Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kasus

Identifikasi Korban Pembunuhan Menggunakan Radiografi


Endodontik
Rhonan Ferreira Silva, Ademir Franco, Solon Diego Santos Carvalho Mendes, Fernando
Fortes Picoli, Fernando Gomes Nunes, Carlos Estrela
2016 Journal of Forensic Dental Sciences / Vol 8 / No. 3

Abstrak
Endodontik adalah cabang kedokteran gigi yang salah satu pemeriksaannya dilakukan
melalui gambar. Dari sudut forensik, endodontik memainkan peran penting yang dapat
menunjukkan bukti radiografi antemortem saat identifikasi manusia. Penelitian ini
menggambarkan hubungan antara endodontik dan odontologi forensik pada tiga kasus
identifikasi manusia berdasarkan catatan radiografi endodontik. Dari tahun 2009 ke tahun
2012, sebanyak tiga korban pembunuhan berjenis kelamin laki-laki telah diperiksa di Brasil
untuk diketahui identitas dan penyebab kematiannya. Pada saat pengumpulan data
antemortem, kerabat dari ketiga korban menunjukkan gambar radiografi periapikal pada saat
perawatan endodontic. Berdasarkan bukti tersebut, dokter gigi forensik melakukan kembali
teknik foto yang serupa dengan gambar radiografi periapikal. Semua korban berhasil
diidentifikasi berdasarkan pola morfologi gigi dan intervensi perawatan. Penelitian ini
menarik perhatian dokter forensik dan dokter gigi forensic untuk memfokuskan pentingnya
mencatat perawatan gigi yang telah dilakukan dan mencari bukti antemortem pada catatan
endodontik.
Kata Kunci: Radiografi gigi, endodontik, forensik kedokteran gigi, identifikasi manusia.

Pendahuluan

Odontologi forensik adalah cabang kedokteran gigi yang bekerja secara paralel

dengan pengadilan, memberikan bukti untuk menjelaskan keadaan kriminal.1 Secara khusus,

dokter gigi forensik memainkan peran penting dalam identifikasi tubuh yang hangus,

membusuk, serta sisa-sisa kerangka dimana korbannya sudah tidak bisa didapatkan sidik

jarinya lagi. Identifikasi gigi manusia sering dilakukan melalui pendekatan komparatif.2 Pada

dasarnya, data antemortem (AM) diperoleh dari catatan perawatan gigi misalnya foto

radiografi, rekam medik, dan cetakan gigi yang dikumpulkan dari klinik atau rumah sakit dan

dibandingkan dengan data postmortem (PM) yang diperoleh selama pemeriksaan mayat. 3

Dalam hal ini, endodontik muncul sebagai sumber potensial data antemortem setelah langkah

1
intervensi endodontik dicatat secara sistematis ke dalam file klinis. 4 Sumber spesifik data

antemortem ini memungkinkan deteksi morfologi yang khusus, seperti morfologi radiografi

kamar pulpa dan saluran akar, ketinggian puncak tulang alveolar, tahap pembentukan akar,

dan adanya dilatasi dan lesi periapikal.4,5

Penelitian ini berfokus pada hubungan timbal balik antara endodontik dan odontologi

forensik, menggambarkan kegunaan catatan radiografi endodontik sebagai bukti hukum

untuk identifikasi gigi korban pembunuhan.

Laporan Kasus

Penelitian ini menjelaskan tiga kasus dari korban pembunuhan berjenis kelamin laki-

laki yang diperiksa pada tahun 2009-2012 di Goiás, Brazil Tengah-Barat.

Kasus 1

Pada tahun 2009, mayat yang telah membusuk ditemukan di dekat sungai. Setelah

dilakukan investigasi TKP, mayat tersebut dirujuk untuk diautopsi. Pemeriksaan gigi

menunjukkan restorasi non-logam pada premolar pertama kiri rahang bawah (34), premolar

kedua kiri rahang bawah yang terdapat karies (35), restorasi logam pada premolar pertama

kanan rahang bawah (44), dan tidak ada molar [Gambar 1]. Rahang bawah dibedah untuk

memungkinkan pemeriksaan radiografi postmortem yang adekuat, yang menunjukkan

perawatan saluran akar di gigi 34 [Gambar 2].

2
Gambar 1: Gambar postmortem rahang bawah milik korban pada kasus 1

Investigasi polisi menunjukkan bahwa mayat itu milik seorang pria berusia 30 tahun,

hilang selama 15 hari. Kerabat korban diminta untuk memberikan rekam medis antemortem.

Gambar radiografi periapikal dari tahun 2008 diperoleh dan menunjukkan bukti perawatan

saluran akar yang dilakukan pada gigi 34 [Gambar 2]. Selain itu, baik gambar radiografi

antemortem pada tahun 2008 dan postmortem pada tahun 2009 menunjukkan morfologi yang

sama dari rahang bawah kiri gigi premolar pertama dan kedua, serta molar yang sudah tidak

ada. Ditemukan juga kesamaan ketika menganalisis rearbsorbsi tulang alveolar di daerah

molar kiri rahang bawah.

Gambar 2: Perbandingan antara gambar radiografi periapikal (a) postmortem tahun 2009 dan (b) antemortem
pada tahun 2008, menunjukkan perawatan saluran akar di premolar pertama kiri rahang bawah dan struktur
morfologi yang sama pada premolar kedua kiri rahang bawah

Kasus 2

Pada tahun 2011, sebuah mayat juga ditemukan dalam keadaan membusuk di dekat

sungai. Autopsi gigi-geligi menunjukkan beberapa gigi yang mengalami karies; gigi

direstorasi dengan bahan non-logam; dan soket kosong di daerah anterior rahang bawah

[Gambar 3]. Secara radiografis, korban menunjukkan sedikit dilaserasi dari premolar kedua

kanan rahang bawah (45), perawatan saluran akar pada molar pertama kanan rahang bawah

(46), akar yang tidak berkembang secara sempurna pada molar kedua dan ketiga kanan

3
rahang bawah (47 dan 48), dan puncak alveolar memanjang secara oblik dari premolar kedua

kanan rahang bawah (45) ke molar pertama kanan rahang bawah (46) [Gambar 4].

Gambar 3: Gambar postmortem rahang bawah milik korban pada kasus 2 tahun 2011

Gambar 4: Perbandingan antara gambar radiografi periapikal postmortem pada tahun 2011 (a dan b) dan
antemortem pada tahun 2009 (c dan d), menunjukkan bahwa perawatan saluran akar pada molar pertama kanan
rahang bawah, dilaserasi premolar kedua kanan rahang bawah, dan akar yang tidak sempurna molar ketiga
kanan rahang bawah

Pencarian untuk data antemortem yang akurat menghasilkan gambar radiografi

periapikal sebelum dan setelah perawatan endodontik pada tahun 2009, terkait dengan

perawatan gigi 46 [Gambar 4]. Selain itu, gambar menunjukkan bahwa gigi 45, 47, dan 48

terlihat akar yang tidak berkembang secara sempurna. Terlihat pula puncak tulang alveolar

memanjang oblik dari gigi 45 ke gigi 46. Identifikasi gigi diperoleh dengan

mempertimbangkan bukti yang sesuai dari perawatan endodontik dan sifat-sifat morfologis.

4
Informasi tambahan diperoleh dalam estimasi usia gigi, yang mengungkapkan interval waktu

sekitar 2 tahun untuk perkembangan akar gigi 47 dan 48, sesuai dengan periode waktu dari

2009 hingga 2011.

Kasus 3

Pada tahun 2012, sebuah mayat ditemukan di daerah pedesaan. Pemeriksaan

antropologi pada tengkorak dan tulang panggul menunjukkan mayat tersebut berjenis kelamin

laki-laki. Pada autopsi gigi, yang terdeteksi hanya molar pertama kanan rahang atas (16)

dengan mahkota logam [Gambar 5]. Secara radiografi, tampak perawatan saluran akar pada

gigi 16, serta kaninus rahang atas yang impaksi (13) diposisikan secara melintang [Gambar

6].

Gambar 5: Postmortem rahang atas milik korban pada kasus 3 tahun 2012

5
Gambar 6: Perbandingan antara gambar radiografi endodontik (a) postmortem tahun 2012 dan (b dan c)
antemortem tahun 2008, menunjukkan perawatan endodontik pada molar pertama kanan rahang atas dan
kaninus kanan rahang atas yang impaksi
Hasil investigasi polisi mengidikasikan antara sisa-sisa kerangka dan seorang pria

berusia 45 tahun, hilang selama 60 hari. Kerabat korban memberikan foto radiografi

periapikal dan file klinis yang berisi rincian perawatan endodontik yang dilakukan pada tahun

2008. Selain itu, gambar radiografi menunjukkan panjang kerja saluran akar dan menilai hasil

pasca perawatan gigi 16, dan akar gigi 13 [Gambar 6]. Kedua gigi menunjukkan sifat unik,

yang cocok dengan temuan postmortem yang mengarah ke keberhasilan identifikasi korban.

Pembahasan

Selama beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan minat dalam endodontik dan

odontologi forensik. Hal ini didukung dengan fakta bahwa endodotik terus menerus

memerlukan rekaman radiografi dari langkah-langkah perawatan klinis 3, sementara

odontologi forensik terus menerus tergantung pada bukti radiografi untuk identifikasi.

Forrest dan Wu3 pada tahun 2010 mengatakan bahwa radiografi adalah sumber data

antemortem yang paling dapat diandalkan untuk identifikasi manusia, dengan

membandingkan dengan temuan postmortem. Selain itu, akar gigi menambahkan informasi

morfologis untuk waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan mahkota gigi 3, yang

dalam waktu ke waktu mengalami perubahan akibat perawatan. Selama perencanaan

perawatan endodontik, informasi morfologis ini dicatat dalam bentuk gambar radiografi, dan

kemudian dapat digunakan untuk tujuan forensik.

Dalam kasus-kasus yang telah dipaparkan, gambar radiografi endodontik berguna dan

memungkinkan identifikasi korban berdasarkan bukti perawatan saluran akar dan struktur

morfologis yang dimiliki korban. Begitu pula yang ditemukakan oleh Spyropulos dan

Liakakoy5 pada tahun 1990 berhasil mengidentifikasi manusia menggunakan informasi

gambar radiografi dari premolar kedua kanan rahang atas. Lalu Weisman 6 pada tahun 1996

6
berkontribusi pada literatur medis dengan mempublikasikan kasus keberhasilan identifikasi

berdasarkan forensik dan endodontik. Pada tahun 2014 Silva et al4 melaporkan keberhasilan

identifikasi manusia berdasarkan kombinasi struktur morfologis dari sinus maksilaris;

perawatan saluran akar; dan gigi yang hilang yang terdeteksi dalam gambar radiografi

endodontik periapikal.

Hal yang penting yaitu identifikasi manusia menggunakan radiografi gigi memiliki

keterbatasan terkait dengan tubuh yang diperiksa dan kualitas catatan antemortem yang

digunakan dalam pemeriksaan odontologi forensik.

Dalam tubuh yang membusuk, gigi dan bahan yang teridentifikasi dalam pemeriksaan

postmortem lebih awet dan dapat dibandingkan dengan radiografi antemortem.4 Namun

dalam kasus tubuh hangus, gigi dan bahan endodontik dapat terdegradasi, dan analisis

struktur morfologis kemungkinan tidak dapat dilakukan, meskipun bahan endodontik dapat

ditemukan bahkan ketika terkena suhu tinggi.7,8

Keterbatasan lain untuk keberhasilan identifikasi gigi menggunakan radiografi

endodontik adalah gambar dihasilkan dalam kualitas rendah, atau dengan teknik yang tidak

benar atau perngarsipan tidak benar.9 Oleh karena itu dokter gigi memiliki kewajiban etis dan

hukum untuk menghasilkan gambar radiografi gigi (konvensional atau digital) dan

menyimpannya dengan benar, terutama untuk digunakan dalam keperluan forensik.10

Di Brazil, kode etik mengharuskan dokter gigi untuk mengarsipkan catatan gigi

pasien mereka tanpa batas waktu11,12, dan pelanggaran terhadap standar etika yang ditetapkan

dalam dokumen dapat mengakibatkan hukuman yang berkisar dari peringatan hingga

pencabutan lisensi professional.

Kesimpulan

7
Peningkatan identifikasi manusia yang didukung oleh bukti endodontik menunjukkan

pentingnya endodontik sebagai sumber data antemortem. Oleh karena itu dokter gigi

mungkin diminta untuk mendukung hukum dalam menghadapi kejahatan, kekerasan,

terutama pembunuhan. Kesadaran akan pentingnya melakukan teknik radiografi yang tepat

dan benar menjadi penting. Selain itu, dokter gigi sedapat mungkin mengikuti teknologi baru

untuk pengelolaan radiografi konvensional dan digital, dan untuk penyimpanan data

endodontik yang tepat.

Daftar Pustaka

1. Silva RF, Nunes FG, Faria Neto JC, Rege IC, Junior ED. Forensic importance of
panoramic radiographs for human identification. Rev Gaucha Odontol 2012;60:527-31.
2. Silva RF, Franco A, Dias PE, Gonçalves AS, Paranhos LR. Interrelationship between
forensic radiology and forensic odontology – A case report of identified skeletal remains. J
Forensic Radiol Imaging 2013;1:201-6.
3. Forrest AS, Wu HY. Endodontic imaging as an aid to forensic personal identification. Aust
Endod J 2010;36:87-94.
4. Silva RF, Franco A, Picoli FF, Nunes FG, Estrela C. Dental identification through
endodontic radiographic records: A case report. Acta Stomatol Croat 2014;48:147-50.
5. Spyropoulos ND, Liakakoy P. The use of periapical x-rays in the identification of a corpse.
Hell Stomatol Chron 1990;34:151-6.
6. Weisman MI. Endodontics – A key to identification in forensic dentistry: Report of a case.
Aust Endod J 1996;22:9-12.
7. Savio C, Merlati G, Danesino P, Fassina G, Menghini P. Radiographic evaluation of teeth
subjected to high temperatures: Experimental study to aid identification processes. Forensic
Sci Int 2006;158:108-16.
8. Bonavilla JD, Bush MA, Bush PJ, Pantera EA. Identification of incinerated root canal
filling materials after exposure to high heat incineration. J Forensic Sci 2008;53:412-8.
9. Kavitha B, Einstein A, Sivapathasundharam B, Saraswathi TR. Limitations in forensic
odontology. J Forensic Dent Sci 2009;1:8-10.
10. Charangowda BK. Dental records: An overview. J Forensic Dent Sci 2010;2:5-10.
11. Brazilian Federal Council of Dentistry. Brazilian Code of Dental Ethics. Rio de Janeiro:
CFO-Brazil; 2012.
12. Paranhos LR, de Magalhães MP, Francio J, Terada HH, Rosário HD, da Silva RF. Time
of guard of orthodontic records versus legal time for their prescription. Dental Press J Orthod
2013;18:113-7.

Anda mungkin juga menyukai