Anda di halaman 1dari 21

REKAYASA IDE

“PERBANDINGAN PERATURAN PERPAJAKAN LAMA DENGAN YANG BARU”

OLEH:

Nama : Annisa Lestari Lubis

Nim : 7193220018

Prodi : Akuntansi

Mata Kuliah : Praktikum Perpajakan

Dosen Pengampu : Erny Luxy D.Purba,SE.,M.Si.,Ak

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
rekayasa ide ini.Rekayasa Ide ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata
kuliah Praktikum Perpajakan, semoga rekayasa ide ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca.Dalam penulisan rekayasa ide ini, saya tentu saja tidak
dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan

2. Kepada Ibu dosen pengampu, Erny Luxy D.Purba,SE.,M.Si.,Ak

Saya menyadari bahwa rekayasa ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu,saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam rekayasa ide yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya
bagi para pembaca.

Padangsidimpuan,12 Oktober 2020

Annisa Lestari Lubis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 1
1.3 TUJUAN ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................... 17
3.2 SARAN ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga
Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama
pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus
terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya
membayar pajak.

Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak


ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama
dalam meningkatkan kas negara.Didalam perpajakan tentunya terdapat banyak aturan atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku.Beberapa peraturan-peraturan perpajakan tersebut sering
mengalami perubahan karena adanya perkembangan dari waktu ke waktu.Tentunya juga
terdapat perbedaan antara peraturan lama dengan peraturan baru di dalam perpajakan.

Pada penulisan kali ini peraturan pajak yang dibandingkan yaitu Undang-undang Repunlik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang Nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan Undang – undang republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 7
Tahun1983 tentang pajak penghasilan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Masalah yang dapat dirumuskan pada penulisan rekayasa ide ini adalah:

1. Bagaimana perbandingan peraturan perpajakan lama dengan yang baru?

1.3 TUJUAN

Tujuan penulisan rekayasa ide ini yaitu untuk mengetahui perbandingan peraturan
perpajakan lama dengan yang baru.

1
BAB II

PEMBAHASAN

N Aspek Ayat Peraturan Lama Peraturan Baru


O Pembeda (Perubahan Ketiga) (Perubahan Keempat)
1 Pasal 2 1 Tidak terdapat ayat 1(a) Adanya penambahan ayat 1(a) yang
berbunyi “Bentuk usaha tetap
merupakan subjek pajak yang
perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak
badan”.
2 Pasal 2 3 (poin b) “badan yang didirikan atau (poin b) “badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di bertempat kedudukan di Indonesia,
Indonesia;” kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhi kriteria:
1.pembentukannya berdasarkan
ketentuan peraturan
perundangundangan;
2.pembiayaannya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah;
3.penerimaannya dimasukkandalam
anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
4.pembukuannya diperiksa oleh
aparat pengawasan fungsional
negara; dan
3 Pasal 2 5 Tidak ada tambahan untuk kegiatan Adanya tambahan kegiatan bentuk
bentuk usaha tetap usaha tetap yaitu ruang untuk
promosi dan penjualan (poin h);
proyek kontruksi,instalasi,atau
proyek perakitan(poin l); komputer,
agen elektronik, atau peralatan
otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara
transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui
internet(poin p).
4 Pasal 3 Tidak terdapat ayat (2) Adanya ayat (2) yang berbunyi”
Organisasi internasional yang tidak
termasuk subjek pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan.”
5 Pasal 4 1 Tidak ada tambahan objek pajak Adanya tambahan objek pajak pada
pada poin d poin d nomor 5 yaitu “. keuntungan
karena penjualan atau pengalihan
sebagian atau seluruh hak

2
penambangan, tanda turut serta
dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan.”
6 Pasal 4 1 Yang termasuk objek pajak yaitu: Yang termasuk objek pajak yaitu:
(poin e) “penerimaan kembali (poin e) “penerimaan kembali
pembayaran pajak yang telah pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya; dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian
pajak;”
7 Pasal 4 1 Hanya sampai poin p Terdapat tambahan poin:
q. penghasilan dari usaha yang
berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakan; dan
s . surplus Bank Indonesia.
8 Pasal 4 2 Atas penghasilan berupa bunga Penghasilan di bawah ini dapat
deposito dan tabungan-tabungan dikenai pajak bersifat final:
lainnya, penghasilan dari transaksi a. penghasilan berupa bunga deposito
saham dan sekuritas lainnya di dan tabungan lainnya, bunga obligasi
bursa efek, penghasilan dari dan surat utang negara, dan bunga
pengalihan harta berupa tanah dan simpanan yang dibayarkan oleh
atau bangunan serta penghasilan koperasi kepada anggota koperasi
tertentu lainnya, pengenaan orang pribadi;
pajaknya diatur dengan Peraturan b. penghasilan berupa hadiah undian;
Pemerintah. c. penghasilan dari transaksi saham
dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di
bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal
ventura;
d. penghasilan dari transaksi
pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan
persewaan tanah dan/atau bangunan;
dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang
diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
9 Pasal 4 3 Yang tidak termasuk objek pajak: Poin j dihapus
j. bunga obligasi yang diterima atau
diperoleh perusahaan reksadana
selama 5 (lima) tahun pertama
sejak pendirian perusahaan atau
pemberian ijin usaha;
10 Pasal 4 3 Hanya sampai poin k Terdapat tambahan yang tidak

3
termasuk objek pajak yaitu:
l.beasiswa yang memenuhi
persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
m. sisa lebih yang diterima atau
diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang
telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
n. bantuan atau santunan yang
dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
11 Pasal 6 1 Tidak ada tambahan pengurang Adanya tambahan pengurang
penghasilan bruto untuk penghasilan bruto untuk menentukan
menentukan Besarnya Penghasilan Besarnya Penghasilan Kena Pajak
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
negeri dan bentuk usaha tetap bentuk usaha tetap, yakni:
i. sumbangan dalam rangka
penanggulangan bencana nasional
yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka
penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur
sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan
yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka

4
pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
12 Pasal 7 1 Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Tidak Kena Pajak per
diberikan sebesar : tahun diberikan paling sedikit
a. Rp 2.880.000,00 (dua juta sebesar:
delapan ratus delapan puluh ribu a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta
rupiah) untuk diri Wajib Pajak delapan ratus empat puluh ribu
orang pribadi; rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang
b. Rp 1.440.000,00 (satu juta pribadi;
empat ratus empat puluh ribu b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga
rupiah) tambahan untuk Wajib ratus dua puluh ribu rupiah)
Pajak yang kawin; tambahan untuk Wajib Pajak yang
c. Rp 2.880.000,00 (dua juta kawin;
delapan ratus delapan puluh ribu c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta
rupiah) tambahan untuk seorang delapan ratus empat puluh ribu
isteri yang penghasilannya rupiah) tambahan untuk seorang
digabung dengan penghasilan isteri yang penghasilannya digabung
suami sebagaimana dimaksud dengan penghasilan suami
dalam Pasal 8 ayat (1); sebagaimana dimaksud dalam Pasal
d. Rp 1.440.000,00 (satu juta empat 8 ayat (1); dan
ratus empat puluh ribu rupiah) d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga
tambahan untuk setiap anggota ratus dua puluh ribu rupiah)
keluarga sedarah dan keluarga tambahan untuk setiap anggota
semenda dalam garis keturunan keluarga sedarah dan keluarga
lurus serta anak angkat, yang semenda dalam garis keturunan lurus
menjadi tanggungan sepenuhnya, serta anak angkat, yang menjadi
paling banyak 3 (tiga) orang untuk tanggungan sepenuhnya, paling
setiap keluarga. banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga.
13 Pasal 7 3 Penyesuaian besarnya Penghasilan Penyesuaian besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak sebagaimana Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri dengan Peraturan Menteri Keuangan
Keuangan. setelah dikonsultasikan dengan
Dewan Perwakilan Rakyat.
14 Pasal 8 2 Penghasilan suami-isteri dikenakan Penghasilan suami-isteri dikenai
pajak secara terpisah apabila : pajak secara terpisah apabila:
a. suami-isteri telah hidup terpisah; a. suami-isteri telah hidup berpisah
b. dikehendaki secara tertulis oleh berdasarkan putusan hakim;
suami-istri berdasarkan perjanjian b. dikehendaki secara tertulis oleh
pemisahan harta dan penghasilan. suami-isteri berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan;
atau c. dikehendaki oleh isteri yang
memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri.
15 Pasal 8 3 Penghasilan neto suami-isteri Penghasilan neto suami-isteri
sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(2) huruf b dikenakan pajak huruf b dikenakan pajak berdasarkan
berdasarkan penggabungan penggabungan penghasilan neto

5
penghasilan neto suamiisteri, dan suamiisteri, dan besarnya pajak yang
besarnya pajak yang harus dilunasi harus dilunasi oleh masing-masing
oleh masing-masing suamiisteri suamiisteri dihitung sesuai dengan
dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto
perbandingan penghasilan neto mereka.
mereka.
16 Pasal 11A 1 Pengaturan Amortisasi atas Adanya tambahan poin a pada
pengeluaran untuk memperoleh pengaturan Amortisasi atas
harta tak berwujud dan pengeluaran pengeluaran untuk memperoleh harta
lainnya tidak ada tambahan poin a tak berwujud dan pengeluaran
lainnya yang berbunyi
“(1a) Amortisasi dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk bidang usaha tertentu yang
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan.”
17 Pasal 14 2 (2) Wajib Pajak orang pribadi yang (2) Wajib Pajak orang pribadi yang
peredaran brutonya dalam satu melakukan kegiatan usaha atau
tahun kurang dari Rp pekerjaan bebas yang peredaran
600.000.000,00 (enam ratus juta brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang
rupiah), boleh menghitung dari Rp4.800.000.000,00 (empat
penghasilan neto dengan miliar delapan ratus juta rupiah)
menggunakan Norma Penghitungan boleh menghitung penghasilan neto
Penghasilan Neto sebagaimana dengan menggunakan Norma
dimaksud dalam ayat (1), dengan Penghitungan Penghasilan Neto
syarat memberitahukan kepada sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Direktur Jenderal Pajak dalam dengan syarat memberitahukan
jangka waktu 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Pajak
pertama dari tahun pajak yang dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
bersangkutan. pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
18 Pasal 14 5 (5) Wajib Pajak yang wajib (5) Wajib Pajak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan, menyelenggarakan pembukuan atau
termasuk Wajib Pajak sebagaimana pencatatan, termasuk Wajib Pajak
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
(4), yang ternyata tidak atau tidak dan ayat (4), yang ternyata tidak atau
sepenuhnya menyelenggarakan tidak sepenuhnya menyelenggarakan
pencatatan atau pembukuan atau pencatatan atau pembukuan atau
tidak memperlihatkan pencatatan tidak memperlihatkan pencatatan
atau pembukuan atau bukti-bukti atau buktibukti pendukungnya maka
pendukungnya, maka penghasilan penghasilan netonya dihitung
netonya dihitung berdasarkan berdasarkan Norma Penghitungan
Norma Penghitungan Penghasilan Penghasilan Neto dan peredaran
Neto atau cara lain yang ditetapkan brutonya dihitung dengan cara lain
dengan Keputusan Menteri yang diatur dengan atau berdasarkan
Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan.
19 Pasal 17 1 (1) Tarif pajak yang diterapkan atas (1) Tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi : Penghasilan Kena Pajak bagi:
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam a. Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri adalah sebagai berikut : negeri adalah sebagai berikut:

6
Lapisan Tarif Pajak Lapisan Tarif Pajak
Penghasilan Penghasilan
Kena Pajak Kena Pajak
sampai dengan 5 % (lima sampai dengan 5 % (lima
Rp persen) Rp50.000.000,0 persen)
25.000.000,00 0 (lima puluh
(dua puluh juta rupiah)
lima juta di atas 15% (lima belas
rupiah) Rp50.000.000,0 persen)
di atas Rp 10% (sepuluh 0 (lima puluh
25.000.000,00 persen) juta rupiah)
(dua puluh sampai dengan
lima juta Rp250.000.000,
rupiah) s.d. Rp 00 (dua ratus
50.000.000,00 lima puluh juta
(lima puluh rupiah)
juta rupiah) di atas 25 % (dua
di atas Rp 15 % (lima Rp250.000.000, puluh lima
50.000.000,00 belas persen) 00 (dua ratus persen)
(lima puluh lima puluh juta
juta rupiah) s.d. rupiah) sampai
Rp dengan
100.000.000,00 Rp500.000.000,
(seratus juta 00 (lima ratus
rupiah) juta rupiah)
di atas Rp 25 % (dua di atas 30% (tiga puluh
100.000.000,00 puluh lima Rp500.000.000, persen)
(seratus juta persen) 00 (lima ratus
rupiah) s.d. Rp juta rupiah)
200.000.000,00
(dua ratus juta
rupiah)
Di atas Rp 35% (tiga
200.000.000,00 puluh lima
(dua ratus juta persen)
rupiah)

b. Wajib Pajak badan dalam negeri b. Wajib Pajak badan dalam negeri
dan bentuk usaha tetap adalah dan bentuk usaha tetap adalah
sebagai berikut : sebesar 28% (dua puluh delapan
Lapisan Tarif Pajak persen).
Penghasilan
Kena Pajak
sampai dengan 10% (sepuluh
Rp persen)
50.000.000,00
(lima puluh
juta rupiah)
Di atas Rp 15 % (lima
50.000.000,00 belas persen)

7
(lima puluh
juta rupiah) s.d.
Rp
100.000.000,00
(seratus juta
rupiah)
Di atas Rp 30 % (tiga
100.000.000,00 puluh persen)
(seratus juta
rupiah)
20 Pasal 17 2 (2) Dengan Peraturan Pemerintah, (2) Tarif tertinggi sebagaimana
tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
dimaksud dalam ayat (1) huruf b diturunkan menjadi paling rendah
dapat diturunkan menjadi paling 25% (dua puluh lima persen) yang
rendah 25% (dua puluh lima diatur dengan Peraturan Pemerintah.
persen).
(2a) Tarif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b menjadi 25%
(dua puluh lima persen) yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010.

(2b) Wajib Pajak badan dalam negeri


yang berbentuk perseroan terbuka
yang paling sedikit 40% (empat
puluh persen) dari jumlah
keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia dan memenuhi persyaratan
tertentu lainnya dapat memperoleh
tarif sebesar 5% (lima persen) lebih
rendah daripada tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
ayat (2a) yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

(2c) Tarif yang dikenakan atas


penghasilan berupa dividen yang
dibagikan kepada Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri adalah paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)
dan bersifat final.

(2d) Ketentuan lebih lanjut


mengenai besarnya tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2c) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
21 Pasal 18 3 (3) Direktur Jenderal Pajak (3) Direktur Jenderal Pajak
berwenang untuk menentukan berwenang untuk menentukan
kembali besarnya penghasilan dan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan pengurangan serta menentukan utang

8
utang sebagai modal untuk sebagai modal untuk menghitung
menghitung besarnya Penghasilan besarnya Penghasilan Kena Pajak
Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang bagi Wajib Pajak yang mempunyai
mempunyai hubungan istimewa hubungan istimewa dengan Wajib
dengan Wajib Pajak lainnya sesuai Pajak lainnya sesuai dengan
dengan kewajaran dan kelaziman kewajaran dan kelaziman usaha yang
usaha yang tidak dipengaruhi oleh tidak dipengaruhi oleh hubungan
hubungan istimewa. istimewa dengan menggunakan
metode perbandingan harga antara
pihak yang independen, metode
harga penjualan kembali, metode
biaya-plus, atau metode lainnya.

(3a) Direktur Jenderal Pajak


berwenang melakukan perjanjian
dengan Wajib Pajak dan bekerja
sama dengan pihak otoritas pajak
negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4), yang berlaku selama suatu
periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu
tersebut berakhir.

(3b) Wajib Pajak yang melakukan


pembelian saham atau aktiva
perusahaan melalui pihak lain atau
badan yang dibentuk untuk maksud
demikian (special purpose company),
dapat ditetapkan sebagai pihak yang
sebenarnya melakukan pembelian
tersebut sepanjang Wajib Pajak yang
bersangkutan mempunyai hubungan
istimewa dengan pihak lain atau
badan tersebut dan terdapat
ketidakwajaran penetapan harga.

(3c) Penjualan atau pengalihan


saham perusahaan antara (conduit
company atau special purpose
company) yang didirikan atau
bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak (tax
haven country) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk

9
usaha tetap di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau
pengalihan saham badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia atau bentuk usaha tetap
di Indonesia.

(3d) Besarnya penghasilan yang


diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri dari pemberi kerja yang
memiliki hubungan istimewa dengan
perusahaan lain yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia dapat ditentukan kembali,
dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian
penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri tersebut ke
dalam bentuk biaya atau pengeluaran
lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di
Indonesia tersebut.

(3e) Pelaksanaan ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat
(3b), ayat (3c), dan ayat (3d) diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
22 Pasal 21 5 (5) Tarif pemotongan atas (5) Tarif pemotongan atas
penghasilan sebagaimana dimaksud penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah tarif pajak pada ayat (1) adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) kecuali ditetapkan lain 17 ayat (1) huruf a, kecuali
dengan Peraturan Pemerintah. ditetapkan lain dengan Peraturan
Pemerintah.

(5a) Besarnya tarif sebagaimana


dimaksud pada ayat (5) yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua
puluh persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
23 Pasal 22 3 Tidak terdapat ayat 3 (3) Besarnya pungutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang tidak memiliki Nomor Pokok

10
Wajib Pajak lebih tinggi 100%
(seratus persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
24 Pasal 23 1 b. sebesar 15% (lima belas persen) b. dihapus;
dari jumlah bruto dan bersifat final
atas bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi;

c. sebesar 15% (lima belas persen) c. sebesar 2% (dua persen) dari


dari perkiraan penghasilan neto atas jumlah bruto atas: 1. sewa dan
: 1) sewa dan penghasilan lain penghasilan lain sehubungan dengan
sehubungan dengan penggunaan penggunaan harta, kecuali sewa dan
harta; 2) imbalan sehubungan penghasilan lain sehubungan dengan
dengan jasa teknik, jasa penggunaan harta yang telah dikenai
manajemen, jasa konstruksi, jasa Pajak Penghasilan sebagaimana
konsultan, dan jasa lain selain jasa dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan
yang telah dipotong Pajak 2. imbalan sehubungan dengan jasa
Penghasilan sebagaimana dimaksud teknik, jasa manajemen, jasa
dalam Pasal 21. konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21.
25 Pasal 23 1 Tidak ada tambahan ayat 1(a) (1a) Dalam hal Wajib Pajak yang
menerima atau memperoleh
penghasilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif
pemotongan adalah lebih tinggi
100% (seratus persen) daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
26 Pasal 23 4 (4) Pemotongan pajak sebagaimana (4) Pemotongan pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tidak dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan atas : dilakukan atas:
a. penghasilan yang dibayar atau a. penghasilan yang dibayar atau
terutang kepada bank; b. sewa yang terutang kepada bank;
dibayarkan atau terutang b. sewa yang dibayarkan atau
sehubungan dengan sewa guna terutang sehubungan dengan sewa
usaha dengan hak opsi; guna usaha dengan hak opsi;
c. dividen sebagaimana dimaksud c. dividen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f; dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan
d. bunga obligasi sebagaimana dividen yang diterima oleh orang
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) pribadi sebagaimana dimaksud
huruf j; dalam Pasal 17 ayat (2c);
e. bagian laba sebagaimana d. dihapus;
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) e. bagian laba sebagaimana
huruf i; dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
f. sisa hasil usaha koperasi yang huruf i;
dibayarkan oleh koperasi kepada f. sisa hasil usaha koperasi yang

11
anggotanya; dibayarkan oleh koperasi kepada
g. bunga simpanan yang tidak anggotanya;
melebihi batas yang ditetapkan g. dihapus; dan
dengan Keputusan Menteri h. penghasilan yang dibayar atau
Keuangan yang dibayarkan oleh terutang kepada badan usaha atas
koperasi kepada anggotanya. jasa keuangan yang berfungsi
sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
27 Pasal 24 3 (3) Dalam menghitung batas jumlah (3) Dalam menghitung batas jumlah
pajak yang boleh dikreditkan, pajak yang boleh dikreditkan,
penentuan sumber penghasilan sumber penghasilan ditentukan
adalah sebagai berikut: sebagai berikut:
a. penghasilan dari saham dan a. penghasilan dari saham dan
sekuritas lainnya adalah negara sekuritas lainnya serta keuntungan
tempat badan yang menerbitkan dari pengalihan saham dan sekuritas
saham atau sekuritas tersebut lainnya adalah negara tempat badan
bertempat kedudukan; yang menerbitkan saham atau
b. penghasilan berupa bunga, sekuritas tersebut didirikan atau
royalti, dan sewa sehubungan bertempat kedudukan;
dengan penggunaan harta gerak b. penghasilan berupa bunga, royalti,
adalah negara tempat pihak yang dan sewa sehubungan dengan
membayar atau dibebani bunga, penggunaan harta gerak adalah
royalti, atau sewa tersebut negara tempat pihak yang membayar
bertempat kedudukan atau berada; atau dibebani bunga, royalti, atau
c. penghasilan berupa sewa sewa tersebut bertempat kedudukan
sehubungan dengan penggunaan atau berada;
harta tak gerak adalah negara c. penghasilan berupa sewa
tempat harta tersebut terletak; sehubungan dengan penggunaan
d. penghasilan berupa imbalan harta tak gerak adalah negara tempat
sehubungan dengan jasa, pekerjaan, harta tersebut terletak;
dan kegiatan adalah negara tempat d. penghasilan berupa imbalan
pihak yang membayar atau sehubungan dengan jasa, pekerjaan,
dibebani imbalan tersebut dan kegiatan adalah negara tempat
bertempat kedudukan atau berada; pihak yang membayar atau dibebani
e. penghasilan bentuk usaha tetap imbalan tersebut bertempat
adalah negara tempat bentuk usaha kedudukan atau berada;
tetap tersebut menjalankan usaha e. penghasilan bentuk usaha tetap
atau melakukan kegiatan. adalah negara tempat bentuk usaha
tetap tersebut menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan;
f. penghasilan dari pengalihan
sebagian atau seluruh hak
penambangan atau tanda turut serta
dalam pembiayaan atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan
adalah negara tempat lokasi
penambangan berada;
g. keuntungan karena pengalihan
harta tetap adalah negara tempat

12
harta tetap berada; dan
h. keuntungan karena pengalihan
harta yang menjadi bagian dari suatu
bentuk usaha tetap adalah negara
tempat bentuk usaha tetap berada.
28 Pasal 25 7 (7) Penghitungan besarnya (7) Menteri Keuangan menetapkan
angsuran pajak bagi Wajib Pajak penghitungan besarnya angsuran
baru, bank, Badan Usaha Milik pajak bagi:
Negara, Badan Usaha Milik a. Wajib Pajak baru;
Daerah, dan Wajib Pajak tertentu b. bank, badan usaha milik negara,
lainnya termasuk Wajib Pajak badan usaha milik daerah, Wajib
orang pribadi pengusaha tertentu Pajak masuk bursa, dan Wajib Pajak
diatur dengan Keputusan Menteri lainnya yang berdasarkan ketentuan
Keuangan. peraturan perundang-undangan harus
membuat laporan keuangan berkala;
dan
c. Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu dengan tarif
paling tinggi 0,75% (nol koma tujuh
puluh lima persen) dari peredaran
bruto
29 Pasal 25 8 (8) Bagi Wajib Pajak orang pribadi (8) Wajib Pajak orang pribadi dalam
yang bertolak ke luar negeri wajib negeri yang tidak memiliki Nomor
membayar pajak yang ketentuannya Pokok Wajib Pajak dan telah berusia
diatur dengan Peraturan 21 (dua puluh satu) tahun yang
Pemerintah. bertolak ke luar negeri wajib
membayar pajak yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(8a) Ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (8) berlaku
sampai dengan tanggal 31 Desember
2010.
30 Pasal 25 9 (9) Pajak yang telah dibayar sendiri (9) Dihapus.
dalam tahun berjalan oleh Wajib
Pajak orang pribadi pengusaha
tertentu merupakan pelunasan pajak
yang terutang untuk tahun pajak
yang bersangkutan, kecuali apabila
Wajib Pajak yang bersangkutan
menerima atau memperoleh
penghasilan lain yang tidak
dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final menurut
Undangundang ini.
31 Pasal 26 1 (1) Atas penghasilan tersebut di (1) Atas penghasilan tersebut di
bawah ini, dengan nama dan dalam bawah ini, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, yang dibayarkan bentuk apa pun, yang dibayarkan,
atau yang terutang oleh badan disediakan untuk dibayarkan, atau
pemerintah, Subjek Pajak dalam telah jatuh tempo pembayarannya

13
negeri, penyelenggara kegiatan, oleh badan pemerintah, subjek pajak
bentuk usaha tetap, atau perwakilan dalam negeri, penyelenggara
perusahaan luar negeri lainnya kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
kepada Wajib Pajak luar negeri perwakilan perusahaan luar negeri
selain bentuk usaha tetap di lainnya kepada Wajib Pajak luar
Indonesia, dipotong pajak sebesar negeri selain bentuk usaha tetap di
20% (dua puluh persen) dari jumlah Indonesia dipotong pajak sebesar
bruto oleh pihak yang wajib 20% (dua puluh persen) dari jumlah
membayarkan: bruto oleh pihak yang wajib
a. dividen; membayarkan:
b. bunga, termasuk premium, a. dividen;
diskonto, premi swap dan imbalan b. bunga termasuk premium,
sehubungan dengan jaminan diskonto, dan imbalan sehubungan
pengembalian utang; dengan jaminan pengembalian utang;
c. royalti, sewa, dan penghasilan c. royalti, sewa, dan penghasilan lain
lain sehubungan dengan sehubungan dengan penggunaan
penggunaan harta; harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, d. imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan, dan kegiatan; pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan; e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala f. pensiun dan pembayaran berkala
lainnya. lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung
nilai lainnya; dan/atau
h. keuntungan karena pembebasan
utang.

(1a) Negara domisili dari Wajib


Pajak luar negeri selain yang
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan usaha melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah
negara tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak luar negeri
yang sebenarnya menerima manfaat
dari penghasilan tersebut (beneficial
owner).
32 Pasal 26 2 (2) Atas penghasilan dari penjualan (2) Atas penghasilan dari penjualan
harta di Indonesia, kecuali yang atau pengalihan harta di Indonesia,
diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang kecuali yang diatur dalam Pasal 4
diterima atau diperoleh Wajib Pajak ayat (2), yang diterima atau
luar negeri selain bentuk usaha diperoleh Wajib Pajak luar negeri
tetap di Indonesia, dan premi selain bentuk usaha tetap di
asuransi yang dibayarkan kepada Indonesia, dan premi asuransi yang
perusahaan asuransi luar negeri, dibayarkan kepada perusahaan
dipotong pajak 20% (dua puluh asuransi luar negeri dipotong pajak
persen) dari perkiraan penghasilan 20% (dua puluh persen) dari
neto. perkiraan penghasilan neto.

14
(2a) Atas penghasilan dari penjualan
atau pengalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c)
dipotong pajak sebesar 20% (dua
puluh persen) dari perkiraan
penghasilan neto.
33 Pasal 31B 1&2 (1) Wajib Pajak yang melakukan Dihapus
restrukturisasi utang usaha melalui
lembaga khusus yang dibentuk
Pemerintah dapat memperoleh
fasilitas pajak yang bersifat terbatas
baik dalam jangka waktu maupun
jenisnya berupa keringanan Pajak
Penghasilan yang terutang atas :
a. pembebasan utang;
b. pengalihan harta kepada kreditur
untuk penyelesaian utang;
c. perubahan utang menjadi
penyertaan modal.

(2) Fasilitas pajak sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
34 Pasal 31D Tidak ada Ketentuan mengenai perpajakan bagi
bidang usaha pertambangan minyak
dan gas bumi, bidang usaha panas
bumi, bidang usaha pertambangan
umum termasuk batubara, dan
bidang usaha berbasis syariah diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
35 Pasal 31E Tidak ada (1) Wajib Pajak badan dalam negeri
dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah) mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) dari
tarif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).

(2) Besarnya bagian peredaran bruto


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dinaikkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan.

15
36 Pasal 32B Tidak ada Ketentuan mengenai pengenaan
pajak atas bunga atau diskonto
Obligasi Negara yang
diperdagangkan di negara lain
berdasarkan perjanjian perlakuan
timbal balik dengan negara tersebut
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ringkasan Perbedaan Peraturan Perpajakan Lama dengan Baru

No Aspek Pembeda Peraturan Lama Peraturan Baru


1 Tarif PPH 21 Lapis I : 0 - 25 Juta = 5% Lapis I : 0 - 50 Juta = 5%
Lapis II : 25 juta - 50 Juta = 10% Lapis II : 50 Juta - 250 Juta = 15%
Lapis III : 50 Juta- 100 Juta = 15% Lapis III : 250 Juta - 500 Juta =
Lapis IV : 100 Juta - 200 Juta = 25%
25% Lapis IV : 500 Juta ke atas = 30%
Lapis V : 200 Juta ke atas = 35%

2 PTKP Per Tahun Rp. 13.200.000 untuk pribadi WP Rp. 15.840.000 untuk pribadi WP
Tambahan Rp. 1.200.000 untuk K, Tambahan Rp. 1.200.000 untuk K,
K1, K2, K3 K1, K2, K3
3 PPh Badan Lapis I : 0 - 50 Juta = 10% Tarif Tunggal 28% untuk tahun
Lapis II : 50 Juta - 100 Juta = 15%2009
Lapis III : 100 Juta ke atas = 30% Tarif Tunggal 25% untuk tahun
2010
4 PPh 22 & 23 Tarif yang sama antara yang Bagi Wajib Pajak yang belum
memiliki NPWP dengan yang memiliki NPWP akan akan
belum memiliki NPWP dikenakantarif 100%
lebih tinggi dari tarif normal
5 Fiskal 1 Juta per orang Tahun 2009, bagi Wajib Pajak yang
sudah memiliki NPWP dibebaskan
dari pembayaran fiskal sepanjang
dapat menunjukkan kartu NPWP
pribadi atau NPWP milik orang tua
bagi anak atau NPWP suami bagi
istri yang akan berangkat ke LN
dibuktikan dengan Kartu Keluarga

Tahun 2011, kewajiban


pembayaran Fiskal Luar Negeri
dihapuskan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peraturan-peraturan perpajakan selalu mengalami perubahan akibat perkembangan


perpajakan dari masa ke masa.Dalam merubah peraturan perundang-undangan
perpajakan,disesuaikan dengan kondisi atau perkembangan yang dialami.Perubahan
peraturan perpajakan dalam Undang-Undang yaitu hasil revisi dari peraturan
perundang-undangan sebelumnya.Dimana peraturan perundang-undangan yang lama
terdapat celah atau tidak sesuai dengan kondisi perkembangan perpajakan yang
dialami sehingga dilakukan perubahan peraturan perundang-undangan.

Perbedaan peraturan perpajakan yang lama dengan yang baru tidak semuanya
berubah.Hanya ada beberapa perbaikan,penambahan,serta pengurangan peraturan
perpajakan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa rekayasa ide ini jauh dari kata sempurna untuk itu penulis
menyarankan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran guna perbaikan untuk
membuat makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/win7/Downloads/persandinganuupph%20(2).pdf

18

Anda mungkin juga menyukai