Anda di halaman 1dari 45

http://materikitorang.blogspot.com/p/blog-page_16.

html

1.1. Perbedaan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan


Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi keuangan yang membicarakan biaya dalam arti luas.
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan akuntansi keuangan adalah menyajikan laporan keuangan yang
terdiri atas neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Akuntansi biaya
sebagai bagian dari akuntansi keuangan hanya menyajikan sebagian elemen dari laporan laba-rugi
yaitu eleman biaya.
Akuntansi biaya dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu (1) akuntansi biaya yang berhubungan
dengan penentuan harga pokok produk dan pengendalian biaya yang biasanya disebut akuntansi
biaya; dan (2) akuntansi biaya yang berhubungan dengan pengambilan keputusan yang biasanya
disebut akuntansi manajemen.
Perbedaan akuntansi keuangan dengan akuntansi biaya/manajemen:
Akuntansi Keuangan Ak. Manajemen/Biaya
Pemakai utama Pihak luar Manajemen
Lingkup informasi Perusahaan secara keseluruhan Bagian dari perusahaan
Fokus informasi Historis Historis dan masa datang
Rentang waktu Kurang fleksibel Fleksibel
Kriteria penyusunan informasi Dibatasi standar akuntansi yang diterima umum Sesuai kebutuhan
manajemen
Manfaat Untuk pengambilan keputusan oleh pihak luar Untuk perencanaan, pengen-dalian, dan
pengambilan keputusan oleh manajemen

1.2. Perbedaan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Manajemen


Akuntansi Biaya Akuntansi Manajemen
Pihak yang membutuhkan Manajemen dan pihak luar Manajemen
Manfaat Untuk penentuan harga pokok produk dan pengendalian Untuk pengambilan keputusan.

1.3. Pengertian dan Klasifikasi Biaya


Dalam Akuntansi Biaya dikenal dua istilah, yaitu cost (harga pokok/harga perolehan) dan expense
(biaya/beban). Harga pokok adalah pengorbanan yang diukur dalam satuan uang berupa
pengurangan aktiva atau terjadinya kewajiban untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan
memberikan manfaat di masa yang akan datang. Biaya adalah harga pokok yang telah memberikan
manfaat dan telah habis dimanfaatkan. Dalam praktik, istilah biaya digunakan untuk kedua pengertian
tersebut di atas.

Klasifikasi biaya:
1. Elemen produk (harga pokok produk):
a. Bahan baku (direct materials)
Bahan (materials) dibedakan menjadi bahan baku dan bahan penolong (indirect materials). Bahan
baku adalah semua bahan yang dapat diidentifikasikan dengan produk jadi, yang dapat ditelusur ke
produk jadi, dan yang merupakan bagian terbesar dari biaya produksi. Bahan penolong adalah semua
bahan yang bukan termasuk bahan baku.
b. Tenaga kerja langsung (direct labor)
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tenaga kerja langsung (direct labor) dan tenaga kerja tidak
langsung (indirect labor). Tenaga kerja langsung adalah semua tenaga kerja yang melaksanakan
proses produksi yang dapat ditelusur ke produk jadi dan merupakan bagian terbesar dari biaya tenaga
kerja. Tenaga kerja tidak langsung adalah semua tenaga kerja yang tidak dapat dipertimbangkan
sebagai biaya tenaga kerja langsung.
c. Overhead pabrik (factory overhead)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik terdiri atas biaya bahan penolong, biaya tenaga
kerja tidak langsung, dan biaya produksi tidak langsung lainnya.

Contoh 1
Berikut ini adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pembuatan meja kayu:
Biaya bahan:
Oak lumber Rp1.500.000,00
Pine lumber 1.100.000,00
Glue 8.000,00
Screws 10.000,00
Biaya tenaga kerja:
Wood cutters Rp1.800.000,00
Table assemblers 1.900.000,00
Sanders 1.700.000,00
Supervisor 200.000,00
Janitor 100.000,00
Lain-lain:
Factory rent Rp 700.000,00
Factory utilities 200.000,00
Office rent 160.000,00
Office salaries 800.000,00
Depreciation of factory equipment 210.000,00
Depreciation of office equipment 80.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah jumlah biaya bahan baku.
2. Hitunglah jumlah biaya tenaga kerja langsung.
3. Hitunglah jumlah biaya overhead pabrik.
4. Hitunglah jumlah harga pokok meja kayu.
5. Sebutkan biaya-biaya yang tidak termasuk biaya produksi.

2. Hubungan dengan produksi:


a. Biaya utama (prime costs)
Biaya utama adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi. Biaya utama terdiri atas
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya konversi (conversion costs)
Biaya konversi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya
konversi terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Contoh 2
Atas dasar Contoh 1 di atas:
1. Hitunglah total biaya utama (prime costs).
2. Hitunglah total biaya konversi (conversion costs).

3. Hubungan dengan volume:


a. Biaya variabel (variable costs)
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan,
sementara secara per unit jumlahnya tetap. Hubungan antara biaya variabel dengan volume kegiatan
dapat dilihat pada Figure 1-6 dan Figure 1-7 dalam Polimeni Ch. 1 hal 18 – 19. Contoh biaya variabel
adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tetap (fixed costs)
Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume
kegiatan, sementara per unitnya berubah jika volume kegiatan berubah. Hubungan antara biaya tetap
dengan volume kegiatan dapat dilihat pada Figure 1-8 dan Figure 1-9 dalam Polimeni Ch. 1 hal 20.
Contoh biaya tetap adalah sewa gudang dan biaya depresiasi.
c. Biaya campuran (mixed costs)
Biaya campuran dapat dibedakan menjadi biaya semivariabel (semivable costs) dan biaya bertahap
(step costs). Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Hubungan antara biaya semivariabel dengan volume kegiatan dapat
dilihat pada Figure 1-10 dalam Polimeni Ch. 1 hal 23. Contoh biaya semivariabel adalah biaya telepon
dan biaya listrik.
Biaya bertahap adalah biaya yang jumlah totalnya berubah setelah tercapai jumlah volume kegiatan
tertentu. Hubungan antara biaya bertahap dengan volume kegiatan dapat dilihat pada Figure 1-11
dalam Polimeni Ch. 1 hal 23. Contoh biaya bertahap adalah gaji supervisi.
Contoh biaya variabel, biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya bertahap dapat dilihat pada
Polimeni Ch. 1 hal 24.

4. Kemudahan ditelusur:
a. Biaya langsung (direct costs)
Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur kepada item atau area tertentu. Biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung adalah contoh biaya langsung produksi.
b. Biaya tidak langsung (indirect costs)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusur kepada item atau area tertentu. Contoh
biaya tidak langsung produksi adalah biaya overhead pabrik.

5. Departemen terjadi:
a. Departemen produksi (production departement)
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung menangani proses produksi. Biaya
yang terjadi di departemen produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik
b. Departemen jasa (service departement)
Departemen jasa adalah departemen yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi. Contoh departemen jasa adalah Departemen Pemeliharaan. Biaya yang terjadi di
departemen jasa diakui sebagai biaya overhead pabrik.

6. Fungsi perusahaan:
a. Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi produk tertentu. Biaya
produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
b. Biaya administrasi
Biaya administrasi adalah biaya yang terjadi dalam rangka pengarahan, pengendalian, dan
pengoperasian perusahaan.
c. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi dalam rangka promosi suatu produk.
d. Biaya keuangan
Biaya keuangan adalah biaya yang berhubungan dengan perolehan dana untuk operasi perusahaan,
misalnya biaya bunga.

7. Pembebanan sebagai biaya (period charged to income):


a. Biaya produksi (product costs)
Biaya produksi adalah biaya yang langsung maupun tidak langsung dapat diidentifikasikan kepada
produk tertentu. Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Biaya produksi dilaporkan sebagai persediaan sampai dengan produk yang
bersangkutan terjual. Jika produk terjual, biaya produksi yang terkandung dalam persediaan akan
dibebankan sebagai biaya (expense) yang disebut harga pokok penjualan.
b. Biaya periode (period costs)
Biaya periode adalah semua biaya yang secara langsung maupun tidak langsung tidak dapat
dihubungkan dengan suatu produk. Biaya periode harus dibebankan sebagai biaya pada periode
terjadinya. Contoh biaya periode adalah semua biaya administrasi, biaya pemasaran, dan biaya
keuangan.

8. Hubungan dengan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan:


a. Biaya dianggarkan dan standar (standard and budgeted costs)
b. Biaya terkendali dan tak terkendali (controllable and noncontrollable costs)
c. Biaya committed dan kebijakan (committed and discretionary fixed costs)
d. Biaya relevan dan tak relevan (relevant and irrelevant costs)
e. Biaya diferensial (differential costs)
f. Biaya kesempatan (opportunity costs)
g. Biaya batas penutupan usaha (shutdown costs)
Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Polimeni-Ch.1-hal 28 s.d. 29.

POKOK BAHASAN 2: SISTEM PENGUMPULAN HARGA POKOK PRODUK

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Sistem pengumpulan biaya.
1.2. Laporan keuangan eksternal dan internal.

MATERI KULIAH:
1.1. Sistem Pengumpulan Biaya
Sistem pengumpulan biaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem pengumpulan biaya periodik
dan sistem pengumpulan biaya perpetual. Sistem pengumpulan biaya periodik digunakan pada
perusahaan-perusahaan kecil. Dalam sistem pengumpulan biaya periodik informasi tentang
persediaan bahan, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi diperoleh melalui
perhitungan phisik persediaan. Sistem pengumpulan biaya perpetual digunakan pada perusahaan-
perusahaan menengah dan besar. Dalam sistem pengumpulan biaya perpetual informasi tentang
persediaan bahan, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi tersedia secara
berkesinambungan tanpa melalui perhitungan phisik persediaan.
Sistem pengumpulan biaya perpetual dapat dibedakan menjadi: (1) sistem harga pokok pesanan dan
(2) sistem harga pokok proses. Sistem harga pokok pesanan adalah sistem pengumpulan biaya yang
diterapkan pada perusahaan yang memproses produknya atas dasar spesifikasi yang diminta pemesan
sehingga produk yang dihasilkan bersifat heterogen, misalnya perusahaan percetakan dan
perusahaan perkapalan. Dalam sistem harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut
pesanan (job) tertentu. Harga pokok produk dihitung untuk setiap pesanan. Harga pokok pesanan
dikumpulkan dalam kartu harga pokok (job cost sheet) dan dihitung pada saat selesai diproses.
Sistem harga pokok proses adalah sistem pengumpulan biaya yang diterapkan pada perusahaan yang
memproses produknya secara masal atau berkesinambungan, misalnya perusahaan pengilangan
minyak atau pabrik baja sehingga produk yang dihasilkan bersifat homogen. Dalam sistem harga
pokok proses, biaya produksi dikumpulkan menurut departemen produksi tertentu dengan
menggunakan buku pembantu biaya. Buku pembantu biaya dibuat untuk setiap jenis biaya pada
setiap pusat biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya pada buku pembantu biaya, harga pokok produk
dihitung untuk setiap unit produk yang dihasilkan pada departemen produksi tertentu. Harga pokok
produk dihitung pada setiap akhir periode.
Harga pokok produk dapat ditentukan atas dasar (1) harga pokok yang sesungguhnya atau (2) harga
pokok standar. Dalam sistem harga pokok pesanan maupun sistem harga pokok proses, harga pokok
produk dapat ditentukan atas dasar harga pokok yang sesungguhnya atau harga pokok standar.

1.2. Laporan Keuangan Eksternal dan Internal


Laporan keuangan yang disusun manajemen dapat dibedakan menjadi: laporan keuangan eksternal
dan laporan keuangan internal. Laporan eksternal meliputi laporan harga pokok produk, laporan laba
rugi, laporan laba ditahan, dan neraca yang dapat dilihat pada Table 2-4 dalam Polimeni - Ch. 2 - hal
66-67. Contoh laporan internal adalah laporan laba rugi divisi yang dapat dilihat pada Table 2-7 dalam
Polimeni-Ch.2-hal 70.

Contoh
Berikut ini adalah data "PT King" pada tanggal 31 Desember 1999:
Persediaan barang dalam proses 1 Januari 1999 Rp 250.000,00
Persediaan barang dalam proses 31 Desember 1999 100.000,00
Biaya bahan baku 950.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 1.100.000,00
Biaya overhead pabrik 700.000,00
Persediaan barang jadi 1 Januari 1999 150.000,00
Persediaan barang jadi 31 Desember 1999 450.000,00
Penjualan 3.500.000,00
Biaya administrasi dan pemasaran 750.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah harga pokok barang jadi selama tahun 1999 (cots of goods manufactured) dengan format
sebagai berikut.
Persed barang dalam proses awal Rpxxx
Biaya produksi:
Biaya bahan baku(Pemakaian) Rpxxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx xxx
Barang yang diproses selama tahun 1999 Rpxxx
Persed barang dalam proses akhir xxx
Harga pokok barang jadi/HP Produksi Rpxxx
2. Hitunglah harga pokok barang yang dijual selama tahun 1999.
3. Buatlah laporan rugi laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999.

Latihan
Berikut ini adalah data yang tersedia pada PT Silverman pada tanggal 31 Desember 1999:
1. Bahan baku (tidak ada bahan penolong):
Persediaan 1 Januari 1999 Rp 90.000,00
Persediaan 31 Desember 1999 120.000,00
2. Tenaga kerja:
Biaya tenaga kerja langsung 190.000,00
Biaya tenaga kerja tak langsung 170.000,00
3. Barang dalam proses:
Persediaan 1 Januari 1999 50.000,00
Persediaan 31 Desember 1999 70.000,00
4. Barang jadi:
Persediaan 1 Januari 1999 250.000,00
Persediaan 31 Desember 1999 160.000,00
5. Informasi tambahan:
Biaya listrik pabrik 250.000,00
Pembelian bahan baku tahun 1999 400.000,00
Penjualan 1.250.000,00
Biaya administrasi dan umum 50.000,00
Biaya pemasaran 60.000,00
Pertanyaan:
1. Buatlah laporan laba/rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999 dengan format:
PENJUALAN Rp XXXXX
Biaya bahan baku:
Persediaan awal Rpxxx
Pembelian xxx
Bahan baku tersedia dipakai Rpxxx
Persediaan akhir xxx
Biaya bahan baku (dipakai) Rpxxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik:
Biaya tenaga kerja tak langsung Rpxxx
Biaya listrik pabrik xxx xxx
Total biaya produksi Rpxxx
Persediaan barang dalam proses awal xxx
Barang yang diproses pada tahun 1999 Rpxxx
Persediaan barang dalam proses akhir xxx
Harga pokok produk jadi/produksi Rpxxx
Persediaan Awal Barang Jadi xxx
Barang Jadi Tersedia Dijual Rpxxx
Persediaan Akhir Barang Jadi xxx
Harga Pokok Penjualan XXX
LABA KOTOR XXX
Biaya Adm & Um Rp XXX
Biaya Pemasaran XXX
XXX
LABA BERSIH OPERASI XXX
====

(DITULIS 5 KALI) DIKUMPULKAN.

POKOK BAHASAN 3: PENENTUAN DAN PENGENDALIAN BIAYA BAHAN


BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Biaya bahan baku.
1.2. Akuntansi bahan baku.
1.3. Prosedur pengendalian bahan baku.
1.4. Biaya tenaga kerja.
1.5. Akuntansi biaya tenaga kerja.
1.6. Masalah khusus yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja.

MATERI KULIAH:

1.1. Biaya Bahan Baku


Biaya bahan dapat dibedakan menjadi biaya bahan baku dan biaya bahan penolong. Biaya bahan baku
adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk jadi dan yang diproses menjadi produk jadi
dengan menggunakan tenaga kerja dan overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan salah satu
elemen biaya utama. Bahan penolong adalah bahan yang indentitasnya tidak dapat dilacak pada
produk jadi dan nilai relatif tidak material. Biaya bahan penolong merupakan elemen biaya overhead
pabrik.

1.2. Akuntansi Bahan Baku


Akuntansi terhadap bahan baku dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan akuntansi
pemakaian bahan baku. Prosedur pembelian bahan terdiri atas (1) permintaan pembelian, (2)
pesanan pembelian, dan (3) penerimaan bahan. Oleh karena itu, terdapat 3 dokumen pembelian
bahan, yaitu (1) Surat Permintaan Pembelian (lihat Figure 3-1 pada Polimeni-Ch.3-hal 92), (2) Surat
Pesanan Pembelian (lihat Figure 3-2 pada Polimeni-Ch.3-hal 92), dan (3) Laporan Penerimaan Barang
(lihat Figure 3-3 pada Polimeni-Ch.3-hal 93). Atas dasar 3 dokumen inilah pembelian bahan dicatat.
Pencatatan persediaan bahan dapat menggunakan metode phisik maupun metode perpetual. Metode
perpetual lebih baik untuk tujuan pengendalian dan lebih informatif dari pada metode phisik. Oleh
karena itu, perusahaan menengah dan besar umumnya menggunakan metode perpetual.

Contoh
PT Sejahtera membeli secara kredit 100 unit bahan baku seharga Rp5.000,00 per unit dan 20 unit
bahan penolong seharga Rp1.000,00 per unit. Dari bahan yang dibeli tersebut, bahan baku yang
dipakai adalah 30 unit dan bahan penolong yang dipakai adalah 10 unit. Metode pencatatan
persediaan yang digunakan adalah metode perpetual.
Pertanyaan:
1. Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong tersebut.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong.

1.3. Prosedur Pengendalian Bahan Baku


Pengendalian bahan baku dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan lancar, dalam arti bahan
baku tersedia saat dibutuhkan, dan pengadaan bahan baku dilakukan secara efisien. Prosedur
pengendalian bahan baku dapat menggunakan lima metode, yaitu (1) order cycling, (2) the min-max
method, (3) the two-bin method, (4) the automatic order system, (5) the ABC plan.
Metode order cycling adalah metode pengendalian bahan baku yang me-review bahan baku secara
periodik, misal setiap 30 hari. Jangka waktu me-review dipengaruhi oleh jenis bahan bakunya. Bahan
baku yang esensial membutuhkan jangka waktu review yang lebih pendek dibanding bahan baku yang
kurang penting. Pada saat dilakukan review, pemesanan bahan baku dibuat sehingga pada saat
dibutuhkan bahan baku akan tersedia.
Metode the min-max adalah metode pengendalian bahan baku yang didasarkan atas asumsi bahwa
persediaan bahan baku berada pada dua tingkat, yaitu tingkat maksimum dan tingkat minimum. Jika
tingkat maksimum dan tingkat minimum sudah ditetapkan, maka pada saat persediaan menuju ke
tingkat minimum pemesanan bahan baku harus dilakukan untuk menempatkan persediaan pada
tingkat maksimum.
Metode the two-bin method adalah metode pengendalian bahan baku yang dipakai jika bahan
bakunya relatif tidak mahal. Dalam metode ini, bahan baku dipisahkan menjadi dua bagian yang
disimpan dalam ruangan yang terpisah. Bagian pertama adalah bahan baku yang akan digunakan
selama periode saat bahan baku diterima dan saat pemesanan dilakukan. Bagian kedua adalah bahan
baku yang akan digunakan dalam periode saat pemesanan dan saat pengiriman. Pemesanan bahan
dilakukan pada saat bahan bagian pertama sudah digunakan.
Metode pemesanan otomatis (the automatic order system) adalah metode pengendalian bahan baku
yang secara otomatis akan melakukan pemesanan bahan baku jika persediaan mencapai jumlah
tingkat pemesanan kembali. Metode ini akan optimal jika digunakan komputer untuk
mengadministrasikan persediaan bahan baku.
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku dalam
jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku yang nilainya tinggi berbeda
dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC, persediaan bahan baku digolongkan
menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1) kelompok A yang nilainya tertinggi, (2) kelompok
B yang nilainya sedang, dan (3) kelompok C yang nilainya terendah. Kelompok A mempunyai
karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal kecil, (2) tingkat review
tinggi, (3) tingkat pemesanan tinggi, (4) membutuhkan pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan
tinggi. Kelompok C mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan
minimal besar, (2) tingkat review rendah, (3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak membutuhkan
pencatatan perpetual, dan (5) tingkat pengawasan rendah.

Contoh
Berikut ini adalah informasi tentang pemakaian bahan baku selama tahun 1999 dan harga pokok
bahan baku per unit.
Jenis Bahan Baku Pemakaian Bahan per Tahun Harga Pokok per Unit
1
2
3
4
5
6
7
8
9 800 unit
1.600 unit
2.600 unit
4.500 unit
4.500 unit
5.000 unit
5.000 unit
12.000 unit
14.000 unit Rp20.000,00
7.500,00
10.000,00
1.000,00
2.000,00
50,00
1.050,00
50,00
100,00
Pertanyaan:
Buatlah pengelompokkan bahan baku menurut metode ABC.

1.4. Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang digunakan untuk memproses bahan menjadi barang jadi.
Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak
langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang langsung menangani proses
pengubahan bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan salah satu elemen
biaya utama. Biaya tenaga kerja tidak langsung menjadi elemen biaya overhead pabrik.

1.5. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja


Akuntansi biaya tenaga kerja dibedakan ke dalam tiga kegiatan, yaitu (1) penghitungan biaya tenaga
kerja per karyawan, (3) perhitungan total biaya tenaga kerja, dan (3) alokasi biaya tenaga kerja. Untuk
melakukan kegiatan tersebut diperlukan dokumen kartu jam hadir (time card/clock card) dan kartu
jam kerja (labor job ticket). Kartu jam hadir mencatat jam kerja karyawan setiap harinya, sedang kartu
jam kerja mencatat jam kerja yang dilakukannya untuk mengerjakan produk tertentu.

Contoh kartu jam hadir:

Nama karyawan:
No. Induk:
Minggu yang berakhir: Bagus Santoso
101115
8 Juli 2000
Minggu
2/7/2000 Senin
3/7/2000 Selasa
4/7/2000 Rabu
5/7/2000 Kamis
6/7/2000 Jum'at
7/7/2000 Sabtu
8/7/2000
- 08.00 08.00 08.00 08.00 08.00 -
- 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 -
- 16.00 16.00 16.00 16.00 16.00 -
Jumlah jam kerja normal:
Lembur:
Total jam kerja 35 jam
0 jam
35 jam Istirahat: jam 12.00 - 13.00

Contoh kartu jam kerja:

KARTU JAM KERJA

Produk No.:
Tanggal:
Mulai:
Istirahat:
Berakhir:
Total: 100
8/7/2000
08.00
1 jam
16.00
7 jam Departemen:
Karyawan:
Tarif upah:

Total upah: Pemotongan


Bagus Santoso
Rp2.000,00

Rp14.000,00

Biaya tenaga kerja (upah) untuk setiap karyawan dihitung atas dasar "kartu jam hadir", sedang biaya
tenaga kerja secara total dihitung dengan menjumlah biaya tenaga kerja per karyawan. Selanjutnya
total biaya tenaga kerja ini harus dialokasikan/dibebankan kepada pesanan tertentu, departemen
tertentu atau produk tertentu yang menikmati biaya tersebut. Pembebanan ini didasarkan atas
jumlah jam kerja yang terdapat dalam "kartu jam kerja".
Contoh
PT Makmur membayar gaji dan upah karyawannya setiap tanggal 25 per bulannya. Gaji dan upah yang
dibayar tanggal 25 Juli 2000 adalah:
Biaya tenaga kerja langsung (produksi) Rp10.000.000,00
Biaya tenaga kerja tidak langsung (produksi) 2.000.000,00
Biaya tenaga kerja Bagian Administrasi 5.000.000,00
Biaya tenaga kerja Bagian Pemasaran 3.000.000,00
Total gaji dan upah Rp20.000.000,00
Potongan-potongan:
Pajak penghasilan karyawan (1.500.000,00)
Iuran pensiun (400.000,00)
Iuran koperasi (100.000,00)
Gaji dan upah yang dibayar Rp18.000.000,00

Iuran pensiun dan iuran koperasi diserahkan oleh perusahaan setiap akhir bulan, sedang PPh
karyawan disetor ke kas negara melalui bank persepsi setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
Pertanyaan:
1. Buatlah jurnal untuk mencatat pembayaran gaji dan upah pada tanggal 25 Juli 2000.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat penyerahan iuran pensiun dan iuran koperasi pada tanggal 31 Juli
2000.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat setoran PPh karyawan pada tanggal 10 Agustus 2000.

1.6. Masalah Khusus yang Berhubungan dengan Biaya Tenaga Kerja


Masalah-masalah yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja, termasuk akuntansinya, terdiri atas
(1) pajak, (2) shift premium, (3) overtime premium, (4) idle time, (5) minimum guaranteed wage and
incentive plans.

Pajak Penghasilan Karyawan

Pajak penghasilan karyawan adalah pajak yang dikenakan terhadap karyawan atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Contoh
Berikut ini adalah upah yang diterima oleh dua karyawan UD Aneka pada bulan Juli 2000:
Nama Hari Kerja Tarif Upah/Hari Status
Riyanto 24 Rp25.000,00 Kawin, tanpa anak
Novianto 25 Rp20.000,00 Kawin, 2 anak

Upah tersebut dibayar setiap akhir bulan, sedang PPh karyawan disetor ke kas negara setiap tanggal
10 bulan berikutnya.
Pertanyaan:
1. Hitunglah PPh kedua karyawan tersebut untuk bulan Juli 2000.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pembayaran gaji dan upah pada tanggal 31 Juli 2000.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat setoran PPh karyawan pada tanggal 10 Agustus 2000.

1. Perhitungan PPh Karyawan:


a. Riyanto:
Upah Juli 2000 = 24 x Rp25.0000,00 = Rp600.000,00
Upah setahun = 12 x Rp600.000,00 = Rp7.200.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp2.880.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.440.000,00
4.320.000,00
Penghasilan kena pajak Rp2.880.000,00
PPh setahun = 10% x Rp2.880.000,00 = Rp288.000,00
PPh sebulan (Juli 2000) = Rp288.000,00/12 = Rp24.000,00

b. Novianto:
Upah Juli 2000 = 25 x Rp20.0000,00 = Rp500.000,00
Upah setahun = 12 x Rp500.000,00 = Rp6.000.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp2.880.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.440.000,00
Tambahan 2 anak = 2.880.000,00
7.200.000,00
Penghasilan kena pajak Rp0,00
PPh setahun = nihil
PPh sebulan = nihil

Biaya Gaji dan Upah = 1.100.000 dan PPh Karyawan 24.000

PBDP 1.100.000
Utang PPh Karyawan Rp24.000
Kas 1.076.000

Utang PPh Karyawan Rp24.000


Kas Rp24.000

Jika disesuaikan perhitungan PPH 21 nya dengan aturan sekarang!!!!!!


2. Perhitungan PPh Karyawan:
a. Riyanto:
Upah Juli 2008 = 24 x Rp25.0000,00 = Rp600.000,00
Upah setahun = 12 x Rp600.000,00 = Rp7.200.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp13.200.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.200.000,00
14.400.000,00
Penghasilan kena pajak Rp00,00
PPh setahun = Rp00,00
PPh sebulan (Juli 2008) = Rp0

b. Novianto:
Upah Juli 2008 = 25 x Rp20.0000,00 = Rp500.000,00
Upah setahun = 12 x Rp500.000,00 = Rp6.000.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp13.200.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.200.000,00
Tambahan 2 anak = 2.400.000,00
16.800.000,00
Penghasilan kena pajak Rp0,00
PPh setahun = nihil
PPh sebulan = nihil

Shift Premium

Shift premium adalah perbedaan tarif upah yang disebabkan karena perbedaan shift kerja. Shift
premium ini diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

Contoh
PT Sentosa berproduksi dalam tiga shift setiap harinya, yaitu shift pertama: jam 07.00 s.d. 15.00, shift
kedua: jam 15.00 s.d. 23.00, dan shift ketiga: jam 23.00 s.d. 07.00. Tarif upah untuk shift pertama
adalah Rp1.500,00, shift kedua Rp2.000,00, dan shift ketiga Rp2.500,00. Dalam bulan Juli 2000, total
jam kerja untuk setiap shift adalah: shift pertama 50 jam, shift kedua 40 jam, dan shift ketiga 40 jam.
Pertanyaan:
1. Hitunglah total biaya tenaga kerja normal.
2. Hitunglah shift premium.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja tersebut pada akhir Juli 2000
(asumsinya gaji dan upah dibayar tanggal 1 bulan berikutnya).

Overtime Premium

Overtime premium (lembur) adalah selisih jam kerja di atas jam kerja normal dikalikan dengan selisih
tarif upah. Tarif lembur ditetapkan lebih tinggi dari pada tarif upah normal, biasanya tarif upah
lembur 1,5 kali tarif upah normal. Perlakuan akuntansi terhadap overtime premium dipengaruhi oleh
penyebab terjadi lembur. Ada tiga perlakuan akuntansi terhadap overtime premium: (1) overtime
premium diakui sebagai biaya tenaga kerja tidak langsung (biaya overhead pabrik), (2) overtime
premium diakui sebagai biaya tenaga kerja langsung (persediaan barang dalam proses), dan (3)
overtime premium diakui sebagai elemen rugi-laba (rugi kelebihan jam kerja).
Overtime premium (lembur) diakui sebagai biaya overhead pabrik jika terjadinya lembur sudah
direncanakan sebelumnya. Overtime premium diakui sebagai persediaan barang dalam proses jika
terjadinya lembur karena kebutuhan tambahan waktu untuk segera menyelesaikan pesanan atau
produk tertentu sesuai permintaan. Overtime premium diakui sebagai rugi kelebihan jam kerja jika
terjadinya karena kesalahan karyawan atau kemampuan karyawan yang rendah.

Contoh
Dalam bulan Juli 2000, jam kerja karyawan adalah 180 jam. Dari 180 jam kerja tersebut, 144 jam
adalah jam kerja normal. Tarif jam kerja normal adalah Rp6.000,00, sedang tarif jam lembur adalah
Rp9.000,00. Upah bulan Juli 2000 akan dibayar pada awal Agustus 2000.
Pertanyaan:
1. Hitunglah biaya tenaga kerja normal dan overtime premium selama bulan Juli 2000.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada akhir Juli 2000 jika overtime
premium diakui sebagai biaya tenaga kerja tidak langsung.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada akhir Juli 2000 jika overtime
premium diakui sebagai biaya tenaga kerja langsung.
4. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada akhir Juli 2000 jika overtime
premium diakui sebagai elemen rugi-laba.
Idle Time

Idle time adalah biaya tenaga kerja yang tetap dibayar walaupun karyawan tidak mengerjakan proses
produksi. Penyebab idle time dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) sifat proses produksi
menyebabkan karyawan tertentu harus menunggu terlebih dahulu pada saat tertentu (2) karyawan
mengganggur akibat kesalahan yang dilakukannya. Idle time yang diakibatkan sebab pertama
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik, sedang yang diakibatkan sebab kedua diperlakukan
sebagai rugi idle time.

Contoh
Dalam bulan Juli 2000, Hartono bekerja selama 160 jam. Dari 160 jam kerja tersebut, 16 jam adalah
idle time. Tarif upah per jam Rp8.000,00. Upah bulan Juli 2000 akan dibayar pada awal Agustus 2000.
Pertanyaan:
1. Hitunglah biaya tenaga kerja normal dan idle time untuk Hartono.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan upah Hartono pada akhir Juli 2000 jika idle time diakui
sebagai biaya overhead pabrik.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan upah Hartono pada akhir Juli 2000 jika idle time diakui
sebagai rugi idle time.

Minimum Guaranteed Wage And Incentive Plans

Upah langsung biasanya dibayar atas dasar unit yang diproduksi atau jam kerja yang dilakukan
dikalikan dengan tarif upahnya. Untuk meningkatkan produktifitas karyawan, banyak perusahaan
yang menetapkan upah dengan sistem insentif. Sistem upah ini akan menguntungkan baik bagi
karyawan lama maupun karyawan baru. Karyawan lama dengan tingkat kemahiran (skill) yang sudah
tinggi mempunyai produktifitas di atas normal sehingga selain mendapat upah normal juga akan
mendapat insentif. Karyawan baru karena belum mempunyai keahlian produktifitasnya di bawah
normal tetapi karyawan tersebut tetap mendapat upah normal. Sistem insentif semacam ini disebut
the Gant Task System yang contoh perhitungannya dapat dilihat dalam Contoh 1. Kekurangan
produktifitas karyawan baru diakui sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Selain the Gant Task System tersebut di atas, sistem insentif dapat menggunakan Bonus Plan and the
Taylor Differential Piece-Rate System. Dalam sistem ini, karyawan yang telah memenuhi atau
melampaui standar tertentu akan mendapat bonus. Standar tersebut bisa berupa masa kerja atau
unit produk. Bonus yang diterima karyawan akan diakui sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Bonus ini umumnya akan diterima karyawan pada akhir tahun. Perhitungan bonus dengan sistem ini
dapat dilihat contohnya dalam Contoh 2.
Selain sistem tersebut di atas, peningkatan produktifitas karyawan dapat dilakukan dengan
memberikan uang cuti. Uang cuti yang diterima karyawan didasarkan atas standar yang ditetapkan,
misal masa kerja. Uang cuti ini diambil pada saat karyawan mengambil cuti tahunan. Uang cuti akan
diakui sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya. Perhitungan uang cuti ini dapat dilihat contohnya
dalam Contoh 3.

Contoh 1
PT Tinomas pada tahun 2000 menetapkan upah dengan sistem insentif. Karyawan langsung pabrik
dibayar dengan tarif upah Rp3.000,00 per unit dengan upah minimum Rp800.000,00 per bulan.
Berikut ini adalah data unit produk yang dihasilkan oleh setiap karyawan yang semuanya bekerja
penuh dalam bulan Juli 2000.
Nama Unit Produk
Andi Hermanto
Bagyo Purwanto
Edi Santoso
Feri Setiawan
Gani Handoko
Handi Nugroho 240 unit
275 unit
250 unit
285 unit
270 unit
265 unit
Pertanyaan:
1. Hitunglah upah setiap karyawan atas dasar produktifitasnya, upah yang diterima setiap karyawan,
dan selisih kurang upah karyawan.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja bulan Juli 2000 tersebut jika upah dibayar setiap
tanggal 1 bulan berikutnya.

Contoh 2

PT Candi Indah setiap akhir tahun memberi penghargaan berupa bonus sebesar dua bulan upah
kepada karyawan yang telah bekerja lebih dari satu tahun. Berikut ini adalah data masa kerja dan
upah per bulan karyawan PT Candi Indah pada bulan Juli 2000.
Nama Masa Kerja Upah Bulanan
Agung Susetyo
Bagus Indrawan
Candra Darusman
Dedi Hartawan
Endro Gunawan
Hary Ramelan 3 tahun
10 tahun
½ tahun
4 tahun
5 tahun
6 tahun Rp420.000,00
570.000,00
396.000,00
360.000,00
468.000,00
510.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah bonus yang terutang untuk setiap karyawan per bulan.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 31 Juli 2000.

Contoh 3

PT Harapan mempunyai kebijakan untuk memberikan uang cuti tahunan jika telah bekerja selama 1
tahun. Pemberian uang cuti diatur dengan ketentuan sebagai berikut.
Masa kerja 1 .s.d. 5,99 tahun mendapat uang cuti 1 minggu upah.
Masa kerja 6 .s.d. 10 tahun mendapat uang cuti 2 minggu upah.
Masa kerja lebih dari 10 tahun mendapat uang cuti 3 minggu upah.
Berikut ini adalah data tentang masa kerja dan upah bulanan pada Juli 2000.
Nama Masa Kerja Upah Mingguan
Abu Asmoko
Cecep Lesmana
Lambang Ashari
Landu Ismanto
Nanang Hadi
Sardi Haryanto
Tatang Yunus
Bondan Himawan
Toro Hermawan
Tino Sunarto 6 tahun
1½ tahun
7 tahun
5¾ tahun
12 tahun
8 tahun
½ tahun
1 tahun
9 tahun
15 tahun Rp210.000,00
180.000,00
300.000,00
270.000,00
392.000,00
288.000,00
150.000,00
150.000,00
300.000,00
440.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah uang cuti yang terutang untuk setiap karyawan per minggu.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada setiap minggu.

Pengertian Akuntansi Biaya


Pengertian akuntansi biaya (cost accounting) adalah salah satu bagian dari bidang akuntansi meliputi
kegiatan proses pencatatan dan monitoring seluruh aktifitas biaya dan menyajikan informasi tersebut
dalam suatu laporan.
Juga Perusahaan dalam menjalankan seluruh aktifitas untuk memperoleh keuntungan atau laba tidak
bisa terlepas dari biaya.

Hal utama yang perlu diantisipasi serta direncanakan dengan baik yaitu dengan melakukan efisiensi
terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan pengendalian anggaran yang telah
direncanakan.
Tujuan
Adapun tujuan dari akuntansi biaya adalah sebagai pengendalian biaya, penentuan harga pokok
produk dan pengambilan keputusan khusus :

1. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya
bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang
seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya
sesungguhnya dengan biaya seharusnya dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya
selisih tersebut. Dari analisis penyimpangan dan penyebabnya tersebut, manajemen akan dapat
mempertimbangkan tindakan koreksi, jika hal ini perlu dilakukan. Dan analisis ini juga manajemen
puncak akan dapat mengadakan penelitian prestasi para manajer dibawahnya.

2. Penentuan Harga Pokok Produk


Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan,
dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan
disajikan adalah biaya yang telah terjadi dimasa yang lalu atau biaya historis.

3. Pengambilan Keputusan Khusus


Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang
relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan
datang. Akuntansi biaya untuk
pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang (future cost). Informasi
biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan.
Fungsi Akuntansi Biaya
Secara umum fungsi akuntasi biaya ada dua yaitu Penentuan Harga Pokok Produksi atau Jasa (Cost of
Good Sold) dan Perencanaan dan Pengendalian Biaya (Forcasting and Controlling)

Penentuan Harga Pokok Produksi atau Jasa (Cost of Good Sold) adalah bagian tugas utama dari
akuntansi biaya adalah mencatat, menggolongkan, monitoring dan meringkas seluruh komponen
biaya yang berhubungan dengan proses produksi, dari data historis ini dijadikan

Perencanaan dan Pengendalian Biaya (Forcasting and Controlling) adalah atas dasar data historis dari
laporan keuangan tentang seluruh aktifitas biaya dapat dijadikan acuan dalam membuat perencanaan
anggaran (Budgeting) kemudian melakukan monitoring terhadap penyimpangan biaya atas anggaran
yang telah ditetapkan sehingga meningkatkan efisiensi biaya perusahaan.
Klasifikasi Akuntasi Biaya
Klasifikasi biaya merupakan proses pengelompokan biaya berdasarkan tujuan dari informasi biaya
yang disajikan.
Berdasarkan Fungsi Pokok dari Aktifitas Perseroan.
1. Biaya Produksi (Production Cost) atau Biaya Harga Pokok Produksi (Cost of Good Sold) meliputi :
Biaya Bahan Baku (Material), Tenaga Kerja Langsung / Buruh (Direct Labour), dan Biaya Operasional
(Direct Overhead).
2. Biaya Pemasaran (Marketing Expenses) : Biaya Promosi dan Iklan.
3. Biaya Administrasi dan Umum (General Administration Expenses) : Biaya Gaji Karyawan, Overhead
Kantor, dan biaya terkait lainnya.
Berdasarkan Kegiatan atau volume Produksi.
1. Biaya Variabel (Variable Cost), Komponen biaya proporsional sesuai mengikuti volume produksi
yang dihasilkan. Contoh Biaya Bahan Baku dan Overhead Langsung.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost), Biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Contoh Biaya Tenaga
Kerja Langsung (Direct Labour), walaupun volumenya disesuaikan dengan kapasitas produksi namun
pembayarannya bersifat lumpsum per bulan.
Berdasarkan Objek yang dibiayai
1. Biaya Langsung (Direct Cost), Biaya yang dapat diidentifikasi langsung dengan objeknya. Contoh :
Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour), dan Biaya Bahan Baku (Direct Material)
2. Biaya Tidak Lansung (Indirect Cost), Biaya yang tidak dapat diidentifikasi langsung dengan objeknya.
Contoh : Biaya Overhead Pabrik (Direct Overhead).
Berdasarkan Periode Akuntansi
1. Biaya Investasi (Capital Expenditure), Biaya yang memberikan masa manfaat pada beberapa
periode akuntansi. Contoh Mesin Pabrik biaya depresiasi penyusutannya selama 5 tahun.
2. Biaya Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure), Biaya yang dikeluarkan memberikan masa
manfaat hanya pada satu periode akuntansi. Contoh : Biaya Overhead Pabrik.

Biaya Pabrik
Biaya-biaya yang terjadi dalam pabrik selama satu periode disebut biaya pabrik (manufacturing cost).
Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi :

Biaya bahan baku (raw materials) yaitu biaya untuk barang-barang yang dapat dengan mudah dan
langsung diindentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan
mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
Biaya buruh langsung (direct labor) adalah biaya untuk buruh yang menangani secara langsung
proses produksi atau yang dapat diidentifikasi langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung
adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok.
Biaya pabrikasi (overhead) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan burung langsung. Biaya
ini tidak dapat diidentifikasi secara langsung dengan barang yang dihasilkan. Contoh biaya pabrikasi
adalah (1) bahan pembantu (kadang-kadang disebut bahan tidak langsung, misalnya perlengkapan
pabrik (mur, baut, dan pelitur dalam perusahaan mebel); (2) buruh tidak langsung yaitu buruh yang
pekerjaannya tidak dapat diidentifikasi secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji
mandor; (3) pemeliharaan dan perbaikan; (4) listrik, air, telpon, dan lain-lain.

Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu
periode. Biaya ini terdiri dari persediaan dalam proses awal ditambah biaya pabrik. Termasuk dalam
biaya produksi adalah biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir
periode.

Harga Pokok Produksi

Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut harga pokok produksi barang
selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan harga pokok produksi. Harga pokok ini
terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam
proses akhir periode. Harga pokok produksi selama satu periode dilaporkan dalam laporan harga
pokok produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari harga
pokok penjualan (cost of goods sold).

Jurnal dan Buku Besar

Untuk mneggambarkan pencatatan dan pelaporan harga pokok produksi dalam sebuah perusahaan
pabrik, anggaplah banwa transaksi-transaksi berikut ini terjadi pada PT. Kartika Jaya, sebuah
perusahaan pabrik.

Pembelian Bahan Baku

Selama tahun 2000, PT. Kartika Jaya membeli secara kredit bahan baku seharga Rp. 1440. Potongan
pembelian-pembelian retur dan pengurangan harga serta transaksi-transaksi lain yang berhubunngan
dengan pembelian bahan baku diabaikan dalam contoh ini. Jurnal yang dibuat untuk pembelian tadi,
jika dicatat dalam jurnal umum adalah :

(D) Pembelian bahan baku Rp. 1440

(K) Utang dagang Rp. 1440

Jurnal diatas merupakan gabungan transaksi selama satu tahun. dalam kenyataan nya, pencatatan
dilakukan untuk tiap transaksi dalam buku pembelian. Pembayaran utang dagang tidak diperlihatkan
lagi dalam ilustrasi ini. Akibat jurnal diatas akun Pembelian bahan baku pada tanggal 31 Desember
2000 akan bersaldo Rp. 1440.

Pemakaian Buruh Langsung


Selama tahun 2000, pembayaran kepada buruh berjumlah Rp. 150. Upah yang masih harus dibayar
pada akhir tahun berjumlah Rp. 23. Jurnal yang harus dibuat adalah :

(D) Biaya buruh langsung Rp. 173

(K) Kas / Bank Rp. 150

(K) Biaya yang masih harus dibayar Rp. 23

Sekali lagi jurnal ini adalah gabungan dari seluruh transaksi selama satu tahun. Kenyataan nya,
pencatatan dilakukan untuk tiap pembayaran dalam buku pengeluaran kas. Sementara itu, upah yang
masih harus dibayar dicatat sebagai Jurnal Penyesuaian.

Pemakaian Biaya Pabrikasi

Dalam tahun 2000, biaya pabrik yang dibebankan dalam produksi berjumlah Rp 450. Jumlah ini sudah
termaksud jurnal penyesuaian yang diperlukan. Jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian biaya-
biaya tersebut adalah sebagai berikut :

(D) Biaya bahan pembantu Rp. 150

(D) Biaya buruh tidak langsung Rp. 140

(D) Biaya gaji pabrik Rp. 40

(D) Biaya listrik, air, dan telpon pabrik Rp. 37

(D) Biaya perlengkapan-pabrik Rp. 15

(D) Biaya pemeliharaan dan perbaikan pabrik Rp. 50

(D) Biaya asuransi – pabrik Rp. 13

(D) Biaya pabrik lain-lain Rp. 5

(K) Biaya yang masih harus dibayar Rp. 450

Pembayaran biaya yang masih harus dibayar dalam buku pengeluaran kas tidak diperlihatkan dalam
contoh ini. Juga pembebanan biaya yang berasal dari pembayaran dimuka, untuk biaya penyusutan,
jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(D) Biaya penyusutan pabrik Rp. 75

(K) Akumulasi penyusutan pabrik Rp. 75

(D) Biaya Penyusutan – pabrik Rp. 9

(D) Biaya Penyusutan – Penjualan Rp. 10

(D) Biaya Penyusutan – Adm & Umum Rp. 10

(K) Akumulasi Penyusutan – bangunan Rp. 4

(K) Akumulasi Penyusutan – kendaraan Rp. 20

(K) Akumulasi Pemyusutan – peralatan Rp. 5


Dalam contoh perusahaan dagang penyusutan dicatat melalui jurnal penyesuain. Jurnal penyesuaian
tersebut diatas terdiri dari dua bagian. Penyusutan mesin dibebankan seluruhnya dalam biaya pabrik.
Sementara itu penyusutan bangunan, kendaraan dan peralatan (total Rp. 29) dialokasikan ke biaya
pabrik, beban penjualan serta administrasi dan umum. Pengalokasian dilakukan berdasarkan
penggunaan masing-masing aset tetap.

Dalam perusahaan pabrik terdapat akun yang belum pernah dibahas sebelumnya, yaitu aset tak
berwujud. Aset tak berwujud adalah aset tetap yang secara fisik tidak nyata. Contoh aset tak
berwujud adalah hak paten dan goodwill. Aset tak berwujud, seperti halnya aset tetap, harus
disusutkan. Penyusutan untuk aset tak berwujud disebut amortisasi. Amortisasi aset tak berwujud
juga dapat dialokasikan ke dalam biaya pabrik, beban penjualan serta beban administrasi dan umum.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat dan mengalokasikan beban amortisasi adalah :

(D) Biaya Amortisasi – Pabrik Rp. 13

(D) Biaya Amortisasi – Penjualan Rp. 6

(D) Biaya Amortisasi – Adm & Umum Rp. 6

(K) Aset tak berwujud Rp. 25

Jurnal Penyesuaian

Jurnal Penyesuaian yang perlu dibuat untuk persediaan bahan baku adalah sebagai berikut :

(A)

(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 197

(K) Persediaan bahan baku Rp. 197

(B)

(D) Persediaan bahan baku Rp. 243

(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 243

Jurnal penyesuaian (A) berhubungan dengan persediaan awal bahan baku. Jumlah yang tercantum di
neraca saldo merupakan saldo awal akun tersebut. Jadi jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk
membebankan saldo awal ini ke harga pokok produksi. Sementara itu jurnal penyesuaian (B) dibuat
untuk mengganti saldo akun bahan baku dengan jumlah yang ada pada akhir periode. Dengan jurnal
penyesuaian tersebut dapat dihitung jumlah pemakaian bahan baku. Perhatikan adanya akun ikhtisar
harga pokok produksi. Akun ini seperti halnya ikhtisar laba rugi, digunakan untuk menutup akun-akun
biaya pabrik, pembelian bahan baku serta persediaan bahan baku dan persediaan dalam proses. Dari
akun ini dapat dihitung harga pokok produksi.

Hal yang sama dilakukan terhadap persediaan dalam proses. Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat
adalah sebagai berikut :

(C)

(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 15

(K) Persediaan dalam proses Rp. 15

(D)
(D) Persediaan dalam proses Rp. 20

(K) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 20

Jurnal Penyesuaian yang dibuat untuk persediaan barang jadi tidak berbeda dengan perusahaan
dagang, yaitu yang berhubungan dengan jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagang. Jurnal
penyesuaian ini membebankan saldo awal persediaan barang jadi ke harga pokok penjualan, sekaligus
mengganti saldo nya dengan nilai persediaan akhir. Perhatikan jurnal penyesuaian ini :

(E)

(D) Ikhtisar laba rugi Rp. 285

(K) Persediaan barang jadi Rp. 285

(F)

(D) Persediaan barang jadi Rp. 257

(K) Ikhtisar laba rugi Rp. 257

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI

KARTIKA JAYA

Laporan Harga Pokok Produksi

Tahun Berakhir 31 Desember 2000

Persediaan bahan baku :

Persediaan bahan baku, 1 Januari 2000 Rp. 197

Pembelian bahan baku Rp. 1440

Persediaan bahan baku tersedia untuk diproduksi Rp. 1637

Persediaan bahan baku, 31 Desember 2000 (Rp. 243)

Total pemakaian bahan baku Rp. 1394

Biaya buruh langsung Rp. 173

Biaya Pabrikasi :

Biaya bahan pembantu Rp. 150

Biaya buruh tidak langsung Rp. 140

Biaya penyusutan – pabrik Rp. 84

Biaya pemeliharaan & perbaikan – pabrik Rp. 50

Biaya gaji – pabrik Rp. 40

Biaya listrik, telp, air – pabrik Rp. 37


Biaya perlengkapan – pabrik Rp. 15

Biaya asuransi – pabrik Rp. 13

Biaya amortisasi – pabrik Rp. 13

Biaya pabrik lain-lain Rp. 5

Total biaya pabrik Rp. 547

Persediaan dalam proses, 1 Januari 2000 Rp. 2114

Rp. 15

Total biaya produksi Rp. 2129

Persediaan dalam proses, 31 Desember 2000 (Rp) 20

Harga Pokok Produksi Rp. 2109

KARTIKA JAYA

Laporan Laba Rugi

Tahun Berakhir 31 Desember 2000

Penjualan (neto) Rp. 3022

Harga Pokok Penjualan :

Persediaan barang jadi, 1 Januari 2000 Rp. 285

Harga pokok produksi Rp. 2190

Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp. 2394

Persediaan barang jadi, 31 Desember 2000 (Rp) 257

Harga Pokok Penjualan Rp. 2137

Laba Bruto Rp. 885

Biaya Usaha :

Beban Penjualan :

Biaya iklan dan promosi Rp. 200

Biaya gaji dan upah Rp. 75

Biaya pengiriman Rp. 60

Biaya perlengkapan Rp. 25


Biaya listrik, telp, air Rp. 20

Biaya pemeliharaan & perbaikan Rp. 15

Biaya penyusutan Rp. 10

Biaya asuransi – pabrik Rp. 6

Biaya amortisasi – pabrik Rp. 6

Biaya pabrik lain-lain Rp. 4

Total beban penjualan Rp. 421

Beban Administrasi & Umum :

Biaya gaji dan upah Rp. 90

Biaya listrik, telp, air Rp. 15

Biaya pemeliharaan & perbaikan Rp. 10

Biaya penyusutan Rp. 10

Biaya perlengkapan Rp. 8

Biaya amortisasi – pabrik Rp. 6

Biaya asuransi – pabrik Rp.3

Biaya administrasi lain-lain Rp. 6

Total beban administarsi & umum Rp. 148

Laba Usaha Rp. 316

beban lain – lain (bunga) (Rp) 113

Laba Bersih Rp. 203

JURNAL PENUTUP

Jurnal Penutup pada perusahaan pabrik adalah penutupan atas akun – akun yang berhubungan
dengan kegiatan produksi. Perhatikan jurnal penutup di bawah ini :

(D) Ikhtisar harga pokok produksi Rp. 2160

(K) Pembelian bahan baku Rp. 1440

(K) Biaya buruh langsung Rp. 173

(K) Biaya bahan pembantu Rp. 150

(K) Biaya buruh tidak langsung Rp. 140

(K) Biaya gaji Rp. 40


(K) Biaya listrik, telp, air Rp. 37

(K) Biaya perlengkapan Rp. 15

(K) Biaya pemeliharaan Rp. 50

(K) Biaya asuransi Rp. 13

(K) Biaya penyusutan Rp. 84

(K) Biaya amortisasi Rp. 13

(K) Biaya pabrik lain-lain Rp. 5

Setelah jurnal penutup tersebut, akun – akun biaya pabrik akan bersaldo nol. Sementara itu, akun
Ikhtisar Harga Pokok Produksi, setelah jurnal penutup diatas, tampak seperti dibawah ini :
Ikhtisar Harga Pokok Produksi

Tanggal Keterangan Debit Kredit Saldo (D) Saldo (K)


2000
Des 31 Peny. persediaan 197 197
bahan baku awal
Peny. persediaan

bahan baku akhir 243 46


Peny. persediaan
dlm proses awal 15 31
Peny. persediaan
dlm proses akhir 20 51
Penutupan biaya pabrik 2160 2190

Saldo debit akun ikhtisar Harga Pokok Produksi sebesar Rp. 2109 merupakan harga pokok barang
selesai diproduksi. Jumlah ini kemudian ditutup ke akun Ikhtisar Laba Rugi. Jurnal Penutup yang
dibuat adalah :
(D) Ikhtisar Laba Rugi Rp. 2190
(K) Ikhtisar harga pokkok produksi Rp. 2190

Setelah jurnal penutup ini akun Ikhtisar Harga Pokok Produksi akan bersaldo nol.
AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR#1
Karakteristik Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang


kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual
barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut
proses produksi. Kegiatan produksi, apabila digambarkan akan nampak
seperti di bawah ini:

Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya


(cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi.
Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni
penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan
pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk
perusahaan manufaktur.

Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur

Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi


perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing
costs), biaya produksi dan beban pokok produksi.

Persediaan (Inventory)

Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya


terdiri dari tiga macam, yakni:
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada
tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam
proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang
yang belum selesai. Untuk menyelesaikannya masih diperlukan tambahan
biaya. Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-
barang yang telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan
manufaktur dengan demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk
persediaan.

Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)

Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode


disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih dikenal dengan
biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih
sebagian selesai di awal periode, barang-barang yang dimasukkan dalam
proses produksi periode itu dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan
sebagian di akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang
dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi.
Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi
perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk tenga
kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat
diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah
tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan
rokok (Sigaret Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik selain
bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan
secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Contoh biaya overhead pabrik adalah:
(1) bahan pembantu (kadangkadang disebut: bahan tidak langsung (indirect
materials) misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam
perusahaan mebel);
(2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja
yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung
dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor;
(3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair);
(4) listrik, air telepon dan lainlain.

Ketiga jenis biaya manufaktur ini dapat dihubungkan dan


dilihat keterkaitannya dengan memperhatikan bagan yang diilustrasikan
di bawah ini.

Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)


Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses
produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam
proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian
dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi
adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga
komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead
adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses
produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang
dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya
overhead ini  seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-
masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini
biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam
situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common
cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering pula
disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang merupakan
komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah
diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau dibuat.
Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula disebut sebagai
biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atau terjadi
sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost),
yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode
berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-
beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar
dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair.
Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan
pertanggungjawaban masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa
jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama.
Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya
overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan
oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban
pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian
tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan
kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor
atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat
mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena
berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur. 

Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)

Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban


pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat
dengan beban pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik
ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam
proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan
dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement).
Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods
sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap
pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik

Bab ini tidak akan membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-
tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada proses
akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan perusahaan
manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian,
sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya
merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI).
Namun demikian, tetap diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah
mencakup semua pemahaman minimal yang diperlukan untuk dapat
menjalankan proses akuntansi pada sebuah perusahaan manufaktur.

Bahan Baku (Raw Materials)

Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat


dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran
kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan
dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan
baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain
yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur
dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang
untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku
hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir
periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal
dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan
mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal
dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.

Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)

Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku


pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk
biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk
upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung
dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok
produksi.
Biaya Overhead Pabrik (Overhead)

Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja
tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan
perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin
pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-
lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku
besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan
satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk
(sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya
dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya
pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya,
dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke
dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening
yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.

Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )

Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus.


Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara
berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat
kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses.
Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus
dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk
memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik
ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi
dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh
dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan
diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses.
Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku,
buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat
dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan
rekening yang diberi nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode
dibuat jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses
awal dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal
penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada
pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal
penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang
alur pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan
beban pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di
antara buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses
produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ,
apa saja perkiraan yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama
proses produksi berlangsung, dan kapan masing-masing perkiraan
tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi
tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika
perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.
AKUNTANSI
UNTUK PERUSAHAAN PENGOLAHAN /
MANUFAKTUR#2
 

 Perusahaan pengolahan / manufaktur: perusahaan yang mengolah bahan


mentah (bahan baku) menjadi barang jadi.

 Klasifikasi persediaan pada perusahaan pengolahan :


 Persediaan Bahan Baku
 Persediaan Barang Dalam Proses
 Persediaan Barang Jadi

Laporan Keuangan

Laporan Keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan


keuangan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada bagian Aktiva
Lancar di Neraca dan Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba.

Neraca

Perbandingan Neraca Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur:

Perusahaan Dagang Perusahaan Manufaktur


Neraca sebagian
Neraca sebagian 31 Desember 2010
31 Desember 2010
Aktiva Lancar: Aktiva Lancar:
Kas Rp Kas Rp 1.200
1.000
Piutang (bersih) 13.000 Piutang (bersih) 4.000
Persediaan Barang 9.000 Persediaan:
Dagangan
Sewa Dibayar di Muka 2.900 Barang Jadi Rp
15.000
25.900 Barang Dalam 18.000
Proses
Bahan Baku 9.000
42.000
Sewa Dibayar di 1.600
Muka
48.800

Laporan Rugi-Laba

Perbandingan bagian Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba antara


Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur:
Perusahaan Dagang
Laporan Rugi-Laba sebagian

Periode Tahun 2010


Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Dagangan 1 Januari ………… Rp 10.000
(+) Pembelian Bersih …………………..…………… 99.250
Barang Tersedia Untuk Dijual ……………………… Rp 109.250
(-) Persediaan Barang Dagangan 31 Desember … 9.000
Harga Pokok Penjualan ……………………………. Rp 100.250

Perusahaan Manufaktur
Laporan Rugi-Laba sebagian

Periode Tahun 2010


Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang Jadi 1 Januari …………………. Rp 12.000
(+) Harga Pokok Produksi (lihat skedul) …………… 688.000
Barang Tersedia Untuk Dijual ………………………. Rp 700.000
(-) Persediaan Barang Jadi 31 Desember …………. 15.000
Harga Pokok Penjualan Rp 685.000

Komponen yang berbeda digambarkan secara skematis sbb:

Perusahaan Dagang:

Persediaan Barang + Pembelian - Persediaan Barang =


Harga Pokok
Dagangan (Awal) Bersih Dagangan (Akhir)
Penjualan

Perusahaan Manufaktur:
 
Persediaan Barang + Harga Pokok - Persediaan Barang =
Harga Pokok
Jadi (Awal) Produksi Jadi (Akhir)
Penjualan

Pada perusahaan manufaktur diperlukan banyak rekening untuk menentukan


harga pokok produksi, tetapi dalam Laporan Rugi-Laba hanya disajikan
totalnya saja, sedangkan rinciannya disajikan dalam Skedul Harga Pokok
Produksi.

Contoh Skedul Harga Pokok Produksi (merupakan lampiran Laporan Rugi-


Laba di atas):

Skedul Harga Pokok Produksi

Tahun 2010

Persediaan Barang Dalam Proses 1 Januari ………………….. Rp


10.000
Ditambah:
Bahan Baku:
Persediaan 1 Januari ……………….. Rp
5.000
Ditambah: Pembelian ………………. 100.000
Tersedia Dipakai …………..………... 105.0
00
Dikurangi : Persediaan 31 Desember 9.000
Bahan Baku Dipakai ……………………………….. Rp
96.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung …………………….…. 200.00
0
Biaya Overhead Pabrik:
Tenaga Kerja Tidak Langsung ..…… Rp
50.000
Listrik dan Air ………………………… 140.000
Bahan Habis Pakai Pabrik …………. 30.000
Penyusutan Gedung Pabrik ………... 120.000
Penyusutan Mesin …………………... 60.000
Total Biaya Overhead Pabrik ……………………… 400.000
Total Biaya Produksi tahun ini …………………………………… 696.000
Total Biaya Barang Dalam Proses ………………………………… 706.000
Dikurangi:
Persediaan Barang Dalam Proses 31 Desember …………….. 18.000
Harga Pokok Produksi ……………………………………………… 688.000

HARGA POKOK PRODUKSI


Biaya produksi atau Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured)
merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi.

Biaya-biaya tersebut terdiri dari:


 Biaya Bahan Baku (disingkat BBB)
 Biaya Tenaga Kerja Langsung ( disingkat BTKL)
 Biaya Overhead Pabrik (disingkat BOP)

Biaya Bahan Baku

  Biaya Bahan Baku adalah harga perolehan (harga pokok) seluruh


substansi / materi pokok yang terdapat pada barang jadi.
  Bahan baku merupakan bagian Barang jadi yang dapat ditelusur
keberadaannya.
  Bahan baku pada sebuah pabrik dapat berasal dari Barang jadi pabrik
yang lain.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

  Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung
terhadap proses pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya
maupun dengan bantuan mesin.
  Tenaga kerja langsung memperoleh kontraprestasi yang dikategorikan
sebagai Biaya tenaga kerja langsung. Jadi, Biaya Tenaga Kerja Langsung
adalah semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung.

Biaya Overhead Pabrik

  Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses


pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
  Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik, a.l.:
 Biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti Upah pengawas, mandor,
mekanik, bagian reparasi, dll
 Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam bahan yang digunakan dalam
proses pengolahan, tetapi kuantitasnya sangat kecil dan tidak dapat ditelusur
keberadaannya pada barang jadi.
 Biaya penyusutan gedung pabrik, Biaya penyusutan mesin, dll

SIKLUS AKUNTANSI

  Siklus akuntansi perusahaan manufaktur sama dengan siklus akuntansi


perusahaan dagang.

  Akuntansi perusahaan manufaktur dengan sistem fisik:

 Rekening Persediaan Bahan Baku hanya digunakan untuk mencatat nilai


bahan baku yang masih tersisa, baik di awal maupun akhir periode.
Transaksi pembelian Bahan baku tidak dicatat ke rekening Persediaan Bahan
Baku, tetapi dicatat ke rekening Pembelian Bahan Baku, seperti terlihat
pada jurnal berikut:

Mei 17 Pembelian Bahan Baku Rp 100.000


Kas / Utang Dagang Rp 100.000

ü Rekening Persediaan Barang Dalam Proses hanya digunakan untuk


mencatat nilai barang yang masih dalam proses, baik di awal maupun akhir
periode.

 Rekening Persediaan Barang Jadi hanya digunakan untuk mencatat nilai


barang jadi pada awal dan akhir periode.

  Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur sama dengan jurnal


penyesuaian untuk perusahaan dagang.

  Neraca Lajur untuk perusahaan manufaktur pada prinsipnya sama dengan


neraca lajur untuk perusahaan dagang, tetapi ditambahkan kolom untuk
skedul harga pokok produksi.

  Contoh Neraca Lajur Sebagian:


Perusahaan Manufaktur
Neraca Lajur sebagian
Periode tahun 2010
Nama Rekening NSSD Harga Pokok Laporan Rugi-Laba Neraca
Poduksi
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
Persediaan Barang Jadi 12.000 12.000 15.000 15.000
Persed. Barang Dlm. Proses 10.000 10.000 18.000 18.000
Persediaan Bahan Baku 5.000 5.000 9.000 9.000
Pembelian Bahan Baku 100.000 100.000
Biaya Tenaga Kerja Lgsg. 200.000 200.000
Biaya Tenaga Kerja Tak Lgsg. 50.000 50.000
Biaya Listrik dan Air 140.000 140.000
Biaya Bahan Habis Pakai 30.000 30.000
Biaya Penyst. Gedung Pabrik 120.000 120.000
Biaya Penyst. Mesin 60.000 60.000
Biaya Pemasaran 40.000 40.000
Penjualan 1.500.000 1.500.000
………. ……….. 715.000 27.000
Harga Pokok Produksi 688.000
715.000 715.000

JURNAL PENUTUP

Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan


dagang. Dalam perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi
digunakan untuk menutup semua rekening yang akan dilaporkan di Skedul
Harga Pokok Produksi. Saldo rekening ini kemudian ditransfer ke rekening
Ikhtisar Rugi-Laba.
Contoh:

Des. 3 Harga Pokok Produksi Rp 715.000


1 Persediaan Barang Dalam Proses Rp 10.000
Persediaan Bahan Baku 5.000
Pembelian Bahan Baku 100.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 200.000
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 50.000
Biaya Listrik dan Air 140.000
Biaya Bahan Habis Pakai 30.000
Biaya Penyusutan Gedung Pabrik 120.000
Biaya Penyusutan Mesin 60.000
(untuk menutup rekening-rekening Persediaan
Bahan Baku awal, Barang Dalam Proses awal, dan
rekening-rekening Biaya produksi)

3 Persediaan Barang Dalam Proses Rp 18.000


1 Persediaan Bahan Baku 9.000
Harga Pokok Produksi Rp 27.000
(untuk mencatat persediaan akhir barang dalam
proses dan bahan baku)
3 Persediaan Barang Jadi Rp 15.000
1 Penjualan 1.500.000
Ikhtisar Rugi-Laba Rp 1.515.000
(untuk mencatat persediaan akhir barang jadi dan
menutup rekening penjualan)
3 Ikhtisar Rugi-Laba Rp 700.000
1 Persediaan Barang Jadi Rp 12.000
Harga Pokok Produksi 688.000
(untuk menutup rekening persediaan awal barang
jadi dan harga pokok produksi)
3 Ikhtisar Rugi-Laba Rp 40.000
1 Biaya Pemasaran Rp 40.000
(untuk menutup biaya pemasaran)

Contoh Soal Dasar Akuntansi Perusahaan Manufaktur


Kasus 1.
Persediaan barang dalam proses awal Rp. 40.000,Persediaan bahan baku
awal Rp. 60.000 sedangkan bahan baku tersedia dipakai sebanyak Rp.
810.000 jumlah pemakaian bahan baku Rp. 785.000, BTKL Rp. 500.000
Biaya TKTL Rp. 220.000, bahan penolong Rp. 50.000, BOP lain2 Rp.
50.000,biaya asuransi mesin Rp. 12.000,biaya sewa gedung pabrik Rp.
160.000 dan biaya depresiasi mesin pabrik Rp, 50.000 sedangkan persediaan
barang dalam proses akhir periode Rp. 30.000
Hitunglah besarnya Harga Pokok Produksinya.

Jawab:
Persediaan Barang Dalam Proses Awal Rp. 40.000
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan bahan baku awal Rp. 60.000
Pembelian bahan baku Rp. 750.000+
Bahan baku tersedia dipakai Rp. 810.000
Persediaan baham baku akhir Rp. 25.000-
Pemakaian bahan baku Rp. 785.000
Biaya TKL Rp. 500.000
BOP
BTKTL Rp. 220.000
Biaya Bahan Penolong Rp. 50.000
BOP lainnya Rp. 50.000
Biaya Asuransi Mesin Rp. 12.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp. 160.000
Biaya penyusutan Mesin pabrik Rp. 50.000+
Rp 542.000+
Biaya Produksi Rp.1.827.000+
Barang Siap Digunakan Rp.1.867.000
Persediaan Barang Dalam Proses Akhir Rp. 30.000-
Harga Pokok Produksi Rp.1.837.000
==========

Kasus 2.
PT BSI memiliki Persediaan bahan baku awal tahun atau 1 Januari 2010 Rp.
1.000.000,Pembelian bahan baku selama tahun 2010 Rp. 10.000.000
sedangkan persediaan akhir bahan baku per 31 desember 2010 Rp. 500.000
Pertanyaan:
a.   Hitunglah pemakaian bahan baku selama tahun 2010
b.   Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan bahan
baku.

Jawab:
a.   Biaya pemakaian bahan baku
Persediaan bahan baku 1 Januari 2010 Rp. 1.000.000
Pembelian selama 2010 Rp. 10.000.000+
Bahan baku siap untuk dipakai Rp. 11.000.000
Persediaan bahan baku per 31 desember 2010 Rp. 500.000-
Biaya Pemakaian bahan baku tahun 2010 Rp. 10.500.000

b.   Jurnal pembelian bahan baku


Pembelian Rp. 10.000.000
Kas/utang Rp. 10.000.000

Jurnal pemindahan pembelian bahan baku ke persediaan bahan baku


pada akhir periode (AJP)
Persediaan bahan baku Rp. 10.000.000
Pembelian Rp. 10.000.000

Jurnal pemakaian bahan baku (AJP)


Persediaan barang DP Rp. 10.500.000
Persediaan bahan baku Rp. 10.500.000

Kasus 3.
PT. BSI mengeluarkan biaya TKL selama 2010 sebesar Rp. 5.000.000
Buatlah jurnal pencatatan yang berhubungan dengan BTKL

Jawab:
Pada saat membayar BTKL
Biaya gaji/upah Rp. 5.000.000
Kas Rp. 5.000.000

Pada saat akhir periode melalui AJP dipindahkan persediaan BDP


Persediaan BDP Rp. 5.000.000
Biaya gaji/upah Rp. 5.000.000

Kasus 4.
PT.BSI membayar perskot asuransi mesin pabrik Rp. 40.000 untuk masa 2
tahun,BTKTL Rp. 500.000 yang belum dibayar per 31 desember 2010 Rp.
50.000,Biaya bahan penolong Rp. 100.000, biaya sewa gedung Rp. 400.000
80% dibebankan pabrik yang 20% dibebankan biaya kantor, BOP lainnya Rp.
25.000, Biaya penyusutan mesin pabrik 10% dari harga perolehan Rp.
1.000.000
Buatlah pencatatan yang dilakukan PT BSI berhubungan dengan BOP

Jawab:
Pada Saat pembayaran
a.   Porskot asuransi Rp.40.000
Kas Rp. 40.000

b.   BTKTL Rp.500.000


Kas Rp. 500.000

c.   Biaya sewa gedung Rp. 400.000


Kas Rp. 400.000

d.   BOP lain2 Rp. 25.000


Kas Rp. 25.000

e.   Jurnal AJP pembebanan kemasing2 jenis biaya


1.   Asuransi ½ x Rp. 40.000 = Rp. 20.000
Biaya Asuransi mesin pabrik Rp. 20.000
Porskot asuransi mesin pabrik Rp. 20.000

2.   Biaya TK yang belum dibayar Rp. 50.000


BTKTL Rp. 50.000
Hutang BTKTL Rp. 50.000

3.   Pembebanan Biaya BP Rp. 100.000


Biaya BP Rp. 100.000
Persediaan BP Rp. 100.000

4.   Biaya sewa gedung pabrik 80% x Rp. 400.000 = Rp. 320.000
Biaya sewa gedung kantor Rp. 80.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp. 320.000
Biaya sewa gedung Rp. 400.000

5.   Biaya penyusutan mesin 10% x Rp. 1.000.000 = Rp. 100.000


Biaya penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000
Akumulasi penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000

6.   BOP Rp. 1.115.000


Biaya BP Rp. 100.000
BTKTL Rp. 550.000
Biaya asuransi mesin pabrik Rp. 20.000
BOP lain-lain Rp. 25.000
Biaya penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp. 320.000

7.   Persediaan barang dalam proses Rp. 1.115.000


BOP Rp. 1.115.000

Kasus 5.
Dari data kasus diatas jika persediaan awal barang dalam proses Rp. 80.000
dan persediaan akhir barang dalam proses Rp. 60.000 hitunglah Harga
Pokok Produksinya

Jawab
Persediaan awal barang dalam proses Rp. 80.000
Biaya barang dalam proses Rp 16.615.000 +
Rp.16.695.000
Persediaan akhir barang dalam proses Rp. 60.000 -
Harga Pokok Produksi Rp.16.635.000
============

Kasus 6.
Pada data PT. BSI diatas jika ditambahkan jumlah persediaan awal barang
jadi per 1 januari 2010 Rp. 200.000 dan persediaan akhir 31 Desember 2010
untuk barang jadi Rp. 100.000.
Hitunglah Harga Pokok Penjualannya

Jawab:
Persediaan awal barang jadi 1 januari 2010 Rp. 20.000
Harga Pokok Produksi Rp.16.635.000+
Rp.16.655.000
Persediaan akhir barang jadi 31 desember 2010 Rp. 100.000 -
Harga Pokok Penjualan Rp.16.555.000
===========
SOAL KASUS UNTU NERACA LAJUR PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
Data Keuangan untuk Neraca Saldo per 31 desember 2010 PT. BSI adalah
sebaga berkut:
Kas Rp. 100.000
Persediaan bahan baku Rp. 120.000
Persediaan barang dalam proses Rp. 80.000
Persediaan barag jadi Rp. 200.000
Porskot asuransi Rp. 48.000
Mesin pabrik Rp. 1.000.000
Perabot kantor Rp. 200.000
Pembelian bahan baku Rp. 1.500.000
Biaya BTKL Rp. 1.000.000
BTKTL Rp. 400.000
Pemakaian Bahan penolong Rp. 100.000
Biaya sewa gedung Rp. 400.000
BOP lain2 Rp. 100.000
Biaya administrasi kantor Rp. 200.000
Akumulasi penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000
Akumulasi penyusutan perabot kantor Rp. 40.000
Modal saham Rp. 1.000.000
Laba ditahan Rp. 308.000
Penjualan Rp. 4.000.000
Jumlah Rp. 5.448.000 Rp. 5.448.000
=========== =============

Data Untuk AJP adalah sebagai berikut:


1.   Porskot asuransi untuk mesin pabrik selama dua tahun . asuransi sampai
dengan 31 desember 2011 dan dibayar per 1 januari 2010
2.   Biaya tenaga kerja tidak langsung yang belum dibayarkan sebanyak Rp.
40.000
3.   Sewa gedung untuk beban pabrik sebanyak 80% dan beban kantor 20%
4.   Mesin pabrik disusutkan 10% pertahun dan perabot 5% .masing2 harga
perlehan dianggap tidak memiliki nilai residu
5.   Persediaan bahan baku 31desember 2010 senilai Rp. 50.000,persediaan
barang dalam proses Rp. 60.000 dan persediaan barang jadi Rp. 100.000

Dari data diatas buatlah Work Sheet atau neraca lajur, harga pokok
produksi,harga pokok penjualan,rugi laba ,neraca dan laporan laba ditahan
per 31 Desember 2010.

Jawab:
Ayat Jurnal Penyesuaian:
1.   Biaya Asuransi mesin pabrik Rp. 24.000
Porskot/uangmuka asuransi Rp. 24.000

2.   Biaya TKTL Rp. 40.000


Hutang BTKTL Rp. 40.000
3.   Biaya sewa gedung pabrik Rp. 320.000
Biaya sewa gedung kantor Rp. 80.000
Biaya sewa gedng Rp. 400.000

4.   Biaya penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000


Ak.Penyusutan mesin pabrik Rp. 100.000

5.   Biaya penyusutan perabot kantor Rp. 10.000


Ak. Penyusutan perabot kantor Rp. 10.000

6.   Persediaan bahan baku Rp. 1.500.000


Pembelian bahan baku Rp.1.500.000

7.   Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.084.000


BTKTL Rp. 440.000
Biaya Bahan penolong Rp. 100.000
BOP lain2 Rp. 100.000
Biaya Asuransi mesin pabrik Rp. 24.000
Biaya sewa gedung Rp. 320.000
Biaya Penyusutan Mesin Pabrik Rp. 100.000

8.   Persediaan barang dalam proses Rp. 1.570.000


Persediaan bahan baku Rp. 1.570.000

9.   Persediaan Barang Dalam Proses Rp. 1.000.000


BTKL Rp. 1.000.000

10. Persediaan Barang Dalam Proses Rp. 1.084.000


BOP Rp. 1.084.000
11. Persediaan Barang Jadi Rp. 3.674.000
Persediaan Barang Dalam Proses Rp. 3.674.000

12. HPP Rp. 3.774.000


Persediaan Barang Jadi Rp. 3.774.000

PT.BSI
Neraca Lajur ( Work Sheet )
Periode tahun 2010
Nama Rekening NERACA SALDO AJP NSSD RUGI LABA
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kr
Kas 100000 100000
Persd Bahan Baku 120000 1500000(6) 1570000 (8) 50000
Persd Barang Dalam Proses 80000 1570000(8) 3674000(11) 60000
1000000(9)
1084000(10)
Persediaan Barang Jadi 200000 3674000(11) 3774000(12) 100000
Porskot Asuransi. 48000 24000(1) 24000
Mesin Pabrik 1000000 1000000
Ak. Peny Mesin Pabrik 100000 100000(4) 200000
Perabot Kantor 200000 200000
Ak Peny. Perabot Kantor 40000 10000(5) 50000
Modal Saham 1000000 1000000
Laba Ditahan 308000 308000
Penjualan 4000000 4000000 4000
Pembelian Bahan Baku 1500000 1500000(6)
BTKL 1000000 1000000(9)
BTKTL 400000 440000(7)
Biaya Bahan Penolong 100000 100000(7)
Biaya Sewa Gedung 400000 400000(3)
BOP lain2 100000 100000(7)
Biaya adm kantor 200000 200000 200000
Total 5448000 5448000
Biaya Asuransi mesin pabrik 24000(1) 24000(7)
TKTL Terhutang 40000(2) 40000
Biaya Sewa Gedung pabrik 320000(3) 320000(7)
Biaya sewa gedung kantor 80000(3) 80000 80000
Biaya Peny mesin Pabrik 100000(4) 100000(7)
Biaya Peny Perabot kantor 10000(5) 10000 10000
BOP 1084000(7) 1084000(10)
HPP 3774000(12) 3774000 3774000
14.260000 14260000 5598000 5598000 4064000 4000
6400
4064000 4064
Nama Rekening RUGI LABA NERACA
Debit Kredit Debit Kredit
Kas 100000
Persd Bahan Baku 50000
Persd Barang Dalam Proses 60000
Persediaan Barang Jadi 100000
Porskot Asuransi. 24000
Mesin Pabrik 1000000
Ak. Peny Mesin Pabrik 200000
Perabot Kantor 200000
Ak Peny. Perabot Kantor 50000
Modal Saham 1000000
Laba Ditahan 308000
Penjualan 40000000
Pembelian Bahan Baku
BTKL
BTKTL
Biaya Bahan Penolong
Biaya Sewa Gedung
BOP lain2
Biaya adm kantor 200.000
Total
Biaya Asuransi mesin pabrik
TKTL Terhutang 40000
Biaya Sewa Gedung pabrik
Biaya sewa gedung kantor 80.000
Biaya Peny mesin Pabrik
Biaya Peny Perabot kantor 10.000
BOP
HPP 3.774.000
4.064.000 4.000.000 1.534.000 1.598.000
64.000 64.000
4.064.000 4.064.000 1.598.000 1.598.000

PT. BSI
Laporan Harga Pokok Produksi
Periode 31 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------------------
---------
Persediaan Barang Dalam Proses Awal Rp. 80.000
Pemakaian Bahan baku:
Persediaan bahan baku awal Rp . 120.000
Pembelian bahan baku Rp. 1.500.000+
Bahan baku tersedia dipakai Rp. 1.620.000
Persediaan bahan baku akhir Rp. 50.000-
Pemakaian bahan baku Rp. 1,570.000
Biaya TKL Rp. 1.000.000
BOP:
BTKTL Rp. 440.000
Biaya Bahan Penolong Rp. 100.000
BOP lainnya Rp. 100.000
Biaya Asuransi Mesin Rp. 24.000
Biaya sewa gedung pabrik Rp. 320.000
Biaya penyusutan Mesin pabrik Rp. 100.000+
Rp 1.084.000+
Biaya Produksi Rp. 3.734.000
Persediaan barang dalam proses akhir Rp. 60.000-
Harga Pokok Produksi Rp. 3.674.000

PT.BSI
Laporan Perhitungan Rugi Laba
Periode 31 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------------------
------
Penjualan Rp. 4.000.000
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan Barang jadi awal Rp. 200.000
Harga Pokok Produksi Rp. 3.674.000+
Rp. 3.874.000
Persediaan Barang jadi akhir Rp. 100.000-
Harga Pokok Penjualan Rp. 3.774.000-
Laba Kotor Rp. 226.000
Biaya Operasional:
Biaya Administrasi Kantor Rp. 200.000
Biaya Sewa Gedung Kantor Rp. 80.000
Biaya Penyusutan Perabot kantor Rp. 10.000+
Rp. 290.000-
Rugi Operasional Rp. 64.000
===========
PT.BSI
Neraca
Per 31 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------------------
---------
Aktva Lancar:
Kas Rp. 100.000
Persediaan:
Persediaan Bahan Baku Rp. 50.000
Persediaan BDP Rp. 60.000
Persediaan Barang Jadi Rp. 100.000+
Rp. 210.000
Porsekot asurasi Rp. 24.000+
Jumlah Aktiva Lancar Rp. 334.000

Aktiva Tetap:
Mesin Pabrik Rp. 1.000.000
Ak. Peny Mesin pabrik Rp. 200.000-
Rp. 800.000
Perabot Kantor Rp. 200.000
Ak. Peny Perabot kantor Rp. 50.000-
Rp. 150.000+
Jumlah aktiva Tetap Rp950.000+
Jumlah Akiva Rp1.284.000
==========
Hutang lancar:
Hutang Biaya TKTL Rp. 40.000
Modal:
Modal Saham Rp. 1.000.000
Laba Ditahan Rp. 244.000+
Jumlah Modal Rp. 1.244.000+
Jumlah Pasiva Rp. 1.284.000

============
PT.BSI
Laporan Laba Ditahan
Per 31 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------------------
---------
Laba Ditahan 1 Januari 2010 Rp. 308.000
Rugi Tahun Berjalan Rp. 64.000-
Laba Ditahan 31 Desember 2010 Rp. 244.000
==============

PT.Nisa Mandiri perusahaan yang bergerak dibidang keramik pada tanggal


31 Desember 2010 memiliki data Neraca Saldo sebagai berikut:

PT.Nisa Mandiri
Neraca Saldo
31 Desember 2010
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------
Kas Rp. 50.000
Persediaan bahan baku Rp. 60.000
Persediaan barang dalam proses Rp. 40.000
Persediaan barag jadi Rp. 100.000
Porskot asuransi Rp. 24.000
Mesin pabrik Rp. 500.000
Perabot kantor Rp. 100.000
Pembelian bahan baku Rp. 750.000
Biaya BTKL Rp. 500.000
BTKTL Rp. 200.000
Pemakaian Bahan penolong Rp. 50.000
Biaya sewa gedung Rp. 200.000
BOP lain2 Rp. 50.000
Biaya administrasi kantor Rp. 100.000
Akumulasi penyusutan mesin pabrik Rp. 50.000
Akumulasi penyusutan perabot kantor Rp. 20.000
Modal saham Rp. 500.000
Laba ditahan Rp. 154.000
Penjualan __ Rp. 2.000.000+
Jumlah Rp. 2.724.000 Rp. 2.724.000
=========== ============

Data Untuk AJP adalah sebagai berikut:


1.   Porskot asuransi untuk mesin pabrik selama dua tahun . asuransi
sampai dengan 31 desember 2011 dan dibayar per 1 januari 2010
2.   BTKTL yang belum dibayarkan sebanyak Rp. 30.000
3.   Sewa gedung untuk beban pabrik sebanyak 70% dan beban kantor
30%
4.   Mesin pabrik disusutkan 15% pertahun dan perabot 10 % .masing2
harga perlehan dianggap tidak memiliki nilai residu
5.   Persediaan bahan baku per 31desember 2010 senilai Rp30.000,
persediaan barang dalam proses Rp. 40.000 dan persediaan barang jadi Rp.
75.000

Dari data diatas buatlah Work Sheet atau neraca lajur, harga pokok
produksi,harga pokok penjualan, rugi laba, neraca dan laporan laba ditahan
per 31 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai