Anda di halaman 1dari 50

Visi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan
lanjut usia dengan menerapkan Ilmu dan Tekonologi Keperawatan

MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG MAWAR 1 RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Pendidikan Profesi


Ners Program Profesi
Mata Kuliah : Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan II
Semester/Kelas : VIII/Profesi Ners Tk. 4
Dosen Pembimbing : Ratna Ningsih, SKp.,M.Kes
Nama Kelompok : Kelompok 3
Hamida (P3.73.20.2.17.018)
Hedya Saraswati S (P3.73.20.2.17.019)
Kartika Witrianti (P3.73.20.2.17.020)
Kornelia Stephanie (P3.73.20.2.17.021)
Layla Rizqiyyah (P3.73.20.2.17.022)
Mawar Alfiana P (P3.73.20.2.17.023)
Nafissa Almandita (P3.73.20.2.17.024)
Nisrina Rifqi S (P3.73.20.2.17.025)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DAN PRGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM PROFESI JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................................2
C. Sistematika Penulisan..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan..............................................................4
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais...............................................................4
B. Timbang Terima.......................................................................................................6
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais...............................................................6
C. Penyusunan Jadwal Dinas.....................................................................................11
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais.............................................................12
D. Kepemimpinan........................................................................................................16
E. Keterampilan Manajemen dalam Fungsi Pengarahan........................................21
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais.............................................................21
F. Supervisi Klinik......................................................................................................33
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais.............................................................33
G. Indikator Mutu Klinik Keperawatan....................................................................37
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais.............................................................37
BAB III PENUTUP.............................................................................................................43
A. Kesimpulan.............................................................................................................43
B. Saran.......................................................................................................................43
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan proses untuk melaksnakan kegiatan
melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan evaluasi).
Setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari perencanaan dan diakhiri dengan
pengontrolan yang merupakan siklus yang berulang (Mugianti, 2016).
Pada makalah yang berjudul “Manajemen Keperawatan di Ruang Mawar
1 Rumah Sakit Kanker Dharmais” akan membahas seputar manajemen
keperawatan yang terdapat di Ruang Mawar 1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Menurut salah satu perawat di RS Kanker Dharmais, Ruang Mawar 1 merupakan
ruang rawat kelas 1 untuk pasien usia dewasa dengan kanker. Pasien yang di
rawat di Ruang Mawar 1 bisa berasal dari rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat
(IGD), High Care Unit (HCU), dan Intensive Care Unit (ICU). Ruang kamar
rawat inap terdapat 18 kamar, sebelum pandemi 1 kamar terisi 3 tempat tidur.
Namun, dalam kondisi pandemic, 1 kamar hanya terisi 2 tempat tidur untuk
meminimalisir penularan Covid-19. Total perawat di Ruang Mawar 1 sebanyak
45 perawat. Struktur organisasi pada Ruang Mawar 1 dipimpin oleh 1 kepala
ruangan dan dibantu oleh 1 Clinical Care Manager (CCM), serta 7 kepala tim.
Nilai BOR di Ruang Mawar 1 RSK Dharmais pada tahun 2020 sebesar 75,83%.
Dalam pemberian asuhan keperawatan, Ruang Mawar 1 menggunakan metode
gabungan tim dan perawat primer atau disebut sebagai model asuhan
keperawatan Moduler. Dalam 1 tim terdapat 5 sampai 6 perawat pelaksana mulai
dari PK (perawat klinik) III, II, I, dan Pra PK yang baru lulus masa pendidikan
keperawatan. Setiap perawat pelaksana memegang sebanyak 5 sampai 6 pasien.
Rata-rata lama rawat atau long of stay 5 sampai 10 hari. Dalam pembagian tugas,
untuk pasien dengan Partial Care (PC) dan Total Care (TC) akan diserahkan ke

1
PK III atau perawat dengan tingkat tertinggi. Namun, ketika pasien PC lebih
banyak, pembagian pasien dapat diberikan ke PK II, I, sampai Pra PK.
Suasana kerja keperawatan di Ruang Mawar 1 diawasi langsung oleh
kepala ruangan, CCM, serta masing-masing ketua tim untuk menjaga ketertiban
dalam pemberian asuhan. Ketika ada perawat yang melakukan kelalain seperti
lupa mengontrol Early Warning System (EWS) pasien, maka kelalai tersebut
akan dicatat dalam buku agenda, dan untuk sanksinya, perawat akan diberikan
tugas untuk mempelajari jurnal terbaru mengenai cara mengontrol EWS pada
pasien dan mempresentasikannya di depan kepala ruangan, CCM atau kepala tim.
Untuk proses asuhan keperawatan, setiap pasien baru di Mawar 1 baik dari rawat
jalan, IGD, HCU, serta ICU tetap dilakukan pengkajian awal di ruang Mawar 1
secara head to-toe.
Manajemen keperawatan dalam lingkup ruang rawat inap sangatlah
penting khususnya dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM)
keperawatan. Penyusunan pengorganisasian personil atau staffing dilakukan agar
dapat dilaksanakan rencana secara efektif dan efisien. Hal yang terdapat dalam
pengorganisasi meliputi struktur organisasi formal sebagai sarana
mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan
dan prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi (Mugianti, 2016).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami manajemen keperawatan di Ruang Rawat
Mawar 1 Rumah Sakit Kanker Dharmais
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran mengenai metode pemberian asuhan keperawatan
(metode penugasan) di Ruang Rawat Mawar 1 Rumah Sakit Kanker
Dharmais.
b. Mengetahui gambaran mengenai timbang terima di Ruang Rawat Mawar
1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
c. Mengetahui gambaran mengenai penyusunan jadwal dinas di Ruang
Rawat Mawar 1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
d. Mengetahui gambaran mengenai kepemimpinan di Ruang Rawat Mawar
1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
e. Mengetahui gambaran mengenai keterampilan manajemen dalam fungsi
pengarahan (motivasi, delegasi, manajemen konflik, kolaborasi, dan
negosiasi) di Ruang Rawat Mawar 1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
f. Mengetahui gambaran mengenai supervise klinik di Ruang Rawat Mawar
1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
g. Mengetahui gambaran mengenai indicator mutu klinik keperawatan di
Ruang Rawat Mawar 1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.

C. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyelesaian dari makalah ini, maka penulis Menyusun
sistematika penulisan sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II Isi membahas tentang analisa manajemen keperawatan di Ruang
Mawar 1 Rumah Sakit Kanker Dharmais.
3. Bab III Penutup berisi simpulan dan saran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan


Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais

Fakta Teori Analisa Rekomendasi Kelompok


Metode pemberian asuhan Pelaksanaan keperawatan dengan Seperti teori yang sudah Menurut kelompok metode asuhan
keperawatan pada ruang metode tim ini seluruh pasien yang ada disampaikan bahwa metode keperawatan yang
mawar 1 RSK Dharmais yaitu di bawah tanggung jawab tim diberian keperawatn tim yaitu pasien digunakanruang mawar 1 RSK
berupa metode tim dimana keperawatan oleh masing-masing atau klien diasuh oleh tim Dharmasi sudah sesuai, karena
ketua tim bertanggung jawab anggota mulai dari pengkajian hingga yang terbentuk dan ditetapkan Penanggung jawab maupun katim
dalam mengarahkan evaluasi, akan tetapi pengambilan oleh pimpinan keperawatn , shift bertanggung jawab dalam
anggotanya. Perawat keputusan setiap tahapan proses mulai sejak masuknya hingga mengarahkan anggotanya sebelum
pelaksana atau perawat berdasarkan keputusan bersama dalam pasien keluar dari tugas dan menerima laporan
anggota melakukan tindakan, tim (Kamalia et al., 2020). perawatan.sesuai dengan fakta kemajuan pelayanan keperawatan
apabila tidak dapat memenuhi bahwa asuhan keperawatan di klien serta membantu anggota tim
tindkannya perawat lain RSKD Mawar 1 menggunkan dalam menyelesaikan tugas
maupun katim membantu metode tim apabila mengalami kesulitan.
menyelesaikan permasalahn Sehingga kualitas asuhan
4
yang terjadi pada pasien. Lalu keperawatan di ruangan semakin
biasanya 1 perawat di ruang baik
mawar 1 memegang 5-6
pasien kemudian apabila
mengalami kesulitan dalam
melakukan tindakan anggota
tim lainnya membantu
menyelesaikan tindakan
asuhan keperawatan yang
diberikan.

5
B. Timbang Terima
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais

TEORI ANALISIS REKOMENDASI


FAKTA
KELOMPOK
Ruang Mawar 1 RSK 1. Tujuan Timbang Terima 1. Mekanisme timbang Menurut kelompok, timbang
Dharmais menerapkan timbang terima sesuai dengan terima yang dilakukan di ruang
Menurut Nursalam (2011) tujuan
terima setiap pergantian shift, teori yang ada, seperti Mawar 1 RSKD sudah terlaksana
dilaksanakan timbang terima adalah
hal-hal yang memerlukan
telah melakukan dengan baik. Sudah tersampaikan
perincian telah dicatat secara a. Menyampaikan kondisi atau
keadaan pasien secara umum. persiapan dengan baik point penting dalam timbang terima
khusus untuk kemudian diserah
terimakan kepada perawat sebelum melakukan meliputi: data umum pasien, kondisi
b. Menyampaikan hal yang
yang akan bertugas berikutnya sudah/belum dilakukan dalam proses timbang terima pasien, tindakan yang sudah dan
dan pelaporan timbang terima asuhan keperawatan kepada dan pelaksanaan akan dilakukan. Namun terdapat
dituliskan pada EMR pasien. timbang terima oleh kekurangan karena
(Elektronik Medikal Record).
c. Menyampaikan hal-hal penting kedua kelompok pendokumentasian timbang terima
Sejak 1 tahun yang lalu
yang perlu ditindaklanjuti oleh pergantian shift yang tidak ditanda tangani oleh kedua
RSK Dharmais telah
dinas berikutnya. telah diterapkan sesuai belah pihak. Karena sesuai dengan
menerapkan pendokumentasian
secara digital menggunakan d. Tersusunnya rencana kerja untuk dengan standar teori menurut (nursalam, 2012)
EMR dengan aplikasi CPPT dinas berikutnya. operasional prosedur di setelah pelaporan timbang terima
(Catatan Perkembangan Pasien 2. Mekanisme Timbang Terima RSK Dharmais. dilakukan penandatanganan oleh
Terintegrasi). Namun, dokter

6
di ruang Mawar 1 belum Adapun prosedur pelaksanaan 2. Metode yang karu dan PP masing-masing
sepenuhnya menggunakan timbang terima adalah sebagai berikut digunakan di ruang kelompok dinas. Dan menurut
EMR, banyak yang masih Mawar 1 dalam kelompok, penandatanganan
a. Pra timbang terima (di ruang
tertulis tangan secara manual. perawat) pelaksanaan timbang tersebut penting untuk mencegah
Setelah selesai
1) Kedua kelompok dinas sudah terima adalah metode human eror dan dapat dipertanggung
mengetahui perkembangan
pasien, jumlah pasien, apa siap. tradisional dan bedside jawabkan.
yang perlu ditindaklanjuti oleh 2) Masalah keperawatan dan handover. Dimana
perawat yang dinas intervensi keperawatan semua sebelum melibatkan
selanjutnya, kedua kelompok pasien telah dilaksanakan dan pasien dan keluarga
perawat keliling ke ruangan didokumentasikan oleh perawat
dalam diskusi, perawat
pasien dengan membawa pada dinas sebelumnya dan siap
untuk ditimbang terimakan. melakukan timbang
laptop, lalu menjelaskan ke
pasien dan keluarga terima di ruang perawat
3) Hal-hal yang khusus dicatat,
tindakan/terapi apa yang akan menggunakan EMR.
untuk diserahterimakan kepada
dilakukan selanjutnya. perawat (PP dan PA) yang 3. Pelaksanaan timbang
Saat pelaksanaan timbang berdinas berikutnya. terima dipimpin oleh
terima, dipimpin oleh kepala
b. Timbang terima (di ruang perawat) kepala ruangan.
ruangan dan ketua tim.
4. Hal-hal yang
Pembacaan kondisi pasien 1) Karu atau penanggung jawab
disampaikan dalam
dilakukan di ruang perawat membuka acara timbang terima.
atau di luar kamar pasien, timbang terima adalah
2) PP (Perawat Primer)
untuk mencegah sesuatu hal kondisi atau keadaan

7
atau kondisi yang membuat menyampaikan timbang terima pasien, hal yang
pasien dan keluarga terkejut (Identitas pasien dan diagnosa sudah/belum dilakukan
dan untuk menjaga privasi medis, masalah keperawatan
dalam asuhan
pasien. Saat dokter visit atau yang muncul, tindakan
keperawatan yang sudah keperawatan kepada
timbang terima perawat dengan
dilakukan, tindakan pasien, menyampaikan
dokter, yang mendampingi
keperawatan yang belum apa yang perlu
adalah kepala ruangan, ketua
dilakukan, rencana dan
tim atau perawat CCM. Setelah ditindaklanjuti di shift
persiapan yang perlu dilakukan
dokter selesai perawat yang (persiapan operasi, pemeriksaan selanjutnya.
mendampingi melakukan penunjang, konsultasi atau
kunjungan, dilakukan prosedur tidak rutin)).
pencacatan di ruang perawat.
3) PP penerima timbang terima
Misalnya tertulis, Katim X
melakukan klarifikasi.
mendampingi dr. X,
instruksinya pasien X akan c. Timbang terima (di ruang pasien)
melakukan kemoterapi besok.
1) PP (Perawat Primer) dan PA
Hal itu dilakukan supaya
(Perawat Asosiat) penerima
perawat memiliki
timbang terima melakukan
pendokumentasian dan perawat klarifikasi, tanya jawab atau
yang memegang pasien terkait melakukan validasi terhadap
mengetahui apa yang harus hal-hal yang telah ditimbang
dilakukan, meskipun dokter terimakan.
telah melakukan pencacatan.
Namun, seringkali perawat 2) Sedapatnya mengupayakan
yang bertanggungjawab atas penyampaian yang jelas, singkat
pasien terkait sibuk dengan dan padat.
adanya tindakan, sehingga hal 3) Lamanya timbang terima tiap
ini menyebabkan adanya pasien tidak lebih dari 5 menit,
keterlambatan tindakan karena kecuali dalam kondisi khusus
telat membaca instruksi. dan memerlukan keterangan
yang lebih rinci.

d. Paska timbang terima (di ruang


perawat)

1) Diskusi untuk membahas


permasalahan bila ada
(dipimpin Karu atau
penanggung jawab).

2) Pelaporan untuk timbang terima


dituliskan secara langsung pada
format laporan ruangan.

3) Penandatanganan oleh Karu dan


PP masing-masing kelompok
dinas.

4) Acara timbang terima ditutup

9
oleh Karu atau penanggung
jawab.

3. Metode Timbang Terima

a. Timbang terima dengan metode


tradisional

Berdasarkan penelitian yang


dilakukan oleh Kassesan dan
Jagoo (2005) disebutkan bahwa
timbang terima jaga (handover)
yang masih tradisional adalah

1) Dilakukan hanya di meja


perawat.

2) Menggunakan satu arah


komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.

3) Jika ada pengecekan ke pasien


hanya sekedar memastikan
kondisi secara umum. Tidak ada
kontribusi atau feedback dari
pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh
pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.

b. Timbang terima dengan metode


handover

Menurut Kassean dan Jagoo


(2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan
model bedside handover yaitu
handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien
dengan melibatkan pasien watau
keluarga pasien secara langsung
untuk mendapatkan feedback.

11
C. Penyusunan Jadwal Dinas
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais
Fakta Teori Analisa Rekomendasi Kelompok
Jumlah perawat di ruang 1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan 1. Pemilihan Dari perhitungan menurut rumus
Mawar 1 ada 45 perawat, 45 yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu: penggunaan metode gillies di dapatkan seharusnya
perawat disini terdiri dari 11 a. Keperawatan langsung: Gillies dalam jumlah tenaga adalah 33 orang
orang perawat Pra PK, 13 orang Keperawatan mandiri 6 orang pasien 6× 2 menghitung jumlah sedang yang ada saat ini adalah 45
PK 1, 8 orang PK 2, dan 13 jam = 12 jam tenaga perawat orang, hal ini bahwa tenaga diruang
orang PK 3. Dalam satu tim Keperawatan sebagian 14 orang pasien 14 × diruang rawat sangat Mawar 1 sudah cukup, sehingga
berisi perawat Pra PK, PK 1, 2, 3 jam = 42 jam tepat, dikarenakan mutu pelayanan keperawatan akan
dan 3. Di Rumah Sakit Kanker Keperawatan total 9 orang pasien 9 × 6 jam bervariasinya tingkat lebih maksimal dilakukan.
Dharmais ruang Mawar 1 yang = 54 jam kebutuhan pasien
menyusun jadwal dinas perawat + mulai dari selfcare,
adalah kepala ruangan, Jumlah 108 partialcare, hingga
perhitungan jumlah tenaga jam total care. Dan rata-
perawat yang digunakan adalah b. Keperawatan tidak langsung: rata pasien ruang
metode Gillies. 29 orang pasien × 1 jam = 29 jam mawar adalah
Setelah dibuat jadwal kepala 2) Penyuluhan kesehatan = 29 orang pasien × 0,25 partialcare dan
ruangan akan mengajak diskusi jam = 7,25 jam totalcare
perawat pelaksana dan ketua 3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga 2. Dinas pagi ada 9
tim mengenai jadwal yang keperawtan pada ruangan tersebut adalah perawat, dinas sore

13
dibuat guna apabila perawat ada langsung dengan menggunkan rumus Gillies di dan malam ada 7
yang hendak mengajukan cuti atas, perawat dengan
dapat dipertimbangkan. Tidak 108+29+ 7,25 = 4.97 kompetensi yang
semua pengajuan cuti perawat 29 berbeda-beda. Hal ini
dapat diterima, karena 4.97 x29x 365 = 27.74 = 28 sesuai dengan PMK
mengingat rata-rata tingkat 1896 no. 10 tentang standar
ketergantungan pasien partial Kebutuhan tenaga 28x20 % = 28+ 5 = pelayanan
care dan total care. Masing- 33 orang keperawatan di rumah
masing perawat di ruang mawar 4) Total jam secara keseluruhan adalah 128,25 sakit khusus kanker,
bertanggung jawab terhadap 4-6 jam. dimana dalam
pasien. Menentukan jumlah total jam keperawatan yang perencanaan staf
Jadwal dinas tidak hanya dibutuhkan per pasien per hari adalah 128,25 keperawatan meliputi
dibuat untuk perawat saja jam ÷ 29 pasien = 4,42 jam. jumlah, jenis, dan
melainkan ada jadwal untuk 29x4.42 = 16 kualifikasi
pramu husada, data entry, dan 8 (pendidikan,
bagian rumah tangga. Hal ini 5) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keterampilan, sikap
dilakukan agar manajemen keperawatan yang dibutuhkan per hari, yaitu: dan pengalaman)
fasilitas dan keamanan 29 orang × 4.42 jam = 16 orang yang dipersyaratkan
lingkungan tetap berjalan 16 - 4 = 12 orang dalam memberikan
walaupun sedang dinas sore 6) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang pelayanan.
ataupun dinas malam. Jadwal di dibutuhkan per sif, yaitu dengan ketentuan 3. Perawat di Ruang
ruang Mawar 1 dibuat untuk 1 menurut Eastler (Swansburg, 1990). Mawar 1 RSKD
bulan, dengan jumlah dinas a. Sif pagi 47%= 47%x12 = 6 orang memiliki beban kerja
malam rata-rata 7 kali dinas b. Sif sore 36%= 36%x 12 = 4 orang 20 hari dalam 1
malam. Dinas pagi mulai pukul c. Sif malam 17%= 17%x 12 = 2 orang bulan, dengan
08.00-13.30, dinas siang mulai ketentuan setelah 2
13.30-20.30, dan untuk dinas kali dinas malam
malam 20.30-08.00. Dinas pagi perawat akan lepas
ada 9 perawat, dinas sore dan libur. Hal ini
malam ada 7 perawat dengan dikarenakan untuk
kompetensi yang berbeda-beda. mempertahankan
Perawat di Ruang Mawar 1 program mutu untuk
RSKD memiliki beban kerja 20 menurunkan resiko
hari dalam 1 bulan, dengan dan proses-proses
ketentuan setelah 2 kali dinas yang beresiko
malam perawat akan lepas libur. menimbulkan
Apabila perawat akan masalah.
mengajukan cuti mendadak,
maksimal 4 jam sebelum mulai
dinas perawat melapor kepada

15
kepala ruangan kemudian tukar
shift dengan anggota tim
lainnya. Apabila perawat sakit
harus menyertakan surat sakit
dan lapor kepala ruangan
kemudian tukar shift dengan
anggota tim lainnya. Setiap shift
terdapat ketua tim. Jika ada
acara yang diselenggarakan
peruangan maka akan tukar jaga
dengan ruang lain secara
personal untuk shift pagi dan
sore.

D. Kepemimpinan

Fakta Teori Analisa Rekomendasi Kelompok


Di ruang Mawar 1 RSKD, gaya Gaya kepemimpinan merupakan Dalam ruangan mawar 1 RSKD disini Berdasarkan analisa tersebut, dalam
cara seseorang memanfaatkan
kepemimpinan yang digunakan merupakan ruangan untuk pasien dewasa ruang mawar 1 sudah menganut
kekuatan yang tersedia untuk
berupa demokratik atau memimpin orang lain. Setiap dengan total bed 36 buah dan total perawat gaya kepemimpinan yang sesuai
pemimpin memiliki gaya
demokratis karena karu dalam kepemimpinan yang berbeda. Gaya 45 orang serta dalam satu shiftnya terdiri untuk ruangan tersebut.
kepemimpinan ini diidentifikasi
mengambil keputusan dari 5-6 perawat. Oleh karena jumlah Rekomendasi kelompok dalam hal
sebagai otoriter, demokrtais dan
manajemen turut mengikut laissez-faire (lewin, 1951 dalam perawat yang sedikit dengan pasien yang ini, karu sebagai leader atau
Murray, 2017).
sertakan perawat yang lain. banyak diharapkan dalam gaya pemimpin saat mengambil
a. Otoriter (Otokratis)
1) Membuat masukan tanpa kepemimpinan demokratik dapat keputusan dan memberikan arahan
masukan dari tim
meningkatkan semangat perawat dan harus lebih menekankan pada
2) Tidak mempertimbangkan
saran berharga dari masukan pemimpin menggunakan posisinya untuk hubungan interpersonal dan kerja
anggota tim
mendapatkan pandangan dan pemikiran kelompok.
3) Berpotensi menurunkan
semangat anggota tim perawat lainnya serta memotivasi mereka
Gaya ini cenderung menyebabkan
untuk menentukan tujuan dan
permusuhan dan agresif atau apatis
sampai menurunnya inisiatif. mengembangkan rencana. Gaya
Contoh Kepala Ruang menetapkan
kepemimpinan demokratis bagus
jadwal dinas, sanksi sesuai aturan,
tanpa mempertimbangkan alasan diterapkan karena akan cenderung
staf perawat yang mengajukan ijin
meningkatkan produktivitas dan kepuasan
b. Demokratis kerja. Gaya demokratik juga menuntut
1) Berharap anggota tim
dorongan masukan dari setiap tim.
berkontribusi dalam proses
pengambilan keputusan
2) Mendorong masukan tim
3) Menganalisis dan membuat
keputusan akhir
4) Meningkatkan partisipasi

17
dalam proyek dan solusi
kreatif
5) Menghasilkan produksi dan
kepuasan yang lebih tinggi
Contoh Kepala Bidang
Keperawatan selalu meminta
Kepala Ruang memberikan
masukan untuk sebuah perubahan
kebijakan

c. Laissez Fair
1) Memberikan saran, dukungan,
dan jadwal dengan keterlibatan
tingkat rendah
2) Kurang fokus atau manajemen
waktu, mengakibatkan
kepuasan kerja yang tinggi
dengan risiko produktivitas
rendah
3) Risiko potensi anggota tim
tidak memiliki pengetahuan
untuk melaksanakan tugas
4) Mungkin menemukan
ketidaksepakatan intrateam
umum, yang dapat
menghasilkan
ketidakharmonisan
Gaya kepemimpinan ini efektif bila
bawahan mempunyai kemampuan
dan tanggung jawab yang tinggi.
Bila kemampuan dan tanggung
jawab bawahan kurang cenderung
menimbulkan keresahan dan
frustasi. Contoh Kepala Ruang
tidak pernah mau tahu apa yang
sedang terjadi di ruangan, staf
perawat yang tidak disiplin tidak
mendapat teguran yang penting
aman.

19
E. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan
apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam
Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan
mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989).
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota
kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily,
Lancoster & Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan
kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996). Sedangkan menurut
Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi,
suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui
'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut
mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai
segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi".
Dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut dapat kita ambil
kesimpulan bahwa ada kata kunci yang bisa kita ambil dari pengertian di atas
yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sebagai
pengikutnya kepemimpinan ada empat aspek, yaitu: 1) Leader, 2) Pengikut,
3) tujuan, dan 4) situasi dan komunikasi.
2. Syarat Pemimpin
Pemimpin yang handal harus mempunyai syarat-syarat (karakteristik)
tertentu yang menunjukkan kecakapannya. Menurut Mugianti (2016) ada 3
syarat pemimpin yaitu: kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan.
a. Kekuasaan, merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk memimpin suatu kelompok.
b. Kewibawaan, merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang
yang membuat orang lain bersedia melakukan perbuatan tertentu.

20
c. Kamampuan, merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap
melebihi kemampuan anggota kelompok lainnya.
3. Peran Pemimpin
Menurut Mugianti (2016), pemimpin memiliki peran sebagai berikut:
a. Interpersonal role: peranan yang berkaitan dengan hubungan antar
pribadi.
b. Informational role: peranan yang berhubungan dengan informasi, baik
informasi yang diterima maupun harus disampaikan.
c. Decisional role: peranan terkait dengan pembuatan keputusan.
Sebagai seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan, kewibawaan
dan kemampuan di atas anggota kelompok lainnya maka dalam
kepemimpinan harus memperhatikan azas-azas kepemimpinan.
4. Azas-Azaz Kepemimpinan
a. Azas Kemanusiaan
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagi manusia.
b. Azas Efisiensi
c. Dengan sumber daya yang terbatas, pemimpin dapat mengefisienkan
untuk kepentingan kelompoknya.
d. Azas Kesejahteraan yang lebih merata
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang dapat
mengganggu jalannya organisasi.
5. Fungsi Kepemimpinan
a. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
b. Menjalin komunikasi yang baik
c. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan
yang telah ditetapkan
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran
bagi yang lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar
Dewantoro. Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar
Dewantoro.
a. Ing Ngarso sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh.

21
b. Ing Madyo Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas.
c. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan
dorongan dan motivasi.
6. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan
kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin
memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang menjadi kunci
gaya kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling
melengkapi dan mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu: pemimpin itu
sendiri, orang yang dipimpin dan situasi, seperti pada gambar dibawah ini:

Berikut ini adalah uraian dari teori tersebut:


a. Teori Bakat
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat muncul
karena adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki
oleh orang yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak
sepenuhnya benar sebab setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinannya.
b. Teori Perilaku
1) Otokratik: Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol
maksimal terhadap staf, membuat keputusan sendiri dalam
menentukan tujuan kelompok. Lebih menekankan pada penyelesaian
tugas dari pada hubungan interpersonal. Gaya ini cenderung
menyebabkan permusuhan dan agresif atau apatis sampai menurunnya
inisiatif. Contoh Kepala Ruang menetapkan jadwal dinas, sanksi
sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan alasan staf perawat yang
mengajukan ijin
2) Demokratik: Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada hubungan
interpersonal dan kerja kelompok. Pemimpin menggunakan posisinya
untuk mendapatkan pandangan dan pemikiran bawahan serta
memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan mengembangkan
rencana. Hal ini cenderung meningkatkan produktivitas dan kepuasan
kerja. Contoh Kepala Bidang Keperawatan selalu meminta Kepala
Ruang memberikan masukan untuk sebuah perubahan kebijakan.
3) Laissez Fair: Pemimpin memberikan kebebasan bertindak,
menyerahkan perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa
diberi petunjuk atau bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat
sedikit merencanakan dan membuat keputusan. Gaya kepemimpinan
ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
yang tinggi. Bila kemampuan dan tanggung jawab bawahan kurang
cenderung menimbulkan keresahan dan frustasi. Contoh Kepala
Ruang tidak pernah mau tahu apa yang sedang terjadi di ruangan, staf
perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran yang penting
aman.
c. Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan
perubahan situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin yang efektif
pada situasi tertentu belum tentu mampu bersikap dan bertindak efektif
pada situasi lain.
7. Ciri-Ciri Pemimpin yang Efektif
a. Menyusun tujuan dan mempunyai pandangan jauh ke depan
b. Mengembangkan diri
c. Berpikir kritis
d. Menyelesaikan masalah
e. Menghormati individu
f. Mendengarkan orang lain dan mempunyai ketrampilan berkomunikasi

23
Di ruang Mawar 1, Kepala ruangan di ruangan keperawatan sudah
memiliki wibawa, memiliki kemampuan memimpin, dan dapat memaksimalkan
wewenang kekuasaan yang kepala ruangan miliki untuk mengelola sebuah
ruangan. Kepala ruangan dapat dijadikan role model oleh perawat yang lain,
memiliki tanggung jawab dan dapat membuat keputusan yang baik dan tepat.

1. Rekomendasi Kelompok
Rekomendasi kelompok, dalam ruang mawar 1 sudah menganut gaya
kepemimpinan yang sesuai untuk ruangan tersebut, gaya demokratis
mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Lebih
menekankan pada hubungan interpersonal dan kerja kelompok. Pemimpin
menggunakan posisinya untuk mendapatkan pandangan dan pemikiran
bawahan serta memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan
mengembangkan rencana. Hal ini bagus karena akan cenderung
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
F. Keterampilan Manajemen dalam Fungsi Pengarahan
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais

Fakta Teori Analisa Rekomendasi Kelompok


Motivasi Pengertian motivasi menurut Edy Berdasarkan teori yang telah Menurut kelompok, motivasi yang
Motivasi yang biasa (2014), lebih spesifik disampaikan bahwa motivasi dilakukan di Ruang Mawar 1 RSK
dilakukan oleh perawat di mengatakan bahwa motivasi dapat dilakukan dengan cara Dharmais sudah sesuai. Namun,
Ruang Mawar 1 RSK adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk lebih baik lagi jika perawat
Dharmais adalah dengan mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, hal mendapatkan kompensasi yang
mengikuti family gathering melakukan suatu aktivitas ini sudah sesuai dengan fakta mana kompensasi tersebut akan
yang bisa diikuti oleh tertentu, oleh karena itu motivasi bahwa Ruang Mawar 1 mempengaruhi kinerja perawat
perawat dan anggota seringkali diartikan pula sebagai melakukan family gathering untuk menjadi lebih baik lagi.
keluarga. Namun, pada saat faktor pendorong perilaku pada saat sebelum pandemi. Karena pada kenyataannya masih
pandemic Covid-19 seperti seseorang. Namun pada saat pandemi, banyak perawat yang merasakan
sekarang ini tidak kegiatan yang dilakukan untuk kurangnya perhatian dalam bentuk
memungkinkan untuk meningkatkan motivasi perawat kompensasi yang sesuai baik
mengadakan family menjadi berkurang. secara finansial maupun non-
gathering. Motivasi yang bisa finansial.
dilakukan oleh perawat pada
saat ini adalah dengan cara

25
memotivasi diri sendiri dan
rekan kerja yang lain agar
dapat memberikan kinerja
yang baik.
Manajemen Konflik Kreitner dan Kinicki Berdasarkan teori yang ada, Menurut kelompok, teknik
Jika ada sebuah konflik di (2005) mengungkapkan lima manajemen yang dilakukan di manajemen konflik yang
ruangan, ketua tim akan gaya penanganan konflik (Five ruangan sudah sesuai. Jika dilakukan untuk memecahkan
memanggil perawat yang Conflict Handling Styles). Model terjadi kesalahpahaman metode kesalahpahaman tersebut sudah
bersangkutan untuk ini ditujukan untuk menangani penyelesaian yang paling tepat tepat. Namun, bisa lebih
mengidentifikasi masalah konflik disfungsional dalam digunakan adalah problem diperhatikan lagi untuk perilaku
yang dihadapi kemudian organisasi. Menggambarkan sisi solving. Jika terjadi konflik atau asertif setiap perawat. Perilaku
mencari solusi alternatif pemecahan masalah yang kesalahpahaman, orang yang asertif sendiri merupakan tindakan
secara bersama. Jika ketua berorientasi pada orang lain turun untuk mengatasi masalah mengemukakan pendapat atau
tim bisa menyelesaikan (concern for others) dan tersebut pertama kali adalah ekspresi tidak setuju tanpa
konflik tersebut maka ketua pemecahan masalah yang ketua tim lalu kemudian kepala menyakiti orang lain. Berperilaku
tim hanya perlu berorientasi pada diri sendiri ruangan. tidak asertif seorang perawat
menyampaikan hal tersebut (concern for self). Kombinasi dalam bekerja dapat menyebabkan
kepada kepala ruangan. dari kedua variabel ini terjadinya konflik.
Namun, jika ketua tim tidak menghasilkan lima gaya
dapat mengatasi konflik penanganan masalah yang
tersebut, maka kepala berbeda, yaitu integrating,
ruangan akan turun tangan obliging, dominating, avoiding,
untuk membantu mencari dan compromising.
jalan keluar untuk konflik 1) Integrating (Problem
tersebut. Teknik manajemen Solving)
konflik yang digunakan pada Proses integrasi
contoh diatas adalah berkaitan dengan mekanisme
Integrating (Problem pemecahan masalah
Solving). (problem solving), seperti
dalam menentukan diagnosis
dan intervensi yang tepat
dalam suatu masalah. Dalam
gaya ini pihak-pihak yang
berkepentingan secara
bersama-sama
mengidentifikasikan masalah
yang dihadapi, bertukar
informasi, kemudian
mencari, mempertimbangkan
dan memilih solusi alternatif

27
pemecahan masalah. Gaya ini
cocok untuk memecahkan
isu-isu kompleks yang
disebabkan oleh salah paham
(misunderstanding), tetapi
tidak sesuai untuk
memecahkan masalah yang
terjadi karena sistem nilai
yang berbeda. Kelemahan
utamanya adalah
memerlukan waktu yang
lama dalam penyelesaian
masalah.
Langkah-langkah
untuk mencapai solusi ini
antara lain adalah mulai
dengan berdiskusi, dengan
waktu dan tempat yang
kondusif, menghargai
perbedaan individu, bersikap
empati dengan semua pihak,
menggunakan komunikasi
asertif dengan mamaparkan
isu dan fakta dengan jelas,
membedakan sudut pandang,
meyakinkan bahwa tiap
individu dapat
menyampaikan idenya
masing-masing, membuat
kerangka isu utama
berdasarkan prinsip yang
umum, menjadi pendengar
yang baik. Setuju terhadap
solusi yang menyeimbangkan
kekuatan dan memuaskan
semua pihak sehingga
dicapai “win-win solution”.
2) Obliging (Smoothing)
Seseorang yang
bergaya obliging lebih

29
memusatkan perhatian pada
upaya untuk memuaskan
pihak lain daripada diri
sendiri. Gaya ini sering pula
disebut smoothing
(melicinkan), karena
berupaya mengurangi
perbedaan-perbedaan dan
menekankan pada persamaan
atau kebersamaan di antara
pihak-pihak yang terlibat.
Kekuatan strategi ini terletak
pada upaya untuk mendorong
terjadinya kerjasama.
Kelemahannya, penyelesaian
bersifat sementara dan tidak
menyentuh masalah pokok
yang ingin dipecahkan.
3) Dominating (Forcing)
Orientasi pada diri
sendiri yang tinggi, dan
rendahnya kepedulian
terhadap kepentingan orang
lain, mendorong seseorang
untuk menggunakan taktik
“saya menang, kamu kalah”.
Gaya ini sering disebut
memaksa (forcing) karena
menggunakan legalitas
formal dalam menyelesaikan
masalah. Gaya ini cocok
digunakan jika cara-cara
yang tidak populer hendak
diterapkan dalam
penyelesaian masalah,
masalah yang dipecahkan
tidak terlalu penting, dan
harus mengambil keputusan
dalam waktu yang cepat.
Namun, teknik ini tidak tepat

31
untuk menangani masalah
yang menghendaki adanya
partisipasi dari mereka yang
terlibat dan juga tidak tepat
untuk konflik yang bersifat
kompleks. Kekuatan utama
gaya ini terletak pada
minimalnya waktu yang
dibutuhkan untuk
menyelesaikan konflik.
Kelemahannya, sering
menimbulkan kejengkelan
atau rasa berat hati untuk
menerima keputusan oleh
mereka yang terlibat.
4) Avoiding
Teknik menghindar
cocok digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang
sederhana, atau jika biaya
yang harus dikeluarkan untuk
konfrontasi jauh lebih besar
daripada keuntungan yang
diperoleh. Gaya ini tidak
cocok untuk menyelesaikan
masalah-malasah yang sulit
atau “buruk”. Teknik ini
kurang tepat pada konflik
yang menyangkut isu-isu
penting, dan adanya tuntutan
tanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah
secara tuntas. Kekuatan dari
strategi penghindaran adalah
jika kita menghadapi situasi
yang membingungkan atau
mendua (ambiguous
situations). Sedangkan
kelemahannya, penyelesaian
masalah hanya bersifat

33
sementara dan tidak
menyelesaikan pokok
masalah.
5) Compromising
Gaya ini
menempatkan seseorang pada
posisi moderat, yang secara
seimbang memadukan antara
kepentingan sendiri dan
kepentingan orang lain. Ini
merupakan pendekatan saling
memberi dan menerima (give
and take approach) dari
pihak-pihak yang terlibat.
Kompromi cocok digunakan
untuk menangani masalah
yang melibatkan pihak-pihak
yang memiliki tujuan
berbeda tetapi memiliki
kekuatan yang sama.
Kekuatan utama dari
kompromi adalah pada
prosesnya yang demokratis
dan tidak ada pihak yang
merasa dikalahkan. Tetapi
penyelesaian konflik kadang
bersifat sementara dan
mencegah munculnya
kreativitas dalam
penyelesaian masalah.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Hendel
(2005), gaya ini merupakan
gaya yang paling banyak
dipilih oleh perawat dalam
menyelesaikan konflik yang
terjadi.

35
G. Supervisi Klinik
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais

Teori Analisis Rekomendasi


Fakta
Kelompok
Supervisi di RSK Menurut Suryaningsih (2017), Supervisi di RSK Model supervisi yang
Dharmais ruang mawar 1 menganalisis bahwa jenis supervise klinis Dharmais ruang mawar 1 digunakan di ruang
dilakukan oleh masing- yang paling efektif, yaitu: menggunakan metode mawar 1 menggunakan
masing ketua tim terhadap 1. Supervisi klinis model proctor modifikasi reflektif proctor model modifikasi
perawat baru. Sementara, Penelitian lainnya dari Winstanley, J., & karena model ini reflektif proctor. Model
ketua tim dilakukan White, E. (2013) dengan mengadopsi mencangkup fungsi formatif, ini menurut penelitian
supervisi oleh kepala keperawatan model proctor yang terdiri normative dan restorative (Suryaningsih, 2017)
ruangan. Dalam dari tiga fungsi meliputi pengembangan serta mengevaluasi merupakan model
pelaksanaannya kegiatan sumber daya professional (normatif), pengalaman praktek individu. supervisi yang efektif jika
supervisi yang dilakukan pemberdayaan melalui pendidikan Model ini perlu dilihat dari evidence
belum terjadwal dengan (formatif), dan peningkatan dokumentasi dipertahankan. based literature review.
baik. Namun biasanya, yang efisien serta membantu perawat Model ini efektif karena
supervisi dilakukan untuk yang tidak termotivasi (restoratif). terdiri dari 3 fungsi yaitu
perawat baru dan perawat Penerapan supervisi klinis ini memiliki fungsi normatif, formatif
yang akan naik PK. Sudah manfaat untuk meningkatkan perasaan dan restoratif serta

36
ada format penilaian yang termotivasi dan kesejahteraan pribadi, mengidentifikasi
baku untuk kegiatan selain itu dapat meningkatkan pengalaman personal dari
supervisi dan hasilnya telah pengetahuan dan kesadaran diri dalam supervisee sehingga dapat
di dokumentasikan dengan menyelesaikan masalah klinis, meningkatan mutu
baik. Kepala ruangan akan meningkatkan kepercayaan diri, pelayanan keperawatan
menuliskan catatan kinerja menekan ketegangan emosional,
perawat di buku pembinaan meningkatkan nilai moral,
perawat sebagai bahan meningkatkan kepuasan kerja,
evaluasi untuk perawat menurunkan angka kehadiran, serta
sehingga upaya perbaikan dapat meningkatkan partisipasi.
dalam pelayanan 2. Supervisi klinis model reflektif
keperawatan akan lebih Supervisi klinis merupakan proses
mudah. Cara supervisi di refleksi yang dipandu, dimana
ruang mawar dilakukan supervisor membantu supervisee dengan
secara langsung: menggunakan pertanyaan pemicu untuk
1. Langsung Supervisi membimbing perawat melalui proses
dilakukan langsung pada reflektif yang aktif dengan tujuan untuk
kegiatan yang sedang lebih memahami praktik keperawatan
berlangsung. Pada supervisi dan bagaimana hal itu dapat
modern diharapkan mempengaruhi individu perawat/

37
supervisor terlibat dalam kepribadian individu.
kegiatan agar pengarahan 3. Modifikasi reflektif proctor
dan pemberian petunjuk Efektifitas supervisi keperawatan
tidak dirasakan sebagai melalui evidenced based dan hasil
perintah. Cara memberikan sintesa menyatakan supervisi yang
pengarahan yang efektif paling efektif adalah supervisi Proctor.
adalah Supervisi Proctor terdiri 3 fungsi yaitu
a. Pengarahan harus fungsi normatif, formatif, dan restoratif
lengkap (Lynch et al, 2010). Dalam fungsi
b. Mudah dipahami dan formatif terdapat praktik reflektif namun
menggunakan kata-kata dalam Proctor reflektif tidak
yang tepat mengeksplore tentang pengalaman
c. Berbicara dengan jelas personal (Dawson, M., et al 2012). Oleh
dan lambat karena itu perlu adanya model reflektif
d. Berikan arahan yang dalam supervisi klinis untuk
logis mengidentifikasi pengalaman personal
e. Hindari memberikan dari objek yang akan disupervisi. Hal ini
banyak arahan pada satu didukung oleh penelitian Edward et al
waktu (2005) bahwa dalam pelaksanaan
f. Pastikan bahwa arahan supervisi klinis dengan memberikan
dipahami kesempatan untuk mendiskusikan dan
g. Yakinkan bahwa arahan menyelesaikan masalah pribadi sesuai
anda dilaksanakan atau dengan tingkat kebutuhan.
perlu tindak lanjut

39
H. Indikator Mutu Klinik Keperawatan
Analisa Ruang Mawar 1 RSK Dharmais
Berikut lampiran hasil penilaian indikator mutu Ruang Mawar 1

No. Indikator Nilai Standar Numerator/ Denumerator


1. Presentase angka kejadian pasien jatuh Jumlah seluruh pasien yang mengalami jatuh
< 3%
Jumlah pasien yang berisiko jatuh
2. Presentase kesesuaian komunikasi via Jumlah instruksi verbal dengan proses tehnik TBak
telepon/lisan yang dilakukan TBak
100%
Jumlah seluruh instruksi verbal/ telepon

3. Angka kejadian dekubitus (infeksi Jumlah kejadian dekubitus


nosokomial) < 1,5% Jumlah hari tirah baring x 1000

4. Presentase kelengkapan dokumen Assesment Jumlah formulir pengkajian awal medis yang
awal medis pasien rawat inap <24 jam 100% lengkap pada pasien dalam waktu < 24 jam
Jumlah formulir pengkajian awal medis pada pasien
5. Presentase kelengkapan dokumen Assesment Jumlah formulir pengkajian awal keperawatan yang
awal keperawatan pasien rawat inap <24 jam lengkap pada pasien dalam waktu < 24 jam
100%
Jumlah formulir pengkajian awal keperawatan pada
pasien
6. Presentase angka kejadian ekstravasasi pada < 5% Jumlah kejadian ekstravasasi

40
pemberian kemoterapi melalui intravena Jumlah pasien yang mendapatkan kemoterapi secara
intravena
7. Presentase kelengkapan pengisian informed Jumlah pasien dengan informed concent yang diisi
concent 100% lengkap
Jumlah seluruh pasien yang dilakukan tindakan
8. Presentase ketepatan waktu pelaporan hasil Jumlah pelaporan hasil klinis laboratorium yang
kritis laboratorium ke DPJP/Dokter jaga ≤ 30 dilaporkan < 30 menit
menit 100% Jumlah keseluruhan pelaporan hasil kritis
laboratorium

9. Presentase ketepatan visite dokter spesialis Jumlah visite dokter spesialis kurang dari pukul
kurang dari pukul 10.00 WIB 85% 10.00 WIB
Jumlah visite dokter spesialis

10. Kepatuhan melakukan double check pada saat Jumlah pasien kemoterapi yang dilakukan verifikasi
akan memberikan kemoterapi 5 benar
100% Jumlah seluruh sampel kemoterapi di instalasi rawat
inap

Fakta Teori Analisa Rekomendasi Kelompok


Evaluasi penilaian Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit Ruang Mawar 1 RSK Dharmais Indikator mutu di Ruang
indikator mutu klinik di akan selalu terkait dengan struktur, proses, mempunyai indikator mutu Mawar 1 sudah sesuai
ruang Mawar dilakukan dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. pelayanan keperawatan untuk dengan SK Menkes No.

41
setiap bulan sekali kemudian Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji mempertahankan kualitas pelayanan 129/MENKES/SK/II/2008
dilaporkan ke bidang dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan dan kepuasan pasien. Indikator mutu tentang standar pelayanan
keperawatan. Indikator mutu oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat di Ruang Mawar 1 sesuai dengan minimal rumah sakit.
dinilai/ direkap oleh CCM efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian SK Menkes No.
(Clinical Care Manajer) meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan 129/MENKES/SK/II/2008. Mutu pelayanan
dibantu PN (Katim) sehingga audit (EDIA) (Nursalam, 2014). Indikator mutu di Ruang Mawar 1 keperawatan merupakan
terjaga kualitas pelayanan di juga ada penambahan indikator indikator kualitas pelayanan
ruang mawar 1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan terkait pemberian kemoterapi karena kesehatan. Penentu citra
Penilaian indikator mutu keperawatan di rumah sakit, telah disusun ruang mawar merupakan ruang kelas institusi pelayanan kesehatan
Ruang Mawar 1 RSK Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit 1 pasien dewasa dengan kanker. di masyarakat adalah
Dharmais meliputi: melalui SK Menkes No. Evaluasi penilaian indikator mutu perawat. Kualitas pelayanan
a. Ketepatan identifikasi 129/MENKES/SK/II/2008 dan Standar klinik di ruang Mawar dilakukan yang diberikan oleh perawat
pasien Asuhan Keperawatan melalui SK Dirjen setiap bulan sekali kemudian akan terlihat dari asuhan
b. Peningkatan komunikasi Yanmed No. YM.00.03.2.6.7637 tahun dilaporkan ke bidang keperawatan keperawatan yang telah
efektif 1993. Standar pelayanan dan Standar Asuhan sehingga terjaga kualitas pelayanan diberikan kepada klien.
c. Peningkatan keamanan Keperawatan tersebut berfungsi sebagai alat di Ruang Mawar 1
obat yang perlu di ukur untuk mengetahui, memantau dan
waspadai (High alert) menyimpulkan apakah pelayanan / asuhan
d. Kepastian tepat lokasi, keperawatan yang diselenggarakan di rumah
tepat prosedur, tepat sakit sudah mengikuti dan memenuhi
pasien operasi persyaratan dalam standar tersebut atau
e. Pengurangan risiko tinggi tidak.
infeksi terkait pelayanan
f. Pengurangan risiko pasien Standar pelayanan minimal rumah sakit
jatuh ruang rawat inap berdasarkan SK Menkes
g. Terpenuhinya perawatan No. 129/MENKES/SK/II/2008
diri
h. Kelengkapan EWS

Indikator mutu pelayanan keperawatan :


1. Keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan keperawatan bermutu jika
pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus
decubitus, kesalah pemberian obat dan
cedera akibat restrain.

43
2. Keterbatasan perawatan diri.
Kebersihan dan perawatan diri
merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi. Pelayanan
bermutu jika pasien terpelihar
perawatan dirinya dan bebas dari
penyakit yang disebabkan oleh
kebersihan yang buruk.
3. Kepuasan pasien.
Pelayanan keperawatan yang bermutu
adalah kepuasaan pasien terhadap
pelayanan keperawatan yang diberikan.
4. Kecemasan.
Kecemasan yang masih ada setelah
intervensi keperawatan, dapat menjadi
indikator klinik.
5. Kenyamanan, yaitu bebas dari rasa nyeri
atau nyeri dapat terkontrol.
6. Pengetahuan dapat diimplementasikan
dalam discharge planning yang
merupakan proses sebagai pengambilan
keputusan untuk memenuhi kebutuhan
pasien dari suatu perawatan ke tempat
lainnya.
7. Kondisi pasien
8. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
9. Survey masalah baru
10. Kepuasan pasien dan keluarga
11. Penilaian kemampuan pasien dan
keluarga
12. Kondisi SDM
13. Kepuasan tenaga kesehatan: perawat,
dokter
14. Penilaian kinerja perawat

45
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruang Mawar 1 RSK Dharmais merupakan ruang rawat kelas 1 untuk
pasien usia dewasa. Pasien yang di rawat di Ruang Mawar 1 bisa berasal dari
rawat jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD), High Care Unit (HCU), dan Intensive
Care Unit (ICU). RSK Dharmais telah menerapkan pendokumentasian secara
digital menggunakan EMR (Elektronik Medikal Record) dengan aplikasi CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi). Supervisi di RSK Dharmais ruang
mawar 1 dalam pelaksanaannya kegiatan supervisi yang dilakukan belum
terjadwal, Namun sudah ada format penilaian yang baku untuk kegiatan supervisi
dan hasilnya telah di dokumentasikan dengan baik. Mutu pelayanan keperawatan
di evaluasi setiap bulan sehingga kualitas pelayanan terjaga dengan baik.
Manajemen keperawatan dalam lingkup ruang rawat inap sangatlah
penting khususnya dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM)
keperawatan. Penyusunan pengorganisasian personil atau staffing dilakukan agar
dapat dilaksanakan rencana secara efektif dan efisien. Hal yang terdapat dalam
pengorganisasi meliputi struktur organisasi formal sebagai sarana
mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan
dan prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi

B. Saran
Bagi perawat Ruang Mawar 1 diharapkan meningkatkan manajemen dan
dapat menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen
dalam pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien sehingga dapat
menjadi perawat yang professional. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan
mampu menerapkan teori manajemen di kehidupan sehari-hari dan mencari
referensi terkait manajemen keperawatan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Edy, S. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Mitra Cendikia.

Kamalia, L., Said, A., & Risky, S. (2020). Manajemen Keperawatan (Nursing
Management). CV. MEDIA SAINS INDONESIA.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Salemba Medika.

47

Anda mungkin juga menyukai