤُﻮﻧَـ ُﻬ ُﻢ اﻟﻠﱠﻪُ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤ ُﻬ ْﻢ َوﻣَﺎ ﺗُـ ْﻨ ِﻔﻘُﻮا ِﻣ ْﻦ َﺷ ْﻲ ٍء ﻓِﻲ َﺳﺒ‬
‫َوأَﻧْـﺘُ ْﻢ َﻻ ﺗُﻈْﻠَﻤُﻮ َن‬

”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-
orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedangkan Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah, niscaya
akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya.”
(QS. Al- Anfal: 60)
5. Mewujudkan dakwah Islamiyah yang mendunia dengan mengawali dari
berbagai dimensi, seperti dengan jalan mengirim surat dan mengirim
delegasi atau sebaliknya menerima utusan raja lain dan seterusnya.

Seluruh sifat metode dari kedua masa ini (Makkah dan Madinah) dengan
sebagai periode yang terambil


B. METODE DAKWAH DI ERA GLOBALISASI

Negara dalam era globalisasi saat ini sangatlah dibutuhkan sebua


konsep dan metode yang mudah diterima oleh masyarakat semua, yang

Urgensi Da’i untuk Negeri | 111


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

berantusias, bersemangat dalam mendengarkan pesan dakwah tersebut,


untuk fase sekarang ini mungkin sangatlah efektif dakwah menggunakan
sistem multimedia ataupun ICT yang sangat banyak metode penggunaanya,
dan sangatlah mudah mencari informasi yang actual dan akurat seperti saat
ini, internet, komputyer untuk memperjelas dan pemrsembaan di masjid-
masjid dan musholla dan instansi-instansi agama, dalam fase ini kita juga
dapat mendapati banyak informasi dan ilmu pengetahuan ajaran Islam yang
lebih luas juga. Contonya: banyak sekarang aplikasi tentang ajaran Islam,
meliputi tafsir al-Qur’an, al-Hadits, kitab-kitab fiki sejara Islam lainnya. Kita
dapat memperolehnya dengan menggunakan multimedia secara muda,
seingga kontribusu dan strategi semacam ini dapat tersentuh jika berbagai
lini masyarakat muslim secara luas sehinggga tujuan dakwah dapat tercapai
dengan baik.

Di zaman era globalisasi yang sedang kita lalui saat ini adala
merupakan dunia dikemas dalam teknologi dan inormatika, namun tidak
semua dapat mengarakan kita ke hal posituf, akan tetapi zaman teknologi ini
juga dapat mengarahkan kita kedalam hal yang negative dan yang ampir lgi
seinggga lupa bahwa di ciptakannnya teknologi ini Alla yang mengilaminya
untuk mendapatkan berbagai metode dalam penyampaian dakwa sehinggga
mendapat hasil yang maksimal dicapainya.63

Dalam konteks umat Islam sekarang sudah sangatlah kritis, maka


yang diperlukan adala dakwah yang berorientrasi transformasi sosio
kultural. Intinya adalah bagaimana mewujudkan tujuan dakwa Islam, yang
tak lain ialah perkembangan potensi fitrah dan fungsi kolifah kemanusiaan
dalam rangka membentuk keidupan sosial yang diridhoi oleh Allah.

Contoh metode dalam berdakwah, Definisi Al-Bayanuni menyatakan


metode dan strategi dakwah sehingga dengan strategi tersebut dapat
dijadikan sebagai bentuk acuan yang akurat dan fleksibel oleh penda’i
lainnya diantaranya ada tiga bentuk yaitu; 1. Strategi sentimentil (al-manhaj
al-'athifi). 2. Strategi rasional (al-manhaj al-'aqli). 3. Strategi indriawi (al-
manhaj al-hissi). Dalam ayat-ayat tersebut diatas telah mengisyaratkan tiga

63
I’natut Thoifah,M.Pd.I, Manajemen Dakwah, madani press, 2015, hal.75
112 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

strategi dakwah, yaitu Strategi Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT.),


Strategi Tazkiyah (menyucikan jiwa), dan Strategi Ta'lim (mengajarkan Al-
Qur'an dan al-hikmah).

Pertama, strategi tilawah dengan ini mitra dakwah diminta untuk


mendengarkan penjelasan pendakwah atau membaca sendiri pesan yang
ditulis ole pendakwah. Dengan demikian mentransfer pesan dakwah dengan
lisan maupun tulisan, Strategi tilawah bergerak lebih banyak pada ranah
kognitif (pemikiran) yang transformasinya melewati indra pendengaran (al-
sam') dan indra penglihatan (al-abshar) serta ditambah akal yang sehat (al-
afidah).

Kedua, strategi tazkiyah atau menyucikan jiwa, strategi ini


menggunakan aspek kejiwaan digunakan ketika srategi tilawah tidak bisa.
Sala satu misi dakwah adalah menyucikan jiwa manusia, karena kotoran jiwa
dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik individu maupun sosial,
bahkan menimbulkan berbagai penyakit. Sasaran strategi ini bukan jiwa
yang bersih tapi jiwa yang kotor.

Ketiga, strategi ta’lim ini hamper sama dengan strategi tilawah yang
keduanya berjalan dengan pesan. Akan tetapi ini lebih bersifat mendalam,
dilakukan secara formal dan sistematis. Artinya metode ini dapat diterapkan
pada mitra yang tetap, dengan kurikulum yang dirancang, dilakukan secara
bertahap serta memiliki target tujuan tertentu. Dlam al ini haruslah para da’i
memaksimalkan dakwahnya agar dapat mencapai tujuan yang maksimal.

Jika para da’I ingin mencapai tujuan yang maksimal dalam


berdakwah diantaranya ialah:

a. Mendasarkan proses dakwah pada pemihakan terhadap


kepentingan masyarakat, itu berarti penolakan terhadap
segala bentuk dakwah demi kepentingan yang lain.

b. Mengintensifkan dialog dan ketertiban masyarakat, guna


membangun kesadaran yang kritis untuk memperbaiki
keadaan.

Urgensi Da’i untuk Negeri | 113


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

c. Memfasilitasi masyarakat agar mampu memecakan


masalahny sendiri serta melakukan transformasi sosial yang
mereka kehendaki. Jadi bkan sekedar menguraikan masala
masyarakat supaya dipecakan pihak lain.

d. Menjadikan dakwh sebagai media pendidikan dan


pengembangan potensi masyarakat, sehingga dengan
demikian masyarakat akan terbebas dari kejahilan dan
kedhoifan.

banyak orang yang mengakui bahwasanya hidup akan bermakna dan


bergairah dengan agama, karena agama selalu memprediksi kehidupan
manusia, jau kedepan sampai dunia sesuda kematian. agama diarapkan
dapat menjadi motivasi dan dinamisator kehidupan manusia, menjadikan
manusia dinamis, ulet, tekun, pekerja keras. Manusia yang serasi seimbang
berilmu dan beriman.

Strategi dan metode dalam melaksanakan dakwah yang merupakan


sebagai suatu sistem untuk dapat menarik para pendengar agar dapat
terserab berbagai pesan dan materi yang akan disampaikan dengan
menggunakan berbagai metode dan sistem agar materi tersebut dapat
dicerna dengan baik dan maksimal. Terdapat dua sistem yang efektif
diantaranya:

Pertama, strategi merupakan suatu rencana atau tindakan termasuk


penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya atau kekuatan.
Dengan demikian, strategikan proses penyususnan rencana kerja, belum
sampai kepada tindakan.

Kedua, strategi disususn untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya


dari semua keputusan penyusun strategi adala pencapaiaan tujuan. Ole
sebab itu sebelum membuat strategi perlu tujuan yang jelas serta dapat
diukur keberhasilannya. Strategi bisa dibilang planning dan management
untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Ia tidak anya berfungsi sebagai peta
petunjuk arah, tapi juga berisi taktik oprasionalnya.

114 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Di era globalisasi ini kita arus mempelajari hikmah menjadikan


pelajaran yang lebih baik lagi sesuai dengan objek dan pesan dakwah yang
dapat memberikan jalan keluar yang sebagaimana diinginkan Alla dan Rasul-
Nya. Sehingga dapat melahirkan:

1. Manusia yang inovatif

2. Manusia yang cenderung ingin menginterpreksikan kenyataan secara


ilmiyah

3. Manusia yang ingin mengembangkan metode keilmuan dengan


mengadakan penelitian dan perkembangan

4. Manusia yang cenderung menolak kemapanan yang dianggap using

5. Manusia yang menghargai waktu, kerja keras, efisiensi, individual,


berproduktif.

Dengan berbagai poin inovatif yang telah dipaparkan diatas sehingga


umat Islam secara general dapat menemukan arti kehidupan yang
sebenarnya.64

64
Dikutip dari jurnal milik Ridwan Hasan Pascasarjana, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
KONTRIBUSI DAN STRATEGI METODE DAKWAH DI ERA GLOBALISASI, th. 2018

Urgensi Da’i untuk Negeri | 115


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

V
URGENSI MENELADANI TOKOH DAKWAH
TERDAHULU

A.NAWAWI AL-BANTANI
Ulama’ pemilik banyak gelar, penanda
kedalaman ilmu

Nawawi al-Bantani adalah ulama’ asli Indonesia yang


terkenal yang ternama di banyak kawasan, nama belakang
dia Bantani dinisbatkan kepada kota tempat lahirnya, kota
Banten dia lair pada 1814.
Banyak julukan yang divberikan kepada Nawawi, karena
keserdasannya. Dia disebut nawai kedua karena
kefakihannya dalam agama, ada juga yang menjuluki As-
Sayyid al- ‘Ulama al-Jaz ‘tokoh ulama hijaz.

116 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

Beliau sangatlah berilmu tinggi tak pekak lagi, aneka gelar


menggambarkan kepada kita bahwa pemilik adalah ulama yang memiliki
ilmu yang sanggat tingggi. Sejak kecil Nawawi terkenal ssangatlah cerdas.
Aya Nawawi yangbernama Umar bin Arabi, adala seorang ulama’ di Banten.
Saat kanak-kanak ia di dididik langsung ole ayahnya. Lalu ia belajar
disejumlah ulama’ lainnya, antara laijn kepada K.H Sahal di Banten dan K.
Yusuf di Purwakarta.

Pada taun 1830, Nawawi berhaji dan lalu belajar di Mekkah bersama
para ulama’ setela tiga taun, Nawawi kembali ke Indonesia, melihat dan
merasakan alam penjajaan, gelora jiad Nawawi mengemuka. Dia berkeliling
di Banten untuk mengobarkan semangat pahlawan terhadap penjajah tentu
saja pemerinta Belanda tidak suka terhadap apa yang dilakukan oleh Nawai,
mereka selalu membatasi gerak-geriknya, bahkan dia dilanrang berkhutbah
di masjid-masjid.

Nawawi tidak betah dengan situasi saat itu, dan dia memutuskan
untuk kembali ke Mekkah untuk melanjutkan belajaranya disana, dia
memndalami ilmunya di sana, bermukim di Mekkah, dan tak pernah pulang
ke Indonesia, ia sangat tekun dalam belajar selama 30 tahun, diitung sejak
awal ke Mekkah pada taun 1830. namanya mulai masyur ketika ia menetap
di Syi’ib Ali, Mekkah. Nawawipun dikenal sebagai ulama karena sangat
mendalami ilmu agamanya terutama tentang tauhid, fikih, tafsir, dan
tasawuf.

Namanya semakin harum ketika ia ditunjuk menjadi imam di salah


satu masjid yaitu Masjidil Haram. Dari situlah Nawawi dikenal dengan resmi
yaitu Syeikh Nawawi al Bantani al- Jawi, bermakna syeikh Nawawi dari
Banten, Jawa. Tak hanya itu sebagai ulama dia juga sangat giat menulis,
banyak kitab yang telah ia hasilkan, diantaranya iala kitab Tafsir Munir (yang
memahami jalan siapa saja yang ingin memahami firman Allah), kemudian
ada juga kitab fikih Kasifah as-Saja (yang mengurai ukum-hukum Islam
secara luas), dan kitab Tasawuf Nasha/ihul ‘ibad (berisi ratusan hikma bagi
amba Allah). Sangat banyak kitab yang dihasilkan Nawawi karena begitu
giatnya dalam berdakwah, tak hanya lewat lisan tulisan pun bisa.
Urgensi Da’i untuk Negeri | 117
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Nawawi memang mukim di Mekkah, tapi dia tetap berkonstribusic


terhadap perjuangan melawan penjajah yang merampas Indonesia,
bagaimana caranya? Nawawi mengumpulkan murid-muridnya dan
mengobarkan semangat pahlawan kepada muridnya yang berasal dari
Indonesia dan biasa berkumpul di Mekkah. Banyak murid Syaikh Nawawi
kemudian menjadi ulama dan pemimpin umat (pesantren di Indonesia)
antara lain KiyaiHaji Hasyim Asyari, pendiri organisasi Nahdatul Ulama (NU)
dari Tebuireng Jombang Jawa Timur. Murid lainnya, Kiyai Haji Khalil dari
Bangkala Madura, Kiayi Haji Raden Asnawi dari Kudus, Jawa Tengah, Kiyai
Haji Tubagus Muhammad Asnawi dari Labuan, Jawa Barat, Kiyai Haji
Tubagus Bakri dari Purwakarta, Jawa Barat, Kiyai Haji Ilyas, dari Serang
Banten, Kiyai Haji Abdul Gaffer, dari Tirtayasa Banten, Kiyai Haji Nahjun dari
Tangerang, Jawa BaratHaji Wasit dari Banten, Pahlawan Banten dalam
mengusir penjajah Belanda juga merupakan muridnya.

Hasil karya Syeikh An- Nawawilah karyanya sebagaimana ditunjukkan


banyak penulis lebih daripada 1000 judul, meskipun Bruinessen hanya
berhasil mengoleksi 27 judul. Menurut penelitian Yussuf Allan Sarkis dalam
bukunya Dictionary of Arabic Printed Books From Beginning of 1339 AH-
1919 AD bahwa karya Syaikh Nawawi sebanyak 38 judul. Menurut satu
sumber bahwa Syaikh Nawawi telah berhasil memproduksi sebanyak 99
buah karya tulis, sedangkan menurut sumber lain dinyatakan bahawa hasil
karya Syaikh Nawawi mencapai 115 buah yang mencakup berbagaidisiplin
ilmu, seperti ilmu Tafsir, Hadits, Bahasa, Tauhid, Fiqh, Tajwid, Sirah, dan
Tasawwuf. Sebahagian besar karya Syaikh Nawawi juga merupakan syarahan
bagi kitab-kitab ulama terkenal dengan keterangan dan gaya bahasa yang
mudah dipahami.

Nawawi wafat pada 1897 di Mekkah. Rasanya meskipun ia sudah


meninggal namanya akan tetap masyhur karena meninggalkan banyak buku
yang tersebar di berbagai kawasan. Buku-bukui itu menjadi warisan yang tak
ternilai dan membuat sang penulis “abadi”.

118 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

B. HASYIM ASY’ARI
Pendiri Nadhatul Ulama’ (NU) dan Pejuang
Syari’at yang tegas

Ulama’ pejuang ia adalah pendiri NU dan


pejuang yang tegas kepada syi’ah. Nama
lengkap dia adalah K.H Muhammad Hasyim
Asy’ari. Dia lahir pada 14 februari 1871 di
Jombang.

Pada usia 15 tahun ia belajar di sebuah


pesantren seperti dipesantren Wonorejo
Jombang, peasantren Wonokoyo Probolinggo, pesantren langitan Tuban,
pesantren Trenggilis Surabaya. Banyak pesantren yang telah ditempuh olah
dia. Dalam sejarah Islam tradisional, khususnya di Jawa, Hasyim Asy’ari
digelari sebagai Hadrat Asy-Syaikh (guru besar di lingkungan pesantren),
karena perannannya yang begitu besar dalam pembentukan kader-kader
ulama’pimpinan pesantren. Kekokohan ia sangat sentral dan menajadi tipe
ideal bagi seorang pemimpin.

Pada tahun 1892, Hayim Asy’ari ke Mekkah, berhaji. Kesmpatan itu


digunkan oelhnya untuk mendalami ilmu. Hamper seluruhimu displin telah
dikuasainya terutama ilmu hadits.

Pada tahun 1899, ia mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang.


Selain ia aktif dalam berdakwah, mengajar dan berjuang (bersama rakyat
turut merebut kemerdekaan Indonesia), ia juga produktif dalam menulis. Dia

Urgensi Da’i untuk Negeri | 119


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

menulis antara pukul 10 sampai menjelang dhuhur. Waktu itu yang longgar
menurut ia untuk menulis, membaca dan menerima tamu.

Banyak kitab yang sudah dihasilkan oleh Hasyim Asy’ari ia menulis


berbagai problematika masyarakat. Misalnya ketika masyarakat belum
paham dengan tauhid adan akidah, ia menulis buku yang berjudul Al-
Qala’id fi Bayani ma Yajib min al- Aqa’id, Ar- Risalah, Al-Tauhidiyyah dan lain
sebagainya. Banyak buku yang sudah dihasilkan oleh ia, majalah dan lain
sebagainya.

Pada 31 Januari 1926 Hasyim Asy’ari mendirikan (Nahdlatul Ulama).


NU didirikan sebagai media perjuangan melestarikan tradisi-tradisi Islam
berdasarkan madzab Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Hayim berkehendak untuk
menerapkan syari’at Islam. Banyak pengobanan beliau terhadap ajaran
Agama Islam.

Ketokohan K.H Hasyim Asy’ari sering kali dilibatkan dalam persoalan


sosial politik. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagian dari sejarah kehidupan
K.H Hasyim Asy’ari juga dihabiskan untuk merebut kedaulatan bangsa
Indonesia melawan hegemoni kolonial Belanda dan Jepang. Lebih-lebih
organisasi Nahdlatul Ulama, pada masa itu cukup aktif melakukan usaha-
usaha sosial politik. Akan tetapi, K.H Hasyim Asy’ari sejatinya merupakan
tokoh yang piawai dalam gerakan dan pemikiran dakwah khususnya di
bidang pesantren. K.H Hasyim Asy’ari dapat dikategorikan sebagai generasi
awal yang mengembangkan sistem pesantren khususnya di Jawa. Dalam
sejarah Islam tradisional, khususnya di Jawa, Hasyim Asy’ari digelari Hadrat
Asy-Syaikh (Guru besar di lingkungan pesantren), karena peranannya yang
cukup besar dalam pembentukan kader-kader ulama pimpinan pesantren,
misalnya pesantren Asem Bagus di Situbondo Jawa Timur, pesantren Lirboyo
Kediri dan lainlain. Ketokohan Hasyim Asy’ari sangat sentral dan menjadi
tipe ideal untuk seorang pemimpin. Ia mengembangkan Islam melalui
lembaga pesantren dan organisasi sosial keagamaan. Banyak tokoh-tokoh
ulama yang berperan penting dalam dakwah Islam dan dunia

120 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

kepesantrenan. K.H. Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh yang


berpengaruh dalam dunia kepesantrenan.

Metode dakwah Hasyim Asy’ari menggunakan metode hikmah


(bijaksana) yakni berdakwah sesuai situasi dan kondisi. Hal tersebut bisa kita
lihat saat beliau akan mendirikan pesantren di Jombang, yang pada saat itu
tempat tersebut merupakan tempat orang-orang melakukan kemaksiatan.
Banyak pertentangan yang di hadapi Hasyim Asy’ari, namun hal tersebut
tidak menurunkan semangat Kyai Hasyim mendirikan pesantren. Metode
dakwah lainnya yang digunakan Hasyim Asy’ari adalah metode mauidzotil
hasanah yakni pengajaran yang baik. Beliau menulis sebuah karya yang
berjudul mawa’iz di dalamnya terdapat nasihatnasihat.

K.H Hasyim Asy’ari telah wafat pada tanggal 25 Juli 1947, tapi dia
telah mewarisakan banyak hal. Dari warisan berupa sejumlah buku, kita
harus dapat mengambil pelajaran dari buku-buku yang beliau buat,
persoalan-persoalan agama Islam.

” Belalah agama Islam. Berjihatlah terhadap


orang-orang yang menyelecehkan Al- Qur’an dan sifat-
sifat Allah yang Maha Kasih, Juga terhadap pengenut
ilmu-ilmu batil dan akidah-akidah sesat. ”

- Hasyim Asy’ari

Urgensi Da’i untuk Negeri | 121


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

C. HAMKA
Sang Autodidak “Produsen” Seratus Buku

HAMKA, yang bernama lengkap Haji Abdul Karim


Amrulla dan HAMKA adalah singkatanya. Dan
kemudian hari AMKA lebih dikenal ketimbang
nama aslinya. Ia lair di Maninjau. Sumatra Barat,
17 Februari 1908. Ayahnya yang bernama Syaikh
Abdul Karim Amrullah, pelopor gerakan tajdid
‘pembaharuan’ di Minangkabau. Hamka itu
inspiratif. Bahwa dari orang yang tidak tamat SD
ini lahir lebi dari seratus buku. Tak anya itu
universitas berkelas tak ragu memberi gelar Doktor Honoris Causa
kepadanya.

HAMKA tak tamat Sekola Dasar, tapi dia autodidak untuk berbagai
biodang ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan politik. Dan
diapun mahir dalam Bahasa Arab, yang dengan itu dapat meneliti berbagai
karya Intelektual Besar dan Timur dan Barat.

HAMKA seseorang aktivis. Ia aktif di muammadiyah untuk waktu


yang lama dan dengan berbagai jabatan yang tela ia dapatkan, pada 1977 ia
dilantik menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dia
mengundurkan diri pada 1981 karena saat itu penguasa meminta MUI untuk
mencabut fatwa haram natal bersama.

HAMKA memang tegas dalam akidah. Tetapi diwilaya furu’iya dia


toleran. Mari kita kenang dua fragmen menarik ini. Pertama, suatu ketika
HAMKA saat sholat shubuh bersama K.H Idham Chalid (ketua umum PB NU
122 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

1956-1984). HAMKA yang mengimami. Pada rakaat kedua ia membaca do’a


qunut. Ini menarik ketika ia tidak bisa membacannya, artinya kisah qunut
HAMKA bisa menjadi palajaran bagi kita.

Kedua, disebuah jum’at, K.H Abdullah Imam Syafi’I mengunjungi


Hamka di masjid Al- Azhar Jakarta selatan, HAMKA memimpin sholat jamaah
sehari-hari dan pengajian yang berada di masjid tersebut sejak pertama kali
digunakan, 1958. Hari itu seharusnya ia mkenjadi khatib, tapi sebagai
penghormatan terhadap sahabat dan sekaligus tamunya, HAMKA dengan
santun dan sopan meminta Abdullah Syafi’I menjadi Khatib. Kisah menarik
ini terjadi, ketika adzan jum’ad dikumandangkan dua kali. Padahal siapapun
biasanya yang adzan hanya satu kali. Rupanya HAMKA menghormati
Abdullah Syafi’I sebab melaksanakan adzan dua kali lipat pada sholat jum’ad
adalah pendapat yang dipegang oleh sang sahabat.

Terlihat ketika HAMKA menghormati seseorang cara berinteraksi


yang inndah ia lakukan sikap saling menghormati, dengan keilmuannya ia
mensucikan diri dengan praktik ibadahnya yang berbeda dengan muslim
lainnya.

HAMKA ini pendakwah yang hebat sebab dengan model apapun


bedakwah ia bisa entah tulisan Maupin lisan, dia sama-sam kuatnya, dakwah
ia yang berupa tuisan tak hanya disebar di kawasan dalam di negara lainpun
juga sangat tenar. Buku-bukunya menghiasi para perputakaan unuversitas
terkemuka dan banyak menginspirasi para aktivis. Hampir semua karya
tulisnya baik keislaman sampai novel, cerpen serta motivasi banyak digemari
berbagai kalangan. Seementara karya yang paling fonumental adalah tafsir
al-Azhar.
Kehidupan HAMKA memang penuh warna, dakwah sebagai
aktifitasnya hal itu lalu diperkuatkan dengan kegiatan lainnya, seperti lewat
profesi lainnya, sebagai wartawaan, penulis, aktivis politik dan lainnya.
Meskipun pendidikan formalnya tak tinggi namun, atas berbagai
prestasinya, dua unuversitas tak ragu-ragu untuk memberi gelar Doktor
Honoris Causa kepada HAMKA gelar tersebut diberikan oleh universitas Al-
Azhar Mesir pada tahun 1958 dan kebangsaan Malaysia pada tahun 1974.
Urgensi Da’i untuk Negeri | 123
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

HAMKA memiliki berbagai predikat antara lain ialah: ulama,


sastrawan, pemikir, aktivis politik. Dia di anugrahi pahlawan Nasional pada 8
November 2011 oleh pemerintah Indonesia. HAMKA meninggal pada 24 Juli
1981, karena dia mewariskan serratus buku, dia serasa masih bersama
kita.65

Jaranglah orang berjasa yang mendapat pangkat


dunia. Sebab pangkat dunia itu didapat dengan saling
berebutan dan saling berkejaran, saling menekan, dan
saling memfitnah.
– HAMKA

65
M. Anwar Djaelani, 50 Pendakwah Penguba Sejarah Pro-U Media. Yogyakarta, 2016.
124 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

D. IMAM ZARKASYI

Pendiri pesantren Gontor yang meyakini


kekuatan tulisan.

Imam Zarkasi lahir di desa Gontor Ponorogo


pada 12 Maret 1910. Dia perna belajar di
pesantren jamsaran Solo dan disekolah
mambaul ulum Solo, lalu meneruskan ke
sekolahan Arabiya Adabiyah sampai 1930,
juga di Solo. Disekolaan tersebut ia
memahami Bahasa Arab.

Selepas itu ia di Sumatra Barat,


berguru kepada lulusan darul ulum Mesir di
normal Islam dan Sumatra Taliwalib di Padang. Dr. Mahmud Yunus adalah
salah satu gurunya. Pada taun 1936 Zarkasiy kembali ke Gontor. Sebelumnya
pada 1926 pondok Gontor didirikan ole Amad Saal, kakak Imam Zarkasiy.
Maka bersama Zainudin Fanani kakaknya yang lain membuka program
Kuliyyatul Muallimin Al- Islamiyyah (KMI) di pondok Gontor.

Dalam ketiga bersaudara itu mengalir darah ‘PONDOK Tegalsari”


Sebua istilah yang dinisbatkan kepada sebuah pesan ternama di abad ke-18.
Ada obsi dari ketiganya untuk membangkitkan kembali kejayaan pendahulu
mereka.

Ketiga saudara itu bertekat agar ada pesantren yang tidak kumuh,
berpengetahuan luas, terbuka danberfikiranprogresif. Para santrinya tidak
hanya dibekali ole pelajaran dasar tentang Islam tapi juga diajari tentang
pengetauan umum. Sejak didirikannya KMI, masyarakat menyebutnya
sebagai pondok modern. Namanya yang lalu melekat dengan nama

Urgensi Da’i untuk Negeri | 125


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Darussalam sekarang menjadi waja Gontor yang berpendidikan ala


pesantren madrasah.

Banyak amanah yang diberikan kepada Zarkasyi seperti menjadi


anggota Badan Perencanaan Peraturan Pokok Pendidikan Swasta pada 1957.
Lalu diangkat sebagai anggota Dewan Perancang Nasional (DEPPERNAS)
pernah pula menjadi anggota komite Penelitian Pendidikan Indonesia dalam
peninjauan ke negara-negara Uni Sovyet taun 1962 dan menjadi wakil
Indonesia dalam Mu’tamar majma’ al- Buhuts al-Islamiyyah (muktamar
akademi Islam se- Dunia) VII di Kairo, 1972.

Sementara itu pondok pesantren berkembang pesat, alumninya


banyak yang menjadi tokoh, jumlah santrinya terus meningkat setiap
tahunnya, artinya Imam Zarkasyi tak pernah mengalami sebua keaadaan
sedemikian rupa dan dia tidak punya murid seorangpun. Tapi dia
berkeyakinan bawa menulis buku adalah sebentuk aktivitas yang tak kalah
hebat pengaruh positifnyadalam mendidik. Dititik ini Imam Zarkasyi dikenal
sebagai ulama yang begitu produktif dalam menulis. Ingga banyak karya
yang masi dapat dinikmati, ini sesui niat awal dibukanya KMI 1936,
“seandainya saya tidak berhasil mengajar dengan cara ini, saya akan
mengajar dengan pena”

Inilah judul-judul karya buku yang tela beliau tulis: Ushuluddin


(pelajaran keimanan), pelajaran fikih I dan II, pelajaran tajwid, bimbingan
keimanan,qawwaidud Imla’, pelajaran Al- Qur’an I dan II, selain itu banyak
menulis buku petunjuk bagi santri dan guru di pondok Gontor, termasuk
metode mata pengajaran. Dan masi banyak lagi karya yang tela dihasilkan
olehnya. Buku-bukunya masi dipakai oleh para santri di Gontor, artinya
meskipun dia wafat Imam Zarkasyi masih “mengajar” lewat buku-bukunya.

Imam Zarkasyi penu dengan naseha, motivator bagi semua orang.


Saat Imm Zarkasyi meninggal pada 30 April 1985, sontak sejumlah media
besar seperti jawa pos, kompas, sinar harapan, dan panji masyarakat
misalnya pada 1 mei 1985 menulis: ”K. H Zarkasyi terkenal karena sering

126 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

memberikan nasehat terhadap problematika besar yang terjadi di dunia


pendidikan, terutama di lingkungan umat Islam” maka sekarang menjadi
tugas kita untuk melanjutkan perjuangan termasuk lewat tulisan.

“Andai kata muridku tinggal satu, akan tetap


kuajar, yang satu ini sama dengan seribu,
kalaupun yang satu ini pun tidak ada, aku akan
mengajar dengan pena.”
(K.H. Imam Zarkasyi)

Urgensi Da’i untuk Negeri | 127


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

D. WAHID HASYIM
Gigih memperjuangkan Islam sampai level
Negara.

Abdul Wahid Hayim adalah salah satu ulama


yang kisah hidupnya patut kita pelajari. Dia
suka mencari ilmu, mudah berinteraksi
dengan kalangan luas serta gigi dalam
berdakwa termasuk memperjuangkan Islam
agar menjadi dasar Negara di Indonesia.
Abdul Waid asyim lair pada 1 Juni 1914 di
tebuireng jombang dia putra dari K.H. Hasyim
Asy’ari pendiri NU. Sejak awal sang ayah
sudah mendidik anaknya dengan Islami, setelah masuk usia sekolah, dipagi
hari ia belajar di madrasah dilingkungan pesantren Tebuireng Jombang.
Sementara mala harinya ia belajar dengan sang ayah. Berbagai macam kitab
tela dipelajarinya mulai dari usia tujuh tahun, di ajari ole sang ayah, seperti
kitab Fath al-Qarib dan Al-minaj al-Qawim, begitu juga dengan syu’ara (buku
satra, kumpulan karya dari beberapa penyair). ketika ia menginjak usia 12
tahun ia belajar ke sejumlah pesantren Siwalan Panji Sidoarjo. Di pesantren
dulunya sang ayah. Waid asyim juga pernah nyantri.

Dari pesantren Siwalan ia berpindah dan melanjutkan ke pesantren


Lirboyo Kediri. Setela itu dia kembali ke Tebuireng dan dibimbig ole ayahnya
lagi, diusia 15 ia mempelajari berbagai Bahasa asing seperti Arab, Inggris,
Belanda dan lainnya. Memang dia dikenal sebagai pelajar yang sangat kuat,
untuk itu hasilnya tidak mengecewakan. Dalam usia belasan tahun dia sudah
menguasai ilmu-ilmu agama dengan berbagai macam Bahasa.

Pada usia 15 taun Waid Hasyim ke Mekkkah, berhaji dan sekaligus ia


belajar kepada beberapa ulama. Pulang dari mekkah melakukan sistem
pembaharuan terhadap sistem pesantren Tebuireng. Misalnya memasuki

128 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

ilmu-ilmu umum kedalam kurikulum pesantren, awalnya, ada penolakandari


kalangan kiai. Tapi, penolakan itu tertolak dengan sendirinya. Pertama,
karena didapati bukti bahwasanya pesantren semakin bertamba maju setela
disentuh banyak perubahan ole Wahid hasyim. Kedua, kepercayaan para
orang tua untuk memondokkan anaknya ke dalam pesantren bertamba
meningkat.

Pada usia sekitar 20 tahun, Waid Hasyim suda aktif di NU, dia
merintis karier di NU mulai dari bawah, yaitu dari ranting Tebuireng. Secara
berjenjang dia ikuti mekanisme yang ada, sampai dikemudian hari dia
menjabat sebagai ketua umum PBNU.

Berkat keaktifan ia dalam berorganisasi padatahun 1944 Wahid


Hasyim terpili sebagai sala seorang anggota BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tugas utamanya ialah
merumuskan Dasar Negara. Terjadialh perdebatan sengit antara kalangan
Nasionalisme dengan Islamis. Dalam perdebatan ini asyim masuk pihak
Islamis.

Pada rapat 13 Juli 1945, Wahid Hasyim mengusulkan agar presiden


adalah orang Indonesia asli dan beragama “Islam” begitu juga dengan draf
pasal 29 diusulkan oleh dengan redaksi: agama negara ialah agama Islam.
Dengan menjamin kemerdekaan orang-orang yang beragama lain.kata
Wahid hasyim: “hal ini erat berhubungan dengan pembelaan. Pada
umumnya pembelaan atas kepercayaan sangat hebat, karena menurut
ajaran agama, nyawa hanya bole diserahkan buat ideology agama” (Adian
Husaini, 2009: 42). Fragmen ini menunjukkanbahwa bertapa gigihnya ia
dalam mempertahankan memperjuangkan Islam dan bakan ditingkat ini
sangt strategis, yaitu level negara. Bahwa kemudian perjuangannya tak
berhasil yang telah diuasaakan, kita tetap mendapatkan pelajaran yang
sangat berharga: bahwa Islam harus bisa kita perjuangkan ditingkat mana
saja.

Urgensi Da’i untuk Negeri | 129


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

E. ROHANA KUDDUS
Pendidik dan perempuan jurnalis pertama

Roiana kuddus lahir di Koto Gadang,


Minakabau, pada 20 Desember 1884. Jika
melihat tahun kelahirannya dia idup semasa
dengan Kartini yang lahir lima taun
sebelumnya 1879. Ia adalah seorang musalima
yang tbernama asli Siti Roihana. Dikemudian
hari, dia bersuamikan Abdul Kuddus rupanya,
karena dikaitkan dengan nama sang suami,
nama Roihana Kuddus menjadi sangat
populer. Saat ia masi kecil ayanya memiliki karya buku yang sangat banyak
seperti: majalah, buku, surat kabar dan lainnya, Raihana sangat menikmati
karya-karya buku yang dimiliki ole sang ayah, salah satu kesukaannya ialah
membaca surat kabar yang dengan suara yang sangat lantang.

Di lingkungan Raihana luar sana, kebanyakan temannya berdasarkan


adat istiadat, anak perempuan hanya belajar agama tentang sholat dan
hanya menghafal Al- Qur’an, dan mereka tidak mengetahui tafsir dan
maknanya. Akibatnya, mereka tidak bisa baca tulis Arab.

Melihat al tersebut ia tidak ingin belajar anya seekedar itu saja, ia


menghafal dan memaami isi kandungannya. Lalu ketika dia bisa
mempelajarinya ia sangat bersemangat mengajarkan dan mengamalkan
ilmu-ilmu tersebut yang tela ia pelajari kepada murid-muridnya. Dia
menekankan bahwa agama adalah tiang agama.
Saat kecil pun ia sudah pandai mengajar teman-teman sebayanya
bakan remaja pun ia ajar. Roiana dijuluki sebagai “Guru mengaji cilik” bagi
teman temannya dan bagi para remaja. Naluri dia sebagai pendidik sangatla
berkobar semangat. Kipra ia memang diawali dengan dunia pendidikan
melalui proses yang tak mudah ia melewati berbagai tantangan ia

130 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

mendirikan Sekola kerajinan Amai Setia pada 11 Februari 1911 sekolah


tersebut mengajarkan kekreatifitisan tangan serta pendidikan dasar menulis,
membaca, menghitung, ilmu agama termasuk aklak. Tak anya itu juga
mempelajari tentang Bahasa.

Tak hanya itu Raihana berfikiran agar ilmunya tidak hanya disalurkan
lewat mnengajar di sekolahan saja tapi, ia ingin ilmunya tersebar luas di
masyarakat. Ia mempunyai ide untuk membuat surat kabar. Akirnya ia pun
membuat surat kabar. Tujuan dia berkiprah di dunia jurnalistik adalah untuik
mengomunikasikan kepoada public tentang perlunya pembebasan
perempuan dari keterbelakangan. Lebih kusunya ialah agar akses teradap
pendidikan harus dibuka umum bagi kaum wanita.

Dia terjun di dunia jurnalis tujuan utamanya ialah semata-mata


untuk mengamalkan ilmu yang ia miliki, bagi dia jurnalistik merupakan
media untuk menyampaikan dakwa, sementara dakwa atau mnyampaikan
ilmu kepada orang lain adalah amal solih yang sangat mulia. Bakat
tulisannya ia di publikasikan lewat media cetak buah pikirannya tersebar
hingga lintasa pulau. Tak hanya dimuat di media massa terbitan local; taoi
karyanya juga adir di media massa yang terbiut di Jawa.

Raiana Kuddus wafat pada 17 Agustus 1972. Terutama berkat


dedikasinya yang tinggi sebagi jurnalistik. Raihana di nobatkan sebagai
wartawati atau jurnalistik, permpuan pertama negeri ini yang bergerak
memperjuangkan kaumnya. Dan diberikan penghargaan kepadanya.

Urgensi Da’i untuk Negeri | 131


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Pesan untuk para pejuang Islam

“Wahai saudara-saudaraku, jalan dakwah itu dikelilingi oleh

“makruh” (hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya,

tantangan, dipenjara, dibunu, diusir, bahkan di buang. Barang

siapa yang kokoh dalam prinsip dakwah, maka hendaknya itu

sudah ada perhitungannya. Dan barangsiapa yang menginginkan

dakwah itu hanya tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik,

pesta yang besar dan khutbah yang terang dalam kalimat-

kalimatnya, maka hendaklah ia menelaah kembali dokumen

keidupan para Rasul dan para da’i yang menjadi pengikut mereka

sejak datang pertamakalinya sampai sekarang. Ini. Semangat

berjuang wahai saudara-saudariku! Salam santri.”

- Rosalia ananta

132 | Urgensi Da’i untuk Negeri


Rosalia Ananta

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Jumu’ah Amin. 2010. Fikih Dakwah, Solo: PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA.

Abdurrahim said, Dr. Hammam. 2013. Qowa’idud Dakwah Ilallah, Solo: PT


ERA ADICITRA INTERMEDIA.

An-Nabiri, Fathu Bahri. 2008. Meniti Jalan Dakwah, Jakarta: Amza.

Thoifah, I’natut. 2015. Managemen Dakwah, Malang, Jawa Timur: Madani


press.

Ali Aziz, Moh. 2004. Ilmu dakwah, Jakarta: Prenada Media.

Tholhah Hasan, Muhammad. 2005. Prospek Islam Dalam Menghadapi


Tantangan Zaman, Jakarta: Lantabora Press.

Mubarok, Achmad. 2014. Psikologi Dakwah, Malang: Madani press


HAMKA. 2015. Falsafah hidup, Jakarta: republika penerbit..

As-Suhaimi, Fawwaz bin Hulayyil. 2018. Begini Seharusnya Berdakwah,


Jakarta: DARUL
Aziz, J. A. (2010). Fiki Dakwah. Solo: PT ERA ADICITRA INTERMEDIA.
Jumu'ah Amin Abdul Aziz. (2010). Fikih Dakwah. Solo: PT ERA ADICITRA
INTERMEDIA .
Jumu'ah Amin Abdul Aziz. (n.d.). Fikih Dakwah.
HAQ.

Sali, Fahmi. 2013. Tafsir Sesat. 2013, Depok: GEMA INSANI.

Djaelani, Anwar. 2016. 50 pendakwah Pengubah Sejarah. Yogyakarta: Pro-U


Media.
Urgensi Da’i untuk Negeri | 133
Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

Rahman, Fathur. 2020. Nasiat Bagi Pencari Ilmu. eLKISI.

Firdaus, Yudika Wahid. 2020 Komunikasi dakwah Nabi Muhammad periode


Mekkah.

JURNAL dan ARTIKEL

Ridwan Hasan Pascasarjana, UIN Ar-Raniry. 2018. KONTRIBUSI DAN


STRATEGI METODE DAKWAH DI ERA GLOBALISASI. Banda Aceh.
Dikutp dari https://media.neliti.com/media/publications/54069-ID-
tantangan-dakwah-di-era-globalisasi.pdf pada tanggal 9 Desember
2020

Farihah, Irzum. 2013. Media Dakwah Pop. Dikutip dari:


file:///C:/Users/WIN7/Downloads/2906-9745-1-SM.pdf pada tanggal
13 November 2020

St. Rahmatilah. 2019. Kepribadian Seorang Da’i. dikutip dari


file:///C:/Users/eLKISI/Downloads/14534-38420-1-SM.pdf pada
tanggal 6 Desember 2020

Arwansyah. 2015. Peran Syeikh Nawai Al- Bantani dalam Penyebaran Islam
Nusantra. dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/145377-ID-peran-syaikh-
nawawi-al-bantani-dalam-pen.pdf pada tanggal 06 Desember 2020

Cayadi, Takariyawan. 2005. Prinsip-prinsip Dakwah. Yogyakarta. Dikutip dari


file:///C:/Users/WIN7/Downloads/428-1798-1-PB.pdf pada tanggal 18
November 2020

Efferi, Adri. 2013. Profesional isasi Da’i di Era Globalisasi.


http://eprints.walisongo.ac.id/3486/4/091211011_Bab3.pdf pada
tanggal 1 Desember 2020.
134 | Urgensi Da’i untuk Negeri
Rosalia Ananta

Kamus Besar Bahasa Indonesia https://kbbi.kemdikbud.go.id/ dikutip pada


18 November 2020

Dikutip pada https://shareoneayat.com/hadits-darimi-352 pada tanggal 6


November 2020

Rahmatiah. 2013. Kaidah dan Prinsip Dakwah. Makasar. Dikutip dari:


https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
digest/19/04/25/pqixen458-nabi-muhammad-saw-permudahlah-
jangan-mempersulit pada tanggal 13 November 2020

Urgensi Da’i untuk Negeri | 135


Menebar Kebaikan Mengambalikan Keagungan Islam

BIOGRAFI PENULIS

Rosalia Ananta, kerap dipanggil dengan kata awalnya yaitu


Rosa. Seorang perempuan sholihah, sang penoreh tinta pertama ini,
dilahirkan di Gresik, Jawa Timur, 8 September 2003, oleh seorang bidadari
tak bersayap Asmalia dan didampingi oleh lelaki yang hebat dan penuh
kesabaran Anwar. Ia mempunyai kegemaran masak dan travelling. Sejak
kecil ia mendayung perahu keilmuannya di TKIT Yabunayya hingga Sekolah
Dasar. Kemudian lanjut jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga
Sekolah Menengah Keatas (SMA) di sebuah pesantren beradap dan
penghafal Al- Qu’an dan Al- Hadits, ia kini menepati kelas tiga SMA, bertepat
di kaki gunung penanggungan, di Jl. Mojosari- Trawas. Kemuning Mojorejo
Pungging Mojokerto, dan saat ini masih menempuh pendidikan di bangku
kelas 12.

Ia menulis buku pertamanya ini untuk memenuhi syarat kelulusan


yang dibuat oleh pesantrennya agar semua santri dapat menyalurkan ilmu
yang mereka miliki melalui buku yang ditulisnya, dan kegiatan menulis buku
juga bertujuan untuk membiasakansantri literasi serta membiasakan santri
untuk gemar membaca.

Ada sebuah ungkapan "tak kenal maka tak sayang.” Kita sebagai
umat muslim harus menyayangi terhadap sesama, penulis sudah
memperkenalkan dirinya diatas, namun jika ingin mengenalnya lebih dalam
lagi, atau ingin memberi saran terhadap tulisannya maka dapat
menghubunginya lewat sosial media yang ia miliki seperti:

Facebook: Rosalia Ananta

Instagram: anantachaa

x | Urgensi Da’i untuk Negeri

Anda mungkin juga menyukai