Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

“ DEPRESI POSTPARTUM ”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Askeb Komunitas

Dosen Pengampu :

Ihda Mauliyah,S.SiT, M.kes

Nama Penyusun :

Rizka Safiratur Rahmah (1902021791)

PRODI DIII KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021
LATAR BELAKANG
A. Definisi Masa Nifas

1) Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009 : 1)

2) Menurut Prawirohardjo (2009 : 122), masa nifas (puerperium) dimulai setelah


kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Jadi dapat disimpulkan masa nifas adalah masa dimana
setelah bayi dan plasenta lahir sampai organ-organ kandungan pulih seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih sekitar enam minggu.

B. Definisi Depresi PostPartum

Depresi postpartum atau depresi pascapersalinan merupakan kondisi yang


mungkin dialami oleh perempuan pada periode pascapersalinan. Tidak seorang pun
yang mengira akan mengalami hal tersebut, karena pada umumnya perempuan yang
hamil, terlebih yang baru pertama kali, tentu sangat menantikan kehadiran bayinya.
Dari penelitian-penelitian, diketahui bahwa di negara-negara Barat, angka kejadian
depresi postpartum dialami lebih kurang 15-20% dari perempuan yang melahirkan,
baik yang pertama kali maupun yang berikutnya. Di Malaysia pada tahun 1995
diketahui ibu yang mengalami depresi postpartum sebanyak 3,9% sedangkan di
Singapura angka kejadiannya hanya 1%. Angka kejadian depresi postpartum di
Indonesia mencapai rerata 11-30%, dan apabila tidak diatasi secara memadai akan
berdampak negatif bagi ibu, bayi, maupun keluarga (Elvira, 2006).
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEPRESI POST PARTUM

Pokok Bahasan : Perubahan Psikologis Ibu Post Partum


Sub Pokok Bahasan : Depresi Post Partum
Sasaran : Desa KendalKemlagi Kecamatan Kranggeneg Lamongan
Waktu : 60 menit
Tanggal : 2 juni 2021
Tempat : Balai Desa
Penyuluh : Mahasiswa D3 Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan

A. Latar Belakang
Postpartum(nifas) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Sedangkan depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan
melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun
mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa
gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah,
perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri. (Kartono,2002)
Ibu dalam masa nifas ini mengalami banyak perubahan baik secara biologis dan
psikologis terutama bagi ibu primipara. Salah satu perubahan psikologis yang bisa
terjadi pada ibu adalah depresi post partum.
Mengingat bahwa setiap ibu nifas memiliki risiko mengalami depresi post
partum, maka diperlukan suatu pendidikan kesehatan mengenai depresi post partum
agar ibu nifas tidak mengalaminya dan keluarga dengan ibu nifas pun mampu
mengatasinya apabila hal tersebut terjadi.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Diharapkan setelah pendidikan kesehatan tentang Depresi Post Partum
ini diberikan, jumlah ibu penderita Depresi Post Partum atau Post Partum
Blues ini berkurang serta keluarga mampu menangani ibu dengan depresi post
partum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 600 menit diharapkan sasaran dapat :
a. Menyebutkan pengertian depresi post partum.
b. Menyebutkan gejala depresi post partum.
c. Menjelaskan penyebab depresi post partum.
d. Menjelaskan cara pencegahan depresi post partum.
e. Menjelaskan cara penanganan ibu dengan depresi post partum.
C. Materi Penyuluhan
a. Pengertian depresi post partum
b. Gejala depresi Post Partum
c. Penyebab depresi post partum
d. Cara pencegahan depresi post partum
e. Cara penanganan depresi post partum
D. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
E. Media
a. LCD
b. Laptop
c. Powerpoint
d. Leaflet
F. Kegiatan
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
1 Pra Kegiatan Pembelajaran
 Mengucapkan salam.  Menjawab salam.
5 menit
 Memperkenalkan diri.  Mendengarkan.
 Kontrak waktu  Memperhatikan.

2 Membuka Pelajaran
 Menjelaskan tujuan dari kegiatan  Memperhatikan.
penyuluhan.
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan 5 menit
disampaikan.
3 Pelaksanaan :
 Pengertian depresi post partum  Memperhatikan
 Gejala depresi Post Partum  Memperhatikan.
 Penyebab depresi post partum  Memperhatikan. 30
 Cara pencegahan depresi post  Memperhatikan. menit
partum  Bertanya
 Cara penanganan depresi post
partum
 Membuka Sesi Pertanyaan
4 Evaluasi :
Menanyakan kepada klien tentang materi Menjawab pertanyaan.
yang telah disampaikan.
15menit
5 Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan dan
waktu yang diluangkan, perhatian serta membalas ucapan 5menit
peran aktif klien selama mengikuti terimakasih.
kegiatan penyuluhan.  Menjawab salam.
 Salam penutup.

Jumlah 60
menit
G. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien mampu :
1. Menyebutkan pengertian depresi post partum.
2. Menyebutkan gejala depresi post partum.
3. Menjelaskan penyebab depresi post partum.
4. Menjelaskan cara pencegahan depresi post partum.
5. Menjelaskan cara penanganan ibu dengan depresi post partum.
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Depresi Post Partum


Depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang
bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
Depresi pertama kali di temukan oleh Pitt tahun 1988. Menurut pitt depresi
post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido (kehilangan
selera untuk berhubungan intim dengan suami).
2. Gejala Depresi Post Partum
Berikut adalah 10 tanda-tanda depresi postpartum:
a. Perubahan nafsu makan. Hal ini dapat terjadi peningkatan atau penurunan
jumlah yang Anda makan, atau keinginan untuk makan.
b. Perubahan tidur. Entah itu perubahan kualitas tidur maupun perubahan
kemampuan untuk tertidur.
c. Kecemasan, agitasi atau mudah marah. Ini berarti terlalu mengkhawatirkan
tentang setiap suara bayi kecil Anda membuat atau setiap iritasi kulit baru yang
muncul. Selain itu, hal-hal seperti menjadi takut meninggalkan rumah, atau
mengunjungi tempat-tempat umum dapat menjadi tanda kecemasan.
d. Penurunan energi, konsentrasi, atau kemampuan untuk melakukan kerja (di
rumah atau di luar rumah). Hal ini dapat berarti bahwa Anda hanya mengalami
kesulitan bangun dari tempat tidur
e. Kehilangan minat dalam kegiatan yang pernah Anda nikmati.
f. Perasaan umum bersalah atau tidak berharga. Atau perasaan yang luar biasa
bahwa Anda bukanlah orangtua yang baik. Khawatir bahwa segala sesuatu yang Anda
lakukan untuk bayi baru Anda hanya tidak cukup, atau bahwa setiap kali bayi Anda
menangis, Anda adalah orang yang harus disalahkan.
g. Ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri atau bayi Anda.
h. Libido berkurang.
i. Perasaan negatif terhadap bayi Anda. Atau tidak tertarik pada bayi Anda.
j. Pikiran merugikan diri sendiri atau bayi Anda.
3. Penyebab Depresi Post Partum
a. Perubahan hormonal. Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen
dan progesterone yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan
mood, dan perasaan tertekan.
b. Fisik. Hadirnya si kecil dalam keluarga menyebabkan pula perubahan ritme
kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang
siang dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya
waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi
masalah.
c. Psikis. Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam
mengurus si kecil, ketidak mampuan mengatasi dalam berbagai permasalahan,
rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dari sebelum hamil
serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut mempengaruhi
terjadinya depresi.
d. Sosial. Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi.
Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi

4. Cara Pencegahan Depresi Post Partum


Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harusmemberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk :
 Beristirahat dengan baik
 Berolahraga yang ringan
 Berbagi cerita dengan orang lain
 Bersikap fleksible
 Bergabung dengan orang-oarang baru
 Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Adapun bagi suami dapat memotivasi istri dengan cara
:
 Dorong istri untuk berbicara dan tunjukkan kalau Anda mengerti.
 Buat batasan kunjungan dan beritahu teman-teman “tidak bisa” ketika istri tidak
ingin dikunjungi.
 Terima pertolongan dari orang-orang yang sukarela membantu menyelesaikan
pekerjaan rumah.
 Izinkan teman-teman mengemong bayi agar istri punya waktu untuk dirinya sendiri
dan sementara jauh dari bayi.
 Bertindak setia dan penuh kasih sayang secara fisik tanpa minta dilayani secara
seksual.

5. Cara Penanganan Depresi Post Partum


a. Terapi Obat
Obat diberikan untuk depresi sedang sampai berat obat yang umum digunakan
antara lain golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), SNRI, dan
tricyclic antidepressants serta benzodiasepin sebagai tambahan. Obat anti
depressant tidak dapat digunakan hanya 1-2 minggu, karena efeknya baru
terasa setelah 2 minggu. Umumnya diberikan selama 6 bulan.
b. Psikoterapi
Psikoterapi antara lain talking therapy, terapi interpersonal dan kognitif/
perilaku dan terapi psikodinamik. Talking therapy membantu pasien
mengenali masalah dan menyelesaikannya melalui give anta take verbal
dengan terapis. Pada terapi kognitif/perilaku, pasien belajar mengidentifikasi
dan mengubah persepsi menyimpang tentang dirinya serta menyesuaikan
perilaku untuk mengatasi lingkungan sekitar dengan lebih baik.
c. Konseling
Ibu akan diajak melihat bahwa merawat anak bukanlah kesulitan yang luar
biasa. Pelan-pelan diajak melihat fokus masalah, apa yang dihadapi dalam
merawat anak dan adakah masalah yang sekiranya bias diselesaikan.
d. Modifikasi Lingkungan
Lingkungan keluarga penting dalam penyembuhan. Suami harus pengertian.
Serta keluarga harus mendukung ibu serta membantu dalam merawat anak.

Anda mungkin juga menyukai