Abstrak
Endodontik adalah cabang kedokteran gigi yang salah satu pemeriksaannya dilakukan
melalui gambar. Dari sudut forensik, endodontik memainkan peran penting yang dapat
menunjukkan bukti radiografi antemortem saat identifikasi manusia. Penelitian ini
menggambarkan hubungan antara endodontik dan odontologi forensik pada tiga kasus
identifikasi manusia berdasarkan catatan radiografi endodontik. Dari tahun 2009 ke tahun
2012, sebanyak tiga korban pembunuhan berjenis kelamin laki-laki telah diperiksa di Brasil
untuk diketahui identitas dan penyebab kematiannya. Pada saat pengumpulan data
antemortem, kerabat dari ketiga korban menunjukkan gambar radiografi periapikal pada saat
perawatan endodontic. Berdasarkan bukti tersebut, dokter gigi forensik melakukan kembali
teknik foto yang serupa dengan gambar radiografi periapikal. Semua korban berhasil
diidentifikasi berdasarkan pola morfologi gigi dan intervensi perawatan. Penelitian ini
menarik perhatian dokter forensik dan dokter gigi forensic untuk memfokuskan pentingnya
mencatat perawatan gigi yang telah dilakukan dan mencari bukti antemortem pada catatan
endodontik.
Kata Kunci: Radiografi gigi, endodontik, forensik kedokteran gigi, identifikasi manusia.
Pendahuluan
Odontologi forensik adalah cabang kedokteran gigi yang bekerja secara paralel
dengan pengadilan, memberikan bukti untuk menjelaskan keadaan kriminal.1 Secara khusus,
dokter gigi forensik memainkan peran penting dalam identifikasi tubuh yang hangus,
membusuk, serta sisa-sisa kerangka dimana korbannya sudah tidak bisa didapatkan sidik
jarinya lagi. Identifikasi gigi manusia sering dilakukan melalui pendekatan komparatif.2 Pada
dasarnya, data antemortem (AM) diperoleh dari catatan perawatan gigi misalnya foto
radiografi, rekam medik, dan cetakan gigi yang dikumpulkan dari klinik atau rumah sakit dan
dibandingkan dengan data postmortem (PM) yang diperoleh selama pemeriksaan mayat. 3
Dalam hal ini, endodontik muncul sebagai sumber potensial data antemortem setelah langkah
1
intervensi endodontik dicatat secara sistematis ke dalam file klinis. 4 Sumber spesifik data
antemortem ini memungkinkan deteksi morfologi yang khusus, seperti morfologi radiografi
kamar pulpa dan saluran akar, ketinggian puncak tulang alveolar, tahap pembentukan akar,
Penelitian ini berfokus pada hubungan timbal balik antara endodontik dan odontologi
Laporan Kasus
Penelitian ini menjelaskan tiga kasus dari korban pembunuhan berjenis kelamin laki-
Kasus 1
Pada tahun 2009, mayat yang telah membusuk ditemukan di dekat sungai. Setelah
dilakukan investigasi TKP, mayat tersebut dirujuk untuk diautopsi. Pemeriksaan gigi
menunjukkan restorasi non-logam pada premolar pertama kiri rahang bawah (34), premolar
kedua kiri rahang bawah yang terdapat karies (35), restorasi logam pada premolar pertama
kanan rahang bawah (44), dan tidak ada molar [Gambar 1]. Rahang bawah dibedah untuk
2
Gambar 1: Gambar postmortem rahang bawah milik korban pada kasus 1
Investigasi polisi menunjukkan bahwa mayat itu milik seorang pria berusia 30 tahun,
hilang selama 15 hari. Kerabat korban diminta untuk memberikan rekam medis antemortem.
Gambar radiografi periapikal dari tahun 2008 diperoleh dan menunjukkan bukti perawatan
saluran akar yang dilakukan pada gigi 34 [Gambar 2]. Selain itu, baik gambar radiografi
antemortem pada tahun 2008 dan postmortem pada tahun 2009 menunjukkan morfologi yang
sama dari rahang bawah kiri gigi premolar pertama dan kedua, serta molar yang sudah tidak
ada. Ditemukan juga kesamaan ketika menganalisis rearbsorbsi tulang alveolar di daerah
Gambar 2: Perbandingan antara gambar radiografi periapikal (a) postmortem tahun 2009 dan (b) antemortem
pada tahun 2008, menunjukkan perawatan saluran akar di premolar pertama kiri rahang bawah dan struktur
morfologi yang sama pada premolar kedua kiri rahang bawah
Kasus 2
Pada tahun 2011, sebuah mayat juga ditemukan dalam keadaan membusuk di dekat
sungai. Autopsi gigi-geligi menunjukkan beberapa gigi yang mengalami karies; gigi
direstorasi dengan bahan non-logam; dan soket kosong di daerah anterior rahang bawah
[Gambar 3]. Secara radiografis, korban menunjukkan sedikit dilaserasi dari premolar kedua
kanan rahang bawah (45), perawatan saluran akar pada molar pertama kanan rahang bawah
(46), akar yang tidak berkembang secara sempurna pada molar kedua dan ketiga kanan
3
rahang bawah (47 dan 48), dan puncak alveolar memanjang secara oblik dari premolar kedua
kanan rahang bawah (45) ke molar pertama kanan rahang bawah (46) [Gambar 4].
Gambar 3: Gambar postmortem rahang bawah milik korban pada kasus 2 tahun 2011
Gambar 4: Perbandingan antara gambar radiografi periapikal postmortem pada tahun 2011 (a dan b) dan
antemortem pada tahun 2009 (c dan d), menunjukkan bahwa perawatan saluran akar pada molar pertama kanan
rahang bawah, dilaserasi premolar kedua kanan rahang bawah, dan akar yang tidak sempurna molar ketiga
kanan rahang bawah
periapikal sebelum dan setelah perawatan endodontik pada tahun 2009, terkait dengan
perawatan gigi 46 [Gambar 4]. Selain itu, gambar menunjukkan bahwa gigi 45, 47, dan 48
terlihat akar yang tidak berkembang secara sempurna. Terlihat pula puncak tulang alveolar
memanjang oblik dari gigi 45 ke gigi 46. Identifikasi gigi diperoleh dengan
mempertimbangkan bukti yang sesuai dari perawatan endodontik dan sifat-sifat morfologis.
4
Informasi tambahan diperoleh dalam estimasi usia gigi, yang mengungkapkan interval waktu
sekitar 2 tahun untuk perkembangan akar gigi 47 dan 48, sesuai dengan periode waktu dari
Kasus 3
antropologi pada tengkorak dan tulang panggul menunjukkan mayat tersebut berjenis kelamin
laki-laki. Pada autopsi gigi, yang terdeteksi hanya molar pertama kanan rahang atas (16)
dengan mahkota logam [Gambar 5]. Secara radiografi, tampak perawatan saluran akar pada
gigi 16, serta kaninus rahang atas yang impaksi (13) diposisikan secara melintang [Gambar
6].
Gambar 5: Postmortem rahang atas milik korban pada kasus 3 tahun 2012
5
Gambar 6: Perbandingan antara gambar radiografi endodontik (a) postmortem tahun 2012 dan (b dan c)
antemortem tahun 2008, menunjukkan perawatan endodontik pada molar pertama kanan rahang atas dan
kaninus kanan rahang atas yang impaksi
Hasil investigasi polisi mengidikasikan antara sisa-sisa kerangka dan seorang pria
berusia 45 tahun, hilang selama 60 hari. Kerabat korban memberikan foto radiografi
periapikal dan file klinis yang berisi rincian perawatan endodontik yang dilakukan pada tahun
2008. Selain itu, gambar radiografi menunjukkan panjang kerja saluran akar dan menilai hasil
pasca perawatan gigi 16, dan akar gigi 13 [Gambar 6]. Kedua gigi menunjukkan sifat unik,
yang cocok dengan temuan postmortem yang mengarah ke keberhasilan identifikasi korban.
Pembahasan
Selama beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan minat dalam endodontik dan
odontologi forensik. Hal ini didukung dengan fakta bahwa endodotik terus menerus
odontologi forensik terus menerus tergantung pada bukti radiografi untuk identifikasi.
Forrest dan Wu3 pada tahun 2010 mengatakan bahwa radiografi adalah sumber data
membandingkan dengan temuan postmortem. Selain itu, akar gigi menambahkan informasi
morfologis untuk waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan mahkota gigi 3, yang
perawatan endodontik, informasi morfologis ini dicatat dalam bentuk gambar radiografi, dan
Dalam kasus-kasus yang telah dipaparkan, gambar radiografi endodontik berguna dan
memungkinkan identifikasi korban berdasarkan bukti perawatan saluran akar dan struktur
morfologis yang dimiliki korban. Begitu pula yang ditemukakan oleh Spyropulos dan
gambar radiografi dari premolar kedua kanan rahang atas. Lalu Weisman 6 pada tahun 1996
6
berkontribusi pada literatur medis dengan mempublikasikan kasus keberhasilan identifikasi
berdasarkan forensik dan endodontik. Pada tahun 2014 Silva et al4 melaporkan keberhasilan
perawatan saluran akar; dan gigi yang hilang yang terdeteksi dalam gambar radiografi
endodontik periapikal.
Hal yang penting yaitu identifikasi manusia menggunakan radiografi gigi memiliki
keterbatasan terkait dengan tubuh yang diperiksa dan kualitas catatan antemortem yang
Dalam tubuh yang membusuk, gigi dan bahan yang teridentifikasi dalam pemeriksaan
postmortem lebih awet dan dapat dibandingkan dengan radiografi antemortem.4 Namun
dalam kasus tubuh hangus, gigi dan bahan endodontik dapat terdegradasi, dan analisis
struktur morfologis kemungkinan tidak dapat dilakukan, meskipun bahan endodontik dapat
endodontik adalah gambar dihasilkan dalam kualitas rendah, atau dengan teknik yang tidak
benar atau perngarsipan tidak benar.9 Oleh karena itu dokter gigi memiliki kewajiban etis dan
hukum untuk menghasilkan gambar radiografi gigi (konvensional atau digital) dan
Di Brazil, kode etik mengharuskan dokter gigi untuk mengarsipkan catatan gigi
pasien mereka tanpa batas waktu11,12, dan pelanggaran terhadap standar etika yang ditetapkan
dalam dokumen dapat mengakibatkan hukuman yang berkisar dari peringatan hingga
Kesimpulan
7
Peningkatan identifikasi manusia yang didukung oleh bukti endodontik menunjukkan
pentingnya endodontik sebagai sumber data antemortem. Oleh karena itu dokter gigi
terutama pembunuhan. Kesadaran akan pentingnya melakukan teknik radiografi yang tepat
dan benar menjadi penting. Selain itu, dokter gigi sedapat mungkin mengikuti teknologi baru
untuk pengelolaan radiografi konvensional dan digital, dan untuk penyimpanan data
Daftar Pustaka
1. Silva RF, Nunes FG, Faria Neto JC, Rege IC, Junior ED. Forensic importance of
panoramic radiographs for human identification. Rev Gaucha Odontol 2012;60:527-31.
2. Silva RF, Franco A, Dias PE, Gonçalves AS, Paranhos LR. Interrelationship between
forensic radiology and forensic odontology – A case report of identified skeletal remains. J
Forensic Radiol Imaging 2013;1:201-6.
3. Forrest AS, Wu HY. Endodontic imaging as an aid to forensic personal identification. Aust
Endod J 2010;36:87-94.
4. Silva RF, Franco A, Picoli FF, Nunes FG, Estrela C. Dental identification through
endodontic radiographic records: A case report. Acta Stomatol Croat 2014;48:147-50.
5. Spyropoulos ND, Liakakoy P. The use of periapical x-rays in the identification of a corpse.
Hell Stomatol Chron 1990;34:151-6.
6. Weisman MI. Endodontics – A key to identification in forensic dentistry: Report of a case.
Aust Endod J 1996;22:9-12.
7. Savio C, Merlati G, Danesino P, Fassina G, Menghini P. Radiographic evaluation of teeth
subjected to high temperatures: Experimental study to aid identification processes. Forensic
Sci Int 2006;158:108-16.
8. Bonavilla JD, Bush MA, Bush PJ, Pantera EA. Identification of incinerated root canal
filling materials after exposure to high heat incineration. J Forensic Sci 2008;53:412-8.
9. Kavitha B, Einstein A, Sivapathasundharam B, Saraswathi TR. Limitations in forensic
odontology. J Forensic Dent Sci 2009;1:8-10.
10. Charangowda BK. Dental records: An overview. J Forensic Dent Sci 2010;2:5-10.
11. Brazilian Federal Council of Dentistry. Brazilian Code of Dental Ethics. Rio de Janeiro:
CFO-Brazil; 2012.
12. Paranhos LR, de Magalhães MP, Francio J, Terada HH, Rosário HD, da Silva RF. Time
of guard of orthodontic records versus legal time for their prescription. Dental Press J Orthod
2013;18:113-7.